• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

28

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING

MOTHER'S KNOWLEDGE RELATIONSHIP WITH STUNTING EVENTS Awa Ramdhani 1, Hani Handayani, 2Asep Setiawan 3

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

ramdhaniawa@gmail.com , hani.handayani@umtas.ac.id, asep.setiawan7105@gmail.com

ABSTRAK

Stunting adalah suatu kondisi kekurangan gizi kronis yang terjadi pada saat periode kritis dari proses tumbuh dan kembang mulai janin. Untuk Indonesia, saat ini diperkirakan ada 37,2% dari anak usia 0-59 bulan atau sekitar 9 juta anak dengan kondisi stunting, yang berlanjut sampai usia sekolah 6-18 tahun. Stunting didefinisikan sebagai kondisi anak usia 0 – 59 bulan, dimana tinggi badan menurut umur berada di bawah minus 2 Standar Deviasi (<-2SD) dari standar median WHO. Stunting akan berdampak dan dikaitkan dengan proses kembang otak yang terganggu, dimana dalam jangka pendek berpengaruh pada kemampuan kognitif. Jangka panjang mengurangi kapasitas untuk berpendidikan lebih baik dan hilangnya kesempatan untuk peluang kerja dengan pendapatan lebih baik (Riskesdas, Prevalensi Stunting, 2018). Salah satu penyebab stunting adalah pola asuh ibu terhadap balitanya. Pola asuh erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan ibu. Pengetahuan yang kurang dapat menjadikan pola asuh ibu kurang sehingga memengaruhi kejadian stunting pada balita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada balita. Desain penelitian ini menggunakan metode literature review. Penelusuran artikel dilakukan dengan dengan menggunakan search engine google scholar dan diperoleh data jurnal sebanyak 89 jurnal yang terdiri dari 5 judul dari proquest dan 84 judul dari google scholar. Di dapatkan sebanyak 10 jurnal full text yang sesuai kriteria inklusi, yaitu data berasal dari artikel jurnal nasional dan merupakan hasil penelitian primer, berbahasa Indonesia, serta terbit dalam 10 tahun terakhir. Berdasarkan hasil analisis dari jurnal menunjukkan tingkat pengetahuan ibu tentang stunting masih kurang, dan terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian stunting. Penyebab kurangnya pengetahuan ibu tentang Stunting adalah karena tidak semua ibu balita melakukan kunjungan ke Posyandu. Disarankan untuk tenaga Kesehatan dapat memberikan pendidikan Kesehatan dengan metode yang berbeda untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang stunting

Kata Kunci : Pengetahuan ibu, Stunting

ABSTRACT

Stunting is a chronic malnutrition condition that occurs during the critical period of the process of growing and growing the fetus. For Indonesia, there are currently estimated to be 37.2% of children aged 0-59 months or about 9 million children with stunting conditions, which continues until school age 6-18 years. Stunting is defined as the condition of children aged 0 - 59 months, where the height by age is below minus 2 Standard Deviation (<-2SD) of the WHO median standard. Stunting will have an impact and be associated with impaired brain development processes, which in the short term affect cognitive abilities. Long-term reduced capacity for better education and loss of opportunities for better income job opportunities (Riskesdas, Prevalence of Stunting, 2018). One of the causes of stunting is the pattern of mother's care towards her toddler. Parenting patterns are closely related to the level of knowledge of the mother. Lack of knowledge can make the mother's parenting pattern less so that it affects the incidence of stunting in toddlers. The purpose of this study was to find out the relationship of maternal knowledge with the incidence of stunting in toddlers. The design of this research uses literature review method. Article search is done by using google scholar search engine and obtained journal data as many as 89 journals consisting of 5 titles from proquest and 84 titles from google scholar. Obtained as many as 10 full text journals that fit the inclusion criteria, namely data derived from national journal articles and is the result of primary research, Indonesian language, and published in the last 10 years. Based on the results of analysis from the journal shows the level of maternal knowledge about stunting is still lacking, and there is a relationship between the knowledge of the mother and the incidence of stunting. The reason for the lack of knowledge about stunting is because not all mothers of toddlers make visits to Posyandu. It is recommended that health workers can provide health education with different methods to increase the mother's knowledge about stunting

(2)

29

PENDAHULUAN

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017 Indonesia termasuk kedalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita Stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4% (WHO, 2017). Menurut laporan WHO yang dikutip dari Riskesdas tahun 2018 target Stunting di Indonesia adalah 20% namun pada tahun 2013 angka Stunting sebesar 37,2% namun pada tahun 2018 ada penurunan menjadi 30,8%. Meski demikian angka Stunting di Indonesia masih sangat tinggi dan jauh dari yang ditargetkan oleh WHO.

Pada tahun 2010, prevalensi balita Stunting sebesar 35,6% kemudian mengalami peningkatan menjadi 37,2% pada tahun 2013 (Kemenkes RI, 2016). Prevalensi balita pendek di Indonesia juga tinggi dibandigkan Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%), dan Singapura (4%). Indoneisa menduduki urutan ke 17 dari 117 negara dengan prevalensi 30,8% (Riskesdas, 2018). Kejadian balita Stunting merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun 2017 (PSG, 2017).. Prevalensi balita pendek di Indonesia juga tinggi dibandingkan Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%), dan Singapura (4%). Indoneisa menduduki urutan ke 17 dari 117 negara dengan prevalensi 30,8% (Riskesdas, 2018).

Faktor-faktor penyebab Stunting terbagi atas faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung antara lain ibu yang mengalami kekurangan nutrisi, kehamilan pretern, pemberian makanan yang tidak optimal, tidak ASI eksklusif dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsungnya adalah pelayanan kesehatan, Pendidikan, sosial budaya dan sanitasi lingkungan (WHO, 2016). Berdasarkan hasil penelitian Verawati Simamora tahun 2019 banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan Stunting pada anak.Faktor penyebab Stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung dari kejadian Stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah pendidikan, status ekonomi keluarga, status gizi ibu saat hamil, sanitasi air dan lingkungan, BBLR pengetahuan dari ibu maupun keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian Septamarini dalam Journal of Nutrition College tahun 2019 mengatakan bahwa Ibu dengan pengetahuan yang rendah berisiko 10,2 kali lebih besar anak mengalami Stunting dibandingkan dengan ibu berpengetahuan cukup. Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, uakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Stunting mempunyai dampak buruk bagi anak. Dampak buruk jangka pendek yang dapat ditimbulkan oleh Stunting adalah terganggunya perkembangan otak, penurunan kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan metabolisme dalam tubuh. Sementara itu, dalam jangka panjang Stunting akan mengakibatkan penurunan kemampuan kognitif, penurunan prestasi belajar, penurunan kekebalan tubuh, beresiko mengalami kegemukan (Obesitas), sangat rentan terhadap penyakit tidak menular dan penyakit degenaratif seperti diabetes melitus, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas, serta penurunan produktivitas pada usia dewasa (UNICEF, 2013; Aryastami & Tarigan, 2017). Stunting memiliki risiko terjadinya penurunan potensi intelektual dan pertumbuhan yang terganggu (Soetjiningsih, 2015).

Dari hasil penelitian lain yakni hasil penelitian Kuratul Aini pada tahun 2018 mengatakan bahwa gambaran pengetahuan yang kurang dapat menimbulkan terjadinya KEK pada baduta dengan Stunting yaitu 59,4%. Gambaran kejadian KEK ibu hamil pada baduta dengan Panjang badan normal yaitu 5,4%. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, peneliti memandang penting untuk dilakukan literature review tentang hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode

literature review

.

Literature review

tidak hanya bermakna

membaca literatur, tapi lebih ke arah evaluasi yang mendalam dan kritis tentang penelitian

sebelumnya pada suatu topik.. Tujuan penelitian

literature review

s ini adalah untuk mengetahui

hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian

stunting.

Populasi dalam penelitian ini adalah jurnal

nasional yang berkaitan dengan hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting. Jumlah

populasi pada dalam penelitian ini sebanyak 89 artikel. Pengambilan sampel pada penelitian ini

(3)

30

dilakukan dengan cara mengakses

database google schoolar dan proquest

dengan kata kunci sesuai

dengan masalah pada penelitian sebagai berikut : Pengetahuan ibu,

Stunting

Kriteria inklusi dalam

literatur review ini adalah data berasal dari artikel jurnal nasional dan merupakan hasil penelitian

primer, berbahasa Indonesia, serta terbit dalam 10 tahun terakhir, jurnal yang tersedia

full text,

sehingga diperoleh s

ampel sebanyak 10 jurnal nasional .

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sehingga hasil dari studi literatur tersebut dapat diakui

kredibilitasnya. Adapun tahapan-tahapan tersebut digambarkan sebagai berikut:

1. Tahap Identifikasi

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelusuran jurnal dan prosiding dengan menggunakan search engine google scholar dan Proquest dengan menggunakan kata kunci pengetahuan ibu, Stunting, tanpa pembatasan waktu, diperoleh data jurnal sebanyak 89 jurnal yang terdiri dari 5 judul dari proquest dan 84 judul dari google scholar.

2. Screening

Screening adalah penyaringan atau pemilihan data yang gunanya untuk memilih masalah penelitian yang sesuai dengan topic. Dari hasil screening diperoleh 43 judul penelitian primer tentang hubungan pengetahuan ibu tentang stunting dari google scholar.

3. Penilaian Kualitas

Penilaian kualitas artikel dalam penelitian ini menggunakan kriteria inklusi yang telah ditetapkan peneliti, artikel dapat diakses beserta fulltext dokumennya, dan tidak terjadi duplikasi artikel. Dari hasil penilaian diperoleh artikel sebanyak 10 artikel dari google scholar.

4. Analisa Data

Analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan membaca perkalimat secara keseluruhan dari 10 artikel, kemudian dimasukan ke dalam tabel analisa yang meliputi judul dan penulis, pendahuluan, metode, hasil penelitian, dan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan sesuai dengan proses penelitian yang telah ditentukan meliputi proses identifikasi, screening, penilaian kualitas artikel, analisa data dan menulis hasil analisis. Adapun langkah proses dan hasil data yang diperoleh dapat dilihat dalam bagan berikut ini :

Bagan 1 : Tahapan Literature review

Hasil analisis dari 10 artikel jurnal dan prosiding diperoleh sebagai berikut:

1.

Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Tentang Stunting Dengan Karakteristik Ibu dan Sumber

Informasi di Desa Hegarmanah Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang

.

Hasil penelusuran jurnal dengan Search Proquest (n = 5)

Hasil penelusuran jurnal dengan Search Google Scholar (n=84) (84)

Hasil seleksi jurnal secara keseluruhan (n = 89)

Screening jurnal didapatkan hasil (n = 43)

Jumlah Jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi (n=10)

Jurnal yang tidak relevan dengan tujuan penelitian (n = 46)

Jurnal yang tidak eligible dengan kriteria inklusi (n = 33)

(4)

31

Penulis : Rizkia Dwi Rahmandiani, dkk. (2019)

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu balita tentang Stunting dengan karakteristik dan sumber informasi di Desa Hegarmanah Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang pada bulan Juli sampai September 2018 dengan jumlah sampel 242 ibu balita. Metode penelitian menggunakan analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan multistage random sampling dan dianalisis dengan uji Chi Square. Penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan pengetahuan (p = 0.054), paritas dengan pengetahuan (p = 0.386) dan terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan (p = 0.039), pendidikan dengan pengetahuan (p = 0.010), dan sumber informasi dengan pengetahuan (p = 0,00). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara karakteristik pekerjaan, pendidikan dan variabel sumber informasi dengan pengetahuan ibu balita tentang Stunting, sedangkan pada karakteristik umur dan paritas menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan dengan pengetahuan ibu balita tentang Stunting di Desa Hegarmanah Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.

2.

Hubungan Pengetahuan Orang Tua Tentang Gizi Dengan Stunting Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di

TK Malaekat Pelindung Manado

.

Penulis: Wellem Elseus Pormes, dkk. (2014).

Tujuan Penelitain : ialah untuk mengetahui hubungan Pengetahuan orang tua tentang gizi dengan

Stunting

pada anak usia 4-5 tahun di TK Malaekat Pelindung Manado. Penelitian ini termasuk

dalam penelitian kuantitatif. Desain Penelitian : desain penelitian yang digunakan adalah cross

sectional. Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Hasil

Penelitian : Menggunakan analisis uji statistik chi square dengan batas kemaknaan α ≤ 0,05, hasil

uji statistik didapat nilai p = 0,000< α ≤ 0,05, yang berarti Ho ditolak. Simpulan penelitian : ada

hubungan antara pengetahuan orang tua tentang gizi dengan

Stunting

pada anak usia 4-5 tahun di

TK Malaekat Pelindung Manado.

3.

Hubungan Sikap dan Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Stunting pada Anak Baru Masuk

Sekolah Dasar di Kecamanatan Nanggalo

.

Penulis : Edwin Danie Olsa, dkk. (2016).

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang hubungan antara sikap dan

pengetahuan ibu terhadap kejadian

Stunting

pada anak baru masuk sekolah dasar. Metode yang

digunakan adalah studi cross sectional. Subjek penelitian berjumlah 232 anak baru masuk

sekolah dasar usia 6-7 tahun dan ibu di Kecamatan Nanggalo Kota Padang. Subjek penelitian

yang sudah menyetujui inform consent, akan mengisi kuesioner dan dilakukan pengukuran tinggi

badan. Data akan dianalisis dengan menggunakan chi-square. Hasil penelitian ini didapatkan

angka kejadian

Stunting

pada anak baru masuk sekolah dasar sebesar 16,8%, sebagian besar ibu

memiliki tingkat sikap positif (55,2%) dan tingkat pengetahuan yang cukup (48,7%). Terdapat

hubungan antara sikap dan pengetahuan ibu terhadap kejadian

Stunting

pada anak baru masuk

sekolah dasar di Kecamatan Nanggalo Kota Padang.

4.

Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengetahuan Dan Pola Asuh Ibu Dengan Wasting Dan

Stunting Pada Balita Keluarga Miskin

.

Penulis: Cholifatun Ni’mah1, Lailatul Muniroh. (2015).

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan pola asuh dengan wasting dan Stunting pada balita keluarga miskin. Besar sampel adalah 47 balita dari keluarga miskin di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro yang dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dengan α= 0,05. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pada keluarga miskin persentase Stunting lebih besar daripada wasting, dan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan (p=0,581 dan 0,605), tingkat pengetahuan (p=0,632 dan 0,963), dan pola asuh ibu (p=0,719 dan 0,928) dengan wasting dan Stunting. Kesimpulan penelitian adalah tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan pola asuh ibu tidak berkontribusi terhadap terjadinya wasting dan Stunting pada balita keluarga miskin di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro.

5.

Pengetahuan ibu, pola makan dan status gizi pada anak Stunting usia 1-5 tahun di Kelurahan

Bangetayu, Kecamatan Genuk, Semarang

.

(5)

32

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengetahuan ibu, dan hubungan pola makan dengan

status gizi pada anak

Stunting

usia 1-5 tahun di Kelurahan Bangetayu, Kecamatan Genuk,

Semarang.

Metode : Desain penelitian adalah observasional dengan pendekatan belah lintang (cross sectional) dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Populasi penelitian adalah balita yang berusia 1-5 tahun yang tinggal di Kelurahan Bangetayu, Kecamatan Genuk, Semarang. Teknik pengambilan sampling dilakukan dengan teknik consequtive sampling. Adapun data balita Stunting diambil dari data 6 Posyandu di Kelurahan Bangetayu Wetan dan 3 Posyandu di Bangetayu Kulon dan didapatkan secara acak dengan jumlah subyek 36 balita. Data kuantitatif yang meliputi karakteristik responden dan asupan makan dianalisis dengan program komputer, sedangkan data kualitatif dianalisis dengan metode content analysis. Hasil : Ibu dengan anak yang menderita Stunting tidak terlalu mengkhawatirkan tentang kondisi anak. Stunting dianggap bukan permasalahan serius yang perlu ditangani dengan baik. Tidak ada hubungan tingkat kecukupan energi, protein, zat besi, dan seng dengan status gizi pada balita Stunting usia 12-60 bulan di Kecamatan Genuk. Simpulan : Ibu mempunyai pengetahuan yang salah tentang Stunting. Tidak ada hubungan asupan makan dengan status gizi pada balita Stunting usia 12-60 bulan di Kecamatan Genuk.

6.

Hubungan Pendapatan Keluarga, Pengetahuan Ibu Tentang Gizi, Tinggi Badan Orang Tua, Dan

Tingkat Pendidikan Ayah Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Umur 12-59 Bulan

Penulis : Windi Hapsari, 2018.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendapatan keluarga, pengetahuan

ibu tentang gizi, tinggi badan orang tua, dan tingkat pendidikan ayah dengan kejadian

Stunting

pada anak umur12-59 bulan. Jenis penelitian ini menggunakan metode observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional dengan teknik sampling menggunakan cluster sampling.

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 70 sebanyak 35 balita mengalami

Stunting

dan 35 balita

tidak mengalami

Stunting

yang memenuhi syarat kriteria restriksi. Data diperoleh dengan

menggunakan kuesioner dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise kemudian di

Analisis data menggunakan uji regresi logistik. Berdasarkan analisis uji regresi logistik pengaruh

terjadinya

Stunting

yang dominan pengetahuan ibu tentang gizi didapatkan nilai p=0,027 dan

OR=3,801. Hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang gizi yang rendah

merupakan faktor risiko terjadinya

Stunting

pada balita dengan risiko sebesar 3,801.

7.

Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di

Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari I

Penulis : Tia Agustiningrum , Dewi Rokhanawati, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan kejadian

Stunting

pada balita usia 24-59 bulan di wilayah Puskesmas Wonosari I. Penelitian ini menggunakan

survei analitik case control dengan pendekatan restrospective. Analisa bivariat yang digunakan

adalah Chi Square. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 104 anak

Stunting

dengan jumlah

sampel 83 responden pada kelompok kontrol dan 83 responden pada kelompok kasus. Hasil uji

statistik mmenggunakan Chi Square menunjukan bahwa Tidak ada hubungan antara umur ibu,

pendidikan dan pekerjaan ibu dengan kejadian

Stunting

di wilayah kerja Puskesmas Wonosari I.

Hasil uji chi square p-value>α dengan nilai secara berturut-turut 0,638, 0,532 dan 0,822. Nilai

OR secara berturut-turut 0,842, 1,2 dan 1,1. Sehingga umur ibu tidak berisiko menimbulkan

Stunting

namun pendidikan dan pekerjaan ibu merupakan faktor risiko terjadinya

Stunting

pada

anak. Ada hubungan antara tinggi badan ibu dan pengetahuan ibu dengan kejadian

Stunting

pada

balita di wilayah kerja Puskesmas Wonosari I. Hasil uji chi square menunjukan secara berurutan

p-value<α yaitu 0,000 dan 0,043. Nilai odds ratio (OR) masing-masing yaitu 3,8 dan 1,8 yang

memiliki arti bahwa tinggi badan dan pengetahan merupakan faktor risiko terjadinya

Stunting

.

8.

Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Tentang Stunting Di Puskesmas Rejosari

Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru 2019

.

Penulis : Putri Wulandini, dkk. (2019).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang Stunting di Puskesmas Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru tahun 2019. Penelitian ini

(6)

33

bersifat kuantitatif menggunakan desain penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru pada tanggal 02 sampai 10 Mei 2019. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita di Puskesmas Rejosari sebanyak 109 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 85 orang yang diambil menggunakan teknik accidental sampling. Instrumen penelitian dengan menggunakan kuesioner, lalu diolah dengan langkah-langkah Editing, Coding, dan Tabulasi, selanjutnya dianalisis secara univariat. Hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang Stunting di Puskesmas Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 37 orang (52,9%). Diharapkan bagi petugas kesehatan agar memberikan penyuluhan tentang Stunting kepada ibu yang memiliki balita di Puskesmas Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru.

9.

Gambaran Pengetahuan Ibu Dengan Balita Stunting Tentang Pemberian Makan Bagi Balita Di

Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta

.

Penulis : Endri Yuliati, Delima Citra Dewi, 2019.

Tujuan: untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu dengan balita

Stunting

tentang pemberian

makan. Metode: penelitian crossectional ini melibatkan 44 ibu dengan balita

Stunting

(TB/U < -2

SD). Data pengetahuan dibedakan menjadi 2, yaitu pengetahuan tentang ASI dan pemberian

MP-ASI. Data diperoleh melalui kuesioner yang diisi sendiri oleh ibu balita. Hasil: Hampir setengah

responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang ASI maupun MP-ASI, berturut-turut

adalah 45,5% dan 48%. Terkait ASI, sebanyak 79,5% dan 77,3% ibu menjawab betul definisi ASI

dan ASI eksklusif. Sebanyak 56,8% ibu tidak tahu bagi siapa saja manfaat menyusui dan 47,7%

ibu salah dalam menjawab pertanyaan tentang daya simpan ASI. Terkait pemberian MP-ASI,

sebanyak 72,7% ibu salah dalam menyebutkan bahan makanan yang tinggi seng dan 65,9% tidak

tahu cara pemberian susu formula. Sebanyak 84,1% ibu sudah tahu tentang pengertian MP-ASI

dan usia mulai diberikannya MP-ASI. Kesimpulan: Pengetahuan ibu tentang pemberian makan

pada anak masih kurang sehingga diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu

yang diharapkan dapat berkontribusi dalam penurunan kejadian

Stunting

.

10.

Gambaran Pengetahuan Ibu Balita Tentang Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Baregbeg

Kabupaten Ciamis Tahun 2019

Penulis : Ade Nita Haerunnisa (2019)

Tujuan penelitian ini adalah Gambaran Pengetahuan Ibu Balita tentang

Stunting

di Wilayah Kerja

Puskesmas Baregbeg Kabupaten Ciamis Tahun 2019.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

deskriptif

. Populasi

pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita dpoi wilayah kerja Puskesmas

Baregbeg Kabupaten Ciamis sebanyak 2734 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian

ini adalah adalah ibu yang memiliki balita di wilayah kerja Puskesmas Baregbeg Kabupaten

Ciamis bulan Januari 2019

.

Hasil penelitian diketahui hampir sebagian responden memiliki

pengetahuan kurang sebanyak 41 orang (42,7%), sebagian kecil dengan pengetahuan baik

sebanyak 29 orang (30,2%) dan pengetahuan cukup sebanyak 26 orang (27,1%). Kesimpulan

berdasarkan Pengetahuan Ibu balita tentang

stunting

di Wilayah Kerja Puskesmas Baregbeg

Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis Tahun 2019 dari 96 orang bahwa hampir sebagian

responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 41 orang (42,7%), sebagian kecil dengan

pengetahuan baik sebanyak 29 orang (30,2%) dan pengetahuan cukup sebanyak 26 orang

(27,1%). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengambil kesimpulan bahwa Pengetahuan Ibu

balita tentang

stunting

di Wilayah Kerja Puskesmas Baregbeg Kecamatan Baregbeg Kabupaten

Ciamis Tahun 2019 dari 96 orang bahwa hampir sebagian responden memiliki pengetahuan

kurang sebanyak 41 orang (42,7%).

Berdasarkan hasil telaah jurnal sebanyak 10 artikel, yang membahas tentang hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian Stunting menunjukkan sebagian besar pengetahuan ibu tentang Stunting kurang. Kurang baiknya pengetahuan ibu tentang Stunting salah satunya kurangnya informasi sangat memengaruhi tingkat

(7)

34

pengetahuan ibu. Penyebab lain kurangnya pengetahuan ibu tentang Stunting adalah karena tidak semua ibu balita melakukan kunjungan ke Posyandu.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana dapat diasumsikan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Pendidikan yang rendah tidak menjamin seorang ibu tidak mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai gizi keluarganya. Adanya rasa ingin tahu yang tinggi dapat mempengaruhi ibu dalam mendapatkan informasi mengenai makanan yang tepat untuk anak. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non-formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu.

Pengetahuan tentang gizi pada orang tua dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diantaranya adalah umur diamana semakin tua umur sesorang maka proses perkembangan mentalnya menjadi baik, intelegensi atau kemampuan untuk belajar dan berpikir abstrak guna, menyesuaikan diri dalam situasi baru, kemudian lingkungan dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal baik juga buruk tergantung pada sifat kelompoknya, budaya yang memegang peran penting dalam pengetahuan, pendidikan merupakan hal yang mendasar untuk mengembangkan pengetahuan, dan pengalaman yang merupakan guru terbaik dalam mengasah pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu penciuman, penglihatan, pendengaran dan raba. Pengetahuan adalah keseluruhan gagasan, ide, yang dimiliki manusai tentang duni seisinya termasuk manusia dan kehidupannya. Pengetahuan sendiri biasanya didapatkan dari informasi baik yang didapatkan dari pendidikan formal maupun informasi lain seperti radio, TV, internet, koran, majalah, penyuluhan dll. Tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi. Orang dengan tingkat pendidikan yang lebih baik akan lebih mudah dalam menerima informasi daripada orang dengan tingkat pendidikan yang kurang. Informasi tersebut dijadikan sebagai bekal ibu untuk mengasuh balitanya dalam kehidupan sehari hari. Persepsi itu sendiri dapat diartikan sebagai cara pandang seseorang terhadap sesuatu setelah mendapatkan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Hasil penelitian Putri Wulandini (2019) tentang gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang Stunting di Puskesmas Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru, menyebutkan bahwa pengetahuan ibu tentang Stunting di Puskesmas Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru yaitu mayoritas responden berpengetahuan kurang sebanyak 49 orang (70,00%). Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang Stunting dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor usia dan pendidikan. Sumber informasi dan kemajuan teknologi menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang informasi baru, seperti televisi, radio, surat kabar, penyuluhan, dan lain-lain. Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan orang tua tentang gizi membantu memperbaiki status gizi pada anak untuk mencapai kematangan pertumbuhan. Pada anak dengan Stunting mudah timbul masalah kesehatan baik fisik maupun psikis. Oleh karena itu, tidak semua anak dapat bertumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya, ada anak yang mengalami hambatan dan kelainan.

Stunting perlu dicegah dan ditangani sesegera mungkin karena menimbulkan berbagai dampak yaitu menyebabkan gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif & motorik sehingga berpengaruh pada perkembangan otak dan keberhasilan pendidikan, dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme. Lama kelamaan menggangu kapasitas intelektual, gangguan struktur dan fungsi saraf dan sel-sel otak yang bersifat permanen dan menyebabkan penurunan kemampuan mencerna pelajaran yang akan produktivitasnya ketika dewasa, maka dapat menyebabka penurunan kualitas SDM dimasa mendatang. Stunting dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan Ibu, Pekerjaan Ibu, dan Penghasilan Keluarga. Faktor yang dapat memengaruhi kejadian stunting salah satunya yaitu pengetahuan ibu. Pengetahuan mengenai stunting sangatlah diperlukan bagi seorang ibu karena pengetahuan ibu mengenai stunting yang kurang dapat menyebabkan anak berisiko mengalami stunting.

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menurunkan angka kejadian stunting yaitu bergabung dengan Scaling Up Nutrition (SUN). Gerakan SUN ini merupakan upaya yang dilakukan oleh berbagai negara untuk memperkuat rencana aksi percepatan perbaikan gizi, khususnya penanganan gizi sejak 1.000 hari dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun. Dalam gerakan SUN dilakukan intervensi spesifik yaitu kegiatan yang ditujukan khusus untuk kelompok 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dan bersifat jangka pendek. Selain itu, intervensi yang dilakukan pada gerakan SUN yaitu intervensi sensitif yang merupakan berbagai kegiatan

(8)

35

pembangunan di luar sektor kesehatan ditujukan untuk masyarakat umum (Mitra, 2015). Selain itu, bidan desa dan perawat puskesmas dapat bekerjasama untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat karena salah satu upaya untuk mencegah stunting dapat dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat.

KESIMPULAN

Pengetahuan ibu tentang stunting Sebagian besar adalah kurang dan terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian stunting.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiningrum, T. (2016). Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari I. Fakultas Ilmu Kesehatan : Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Hapsari, W. (2018). Hubungan Pendapatan Keluarga, Pengetahuan Ibu Tentang Gizi, Tinggi Badan Orang Tua, Dan Tingkat Pendidikan Ayah Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Umur 12-59 Bulan. Fakultas Kedokteran : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. ( 2016). Situasi Gizi di Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Jakarta

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta

Ni’mah C, Muniroh L.(2015). Hubungan tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan pola asuh ibu dengan wasting dan stunting pada balita keluarga miskin. Surabaya: Media Gizi Indonesia;, 10 (1): 84-90.

Pormes, W.E, Rompes.S, Ismanto.A.Y. (2014). Hubungan pengetahuan orang tua tentang gizi dengan stunting pada anak usia 4-5 tahun di TK Malaekat pelindung Manado

Risna, G.S., Nurmasari, W., & Rachma, P (2019). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Responsive Feeding Dengan Kejadian Stunting Pada Baduta Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang. Journal of Nutrition College.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. Diakses: 5 Juli 2020 dari www.depkes.go.id

Soetjiningsih. 2015. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta

Tarigan I dan Aryastami, ( 2017). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bayi Terhadap Pemberian ASI Eksklusif. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 15(4) : 390-397.

UNICEF. (2013). Improving child nutrition, the achievable imperative for global progress. New York: United Nations Chilren’s Fund

WHO/Unicef. ( 2017). The World Bank Joint Child Malnutrition Estimates. 2017 edition. Tim Badan WHO-Unicef- the world bank joint child malnutrition estimates. Diakses: 5 Juli 2020.

http://www.who.int/nuthrowthdb/jme_brochoure2017.pdf?ua=1

Wulandini, (2019).Gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang stunting di Puskesmas Rejosari kecamatan Tenayan raya kota pekanbaru. Collaborative medical Journal (CMJ) vol 3 No.1

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Pengetahuan Pola Makan dengan Kejadian Stunting pada Siswa Hasil dari penelitian mengenai hubungan pengetahuan pola makan ibu dengan kejadian stunting

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lawawoi Kabupaten

Berdasarkan hasil studi pendahuluan masih banyak orang tua yang kurang tepat dalam waktu pemberian MP-ASI yang seharusnya menurut WHO waktu pemberian MP-ASI yang tepat

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perkembangan tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran dan pertumbuhan ekonomi di Kota Jambi dan untuk

pembangunan yang berkaitan dengan pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan realisasi dari aspirasi masyarakat tetapi pada kenyataanya dalam mengawasi Alokasi Dana

Dengan demikian setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama sebagaimana orang yang normal dalam segala aspek kehidupan, baik dalam bidang pendidikan,

Dengan dilaksanakannya penyuluhan stunting dengan metode yang berbeda ini dapat meningkatkan pengetahuan warga desa Gambiran khususnya ibu-ibu mengenai apa itu stunting,

Tinggi badan ibu dan asupan sumber zinc berhubungan dengan kejadian stunting dan tidak terdapat hubungan sosial ekonomi dengan stunting pada anak usia 3-5 tahun