5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi tanaman kacang hijau (Vigna Radiata ( L.) R. Wilczek) Klasifikasi tanaman kacang hijau adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Vigna
Species : Vigna radiata L. (Atika, 2018).
2.2. Morfologi tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)
Menurut Atika, (2018), Tahun 2011 Kementererian Pertanian merilis suatu varietas kacang hijau unggul, yang bernama Vima – 1 melalui SK. Nomor 833/Kpts/SR.120/6/2008 pada Tanggal 21-06-2008. Hasil berupa varietas unggul ini diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI) Malang dari persilangan buatan antara tetua jantan VC 1973A dengan tetua betina 2750A. seleksi dilakukan dengan cara sistematis sehingga didapatkan galur MMC. 157d Kp-1 yang mempunyai sifat berupa resisten terhadap penyakit embun tepung dan berumur genjah.
6 2.2.1 Akar
Kacang hijau mempunyai akar utama yang disebut akar tunggang. Ujung akar tanaman kacang hijau akan tumbuh secara lurus dan menembus tanah hingga kedalaman 40 – 80 cm. Pada tanaman kacang hijau system perakaran dibagi dua, mesophites dan xerophites. Ciri akar mesophites mempunyai banyak cabang akar pada permukaan. dan .tipe pertumbuhannya menyebar. Ciri akar xerophites, yakni mempunyai akar cabang lebih sedikit dan. memanjang ke arah bawah (FAO 2007 dalam Atika, 2018)
2.2.2. Batang
Kacang hijau mempunyai bentuk batang bulat dan berbuku-buku yang ukurannya kecil dan berbulu kecoklatan ataupun kemerahan. Setiap.buku batang menghasilkan .satu tangkai daun, kecuali pada daun pertama, yakni sepasang daun yang saling berhadapan dan masing-masing daun berupa daun tunggal. Ketinggian batang kacang hijau mencapai 1 m, dimana cabang menyebar kesemua arah (Singh and D.L. Oswalt, 1992 dalam Atika, 2018).
2.2.3. Daun
Daun kacang hijau tumbuh majemuk (banyak), terdiri dari tiga helai anak daun pada setiap tangkai. Helaian daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip. serta berwarna hijau muda dan hijau tua, letak daun terselip. Tangkai daun lebih panjang dari.daunnya sendiri (FAO 2007 dalam Atika, 2018).
2.2.4. Bunga
Umumnya bentuk bunga kacang hijau adalah seperti kupu-kupu, berwarna kuning kehijauan. Termasuk kedalam jenis bunga berkelamin .sempurna.
7
Penyerbukan bunga terjadi saat malam hari sehingga pada pagi hari, bunga akan mekar dan sore hari bunga menjadi layu (Singh and D.L. Oswalt, 1992 dalam Atika, 2018).
2.2.5. Buah / Polong
Kacang hijau mempunyai buah yang berbentuk polong. Panjangnya sekitar 5-16 cm. Setiap polong berisi.10-15 biji. Berbentuk bulat silindris atau pipih dengan ujung agak.runcing atau tumpul. Pada saat polong masih muda berwarna hijau, setelah polong menua warnanya akan berubah menjadi kecoklatan atau kehitaman. (Hakim, 2008 dalam Atika, 2018).
2.3. Budidaya dan kebutuhan pupuk tanaman Kacang hijau (Vigna radiata (L.) R Wilczek) varietas Vima 1
2.3.1. Budidaya tanaman Kacang hijau (Vigna radiata (L.) R Wilczek)
Menurut (Kuntyastuti, Henny, 2016), Budi daya kacang hijau secara tradisional pada lahan kering dilakukan petani dengan cara (1) tumpangsari dengan tanaman jagung, sebagian kecil monokultur, (2) tanpa pemupukan, memanfaatkan residu pupuk dari padi atau tanaman. pokok, (3) jarak tanam tidak teratur, dan (4) pengendalian gulma dan OPT minimal. Sedangkan menurut Nanang Dwi Wahyono (2014), budidaya kacang hijau memiliki kelebihan dibandingkan budidaya tanaman yang lain, seperti, lebih toleran terhadap kekeringan, berumur genjah,, dapat ditanam. dilahan kurang subur, sekaligus dapat menambah kesuburan tanah karena mampu bersimbiosis dengan.bakteri rhizobium sp, budidaya mudah dan hama yang menyerang relatif sedikit. Dalam budidayanya jarak tanam yang dipergunakan biasanya tidak menentu.
8
2.3.2. Kebutuhan pupuk tanaman Kacang hijau (Vigna radiata ( L.) R. Wilczek)
Penelitian sebelumnya dalam jurnal karya Kuntyastuti, Henny, (2016), menjelaskan bahwa pemupukan NPK meningkatkan hasil kacang hijau tertinggi dibandingkan dengan pemupukan NP, NK, atau PK. Pemberian 3,5 t kotoran ayam/ha atau 5,0 t pupuk kandang/ha juga meningkatkan hasil kacang hijau (Naeem et al. 2006), tetapi pemberian kompos 1,0 t/ha pada lahan sawah tadah hujan tidak meningkatkan hasil kacang hijau (Yassi 2010). Pertumbuhan dan hasil kacang hijau meningkat sejalan dengan peningkatan takaran pupuk K dari 20 kg/ha sampai 120 kg K/ha, dan optimal pada takaran 80 kg K/ha (Kumar.et al. 2014). Pemberian pupuk sebesar 90-160 kg K/ha mampu meningkatkan hasil kacang hijau dari 1,88 t/ha (tanpa pupuk K) menjadi 2,51-2,70 t/ha (Fooladivanda et.al. 2014). Pemberian pupuk sebesar.84 kg TSP/ha pada tanah miskin P (8,5 ppm P dengan pH 8,1) dapat meningkatkan hasil kacang hijau.0,58 t/ha dibandingkan dengan tanpa pupuk.TSP (Ali et al. 2010). Hasil optimum kacang hijau diperoleh dengan pemupukan 90 kg P2O5 /ha dan penyiangan dua kali pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam (Ahadiyat dan Tri Harjoso 2012). Pemupukan 38.kg P2O5 + 6,25 t pupuk kandang/ha mampu menambah hasil kacang hijau 1,73.t/ha (Aslam et al. 2010). Pemupukan 124 kg DAP + 10 t pupuk kandang/ha menghasilkan biji kacang hijau 1,13 t/ha, lebih tinggi 0,31 t/ha dibanding tanpa pupuk (Abbas et al. 2011).
2.4. Cuka kayu ( Wood Vinegar)
Menurut Yanyong Chalermsan dan Sukhumwat peerapan (2009), cuka kayu atau asam piroligna merupakan produk sampingan sari proses produksi arang berwarna merah coklat yang dihasilkan dari pembakaran kayu segar dan gas
9
dibawah kondisi kedap udara. Saat gas didinginkan, maka akan mengembun dan menjadi cairan dengan kandungan asam asetat, metanol, aseton, minyak kayu. Asam asetat adalah komponen terbesar dalam cuka kayu yang menunjukkan aktivitas termisida yang tinggi. Dalam penelitian sebelumnya yakni Nakajima et al 1993 dalam Yanyong Chalermsan dan Sukhumwat peerapan, (2009), menjelaskan bahwa penambahan cuka kayu mentah ke komponen medium mulsa serbuk gergaji dan kompos dalam kisaran 0,1,6 % mampu meningkatkan hasil tubuh buah sebesar 21-42 %.
Penelitian yang dilakukan oleh Udomporn pangnakorn, Surasak Watanasorn, (2009), menunjukkan bahwa cuka kayu mampu meningkatkan rata-rata tinggi tanaman, panjang simpul, jumlah biji dan berat / 100 biji tanaman kacang kedelai varietas baru (Srisamrong) dengan perlakuan dilarutkan dalam air dosis 50 ml/L yang paling efisien kemudian disemprotkan pada tanaman interval 7 hari sebanyak 8 kali. Penelitian kedua oleh Callina, undang (2013), yang mengaplikasikan cuka kayu dosis 0, 50 ml/L, 75 ml/L, dan 100 ml/L pada bibit tanaman papaya, hasilnya menunjukkan pada dosis pemberian cuka kayu 50 ml/L memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang dibandingan perlakuan dosis lain dengan cara disemprotkan ke seluruh permukaan tanaman 20 dan 40 HST. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Komarayati & Santoso (2011), cuka kayu yang diaplikasikan sebagai stimulan ke tanaman mengkudu (Morinda citrifolia) dengan perlakuan pupuk kompos, cuka kayu (0,1,2,3 %), dan mikoriza. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan perlakuan cuka kayu 2-3 % memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi, diameter, dan panjang daun.
10
2.5. Kandungan senyawa kimia Cuka kayu ( Wood Vinegar)
Penelitian sebelumnya, yakni oleh Sri Komarayanti, Gusmailina (2014), pengujian komponen senyawa cuka kayu (pohon nangka) yang diuji menggunakan GCMS ( Gas chromatography – mass spectrometry) adalah methanol 0,44 – 1.15 %, asam asetat 21,71-30,05 % dan fenol 45,07-63,62 %. Berbeda dengan cuka kayu dari hasil pirolis tempurung kelapa dimana mengandung asam organik, keton, , fenol, alkohol, ester dan aldehid (Nugroho dan imas 2013 dalam Nugrahaini, Kusdiyantini, Tarwotjo, & Prianto, 2017). Sedangkan.pembuatan cuka kayu yang berasal dari bahan baku sampah organik menunjukkan komponen senyawa penyusun cuka.kayu, diantaranya ada 17 Senyawa keton (27,9 %), senyawa fenolik berjumlah 14 senyawa (23%), senyawa golongan asam karboksilat (13 %), golongan alkohol sebanyak 7 senyawa (11,5%), golongan ester sebanyak 4 senyawa (6,6.%), golongan senyawa lain berjumlah 1.6 % dan 3 senyawa ( 4,9 %) golongan aldehid. Berdasarkan uji spektrofotometri cuka kayu hasil evaporasi yang dilakukan dalam jurnal penelitian Nugrahaini et al., (2017), menunjukkan adanya senyawa asam dan fenol, terdapat serapan vibrasi,O-H yang diduga adalah kelompok fenol, serapan vibrasi uluran.C=C. Dengan adanya gugus fungsi O-H Dan C=C mengindikasikan positif senyawa flavonoid. Serapan dengan intensitas rendah menunjukkan vibrasi ulur C-O yang tidak lain adalah gugus ester. Menurut Sari, dkk 2015 dalam jurnal Nugrahaini et al., (2017), ikatan ester antara gugus hidroksi pada glukosa dengan gugus karboksil dari asam fenolat menunjukkan adanya gugus ester.
Nigel V. Gale, et al (2019), menyatakan bahwa kandungan cuka kayu berupa asam asetat merupakan komponen kimia dari fraksi kimia cuka kayu yang
11
berperan sebagai stimulator pertumbuhan tanaman yang memiliki sejarah panjang. Beberapa senyawa organic yang dilepaskan cuka kayu dalam tanah berupa hormon, salah satunya adalah gas etilen (C2H4) merupakan gas hormon tanaman yang terlibat dalam regulasi tanaman, pensinyalan stress tanaman dan penuaan jaringan. Peranan lain senyawa yang terkandung dalam cuka kayu, yakni terjadi dalam tanah yang dimanfaatkan flora dan fauna tanah untuk memetabolisme senyawa organik.