• Tidak ada hasil yang ditemukan

4) Menguntungkan diri sendiri/ orang lain / korporasi 5) Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan dan sarana yang ada karena jabatan /kedudukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4) Menguntungkan diri sendiri/ orang lain / korporasi 5) Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan dan sarana yang ada karena jabatan /kedudukan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

U UPPAAYYAA PPEENNEEGGAAKKAANN HHUUKKUUMM IINNDDOONNEESSIIAA TTEERRHHAADDAAPP PPEEMMBBEERRAANNTTAASSAANN K KOORRUUPPSSII K Khhooiirruull HHuuddaa A Abbssttrraakk M Meesskkiippuunn kokorruuppssii tteerrjjaaddii didi sesemmuuaa lelevveell ((bbiissnniiss ddaann bibirrookkrraassii)) didi i innddoonneessiiaa,, nanammuunn ssyysstteemm hohokkuumm dadann ssyysstteemm popolliittiikk kikittaa bebelluumm memelliihhaatt k koorruuppssii sesebbaaggaaii “m“maassaallaahh sseerriiuuss””.. BaBahhkkaann ssuuddaahh memennjjaaddii pepennggeettaahhuuaann u ummuumm bbaahhwwaa pprraakktteekk--pprraakktteekk kkoorruuppssii,, kokolluussii ddaann neneppoottiissmmee ((KKKKNN)) tetellaahh m meennjjaaddii babaggiiaann dadarrii uussaahhaa mmeellaannggggeennggkkaann kekekkuuaassaaaann didibbiiddaanngg ekekoonnoommii d daann ppoolliittiikk.. A A.. PPeennggeerrttiiaann KKoorruuppssii

Berbagai definisi yang menjelaskan dan menjabarkan makna korupsi dapat kita temui..Asal kata korupsi berasal dari bahasa latin corrumpere, bahasa Inggris menjadi corruption atau corrupt, bahasa Belanda,menjadi corruptie. Arti harfiah dari korupsi adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, tidak bermoral, penyimpangan arti dari kesucian, dapat disuap. Adapun definisi korupsi menurut beberapa ahli, adalah; 1. Poerwadarminta mengartikan korupsi adalah perbuatan yang buruk seperti

penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya.

2. Menurut Bank Dunia “The abuse of public power for private benefit”

3. Menurut Transparancy International “ the misuse of public power for private provit”. 4. Menurut Robert Klitgaard yang mengupas korupsi dari perspektif administrasi

negara, mendefinisikan korupsi sebagai “Tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi sebuah jabatan negara karena keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi (perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri); atau melanggar aturan-aturan pelaksanaan menyangkut tingkah laku pribadi

B

B.. BBeennttuukk ddaann RRuuaanngg KKoorruuppssii

Dalam UU No 31 Tahun 1999 Jo UU no 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Perbuatan korupsi mengandung lima unsur ;

1) Melawan Hukum

2) Memperkaya diri sendiri/ orang lain / korporasi

(2)

4) Menguntungkan diri sendiri/ orang lain / korporasi

5) Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan dan sarana yang ada karena jabatan /kedudukan

C

C.. BBeebbeerraappaa PPeennyyeebbaabb KKoorruuppssii

1. masyarakat mempunyai mental suka menerabas (koentjaraningrat)

2. masyarakat tidak menganggap korupsi sebagai ‘aib’. rendahnya budaya malu. 3. nilai ewuh pakewuh melekat pada masyarkat indonesia/ sikap permitif

4. kontrol sosial masyarakat terhadap perilaku korupsi masih longgar 5. nilai kejujuran kurang mendapat penghargaan tinggi dimasyarakat 6. kurangnya keteladanan dari pimpinan

7. masyarakat mengukur status sosial dari ‘kekayaan’ (uang dan kekuasaan)

8. belum ada kesadaran bersama bahwa korupsi membuat hancurnya sebuah negara, penyebab kemiskinan, menimbulkan banyak pengangguran, meningkatnya hutang.

9. aparat penegak hukum (polisi, jaksa, hakim)tdk memberi skala prioritas utama pada pembrantasan korupsi.

10. diskriminasi hukum yang dilakukan oleh criminal justice sistem. 11. lemahnya komitmen mahkamah agung

12. komitmen presiden dan wakil presiden dalam membrantas korupsi tidak kuat dan kurang konsisten

D

D.. PPeenneeggaakkaann hhuukkuumm ddaallaamm ppeemmbbeerraannttaassaann kkoorruuppssii

Penegakan hukum sering disalah artikan seakan-akan hanya bergerak dibidang hukum pidana saja, istilah penegakan hukum meliputi tindakan prefentif dan represif.

Menurut Lawrence M. Friedman dalam bukunya What is legal system menyebutkan bahwa sistem haruslah ditelaah sebagai kesatuan yang meliputi tindakan re-evaluasi, reposisi, dan pembaruan terhadap struktur, substansi hukum dan budaya hukum. Keterpaduan sistem hukum tersebut selayaknya dilakukan secara simultan, integral dan paralel. Hal ini dapat digunakan untuk memecahkan persoalan

(3)

hukum (legal issu), atau penyelesaian hukum (legal solution), maupun pendapat hukum (legal opinion) termasuk permasalah korupsi :

1). Struktur yang meliputi perbaikan segala kelembagaan atau organ-organ yang menyelenggarakan peradilan sehingga mendapat minimalisasi terjadinya KKN. Birokrasi struktur peradilan menimbulkan mafia peradilan yang telah menjadi polemik peralihan milenium yang selalu tidak terpecahkan.

Persoalan hukum yang dengan berlakunya UU No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman khususnya Pasal 11 yaitu pemisahan fungsi administratif Badan Peradilan dari eksekutif kepada Mahkamah Agung meskipun dilaksanakan secara bertahap merupakan salah satu pemecahan masalah yang berkepanjangan dan membantu para Hakim menjalankan fungsi yudisialnya. Kekuasaan eksternal tidak lagi mencampuri masalah administratif yang berdampak pada penanganan teknis dan substantif yudisial hakim dalam menjalankan tugas profesionalnya.

Komisi Pemberantasan Korupsi yang bersifat idenpenden dibentuk untuk memiliki kewenangan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan sebagai institusi yang memiliki sinergitas dengan institusi penegakan hukum yang sudah ada (Polisi dan Kejaksaan). Demikian pula Komisi Ombudsman Nasional melalui Keputusan Presiden No. 44 tahun 2000 memberikan peran masyarakat yang cukup signifikan dalam rangka menciptakan dan mengembangkan kondisi yang kondusif terhadap pelaksanaan pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 2). Substance yang menyangkut pembaruan terhadap berbagai perangkat peraturan

dan ketentuan normatif, pola dan kehendak perilaku masyarakat yang ada dalam sistem hukum tersebut dan mengarah pada pendekatan kemasyarakat yang dimulai dengan berlakunya TAP MPR No. IX/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN yang diimplementasikan melalui ketentuan UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari KKN dan UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No. 35 Tahun 1999 Tentang pembaruan Kekuasaan Kehakiman ataupun revisi/pembaruan terhadap KUHPidana dan KUHAP serta mempercepat diberlakukannya revisi UU

(4)

Anti Suap dan UU Komisi Pemberantasan Korupsi. Juga diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

3). Legal Culture (budaya hukum) merupakan aspek signifikan yang melihat bagaimana msyarakat menganggap ketentuan sebagai civic-minded sehingga masyarakat akan selalu taat dan sadar pentingnya hukum sebagai regulasi umum. Persoalan hukum adalah budaya hukum yang berkaitan erat dengan etika dan moral masyarakat dan pejabat penegak hukum dalam menyikapi KKN Masalah rendahnya moral dan budaya hukum inilah yang sangat penting dalam pembangunan hukum Indonesia dan sangat mengganggu struktur dan substansi sistem hukum secara keseluruhan. Peranan pejabat penegak hukum dalam memberantas KKN sangat dipengaruhi oleh moral dan etika yang berintegritas dengan pemahamam budaya hukum atas pembersihan KKN tersebut.

Penegakan hukum untuk pemberantasan korupsi dilakukan dengan memberikan dukungan peningkatn moral dan etika penegak hukum seperti pembuatan law enforcement officer act, perbaikan sistem rekrutmen para calon hakim (Jaksa dan Polisi) yang bebas dari KKN, melalui kurikulum peningkatan kesadaran beretika (hukum). Jadi tanpa adanya political will dari instansi kenegaraan pemberantasan korupsi akan sulit mencapai hasil yang optimal.

1. Faktor Pengambat Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Kompleksnya permasalahan korupsi perlu melihat pandangan para teoritisi yang dijadikan acuan mengungkap faktor penghambat dalam pemberantasan korupsi. Menurut Soerjono Soekanto ada lima faktor yang merupakan tolok ukur efektifitas penegakan hukum :

a. Faktor hukumnya sendiri;

b. Faktor penegak hokum yaitu para pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hokum;

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

d. Faktor masyarakat yaitu lingkungan di mana hokum tersebut berlaku atau diterapkan;

(5)

e. Faktor kebudayaan yaitu sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup1

a. Faktor Hukum :

Arti hukum dan undang-undang dibatasi dalam arti materiel adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa Pusat maupun Daerah yang sah. Dengan demikian undang-undang dalam arti materiel mencakup :

a). Peraturan pusat yang berlaku untuk semua warga negara atau suatu golongan tertentu maupun yang berlaku umum di sebagian wilayah negara;

b). Peraturan setempat yang hanya berlaku di suatu tempat atau daerah saja

Agar undang-undang/peraturan tersebut berlaku efektif maka ada beberapa azas yang harus diperhatikan :

a). Undang-undang tidak berlaku surut artinya undang-undang hanya boleh diterapkan terhadap peristiwa yang disebut dalam undang-undang tersebut serta terjadi setelah undang-undang dinyatakan berlaku;

b). Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempenyuai kedudukan yang lebih tinggi;

c). Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang-undang yang bersifat umum apabila pembuatnya sama artinya terhadap peristiwa khusus wajib diperlakukan undang-undang yang menyebutkan peristiwa itu walaupun bagi peristiwa khusus tersebut dapat pula diperlakukan undang-undang yang menyebutkan peristiwa yang lebih luas ataupun lebih umum yang juga mencakup peristiwa khusus tersebut;

d). Undang-undang yang berlaku belakangan , membatalkan undang-undang yang berlaku terdahulu. Artinya undang-undang lain yang lebih dahulu berlaku dimana diatur mengenai suatu hal tertentu tidak berlaku lagi apabila ada undang-undang baru yang berlaku belakangan mengatur pula hal tertentu, akan tetapi makna atau tujuannya berlainan atau berlawanan dengan undang-undang yang lama tersebut; e). Undang-undang yang tidak dapat diganggu gugat;

1

Soekanto , Soerjono., Faktor-Faktor Yang mempengaruhi penegak Hokum, CV. Rajawali, Jakarta, 1983. Hal.5

(6)

f). Undang-undang merupakan suatu sarana untuk mencapai suatu kesejahteraan spiritual dan materiel bagi masyarakat maupun pribadi melalui pelestarian ataupun pembaharuan (inovasi). Artinya agar pembuat undang-undang tidak sewenang-wenang atau agar undang-undang tersebut tidak menjadi huruf mati maka perlu dipenuhi beberapa syarat tertentu :

1). Adanya keterbukaan di dalam proses pembuatan undang-undang;

2). Pemberian hak kepada warga masyarakat untuk mengajukan usul-usul tertentu.

Masalah lain yang dijumpai dalam undang-undang adalah belum adanya peraturan pelaksanaannya pada hal dalam undang-undang tersebut diperintahkan demikian. Adanya ketidak jelasan di dalam kata-kata yang dipergunakan di dalam perumusan pasal-pasal tertentu. Penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan secara luas sekali atau karena merupakan terjemahan dari bahasa asing yang kurang tepat, hal tersebut turut mempengaruhi terhadap terganggunya penegakan hukum.

Secara yuridis larangan penyalahgunaan korupsi diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan antara lain :

1). Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak pidana Korupsi;

2). Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

3). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 1999 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kekayaan Penyelenggara Negara;

4). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2000 tentang Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

5). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Faktor substansi hukum khususnya undang-undang yang mengatur tentang korupsi merupakan hukum yang belum menunjukan kesungguhan dalam memberantas korupsi yang merugikan negara dan rakyat serta perilaku haram karena masih ada celah pasal yang pelaku tersebut belum menunjukan kejeraan dan

(7)

angka kejahatan dari tahun ke tahun bukannya menurun tetapi semakin meningkat bahkan yang melakukan korupsi adalah pejabat negara yang memiliki kdudukan terhormat di mata masyarakat. Dengan demikian perlu adanya revisi khususnya masalah sanksi tindak pidana korupsi harus dipertegas dan diperjelas sehingga ada kepastian hukum dan tidak menimbulkan salah tafsir bagi aparat hukum.

b. Faktor Penegak Hukum atau Struktur

Ruang lingkup penegak hukum sangat luas. Penegak hukum disini dimaksudkan pada kalangan yang secara langsung berkecimpung dalam bidang penegakan hukum yang tidak hanya mencakup law enforcement akan tetapi juga peace maintenance. Mereka meliputi yang bertugas di bidang-bidang kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kepengacaraan dan pemasyarakatan.

Masalah penegakan hukum sering dikaitkan dengan masalah peranan (role). Pembahasan penegakan hukum lebih diarahkan kepada masalah diskresi. Diskresi tersebut menyangkut pengambilan keputusan yang tidak sangat terikat oleh hukum., dimana penilaian pribadi juga memegang peranan khususnya lembaga peradilan. Wayne la Favre menyatakan bahwa diskresi sangat penting dalam rangka

penegakan hukum karena :

1). Tidak ada perundang-undangan yang sedemikian lengkapnya, sehingga dapat mengatur semua perilaku manusia;

2).Adanya kelambatan-kelambatan untuk menyesuaikan perundang-undangan dengan adanya perkembangan di dlam masyarakat sehingga menimbulkan ketidakpastian; 3). Kurangnya biaya untuk menerapkan perundang-undangan sebagaimana yang

dikehendaki oleh pembentuk undang-undang;

4). Adanya kasus-kasus individual yang memerlukan penangan khusus.2

Dalam kerangka sosiologis suatu peranan tertentu dapat dijabarkan kedalam unsur-unsur : peranan yang ideal, peranan yang seharusnya, peranan yang dianggap oleh diri sendiri dan peranan yang sebenarnya dilakukan. Antara peranan tersebut di atas sering terjadi kesenjangan. Peranan yang ideal dan peranan yang seharusnya seringkali telah dirumuskan dalam undang-undang. Sedangkan peranan yang sebenarnya dan peranan yang dianggap oleh diri sendiri menyangkut perilaku nyata

2

(8)

dari para pelaksana peranan yakni para penegak hukum yang di satu pihak menerapkan perundang-undangan dan di lain pihak melakukan diskresi di dalam keadaan-keadaan tertentu.

Di dalam melaksanakan peranan yang aktual penegak hukum sebaiknya mampu, hal mana akan tampak pada perilakunya yang merupakan pelaksanaan dari peranan aktualnya.

Terkait dengan penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi aparat penegak hukum masih memiliki beberapa kelemahan antara lain :

1). Minimnya kualitas dan kuantitas personil bagian kejaksaan; 2). Lemahnya sikap mental aparat penegak hukum.

c. Faktor Sarana dan Fasilitas

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu maka tidak mungkin penegakan hukum berlangsung dengan lacar. Sarana atu fasilitas tersebut mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan trampil, organisi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup. Kalau hal-hal itu tidak terpenuhi maka mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuannya.

Guna memenuhi sarana atu fasilitas tersebut sebaiknya dianut jalan pikiran : 1). Yang tidak ada diadakan yang baru;

2). Yang rusak atau salah diperbaiki atau dibetulkan; 3). Yang kurang ditambah;

4). Yang macet dilancarkan;

5). Yang mundur atau merosot dimajukan atau ditingkatkan.

Mengacu pendapat tersebut di atas maka kekurangan sarana dan prasarana dalam rangka penegakan hukum tersebut harus dipenuhi sehingga aparat dapat bertindak cepat dan profesional dalam pemberantasan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh koruptor ulung.

c. Faktor Masyarakat

Penegakan hukum yang berasal dari masyarakat bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Penegakan hukum dari masyarakat ini penting karena masyarakat memiliki peranan penting dalam mempengruhi penegakan hukum.

(9)

Ketaatan masyarakat terhadap hukum dipengaruhi oleh perilaku aparat penegak hukum. Keteladan aparat penegak hukum dalam melaksanakan dan mematuhi hukum sangat berpengaruh terhadap ketaatan masyarakat terhadap hukum. Peranan penting masyarakat tersebut dapat diwujudkan dengan cara melaporkan kepada aparat bila mengetahui tentang tindak pidana korupsi Rasanya mustahil berhasil bila aspek penegakan hukum hanya dibebankan kepada aparat tanpa adanya dukungan dan partisipasi masyarakat secara aktif. Dengan keadaan seperti itulah seharusnya masyarakat mulai menyadari dan mulai bergerak aktif dalam ikut serta dalam menanggulangi penyimpangan-penyimpangan dengan menggunakan keuangan rakyat oleh aparat pemerintah yang dapat merugikan keuangan negara, perekonomian bangsa dan negara.

d. Faktor Kebudayaan atau Kultur

Kultur atau kebudayaan dalam kehidupan manusia itu adalah sesungguhnya suatu fenomena dalam kehidupan manusia yang sungguh partikular sifatnya. Relativisme kultur inilah yang menjelaskan kenyataan bagaimana praktek dan praksis dalam pengalaman suatu bangsa tertentu sangat dipujikan sebagai aset yang fungsional bagi ketertiban dalam kehidupan setempat, tetapi bisa juga dipandang amat tercela sebagai perusak sendi-sendi kehidupan. Demikian pula halnya dengan praktek dan praksis korupsi itu. Suatu praksis perilaku tertentu dalam kehidupan bermasyarakat di suatu negeri tertentu dimasa tertentu bisa saja dinilai buruk sebagai suatu yang merusak habis-habisan tetapidalam kehidupan bermasyarakat di suatu negeri lain di masa yang lain bisa saja dinilai suatu yang benar-benar positif dan fungsional3

Apabila suatu praktek berlangsung terus menerus tanpa halangan dan menjadi suatu keajegan atau kepangguhan, keniscayaan seperti akan menebal dan terasa sebagai keharusan yang cenderung bernuansa normatif sifatnya. Inilah yang membenarkan pernyataan-pernyataan bahwa dengan kenyataan seperti praktek yang resminya dinilai koruptif itu sudah boleh dikatakan membudaya. Dalam wacana antropologik lepas dari penilaian buruk-baik, budaya yang terwujud dari ulah pengulangan yang tersimak sebagai keajegan atau kebiasaan seperti itu akan dapat

3

(10)

digolongkan sebagai bagian kebudayaan juga, inilah kebudayaan riil yang menggambarkan adanya suatu pattern of collective behavior4

E. Belajar Penanganan Kasus Korupsi Dari Negara Lain

1. PPeemmbbeerraannttaassaann kkoorruuppssii ddii CChhiinnaa

a. Pada tahun 2000 sejumlah 1.292 hakim dihukum karena melanggar administrasi dan 46 hakim dituntut ke pengadilan karena pelanggaran hukum b. Sementara dilembaga kejaksaan tidak kurang dari 494 jaksa di investigasi dan

dihukum

c. Melibatkan 4.626 kasus yang melibatkan para pengawai pengadilan di investigasi

d. Kasus-kasus tersebut diduga merupakan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power)

2. PPeemmbbeerraannttaassaann kkoorruuppssii ddii KKeennyy

a a

a. Tidak kurang dari 152 hakim terlibat korupsi, separoh lebih dari total 300 hakim dinegara tersebut.

b. Lebih dari 50 pegawai pengadilan dipecat karena korupsi

4

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Hartanti, Evi, 2005. Tindak Pidana Korupsi, Jakarta : Sinar Grafika.

Kunarto, 1996. Tren Kejahatan Dan Peradilan Pidana, Jakarta : Cipta Manunggal

Kwik Kian Gie, 2005. Pemberantasan Korupsi Untuk Memperoleh Kemandirian, Kemakmuran, Kesejahteraan Dan Keadilan, Jakarta

Manan, Bagir, 2005. Sistem Peradilan Berwibawa (Suatau Pencaharian). Moelyatno, 1987. Azas-Azas Hukum Pidana, Jakarta : Bina Aksara.

Ruki, Taufikurachman, 2005. Strategi Pemberantasan Korupsi Menuju Indonesia Baru. Undang-Undang No 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Undang-Undang No 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Referensi

Dokumen terkait