• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Bagaimana Caranya Agar Engkau Menjadi Kunci Kebaikan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(Bagaimana Caranya Agar Engkau Menjadi Kunci Kebaikan)"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

Tangerang, 26 Februari 2021

فيك

نوكت

ً احاتفم

ريخلل

Kaifa Takunu Miftahan Lil Khair

(Bagaimana Caranya Agar Engkau Menjadi Kunci

Kebaikan)

Oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr ىلاعتاللههظفح

Syarh/Penjelasan Pemateri :

Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc ىلاعتاللههظفح

Materi Pengantar

Bimbingan Islam MATERI BiAS N09 G-03

Penyusun : Syam Kelana Aas

(2)

i

DAFTAR ISI

Cover

Daftar Isi --- i

Muqaddimah --- iii

Bagian 1 Kunci Pertama Bersandar Kepada Al Fattah --- 1

Bagian 2 Kunci Kedua Tauhīd Dan Ikhlas --- 6

Bagian 3 Kunci Ketiga Ilmu Yang Bermanfaat --- 11

Bagian 4 Kunci Keempat Perhatian Dengan Hal-Hal Yang Wajib Dalam Agama Islām --- 17

Bagian 5 Kunci Kelima Usaha Maksimal Menjauh Dari Dosa --- 22

Bagian 6 Kunci Keenam Do'Alaihissalam --- 26

Bagian 7 Kunci Ketujuh Menjauh Dari Sumber Fitnah Dan Syubhat Lalu Berhati-Hati Darinya --- 31

Bagian 8 Kunci Kedelapan Lemah Lembut Dan Berakhlaq Mulia Dengan Seluruh Manusia --- 34

Bagian 9 Kunci Kesembilan: Terdepan Dalam Kebaikan --- 38

Bagian 10 Kunci Kesepuluh: Mengingat Hari Akhir Dan Mengingat Saat-Saat Berdiri Di Hadapan Allāh Subhānahu Wa Ta'āla --- 40

Bagian 11 Kunci Kesebelas Bersahabat Dengan Orang-Orang Pilihan Dan Bermajelis Dengan Orang-Orang Shalih --- 44

Bagian 12 Semangat Menyebarkan Kebaikan --- 47

Bagian 13 Kunci Ketigabelas Pintu Kebaikan Itu Saling Berhubungan --- 50

Bagian 14 Jangan Meremehkan Kebaikan Yang Allāh Bukakan Untuk Orang Lain --- 53

(3)

ii

Bagian 16 Cinta Kebaikan Dan Suka Menjadi Orang Yang Bermanfaat Untuk

Manusia --- 61

(4)

iii

MUQADDIMAH

مسب الله نمحرلا ميحرلا ملاسلا مكيلع ةمحرو الله هتاكربو دمحلا لله ةلاصلاو ملاسلاو ىلع لوسر الله ىلعو هلآ هباحصأو نمو مهعبت ناسحإب ىلإ موي ةمايقلا اما دعب

Teman-teman Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh yang semoga selalu di rahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. In syā Allāh, pada pertemuan ini dan beberapa pertemuan selanjutnya kita akan membahas sebuah kitāb yang berasal dari sebuah muhadharah yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla.

Sebuah kitāb yang sangat penting, sebuah kitāb yang seharusnya dibaca oleh seorang muslim (seorang yang beriman) agar dia menjadi orang yang penuh keberkahan. Kitāb tersebut diberikan judul oleh beliau: ريخلل احاتفم نوكت فيك (Bagaimana Caranya Agar Engkau Menjadi Kunci Kebaikan), menjadikan orang penyebab kebaikan. Ini adalah judul kitāb yang akan kita baca.

Di sini posisi pemateri hanya akan menerjemahkan apa yang beliau sampaikan dan apabila nanti ada sesuatu yang penting, InsyaaAllah nanti akan ada pemberian garis bawah atau sesuatu penekanan, sehingga kita bersama dapat lebih memahami kitāb ini.

Salah satu yang kita akan bacakan perkataan beliau dalam terjemahan pemateri. Berikut terjemah dari kitāb Syaikh Abdurrazaq Al Badr yang berjudul:

فيك نوكت احاتفم ريخلل Bagaimana Engkau Menjadi Kunci Kebaikan.

(5)

iv

Beliau berkata:

Segala puji hanya milik Allāh, kita memuji, memohon pertolongan, dan bertaubat kepada-Nya. Kita juga berlindung kepada Allāh dari keburukan jiwa dan keburukan amalan. Barangsiapa yang diberika petunjuk oleh Allāh maka tidak akan ada seorangpun yang dapat menyesatkannya, begitu juga barangsiapa yang dibiarkan sesat oleh Allāh, maka tidak akan ada seorang pun yang dapat memberikan petunjuk kepadanya.

Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allāh (Esa), tidak ada sekutu bagi Nya. Saya juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasūl Allāh. Semoga shalawat dan salam, selalu tercurahkan kepada keluarganya dan seluruh sahabatnya. Amma ba'du.

Imam Ibnu Mājah dalam kitāb Sunnan beliau, begitu juga Ibnu Abī Ashim dalam kitāb As Sunnah beliau, begitu juga imam-imam selain keduanya telah meriwayatkan sebuah hadīts dari shahabat Anas bin Mālik radhiyallāhu 'anhu, bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bersabda, (perhatikan! Ini hadīts penting) yang akan menjadi dasar pondasi kitāb ini:

"Sungguh diantara manusia ada orang-orang yang menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan. Begitu juga sebaliknya diantara manusia ada orang-orang yang menjadi pembuka pintu keburukan dan penutup pintu kebaikan. Maka tubā (alangkah beruntungnya) orang-orang yang Allāh jadikan kunci kebaikan berada ditangannya dan alangkah celakanya orang-orang yang Allāh jadikan kunci keburukan berada ditangannya."

Sungguh hadīts ini sangat luar biasa dan di sana ada beberapa hadīts yang serupa dengan hadīts ini. Hadīts-hadīts tersebut dapat menguatkan makna hadīts dari

(6)

v

shahabat Anas bin Mālik radhiyallāhu 'anhu, terkait seorang insan pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan.

Hadīts-hadīts yang mendukung adalah:

✓ Sebuah hadīts yang dikeluarkan oleh Imam At Tirmidzī dalam kitāb Sunnan, dari shahabat Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu, beliau berkata, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah melewati beberapa orang yang sedang duduk-duduk, maka Beliau pun berkata:

"Mau kah aku kabarkan kepada kalian tentang orang terbaik dan orang terburuk dari kalian?"

Para shahabat pun terdiam, kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengulang pertanyaannya kembali hingga tiga kali. Setelah Nabi

shallallāhu 'alayhi wa sallam mengulang pertanyaannya tiga kali, para

shahabat pun menjawab:

"Tentu wahai Rasūlullāh, kabarkanlah kepada kami tentang orang terbaik dan orang terjelek dari kami.'

Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata: "Orang terbaik di antara kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan orang-orang merasa aman dari keburukannya. Ada pun orang-orang terburuk kalian adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan orang-orang pun tidak merasa aman dari keburukannya."

(7)

vi

✓ Hadīts yang dikeluarkan oleh Imam Al Bukhāri dalam Shahīh Bukhāri, begitu juga Imam Muslim di dalam kitāb Shahīh Muslim dan selain keduanya. Sebuah hadīts dari sahabat Abū Musa Al Asy'ari radhiyallāhu 'anhu bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberikan minyak wanginya secara cuma-cuma kepada anda atau anda akan membeli darinya atau anda akan mendapatkan bau wangi darinya. Adapun pandai besi bisa jadi bajumu akan terbakar karena percikan apinya atau anda akan mendapatkan bau tidak sedap darinya."

Hadīts ini merupakan hadīts yang sudah sangat terkenal. Setiap muslim pasti sangat ingin menggapai kebahagiaan, keberuntungan dan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat. Ketika ia mendengar hadīts Anas radhiyallāhu 'anhu dan hadīts-hadīts yang mendukung, tanpa diragukan lagi pasti hatinya tergerak dan sangat ingin masuk ke dalam golongan orang-orang yang menjadi pembuka pintu kebaikan dan sangat tidak ingin menjadi pembuka pintu-pintu keburukan.

Tidak ragu lagi ini pasti merupakan keinginan setiap muslim. Karena tidak ada seorang muslim pun yang tidak ingin menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan. Setiap muslim pasti ingin menjadi orang yang mendapatkan at tubā (keberuntungan). Dan pasti sangat tidak ingin menjadi orang yang mendapatkan al wail (kecelakaan) sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi

shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadīts Anas yang telah disebutkan.

Al wail artinya adalah hukuman keras, sangat menyakitkan, yang telah Allāh siapkan bagi orang-orang yang menjadi pembuka pintu keburukan dan penutup

(8)

vii

pintu kebaikan. Ketika jiwa seorang insan telah berhasrat ingin menjadi pembuka pintu-pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan maka mau tidak mau ia harus berusaha keras untuk mengusahakan sebab-sebabnya dengan amal nyata. Hasrat baik ini tidak cukup hanya diangan-angankan namun harus dipahami hakikatnya dengan sebaik-baiknya. Lalu berusaha melaksanakan sebab-sebabnya dengan optimal. Bersamaan dengan ini semua, ia juga harus bersandar meminta pertolongan dengan extra maksimal kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, agar Allāh mewujudkan harapan dan cita-citanya ini.

Adapun, kita akan segera masuk kedalam pembahasan tema kita hari ini. Yang berangkat dari satu pertanyaan: Bagaimana caranya menjadi seorang insan pembuka pintu kebaikan?

Jawaban dari soal penting dan soal yang bernilai tinggi ini mencakup banyak hal. Pada kesempatan ini pemateri akan sebutkan hal-hal penting tersebut satu persatu. Demikianlah ini pembukaan (muqaddimah) dari Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla dalam Kitāb: ريخلل احاتفم نوكت فيك (Bagaimana Engkau Menjadi Seorang Insan Pembuka Pintu Kebaikan).

(9)

1

B

agian 1 Kunci Pertama Bersandar Kepada Al Fattah

Pada kesempatan kali ini, kita akan membaca kunci (langkah) pertama yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla dalam Kitāb:

فيك نوكت احاتفم

ريخلل (Bagaimana Langkah Langkah Anda Menjadi Seorang Pembuka Pintu Kebaikan).

Kunci atau langkah pertama adalah kita harus tahu bahwa Allāh adalah sebaik-baik pembuka ( َني ِحِتاَفْلا رْيَخ). Allāh adalah sebaik-baik pembuka yang membukakan pintu-pintu kebaikan untuk kita. Perlu kita ketahui bahwa Al Fattah ( حاَّتفلا ), Yang Maha Pembuka, adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sehingga Allāh-lah yang merupakan sebaik-baik pembuka.

Al Fattah (حاَّتفلا) merupakan salah satu nama Allāh. Setiap muslim yang beriman kepada Allāh dan Asmaul Husna-Nya, wajib menggunakan nama ini untuk mendekatkan diri kepada Allāh. Sebagaimana firman-Nya:

َِّ ِلِل َو ٱ ءٓاَم أسَ ألۡ ٱ ىَن أس حأل َفٱ هو عأد اَهِب "Dan Allāh memiliki Asmaul Husna, maka berdo'alah kalian dengan menggunakannya." (QS.ًAlًArāf:ً180)

Do'a yang diperintahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk menggunakan nama-Nya mencakup dua jenis do'a, yaitu do'a ibadah dan do'a permintaan. Do'a ibadah adalah dengan memahami nama Allāh tersebut, memahami apa saja kandungannya, kemudian menetapkan bahwa Allāh memiliki sifat sesuai dengan nama tersebut. Lebih dari itu semua ia berusaha mewujudkan peribadahan yang merupakan konsekuensi dari iman kepada nama-nama Allāh Subhānahu wa

(10)

2

Nama Allāh Al Fattah ( حاَّتفلا) merupakan nama yang sangat agung, sampai-sampai disebut dalam Al Qur'ān hingga dua kali.

1. Ketika Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan do'a Nabi Syu'aib di dalam surat Al A'rāf ayat 89:

اَنَّب َر ٱ َتأف أح اَنَن أيَب َن أيَب َو اَنِم أوَق ِبٱ ِ قَحأل َتنَأ َو رأيَخ ٱ َني ِحِت َفأل

"Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil), Engkau-lah pemberi keputusan terbaik."

َتنَأ َو رأيَخ ٱ َني ِحِت َفأل "Engkau adalah pembuka yang terbaik."

2. Firman Allāh Ta'āla dalam surat Saba' ayat 26. Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman: أل ق عَم أجَي اَنَن أيَب اَنُّب َر َّم ث حَتأفَي اَنَن أيَب ِبٱ ِ قَحأل َو ه َو ٱ حاَّتَفأل ٱ ميِلَعأل

Katakanlah, "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia lah yang Maha Pemberi Keputusan, Maha Mengetahui." (QS Saba': 26)

Nama Allāh Al Fattah (حاَّتفلا) menunjukkan bahwa Allāh memiliki sifat pembuka, memiliki sifat pemberi keputusan. Diantara makna yang terkandung di dalam makna Al Fattah ( حاَّتفلا) ini adalah:

1) Allāh membuka pengetahuan syari'at-Nya kepada para hamba. 2) Allāh membuka pahala dari amalan hamba.

3) Allāh membuka pengetahuan tentang beberapa ketetapan Allāh yang berlaku di alam ini tentang beberapa ketetapan Allāh yang berlaku di alam ini kepada para hamba.

(11)

3

Hal ini sebagaimana firman Allāh Ta'āla di dalam al-Qurán. Allāh Subhānahu wa

Ta'āla berfirman: اَّم ِحَتأفَي ٱ َّلِل ِساَّنلِل نِم ةَم أح َّر َلاَف َكِس أم م اَهَل اَم َو أكِس أم ي َلاَف َلِس أر م َل ه ۥ نِم ِهِد أعَب ۦ َو ه َو ٱ زي ِزَعأل ٱ ميِكَحأل

"Apa saja yang Allāh bukakan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya. Dan apa saja yang ditahan oleh Allāh, maka tidak ada seorang pun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana." (Qs. Fathir : 2)

Inilah Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang memiliki nama Al Fattah (حاَّتفلا).

Jadi, langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang hamba yang ingin menjadi seorang pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan adalah dengan merendah, bertawassul kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan nama ini. Dan bersandar kepada Al Fattah (حاَّتفلا) yang merupakan sebaik-baik pemberi keputusan.

Tidak lupa seseorang perlu meninggikan harapan (raja') nya kepada Allāh dan perlu bersikap jujur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Allāh Subhānahu wa

Ta'āla tidak mungkin mengecewakan hamba-Nya yang berdo'a, Allāh juga tidak

akan mengecewakan hamba-Nya yang menaruh harapan kepada-Nya.

Semua anugerah itu berada ditangan Allāh, baik anugerah itu berupa ilmu yang bermanfaat, amal shalih maupun akhlak yang mulia. Hal ini sebagaimana perkataan sebagian ulama salaf,

"Sesungguhnya akhlak yang baik adalah anugerah. Apabila Allāh mencintai seorang hamba maka Allāh akan menganugerahkan sebagian akhlak mulia tersebut kepadanya."

(12)

4

Jadi Allāh adalah pembagi akhlak, Allāh pembagi rezeki, Allāh pembagi amal, Allāh pembagi umur dan Allāh pembagi segala hal untuk hamba.

Sehingga langkah pertama yang harus ditapakkan untuk menjadi seorang insan yang membawa kebaikan adalah penyandaran yang sempurna kepada Allāh

Subhānahu wa Ta'āla.

Anda tidak mungkin akan memperoleh ilmu, memperoleh pemahaman, melakukan akhlak yang mulia, tidak akan mungkin semuanya itu terjadi kecuali apabila Allāh membukakan pintunya untuk anda. Begitu juga anda tidak akan mampu melaksanakan suatu ibadah dan berbagi hal lainnya kecuali apabila Allāh membukakan pintunya untuk anda.

Alangkah indahnya perkataan Mutharif bin Abdillāh bin Syikhir rahimahullāh terkait permasalahan ini. Beliau adalah salah seorang ulama tabi'in. Beliau mengucapkan kalimat yang sangat indah:

"Seandainya hatiku dikeluarkan lalu diletakkan ditangan kiriku kemudian seluruh kebaikan didatangkan dan diletakkan ditangan kananku, maka aku tidak akan mampu meletakkan sedikitpun kebaikan pada hatiku kecuali apabila Allāh yang meletakkannya," demikian perkataan beliau.

Seluruh perkara itu hanya ditangan Allāh. Oleh karena inilah terkadang ada manusia yang mendengarkan nasehat, mendengarkan pelajaran yang berharga untuk urusan dunia dan agama, mendengarkan pintu-pintu kebaikan, mendengarkan pintu-pintu keta'atan, disebutkan pintu-pintu kemenangan, namun malah jiwanya lari menjauh, amal tetap sedikit sedekah tetap sedikit. Memang taufiq itu hanya di tangan Allāh, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolonganNya Azza wa Jalla.

(13)

5

Demikian yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrazaq dalam kunci pertama, kalau kita boleh memberikan kesimpulan bahwa kunci pertama ini adalah seorang bersandar kepada Al Fattah (حاَّتفلا) seseorang harus meminta kepada Al Fattah ( حاَّتفلا), seseorang harus berdo'a menggunakan nama Allāh (Al Fattah /حاَّتفلا) Yang Maha Pembuka, agar kita dimudahkan untuk menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Mutharif bin Abdillāh bin Syikhir tadi.

ول جرخأ يبلق و لع ج يف يراسي ءيجو تاريخلاب اهلك

"Seandainya hatiku ini dikeluarkan lalu diletakkan ditangan kiri kemudian didatangkan seluruh kebaikan

تلع جو يف

ينيمي lalu diletakkan di tangan kanan

مل عطتسأ نأ لعجأ ائيش نم هذه يخلا تار يف يبلق

maka aku tidak akan mampu meletakkan sedikitpun dari kebaikan ini pada hatiku لاإ نأ نوكي الله يذلا هعضي kecuali apabila Allāh yang meletakkannya."

Jadi kita harus bersandar kepada Al Fattah ( َّتفلاحا ), Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Bagi yang ingin menjadi insan pembuka pintu kebaikan, penutup pintu keburukan dia harus bersandar yang sempurna kepada Al Fattah (حاَّتفلا), Allāh Subhānahu wa

(14)

6

B

agianً2ًKunciًKeduaًTauhīdًDanًIkhlas

Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Pada kesempatan kali ini (in syā Allāh) kita akan membaca kunci kedua yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla dalam Kitāb: ريخلل احاتفم نوكت فيك (Bagaimana Langkah Anda Menjadi Seorang Pembuka Kunci Kebaikan).

Kunci Kedua Mentauhīdkan Allāh Dan Mengikhlaskan Ibadah Kepada-Nya.

Ketahuilah! Pintu kebaikan terbesar yang tidak ada duanya adalah mentauhīdkan (meng-Esa-kan) Allāh Azza wa Jalla. Dan mengikhlaskan agama untuk-Nya. Tauhīd adalah kunci seluruh kebaikan.Tauhīd adalah kunci surga. Al Hafizh Al Bazzar rahimahullāh dalam kitāb Musnadnya, meriwayatkan sebuah hadīts dari Mu'ādz bin Jabbal radhiyallāhu 'anhu bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Kunci surga adalah persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allāh."

Keshahīhan sanad hadīts ini, diperbincangkan oleh para ulama, akan tetapi makna yang terkandung di dalam hadīts ini benar dan shahīh tanpa keraguan sedikitpun. Di sana juga ada hadīts-hadīts pendukung lain dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa

sallam yang sangat banyak namun kita tidak perlu memperpanjang pembicaraan

tentang hal ini. Cukup saya sebutkan satu hadīts saja yang paling jelas mendukung hadīts ini.

(15)

7

Hadīts ini (hadīts pendukung) diriwayatkan oleh Imam Muslim dari shahabat Umar bin Khaththāb radhiyallāhu 'anhu, bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa

sallam bersabda:

"Setiap ada seorang hamba yang berwudhu, lalu dia menyempurnakan wudhu tersebut kemudian membaca do'a, 'Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allāh dan Muhammad adalah hamba dan rasūl-Nya, maka pasti ke-8 pintu surga akan dibukakan untuknya dan ia boleh masuk dari pintu mana saja yang ia inginkan'. (Hadītsًshahīhًriwayat Muslim nomor 234) Jadi tauhīd adalah kunci surga, barangsiapa tidak membawa kunci ini, maka ia tidak akan masuk surga. Atas dasar inilah Allāh Ta'āla berfirman tentang orang-orang kafir. Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

َلا َّتَف ت ح أم هَل َوأبَأ ب ٱ ِءٓاَمَّسل َلا َو َنو ل خأدَي ٱ َةَّنَجأل ىَّتَح َجِلَي ٱ لَمَجأل يِف ِ مَس ٱ ِطاَي ِخأل

"Tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum..." (QS. Al A'rāfً:ً40) Jadi surga itu tidak mungkin dimasuki kecuali dengan Tauhīd. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam juga bersabda: "Surga hanya akan dimasuki oleh jiwa yang

beriman."

Ucapan Lā ilāha illallāh ( َّاللَ َّلاإ َهَلإ َلا) itulah kalimat tauhīd. Ini adalah kunci surga, sebagaimana telah berlalu penjelasannya. Tetapi perlu diketahui bahwa kunci ini tidak akan berfungsi dan tidak akan membantu seseorang masuk surga kecuali apabila seorang hamba melaksanakan syarat-syaratnya.

Atas dasar inilah Imam Al Bukhāri dalam kitāb Shahīhnya menyebutkan bahwa Wahhab bin Munabih salah seorang ulama tabi'in pernah di tanya.

(16)

8

Penanya ini berkata: "Bukankah Lā ilāha illallāh ( َّاللَ َّلاإ َهَلإ َلا) adalah kunci surga?"

Wahhab bin Munabih menjawab: "Iya, tentu tetapi sebuah kunci pasti memiliki gigi-gigi. Apabila engkau datang membawa kunci yang memiliki gigi, maka pintu akan terbuka, namun apabila engkau datang dengan kunci yang tidak bergigi maka pintu tidak akan terbuka."

Demikian perkataan beliau.

Dari sini Wahhab bin Munabih sedang mengisyaratkan tentang syarat Lā ilāha illallāh ( َّاللَ َّلاإ َهَلإ َلا), di mana kalimat ini tidak akan dapat membuka pintu surga kecuali apabila syarat-syaratnya yang disebutkan oleh Allāh dalam Al Qur'ān maupun oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam di dalam hadīts hadītsnya, dilaksanakan terlebih dahulu.

Dan syarat kalimat ini ada 7 (tujuh), telah disebutkan dan dijelaskan oleh para ulama dalam Kitāb Tauhīd. Di sini saya tidak akan memperpanjang penjelasan hal ini lagi, tapi syarat kalimat tersebut secara ringkas adalah:

1. Ilmu tentang maknanya, ilmu tentang apa yang dinafi'kan dari kalimat tersebut, ilmu tentang apa yang ditetapkan dari kalimat tersebut. Dan lawan dari syarat pertama ini (ilmu) adalah bodoh.

2. Yaqin, lawannya adalah ragu. 3. Jujur, lawannya dusta.

4. Ikhlas, lawannya syirik dan riyā'. 5. Cinta, lawannya benci.

6. Melaksanakan ketaatan, lawannya meninggalkan ketaatan. 7. Menerima sepenuh hati, lawannya adalah menolaknya.

(17)

9

Ketujuh syarat ini dapat diringkas menjadi satu bait syair.

ملع نيقي صلاخإو كقدصو عم , ةبحم دايقناو لوبقلاو اهل

"Ilmu, yaqin, ikhlas, jujur, dengan cinta, ketaatan dan menerimanya."

Syaikh Al Alāmah Hafizh Al Hakamiy rahimakumullāh dalam Mandzūmat Sullam al Wusūl merangkai syarat-syarat ini dalam bait yang indah. Beliau juga telah menjelaskan syarat-syarat ini dengan penjelasan yang bagus.

Dalam kitāb Ma'ārij Al Qabul beliau berkata:

"Dengan tujuh syarat telah diikat, sungguh dalam Al Qurān telah terdapat pengucapnya, tidak akan mendapat manfaat sampai ia menyempurnakan syarat. Ilmu yakin menerima dan taat, pahamilah apa yang ku ucap, jujur ikhlas dan cinta semoga Allāh memberimu taufīq pada apa yang Ia cinta."

Jadi kalimat tauhīd Lā ilāha illallāh ( َّاللَ َّلاإ َهَلإ َلا) yang menjadi kunci surga ini, wajib dipenuhi syarat-syaratnya bagi orang yang ingin menjadi pembuka pintu kebaikan bagi dirinya maupun pintu kebaikan bagi orang lain. Ia harus merealisasikan tauhīd mengikhlaskan semuanya untuk Allāh, meniatkan seluruh amal dan ketaatannya untuk wajah Allāh Azza wa Jalla semata.

Ia mendekat kepada Allāh dengan ibadah, ia beribadah kepada Allāh dengan berbuat baik kepada manusia dan dia berbuat baik kepada seluruh muamalahnya.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

اَمَّنِإ أم ك مِع أط ن ِه أج َوِل ٱ َِّلِل َلا دي ِر ن أم كنِم ءٓا َزَج َلا َو رو ك ش ا

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridhaan Allāh, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu." (QS.ًAlًInsān:ً9)

(18)

10

Jadi, orang dalam ayat ini, yang beramal dan melaksanakan amal shalih semata-mata hanya ingin pahala dan apa yang dijanjikan oleh Allāh untuk orang-orang yang ikhlas dalam beribadah. Demikian yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla, pada kunci kedua, yaitu: "Mentauhīdkan Allāh dan Mengikhlaskan Ibadah kepadanya".

Jadi, ketika kita ingin menjadi pembuka kebaikan dan penutup pintu keburukan, tentu niat kita ingin menggapai surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla (mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Allāh). Kita tidak ingin terima kasih dari orang-orang, kita hanya ingin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Jadi dasar ini harus dimiliki oleh orang yang ingin menjadi pembuka pintu kebaikan. Kemudian bagi orang yang ingin menjadi pintu kebaikan setelah dia mentauhīdkan Allāh, dia harus melaksanakan syarat-syaratnya. Syarat-syaratnya apa, itu dipenuhi semua.

Syarat Lā ilāha illallāh ( َّاللَ َّلاإ َهَلإ َلا) harus dipenuhi agar dia menjadi orang yang bisa mendapatkan surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Karena sama saja, dia menjadi pembuka pintu kebaikan untuk orang lain, tetapi dia tidak merealisasikan tauhīdnya sendiri, mungkin dia malah akan terhalangi dari surga Allāh

(19)

11

B

agian 3 Kunci Ketiga Ilmu Yang Bermanfaat

Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Pada kesempatan kali ini (in syā Allāh) kita akan membaca kunci atau langkah ketiga yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla dalam dalam Kitāb: ريخلل احاتفم نوكت فيك (Bagaimana Anda Menjadi Seorang Pembuka Kunci Kebaikan).

Beliau Berkata:

"KUNCI KETIGA: ILMU YANG BERMANFAAT."

Yang dimaksud ilmu yang bermanfaat di sini adalah ilmu yang bersumber dari Al Qur'ān dan Sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Ilmu adalah pondasi yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin menjadi pintu bagi kebaikan. Orang yang tidak memiliki ilmu, tidak akan mungkin bisa membedakan antara pintu kebaikan dengan pintu keburukan. Ia tidak akan mampu membedakan antara yang benar dan salah. Ia tidak akan mampu membedakan antara yang sunnah dan bid'ah. Ia tidak akan mampu membedakan jalan petunjuk dan jalan kesesatan. Ia tidak akan mampu menghindarkan diri dari kesalahan, hal ini terjadi karena ia tidak memiliki ilmu.

Dulu pernah ada pepatah, "Bagaimana mungkin orang yang tidak tahu apa yang harus dihindari dapat terhindar darinya?" Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman: أل ق ِهِذ َه ۦ ٓيِليِبَس ْا ٓو عأدَأ ىَلِإ ٱ َِّلِل ىَلَع ة َري ِصَب Katakanlah wahai Muhammad, "Ini adalah jalanKu, aku berdakwah kepada Allāh di atas bashirah." (QS. Yusuf: 108)

Bashīrah ( ة َري ِصَب) adalah ilmu yang bermanfaat. Maka barangsiapa yang tidak memiliki ilmu yang bermanfaat maka ia tidak akan mampu membedakan mana

(20)

12

yang benar dan mana yang salah. Dia tidak akan mampu membedakan mana yang merupakan jalan petunjuk dan mana yang merupakan jalan kesesatan. Allāh Ta'āla berfirman : نَمَفَأ يِش أمَي اًّبِك م ىَلَع ِهِه أج َو ٓۦ ٓ ىَد أهَأ نَّمَأ يِش أمَي اًّيِوَس ىَلَع ط َر ِص ميِقَت أسُّم

"Apakah orang yang merangkak dengan wajah tertelungkup yang lebih terbimbing (dalam kebenaran) ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?" (QS. Al Mulk: 22)

نَمَفَأ مَلأعَي ٓاَمَّنَأ َل ِزن أ َكأيَلِإ نِم َكِ ب َّر ٱ ُّقَحأل أنَمَك َو ه ٓ ىَم أعَأ اَمَّنِإ رَّكَذَتَي ل ْو أ ْاو ٱ ِب َب ألَ ألۡ

"Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran, sama dengan orang yang buta? Hanya orang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran." (QS. Ar Ra'd : 19)

أل ق ألَه يِوَت أسَي ٱ َنيِذَّل َنو مَل أعَي َو ٱ َنيِذَّل َلا َنو مَل أعَي Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS. Az Zumar: 9)

Barangsiapa yang ingin menjadikan dirinya sebagai pembuka pintu-pintu kebaikan maka hendaknya dia bersemangat mencari ilmu yang bermanfaat, hendaknya ia sangat perhatian dan teliti dengan ilmu-ilmu tersebut. Ada sebuah hadīts yang menjelaskan hal ini, hadīts ini diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa berangkat di pagi hari dalam rangka menuntut ilmu maka Allāh akan bukakan satu pintu surga baginya."

Sanad hadīts ini lemah. Cukuplah bagi kita hadīts yang shahīh dari Nabi

(21)

13

radhiyallāhu 'anhu dan selain beliau. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allāh akan mudahkan baginya satu jalan menuju surga."

Jadi, ilmu adalah pondasi dasar yang sangat penting, sebuah modal besar dalam permasalahan ini. Agar seseorang dapat menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan ia harus sangat perhatian dengan ilmu yang bermanfaat ini. Ketika seseorang tidak memiliki ilmu, bisa jadi ia akan masuk dalam hal-hal yang merupakan kesesatan, merupakan kebid'ahan, merupakan hawa nafsu dalam keadaan ia merasa telah melakukan kebaikan.

Saya tidak akan panjang lebar dalam hal ini tapi saya akan cukupkan dengan satu kisah yang disebutkan oleh Ad Darini rahimahullah dalam kitāb Sunnan beliau. Sebuah hadīts dengan sanad yang hasan dari Amr bin Salamah Al Hamdani.

Amr bin Salamah Al Hamdani berkata: “Suatu saat sebelum shalat dhuhur kami pernah duduk-duduk di depan pintu Abdullāh bin Mas'ūd. Kami akan berjalan bersama beliau ke masjid ketika beliau ke luar rumah.

Tiba-tiba Abū Musa Al Asy'ari datang dan berkata, "Apakah Abū Abdurrrahman ibnu Mas'ūd, sudah keluar?" Kami jawab, "Belum." Maka Abū Musa Al Asy'ari pun ikut duduk bersama kami menunggu Ibnu Mas'ūd keluar.

Ketika Ibnu Mas'ūd keluar kami langsung berdiri bersamaan, Abū Musa Al Asy'ari pun langsung berkata, "Wahai Abū Abdurrrahman (Ibnu

(22)

14

Mas'ud), di masjid aku melihat sesuatu yang asing tapi Alhamdulillāh menurutku perbuatan mereka adalah suatu kebaikan."

(Garis bawahi perkataan Abū Musa Al Asy'ari di sini, "Tapi Alhamdulillāh menurutku perbuatan mereka adalah suatu kebaikan.")

Ibnu Mas'ūd pun bertanya, "Apa yang mereka lakukan?" Abū Musa Al Asy'ari menjawab, "Apabila umur anda panjang, anda akan melihatnya sendiri." Di sana aku melihat sekelompok orang duduk melingkar di masjid untuk menunggu waktu shalat. Setiap lingkaran ada pemimpinnya. Di depan setiap orang dari mereka ada batu-batu kerikil, pemimpin mereka berkata, "Bertakbirlah 100 kali." Orang-orang pun bertakbir 100 kali. "Bertahlillah 100 kali." "Bertasbihlah 100 kali." orang-orang pun bertasbih 100 kali.

Ibnu Mas'ūd bertanya, "Apa yang engkau katakan kepada mereka?" Abū Musa Al Asy'ari berkata, "Aku tidak mengatakan sepatah kata pun, aku menunggu pendapat atau perintah darimu."

Ibnu Mas'ūd berkata, "Apakah kamu tidak perintahkan kepada mereka agar mereka menghitung dosa-dosa mereka saja dan kamu jamin bahwa kebaikan mereka tidak akan hilang sia-sia di sisi Allāh?"

Lalu beliaupun akhirnya berjalan menuju mereka dan kami pun mengikuti beliau hingga sampai tempat mereka berkumpul. Beliau berdiri dihadapan mereka lalu berkata, "Perbuatan apa yang kalian lakukan ini?" Mereka menjawab, "Wahai Abū Abdillāh (Ibnu Mas'ud), ini hanya batu kerikil yang kami gunakan untuk menghitung takbir, tahlil dan tasbih kami."

(23)

15

Ibnu Mas'ūd pun berkata, "Hitung saja dosa-dosa kalian, saya jamin amal baik kalian tidak akan hilang walau pun hanya sedikit."

"Celaka wahai kalian umat Muhammad, cepat sekali kalian binasa. Para shahabat Nabi masih sangat banyak, pakaian Nabi belum hancur, bejana-bejana Beliau belum pecah. Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, kalian ini sedang melakukan hal yang lebih baik dari apa yang dicontohkan Nabi atau kalian membuka pintu kesesatan?" Tanya Ibnu Mas'ūd yang tinggi nadanya beliau sedang mengingkari.

Mereka pun menjawab, "Wahai Abū Abdillāh, kami hanya menginginkan kebaikan dari ini semua."

Ibnu Mas'ūd berkata, "Sungguh alangkah banyaknya orang-orang yang menginginkan kebaikan namun dia tidak akan pernah mendapatkannya." Selesai kisah beliau.

Jadi seseorang tidak akan mendapatkan kebaikan kecuali orang-orang yang mengetahui kebaikan, mengetahui ilmu, mengetahui kebenaran dan mengetahui sunnah. Bahkan Ibnu Mas'ūd sendiri pernah berkata dalam sebuah hadīts yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitāb Musnad,

"Sesungguhnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam diajarkan oleh Allāh kunci-kunci kebaikan, penutup kebaikan dan sesuatu yang dapat menggabungkan semua kebaikan." (HR. Ahmad nomor 4160)

Sehingga apabila anda ingin menjadi orang yang dapat membuka pintu-pintu kebaikan maka belajarlah kuncinya, belajarlah penutupnya, belajarlah penggabungnya, kepada sosok tauladan bagi seluruh insan yang telah

(24)

16

menggabungkan seluruh hal ini pada sabdanya, yaitu Nabi kita Muhammad bin Abdillāh. Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan atas Beliau.

Demikian kunci ketiga yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla yang pada intinya ketika kita ingin menjadi pembuka pintu kebaikan, penutup pintu keburukan kita harus berilmu, kita harus tahu mana yang merupakan kebaikan dan mana yang merupakan keburukan, mana yang merupakan kesesatan mana yang merupakan hidayah.

Jangan sampai kita salah, tadi contohnya Abū Musa Al Asy'ari memandang perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang tadi kebaikan tetapi Ibnu Mas'ūd memandang itu adalah suatu hal yang membinasakan. Jadi kita harus belajar, mana yang berupa kebaikan mana yang berupa keburukan, mana yang sunnah mana yang merupakan bid'ah, mana yang merupakan jalan hidayah mana yang merupakan jalan kesesatan.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memudahkan kita untuk terus belajar sehingga kita bisa menjadi seorang insan pembuka pintu kebaikan penutup pintu keburukan.

(25)

17

B

agian 4 Kunci Keempat Perhatian Dengan Hal-Hal Yang Wajib Dalam AgamaًIslām

Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Pada kesempatan kali ini (in syā Allāh) kita akan melanjutkan membaca Kitāb: ريخلل احاتفم نوكت فيك (Bagaimana Langkah Anda Menjadi Seorang Pembuka Kunci Kebaikan) yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla.

Dan pada kesempatan kali ini kita akan membaca kunci atau langkah keempat yang berjudul "Perhatian Dengan Hal-hal Yang Wajib Dalam Agama Islām". Kunci keempat adalah perhatian dengan hal-hal yang wajib dalam agama Islām lalu berusaha melaksanakannya dengan baik. Hal ini karena ketika anda perhatian dan menjaga hal-hal yang wajib maka pintu-pintu kebaikan agar terbuka dan pintu-pintu keburukan tidak akan terbesit dalam hatimu.

Bukti dan dalīl terkait dengan hal ini sangat banyak (saya akan sebutkan sebagian saja).

1. Hadīts yang disebutkan dalam Shahīh Al Bukhāri dari Ummu Salamah radhiyallāhu 'anhā, beliau adalah ibu kaum mukminin dan beliau juga merupakan istri Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Beliau berkata:

Pada suatu malam Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam terbangun dari tidurnya lalu beliau berkata, "Lā ilāha illallāh (dalam riwayat yang lain: Subhānallāh), ujian (fitnah) apa yang Allāh turunkan pada malam ini. Pintu perbendaharaan apa ini yang Allāh buka pada malam ini?"

(26)

18

Demikian yang disebutkan oleh ummul mukminin (Ummu Salamah radhiyallāhu 'anhā).

Pembaca yang budiman, coba perhatikan apa arahan Nabi shallallāhu

'alayhi wa sallam ketika ada ujian atau fitnah yang Allāh turunkan dan

ketika ada pintu perbendaharaan yang Allāh buka? Apa yang diarahkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam?

Siapa yang mampu membangunkan para penghuni kamar (maksudnya istri-istri Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam) itu agar mereka shalat?

Siapa yang mampu membangunkan istri-istriku sehingga mereka shalat? Dalam makna lain seperti itu. Sehingga ketika anda ingin melindungi diri anda dari ujian atau fitnah, ingin dibukakan pintu-pintu kebaikan, ingin memperoleh kunci-kunci kebaikan maka semuanya ada di dalam shalat.

Mungkin saat ini kita perlu mengingat sedikit tentang amalan rutin yang dilakukan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika Beliau masuk ke dalam masjid. Amalan ini disebutkan dalam Shahīh Muslim dari hadīts Abū Usaid dan Abū Humaid radhiyallāhu 'anhumā, bahwa Rasūlullāh

shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Apabila salah seorang dari kalian masuk masjid hendaknya ia mengucapkan, 'Yaa Allāh, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu,' dan apabila hendak keluar hendaknya mengucapkan, 'Yaa Allāh, hamba memohon kepadamu sebagian dari karunia-Mu'."

Dalam riwayat yang lain, "Bukakanlah bagi hamba pintu karunia-Mu."

(27)

19

Kesimpulan dari hadīts ini:

✓ Amalan yang dilakukan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah datang ke masjid untuk melaksanakan shalat merupakan pembuka pintu rahmat.

✓ Melaksanakan shalat dengan sempurna merupakan pembuka pintu rezeki.

Jadi bagaimana mungkin orang yang tertidur saat shalat (berat dalam mengerjakan shalat) akan terbuka pintu-pintu kebaikan untuknya?

2. Sebuah hadīts yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzī dalam kitāb Jamīnya dari shahabat Abū Darda dan Abū Dzar radhiyallāhu 'anhumā, dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, dari Allāh Subhānahu wa

Ta'āla. Allāh Ta'āla berfirman:

"Wahai manusia lakukan rukuk kepadaku di pagi hari sebanyak empat raka'at pasti aku akan mencukupimu hingga akhirnya."

Hadīts yang serupa dengan hadīts ini tadi juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Abū Dawud dengan sanad yang shahīh dari hadīts Nu'aim bin Hamar Al Qathafani, sehingga hadīts ini tadi menjadi hadīts yang shahīh dan valid.

Pembaca yang budiman. Coba perhatikan kalimat ini!

"Wahai manusia lakukan rukuk kepadaku di pagi hari sebanyak empat raka'at."

(28)

20

Perlu diketahui Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak butuh dengan rukukmu, tidak butuh dengan sujudmu tetapi amalan ini akan menjadi pintu kebaikan dan sebab terbukanya pintu tersebut untukmu.

Dalam hadīts ini Allāh, Rabb semesta alam, sedang memanggilmu. Kemudian terkait makna 4 raka'at, Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah rahimahullāh berkata, "Menurut pendapatku 4 raka'at yang dimaksud dalam hadīts ini adalah shalat subuh dan sunnah rawatibnya." Demikian perkataan Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah.

Jadi menurut Syaikhul Islām ibnu Taimiyyah, 4 raka'at tersebut adalah 2 raka'at sebelum subuh dan 2 raka'at shalat subuh itu sendiri, yang anda lakukan di permulaan hari. Dengan amal ini lah anda akan mendapatkan kebaikan yang banyak dan pintu-pintu kebaikan yang besar akan terbuka.

Alangkah banyaknya orang yang terhalangi dari kebaikan karena ia tertidur dari shalat subuh, ia melaksanakan shalat subuh dengan kondisi sebagaimana yang disebutkan dalam hadīts:

ثيبخ سفَّنلا َنلاسك

"Jiwa yang buruk lagi malas."

Orang yang seperti ini pintu-pintu kebaikan itu akan tertutup, pintu-pintu rezeki akan tersumbat. Pagi hari merupakan pondasi dan tali kekang bagi sisanya. Saat itulah rezeki dan berbagai keberkahan itu di turunkan. Sebagian ulama salaf berkata,

"Harimu itu seperti untamu, apabila kamu tarik depannya belakangnya akan mengikuti."

(29)

21

Jadi orang yang tidak menjaga awal harinya dengan shalat maka apakah yang dapat ia harapkan pada sisa harinya?, Atas dasar inilah diantara hal penting atau modal terbesar untuk menjadi insan pembuka pintu kebaikan baik bagi dirimu sendiri maupun bagi orang lain adalah dengan menjaga dan melaksanakan kewajiban agama Islām. Dan yang paling pertama dari ini semua adalah shalat.

Coba kita perhatikan ibadah puasa dalam membuka pintu-pintu kebaikan, diantaranya adalah sebuah hadīts yang agung yang disampaikan oleh Nabi

shallallāhu 'alayhi wa sallam berikut ini. Pada malam pertama bulan

Ramadhān pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka di tutup, syaithan -syaithan dibelenggu, ada penyeru yang berseru, "Wahai orang-orang yang menginginkan kebaikan sambutlah dan wahai orang-orang yang menginginkan keburukan berhentilah."

Perhatian dengan berbagai ibadah dan kewajiban kemudian menjaganya merupakan salah satu sebab terbesar yang mendatangkan pertolongan agar anda menjadi pembuka pintu kebaikan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

Demikian kunci atau langkah keempat yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla. Yang pada intinya beliau menyarankan bagi seseorang yang ingin menjadi pembuka pintu kebaikan dia harus perhatian, dia harus melaksanakan, dia harus menyempurnakan kewajiban-kewajibannya dalam agama. Karena dengan hal tersebut pintu-pintu kebaikan akan terbuka untuknya dan pintu-pintu keburukan tidak akan terbesit di dalam hatinya.

(30)

22

B

agian 5 Kunci Kelima Usaha Maksimal Menjauh Dari Dosa

Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh yang semoga selalu dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala. Pada kesempatan kali ini kita akan melanjutkan membaca Kitāb: ريخلل احاتفم نوكت فيك (Bagaimana anda menjadi pembuka pintu kebaikan) yang dibawakan oleh Syaikh Abdurrazzaq Al Badr hafizhahullah ta'ala

Dan kita akan membaca kunci kelima. Kunci kelima Ini judulnya adalah Usaha Maaksimal Menjauh dari Dosa. Kita tidak usah berlama-lama langsung saja kita baca penjelasan beliau.

Diantara sebab yang dapat membuat seorang hamba menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan adalah berusaha maksimal melawan jiwa untuk jauh dari dosa, untuk jauh dari keharaman, untuk jauh dari kemaksiatan. Imam Ahmad dalam Musnadnya membawakan sebuah hadits dari Nawwas bin Sam'an radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Allah membuat sebuah perumpamaan dengan sebuah jalan yang lurus, di kedua sisi jalan tersebut ada pintu-pintu pada masing-masing pintu ada tirai yang menutupinya. Pada pangkal jalan itu ada penyeru yang berseru, "Wahai hamba Allah lewatilah jalan ini dan jangan keluar darinya."

Dalam lafazh yang lainnya, di atas jalan tersebut juga ada penyeru lain yang berseru, "Wahai hamba Allah, jangan kalian buka pintu-pintu tersebut karena kalau kalian membukanya pasti kalian akan masuk ke dalamnya."

(31)

23

Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan lebih lanjut. "Jalan yang dimaksud adalah Islam. Pagar yang dimaksud adalah batasan-batasan Allah. Pintu yang bertirai adalah hal-hal yang Allah haramkan. Penyeru yang menyeru di pangkal pintu adalah Al Quran. Penyeru yang berada di atas jalan adalah nasihat Allah yang berada pada hati nurani setiap muslim." Demikian hadits tersebut.

Ini adalah karunia dari Allah ada sebuah alarm nasihat dari Allah pada setiap hati orang Islam. Setiap kali jiwanya mengajak untuk membuka pintu keharaman masuk ke dalam jendela kebatilan, alarm ini berdering memperingatkannya:

"Wahai hamba Allah, jangan engkau buka pintunya karena kalau engkau buka pasti engkau akan masuk ke dalamnya."

Sehingga barangsiapa yang ingin menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan hendaknya dia paham betul hadits ini, dengan begitu ia akan dimudahkan untuk menelusuri jalan yang lurus yang mengantarkannya ke syurga yang penuh kenikmatan. Kemudian di setiap sisi jalan tadi baik disisi kanan maupun disisi kiri ada banyak pintu. Pintu-pintu ini tidak ada gemboknya, tidak ada kuncinya hanya tertutup dengan kain tirai.

Pintu ini yang akan mengantarkan kepada hal-hal yang diharamkan. Dan sudah dimaklumi bersama bahwa pintu yang hanya tertutup dengan tirai, tidak menyusahkan orang yang hendak memasukinya baik dari sisi waktu maupun sisi tenaga. Gampang, cukup dengan pundak ia sudah bisa memasukinya dengan cepat. Berbeda dengan pintu yang terkunci, dibutuhkan kunci dan dibutuhkan usaha untuk membukanya, sehingga memerlukan waktu dalam membukanya. Adapun pintu yang hanya tertutup dengan tirai maka orang dapat memasukinya dengan cepat. Anda sekarang berada di atas jalan yang lurus, disamping jalan ini

(32)

24

ada banyak pintu yang dapat menjerumuskan kepada keharaman dengan hanya tertutup tirai saja. Maka setiap insan, setiap manusia yang ingin menjadi pembuka pintu kebaikan wajib berhati-hati dengan kehati-hatian tingkat tinggi terhadap pintu-pintu keburukan ini.

Pintu-pintu keburukan yang berada disisi kanan maupun disisi kiri jalan tersebut apabila ia membuka salah satu pintu untuk dirinya, maka pada akhirnya ia akan membukakan nya untuk orang lain juga.

Saya ulangi, "Apabila ia membuka salah satu pintu untuk dirinya maka

pada akhirnya ia akan membukakannya untuk orang lain juga."

Hal ini karena setiap orang yang sudah masuk dalam keharaman, nyaman dengan perbuatan itu, maka ia tidak ingin sendiri disana. Setelah ia menjadi pelaku keharaman ia akan menjadi da'i dan motivator kepada keharaman. Inilah kebiasaan orang-orang yang rusak, para penyeru kesesatan, orang-orang yang fasik, yang ada pada zaman ini. Di awalnya Ia hanya melakukan sendiri kemudian ia akan menjadi da'inya

Terkait hal ini salah satu khalifah Ar Rasyidin Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu berkata: ين ة ول ىنزلا ءاسنلا لك نه

"Seorang pezina itu menginginkan seandainya seluruh wanita itu berzina."

Orang yang masuk ke dalam pintu keharaman maka ia tidak ingin sendirian di sana. Tadinya ia hanya sebatas pelaku keharaman, namun akhirnya ia bermetamorfosis menjadi da'i pengajak ke dalam keharaman. Sehingga ia malah akan menjadi pembuka pintu keburukan dan penutup pintu kebaikan

Demikian yang dibawakan oleh Syaikh Abdul Rozak Al Badar dalam kunci (langkah) kelima, seseorang hendaknya menjauh dari keharaman. Kenapa?

(33)

25

Karena ketika seseorang masuk ke dalam keharaman dia tidak ingin bersendirian di sana, dia akan mengajak orang lain, dia akan menjadi motivator untuk orang lain, agar ikut masuk ke dalam keharaman. Jadi apabila seseorang ingin menjadi pembuka pintu kebaikan penutup pintu keburukan, dia harus menjauh dari pintu keharaman ini, begitu. Wallahu Ta'ala A'lam bishawab

(34)

26

B

agian 6 Kunci Keenam Do'a

Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh yang semoga selalu dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala. Pada kesempatan kali ini kita akan melanjutkan membaca Kitāb: ريخلل احاتفم نوكت فيك (Bagaimana anda menjadi pembuka pintu kebaikan) yang dibawakan oleh Syaikh Abdurrazzaq Al Badr hafizhahullah ta'ala.

Pada kesempatan kali ini diantara kunci yang disebutkan oleh Beliau, yaitu kunci ke-6 (langkah ke-6) adalah doa. Baik kita langsung saja membaca penjelasan beliau.

KUNCI KEENAM: DO'A

Doa adalah kunci segala sesuatu. Salah seorang ulama Salaf berkata tentang hal ini:

"Aku memperhatikan seluruh amal kebaikan ternyata pintu-pintu kebaikan itu sangat banyak. Shalat adalah kebaikan, puasa adalah kebaikan, haji adalah kebaikan. Ada banyak pintu kebaikan aku temukan. Aku temukan sebuah kesimpulan bahwa seluruh kebaikan tersebut di tangan Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka aku pun yakin bahwa do'a adalah kunci semua kebaikan." Demikian kata beliau.

Anda tidak akan mampu menunaikan shalat kecuali apabila Allah menolong Anda, Anda tidak akan mampu menunaikan haji kecuali apabila Allah menolong Anda, Anda tidak akan mampu berpuasa kecuali apabila Allah menolong Anda, Anda tidak akan mampu bersedekah kecuali apabila Allah menolong Anda, Anda tidak akan mampu menjadi anak yang berbakti kecuali apabila Allah menolong Anda, Anda tidak akan mampu melakukan amal kebaikan lainnya kecuali apabila Allah menolong Anda.

(35)

27

Oleh karena inilah pada saat perang ahzab, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendendangkan sebuah syair:

ِالله َو َلا ْوَل َتْنَأ اَم َتْها ،اَنْيَد َلا َو اَنْقَّدَصَت َلا َو اَنْيَّلَص

"Demi Allah, seandainya bukan karena Allah kita tidak akan mungkin mendapatkan hidayah, kita tidak mungkin melakukan puasa, kita tidak mungkin mendirikan shalat." (HR Bukhari no 4104 dan Muslim no 1803)

Allah Ta'ala pun juga telah berfirman yang artinya: "Kalau bukan karena karunia

Allah dan rahmat-Nya kepadamu niscaya tidak seorangpun diantara kalian bersih dari perbuatan keji dan mungkar itu selama-lamanya tetapi Allah membersihkan siapa yang dia kehendaki." (QS An Nur: 21)

Allah Ta'ala juga berfirman: "Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada

keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka inilah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus sebagai karunia dan nikmat dari Allah." (QS Al

Hujurat: 7-8)

Jadi apabila anda ingin menjadi pembuka pintu-pintu kebaikan, ingin menjadi golongan orang-orang yang mulia, ingin menjadi ahli ilmu yang unggul, ingin menjadi ahli ibadah yang agung, maka mintalah kepada Allah Azza wa Jalla. Hal ini karena seluruh perkara itu tadi berada di tangan-Nya (Azza wa Jalla).

Atas dasar inilah lebih dari satu ulama berkata:

ءاعدلا حاتفم لك ريخ نم يطع أ قيفوتلا مادختسلا اذه لا حاتفم دقف يطع أ قيفوتلا لكل ريخ نمو عن م نم اذه حاتفملا عن م نم ريخلا

"Doa adalah kunci seluruh kebaikan, barangsiapa yang diberi taufik untuk menggunakan kunci ini maka ia telah diberi taufik kepada seluruh kebaikan dan barangsiapa yang terhalangi dari kunci ini maka ia terhalangi dari kebaikan."

(36)

28

Berdoalah kepada Allah, bersandarlah kepada Allah, jujurlah kepada Allah, perhatianlah dengan adab doa, dengan syarat doa, dengan kaidah-kaidah yang berkaitan dengan doa sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur'an dan hadist. Semua hal ini menjadi pondasi penting dalam bab ini.

Saat Anda menghadap kepada Allah dengan sepenuh hati sangat terdesak dengan limpahan karunia-Nya, sangat butuh dengan karunia-Nya, maka Allah akan mengabulkan do'amu. Anda akan menjalani seluruh kehidupan di dunia ini dengan predikat pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan.

Do'a dalam permasalahan ini sangat banyak. Saya tidak perlu panjang lebar membahasnya. Saya hanya akan mengisyaratkan dengan do'a yang pernah dibaca oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada setiap akan keluar rumah. Beliau biasa berdo'a: ًَّمُهَّللا ىِ نِإ ًُذوُعَأ ًَكِب ً نَأ ًَّل ِضَأ ً وَأ ًَّلَضُأ ً وَأ ًَّل ِزَأ ً وَأ ًَّلَزُأ ً وَأ ًَمِل ظَأ ً وَأ ًَمَل ظُأ ً وَأ ًَلَه جَأ ً وَأ ًَلَه جُي ًَّىَلَع

"Ya Allah hamba berlindung kepadaMu dari menyesatkan orang lain dan disesatkan oleh orang lain. Hamba berlindung kepada-Mu dari mengelincirkan orang lain atau tergelincirkan oleh orang lain. Hamba berlindung kepada-Mu dari mendzalimi orang lain atau dizhalimi orang lain. Hamba berlindung kepada-Mu dari berbuat kebodohan kepada orang lain atau diperlakukan dengan bodoh oleh orang lain."

(HR. Abu Dawud 2/746 no: 5094, An Nasa’iy 8/268 no: 5486, Ibnu Majah 2/1278 no: 3884, dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha dan dishahihkan Syeikh Al Albany)

Perhatikanlah do'a yang sangat agung, sangat indah, dan sangat diperlukan ketika keluar rumah ini. Apabila Allah memudahkan anda dengan terkabulnya do'a ini maka anda akan menjadi insan dengan predikat pembuka pintu kebaikan, penutup pintu keburukan. Dahulu sebagian ulama Salaf ada yang berdo'a:

(37)

29

"Ya Allah selamatkanlah diriku dan selamatkan orang lain dariku."

Tapi do'a Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tadi lebih luas cakupannya, lebih indah kata-katanya, dan lebih sempurna maknanya. Setiap orang yang ingin menyandang predikat sebagai pembuka pintu kebaikan wajib bersandar kepada

Allah Azza wa Jalla, wajib meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan

rengekan agar Allah memuliakan dirinya dengan dibukakannya pintu-pintu kebaikan untuknya.

Kemudian diantara do'a yang agung yang selalu diamalkan oleh Nabi shallallahu

'alaihi wa sallam setiap hari setelah salat subuh beliau berdo'a:

َّم هَّللَا يِ نِإ َك لَأْسَأ ا مْلِع ،ا عِفاَن ا ق ْز ِر َو ،ا بِ يَط لاَمَع َو لاَّبَقَت م

"Ya Allah hamba memohon kepadaamu ilmu yang bermanfaat, amal yang diterima dan rezeki yang halal." (HR Ibnu Majah no 925 dan Ahmad 6: 305) Kemudian do'a yang diajarkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada ibunda 'Aisyah radhiyallahu 'anha:

َّم هَّللا ْيِ نِإ َك لَأْسَأ َنِم ِرْيَخْلا ِهِ ل ك ِهِل ِجاَع ِهِل ِجآ َو اَم تْمِلَع هْنِم اَم َو ْمَل ْمَلْعَأ ذ ْو عَأ َو َكِب َنِم ِ رَّشلا ِهِ ل ك ِهِل ِجاَع ِهِل ِجآ َو اَم تْمِلَع هْنِم اَم َو ْمَل ْمَلْعَأ َّم هَّللا ْيِ نِإ َك لَأْسَأ ْنِم ِرْيَخ اَم َكَلَأَس َك دْبَع َكُّيِبَن َو ذ ْو عَأ َو َكِب ْنِم ِ رَش اَم َذاَع ِهِب َك دْبَع َكُّيِبَن َو َّم هَّللا ْيِ نِإ َك لَأْسَأ َةَّنَجْلا اَم َو َب َّرَق اَهْيَلِإ ْنِم ل ْوَق ْوَأ لَمَع ذ ْو عَأ َو َكِب َنِم ِراَّنلا اَم َو َب َّرَق اَهْيَلِإ ْنِم ل ْوَق ْوَأ َع لَم َك لَأْسَأ َو ْنَأ َلَعْجَت َّل ك ءاَضَق هَتْيَضَق ْيِل ا رْيَخ

"Ya Allah hamba memohon kepada-Mu seluruh jenis kebaikan, baik yang segera maupun yang tertunda, baik yang hamba tahu maupun yang hamba tidak tahu. Hamba juga berlindung kepada-Mu dari seluruh keburukan, baik yang segera maupun yang tertunda, baik yang hamba tahu maupun yang hamba tidak tahu. Ya Allah hamba memohon kepada-Mu segala kebaikan yang diminta oleh hamba dan Nabi-Mu. Hamba juga berlindung dari keburukan yang hamba dan Nabi-Mu

(38)

30

berlindung darinya. Ya Allah hamba memohon kepada-Mu surga dan segala hal yang mendekatkan kepadanya baik ucapan maupun perbuatan. Hamba juga berlindung kepada-Mu dari neraka dan segala hal yang mendekatkan kepada adanya, baik ucapan maupun perbuatan. Hamba juga memohon kepada-Mu agar seluruh takdir-Mu menjadi kebaikan untukku." (HR Ibnu Majah)

Demikian yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazzaq Al Badr hafizhahullah ta'ala dalam kunci ke-6 yaitu do'a. Kita perlu berdo'a meminta kepada Allah

Subhanahu wa Ta'ala. Setiap orang yang ingin menjadi pembuka pintu kebaikan

penutup pintu keburukan, dia harus memintanya kepada Allah Subhanahu wa

(39)

31

B

agian 7 Kunci Ketujuh Menjauh Dari Sumber Fitnah Dan Syubhat Lalu Berhati-Hati Darinya

Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Pada kesempatan kali ini (in syā Allāh) kita akan melanjutkan membaca Kitāb: ريخلل احاتفم نوكت فيك (Bagaimana Anda Menjadi Seorang Pembuka Kunci Kebaikan) yang merupakan ceramah dari Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla. Dan kita sampai pada kunci ketujuh atau langkah ketujuh bagi orang yang ingin menjadi pembuka pintu kebaikan penutup pintu keburukan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.

KUNCI KETUJUH: MENJAUH DARI SUMBER FITNAH DAN SYUBHAT LALU BERHATI-HATI DARINYA

Di antara hal yang menjadi sebab seseorang memperoleh predikat pembuka pintu kebaikan adalah ia menjauh dari sumber-sumber fitnah dan syubhat lalu berhati-hati darinya. Jalan ini akan menyelamatkan dirinya dan akan menyelamatkan orang lain dari terbukanya pintu-pintu keburukan. Abdullāh bin Mas'ūd radhiyallāhu 'anhu berkata:

اَهَّنِإ نو كَتَس رو م أ ةَهِبَتْش م ، ْم كْيَلَعَف ِةَدَؤ تلاِب ، كَّنِإَف نأ نوكت َل ج َّرلا نو كَي ا عِباَت يِف ِرْيَخْلا رْيَخ ْنِم ْنَأ َنو كت ا سْأ َر يِف ِةَللاَّضلارشلا

"Suatu saat nanti akan ada permasalahan-permasalahan yang syubhat, maka berhati-hatilah. Anda menjadi pengikut kebaikan itu lebih baik daripada pemimpin dalam keburukan."

Jadi barangsiapa yang ingin menjadikan dirinya sebagai pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan hendaknya dia berhati-hati dari syubhat dan

(40)

32

berbagai fitnah yang ada. Jangan menjadi orang yang cerobah dan sembrono, karena hal ini dapat menenggelamkan seseorang dan orang lain ke dalam kebinasaan.

Jadilah orang yang berhati-hati dan penuh pertimbangan. Hubungi ulama-ulama besar, ajak mereka berdiskusi, minta bimbingan mereka. Jangan tergesa-gesa mengikuti pikiran atau hawa nafsu yang dikagumi. Begitu juga jangan tergesa-gesa mengikuti pendapat orang lain yang ada dalam masalah tersebut. Jangan tergesa-gesa!

Apabila seseorang tergesa-gesa tanpa pertimbangan tanpa kehati-hatian, maka ia akan memasukkan dirinya pada kondisi yang sulit bahkan bisa jadi dia akan menjadi pembuka pintu keburukan bagi orang lain juga. Sehingga seorang insan, seorang manusia wajib untuk:

1. Berhati-hati, pelan-pelan dan penuh ketenangan dalam memutuskan perkara.

2. Berdiskusi atau mendiskusikan masalahnya dengan para ulama.

3. Memperbanyak do'a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla agar dijauhkan dari keburukan.

4. Tidak tergesa-gesa, lalu ikut masuk ke dalam arus fitnah dan syubhat. 5. Tidak sembrono, tidak ceroboh dalam hal-hal yang merupakan fitnah dan

syubhat, supaya ia tidak menjadi pembuka pintu keburukan untuk dirinya dan orang lain.

Demikian yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr dalam kunci ketujuh yaitu seseorang hendaknya menjauh dari sumber fitnah dan syubhat. Lalu berhati-hati darinya. Jangan sok pintar, jangan sok berani, jangan sembrono karena hal tersebut bisa memasukkan dia ke dalam bahaya dan bisa jadi bahaya tersebut juga akan terbuka untuk orang lain karena sebab dirinya.

(41)

33

Jadi semua orang (setiap orang) yang ingin menjadi pembuka pintu kebaikan, penutup pintu keburukan dia hendaknya menjauh dari sumber fitnah dan syubhat lalu berhati-hati darinya. Wallāhu Ta'āla A'lam bishawab.

(42)

34

B

agian 8 Kunci Kedelapan Lemah Lembut Dan Berakhlaq Mulia Dengan Seluruh Manusia

Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Pada kesempatan kali ini (in syā Allāh) kita akan melanjutkan membaca Kitāb: ريخلل احاتفم نوكت فيك (Bagaimana Anda Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan) yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla. Pada kesempatan kali ini kita sudah berada di kunci atau langkah kedelapan yang beliau sebutkan.

LANGKAH KEDELAPAN: LEMAH LEMBUT DAN BERAKHLAQ MULIA DENGAN SELURUH MANUSIA.

Beliau mengatakan diantara hal yang dapat menjadikan seorang insan menggapai predikat pembuka pintu kebaikan adalah lemah lembut dalam setiap permasalahan dan memperlakukan manusia dengan akhlak mulia. Ini adalah salah satu kunci penting yang dapat menjadikan anda meriah predikat sebagai pembuka pintu kebaikan.

Saudaraku, yakinlah bahwa orang yang memperlakukan orang lain dengan buruk, orang yang berakhlak keras kepada orang lain, tidak akan menjadi pembuka hati manusia. Allāh Subhānahu wa Ta'āla pernah berfirman tentang nabi yang menjadi pemimpin manusia yaitu Nabi kita Muhammad shallallāhu 'alayhi wa

sallam. Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

اَمِبَف ةَم أح َر َنِ م ٱ َِّلِل َتنِل أم هَل أوَل َو َتن ك اًّظَف َظيِلَغ ٱ أل َق ِبأل َلَ ُّضَفن ْاو أنِم َكِل أوَح

"Berkat rahmat Allāh, engkau wahai Muhammad, berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka menjauh dari sekitarmu." (QS.ًĀliًImrān:ً159)

(43)

35

Jiwa akan lari dari sikap kasar, jiwa akan lari sikap keras, jiwa akan lari dari sikap kejam, jiwa akan lari dari akhlak yang buruk. Kaidah ini tetap berlaku walaupun yang disampaikan adalah kebaikan. Hal ini karena sikap yang keras, tindakan yang buruk, cara yang kasar membuat manusia lari darinya. Sehingga seorang insan ketika ingin menjadi pembuka pintu kebaikan ia harus memperlakukan manusia dengan lembut.

Ia berbicara dengan mereka dengan sopan dan tenang. Berbicara dengan rendah hati tidak meninggikan diri sendiri, tidak sombong, tidak congkak. Apabila saya sebutkan contoh tentang hal ini dari sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang banyak itu, tentu buku ini akan menjadi panjang. Tapi akan saya sebutkan satu contoh yang sangat luar biasa dan sangat menakjubkan ketika Nabi kita

Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam masuk ke Mekkah pada peristiwa

Fathu Mekkah. Posisi Beliau saat itu adalah sebagai penakluk (penguasa).

Beliau mendatangi sebuah kota yang dahulu penduduknya sangat keras siksaannya kepada Beliau. Saat itu (setelah penaklukan selesai) Abū Bakar Ash Shidiq radhiyallāhu 'anhu datang menggandeng tangan ayahnya yang belum masuk Islām menemui Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Rambut, jenggot dan alis ayah beliau sudah putih (sudah lanjut usia) Abū Bakar Ash Shidiq radhiyallāhu 'anhu membawa beliau kepada Nabi shallallāhu 'alayhi

wa sallam. Anda tahu apa yang dikatakan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam

kepada Abu Bakar Ash Shidiq radhiyallāhu 'anhu?

Apa kata Nabi kepada Abu Bakar Ash Shidiq radhiyallāhu 'anhu?

ه َّلا َتكرت خيشلا يف هتيب ىتح نوكأ انأ هيتآ ؟هيف !

"Kenapa kamu tidak biarkan kakek ini tetap tinggal di rumahnya saja, biar aku yang mendatangi beliau?"

(44)

36

Kenapa kakek ini tidak dibiarkan duduk saja , tidak usah dibawa ke sini, biar saya yang ke sana mendatangi Beliau?

Inilah akhlak yang sangat tinggi, akhlak yang sangat mulia dari seorang penakluk yang baru saja memasuki kota Mekkah, sebuah kota di mana Beliau pernah disiksa dengan sangat pedih di sana. Maka saat itupun Nabi shallallāhu 'alayhi

wa sallam meletakkan tangan Beliau pada dada ayah Abū Bakar Ash Shidiq

radhiyallāhu 'anhu. Lalu beliau berkata, "Apakah anda bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allāh dan saya adalah utusan Allāh?" Ayah Abū bakar pun menjawab, "Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allāh dan anda adalah utusan Allāh."

Contoh lain:

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam juga pernah meletakkan tangan Beliau pada

pundak salah seorang shahabat junior yang masih sangat muda (Mu'ādz bin Jabbal radhiyallāhu 'anhu). Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata kepada Mu'ādz, "Sungguh aku mencintaimu, jangan pernah tinggalkan do'a ini pada akhir shalatmu. َّم هَّللا ىِ نِعَأ ىَلَع َك ِرْكِذ َك ِرْك ش َو ِنْس ح َو َكِتَداَبِع

"Ya Allāh, tolonglah aku agar selalu berdzikir mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu.” (Hadītsً shahīhً riwayatً Abuً Daudً

dan Ahmad)

Sungguh beda sekali cara seperti ini dengan cara orang yang berbicara kepada anak kecil, seakan-akan berbicara kepada anak kecil. Dia mengatakan, "Hai anak

(45)

37

kecil, hai orang bodoh, hai...." Dan lain sebagainya. Kata-kata yang kasar akan membuat hati tertutup dan jiwa akan lari. Sehingga orang yang ingin menggapai predikat sebagai pembuka pintu kebaikan hendaknya menghiasi diri dengan akhlak yang mulia, menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji. Nabi shallallāhu

'alayhi wa sallam sendiri telah bersabda:

امنإ تثع ب َم ِمَت لۡ َحلاص ِقلاخلۡا

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."

Demikian yang disampaikan oleh syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla pada kunci ke-8 ini. Yaitu "seseorang memiliki akhlak yang mulia kepada seluruh manusia."

Ketika berbicara seseorang hendaknya merendah, tidak meninggikan diri sendiri, tidak mengotot, dan akhlak-akhlak buruk lainnya. Hendaknya dia merendah ketika berbicara kepada orang lain. Karena walaupun kebaikan yang kita sampaikan ketika disampaikan dengan cara kasar dan keras, akan membuat jiwa lari dan membuat hati tertutup. Seseorang tidak akan tergerak untuk mengikuti apa yang kita sarankan kepadanya.

Belajarlah menjadi orang yang bisa merendah dihadapan orang lain, walaupun orang yang kita hadapi adalah orang yang sangat banyak kesalahannya (yang sangat bahaya kesalahannya). Tetap harus merendah, apalagi yang kita hadapi adalah masyarakat awam yang mereka ngaji saja terkadang tidak bisa. Mereka akan melihat yang pertama kali akan melihat kepada akhlak yang menyampaikan, kalau akhlaknya baik dia akan tergerak mengikuti, tapi kalau yang menyampaikan kebenaran akhlaknya tidak baik, orang awam yang kadang membaca Al Qur'ān saja tidak tahu tidak akan tergerak mengikutinya.

(46)

38

B

agian 9 Kunci Kesembilan: Terdepan Dalam Kebaikan

Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Pada kesempatan kali ini (in syā Allāh) kita akan melanjutkan membaca langkah-langkah atau kunci-kunci yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla dalam Kitāb:

فيك نوكت احاتفم

ريخلل (Bagaimana Anda Menjadi Seseorang Yang Membuka Pintu Kebaikan Dan Menutup Pintu Keburukan).

KUNCI KESEMBILAN: TERDEPAN DALAM KEBAIKAN

Seorang hamba tidak akan mencapai predikat yang sempurna sebagai pembuka pintu kebaikan bagi manusia sampai ia perhatian dengan kebaikan. Sampai ia menjadi pelaku kebaikan dan sampai ia menjadi terdepan dalam kebaikan. Coba perhatikan perkataan Nabi Syu'aib 'alayhissallām ketika sedang berdialog dengan kaumnya: ٓاَم َّو دْي ِر ا ْنَا ْم كَفِلاَخ ا ى لِا ٓاَم ْم كى هْنَا هْنَع ا

"Aku tidak bermaksud menyalahi kalian terhadap apa yang aku larang darimu."

(QS Hud: 88)

Kata beliau, "Aku tidak termasuk menyalahi kalian terhadap apa yang aku larang darimu." Jadi orang yang ingin mengajak manusia kepada kebaikan harus menjadi orang yang terdepan dalam kebaikan tersebut. Allāh Subhānahu wa

Ta'āla berfirman: أدَقَّل َناَك أم كَل يِف ِلو س َر ٱ َِّلِل ة َو أس أ ةَنَسَح نَمِ ل َناَك ْاو ج أرَي ٱ ََّلِل َو ٱ َم أوَيأل ٱ َر ِخٓ ألۡ َرَكَذ َو ٱ ََّلِل ا ريِثَك

"Sungguh telah ada pada diri Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam suri tauladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allāh, mengharap datangnya hari kiamat dan orang yang banyak mengingat Allāh."

Referensi

Dokumen terkait