• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 TINJAUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 TINJAUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA SURAKARTA"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

53

BAB 4

TINJAUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA SURAKARTA

4.1 Kota Hijau di Kota Surakarta

Kota Surakarta adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara

administratif seluas 44,04 km2 dan terbagi menjadi lima wilayah kecamatan dan 51 wilayah kelurahan. Kota Surakarta memiliki lima Kecamatan yaitu Kecamatan Laweyan yang terdiri dari 11 kelurahan, Kecamatan Serengan yang terdiri dari 7 kelurahan, Kecamatan Pasar Kliwon yang memiliki 9 kelurahan, Kecamatan Jebres yang memiliki 11 kelurahan dan Kecamatan Banjarsari yang memiliki 13 kelurahan.

daratan rendah dengan ketinggian ±92 m dari permukaan air laut. Kota Surakarta memiliki batasan administratif sebagai berikut:

Sebelah Utara: Kabupaten Boyolali Sebelah Timur: Kabupaten Karanganyar Sebelah Selatan: Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat: Kabupaten Sukoharjo

Kondisi Kota Surakarta secara topografis relatif rendah yaitu pada ketinggian 80-130 mdpl, tepatnya terletak pada cekungan antara dua gunung berapi yaitu Gunung Lawu di sebelah timur dan Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di sebelah barat. Lokasi ini memiliki kemiringan lokasi 0-40%, serta kelerengan 0-2% atau bisa dikatakan sebagai kawasan yang sangat landai. Struktur tanah di Kota Surakarta berdasarkan jenisnya tergolong dalam jenis regosol kelabu dan tanah alluivial yang baik untuk pertanian dan permukiman. Kondisi hidrologi Kota Surakarta mencakup air permukaan yang berupa sungai dan air tanah. Ada lima sungai yang membelah Kota Surakarta yakni Sungai Bengawan Solo, Kali Anyar, Kali Pepe, Kali Pelemwulung dan Kali Jenes. Aliran-aliran air di Kota Surakarta ini seperti sungai, kali, saluran drainase dsb dapat digunakan sebagai dasar pengembangan RTH untuk penyeimbang eksoistem di Kota Surakarta.

Sebagai salah satu kota besar di Provinsi Jawa Tengah, dan pusat kegiatan dari kawasan regional di sekitarnya seperti Sukoharjo, Boyolali, Wonogiri dan Klaten, Kota Surakarta semakin membenahi kualitas kotanya untuk mendapatkan predikat Kota Hijau. Setelah

(2)

commit to user

54

mendapat predikat Kota di dalam Kebun dan Kota Langit Biru , Kota Surakarta pada Tahun 2011 mendapatkan piagam Komitmen Kota Hijau dari pemerintah. Hingga sekarang, pencapaian yang sudah dilakukan Kota Surakarta untuk menjadi Kota Hijau antara lain adalah pembuatan Masterplan Ruang Terbuka Hijau di Kota Surakarta 2012 dan Rencana Aksi Kota Hijau 2013-2017. Keinginan Kota Surakarta menjadi Kota Hijau memang sudah dapat terlihat dari upaya-upaya Pemerintah Kota Surakarta yang senantiasa memperbaiki kualitas RTH maupun menambah luasan RTH di Kota Surakarta. Banyak langkah yang sudah dilakukan oleh Kota Surakarta untuk pemenuhan strategi RTH 30%, misalnya adalah menetapkan daerah yang tidak boleh dibangun atau dipreservasi, mengembangkan jalur hijau, melegalisasi raperda tentang RTH, mengakuisisi RTH privat, dsb.

4.2 Kondisi Variabel-Variabel Atribut Ruang Terbuka Hijau

Atribut ruang terbuka hijau (RTH) pada perwujudan Kota hijau memiliki beberapa aspek yang harus dipenuhi oleh sebuah kota. Aspek tersebut pada penelitian ini antara lain adalah proporsi ruang terbuka hijau, struktur ruang terbuka hijau, distribusi ruang terbuka hijau, kualitas ruang terbuka hijau, keramahan pedestrian dan aksesibilitas menuju ruang terbuka hijau publik aktif di Kota Surakarta.

Proporsi ruang terbuka hijau yaitu persentase ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat terhadap luas Kota Surakarta, luasan minimum ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk dan luasan minimum ruang terbuka hijau berdasarkan kebutuhan oksigen. Struktur ruang terbuka hijau yaitu mengenai kesesuaian elemen-elemen ruang terbuka hijau terhadap hierarki tata ruang kota. Distribusi ruang terbuka hijau yaitu mengenai persebaran ruang terbuka hijau dan jalur-jalur hijau sebagai penghubungnya. Kualitas ruang terbuka hijau yakni mengenai angka polusi udara, efektifnya fungsi RTH yang dilihat melalui elemen-elemen RTH dan tingkat pelayanan minimumnya dan adanya ruang hijau yang ramah bagi pedestrian dan letaknya yang aman dengan lalu lintas kendaraan bermotor. Dan aksesibilitas menuju ruang terbuka hijau publik aktif yakni kemudahan akses menuju ruang terbuka hijau publik.

4.2.1. Proporsi Ruang Terbuka Hijau

Variabel proporsi RTH terkait dengan memenuhi atau tidaknya persentase ruang terbuka hijau terhadap luasan kota, luasan minimum ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk dan luasan ruang terbuka hijau berdasarkan kebutuhan oksigen. Berikut penjelasannya:

(3)

commit to user

55

a. Persentase Ruang Terbuka Hijau terhadap Luasan Kota

Perhitungan proporsi RTH terhadap luasan kota adalah dengan membandingkan antara luas Kota Surakarta dengan jumlah RTH yang ada. Luas RTH adalah penjumlahan dari semua luas RTH Publik seperti Taman Kota, Lapangan Olahraga, Jalur Hijau, TPU dan Taman Kelurahan dan penjumlahan dari RTH privat yang tersebar di seluruh Kota Surakarta. Ruang terbuka hijau privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta, sebagai instansi pemerintah yang mengelola RTH publik, jumlah total RTH publik yang ada adalah seluas 373,02 Ha. Sedangkan untuk luas RTH privat yang didapat dari hasil pemetaan citra Google Earth tahun 2015 adalah seluas 27,67 Ha.

Tabel 4.1 Rincian Luas RTH eksisting di Kota Surakarta Tahun 2014

Sumber: 1) Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta, 2014 2) Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah RTH di Kota Surakarta adalah seluas 400,69 Ha. Adapun luas Kota Surakarta adalah seluas 4.404 Ha. Dengan demikian, luas RTH terhadap luas kota di Kota Surakarta adalah:

= (400,69 Ha : 4.404 Ha) x 100% =9,09%

Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa proporsi total RTH di Kota Surakarta adalah sebesar 9,09% terhadap luas Kota Surakarta. Dengan demikian, untuk indikator proporsi luas RTH terhadap luasan Kota Surakarta memiliki nilai 1, karena kurang dari 20%.

(4)

commit to user

56

Gambar 4.1 Skema Perwujudan Kota Hijau Indikator Persentase RTH terhadap Luas Kota

Sumber: Hasil Analisis, 2015

b. Proporsi RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

Menghitung proporsi kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk, adalah dengan membandingkan total luas RTH publik yang ada di Kota Surakarta dengan jumlah penduduk di Kota Surakarta. Adapun jumlah penduduk per kelurahan di Kota Surakarta berdasarkan data Badan Pusat Statistik adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk di Kota Surakarta

No Kelurahan Penduduk No Jumlah Kelurahan Penduduk Jumlah

A Laweyan 8 Kedung Lumbu 5696

1 Pajang 25.029 9 Sangkrah 11532 2 Laweyan 2655 D Jebres

3 Bumi 7482 1 Kepatihan Kulon 2992 4 Panularan 9930 2 Kepatihan Wetan 3095 5 Sriwedari 4245 3 Sudiroprajan 4999 6 Penumping 5625 4 Gandekan 9625 7 Purwosari 13261 5 Sewu 7558 8 Sondakan 12971 6 Pucangsawit 13776 9 Kerten 9489 7 Jagalan 12480 10 Jajar 8600 8 Purwodiningratan 5458 11 Karangasem 10285 9 Tegalharjo 6129 B Serengan 10 Jebres 32118 1 Joyotakan 8936 11 Mojosongo 49326 2 Danakusuman 11871 E Banjarsari 3 Serengan 13211 1 Mangkubumen 9847 4 Tipes 11597 2 Timuran 2982 5 Kratonan 5699 3 Keprabon 3290 6 Jayengan 5764 4 Ketelan 3547 7 Kemlayan 3879 5 Punggawan 4411

C Pasar Kliwon 6 Kestalan 3048

1 Joyosuran 11778 7 Setabelan 4101 2 Semanggi 34439 8 Gilingan 20255 3 Pasar Kliwon 7188 9 Manahan 10905

9,09% 30%

(5)

commit to user

57 Sumber: BPS Kecamatan Dalam Angka, 2014

Sedangkan data luas total RTH publik yang bersumber dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta dapat diketahui sebagai berikut:

Tabel 4.3 Luas Total RTH Publik di Kota Surakarta

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta, 2014

Dengan jumlah penduduk Kota Surakarta tahun 2014 sebanyak 586.978 jiwa, maka dapat diketahui:

Sediaan RTH di Kota Surakarta berdasarkan jumlah penduduk:

=

=

0,00062Ha/jiwa

=

6,2 m

2

/jiwa

Berdasarkan perhitungan perbandingan luas RTH Kota dengan jumlah penduduk tersebut dapat diketahui bahwa untuk indikator proporsi RTH terhadap jumlah penduduk memiliki nilai 1 karena nilai perbandingan luas RTH dengan jumlah penduduk adalah <13 m2/jiwa.

Gambar 4.2 Skema Perwujudan Kota Hijau Indikator Luas minimum RTH berdasarkan Jumlah Penduduk

(6)

commit to user

58

c. Proporsi RTH Berdasarkan Kebutuhan Oksigen

Luas minimum RTH yang harus dimiliki oleh suatu kota untuk memenuhi kebutuhan oksigen dapat dihitung melalui metode Gerakis (1988) pada persaman berikut:

dengan:

Lt adalah luas RTH Kota pada tahun ke t (m2 )

Pt adalah jumlah kebutuhan oksigen bagi penduduk pada tahun ke t

Kt adalah jumlah kebutuhan oksigen bagi kendaraan bermotor pada tahun ke t Tt adalah jumlah kebutuhan oksigen bagi ternak pada tahun ke t

54 adalah tetapan yang menunjukan bahwa 1 m2 luas lahan menghasilkan 54 gram berat kering tanaman per hari.

0,9375 adalah tetapan yang menunjukan bahwa 1 gram berat kering tanaman adalah setara dengan produksi oksigen 0,9375 gram

2 adalah jumlah musim di Indonesia

Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah sebagai berikut: Pengguna oksigen adalah manusia dan kendaraan bermotor. Hewan ternak diabaikan

karena kurang relevan untuk digunakan pada konteks kawasan perkotaan.

Setiap orang mengonsumsi oksigen yang sama setiap hari, yaitu ±600 liter/hari atau 0,864 kg/hari.

Standar kebutuhan oksigen untuk masing-masing jenis kendaraan bermotor diperoleh dari hasil studi terdahulu (Wisesa, 1988 dalam Lestari dan Jaya 2005).

Jumlah kendaraan yang beroperasi di dalam kota diperoleh dari data lalu lintas harian rata-rata (LHR) kendaraan.

Oksigen hanya dihasilkan oleh tanaman dan suplai oksigen dari luar wilayah kota diabaikan dalam perhitungan.

Perhitungan ini mencoba mengkonversi kebutuhan oksigen ke dalam luas RTH yangharus disediakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Karena basisnya adalah jumlah penduduk pada suatu kota, maka penelitian ini dibatasi oleh batas administrative masing-masing kota.

Dengan demikian, luas RTH yang dibutuhkan berdasarkan kebutuhan oksigen dapat dihitung sebagai berikut:

(7)

commit to user

59

Tabel 4.4 Jumlah Kebutuhan Oksigen

No Kategori Jumlah1) Kebutuhan Oksigen

(kg/hari)2) Total Kebutuhan Oksigen (kg/hari)3) Total Kebutuhan Oksigen (gr/hari)3) 1 Jumlah Penduduk 586978 0,864 507.148,992 507.148.992 2 Mobil Penumpang 68555 11,63 797.294,65 797.294.650 3 Bus 1951 45,76 89.277,76 89.277.760 4 Truk 25169 22,88 575.866,72 575.866.720 5 Sepeda Motor 462008 0,58 267.964,64 267.964.640 Jumlah 2.237.552,762 2.237.552.762

Sumber: 1) Dishubkominfo Kota Surakarta

2) Wisesa (1988) dalam Lestari dan Jaya (2005) 3) Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan rumus dari Gerakis yang telah dimodifikasi, maka luas RTH berdasarkan kebutuhan oksigen dapat dirumuskan sebagai berikut:

m2

Dengan luas kebutuhan RTH berdasarkan kebutuhan oksigen adalah 22.099.286 m2atau 2.209,9 Ha dan sediaan RTH di Kota Surakarta yang ada sekarang adalah seluas 400,69 Ha maka dapat dikatakan bahwa apabila dilihat dari indikator proporsi RTH berdasarkan kebutuhan oksigen masih kurang, dan memiliki nilai 1 karena kurang dari jumah luas kebutuhan RTH yang dihitung berdasarkan kebutuhan oksigen.

Gambar 4.3 Skema Perwujudan Kota Hijau Indikator Luas minimum RTH berdasarkan Kebutuhan Oksigen

Sumber: Hasil Analisis, 2015

2

Sediaan RTH = Kebutuhan O2

(8)

commit to user

60

4.2.2. Struktur Ruang Terbuka Hijau

Secara struktur ruang, agar keberadaan RTH di perkotaan dapat berfungsi secara efektif baik secara pola ekologi maupun secara pola planologis, pengembangan RTH tersebut sebaiknya dilakukan secara hierarki dan terpadu dengan sistem struktur ruang yang ada di perkotaan. Pada setiap tingkatan dalam struktur kota, melekat fungsi pelayanan yang diharapkan, fasilitas yang tersedia serta elemen RTH yang ada sebagaimana diuraikan pada tabel 2.10 pada bab sebelumnya. Berikut merupakan penjabaran setiap elemen RTH di Kota Surakarta yang dikelompokkan berdasarkan masing-masing hierarki kawasan. Sedangkan rincian mengenai elemen yang ada di setiap RTH dapat dilihat pada Lampiran B.

1) Pusat Kota

Elemen Ruang Terbuka Hijau yang seharusnya ada di dalam hieraki pusat kota menurut Kemen PU adalah taman kota, greenbelt, hutan kota, taman botani; Fasilitas Olahraga; Jalur Hijau pada koridor jalan utama dan Danau dan area retensi pengendali banjir.

a) Taman Kota, Greenbelt, Hutan Kota, Taman Botani

Taman kota merupakan ruang di dalam kota yang di tata untuk menciptakan keindahan, kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Klasifikasi RTH yang termasuk taman kota di Kota Surakarta mayoritas adalah berupa sepetak kecil tanah di persimpangan jalan, berupa jalur di ruas jalan tertentu hingga di seputaran landmark Kota Surakarta yang ditumbuhi perdu, tanaman hias hingga pepohonan. Adapun lokasi dan luas dari RTH Taman Kota di Kota Surakarta adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Lokasi dan Luas RTH Taman Kota

No Nama Luas (m2)

1 Taman depan Ged. Wanita s/d seberang Dishub 1.600

2 Taman depan Kantor Dishub 60

3 Taman Seputaran Makutho 34

4 Taman depan POM Bensin Manahan 128

5 Taman selatan stadion Manahan 308

6 Taman depan GOR 830

7 Taman seputaran Tugu Obor 261

8 Taman bunderan tugu wisnu 16

9 Taman Mapam Kuda 960

10 Taman timur SMKN 6 Jl.A Yani 312

11 Taman Seputaran depan Air Mancur Manahan 711

12 Taman proliman balapan 240

13 Taman Kodok Hassanuddin 41,20 14 Taman Pasar Nongko (segitiga) utara 75

15 Taman Pasar Nongko (segitiga) selatan 108

16 Taman Seputaran Pasar Nongko 300

17 Taman Monumen 45 Banjarsari * - 18 Taman Gilingan 1.070 19 Taman Sadinoe 123,50 20 Totogan Mangkunegaran 136

(9)

commit to user

61

No Nama Luas (m2)

22 Taman timur eks KODIM 200

23 Taman Ngesus 6700

24 Taman Balapan 310

25 Taman Ronggowarsito 2.225 26 Taman Setabelan dan seputarannya 1.380 27 Taman Seputar Tugu Lilin 224

28 Taman Bunderan Baron 32

29 Taman Ps.Gading Baturono 810

30 Taman dpn SD Gading 157,50 31 Taman pojok perempatan gading 20

32 Taman Komplang 35,30 33 Taman tengah tugu cembengan 50

34 Taman segitiga barat t.cembengan 10

35 Taman segitiga selatan t.cembengan 20

36 Taman cembengan (timur tugu) 720

37 Taman segitiga barat gapura jurug 95

38 Taman timur gapura jurug 1.579 39 Taman timur pos polisi jurug 55

40 Taman sekitar tugu adipura jurug 492

41 Taman bawah jembatan sebelah barat 2.144 42 Taman selatan pos polisi jurug 447

43 Taman utara gapura jurug depan pintu masuk TSTJ 148

44 Taman utara tugu adipura jurug 3.069 45 Taman Sekartaji 13.740 46 Taman patung slamet riyadi 25

47 Taman depan Pasar Gedhe 25

Taman Jl. Slamet Riyadi : 48 a. segmen rel bengkong-perempatan SE 1.800 49 b. segmen perempatan SE-palang rel 1.200 50 c. palang purwosari-solo square 1.200 51 d. Taman slamet riyadi-swadaya warga palang purwosari-SMP Batik 1.600 52 e. segmen KPN-Kleco segmen KPN-Kleco (ex PKL) 1.800 53 f. Median tengah slamet riyadi St.purwosari-Halte panti waluyo 500

54 g. rel bengkong-Ps.Pon 6.965 55 h. Pasar pon Gladag 3.000 56 Taman Batik Kleco 150

57 Taman depan pasar kleco (pot batu alam) 120

58 Taman pertigaan kerten 256

59 Taman windu kerten 300

60 Taman Pintu Balekambang 169

61 Taman timur Poltabes 135

62 Taman perempatan Sumber 49,30 63 Taman Juanda 1.488 64 Taman monumen kali pepe 260

65 Taman Pena Mas 154

66 Taman depan SMU Muh 1 52

67 Urban Forest Pucang Sawit 8.200

68 Taman Sukarno Hatta -

69 Taman Saraswigati (P2KH) di Mojosongo 4.500

70 Taman P2KH Semanggi 6.712

Total 84.497

(10)

commit to user

62 P et a 4 .1 D is tr ibus i T am an K ot a di K ot a S ur aka rt a

(11)

commit to user

63 Keterangn Peta:

Simbol Nama

A

Taman depan Ged. Wanita s/d seberang Dishub

Taman depan Kantor Dishub

Taman Seputaran depan Air Mancur Manahan Taman depan POM Bensin Manahan

Taman selatan stadion Manahan Taman depan GOR

Taman seputaran Tugu Obor Taman bunderan tugu wisnu Taman Mapam Kuda

B Taman Seputaran Makutho

Taman timur SMKN 6 Jl.A Yani

C Taman proliman balapan

D

Taman Pasar Nongko (segitiga) utara Taman Pasar Nongko (segitiga) selatan Taman Seputaran Pasar Nongko Taman Setabelan dan seputarannya

E Taman Gilingan Taman Sadinoe Totogan Mangkunegaran Taman Tirtonadi F Taman Balapan

G Taman Seputar Tugu Lilin

H Taman Bunderan Baron

I Taman Ps.Gading Baturono

Simbol Nama

Taman dpn SD Gading

Taman pojok perempatan gading

J Taman Komplang

K

Taman tengah tugu cembengan Taman segitiga barat t.cembengan Taman segitiga selatan t.cembengan Taman cembengan (timur tugu)

L

Taman segitiga barat gapura jurug Taman timur gapura jurug Taman timur pos polisi jurug Taman sekitar tugu adipura jurug Taman bawah jembatan sebelah barat Taman selatan pos polisi jurug

Taman utara gapura jurug depan pintu masuk TSTJ

Taman utara tugu adipura jurug

M Taman Sekartaji

N Taman patung slamet riyadi

O Taman depan Pasar Gedhe

P

Taman Jl. Slamet Riyadi :

a. segmen rel bengkong-perempatan SE b. segmen perempatan SE-palang rel c. palang purwosari-solo square

Q Taman Pintu Balekambang

R Urban Forest Pucang Sawit

b) Hutan Kota

Hutan Kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota atau sekitarnya, berbentuk jalur, menyebar, atau bergerombol (menumpuk), strukturnya meniru (menyerupai) hutan alam membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa liar dan menimbulkan linkungan sehat, suasana nyaman, sejuk dan estetis (Irwan,1994 dalam Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota, 2005) Adapun lokasi dan luas hutan kota di Kota Surakarta adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Lokasi dan Luas RTH Hutan Kota

No Nama RTH Luas

(m2)

1 Timur TMP Kusuma Bhakti 46.040

2 Barat Tugu Wahana Tata Nugraha 3.975

3 Kebun Bibit DKP Selatan 10.981

4 Kebun Bibit DKP Utara 9.848

5 Taman Banjarsari 17.219

6 Taman Balekambang 33.400

7 Taman Satwa Taru Jurug 55.640

8 TMP Kusuma Bhakti 48.000

9 Universitas Sebelas Maret 10.000

10 Pedaringan 10.600 11 Stadion Manahan 76.000 12 Taman Sriwedari 35.560 No Nama RTH Luas (m2) 13

Tugu Wisnu Tugu Adipura sisi

Selatan 4.600

14

Tugu Wisnu Tugu Adipura sisi

Utara 5.200

15 Tugu Wisnu Tugu Obor 4.475

16 Singosaren Sabar Motor 3.928

17 Jl. Bhayangkara 3.600

18 Jl. Kol. Sutarto 6.000

19

Depan Pasar Kleco RS. Panti

Waluyo 6.000

20 Stasiun Purwosari - Gladag 8.000

(12)

commit to user

64

No Nama RTH Luas

(m2)

22 Solo Techno Park 5.823

23 Taman Budaya Jawa Tengah 2.500

24 Taman Ronggowarsito 14.188 No Nama RTH Luas (m2) 25 RW.23, RW 24 dan RW 25 Kelurahan Jebres 24.459 Total 499.436 Sumber: DKP KotaSurakarta, 2015

Distribusi antara hutan kota satu dengan yang lainnya cenderung menyebar yakni di sebelah timur dan barat di KotaSurakarta. Hutan kota di Kota Surakarta yang berbentuk jalur terdapat di enam titik yaitu sepanjang jalan Adi Sucipto, jalan Bhayangkara dan jalan Kolonel Sutarto, Depan Pasar Kleco-RS Panti Waluyo, jalan dari Singosaren-Gladag dan sepanjang jalan dari Stasiun Purwosari-Gladag. Sedangkan hutan kotaKota Surakarta yang lainnya berbentuk menggerombol (menumpuk) di suatu tempat. Adapun hutan kota yang dikhususkan menjadi habitat satwa di Kota Surakarta adalah Kebun Binatang Taman Satwa Taru Jurug. Adapun sejumlah vegetasi-vegetasi yang saat ini tersebar di Kota Surakarta merupakan hasil dari pembibitan dan pengelolaan sendiri oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta dimana bibit-bibit tersebut dikelola di Kebun Bibit DKP. Berikut merupakan peta distribusi hutan kota di Kota Surakarta:

(13)

commit to user

65 P et a 4 .2 D is tr ibus i H ut an K o ta di K ot a S ur a ka rt a

(14)

commit to user

66

c) Stadion sepakbola skala regional/nasional

Kota Surakarta memiliki stadion yaitu Stadion Manahan yang merupakan stadion olahraga yang representative untuk penyelenggaraan olahraga khususnya sepakbola di skala nasional mapun internasional.

Gambar 4.4 Stadion Manahan Kota Surakarta

Sumber: Survey Primer, 2015

d) Jalur-jalur hijau pada koridor jalan utama

Selain RTH yang berbentuk mengelompok atau menggerombol, Kota Surakarta juga memiliki RTH yang berbenuk jejaring atau jalur hijau. Jalur hijau merupakan jejaring RTH yang sebaiknya dapat menghubungkan antar ruang terbuka publik serta terintegrasi dengan pusat transportasi masal maupun dengan landmark sekaligus membentuk places dengan skala yang proporsional untuk manusia. Menurut Kurokawa, jejaring RTH sebaiknya nyaman dan ramah bagi pejalan kaki. Sedangkan berdasarkan data Dishubkominfo Kota Surakarta, Jalur Hijau yang memiliki jalur pejalan kaki atau pedestrian yang baik adalah JL Ronggowarsito, Jl LU. Adi Sucipto, Jl. Brigjen Slamet Riyadi, Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Adi Sumarmo, Jl. Ir Sutami, Jl. Kol Sutarto, Jl. Jend A Yani, Jl. Veteran, Jl. Dr Rajiman, Jl Gatot Subroto dan Jl Yos Sudarso. Berikut merupakan persebaran lokasi dan luas Jalur Hijau yang dapat dilihat melalui tabel dan peta di bawah ini:

Tabel 4.7 Lokasi dan Luas Jalur Hijau

No Nama RTH Luas (m2)

1 Jalur Hijau Jl. Adi Sucipto (sebagian sudah masuk Perwali 14.275 m2) 863

2 Jalur Hijau Jl. MT Haryono 1.686

3 Jalur Hijau Jl. Ahmad Yani 17.485

4 Jalur Hijau Jl. Menteri Supeno 1.384

5 Jalur Hijau Jl.Sam Ratulangi 3.600

(15)

commit to user

67

No Nama RTH Luas (m2)

7 Jalur Hijau Jl.Thamrin 2.000

8 Jalur Hijau Jl.Mangunsarkoro 3.600

9 Jalur Hijau Jl.Adisumarmo 3.400

10 Jalur Hijau Jl.Letjen Sutoyo 2.000

11 Jalur Hijau Jl. Yosodipuro 5.000

12 Jalur Hijau Jl.Ronggowarsito 3.900

13 Jalur Hijau Jl.Gajah Mada 1.100

14 Jalur Hijau Jl. Kartini 200

15 Jalur Hijau Jl. Dr. Cipto M 2.000

16 Jalur hijau Jl.Monginsidi 2.300

17 Median jalan Monginsidi balapan 81

18 Jalur Hijau Jl. Dr. Muwardi 337,20

21 Jalur Hijau Jl.Perintis Kemerdekaan 8.000

22 Jalur Hijau Jl. Dr.Wahidin 150

23 Jalur Hijau Jl. Gatot Subroto 290

24 Jalur hijau Jl.Honggowongso 470

25 Jalur Hijau Jl. M Yamin 1.675

26 Jalur Hijau Jl.Veteran (Makro-Perempatan Sraten) 284

27 Jalur Hijau Jl.Veteran (perempatan gemblegan-baturono) 1.200

28 Jalur Hijau Jl. Hassanudin 4.000

30 Jalur Hijau Jl.Ir.Sutami (cembengan-jurug) 2.400

31 Jalur Hijau Jl. Ki Hajar Dewantara 6.750

32 Jalur Hijau Jl. Tentara Pelajar 6.450

33 Jalur Hijau Jl.Kol.Sutarto (1/4 panggung-cembengan) 6.000

34 Pot tengah ringin semar 80

35 Pot tengah barat panggung 20

36 Pot tengah timur panggung 20

37 Jalur Hijau Jl. Untung Suropati 2.555

38 Jalur Hijau Jl. Yos sudarso (perempatan Nonongan-gemblegan) 2.300

39 Jalur Hijau Jl.Kapt.Mulyadi-perempatan Baturono 1.200

40 Jalur Hijau Jl.Brigjend Sudiarto 2.000

Jalur Hijau Jl.Brigjend Sudiarto (pot tanaman) 348,30

41 Jalur Hijau Jl.Kapt.Mulyadi 200

42 Jalur Hijau Jl.Mayor Kusmanto 1.671

43 Jalur Hijau Jl.Urip Sumohardjo 3.300

44 Jalur Hijau Jl.Jend Sudirman 2.450

47 Jalur Hijau Jl. KH.Agus Salim (Grapari pertigaan Jongke) 8.000

48 Jalur Hijau Jl.Sutan Syahrir 1.000

49 Jalur Hijau Jl.S Parman (Ratu Luwes) 700

50 Jalur Hijau Jl.RM Said 1.000

51 Jalur Hijau Jl.Setiabudi 1.200

52 Jalur Hijau Jl.Dr Supomo 800

(16)

commit to user

68

No Nama RTH Luas (m2)

54 Jalur Hijau Jl.Arif Rahman Hakim 400

TOTAL LUAS JALUR HIJAU JALAN 121.449,50

Sumber: DKP Kota Surakara, 2015

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4.5 Jalur Hijau di Kota Surakarta a) Jl Adi Sucipto

b) Jl Yos Sudarso c) Jl Menteri Supeno d) Jl Tentara Pelajar

(17)

commit to user

69 P et a 4 .3 D is tr ibus i Ja lu r H ij a u di K ot a S ur a ka rt a

(18)

commit to user

70

e) Danau dan area retensi pengendali banjir

Kota Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang dilewati oleh aliran Sungai Bengawan Solo yang meskipun masih di bagian hulu, namun masih sering menerima dampak kenaikan muka airnya.Untuk mengatasinya, dibangunlah pintu air, tanggul dan daerah-daerah resapan air. Di Kota Surakarta, selama ini sudah dibangun oleh BLH Kota Surakarta (Badan Lingkungan Hidup) beberapa daerah resapan air guna memaksimalkan penyimpanan air tanah dan pengendali banjir. Daerah resapan air ini dibangun dengan memfungsikan sejumlah kawasan bantaran sungai, seperti Kali Anyar dan Bengawan Solo. Adapun daerah-daerah tersebut antara lain adalah Taman Sekartaji, Taman Tirtonadi, dan Urban Forest.

(a) (b)

(c)

Gambar 4.6 Area Retensi Pengendali Banjir di Kota Surakarta a) Taman Sekartaji

b) Taman Tirtonadi

c) Urban Forest Pucangsawit

(19)

commit to user

71

2) Kecamatan

a) Taman Kecamatan, Jogging Track

Meskipun belum sesuai dengan model ideal tipe taman kecamatan, Kota Surakarta sudah memiliki taman yang dikelola oleh Kecamatan namun belum memiliki jogging track tingkat kecamatan.

b) Fasilitas Olahraga, stadion mini, kolam renang

Fasilitas olahraga antaralain adalah untuk sepakbola. Fasilitas olahraga ini antara lain adalah stadion maladi, sriwedari dan lapangan kota barat.

c) Sempadan sungai, situ dan kolam-kolam retensi

Kota Surakarta memiliki sempadan sungai yang digunakan sebagai daerah resapan air, antara lain adalah pada sempadan sungai Bengawan Solo dan sempadan Sungai Pepe d) Urban agriculture, kebon bibit, taman bunga dll

Kebun bibit di Kota Surakarta merupakan tempat yang digunakan untuk produksi (pembibitan) dan perawatan tanaman hias yang nantinya digunakan untuk Kebun bibit yang juga merupakan penghargaan untuk Kota Surakarta karena telah menjadi kota hijau kedua di Indonesia setelah Kota Surabaya ini terletak di komplek Taman Balekambang, Jl Ahmad Yani, Kecamatan Banjarsari. Terdapat 80 spesies tanaman di kebun bibit ini. Adapun tanaman yang ada pada kebun ini antara lain adalah Lili Pare, Turim, Akasia, Palem, Pohon Angsana, Pohon Budi, Bunga Bugenvil, Bunga Melati, Bunga Soka, Tanjung, Kluwak, Kayu Putih, Sawo Ijo, Mangga, Sabrina Rambat, Ringin India, Nusa Indah, Pule, Palem Merah, dsb.

(20)

commit to user

72

3) Kelurahan

a) Taman kelurahan, taman bunga

Elemen Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kelurahan di Kota Surakarta sudah ada di sebagian besar setiap kelurahan di KotaSurakarta. RTH Kelurahan ini mberupa taman yang dikelola kelurahan. Bentuk dari taman kelurahan sendiri inipun berbeda-beda, seperti misalnya taman pasif di persimpangan jalan, jalur-jalur hijau yang digunakan untuk taman publik aktif, taman bekas TPS yang dimanfaatkan sebagai taman, hingga taman pasif yang berada di depan kantor kelurahan itu sendiri. Taman-taman kelurahan di Kota Surakarta ini belum memiliki bentuk yang pasti dan sifatnya masih cenderung taman pasif. Adapun kelurahan yang tidak memiliki RTH Kelurahan berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta antara lain adalah Kelurahan Jajar dan Kelurahan Mojosongo. Sedangakan luasan masing-masing RTH kelurahan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

Tabel 4.8 Luas RTH Kelurahan

No Kelurahan Luas RTH

Kelurahan (m²) No Kelurahan

Luas RTH Kelurahan (m²)

A Laweyan 2.973 8 Kedung Lumbu 137

1 Pajang 170 9 Sangkrah 314

2 Laweyan 533 D Jebres 5.946 3 Bumi 30 1 Kepatihan Kulon 2

4 Panularan 29 2 Kepatihan Wetan 370

5 Sriwedari 50 3 Sudiroprajan 20 6 Penumping 69 4 Gandekan 62 7 Purwosari 114 5 Sewu 315 8 Sondakan 1595 6 Pucangsawit 170 9 Kerten 311 7 Jagalan 124 10 Jajar 0 8 Purwodiningratan 42 11 Karangasem 72 9 Tegalharjo 425 B Serengan 5446 10 Jebres 4416 1 Joyotakan 1792 11 Mojosongo 0 2 Danakusuman 1938,5 E Banjarsari 2.367 3 Serengan 1295 1 Mangkubumen 134 4 Tipes 74 2 Timuran 62 5 Kratonan 243 3 Keprabon 95 6 Jayengan 26 4 Ketelan 67 7 Kemlayan 77,5 5 Punggawan 67

C Pasar Kliwon 1.153,50 6 Kestalan 54

1 Joyosuran 55 7 Setabelan 16

2 Semanggi 21 8 Gilingan 129

3 Pasar Kliwon 78 9 Manahan 129

4 Baluwarti 605 10 Sumber 849

5 Gajahan 21 11 Nusukan 147

6 Kauman 66,5 12 Kadipiro 450

7 Kampung Baru 170 13 Banyuanyar 168

Jumlah 17.885,50

(21)

commit to user

73

(a) (b) (c)

Gambar 4.8 Taman Kelurahan di Kota Surakarta a) Taman Kelurahan Gilingan

b) Taman Kelurahan Kedung Lumbu c) Taman Kelurahan Penumping

Sumber: Survey Primer, 2015

b) Sarana olahraga lapangan bola, lapangan basket

Lapangan olahraga merupakan lapangan yang dibangun untuk menampung berbagai aktifitas olahraga serta sarana-sarana penunjangnya. Fungsi lapangan olahraga adalah sebagai tempat berolahraga, sarana wadah interaksi, tempat pertemuan, tempat sosialisasi, bermain, serta untuk meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya. Lapangan olahraga di Kota Surakarta ada 19 titik yang tersebar di seluruh Kota Surakarta. Adapun lokasi dan luas lapangan olah raga di Kota Surakarta dapat diketahui dari tabel dan peta berikut:

Tabel 4.9 Lokasi dan Luas RTH Lapangan Olah Raga

No Nama RTH Luas (m2)

1 Lapangan Pajang/Jegon 9.687

2 Lapangan Sri Waru 10.044

3 Lapangan Penumping 6.392

4 Lapangan Kota Barat 17.750

5 Lapangan Kartopuran 8.900

6 Lapangan Prawit 6.000

7 Lapangan Cengklik Ngemplak 20.000

8 Lapangan Demangan 8.270

9 Lapangan Losari 11.040

10 Lapangan Karang Asem 9.850

No Nama RTH Luas (m2) 11 Lapangan Jajar 6.578 12 Lapangan Banyuanyar 11.850 13 Lapangan Sumber 7.020 14 Lapangan Mojosongo 9.162 15 Lapangan Sewu 9.000 16 Lapangan Kenteng 6.580 17 Lapangan Ngipang 8.508

18 Lapangan Perumnas Mojosongo 8.050

19 Lapangan Manahan 100.000

Total 274.681

(22)

commit to user

74 P et a 4 .4 D is tr ibus i L a p a nga n O la h R aga di K ot a S ur a k a rt a

(23)

commit to user

75

c) TPU

Kondisi tempat pemakaman umum di Kota Surakarta didominasi semak hingga pepohonan. Taman Pemakaman umum di kota Surakarta merupakan pemakaman yang dikelola oleh DKP Kota Surakarta, tersebar di lima tempat terntentu dan digunakan untuk masyarakat Kota Surakarta secara umum, Pada awalnya, Kota Surakarta memiliki pemakaman yang berada di hampir setiap kelurahan. Namun kini, pemakaman tersebut sudah tidak lagi dapat difungsikan untuk memakamkan karena sudah tidak ada ruang lagi. Adapun lokasi dan luas RTH tempat pemakaman umum besar di Kota Surakarta adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10 Lokasi dan Luas RTH Pemakaman

No Nama RTH Luas (m2) 1 TPU Untoroloyo 58.627 2 TPU Purwoloyo 90.300 3 TPU Bonoloyo 156.930 4 TPU Mojo 90.810 5 TPU Daksinoloyo 10.300 Total 406.967

Sumber: DKP Kota Surakarta, 2015

Gambar 4.9 TPU Bonoloyo Sumber: Survey Primer, 2015

(24)

commit to user

76 P e ta 4. 5 D is tr ibu si R T H P e m ak am an d i K o ta Sur ak a rt a

(25)

commit to user

77

Berdasarkan keterangan-keterangan mengenai elemen ruang terbka hijau yan berada di Kota Surakarta di atas, dapat dirumskan sintesanya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11 Sintesa Indikator Struktur RTH

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta, 2014 dan Survey Primer, 2015

Berdasarkan hasil dari identifikasi elemen RTH berdasarkan hierarki kota tersebut, dapat diketahui bahwa untuk indikator struktur RTH mendapatkan nilai 2, karena hampir semua elemen RTH yang sudah ditetapkan ada di setiap hierarki kota.

Gambar 4.10 Skema Perwujudan Kota Hijau Indikator Kesesuaian elemen RTH terhadap Hierarki Kota

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Hirarki

Kawasan Elemeen RTH

Ada Tidak

Ada

Pusat kota Taman kota, greenbelt, hutan kota,

taman botani, dll

Fasilitas olahraga: stadion sepakbola skala regional/nasional

Jalur-jalur hijau pada koridor jalan utama

Danau dan area retensi pengendali banjir

Sub-Pusat (Kecamatan)

Taman Kecamatan, Jogging Track Fasilitas Olahraga, stadion mini,

kolam renang

Sempadan sungai, situ dan kolam-kolam retensi

Urban agriculture, kebon bibit, taman bunga dll

Lokal (Kelurahan)

Taman kelurahan, taman bunga Sarana olahraga lapangan bola,

lapangan basket TPU Sub-Lokal (RT/RW) Taman bermain Lapangan olahraga Taman-taman privat

Semua elemen RTH terdapat di setiap hirarki kawasan Beberapa elemen RTH terdapat

di setiap hirarki kawasan Tidak ada elemen RTH yang

terdapat di setiap hirarki kawasan

(26)

commit to user

78 P e ta 4. 6 St ruk tur R T H d i K ot a Sur ak ar ta

(27)

commit to user

79

4.2.3. Distribusi Ruang Terbuka Hijau

Variabel distribusi RTH dalam hal ini ditinjau dari sebaran RTH di Kota Surakarta dan jalur-jalur hijau penghubungnya. Berdasarkan peta distribusi RTH di bawah ini dapat diketahui bahwa distribusi RTH di Kota Surakarta sudah tersebar merata di Kota Surakarta mengikuti konsentrasi kepadatan populasi, yaitu di Kota Surakarta baian selatan. Meskipun demikian, RTH belum terlihat ada di setiap tingkat pelayanan, seperti di setiap kelurahan atau di setiap kecamatan. Berdasarkan peta overlay antara RTH, dan Jalur Hijau di bawah ini pula dapat diketahui bahwa antara RTH yang berupa RTH Hutan Kota satu sama lain terhubung oleh jalur hijau. Hanya ada sebagian kecil lapangan olahraga di Kecamatan Banjarsari ada yang tidak terhubung dengan jalur hijau. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk indikator Distribusi RTH mendapatkan nilai 2 karena RTH Publik Aktif belum tersebar merata di setiap tingkat pelayanan namun sudah terhubung dengan jalur hijau.

Gambar 4.11 Skema Perwujudan Kota Hijau Indikator Persebaran RTH

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Distribusi RTH merata dan terhubung jalur hijau Distribusi RTH tidak merata namun terhubung jalur hijau Distribusi RTH tidak merata

dan tidak terhubung jalur hijau

RTH belum terdistribusi sesuai dengan tingkat tingkat pelayanan namun sudah

(28)

commit to user

80 Peta 4. 7 Disrib usi RTH di Kota Suraka rt a

(29)

commit to user

81

4.2.4. Kualitas RTH

Variabel kualitas RTH memiliki beberapa indicator antara lain adalah ndicator angka polusi udara, kesesuaian RTH terhadap tingkat pelayanan dan standar minimal serta adanya peraturan yang melindungi habitat kritis dan habitat lainnya. Berikut penjelasannya:

a. Angka polusi udara

Angka polusi udara di Kota Surakarta apakah melebihi baku mutu atau tidak, dapat diketahui dari data hasil pemantauan kualitas udara oleh BLH Kota Surakarta yang terdapat dalam dokumen SLHD Kota Surakarta 2014. Berikut merupakan rincian kadar polutan udara berupa SO2, NO2 dan O3 yang dipantau di 15 titik:

Tabel 4.12 Kadar Polusi di 15 Titik di Kota Surakarta

No Lokasi Parameter NO2 O3 SO2 µg/Nm3 µg/Nm3 µg/Nm3 Baku Mutu 316 200 632 1 Jl Kolonel Sugiono 42,30 4,27 21,45 2 Taman Balekambang 3,65 15,23 8,10 3 Jl Dr. Radjiman 35,82 3,65 15,35 4 Jl Bhayangkara 24,80 4,53 28,12 5 Taman Monumen 45 4,57 5,92 6,42

6 Taman Edu Park 14,39 6,56 10,32

7 Jl Adi Sucipto 198 35,00 11,24 18,56

8 Jl Ir Sutami 26,58 5,07 10,98

9 Ring Road Mojosongo 32,56 7,34 20,12

10 Lapangan Mojosongo 16,82 5,27 15,59

11 Jl Nanas 47,43 5,56 65,5

12 Jl Slamet Riyadi 28,28 13,38 31,25

13 Area Industri Pabrik PT

Kusuma Mulia 29,67 4,98 47,32 14 Jl Veteran 36,55 7,43 13,34 15 Jl Jendral Sudirman 37,65 12,86 41,30 Rata-Rata 27,74 12,86 41,3 Sumber: SLHD Surakarta, 2014

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa kadar NO2, O3 maupun SO2 di Kota

Surakarta lebih rendah dari buku mutu atau melebihi standar yang berarti masih aman untuk kesehatan . Dengan demikian untuk indikator angka polusi udara mendapatkan nilai 3.

(30)

commit to user

82

Gambar 4.12 Skema Perwujudan Kota Hijau Indikator Angka Polusi Udara (Air Polution)

Sumber: Hasil Analisis, 2015

b. Kesesuaian elemen-elemen RTH terhadap tingkat pelayanan dan standar minimal

Fungsi Ruang Terbuka Hijau dapat dikatakan baik apabila terdapat elemen-elemen RTH yang sesuai dengan tingkat pelayanannya dan memenuhi standar minimal. Berdasarkan perhitungan sebelumnya dapat diketahui bahwa sudah terdapat elemen RTH kelurahan, walaupun tidak semua kelurahan di Kota Surakarta memiliki taman. Kelurahan yang tidak memiliki taman kelurahan tersebut antara lain adalah Kelurahan Jajar dan Kelurahan Mojosongo. Pada data juga sudah disebutkan bahwa di Kota Surakarta sudah memiliki elemen RTH seperti Tempat Pemakaman Umum, RTH Taman Kota dan RTH Hutan Kota. Sedangkan berikut merupakan perhitungan masing-masing elemen RTH untuk selanjutnya dibandingkan dengan ketentuan minimal:

a) RTH Kelurahan

Sediaan minimal= 0,3 m2/jiwa

Sediaan RTH Kelurahan yang ada = Luas RTH Kelurahan : Jumlah Penduduk = 17.885,5: 586.978 = 0,03 m2/jiwa

Karena sediaan RTH kelurahan yang ada (0,03 m2/jiwa) < Sediaan minimal (0,3 m2/jiwa), maka dapat dikatakan sudah terdapat elemen RTH Kelurahan namun belum memenuhi standar minimal RTH Kelurahan.

b) RTH Tempat Pemakaman Umum

Sediaan minimal TPU = 1,2 m2/jiwa

Sediaan TPU yang ada = Luas RTH TPU : Jumlah Penduduk = 417.967: 586.978 = 0,712 m2/jiwa

Karena sediaan RTH TPU yang ada (0,712 m2/jiwa) < sediaan minimal TPU (1,2 m2/jiwa), maka dapat dikatakan sudah terdapat RTH TPU namun belum memenuhi standar minimal RTH TPU.

c) RTH Taman Kota

Kadar Polutan < Baku Mutu Kadar Polutan = Baku Mutu Kadar Poutan > Baku Mutu

Kadar SO241,3 µg/Nm3

Kadar NO2 27,74 µg/Nm3

(31)

commit to user

83

Sediaan minimal= 0,3 m2/jiwa

Sediaan RTH Taman yang ada = Luas RTH Taman Kota : Jumlah Penduduk = 78.466,8 : 586.978 = 0,13 m2/jiwa

Karena sediaan taman kota yang ada (0,13 m2/jiwa) < Sediaan minimal (0,3 m2/jiwa), maka dapat dikatakan sudah terdapat elemen RTH Taman Kota namun belum memenuhi standar minimal RTH Taman Kota.

d) Hutan Kota

Sediaan minimal= 4 m2/jiwa

Sediaan RTH Hutan Kota yang ada = Luas RTH Hutan Kota : Jumlah Penduduk = 499.436 : 586.978 = 0,85 m2/jiwa

Karena sediaan hutan kota yang ada (0,85 m2/jiwa) < Sediaan minimal (4 m2/jiwa), maka dapat dikatakan sudah terdapat elemen RTH Hutan Kota namun belum memenuhi standar minimal RTH Hutan Kota.

Berdasarkan perhitungan RTH Kelurahan, RTH TPU, RTH Taman Kota dan RTH Hutan Kota dapat diketahui bahwa RTH di Kota Surakarta sudah memiliki setiap elemen RTH, namun memiliki luasan yang masih sangat kurang dengan ketentuan luasan minimal RTH per kapita. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk indikator elemen RTH yang sesuai dengan tingkat pelayanannya mendapatkan nilai 2 karena sudah terdapat elemen RTH yang sesuai dengan tingkat pelayanannya namun belum memenuhi persyaratan minimal.

Gambar 4.13 Skema Perwujudan Kota Hijau Indikator Kesesuaian elemen RTH dengan Tingkat Pelayanannya

Sumber: Hasil Analisis, 2015

c. Adanya ruang hijau yang ramah bagi pejalan kaki

Ruang hijau yang ramah bagi pejalan kaki di Kota Surakarta disini yang menjadi sampel penelitian adalah City Walk di Jl Slamet Riyadi, karena letaknya yang berada di pusat Kota Surakarta dan memanjang sepanjang jalan utama Slamet Riyadi. Jalur city walk Jl Slamet Riyadi ini merupakan pedestrian mix sebagai koridor pejalan kaki juga sebagai akses keluar

Terdapat elemen RTH yang sesuai dengan tingkat pelayanannya dan melebihi persyaratan minimal Terdapat elemen RTH yang sesuai dengan tingkat pelayanannya namun tidak memenuhi persyaratan minimal

Tidak memiliki elemen RTH yang sesuai dengan tingkat pelayanannya

Sudah terdapat RTH Kelurahan, RTH TPU, Taman Kota dan Hutan

(32)

commit to user

84

masuk alat transportasi penghuni. Pedestrian ini terdiri dari tujuh segmen, yakni segmen 1: Purwosari-Brengosan, segmen 2: Brengosan-Gendhengan, segmen 3: Gendhengen-Stadion, segmen 4: Stadion- Ngapeman, segmen 5: Ngapeman-Yos Sudarso, segmen 6: Yos Sudarso- Gladag, segmen 7: Gladag-Pasar Gede. Berdasarkan observasi di lapangan dapat diketahui bahwa city walk tersebut memiliki kanopi berupa pohon yang cukup rindang yang terletak antara jalur pedestrian dengan jalur lalu lintas kendaraan bermotor. Dengan demikian, pengguna city walk tersebut tidak terganggu dan merasa aman menggunakan fasilitas pejalan kaki ini. Adapun jenis pohon yang tersebar di city walk ini antara lain adalah pohon asem, pohon angsana, glodog, petai cina, akasia dll. Selain pepohonan, sebagai pembatas jalur ini juga terdapat tanaman perdu dan tanaman hias sehingga menambah nilai keindahan jalur tersebut. Selain itu, pada city walk ini juga terdapat fasilitas-fasilitas penunjang lain yang menambah keramahan pengguna, antara lain adalah guiding block/braille block, drainase, tempat sampah, kursi taman, pergola, lampu jalan dengan skala manusia. Ruang hijau lain yang dapat digunakan untuk pejalan kaki adalah jl Kapten Mulyadi, Jl Adi Sucipto, Jl Kol Sutarto. Meskipun ruang hijau tersebut tidak memiliki fasilitas selengkap city walk, namun ruang hijau di sisi jalan tersebut dapat digunakan untuk berjalan kaki dan ramah karena terdapat pembatas dengan lalu lintas kendraan bermotor. Dengan demikian, untuk indikator ruang hijau yang ramah bagi pejalan kaki mendapatkan nilai 3 karena ruang hijau yang ada aman bagi pengguna pejalan kaki dan memiliki kanopi yang cukup rindang.

Gambar 4.14 Skema Perwujudan Kota Hijau Indikator Ruang Hijau yang Ramah Bagi Pejalan kaki

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Terdapat ruang hijau bagi pejalan kaki dan aman dari lalulintas kendaraan bermotor Terdapat ruang hijau bagi pejalan kaki namun kurang aman dari lalulintas kendaraan bermotor Tidak terdapat ruang hijau bagi pejalan kaki dan tidak aman dari lalulintas kendaraan bermotor

(33)

commit to user

85

(a) (b) Gambar 4.15 Ruang Hijau bagi Pejalan Kaki di Kota Surakarta

a) City Walk Jl Slamet Riyadi

b) Ruang hijau sepanjang Jl Kapten Mulyadi

Sumber: Survey Primer, 2015

4.2.5. Aksesibilitas RTH Publik Aktif

Untuk indikator dari variabel aksesibilitas di ruang terbuka hijau publikaktif di Kota Surakarta adalah dilihat dari ada atau tidaknya transportasi publik yang menjangkau ke setiap ruang terbuka hijau publik tersebut. Berdasarkan hasil observasi dan data sekunder dari Dishubkominfo Kota Surakarta, dapat diketahui bahwa hampir seluruh ruang terbuka hijau publik di Kota Surakarta dapat dijangkau oleh transportasi publik(Publik/Mass

Transportation). Adapun beberapa ruang terbuka hijau publik yang keberadaan lokasinya

tidak secara langsung dapat dicapai dengan transportasi publik, melainkan dengan melanjutkan dengan berjalan kaki atau menggunakan transportasi non publik adalah Taman Perdikan Anaka Merdeka, Taman Perdikan Anak Merdeka, dan Urban Forest. Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat diketahui bahwa untuk indikator aksesibilitas RTH Publik Aktif mendapatkan nilai 3 karena mayoritas RTH Publik Aktif di Kota Surakarta dapat diakses langsung menggunakan transportasi publik. Adapun peta transportasi publik yang melewati RTH publik aktif dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.16 Skema Perwujudan Kota Hijau Indikator Aksesibilitas RTH

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Terdapat transportasi publik yang langsung menuju RTH publik aktif Terdapat transportasi publik namun tidak langsung menuju RTH publik aktif Tidak terdapat transportasi publik menuju RTH publik aktif

BST 1, BST 2, Bus Koridor 1-9

(34)

commit to user

86 P et a 4 .8 R ut e T ra ns p o rt as i P ubl ik y a ng M e le w a ti R T H P ubl ik di K ot a S ur a ka rt a

(35)

commit to user

87

Berdasarkan data-data yang diperoleh dan diolah, maka dapat disimpulkan beberapa hasil pendataan seperti tabel di bawah ini:

Tabel 4.13 Sintesa Kondisi Variabel

Variabel Indikator Hasil Pendataan

Proporsi RTH

Persentase RTH terhadap luasan kota

Persentase luas RTH terhadap luas Kota Surakarta: 9,09%, berada di bawah 20% yang berarti memiliki nilai 1.

Luas RTH berdasarakan jumlah penduduk

Luas RTH berdasarkan jumlah penduduk: 6,2

m2/jiwa, di bawah 13 m2/jiwa yang berarti memiliki

nilai 1.

Luas RTH berdasarkan kebutuhan oksigen

Luas RTH berdasarkan kebutuhan oksigen 2.209,9 Ha, sedangkan sediaan RTH saat ini adalah 400,69 Ha. Berarti memiliki nilai 1karena sediaan RTH kurang dari jumlah kebutuhan RTH berdasarkan oksigen.

Struktur RTH

Kesesuaian elemen RTH terhadap hierarki tata ruang

kota

Ada beberapa elemen RTH yang tidak terdapat di setiap hierarki tata ruang kota (taman kecamatan, jogging track tingkat kecamatan, TPU kelurahan, taman bermain dan lapangan olahraga tingkat RT/RW) yang berarti mendapat nilai 2.

Distribusi RTH Persebaran RTH

Persebaran RTH belum merata sesuai dengan tingkat pelayanan namun sudah terhubung jalur hijau, yang berarti mendapat nilai 3

Kualitas RTH

Angka polusi udara

Kadar polutan kurang dari baku mutu

Kadar polutan udara SO2: 41,3 µg/Nm3 (<210,67

µg/Nm3);

Kadar polutan udara NO2: 27,74 µg/Nm3 (<105,33

µg/Nm3);

Kadar polutan udara O3: 12,86 µg/Nm3 (<66,67

µg/Nm3), yang berarti memiliki nilai 3

Kesesuaian elemen RTH terhadap tingkat pelayanannya

dan pemenuhan standar minimal

Elemen RTH sudah sesuai dengan tingkat

pelayanannya namun kesemuanya belum memenuhi standar minimal, yang berarti mendapatkan nilai 2.

Adanya ruang hijau yang ramah bagi pejalan kaki

Sudah terdapat ruang hijau bagi pejalan kaki yang memiliki pohon sebagai kanopi dan letaknya terletak sebagai pembatas dengan jalur kendaraan sehingga aman dari lalu lintas kendaraan bermotor. Berarti memiliki nilai 3.

Aksesibilitas RTH

Adanya transportasi publik yang langsung menuju RTH

Publik Aktif

Hampir seluruh RTH Publik Aktif terlayani rute transportasi publik aktif langsung, yang berarti mendapatkan nilai 3.

Sumber: Hasil Analisis, 2015

4.3 Penilaian Perwujudan Kota Hijau di Kota Surakarta dari Daya Dukung RTH Penilaian perwujudan Kota Hijau di Kota Surakarta dari atribut RTH dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah pembahasan perwujudan Kota Hijau dari atribut RTH di Kota Surakarta per variabel. Tahap kedua adalah analisis perwujudan Kota Hijau di Kota

(36)

commit to user

88

Surakarta dari atribut RTH secara keseluruhan berdasarkan semua variabel untuk mengetahui perwujudan Kota Hijau di Kota Surakarta dari atribut RTH.

4.3.1. Penilaian Daya Dukung RTH dalam Perwujudan Atribut RTH pada Kota Hijau Tiap Variabel

Penilaian perwujudan Kota Hijau di Surakarta dalam penelitian ini dilihat berdasarkan variabel-variabel yang dibentuk dari salah satu atribut Kota Hijau, yaitu ruang terbuka hijau. Adapun nilai dari masing-masing variabel berdasarkan hasil pendataan dan pengolahan data dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Penilaian Variabel Proporsi RTH

Tabel 4.14 Penilaian Variabel Proporsi RTH

Indikator Penilaian Tiap Indikator

3 2 1

Persentase RTH terhadap luasan kota Luas RTH berdasarakan

jumlah penduduk Luas RTH berdasarkan

kebutuhan oksigen

Total 3

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan perhitungan dengan melakukan penjumlahan nilai setiap indikator pada veriabel proporsi RTH di atas, dapat diketahui bahwa nilai variabel proporsi RTH adalah tiga (3), yang berdasarkan tabel penilaian tolok ukur tiap variabel berada diantara 3-5, maka hasil penilaian variabel proporsi RTH memiliki nilai satu (1).

b. Penilaian Variabel Struktur RTH

Tabel 4.15 Penilaian Variabel Struktur RTH

Indikator Penilaian Tiap Indikator

3 2 1

Kesesuaian elemen RTH terhadap hierarki tata ruang kota

Total 2

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan perhitungan dengan melakukan penjumlahan nilai setiap indikator pada veriabel struktur RTH di atas, dapat diketahui bahwa nilai variabel struktur RTH adalah dua (2), yang berdasarkan tabel penilaian tolok ukur tiap variabel berarti hasil penilaian variabel struktur RTH memiliki nilai tiga (2).

(37)

commit to user

89

c. Penilaian Variabel Distribusi RTH

Tabel 4.16 Penilaian Distribusi RTH

Indikator Penilaian Tiap Indikator

3 2 1

Persebaran RTH

Total 2

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan perhitungan dengan melakukan penjumlahan nilai setiap indikator pada veriabel distribusi RTH di atas, dapat diketahui bahwa nilai variabel distribusi RTH adalah dua (2), yang beradasarkan tabel penilaian tolok ukur tiap variabel berarti termasuk di dua (2), karena hasil penilaian variabel distribusi RTH adalah 2.

d. Penilaian Variabel Kualitas RTH

Tabel 4.17 Penilaian Kualitas RTH

Indikator Penilaian Tiap Indikator

3 2 1

Angka polusi udara Kesesuaian elemen RTH terhadap tingkat pelayanannya dan pemenuhan

standar minimal

Adanya ruang hijau yang ramah bagi pejalan kaki

Total 8

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan perhitungan dengan melakukan penjumlahan nilai setiap indikator pada variabel kualitas RTH di atas, dapat diketahui bahwa nilai variabel kualitas RTH adalah delapan (8), yang beradasarkan tabel penilaian tolok ukur tiap variabel di antara 7,1-9, berarti hasil penilaian variabel kualitas RTH memiliki nilai tiga (3).

e. Penilaian Variabel Aksesibilitas RTH Publik Aktif

Tabel 4.18 Penilaian Variabel Aksesibilitas RTH Publik Aktif

Indikator Penilaian Tiap Indikator

3 2 1

Adanya transportasi publik yang lengsung

menuju RTH Publik Aktif

Nilai 3

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan perhitungan dengan melakukan penjumlahan nilai setiap indikator pada variabel aksesibilitas RTH Publik Aktif di atas, dapat diketahui bahwa nilai variabel aksesibilitas RTH Publik Aktif adalah tiga (3), yang berdasarkan tabel penilaian tolok ukur

(38)

commit to user

90

tiap variabel berada di angka tiga (3), berarti hasil penilaian variabel aksesibilitas RTH Publik Aktif memiliki nilai tiga (3).

4.3.2. Penilaian (Skoring) Daya Dukung RTH dalam Perwujudan Atribut RTH pada Kota Hijau di Kota Surakarta

Dari perwujudan Kota Hijau masing-masing variabel yang telah dilakukan sebelumnya, selanjutnya digunakan untuk melakukan analisis penilaian (skoring) perwujudan Kota Hijau di Kota Surakarta dari daya dukung RTH. Perwujudan Kota Hijau dari daya dukung RTH di Kota Surakarta dipengaruhi oleh keterpenuhan dari masing-masing variabel.

Tabel 4.19 Penilaian Perwujudan Kota Hijau di Kota Surakarta dari Daya Dukung RTH

Variabel Tolok Ukur Perwujudan Kota Hijau

Sangat Mendukung (3) Cukup Mendukung (2) Kurang Mendukung (1)

Proporsi RTH Stuktur RTH Distribusi RTH Kualitas RTH Aksesibilitas RTH Publik Aktif Nilai 11 Sumber: Peneliti, 2015

Hasil perhitungan skoring daya dukung ruang terbuka hijau dalam mendukung Kota Surakarta sebagai kota hijau adalah 11. Berdasarkan tolok ukur perwujudan kota hijau, nilai 11 berada pada range 11,8-15, maka nilai 11 termasuk dalam kategori cukup mendukung dalam perwujudan kota hijau dari daya dukung RTH.

Sangat Mendukung 11,8-15

Cukup Mendukung 8,4-11,7

Gambar

Tabel 4.1 Rincian Luas RTH eksisting di Kota Surakarta Tahun 2014
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk di Kota Surakarta
Gambar 4.2 Skema Perwujudan Kota Hijau Indikator Luas minimum RTH berdasarkan  Jumlah Penduduk
Gambar 4.3 Skema Perwujudan Kota Hijau Indikator Luas minimum RTH berdasarkan  Kebutuhan Oksigen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Etelä-Karjalan ja Kymenlaakson liikenteen päästöt ilmaan on kirjattu taulukkoon 5 liikennemuodoittain sekä kuntakohtaiset päästöt liitteeseen 5.. Tietransito sisältää

Peserta lomba Nyanyi Seriosa mahasiswa putra/putri PTN dan PTS DIY terdaftar masih aktif yang dapat dibuktikan dengan KTM yang berlaku.. Peserta Lomba Nyanyi

Anestesia blok saraf perifer ekstremitas atas adalah tindakan anestesia dengan menyuntikkan obat anestesia lokal (dengan atau tanpa adjuvan) ke sekitar saraf (hingga perineural

dekatan aljabar max-plus dalam sistem even diskrit dinamik adalah karena plus dapat menangani dengan mudah proses sinkronisasi (Braker, 1990). Pendekatan dengan aljabar

Kecemasan diri yang sifatnya abstrak akan sulit jika divisualkan secara langsung tanpa ditampilkan secara simbolik. Maka dari itu ungkapan secara simbolik digunakan

Dari sisi pengeluaran, pada Triwulan II-2017, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen konsumsi LNPRT yang tumbuh sebesar 7,41 persen, kemudian diikuti oleh

(1) Perpanjangan studi bagi mahasiswa program magister yang belum dapat menyelssaikan belajarnya dalam kurun waktu 2 (dua) tahun akademik atau 4 (empat) semester sebagaimana

Kenakalan dalam bidang pendidikan memang sudah umum terjadi, namun tidak semua remaja yang nakal dalam hal pendidikan akan menjadi sosok yang berkepribadian buruk, karena mereka