i
ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SMA NEGERI
UNTUK WILAYAH KOTA YOGYAKARTA DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
oleh:
Reskil Aufat Akbar
15601241154
PRODI PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2019
ii
ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SMA NEGERI
UNTUK WILAYAH KOTA YOGYAKARTA DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER
Oleh : Reskil Aufat Akbar
15601241154
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengetahui gambaran RPP mata pelajaran PJOK ditinjau dari pendidikan karakter di SMA untuk wilayah kota Yogyakarta; dan (2) mengetahui aspek-aspek pendidikan karakter yang paling sering muncul dalam RPP pembelajaran PJOK yang menggunakan kurikulum 2013 di SMA Negeri untuk wilayah kota Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang menggunakan metode survei dengan menggunakan teknik analisis dokumen. Subjek dalam penelitian ini adalah 20 dokumen RPP dari 10 SMA Negeri di Wilayah Kota Yogyakarta. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (Human Instrument) dengan menggunakan lembar penilaian RPP yang di susun oleh peneliti dan validasi dilakukan dengan expert judgment. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa aspek pendidikan karakter yang lebih dominan muncul dalam RPP yang menggunakan kurikulum 2013 di SMA Negeri Wilayah Kota Yogyakarta adalah komunikatif sebesar 18,19%, disiplin 13,70%, tanggung jawab 10,90%, mandiri 10,19%, rasa ingin tahu 9,70%, kreatif 7,40%, toleransi 6,07%, jujur 5,98%, religius 5,10%, gemar membaca 5,10%, kerja keras 4,13%, cinta damai 2,43%, dan peduli lingkungan 1,85%. Aspek pendidikan karakter yang paling mendominasi pada penelitian ini adalah komunikatif yaitu sebesar 18,19%.
vi
MOTTO
1. Jangan mencintai seseorang yang tidak mencintai Allah. Kalau ia bisa meniggalkan Allah, ia juga bias meninggalkanmu (Imam Syafi’i). 2. Jadikanlah tujuan dunia mu sebagai tunggangan menuju akhirat dan
janganlah gadaikan akhirat mu untuk dunia mu (Reskil Aufat Akbar) 3. Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang
vii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
1. Allah SWT. yang telah memberikan rahmat, hidayah dan ridho-Nya sehingga tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Kedua orang tua saya, ibu saya Erdawati dan Ayah saya Muhammad Jafar H, yang selalu memberikan semangat. Dan saya berterima kasih atas doa-doa yang selalu dipanjatkan dalam mengiringi langkah saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Semua teman-teman saya PJKR D 2015 dan semua yang memberikan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah dan ridho-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan SMA Negeri Untuk Wilayah Kota Yogyakarta Ditinjau Dari Pendidikan karakter”
Dalam penulisan dan penyusunan tugas akhir skripsi ini tentu saja tidak lepas dari bantuan, bimbingan, pengarahan, petunjuk, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Ibu Dr. Sri Winarni, M.Pd. selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dengan sabar, memberikan nasehat, saran, serta masukan sehingga tugas akhir skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Bapak Dr. Guntur, M.Pd. selaku Koordinator Prodi PJKR FIK UNY yang telah menyetujui dan mengizinkan pelaksanaan penelitian.
3. Bapak Prof. Dr. Wawan S. Suherman, M.Ed. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
4. Bapak dan Ibu kepala sekolah seluruh SMA Negeri wilayah Kota Yogyakarta yang telah memberikan izin dan memperlancar proses pengambilan data selama penelitian.
5. Bapak dan Ibu Guru PJOK SMA Negeri wilayah Kota Yogyakarta yang membantu pengambilan data selama penelitian.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga bantuan dan kerjasama selama penelitian sampai penulisan tugas akhir skripsi ini selesai dapat menjadi amal baik dan ibadah, serta imbalan dari Allah SWT.. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun
ix
sangat diharapkan. Semoga tugas akhir skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, Juli 2019 Penulis,
Reskil Aufat Akbar NIM. 15601241154
x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN... iii
SURAT PERNYATAAN... iv
SURAT PENGESAHAN ... v
MOTTO ... vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... .x
DAFTAR TABEL ... .xiii
DAFTAR GAMBAR ... .xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... .xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah... 7
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Kajian Teori ... 9
1. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 9
xi
3. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) ... 12
4. Materi Pembelajaran ... 15
5. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 18
6. Pengertian Pendidikan Karakter ... 26
7. Hakikat RPP berkarakter... 32
8. Tujuan Pendidikan Karakter di Sekolah ... 32
9. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013 ... 34
10. Kontribusi Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dalam Pembentukan Karakter ... 34
B. Penelitian yang Relevan ... 35
C. Kerangka Berpikir ... 37
BAB III METODE PENELITIAN... 39
A. Desain Penelitian ... 39
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 40
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 40
D. Instrumen Penelitian... 42
E. Teknik Pengumpulan Data ... 42
F. Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Hasil Penelitian ... 46
1. Rekapitulasi RPP Berdasarkan Kelas... 47
2. Rekapitulasi RPP berdasarkan Materi Pelajaran ... 48
3. Analisis Aspek Pendidikan Karakter SMA Negeri Wilayah Kota Yogyakarta ... 50
xii
B. Pembahasan ... 68
1. Rekapitulasi RPP berdasarkan kelas ... 68
2. Rekapitulasi RPP berdasarkan mata pelajaran ... 68
3. Rekapitulasi RPP berdasarkan Aspek Pendidikan Karakter SMA N wilayah Kota Yogyakarta ... 68
C. Keterbatasan Penelitian ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B. Implikasi Hasil Penelitian ... 72
C. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75
xiii DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17.
Deskripsi langkah pembelajaran ………...
Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ………
Daftar sekolah tempat penelitian ……… Kisi-kisi karakteristik pendidikan karakter ………
Rekapitulasi RPP berdasarkan tingkat kelas …..……… Rekapitulasi RPP berdasarkan materi pelajaran ………. SMA Negeri 1 Yogyakarta ………. SMA Negeri 2 Yogyakarta ………. SMA Negeri 3 Yogyakarta ………. SMA Negeri 4 Yogyakarta ………. SMA Negeri 5 Yogyakarta ………. SMA Negeri 6 Yogyakarta ………. SMA Negeri 7 Yogyakarta ………. SMA Negeri 8 Yogyakarta ………. SMA Negeri 10 Yogyakarta ………... SMA Negeri 11 Yogyakarta ………... Aspek pendidikan karakter mata pelajaran PJOK SMA Negeri wilayah Yogyakarta ………
Halaman 26 30 42 44 48 49 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
xiv DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13.
Diagram rekapitulasi RPP berdasarkan kelas ………. Diagram rekapitulasi RPP berdasarkan materi pelajaran …... Diagram aspek pendidikan karakter SMA Negeri 1
Yogyakarta ………. Diagram aspek pendidikan karakter SMA Negeri 2
Yogyakarta ………. Diagram aspek pendidikan karakter SMA Negeri 3
Yogyakarta ………. Diagram aspek pendidikan karakter SMA Negeri 4
Yogyakarta ………. Diagram aspek pendidikan karakter SMA Negeri 5
Yogyakarta ………. Diagram aspek pendidikan karakter SMA Negeri 6
Yogyakarta ………. Diagram aspek pendidikan karakter SMA Negeri 7
Yogyakarta ………. Diagram aspek pendidikan karakter SMA Negeri 8
Yogyakarta ………. Diagram aspek pendidikan karakter SMA Negeri 10
Yogyakarta ………. Diagram aspek pendidikan karakter SMA Negeri 11
Yogyakarta ………. Diagram aspek pendidikan karakter materi pelajaran PJOK SMA Negeri wilayah Yogyakarta ………..
Halaman 48 50 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 73
xv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4.
Surat Izin Penelitian
1. Surat telah penelitian di SMA Negeri 1 Yogyakarta ….… 2. Surat telah penelitian di SMA Negeri 2 Yogyakarta …….
3. Surat telah penelitian di SMA Negeri 3 Yogyakarta ….…
4. Surat telah penelitian di SMA Negeri 4 Yogyakarta …….
5. Surat telah penelitian di SMA Negeri 5 Yogyakarta ….…
6. Surat telah penelitian di SMA Negeri 6 Yogyakarta …….
7. Surat telah penelitian di SMA Negeri 7 Yogyakarta ….…
8. Surat telah penelitian di SMA Negeri 8 Yogyakarta …….
9. Surat telah penelitian di SMA Negeri 10 Yogyakarta …...
10. Surat telah penelitian di SMA Negeri 1 1Yogyakarta …..
Validasi Instrumen Penelitian
1. Surat pernyataan validasi instrumen penelitian tugas akhir ……….. Hasil Analisis Data RPP
1. RPP mata pelajaran PJOK SMA Negeri 6 Yogyakarta …
2. Analisis RPP mata pelajaran PJOK SMA Negeri wilayah kota Yogyakarta ditinjau dari pendidikan karakter …….. 3. Instrumen penilaian analisis RPP mata pelajaran PJOK
SMA Negeri wilayah kota Yogyakarta ditinjau dari pendidikan karakter ……….. 4. Rekapitulasi sebaran RPP SMA Negeri wilayah
Yogyakarta ditinjau dari pendididkan karakter …………. Dokumentasi ……… Halaman 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 84 86 102 104 106 107
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia tidak terlepas dari bidang pendidikan. Pendidikan
memegang peran sangat penting dalam perkembangan kehidupan manusia.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional pada tanggal 14
Januari 2010 mencanangkan program “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” sebagai gerakan nasional. Hasil dari rencana tersebut Kementerian Pendidikan berhasil menyusun “Desain Induk Pendidikan Karakter”.
UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menyangkut Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Maka diketahui bahwa arah dari
pendidikan nasional adalah guna menciptakan generasi yang cerdas,
intelektual dan berakhlak mulia.
Nation and character building ditegaskan oleh Bung Karno dalam membangun bangsa Indonesia, filosofi ini berhubungan dengan
pengembangan esensi pembangunan sumber daya manusia. Penguatan
2
Widodo melalui suatu gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang
digulirkan sejak tahun 2016 oleh Kementerian Pendidikan. Penguatan
penddikan karakter pada satuan pendidikan formal diatur dalam
Permendikbud No 20 Tahun 2018. PPK mendorong agar pendidikan
nasional tidak hanya fokus pada olah pikir (literasi), tetapi kembali
memperhatikan olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), dan juga
olah raga (kinestetik).
Pandangan tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pendidikan
karakter bangsa merupakan hal yang sangat mendasar bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Menurut Rochmat Wahab dalam
Zuhdi (2011: 65) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, setiap warga
negara diharapkan mempunyai karakter yang dapat menunjukkan perilaku
yang baik, bermoral, mandiri produktif, komitmen sosial, dan semangat
kebangsaan.
Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah
lunturnya moral dan identitas kebangsaan pada generasi muda, khususnya
pada peserta didik. Kemunduran moral peserta didik saat ini dapat dilihat
melalui berbagai permasalahan seperti tawuran antar pelajar, kriminalitas,
penyimpangan seksual, penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang
lainya, serta minum-minuman keras. Salah satu peristiwa yang
menunjukkan kemunduran moral tersebut terjadi di SMK Piri 3 yogyakarta.
Lunturnya nilai moral yang terjadi di tandai dengan tindakan peserta didik
3
dari hasil pengamatan peneliti yang pernah melakukan PLT atau Praktek
Lapangan Terpadu di SMK Piri 3 Yogyakarta selama 2 bulan, selain itu
salah satu siswa berani melawan penjaga sekolah atau penjaga keamanan
sekolah dengan melemparkan kata kata yang tidak sopan. Kasus lain yang
serupa terjadi di daerah Yogyakarta, dikutip dari Kompas.com (kusuma:
2019) seorang peserta didik di SMK Negeri 4 Yogyakarta dengan berani
mendorong gurunya sendiri. Peristiwa ini bermula ketika ujian sedang
berlangsung di dalam kelas. Guru mendapati peserta didik tersebut
mengopresikan Handphone. Guru tersebut langsung menyita Handphone,
tidak terima dengan perbuatan gurunya, peserta didik tersebut mendorong
guru secara tidak sopan. Beberapa kasus di atas menunjukkan bahwa
pendidikan karakter saat ini belum maksimal diterapkan dalam proses
pembelajaran.
Pendidikan menjadi sangat penting, peserta didik dituntut tidak hanya
pintar, memili nilai baik, tetapi emosi dan perilaku menghargai orang,
temannya dan orang yang lebih tua juga penting. Nilai-nilai afektif
pendidikan sedikit demi sedikit mulai hilang seiring dengan berkembangnya
efek globalisasi dan modernisasi yang saat ini sedang berkembang.
Globalisasi dan modernisasi sedikit demi sedikit mengubah struktur
masyarakat Indonesia. Pada aspek sosial, jati diri Indonesia cenderung
mengarah ke dimensi pragmatis dan materialistis daripada spiritual dan
humanis. Sedangkan pada aspek pendidikan lebih cenderung dekat dengan
4
mengedepankan aspek kognitif dan mengabaikan aspek afektif dan
psikomotorik.
Menanamkan nilai-nilai afektif sejak dini menjadi salah satu usaha
untuk mernbangun generasi yang lebih berkarakter. Proses pembudayaan
dan pemberdayaan nilai-nilai afektif dapat terlaksana dengan baik apabila
dilakukan di satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Sekolah berperan
penting sebagai tempat untuk mengembangkan karakter peserta didik agar
menjadi pribadi memiliki tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan.
Pada tingkat satuan pendidikan gerakan pembudayaan nilai-nilai
afektif dilakukan terintegrasi dengan proses kegiatan belajar mengajar
(KBM) pada setiap mata pelajaran, melalui pembiasaan pada kehidupan
sehari-hari. Terlepas dari semua faktor yang ada, kurangnya pendidikan
karakter telah membuat peserta didik dan sekaligus bangsa akan kehilangan
martabatnya. Sesuai dengan tujuan Pendidikan nasional, tidak hanya
mencerdaskan anak bangsa, tetapi juga keberhasilan pada sikap dan
karakternya menjadi aspek yang penting.
Di lain pihak, dewasa ini dalam konteks pembelajaran Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) berkembang begitu pesat
berbagai model pembelajaran yang dapat mengembangkan ranah afektif
(karakter) peserta didik. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) tahun 2006, PJOK merupakan bagian integral dari pendidikan
secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran
5
sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup
sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga
dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional.
PJOK berperan penting sebagai media gerak sekaligus untuk
menanamkan nilai-nilai karakter yang positif kepada peserta didik.
Perkembangan etika, nilai-nilai positif, kedisiplinan, sikap sportif, cepat
dalam membuat keputusan merupakan produk pendidikan jasmani dan
olahraga. Pendidikan jasmani dan olahraga dapat digunakan sebagai arena
pengembangan kejujuran, meningkatkan integritas, dan mengembangkan
rasa hormat pada orang lain juga lingkungan sosial.
Berdasarkan pandangan di atas, pendidikan karakter sangatlah
penting diajarkan di sekolah terutama melalui perencanaan pembelajaran
dalam mata pelajaran PJOK dengan tujuan agar pembelajaran dapat
terorganisir lebih baik lagi. Maka pendidikan karakter di sekolah perlu
diimplementasikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Pada kurikulum
2013, pendidikan karakter tertuang dalam empat kompetensi inti yang harus
dikuasi oleh peserta didik yaitu Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar
(KD) dari masing-masing KI. Kompetensi inti yng pertama (KI-1) tentang
kompetensi sikap spiritual, KI-2 tentang kompetensi sikap sosial, kedua KI
tersebut termasuk dalam aspek afektik. Sedangkan KI-3 memuat tentang
6
Guru memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam pembelajaran
peserta didik, tidak hanya berhasil dalam aspek kognitif saja tetapi harus
menekankan pada pembelajaran aspek afektif. Sehingga peningkatan dan
penekanan pada aspek kognitif harus juga diimbangi dengan upaya
peningkatan dalam aspek afektif peserta didik termasuk pendidikan
karakter. Namun apakah usaha guru sudah maksimal dalam pembuatan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menuangkan aspek
pendidikan karakter di dalamnya belum teridentifikasi dan teranalisis. Selain
itu, aspek pendidikan karakter yang paling sering muncul dalam RPP mata
pelajaran PJOK yang menggunakan kurikulum 2013 juga belum dapat
diketahui. Sehingga dalam penelitian ini ingin menganalisis aspek-aspek
yang berkaitan dengan pengembangan pendidikan karakter peserta didik
yang tertuang dalam RPP pembelajaran PJOK di SMA untuk wilayah kota
Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah, permasalahan yang dapat diambil
yaitu :
1. Semakin lunturnya moral dan identitas kebangsaan pada generasi
muda, khususnya para peserta didik, nilai-nilai afektif pendidikan
sedikit demi sedikit mulai hilang seiring dengan berkembangnya
efek globalisasi dan modernisasi.
2. Belum teridentifikasi dan teranalisisnya pendidikan karakter yang
7
Kurikulum 2013 khususnya SMA Negeri di wilayah kota
Yogyakarta.
3. Belum diketahui aspek-aspek pendidikan karakter yang dominan
muncul dalam RPP pembelajaran PJOK yang menggunakan
kurikulum 2013 di SMA Negeri untuk wilayah kota Yogyakarta.
C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini difokuskan pada identifikasi
dan analisis RPP mata pelajaran PJOK yang menggunakan kurikulum 2013
ditinjau dari pendidikan karakter tingkat SMA untuk wilayah kota
Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah
Aspek pendidikan karakter apa yang paling sering muncul dalam RPP
pembelajaran PJOK yang menggunakan kurikulum 2013 di SMA Negeri
untuk wilayah kota Yogyakarta ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1. Mengetahui gambaran RPP mata pelajaran PJOK ditinjau dari pendidikan
karakter di SMA untuk wilayah kota Yogyakarta.
2. Mengetahui aspek-aspek Pendidikan karakter yang paling sering muncul
dalam RPP pembelajaran PJOK yang menggunakan kurikulum 2013 di
8
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan mampu memberikan manfaat secara :
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan pembelajaran PJOK di Sekolah Menengah Atas.
2. Praktis
a. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
guru-guru PJOK dalam upaya mencapai tujuan pendidikan dan dapat
dijadikan sebagai pengetahuan dan ilmu bagi guru PJOK.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam upaya
peningkatan kualitas proses pembelajaran PJOK di Sekolah Menengah
Atas.
c. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dan bahan acuan
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) secara
keseluruhan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan
yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,
keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial,
penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan
kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional (Badan Standar Nasional Pendidikan,
2006: 243). Sehingga pendidikan tersebut dapat berguna untuk perbaikan
kualitas hidup suatu individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional.
Sukintaka (2001: 5) pendidikan jasmani adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungan dalam hal kognitif, afektif, dan
prikomotor melalui aktivitas jasmani yang disusun secara sistematis untuk
menuju manusia yang seutuhnya (Sukintaka, 2001:5 ; Utama, 2011:1-9).
Sedangkan menurut Agus S. Suryobroto (2004:9), pendidikan jasmani
adalah adalah suatu proses pembelajaran yang didesain untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup aktif, dan sikap sportif melalui kegiatan
jasmani. Lingkungan belajar yang terencana dengan seksama tentunya
akan dapat mengembangkan organ tubuh manusia dan fungsinya,
10
kehidupan dengan lingkungannya. Sehingga akan tercipta generasi muda
yang menjalani kehidupan secara lebih aktif dengan efisien, efektif, dan
aman. Melalui pendidikan jasmani anak didik akan memperoleh berbagai
pengalaman dan dapat mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri
setiap peserta didik baik pendidikan karakter, dan sikap-sikap sosial
lainnya melalui kegiatan jasmani.
2. Kurikulum Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan
Kurikulum dikelompokkan berdasarkan jenis satuan Pendidikan
meliputi untuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah
Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA),
maupun Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK). Kurikulum SMA/MA diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014, sedangkan
Kurikulum SMK/MAK diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaaan Nomor 60 tahun 2014.
a. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas (SMA)
Setiap kurikulum memiliki kerangka dasar dan struktur kurikulum
tersendiri. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 59 tahun
2014 (2014: 2-6) yaitu :
1. Kerangka dasar berisi landasan filosofis, sosiologis,
psikopedagogis dan yuridis sesuai Standar Nasional Pendidikan.
2. Struktur kurikulum merupakan pengorganisasian Kompetensi Inti,
11
beban belajar. Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013
SMA/MA berisi kemampuan dan muatan pembelajaran untuk
suatu mata pelajaran pada SMA/MA yang mengacu pada
Kompetensi Inti.
b. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan memiliki kerangka dasar dan struktur kurikulum tersendiri
juga. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 60 tahun
2014 (2014:2-7) yaitu :
1) Kerangka dasar berisi landasan filosofis, sosiologis,
psikopedagogis, dan yuridis sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan.
2) Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian Kompetensi
Inti, Kompetensi Dasar, muatan pembelajaran, mata pelajaran,
dan beban belajar pada setiap satuan pendidikan dan program
pendidikan.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 70 tahun 2013 menyebutkan bahwa kurikulum
SMK/MAK dirancang dengan pandangan bahwa SMA/MA dan
SMK/ MAK pada dasarnya sama yaitu pendidikan menengah,
perbedaan dari keduanya terlihat pada pengakomodasian minat
peserta didik. Perbedaan terletak pada kelompok mata pelajaran
12
SMK. Mata pelajaran peminatan akademik untuk SMA meliputi
peminatan matematika dan ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, serta bahasa dan budaya. Pada SMK mata
pelajaran peminatan kejuruannya dikelompokkan berdasarkan
bidang kejuruan, program kejuruan, dan paket kejuruan.
Kurikulum 2013 SMA dan SMK memiliki kerangka dasar dan
struktur kurikulum yang hamper sama. Kesamaan ini terdapat pada
pelajara umum yaitu Seni Budaya, PJOK, dan Prakarsa atau
Kewirausahaan.
3. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK)
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi
kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada
orang yang membantu. (Sagala, 2014:62) pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara
guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap
muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan
berbagai media pembelajaran. (Rusman, 2015:21)
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
13
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pandangan lain dari Sudjana mengemukakan
tentang pengertian pembelajaran bahwa “Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan
agar terjadi kegiatan interaksi educative antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang
melakukan kegiatan membelajarkan (Rusman, 2015:22). Sehingga
berdasarkan pernyataan di atas, pembelajaran yaitu suatu proses
interaksi antara pendidik dan peserta didik secara langsung maupun
tidak langsung yang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
dilaksanakan secara terprogram dalam desain instruksional.
b. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK)
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sebagai
bagian dari pendidikan umum di sekolah yang bertujuan untuk
mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,
keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas
emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan.
Rusli Lutan mendefinisikan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Melalui aktivitas
jasmani itu anak diarahkan untuk belajar sehingga terjadi perubahan
perilaku, tidak saja menyangkut aspek fisikal, tetapi juga intelektual,
14
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan
yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang bertujuan untuk
meningkatkan individu dalam aspek fisikal, intelektual, emosional,
neuromuskuler, sosial, dan moral dalam kerangka pendidikan nasional.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatn (PJOK) juga
merupakan bagian integral proses pendidikan, dalam pembelajaran
PJOK nilai-nilai karakter yang merupakan bagian dari softskill
sehingga sangat efektif untuk diajarkan dikembangkan dan dinilai
setiap waktu (Mulyasa & Ispurwanti, 2018: 1-5).
c. Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Tujuan pendidikan jasmani menurut Depdiknas (2003:6) adalah :
1) Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai
dalam Pendidikan jasmani.
2) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas-tugas
pembelajaran Pendidikan jasmani.
3) Mengembangkan sikap sportif, disiplin, bertanggung jawab,
kerjasama, percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani.
4) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab,
kerjasama, percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani.
5) Mengembangkan kemampuan gerak dan keterampilan berbagai
15
Agus S. Suryobroto (2004: 8) bahwa tujuan pendidikan jasmani
adalah untuk pembentukan anak, yaitu sikap atau nilai, kecerdasan,
fisik, dan keterampilan (psikomotorik), sehingga siswa akan dewasa
dan mandiri, yang nantinya dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan tujuan pendidikan jasmani di atas pembelajaran
pendidikan jasmani diarahkan unuk membina pertumbuhan fisik dan
pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup
sehat dan bugar sepanjang hayat. Pendidikan jasmani yang diberikan di
sekolah harus mengacu pada kurikulum pendidikan jasmani yang
berlaku.
4. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran (Instructional materials) merupakan bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus guru ajarkan dan peserta didik mehuasinya. Hal ini dalam rangka
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Menurut Sukmadinata dan
Syaodih (2012:91) menyebutkan bahwa materi pembelajaran yaitu
penguasaan suatu kompetensi terkait dengan bidang ilmu atau pengetahuan
tertentu. Bidang yang terkait dengan kompetensi dirumuskan dalam pokok
bahasan.
Sukmadinata dan Syaodih (2012: 94) menyatakan bahwa materi
pembelajaran merupakan penjabaran dan uraian materi. Isi materi sesuai
16
dengan tingkat perkembangan pesertaa didik. Materi disusun secara
sekuensial berdasarkan struktur ilmu dan kesukaran.
Berdasarkan berbagai pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
materi pembelajaran merupakan suatu bahan yang disusun secara
sistematis oleh guru untuk dipelajari pesertta didik dalam kegiatan belajar
mengajar dengan tujuan untuk mencapai standar kompetensi dasar yang
telah ditetapkan. Materi pembelajaran harus direncanakan dan dissiapkan
dengan sangat baik agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat mencapai
sasaran. Materi menempati posisi yang penting dari keseluruhan
kurikulum, sehingga materi yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran
hendaknya yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi
dan kompetensi dasar.
Ada hal-hal yang perlu di perhatikan saat menentukan cakupan atau
ruang lingkup materi pembelajaran yaitu keluasan dan kedalaman materi.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentang kerangka dasar
dan struktur kurikulum menyebutkan ruang lingkup materi dalam mata
pelajaran Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan antara lain :
a. Permainan bola besar meliputi, permainan eksplorasi gerak
keterampilan lokomotor, nonlokomotor, dan manipulative, seperti
bola voli, bola basket, speak bola, rugby dan lain sebagainya.
b. Permainan bola kecil meliputi permainan eksplorasi gerak,
17
softball, baseball, rounders, kippers, bola bakar, bulutangkis, tenis meja, tenis lapangan, frisbee, dan sebagainya.
c. Atletik merupakan aktivitas jasmani yang terdiri atas gerakan dasar
yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat dan lempar
(Purnomo, 2011: 1). Contoh materi ini antara lain jalan cepat, lari
jarak pendek, lari jarak menengah, lari jarak jauh, lompat jangkit,
lompat tinggi, lompat jauh, tolak peluru, lempar lembing, lempar
cakram, dan lontar martil.
d. Beladiri meliputi pencak silat, karate, taekwondo, gulat, judo, dan lain
sebagainya.
e. Aktivitas pengembangan meliputi mekanika sikap tubuh, kebugaran
jasmani, bentuk postur tubuh dan aktivitas lainnya.
f. Senam/uji diri meliputi ketangkasan sederhana, ketangkasan
menggunakan alat, ketangkasan tanpa alat, senam lantai dan aktivitas
lainnya.
g. Aktivitas ritmik merupakan aktivitas yang disusun secara dinamis dan
harmonis menggunakan irama contoh gerak bebas, senam pagi, SKJ,
senam aerobik, senam irama, dan aktivitas lainnya.
h. Aktivitas akuatik merupakan aktivitas yang dilakukan di air meliputi
renang, permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di
air, dan aktivitas lainnya.
i. Pendidikan kesehatan meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam
18
pembiasaan pola makan sehat, mencegah dan merawat cedera, serta
mengatur pola tidur.
5. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan suatu dokumen
yang sengaja disusun dalam perencanaan proses pembelajaran. Sesuai
dengan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar proses dikembangkan
mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi yang
telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
sehingga dalam pengaplikasiannya dapat menghasilkan peserta didik yang
berkarakter berani, aktif, percaya diri, cerdas, dan memiliki tingkah laku
yang mulia. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses
pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
19
Berdasarkan Permendikbud No 22 tahun 2016 prinsip pembelajaran
yang digunakan untuk mengembangkan standar roses kurikulum 2013,
yaitu :
a) dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
b) dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar
berbasis aneka sumber belajar;
c) dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah;
d) dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi;
e) dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
f) dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
g) dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
h) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal
(hardskills) dan keterampilan mental (softskills);
i) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
j) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
20
k) pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di
masyarakat;
l) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah
guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah
kelas;
m) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
n) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya
peserta didik.
Pada standar proses bagian perencanaan pembelajaran, sebelum guru
memulai pembelajaran harus terlebih dahulu merancang silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada standar isi.
Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat
penilaian pembelajaran dan skenario pembelajaran. Penyusunan silabus
dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Pada saat pembuatan RPP tentunya sangat berpedoman dengan silabus
yang telah dibuat oleh pemerintah. Berdasarkan Permendikbud, No 22
Tahun 2016 komponen silabus dan RPP terdiri atas :
1) Silabus
21
- identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B
dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C
Kejuruan);
- identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
- kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial
mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu
jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;
- kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait
muatan atau mata pelajaran;
- tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);
- materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai
dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;
- pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan;
- penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta
didik;
- alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam
22
- sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan
elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau
lebih. RPP dikembangkan dari silabus sebagai acuan melakukan
kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya untuk mencapai
Kompetensi Dasar (KD). RPP disusun berdasarkan KD atau
subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau lebih. Komponen
RPP terdiri atas :
a) Identitas Mata Pelajaran
Identitas mata pelajaran meliputi satuan Pendidikan,
kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran
atau tema pelajaran, jumlah pertemuan, dan alokasi waktu.
b) Kompetensi Inti (KI)
Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan untuk
mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki
peserta didik di setiap jenjang Pendidikan pada setiap tingkat
kelas. Kompetensi Inti terdiri dari empat kompetensi, yaitu :
1. Kompetensi Inti 1 tentang sikap spiritual
2. Kompetensi Inti 2 tentang sikap sosial
3. Kompetensi Inti 3 tentang pengetahuan
23
c) Kompetensi Dasar (KD)
Kompetensi Dasar berisi kemampuan dan muatan
pembelajaran untuk suatu mata pelajaran yang mengacu pada
Kompetensi Inti
d) Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang
dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan
ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi
dirumuskan berdasarkan kompetensi dasar dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati atau
diukur.
e) Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran dapat berasal dari buku teks
pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain sebagai
pendukung.
f) Kegiatan Pembelajaran
- Kegiatan Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu
pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk
membangkittkan motivasi dan memfokuskan perhatian
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses
24
- Kegiatan Inti
Pembelajaran dengan kurikulum 2013 menggunakan
sebuah pendekatan. Pendekatan pembelajan merupakan
cara pandang pendidik yang digunakan untuk menciptakan
suasana pembelajaran yang memungkinkan untuk
terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya
kompetensi yang ditentukan. Pada kegiatan inti ditentukan
juga model pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
Pemilihan pendekatan tematik dan /atau tematik terpadu
dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan
(discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.
Pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses
keilmuan merupakan pengorganisasian pengalaman belajar
dengan urutan logis melalui proses pembelajaran.
Kemudian pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman
25
Tabel 1. Deskripsi Langkah Pembelajaran
Langkah Pembelajaran Deskripsi Kegiatan
Mengamati (observing) mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat
Menanya (questioning) membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.
Mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting)
mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/ gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ mengembangkan.
Menalar/ mengasosiasi (associating)
mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi
atau menghubungkan
fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.
Mengomunikasikan (communicating)
menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.
(Disdik Kabupaten Labuanbatu, 2014:5-6)
- Kegiatan Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan
dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan
26
g) Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
- Teknik penilaian - Instrumen penilaian
- Pembelajaran remedial dan pengayaan yang dilakukan segera setelah penilaian.
h) Media/alat, Bahan dan Sumber Belajar
Media merupakan alat yang digunakan oleh guru untuk
membantu kegiatan belajar mengajar sehingga meningkatkan
hasil belajar peserta didik. Sedangkan sumber belajar
merupakan segala bentuk pustaka, referensi, sumber
informasi yang digunakan dalam pembelajaran. Contoh:
modul, buku teks, internet, majalah, koran dan sebagainya
6. Pengertian Pendidikan Karakter
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional dalam upaya mengembangkan pendidikan di
Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan bahwa, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
27
Berdasarkan pernyataan diatas, tujuan pendidikan nasional merupakan
sautu rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang dikembangkan
melalui pendidikan. Sehingga, rumusan tujuan pendidikan nasional
tersebut menjadi dasar pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa.
Berdasarkan Permendikbud No 20 Tahun 2018 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) pada satuan pendidikan formal. PPK
merupakan gerakan Pendidikan di bawah tanggung jawab satuan
Pendidikan untuk memperkuat karakter peseta didik melalui harmonisasi
olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja
sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian
dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Satuan pendidikan
formal atau sekolah yang dimasuksud dalam peratura ini terdiri atas taman
kanak-kanak (TK), satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar, dan satuan
pendidikan jenjang pendidikan menengah yan diselenggarakan oleh
pemerintah dan masyarakat.
Karakter adalah kombinasi kepribadian sedangkan kepribadian itu
berbeda satu dengan yang lainnya (Gunadi, 2018: 1-11). Definisi karakter
menurut Suyanto yang dikutip Suharjana dalam Zuhdi (2011:27) karakter
adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu
untuk hidup dan bekerja sama, di lingkungan keluarga, masyarakat,
bangsa, dan negara. Menurut Barnawi (2012: 22) karakter merupakan ciri
28
kemampuan, kapasitas moral, dan ketegangan dalam menghadapi kesulitan
dan tantangan. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Berdasarkan pandangan para ahli di atas,karakter dalam penelitian
ini adalah sebuah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang melekat kuat
dalam diri individu dan menjadi ciri khas yang menjadi kebiasaan dan
kepribadian yang ditampilkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan karakter sebagai tujuan dari pendidikan nasional yang
hanya dapat dilakukan melalui pendidikan karakter individu seseorang.
Hal tersebut dikarenakan manusia hidup dalam lingkungan sosial dan
budaya tertentu, maka pendidikan karakter individu seseorang hanya dapat
dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan.
Artinya, pendidikan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu
proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan
sosial, budaya bermasyarakat, dan budaya bangsa. Pengintegrasian
pendidikan karakter dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan
memasukkan nilai-nilai karakter dalam perencanaan (silabus dan RPP),
bahan ajar dan media, implementasi di kelas, penilaian, monitoring, dan
evaluasi kegiatan secara keseluruhan (Winarni, 2013: 95-107).
Awal dari pendidikan karakter adalah dari keluarga, karena keluarga
29
lainnya. Usia anak-anak sangat menentukan kemampuann anak dalam
mengembangkan potensinya. Maka Pendidikan karakter sebaiknya
diterapkan sejak usia kanak-kanak. Menurut para ahli Pendidikan, sekitar
50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak usia 4
tahu. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20%
sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua (Suharjana dalam
Zuhdi, 2011: 29). Nilai pendidikan karakter selanjutnya dapat ditanamkan
melalui langkah-langkah sebagai berikut (Winarni, 2013: 95-107):
a) Menciptakan lingkungan yang memungkinkan nilai-nilai moral
tersebut diterapkan.
b) Adanya keteladanan atau model perilaku moral.
c) Menyusun aturan atau kode etik berperilaku baik.
d) Menjelaskan dan mendiskusikan perilaku bermoral.
e) Menggunakan dan mengajarkan etika dalam pengambilan keputusan.
f) Mendorong individu mahasiswa mengembangkan nilai yang baik.
Menurut para ahli Pendidikan, sekitar 50% variabilitas kecerdasan
orang dewasa sudah terjadi ketika anak usia 4 tahu. Peningkatan 30%
berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan
atau akhir dasawarsa kedua (Suharjana dalam Zuhdi, 2011: 29)
Secara khusus nilai-nilai yang harus dikembangkan berdasarkan
Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan
30
Tabel 2. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa.
Tabel 2. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
No Nilai Deskripsi
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan tujuan agama yang dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan 3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar
10. Semangat kebangsaan Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan
31
No Nilai Deskripsi
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta tanah air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat
yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain
14. Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi
17. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan
18. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
(Sumber: Pusat Kurikulum Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10).
32
7. Hakikat RPP berkarakter
RPP berkarakter merupakan rencana jangka pendek untuk
memperkirakan atau memproyeksikan karakter yang akan ditanamkan
kepada peserta didik dalam pembelajaran (Mulyasa & Ispurwanti, 2013:
78). Artinya, RPP berkarakter merupakan suatu upaya untuk
memperkirakan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran untuk membentuk, membina, dan mengembangkan karakter
peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Perencanaan Pendidikan
karakter perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan karakter yang
akan dibentuk dengan komponen pembelajaran lain yakni Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam kurikulum 2013.
8. Tujuan Pendidikan Karakter di Sekolah
Berdasarkan Permendikbud No 20 Tahun 2018 pasal 4 ayat 1,
menyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan karakter bertujuan untuk
menanamkan nilai-nilai karakter dalam pelaksanaan pembelajaran.
Pendidikan karakter juga bertujuan untuk meningkatkan mutu dan hasil
pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan Standar
Kompetensi Lulusan pada setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2013:9).
Pada tingkat satuan pendidikan, pendidikan karakter mengarah pada
pembentukan budaya sekolah, mencakup nilai-nilai yang mendasari
perilaku peserta didik, tradisi, kebiasaan sehari-hari yang dipraktikkan oleh
33
Menurut Barnawi (2012: 28) proses dan tujuan pendidikan karakter
melalui pembelajaran adalah adanya perubahan kualitas tiga aspek
pendidikan yaitu kognitif, afektf, dan psikomotorik. Sedangkan tujuan
pendidikan karakter dalam pendidikan jasmani menurut Depdiknas dalam
seminar olahraga nasional ke II dengan tema “Peran Olahraga dalam Pembentukan Karakter” yang dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 8 November 2008 adalah sebagai berikut :
Tujuan penjasor di sekolah untuk meletakkan dan mengembangkan
(1) landasan karakter melalui internalisasi nilai, (2) landasan kepribadian
(cinta damai, sosial, toleransi dalam kemajemukan budaya etnis dan
agama), (3) berpikir kritis, (4) sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung
jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis, (5) keterampilan gerak,
teknik, strategi berbagai permainan dan olahraga, senam, aktivitas ritmik,
akuatik dan pendidikan luar kelas, (6) keterampilan pengelolaan diri,
pemeliharaan kebugaran jasmani dan pola hidup sehat, (7) keterampilan
menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain, (8) konsep aktivitas
jasmani untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat, serta
(9) mengisi waktu luang yanq bersifat rekreatif.
Tujuan pendidikan jasmani dan olahraga tersebut menekankan pada
internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam seluruh
cabang olahraga dan juga pendidikan tentang kesehatan. Pada pendidikan
34
mengaplikasikan pendidikan karakter melalui media gerak, sehingga dapat
diinternalisasikan pada diri peserta didik.
9. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013
Pada prinsipnya pengembangan karakter tidak dimasukkan sebagai
pokok bahasan, tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan
diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru dan sekolah
mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter pada kurikulum, silabus,
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Adapun kompetensi yang akan dicapai melalui kurikuluum 2013
berkaitan dengan pendidikan karakter dapat dilihat dari cakupan
kompetensi luluusan yang disusunnya. Untuk mencapai kualitas yang telah
dirancang dalam kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan
prinsip yang: (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan
kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan
menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan
(5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan
berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,
kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
10. Kontribusi Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dalam
Pembentukan Karakter
Pada dasarnya olahraga dan pendidikan jasmani mempunyai tujuan
akhir yang sama yaitu upaya pembentukan manusia seutuhnya yang
35
pembinaan prestasi dan kebugaran jasmani, sedangkan pendidikan jasmani
lebih mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan yang meliputi
pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani,
mental, sosial, dan emosional yang serasi, selaras, dan seimbang.
Pada proses pembelajaran, tercipta interaksi antara peserta didik dan
guru. Selama interaksi dengan berbagai pihak inilah akan terjadi proses
pembentukan berbagai aspek seperti peningkatan kondisi fisik, penguasaan
takti, penguasaan teknik, dan pembentukan mental yang mencakup
pembentukan karakter juga. Pembentukan karakter dilakukan melalui
proses yang lama dan kontinu. Peran guru dituntut mampu mentransfer
cara berpikir, bersikap, dan bertindak dengan mendasarkan etika moral
yang baik. Sikap dan keteladanan guru menjadi pondasi dasar dalam
pembentukan karakter anak didiknya. Jika pendidikan jasmani dan
olahraga dijalankan dengan kaidah yang benar, maka akan dapat memberi
kontribusi positif dalam usaha membangun karakter peserta didik.
B. Penelitian yang Relevan
Berikut adalah beberapa hasil penelitian yang relevan serta dapat
digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan penelitian ini:
1. Nur Hidayati Ika Permatasari (2017) dengan judul Implementasi
Pembelajaran PJOK Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMP N
Se-Kecamatan Bantul Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui implementasu proses pembelajaran pelaksanaan
se-36
kecamatan Bantul kabupaten Bantul tahun ajaran 2016/2017. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif,
sedangkan teknik analisis datanya menggunakan statistik dekriptif
dengan presentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi
pembelajaran PJOK dengan kurikulum 2013 di SMP Negeri
se-kecamatan Bantul adalah cukup baik dengan rincian presentasenya
yaitu pada kategori baik sebesar pada kategori baik sebesar 5,79%,
pada kategori cukup sebesar 79,71% dan kategori kurang 14,49% dan
pada kategori tidak baik 0%.
2. Jefri Hermawan (2016) dengan judul “Analisis Materi Pembelajaran Aspek Psikmotor dan Kesesuainnya dengan Kurikulum Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMA/SMK Mitra UNY. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui tahapan psikomotorik yang diajarkan
dan kesesuaiannya antara materi dengan kurikulum yang digunakan.
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan metode
penelitian analisis dokumen (analisis isi). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebanyak 55% guru cenderung memunculkan
tahap kemampuan perseptual, sedangkan tahap gerakan terampil
memiliki persentase sebesar 42%. Dalam sebuah RPP guru cenderung
memunculkan 2 tahap psikomotorik yaitu sebanyak 59,09%. Tahap
psikomotorik kemampuan perseptual juga cenderung muncul dalam
materi permainan bola besar yaitu sebesar 56%. Pada kurikulum 2006
37
memiliki persentase kecenderungan yang sama yaitu 50%.
Kemampuan perseptual mendominasi pada kurikulum 2013 yaitu
sebesar 60%. Pembelajaran psikomotorik dengan kurikulum yang
digunakan juga menunjukkan kesesuaian yaitu sebesar 73% sesuai
dengan kompetensi dasar dan 77% sesuai dengan indikator.
C. Kerangka Berpikir
Permasalahan kini sedang dihadapi bangsa Indonesia adalah lunturnya
moral dan identitas kebangsaan pada generasi muda, khususnya para peserta
didik. Kemunduran moral peserta didik saat ini dapat dilihat melalui berbagai
permasalahan seperti tawuran antar pelajar, kriminalitas, penyimpangan
seksual, penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang lainya, serta minum
minuman keras. Nilai-nilai afektif pendidikan sedikit demi sedikit mulai
hilang seiring dengan berkembangnya efek globalisasi dan modernisasi.
Globalisasi dan modernisasi telah mengubah struktur masyarakat Indonesia
Menanankan nilai-nilai afektif sejak dini menjadi salah satu usaha
untuk mernbangun generasi yang lebih berkarakter. Sekolah memiliki peran
penting sebagai tempat untuk mengembangkan karakter peserta didik agar
menjadi pribadi memiliki tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan. Di
lain pihak, dewasa ini dalam konteks pembelajaran Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan (PJOK) berkembang begitu pesat berbagai model
pembelajaran yang dapat mengembangkan ranah afektif (karakter) peserta
didik. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (PJOK) berperan penting
38
positif kepada peserta didik. Perkembangan etika, nilai-nilai positif,
kedisiplinan, sikap sportif, cepat dalam membuat keputusan merupakan
produk pendidikan jasmani dan olahraga. Pendidikan jasmani dan olahraga
dapat digunakan sebagai arena pengembangan kejujuran, meningkatkan
integritas, dan mengembangkan rasa hormat pada orang lain juga lingkungan
sosial.
Berdasarkan pandangan di atas, pendidikan karakter sangatlah penting
diajarkan di sekolah terutama melalui perencanaan pembelajaran dalam mata
pelajaran PJOK dengan tujuan agar pembelajaran dapat terorganisir lebih baik
lagi. Maka pendidikan karakter di sekolah perlu di implementasikan sesuai
dengan kurikulum yang berlaku. Implementasi pendidikan karakter di
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di
samping untuk mematuhi kurikulum yang berlaku, juga agar peserta didik
memiliki karakter yang baik untuk menjadi generasi penerus bangsa yang
berkarakter dan bertanggung jawab.
Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk menganalisis aspek-aspek
yang berkaitan dengan pengembangan pendidikan karakter peserta didik yang
tertuang dalam RPP pembelajaran PJOK di SMA/SMK untuk wilayah kota
39
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Penelitian merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan data yang
akan dianalisis. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang dilakukan
adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian
deskriptif yaitu penelitian yang dimaksud untuk mengumpulkan informasi
mengenai status gejala yang ada, yaitu gejala yang menurut apa adanya
pada saat penelitian dilakukan dengan tujuan utama untuk
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik obyek atau
subyek yang diteliti secara tepat. Menurut Best dalam buku Kusumawati
(2015:59) penelitian deskriptif adalah salah satu jenis metode penelitian
yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan
apa adanya
Metode dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknik
analisis dokumen, istilah lain dari analisis dokumen adalah analisis isi
(content analysis). Analisis isi yaitu suatu model yang digunakan untuk meneliti dokumentasi data yang berbentuk teks, gambar, symbol, dan
lain-lain (Arikunto, 2002:88). Analisis isi dilakukan secara obyektif dan
sistematis untuk mendeskripsikan isi dokumen-dokumen yang diperoleh.
dalam menganalisis, peneliti menggunakan taknik analisis isi deskriptif.
Analisis isi deskriptif adalah analisis isi yang dimaksud untuk
menggambarkan suatu teks tertentu secara lebih rinci. Peneliti akan