• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Ekstrak Gulma Air untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Mikroalga Spirulina platensis pada Kultur Skala Laboratorium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemanfaatan Ekstrak Gulma Air untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Mikroalga Spirulina platensis pada Kultur Skala Laboratorium"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Biosfera 28 (3) September 2011

Pemanfaatan Ekstrak Gulma Air untuk Meningkatkan

Pertumbuhan dan Produksi Mikroalga Spirulina platensis pada

Kultur Skala Laboratorium

Christiani dan Hexa Apriliana Hidayah

Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Jl. Dr. Suparno no 63, Kampus Karangwangkal Email: hj.christiani@yahoo.com

Diterima Januari 2011 disetujui untuk diterbitkan September 2011

Abstract

Microalgae Spirulina platensis is good as natural food for fish. It consists of the highest protein, that is 70% of the dry weight. On the other hand, it can be used as alternative of healthy food and herbal medicine. To grow well, microalgae need enough nutrition. Another alternative use of the algae is for organic fertilizer. The fertilizer product can increase the income of the fishers, since it can change the useless into usefull things. In the first year, we produced fertilizer in the laboratory and natural food such as microalgae powder. In this research we used an experimental method with Splitplot Design and 3 replications for each treatment of combination of aquatic weeds by giving different concentration. The research result indicates that population growth of microalgae cells is sigmoid with a peak population at the sixth day after inoculation and Salvinia natans with extract concentration of 900 ppm showed the best production for biomass cell of Spirulina platensis.

Key words: aquatic weeds, fertilization, microalgae Spirulina platensis producing.

Abstrak

Mikroalga Spirulina platensis adalah makanan alami yang baik untuk ikan. Ganggang ini mengandung protein tertinggi, yaitu 70% berat kering. Di sisi lain, dapat digunakan sebagai makanan alternatif yang sehat dan sebagai bahan obatan herbal. Agar tumbuh dengan baik, mikroalga membutuhkan nutrisi yang cukup. Manfaat lain adalah sebagai bahan pupuk organik. Produk pupuk dapat meningkatkan pendapatan nelayan, karena dapat memanfaatkan hal yang tidak berguna menjadi bermanfaat. Pada tahun pertama, kami memproduksi pupuk dan makanan alami seperti bubuk mikroalga. Dalam penelitian ini kami menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Splitplot dan 3 ulangan untuk setiap perlakuan kombinasi gulma air dengan konsentrasi yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi sel mikroalga adalah sigmoid dengan populasi puncak pada hari keenam setelah inokulasi sementara Salvinia natans dengan konsentrasi ekstrak 900 ppm menunjukkan produksi terbaik bagi sel biomassa Spirulina platensis.

Kata kunci: gulma air, pemupukan, mikroalga Spirulina platensis memproduksi

Pendahuluan

Mikroalga Spirulina platensis dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami benih ikan. Mikroalga ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi, yaitu protein mencapai 70% dari berat keringnya (Beley, 2002). Mikroalga ini juga dapat menjadi alternatif makanan kesehatan dan produk obat herbal (Buntoro, 2006). Kultur pakan alami Spirulina dapat dilakukan oleh para peternak ikan dengan mudah dan tidak memerlukan lahan yang luas. Pe-ngembangan pakan alami m e m p u n y a i b e b e r a p a k e u n t u n g a n ,

diantaranya karena mikroalga mudah dikultur, ukuran sesuai bukaan mulut larva ikan pemangsa, pergerakan mampu mem-berikan rangsangan bagi pemangsa untuk memakannya, mampu berkem-bang biak dengan cepat dalam waktu relatif singkat sehingga keterse-diaannya dapat terjamin s e p a n j a n g w a k t u ( I s n a n s e t y o d a n Kurniastuty, 1995).

Salah satu aspek yang sangat penting pada pelaksanaan kultur adalah pemupukan media. Pemupukan sebaik-nya dilakukan tanpa menimbulkan efek samping bagi pemangsa dan ling-kungan. Pertumbuhan

sel mikroalga membutuhkan nutrisi yang cukup dari media kultur. Menurut Soelchan (1996), hara yang dibutuhkan untuk per-tumbuhan berupa berbagai macam unsur anaorganik, baik unsur hara makro dan unsur hara mikro. Di-nyatakan lebih lanjut oleh Parson et al., (1997) bahwa unsur N dan P me-rupakan dua unsur pokok yang harus tersedia dalam media kultur mikroalga. K e b u t u h a n h a r a d i p e n u h i d e n g a n pemberian pupuk kimia. Pada skala laboratorium menggunakan pupuk Walne.

Penggunan pupuk kimia selain mahal, juga dapat mencemari ling-kungan. Pemanfaatan kembali limbah pertanian atau tumbuhan tidak berguna untuk pupuk hijau, dapat melestarikan siklus hara dan juga sebagai satu cara pemanfaatan sumber daya alam seefisien mungkin untuk menghemat energi tanpa mencemari lingkungan. Beberapa limbah pertanian sering dibuat kompos, tumbuhan gulma juga sering dimanfaatkan sebagai pupuk organik dalam bidang pertanian, contohnya Azolla pinnata. Penelitian tentang pemanfaatan

Azolla pinnata sebagai pupuk komersiil seperti urea, telah dicobakan di beberapa negara Asia, akan tetapi pemakaian keba-nyakan pada tanaman pertanian, seperti padi dan jagung (Abdulkadir, 1996).

Gulma air tumbuh di sawah atau lahan-lahan pertanian, keberadaannya sering melimpah sehingga mengganggu tanaman pertanian. Salvinia, Pistia, Marsilea

dan Eichhornia merupakan gulma air yang tumbuh di persawahan (Christiani et al., 2001). Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan (1) mengetahui pertumbuhan populasi sel mikroalga

Spirulina dengan pemberian pupuk organik berbagai ekstrak gulma air, (2) menentukan konsentrasi ekstrak gulma air yang menghasilkan produksi biomassa sel mikroalga Spirulina tertinggi pada kultur skala laboratorium.

Materi dan Metode

Penelitian ini menggunakan meto-de eksperimental, dengan rancangan dasar Rancangan Acak Lengkap de-ngan pola perlakuan Split Plot Design. Sebagai main plot adalah jenis gulma: Azolla pinnata, Salvinia natans, Pistia stratiotes, Marsilea crenata dan Eichhornia crassipes. Sub plot yang dicobakan adalah konsentrasi pem-berian 100, 300, 500, 700 dan 900 ppm. Setiap perlakuan diulang 3 kali. Cara kerja menurut Suharno (1998) dengan tahapan-tahapan: (1) Ekstraksi, gulma dihaluskan dengan diblender dan diberi pupuk M-Bio 3 cc. Setelah 7 hari ekstrak disaring dan dianalisis kandungan N, P dan K; (2) Kultur Skala Laboratorium, kultur dilakukan dengan volume 500 ml dengan pemberian bibit Spirulina sebanyak 10 ml. Botol-botol kultur diisi dengan ekstrak gulma kemudian ditambah dengan akuades steril sehingga mencapai tingkat konsentrasi sesuai perlakuan. Kultur dilakukan selama 7 hari; (3) Penghitungan populasi dengan Sandwich Rafter. Pengukuran biomassa basah sel mikroalga Spirulina dengan penyaringan menggunakan kasa kering dan ditimbang; (4) Pengukuran parameter pendukung meliputi temperatur, pH, dan kecerahan; (5) Metode Analisis: data pertumbuhan populasi sel dibuat grafik dan produksi biomassa sel dianalisis dengan uji F dan dilanjutkan uji BNT.

Hasil dan Pembahasan

Hasil pengamatan pertumbuhan mikroalga Spirulina platensis selama 7 hari kultur skala laboratorium menunjukkan adanya penambahan populasi sel pada media dengan berbagai tingkat konsentrasi ekstrak gulma, hingga mencapai puncak populasinya pada hari keenam, ke-mudian mengalami penurunan pada setiap perlakuan mulai hari ketujuh, kecuali kontrol yang terus menurun dari permulaan hingga akhir kultur (Gambar 1).

177

Christiani dkk. Pemanfaatan Ekstrak Gulma Air, : 176 - 182

(2)

Pemanfaatan Ekstrak Gulma Air untuk Meningkatkan

Pertumbuhan dan Produksi Mikroalga Spirulina platensis pada

Kultur Skala Laboratorium

Christiani dan Hexa Apriliana Hidayah

Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Jl. Dr. Suparno no 63, Kampus Karangwangkal Email: hj.christiani@yahoo.com

Diterima Januari 2011 disetujui untuk diterbitkan September 2011

Abstract

Microalgae Spirulina platensis is good as natural food for fish. It consists of the highest protein, that is 70% of the dry weight. On the other hand, it can be used as alternative of healthy food and herbal medicine. To grow well, microalgae need enough nutrition. Another alternative use of the algae is for organic fertilizer. The fertilizer product can increase the income of the fishers, since it can change the useless into usefull things. In the first year, we produced fertilizer in the laboratory and natural food such as microalgae powder. In this research we used an experimental method with Splitplot Design and 3 replications for each treatment of combination of aquatic weeds by giving different concentration. The research result indicates that population growth of microalgae cells is sigmoid with a peak population at the sixth day after inoculation and Salvinia natans with extract concentration of 900 ppm showed the best production for biomass cell of Spirulina platensis.

Key words: aquatic weeds, fertilization, microalgae Spirulina platensis producing.

Abstrak

Mikroalga Spirulina platensis adalah makanan alami yang baik untuk ikan. Ganggang ini mengandung protein tertinggi, yaitu 70% berat kering. Di sisi lain, dapat digunakan sebagai makanan alternatif yang sehat dan sebagai bahan obatan herbal. Agar tumbuh dengan baik, mikroalga membutuhkan nutrisi yang cukup. Manfaat lain adalah sebagai bahan pupuk organik. Produk pupuk dapat meningkatkan pendapatan nelayan, karena dapat memanfaatkan hal yang tidak berguna menjadi bermanfaat. Pada tahun pertama, kami memproduksi pupuk dan makanan alami seperti bubuk mikroalga. Dalam penelitian ini kami menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Splitplot dan 3 ulangan untuk setiap perlakuan kombinasi gulma air dengan konsentrasi yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi sel mikroalga adalah sigmoid dengan populasi puncak pada hari keenam setelah inokulasi sementara Salvinia natans dengan konsentrasi ekstrak 900 ppm menunjukkan produksi terbaik bagi sel biomassa Spirulina platensis.

Kata kunci: gulma air, pemupukan, mikroalga Spirulina platensis memproduksi

Pendahuluan

Mikroalga Spirulina platensis dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami benih ikan. Mikroalga ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi, yaitu protein mencapai 70% dari berat keringnya (Beley, 2002). Mikroalga ini juga dapat menjadi alternatif makanan kesehatan dan produk obat herbal (Buntoro, 2006). Kultur pakan alami Spirulina dapat dilakukan oleh para peternak ikan dengan mudah dan tidak memerlukan lahan yang luas. Pe-ngembangan pakan alami m e m p u n y a i b e b e r a p a k e u n t u n g a n ,

diantaranya karena mikroalga mudah dikultur, ukuran sesuai bukaan mulut larva ikan pemangsa, pergerakan mampu mem-berikan rangsangan bagi pemangsa untuk memakannya, mampu berkem-bang biak dengan cepat dalam waktu relatif singkat sehingga keterse-diaannya dapat terjamin s e p a n j a n g w a k t u ( I s n a n s e t y o d a n Kurniastuty, 1995).

Salah satu aspek yang sangat penting pada pelaksanaan kultur adalah pemupukan media. Pemupukan sebaik-nya dilakukan tanpa menimbulkan efek samping bagi pemangsa dan ling-kungan. Pertumbuhan

sel mikroalga membutuhkan nutrisi yang cukup dari media kultur. Menurut Soelchan (1996), hara yang dibutuhkan untuk per-tumbuhan berupa berbagai macam unsur anaorganik, baik unsur hara makro dan unsur hara mikro. Di-nyatakan lebih lanjut oleh Parson et al., (1997) bahwa unsur N dan P me-rupakan dua unsur pokok yang harus tersedia dalam media kultur mikroalga. K e b u t u h a n h a r a d i p e n u h i d e n g a n pemberian pupuk kimia. Pada skala laboratorium menggunakan pupuk Walne.

Penggunan pupuk kimia selain mahal, juga dapat mencemari ling-kungan. Pemanfaatan kembali limbah pertanian atau tumbuhan tidak berguna untuk pupuk hijau, dapat melestarikan siklus hara dan juga sebagai satu cara pemanfaatan sumber daya alam seefisien mungkin untuk menghemat energi tanpa mencemari lingkungan. Beberapa limbah pertanian sering dibuat kompos, tumbuhan gulma juga sering dimanfaatkan sebagai pupuk organik dalam bidang pertanian, contohnya Azolla pinnata. Penelitian tentang pemanfaatan

Azolla pinnata sebagai pupuk komersiil seperti urea, telah dicobakan di beberapa negara Asia, akan tetapi pemakaian keba-nyakan pada tanaman pertanian, seperti padi dan jagung (Abdulkadir, 1996).

Gulma air tumbuh di sawah atau lahan-lahan pertanian, keberadaannya sering melimpah sehingga mengganggu tanaman pertanian. Salvinia, Pistia, Marsilea

dan Eichhornia merupakan gulma air yang tumbuh di persawahan (Christiani et al., 2001). Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan (1) mengetahui pertumbuhan populasi sel mikroalga

Spirulina dengan pemberian pupuk organik berbagai ekstrak gulma air, (2) menentukan konsentrasi ekstrak gulma air yang menghasilkan produksi biomassa sel mikroalga Spirulina tertinggi pada kultur skala laboratorium.

Materi dan Metode

Penelitian ini menggunakan meto-de eksperimental, dengan rancangan dasar Rancangan Acak Lengkap de-ngan pola perlakuan Split Plot Design. Sebagai main plot adalah jenis gulma: Azolla pinnata, Salvinia natans, Pistia stratiotes, Marsilea crenata dan Eichhornia crassipes. Sub plot yang dicobakan adalah konsentrasi pem-berian 100, 300, 500, 700 dan 900 ppm. Setiap perlakuan diulang 3 kali. Cara kerja menurut Suharno (1998) dengan tahapan-tahapan: (1) Ekstraksi, gulma dihaluskan dengan diblender dan diberi pupuk M-Bio 3 cc. Setelah 7 hari ekstrak disaring dan dianalisis kandungan N, P dan K; (2) Kultur Skala Laboratorium, kultur dilakukan dengan volume 500 ml dengan pemberian bibit Spirulina sebanyak 10 ml. Botol-botol kultur diisi dengan ekstrak gulma kemudian ditambah dengan akuades steril sehingga mencapai tingkat konsentrasi sesuai perlakuan. Kultur dilakukan selama 7 hari; (3) Penghitungan populasi dengan Sandwich Rafter. Pengukuran biomassa basah sel mikroalga Spirulina dengan penyaringan menggunakan kasa kering dan ditimbang; (4) Pengukuran parameter pendukung meliputi temperatur, pH, dan kecerahan; (5) Metode Analisis: data pertumbuhan populasi sel dibuat grafik dan produksi biomassa sel dianalisis dengan uji F dan dilanjutkan uji BNT.

Hasil dan Pembahasan

Hasil pengamatan pertumbuhan mikroalga Spirulina platensis selama 7 hari kultur skala laboratorium menunjukkan adanya penambahan populasi sel pada media dengan berbagai tingkat konsentrasi ekstrak gulma, hingga mencapai puncak populasinya pada hari keenam, ke-mudian mengalami penurunan pada setiap perlakuan mulai hari ketujuh, kecuali kontrol yang terus menurun dari permulaan hingga akhir kultur (Gambar 1).

(3)

Keterangan:

G1 = A. pinnata; G2 = P. stratiotes; G3 = S. natans; G4 = E. Crassipes; G5 = M. Crenata; K1= konsentrsi 100 ppm; K2= konsentrsi 300 ppm; K3= konsentrsi 500 ppm; K4 = konsentrsi 700 ppm; K5= konsentrsi 900 ppm

Gambar 1. Pertumbuhan Spirulina platensis dengan ekstrak gulma dengan konsentrasi berbeda selama 7 hari kultur

Figure 1. Growth of Spirulina platensis with different concentrations of weed extract and for the 7 days of culture

Grafik pertumbuhan S. platensis selama kultur berbentuk sigmoid. Hari pertama sampai hari ketiga setelah inokulasi, mikroalga S. platensis memasuki fase adaptasi atau fase lag, pertumbuhan masih lambat karena mikroalga masih menyesuaikan diri dengan kondisi media yang baru. Kepadatan tertinggi rata-rata mencapai 2061,33 sel/ml dan terendah 787,33 sel/ml. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Darley (2002) bahwa tumbuhan di habitat yang baru akan mengalami adaptasi (penyesuaian diri) dengan kondisi lingkungan yang baru, sehingga pada kondisi tersebut per-tumbuhan belum optimal.

Pada hari keempat hingga kelima setelah inokulasi S. platensis mengalami peningkatan pertumbuhan yang cepat hingga mencapai puncak pertumbuhan pada hari keenam dengan rataan kepadatan mencapai 3461,67 sel/ml. Peningkatan

pertumbuhan didukung oleh terpenuhinya kebutuhan nutrisi untuk proses pembelahan sel, hingga puncak kepadatan. Pada fase log ini terjadi persaingan dalam men-dapatkan unsur hara dan cahaya matahari, grafik pertumbuhan terjadi penurunan yang cukup besar pada hari keenam dan ketujuh. Penurunan per-tumbuhan populasi sel dijelaskan oleh Sen & Coker (2005); Dao-lun & Zu-cheng (2006) bahwa, perubahan jumlah populasi sel dalam kultur dipengaruhi oleh dua faktor yang dapat menentukan daya biak populasi yaitu: (1) faktor yang bergantung pada populasi misalnya kekurangan bahan makanan, kekurangan ruang untuk hidup karena populasi terlalu padat, (2) faktor yang tidak tergantung pada populasi, misalnya penurunan suhu lingkungan secara drastis dan mendadak. Setelah fase log, pertumbuhan kultur S. platensis mengalami fase kematian yang ditandai dengan penu-runan jumlah populasi

178

pada hari ketujuh. Kekurangan bahan makanan merupakan faktor penyebab penurunan populasi. Warna kultur menjadi hijau kecoklatan, dikenal dengan istilah

browning pada kultur. Menurut Nurhidayati

et al. (2005), browning ter-jadi adanya fenol berlebihan yang dihasilkan mikroalga, sehingga menye-babkan kematian bagi S. platensis.

Histogram produksi yang dihitung pada hari ketujuh kultur menunjukkan bahwa produksi secara keseluruhan (konsentrasi 100– 900 ppm) pemberian ekstrak A.

Keterangan :

G1 = A. pinnata; G2 = stratiotes; G3 = S. natans; G4 = E. Crassipes; G5 = M. Crenata K1= konsentrsi 100 ppm; K2= konsentrsi 300 ppm; K3= konsentrsi 500 ppm; K4 = konsentrsi 700 ppm; K5= konsentrsi 900 ppm

Gambar 2. Histogram pertumbuhan Spirulina platensis dengan ekstrak gulma dan konsentrasi berbeda pada saat puncak populasi

Figure 2. Histogram showing the Spirulina platensis growth with different concentrations of weed extract at the time of peak population

P.

pinnata menghasilkan pro-duksi yang paling tinggi, diikuti stratiotes, S. natans, E. crassipes dan M. crenata. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang dipakai dapat mening-katkan pertumbuhan hingga puncak populasi (Gambar 2). Produksi mikro-alga juga sangat tergantung pada saat pemanenan dilakukan. Menurut Isnansetyo & Kurniastuty (1995) pe-manenan mikroalga yang tepat berda-sarkan pola pertumbuhan dilakukan saat mikroalga mencapai puncak populasi.

P.

Hasil analisis ragam produksi Spirulina platensis menunjukkan ada interaksi pengaruh sangat nyata antara ekstrak jenis gulma dan konsentrasi berbeda terhadap produksi mikroalga (Tabel 1).

Jenis gulma berbeda mengan-dung N, P dan K yang tidak sama. Hasil analisis N, P dan K pada ekstrak A. pinnata berbeda dengan ekstrak stratiotes, S. natans, E. crassipes dan M. crenata (Tabel 2).

P.

179

Christiani dkk. Pemanfaatan Ekstrak Gulma Air, : 176 - 182 Biosfera 28 (3) September 2011

(4)

Keterangan:

G1 = A. pinnata; G2 = P. stratiotes; G3 = S. natans; G4 = E. Crassipes; G5 = M. Crenata; K1= konsentrsi 100 ppm; K2= konsentrsi 300 ppm; K3= konsentrsi 500 ppm; K4 = konsentrsi 700 ppm; K5= konsentrsi 900 ppm

Gambar 1. Pertumbuhan Spirulina platensis dengan ekstrak gulma dengan konsentrasi berbeda selama 7 hari kultur

Figure 1. Growth of Spirulina platensis with different concentrations of weed extract and for the 7 days of culture

Grafik pertumbuhan S. platensis selama kultur berbentuk sigmoid. Hari pertama sampai hari ketiga setelah inokulasi, mikroalga S. platensis memasuki fase adaptasi atau fase lag, pertumbuhan masih lambat karena mikroalga masih menyesuaikan diri dengan kondisi media yang baru. Kepadatan tertinggi rata-rata mencapai 2061,33 sel/ml dan terendah 787,33 sel/ml. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Darley (2002) bahwa tumbuhan di habitat yang baru akan mengalami adaptasi (penyesuaian diri) dengan kondisi lingkungan yang baru, sehingga pada kondisi tersebut per-tumbuhan belum optimal.

Pada hari keempat hingga kelima setelah inokulasi S. platensis mengalami peningkatan pertumbuhan yang cepat hingga mencapai puncak pertumbuhan pada hari keenam dengan rataan kepadatan mencapai 3461,67 sel/ml. Peningkatan

pertumbuhan didukung oleh terpenuhinya kebutuhan nutrisi untuk proses pembelahan sel, hingga puncak kepadatan. Pada fase log ini terjadi persaingan dalam men-dapatkan unsur hara dan cahaya matahari, grafik pertumbuhan terjadi penurunan yang cukup besar pada hari keenam dan ketujuh. Penurunan per-tumbuhan populasi sel dijelaskan oleh Sen & Coker (2005); Dao-lun & Zu-cheng (2006) bahwa, perubahan jumlah populasi sel dalam kultur dipengaruhi oleh dua faktor yang dapat menentukan daya biak populasi yaitu: (1) faktor yang bergantung pada populasi misalnya kekurangan bahan makanan, kekurangan ruang untuk hidup karena populasi terlalu padat, (2) faktor yang tidak tergantung pada populasi, misalnya penurunan suhu lingkungan secara drastis dan mendadak. Setelah fase log, pertumbuhan kultur S. platensis mengalami fase kematian yang ditandai dengan penu-runan jumlah populasi

pada hari ketujuh. Kekurangan bahan makanan merupakan faktor penyebab penurunan populasi. Warna kultur menjadi hijau kecoklatan, dikenal dengan istilah

browning pada kultur. Menurut Nurhidayati

et al. (2005), browning ter-jadi adanya fenol berlebihan yang dihasilkan mikroalga, sehingga menye-babkan kematian bagi S. platensis.

Histogram produksi yang dihitung pada hari ketujuh kultur menunjukkan bahwa produksi secara keseluruhan (konsentrasi 100– 900 ppm) pemberian ekstrak A.

Keterangan :

G1 = A. pinnata; G2 = stratiotes; G3 = S. natans; G4 = E. Crassipes; G5 = M. Crenata K1= konsentrsi 100 ppm; K2= konsentrsi 300 ppm; K3= konsentrsi 500 ppm; K4 = konsentrsi 700 ppm; K5= konsentrsi 900 ppm

Gambar 2. Histogram pertumbuhan Spirulina platensis dengan ekstrak gulma dan konsentrasi berbeda pada saat puncak populasi

Figure 2. Histogram showing the Spirulina platensis growth with different concentrations of weed extract at the time of peak population

P.

pinnata menghasilkan pro-duksi yang paling tinggi, diikuti stratiotes, S. natans, E. crassipes dan M. crenata. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang dipakai dapat mening-katkan pertumbuhan hingga puncak populasi (Gambar 2). Produksi mikro-alga juga sangat tergantung pada saat pemanenan dilakukan. Menurut Isnansetyo & Kurniastuty (1995) pe-manenan mikroalga yang tepat berda-sarkan pola pertumbuhan dilakukan saat mikroalga mencapai puncak populasi.

P.

Hasil analisis ragam produksi Spirulina platensis menunjukkan ada interaksi pengaruh sangat nyata antara ekstrak jenis gulma dan konsentrasi berbeda terhadap produksi mikroalga (Tabel 1).

Jenis gulma berbeda mengan-dung N, P dan K yang tidak sama. Hasil analisis N, P dan K pada ekstrak A. pinnata berbeda dengan ekstrak stratiotes, S. natans, E. crassipes dan M. crenata (Tabel 2).

(5)

Hasil uji BNT interaksi antara ekstrak jenis gulma dan konsentrasi berbeda terhadap produksi mikroalga menunjukkan bahwa ekstrak A. pinnata 100 ppm tidak berbeda dengan A. pinnata 200 ppm berbeda dengan A pinnata 300 ppm, dan seterusnya pada ekstrak stratiotes, S. natans, E. crassipes dan M. crenata

berbeda atau tidak berbeda sesuai dengan huruf di belakang angka (Tabel 3). Produksi tertinggi pada perlakuan pemberian ekstrak

S. natans dengan konsentrasi 900 ppm,

P.

Ketiga unsur tersebut dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan yang optimal. Pemberian ekstrak dengan konsentrasi yang lebih tinggi akan mempengaruhi unsur N, P dan K yang terkandung dalam media kultur.

Tabel 1. Analisis ragam biomassa Spirulina

Table 1. Analysis of variance of biomass of Spirulina

Keterangan: ** = berbeda sangat nyata

Tabel 2. Data hasil analisis N total, P O total dan K O total gulma air2 5 2

Table 2. Data analysis of total N, P O and K O total aquatic weeds2 5 2

sebesar 17.31 g/l dan terendah pada pemberian S. natans dengan konsentrasi 100 ppm, sebesar 4.72 g/l. Kepadatan maksimal didukung oleh nutrien media kultur yang belum digunakan pada awal pertumbuhan.

Menurut Panji & Suharyanto (2001) kebutuhan unsur N, P dan K untuk mikroalga berbeda-beda. Pada pertum-buhan S. platensis membutuhkan N sebesar 121 ppm dan P sebesar 961 ppm.

Semakin tinggi kandungan dan konsentrasi pemberian maka semakin tinggi produksi hingga batas puncak populasi (Panji & Suharyanto, 2003; Costa et al., 2002).

180

Kesimpulan

Pertumbuhan populasi sel mikroalga

S. platensis pada kultur skala laboratorium dengan pemberian ekstrak gulma dengan konsentrasi berbeda berbentuk sigmoid dengan puncak pertumbuhan pada hari ke 6 setelah inokulasi.

Salvinia natans dengan konsen-trasi ekstrak 900 ppm memberikan pengaruh paling baik terhadap produksi biomassa sel mikroalga S. platensis pada kultur skala laboratorium.

Ucapan terima kasih

Tulisan ini merupakan makalah hasil penelitian yang dibiayai oleh Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Dengan Nomor Kontrak: 1582.49/ H23.6/PL/2009 Tanggal 6 April 2009

Daftar Pustaka

Abdulkadir, 1996. Sekilas Uraian Mengenai

Azolla. Buletin Kebun Raya Bogor. 5 (5): 171-176.

Beley, A. 2002. The Potential Applica-tion of

Spirulina (Arthospira) as a Nutritional and Therapeutic Sup-plemen in Helth

Management. The Journal of The American Nutraceutical Association, 5 (2):27 – 48

Buntoro, T. 2006. Manfaat Spirulina. Majalah Herba Penawar Al-Wahida (HPA). Edisi Senin, 18 September 2006. Christiani, H. A. Hidayah, dan A. S. Siregar.

2001. Pengaruh Unsur Hara Nitrogen dan Posfat Terhadap Pertumbuhan Kiyam-bang (Salvinia molesta D.S. Mitchell). Laporan Penelitian Fa-kultas Biologi Unsoed, Purwo-kerto.

Costa, J.A.V., L.M. Colla, and P.D. Pilho, 2002. Spirulina platensis Growth in Open Raceway Ponds Using fresh Water Suplemented with Carbon, N i t r o g e n a n d M e t a l I o n s . Z . Naturforsch. 58 C: 76-80.

Dao-lun, F. and W. Zu-cheng. 2006. Culture of Spirulina platensis in Human Urine for Biomass Production and Oxygen Evolution. Journal of Zhejiang University Science B. 7(1): 34-37. Darley, W. M. 2002. Algal Biology: A.

Physiological approach. Journal of Basic Microbiology 9: 15-20.

Isnansetyo, A. dan E. Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplank-ton dan Zooplankton. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Tabel 3. Uji BNT interaksi antara ekstrak jenis gulma dan konsentrasi berbeda terhadap produksi mikroalga

Table 3. LSD interactions between extracts of different weed species and concentration on microalgae production

Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata

181

Christiani dkk. Pemanfaatan Ekstrak Gulma Air, : 176 - 182

Sumber ragam Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung F Tabel 0.05 0.01 Ulangan 2 4,561 2,28 0,968 4,46 8,65

Main plot (A) 4 429,979 107,495 45,645** 3,64 7,01 Galat a 8 18,84 2,355 Sub plot (B) 4 367,731 91,933 60,348** 2,61 3,52 Interaksi 16 197,49 12,343 8,103** 1,9 2,49 Galat b 40 60,935 1,523 74 1079,537

Nama gulma N total (ppm) P2O5 total (ppm) K2O total (ppm) Azolla pinnata (G1) 236,713 115,907 360,794 Pistia stratiotes (G2) 564,622 126,574 587,224 Salvinia natans (G3) 107,102 71,389 240,063 Eichhornia crassipes (G4) 455,785 205,023 970,535 Marsilea crenata (G5) 379,702 100,801 817,038

Perlakuan Biomassa Perlakuan Biomassa

Kontrol 0,77 a G3K3 10,52 e G1K1 12,15 b G3K4 16,57 cd G1K2 13,61 b G3K5 17,31 d G1K3 14,22 bc G4K1 7,06 g G1K4 14,63 bc G4K2 8,50 eg G1K5 16,25 cd G4K3 9,78 e G2K1 9,60 e G4K4 10,54 e G2K2 14,70 bc G4K5 11,54 e G2K3 16,23 cd G5K1 6,16 g G2K4 16,86 d G5K2 7,87 g G2K5 14,45 b G5K3 8,73 eg G3K1 4,72 f G5K4 9,8 e G3K2 7,11 g G5K5 9,79 e Biosfera 28 (3) September 2011

(6)

Hasil uji BNT interaksi antara ekstrak jenis gulma dan konsentrasi berbeda terhadap produksi mikroalga menunjukkan bahwa ekstrak A. pinnata 100 ppm tidak berbeda dengan A. pinnata 200 ppm berbeda dengan A pinnata 300 ppm, dan seterusnya pada ekstrak stratiotes, S. natans, E. crassipes dan M. crenata

berbeda atau tidak berbeda sesuai dengan huruf di belakang angka (Tabel 3). Produksi tertinggi pada perlakuan pemberian ekstrak

S. natans dengan konsentrasi 900 ppm,

P.

Ketiga unsur tersebut dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan yang optimal. Pemberian ekstrak dengan konsentrasi yang lebih tinggi akan mempengaruhi unsur N, P dan K yang terkandung dalam media kultur.

Tabel 1. Analisis ragam biomassa Spirulina

Table 1. Analysis of variance of biomass of Spirulina

Keterangan: ** = berbeda sangat nyata

Tabel 2. Data hasil analisis N total, P O total dan K O total gulma air2 5 2

Table 2. Data analysis of total N, P O and K O total aquatic weeds2 5 2

sebesar 17.31 g/l dan terendah pada pemberian S. natans dengan konsentrasi 100 ppm, sebesar 4.72 g/l. Kepadatan maksimal didukung oleh nutrien media kultur yang belum digunakan pada awal pertumbuhan.

Menurut Panji & Suharyanto (2001) kebutuhan unsur N, P dan K untuk mikroalga berbeda-beda. Pada pertum-buhan S. platensis membutuhkan N sebesar 121 ppm dan P sebesar 961 ppm.

Semakin tinggi kandungan dan konsentrasi pemberian maka semakin tinggi produksi hingga batas puncak populasi (Panji & Suharyanto, 2003; Costa et al., 2002).

Kesimpulan

Pertumbuhan populasi sel mikroalga

S. platensis pada kultur skala laboratorium dengan pemberian ekstrak gulma dengan konsentrasi berbeda berbentuk sigmoid dengan puncak pertumbuhan pada hari ke 6 setelah inokulasi.

Salvinia natans dengan konsen-trasi ekstrak 900 ppm memberikan pengaruh paling baik terhadap produksi biomassa sel mikroalga S. platensis pada kultur skala laboratorium.

Ucapan terima kasih

Tulisan ini merupakan makalah hasil penelitian yang dibiayai oleh Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Dengan Nomor Kontrak: 1582.49/ H23.6/PL/2009 Tanggal 6 April 2009

Daftar Pustaka

Abdulkadir, 1996. Sekilas Uraian Mengenai

Azolla. Buletin Kebun Raya Bogor. 5 (5): 171-176.

Beley, A. 2002. The Potential Applica-tion of

Spirulina (Arthospira) as a Nutritional and Therapeutic Sup-plemen in Helth

Management. The Journal of The American Nutraceutical Association, 5 (2):27 – 48

Buntoro, T. 2006. Manfaat Spirulina. Majalah Herba Penawar Al-Wahida (HPA). Edisi Senin, 18 September 2006. Christiani, H. A. Hidayah, dan A. S. Siregar.

2001. Pengaruh Unsur Hara Nitrogen dan Posfat Terhadap Pertumbuhan Kiyam-bang (Salvinia molesta D.S. Mitchell). Laporan Penelitian Fa-kultas Biologi Unsoed, Purwo-kerto.

Costa, J.A.V., L.M. Colla, and P.D. Pilho, 2002. Spirulina platensis Growth in Open Raceway Ponds Using fresh Water Suplemented with Carbon, N i t r o g e n a n d M e t a l I o n s . Z . Naturforsch. 58 C: 76-80.

Dao-lun, F. and W. Zu-cheng. 2006. Culture of Spirulina platensis in Human Urine for Biomass Production and Oxygen Evolution. Journal of Zhejiang University Science B. 7(1): 34-37. Darley, W. M. 2002. Algal Biology: A.

Physiological approach. Journal of Basic Microbiology 9: 15-20.

Isnansetyo, A. dan E. Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplank-ton dan Zooplankton. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Tabel 3. Uji BNT interaksi antara ekstrak jenis gulma dan konsentrasi berbeda terhadap produksi mikroalga

Table 3. LSD interactions between extracts of different weed species and concentration on microalgae production

Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata Sumber ragam Derajat

Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung F Tabel 0.05 0.01 Ulangan 2 4,561 2,28 0,968 4,46 8,65

Main plot (A) 4 429,979 107,495 45,645** 3,64 7,01 Galat a 8 18,84 2,355 Sub plot (B) 4 367,731 91,933 60,348** 2,61 3,52 Interaksi 16 197,49 12,343 8,103** 1,9 2,49 Galat b 40 60,935 1,523 74 1079,537

Nama gulma N total (ppm) P2O5 total (ppm) K2O total (ppm) Azolla pinnata (G1) 236,713 115,907 360,794 Pistia stratiotes (G2) 564,622 126,574 587,224 Salvinia natans (G3) 107,102 71,389 240,063 Eichhornia crassipes (G4) 455,785 205,023 970,535 Marsilea crenata (G5) 379,702 100,801 817,038

Perlakuan Biomassa Perlakuan Biomassa

Kontrol 0,77 a G3K3 10,52 e G1K1 12,15 b G3K4 16,57 cd G1K2 13,61 b G3K5 17,31 d G1K3 14,22 bc G4K1 7,06 g G1K4 14,63 bc G4K2 8,50 eg G1K5 16,25 cd G4K3 9,78 e G2K1 9,60 e G4K4 10,54 e G2K2 14,70 bc G4K5 11,54 e G2K3 16,23 cd G5K1 6,16 g G2K4 16,86 d G5K2 7,87 g G2K5 14,45 b G5K3 8,73 eg G3K1 4,72 f G5K4 9,8 e G3K2 7,11 g G5K5 9,79 e

(7)

Nurhidayati, T., S.B.M. Sembiring, dan M. Munir. 2001. Pengaruh Pe-nambahan IAA Terhadap Laju Pertumbuhan Populasi Spirulina sp. Dalam Media Zarrouk Mo-difikasi. Balai Besar Riset Peri-kanan Budidaya Laut, Gondol-Bali.

Panji, T and Suharyanto. 2001. Optimization media from low-cost

nutrient sources for growing Spirulina platensis and carotenoid production. Biotechnology Re-search Unit For Estate Crops. 69(1), 18-28.

____________________. 2003. Produksi

Spirulina platensis dan Potensinya sebagai Pakan Ikan. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Bogor.

Parson, T. R., M. Takanashi and Hargrave. 1997. Biological Oce-anographic

nd

Process. 2 edition. Permagon Press, London.

Sen and Coker 2005. Studies on Growth of Marine Microalgae in Batch Culture: I.

Chlorella vulgaris (Chlorophyta). Asian Journal of Plant Sciences 4(6): 636-638.

Soelchan, F. 1996. Biologi dari Chlorella.

Fakultas Biologi Univer-sitas Nasional, Jakarta. Buletin Perikanan Darat 9 (1) Juni.

Suharto, S. B. 1995. Mikroorganisme dan Biologi M-Bio Bakteri Fermentasi Bahan Organik Tana-man. Pusat Pengkajian dan Pengembangan S u m b e r d a y a l o k a l , U n s o e d , Purwokerto.

182

Keanekaragaman Bakteri Tanah dari Teluk Kodek Area,

Pamenan Lombok Barat

Tri Ratna Sulistiyani

Pusat penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia, Jalan Raya Bogor-Jakarta Km. 46, Cibinong 16911 Indonesia

E-mail: tri_ratna83@yahoo.com

Diterima Januari 2011 disetujui untuk diterbitkan September 2011

Abstract

Indonesia is the center of the world's biodiversity with a unique biodiversity and priceless. To explore and get more information about biodiversity, strategic research was needed. The objective of this reseach was to explore the population diversity of soil microbes in Lombok Island. Bacterium isolates was identified by molecular 16S rDNA. Soil samples from 5 different sites in Lombok Island showed various bacteria population. The highest population 113 x 106 CFU/g soil was found in soil sample around Plumeria acuminata and the lowest 34 x 106CFU/g soil was found in soil sample around Tamarindus indica tree. Fourteen of isolates were identified using molecular identification with homology from 94 – 100%.

Keywords: biodiversity, soil microbes, identification

Abstrak

Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia yang memiliki biodiversitas yang unik dan tak ternilai harganya. Untuk menggali dan menambah informasi keanekaragaman tersebut, diperlukan serangkaian penelitian yang strategis. Penelitian ini bertujuan untuk menggali keanekaragaman mikroba tanah dari berbagai lokasi di Pulau Lombok melalui pendekatan molekuler sekuensing 16S rDNA. Sampel tanah dari 5 lokasi yang berbeda di pulau Lombok memiliki populasi

6

bakteri yang bervariasi. Populasi bakteri tertinggi sebanyak 113 x 10 CFU/g tanah terdapat pada perakaran tanaman Plumeria acuminata (kamboja gajah) dan terendah pada tanah yang berada pada

6

perakaran tanaman Tamarindus indica sebanyak 34 x 10 CFU/g tanah. 14 dari isolat terisolasi telah teridentifikasi secara molecular 16S rDNA dengan tingkat homologi dari 94-100%.

Kata kunci: biodiversitas, mikroba tanah, identifikasi

Pendahuluan

Pulau Lombok merupakan salah satu pulau kecil yang memiliki topograpi yang berbukit, dataran tinggi, serta sedikit dataran yang luas. Pulau ini memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Keanekaragaman flora dan fauna di pulau ini lebih menunjukkan kemiripan dengan flora dan fauna yang dijumpai di Australia daripada Asia. Usaha penggalian sumber daya hayati terutama mikroorganisme bakteri terus dilakukan dalam rangka menggali dan menambah informasi keanekaragaman hayati yang ada di Pulau Lombok.

Bakteri tanah memiliki peran yang sangat penting dalam siklus kehidupan di bumi dan merupakan salah satu mikroba yang paling melimpah di alam. Dalam kehidupan, mikroba memiliki banyak

manfaat diantaranya berperan dalam siklus karbon, siklus nitrogen, proses daur ulang sulfur, fosfor, besi dan banyak mikronutrien lain, serta penghasil antibiotik seperti aktinomicestes. Selain itu mikroorganisme juga bermanfaat dalam bioremediasi yaitu penggunaan mikroorganisme untuk mendetoksifikasi dan menguraikan zat berbahaya dalam lingkungan.

Dalam tanah bakteri juga berfungsi sebagai penghasil hormon tumbuh seperti Indol Acetic Acid (IAA), sitokinin, giberelin agen biokontrol, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesuburan tanah. Salah satu bakteri tanah yang menguntungkan adalah

Pseudomonas . Bakteri ini memiliki kemampuan sebagai agen biokontrol, pendegradasi limbah-limbah pencemar lingkungan, dan mampu tumbuh pada kondisi yang ekstrim (Hasanudin 2003,

Gambar

Gambar  1. Pertumbuhan  Spirulina  platensis  dengan  ekstrak  gulma  dengan  konsentrasi  berbeda  selama 7 hari kultur
Gambar  1. Pertumbuhan  Spirulina  platensis  dengan  ekstrak  gulma  dengan  konsentrasi  berbeda  selama 7 hari kultur
Tabel 1. Analisis ragam biomassa Spirulina
Tabel 1. Analisis ragam biomassa Spirulina

Referensi

Dokumen terkait

Sumber: Hasil pengolahan SPSS.. Hasil Uji Non Parametric Mann Whitney U Test Ranks dapat dilihat melalui Mean Rank untuk perusahaan manufaktur yang menggunakan me- tode

Untuk mengembangkan berbagai formulasi bahan dalam membuat sediaan tablet dari ekstrak daun jambu biji, serta mengetahui metode pembuatan tablet, uji sifat fisik

Akar anterior dan posterior bertaut satu sama lain membentuk saraf spinal yang meninggalkan terusan tulang belakang melalui sebuah lubang antar ruas tulang belakang dan

Noice Induce Hearing Loss (NIHL) lebih banyak mengalami masalah serius yang di derita oleh banyak orang karena beberapa alasan, ancaman kehilangan pekerjaan dapat

Pada karakteristik fisik, jenang mengalami perubahan tekstur (P <0.05) yang lebih keras.Sinar pada ruang penyimpanan, udara dan transparasi kemasan 23 lastic

selaku Apoteker di Apotek Bagiana yang telah telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk berbagi pengelaman dan pengetahuan, serta

Pada penelitian ini pengujian hipotesis yang diajukan terkait dengan variabel independen berupa good corporate governance sebagai variabel laten terdiri dari lima

Menurut Sastrapratedja, ideologi adalah seperangkat gagasan atau pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang berorganisis menjadi suatu sistem yang