• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasional, Organizational Citizenship Behavior

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasional, Organizational Citizenship Behavior"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Judul : Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisaional Terhadap Organizational Citizenship Behavior Guru di SMAK Santo Yoseph Denpasar.

Nama : Aga Dwitya Permana Nim : 1315251026

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional, kepuasan kerja dan komitmen organisasional terhadap

organizational citizenship behavior guru di SMAK Santo Yoseph Denpasar. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB, kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB dan komitmen organisaional berpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik penerapan kepemimpinan transformasional, kepuasan kerja dan komitmen organisasional maka akan semakin tinggi tingkat peran OCB. Jumlah sampel yang digunakan 60 orang guru, dengan metode non probability sampling purposive. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan kuesioner.

Untuk menumbuhkan perilaku OCB guru maka kepemimpinan transformasional pihak kepala sekolah penting untuk menyatukan persepsi, motivasi serta perhatian terhadap kebutuhan guru agar melakukan pekerjaan dengan baik. Kepuasan kerja juga menjadi acuan yang kuat untuk menumbuhkan perilaku OCB, dalam hal ini disarankan agar pihak sekolah memperhatikan beban kerja, hubungan rekan kerja dan kesempatan promosi agar meningkatkan perilaku OCB guru. Selain itu komitmen organisasional juga mempengaruhi munculnya perilaku OCB, untuk mewujudkannya perlu ditingkatkan kesetiaan pada organisasi.

Kata Kunci: Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Kerja, Komitmen

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINAITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

1.5 Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 13

2.1.1 Organizational Citizenship Behavior ... 14

2.1.2 Kepemimpinan Transformasional ... 18

2.1.3 Kepuasan Kerja ... 21

2.1.4 Komitmen Organisasional ... 24

2.2 Hipotesis Penelitian ... 26

2.3 Kerangka Berpikir Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 32

3.2 Lokasi Penelitian ... 32

3.3 Objek Penelitian ... 32

3.4 Identifikasi Variabel ……….. ... 33

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 33

3.6 Jenis Sumber Data ... 38

3.6.1 Jenis Data ... 38

3.6.2 Sumber Data ... 38

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 39

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.9 Pengujian Instrumen ... 40

3.9.1 Uji Validitas ... 40

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 41

3.10 Teknik Analisis Data ... 41

3.10.1 Analisis Faktor Konfirmatori ... 41

(3)

3.10.3 Analisi Regresi Linier Berganda ... 43

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Organisasi ... 46

4.1.1 Sejarah singkat Organisasi... 46

4.1.2 Struktur Organisasi ... 48

4.1.3 Tugas dan Tanggung Jawab Struktur Organisasi SMAK Santo Yoseph ... 48

4.2 Karakteristik Responden ... 51

4.3 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ... 53

4.3.1 Uji Validitas ... 54

4.3.2 Uji Realibilitas ... 54

4.4 Deskripsi Variabel Penelitian ... 55

4.4.1 Kepemimpinan Transformasional ... 56

4.4.2 Kepuasan Kerja ... 57

4.4.3 Komitmen Organisasi ... 58

4.4.4 Organizational Citizenship Behavior ... 60

4.5 Hasil Analisis Data ... 62

4.5.1 Analisis Konfirmatori ... 62

4.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 64

4.6 Analisis Regresi Linier Berganda ... 66

4.6.1 Uji Kelayakan Model ... 67

4.6.2 Uji Hipotesis ... 68

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

4.7.1 Pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap Organizational Citizenship Behavior Guru SMAK Santo Yoseph Denpasar ... 69

4.7.2 Pengaruh kepuasan kerja terhadap Organizational Citizenship Behavior Guru SMAK Santo Yoseph Denpasar ... 71

4.7.3 Pengaruh komitmen organisasional terhadap Organizational Citizenship Behavior Guru SMAK Santo Yoseph Denpasar ... 72

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 75

5.2 Saran ... 76

DAFTAR RUJUKAN ... 78

(4)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Ketidakhadiran Tenaga Pengajar SMAK Santo Yoseph... 4

4.1 Jumlah Guru SMAK Santo Yoseph…... 47

4.2 Karakteristik Responden SMAK Santo Yoseph Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir dan Tempat Tinggal. 51 4.3 Hasil Uji Validitas…... 53

4.4 Hasil Uji Reliabilitas…... . 55

4.5 Deskripsi Persepsi Responden Terhadap Variabel Kepemimpinan Transformasional…... 56

4.6 Deskripsi Persepsi Responden Terhadap Variabel Kepuasan Kerja…... . 57

4.7 Deskripsi Persepsi Responden Terhadap Variabel Komitmen Organisasional…... 59

4.8 Deskripsi Persepsi Responden Terhadap Variabel Organizational Citizenship Behavior…... 60

4.9 Hasil Uji KMO…... 62

4.10 Nilai MSA…... 63

4.11 Nilai Percentage of Variance…... 63

4.12 Hasil Uji Normalitas…... 64

4.13 Hasil Uji Multikolinearitas…... 65

4.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas…... 65

(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

2.1 Kerangka Konsep Pemikiran…... 30

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Kuesioner Penelitian…... 84

2. Hasil Tabulasi Data…... 88

3. Uji Validitas Instrumen Penelitian…... 90

4. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian…... 94

5. Deskripsi Data Penelitian…... 97

6. Analisis Faktor…... 102

7. Uji Normalitas…... 110

8. Uji Multukolinearitas…... 111

9. Uji Heteroskedastisitas…... 112

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan menjadi salah satu faktor penentu kemajuan bangsa di antara

sekian banyak agenda pembangunan bangsa. Pendidikan merupakan faktor penentu

kemajuan bangsa di masa depan. Pembangunan bidang pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah merupakan upaya mencapai salah satu cita-cita nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi modal manusia, yang menentukan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Jika bangsa berhasil membangun dasar-dasar pendidikan nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang lainnya. Namun pendidikan Indonesia masih dihadapi berbagai permasalahan seperti kualitas pendidikan di Indonesia belum merata, kurikulum nasional yang rumit dan minimnya guru mendapatkan pelatihan yang berkualitas sehingga masih banyak guru yang mengajar memakai cara lama, padahal pendidikan sekarang terus berkembang (okezone.com).

Melihat permasalahan pendidikan Indonesia yang belum merata tersebut menyebabkan setiap daerah khususnya dalam hal ini di Provinsi Bali harus terus membenahi kurikulum dan kompetensi guru dimana diharapkan kedepannya guru bisa mengembangkan kurukulum sendiri yang disebut hidden curriculum (kurikulum tersembunyi). Guru dapat memotivasi dan menginspirasi serta

(8)

menggerakkan peserta didik untuk membangun karakter personilnya lebih dari sekedar proses pendidikan di bidang penguasaan materi bahan ajar saja (posbali.id). Guru memiliki pengaruh sangat penting dalam dunia pendidikan Indonesia sebagai pendidik dan pengajar akan membentuk dan mengarahkan generasi bangsa kearah yang baik dan benar. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang pengajar, menyatakan bahwa seorang tenaga pengajar profesional di tuntut sejumlah persyarat, antara lain memiliki kualifikasi pendidikan prefesi dan kompetensi keilmuan, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, memiliki kemampuan mentransformasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan, memiliki kemampuan menjaga moral anak didik, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap profesinya serta selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus.

Guru tidak cukup hanya mengerjakan sebatas Job Description saja, melainkan mereka harus mempunyai perilaku ekstra peran atau sering disebut

Organizational Citizenship Behavior (OCB). OCB dapat didefinisikan sebagai

pemberian bantuan sukarela kepada sesama pekerja untuk pengembangan organisasi tanpa mengharapkan imbalan apapun. (Mansoor, dkk., 2012). Munculnya OCB memberikan dampak positif tidak hanya bagi pegawai itu sendiri tetapi juga memberikan kontribusi pada organisasi lebih daripada apa yang dituntut secara formal oleh organisasi tersebut (Jahangir et al., 2004).

Dalam dunia kerja yang dinamis seperti saat ini, dimana tugas semakin sering dikerjakan dalam tim dan fleksibilitas sangatlah penting, organisasi

(9)

membutuhkan karyawan yang memperlihatkan perilaku OCB, seperti membantu individu lain dalam tim, mengajukan diri untuk melakukan pekerjaan ekstra, menghindari konflik yang tidak perlu, menghormati semangat dan isi peraturan, serta dengan besar hati mentoleransi kerugian dan gangguan terkait pekerjaan yang kadang terjadi (Robbins dan Judge, 2008:40).

Dalam hal ini penelitian berada di SMAK Santo Yoseph Denpasar. Merupakan salah satu lembaga yang bergerak di bidang pendidikan. Guru memegang tugas ganda dalam proses pendidikan di sekolah yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diperhatikan kualitasnya, seperti yang kita ketahui untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas tentunya dibutuhkan tenaga pengajar yang memiliki peran OCB. Hasil observasi yang telah dilakukan peneliti di SMAK Santo Yoseph Denpasar, dapat dilihat bahwa peran guru dalam membantu rekan kerja yang berhalangan hadir kurang optimal. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1.

(10)

Tabel 1.1 Ketidakhadiran Tenaga Pengajar SMAK Santo Yoseph Denpasar

Kelas Bulan

Juli Agustus September Oktober November Desember

X.IPA.1 X.IPA.2 X.IPA.3 X.IPA.4 X.IPA.5 X.IPA.6 X.IPS.1 X.IPS.2 X.IPS.3 X.IPS.4 X.BHS.1 XI.IPA.1 XI.IPA.2 XI.IPA.3 XI.IPA.4 XI.IPA.5 XI.IPA.6 XI.IPS.1 XI.IPS.2 XI.IPS.3 XI.IPS.4 XI.BHS.1 XII.IPA.1 XII.IPA.2 XII.IPA.3 XII.IPA.4 XII.IPA.5 XII.IPS.1 XII.IPS.2 XII.IPS.3 XII.IPS.4 XII.BHS.1

Sumber : SMAK Santo Yoseph Denpasar, 2017

Keterangan : : > 2 kali : ≤ 2 kali : 0

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pada enam bulan terakhir terdapat banyak kelas yang kosong, yang disebabkan oleh ketidakhadiran guru pengajar mata pelajaran pada jadwal yang telah ditentukan. Saat kondisi yang bersamaan inisiatif dari rekan guru lain yang secara sukarela mengisi kelas yang kosong tersebut masih di rasa kurang. Hal ini menjelaskan bahwa rendahnya OCB dalam membantu rekan kerja dirasakan masih kurang.

(11)

Untuk mengatasi persoalan yang terungkap di atas, yang mana seorang guru dihadapkan oleh sejumlah tugas dan tanggung jawab yang besar serta tuntutan akan peran profesinya, dan di lain pihak adanya keterbatasan yang dimiliki oleh guru itu sendiri maupun keterbatasan akan apa yang diharapkan untuk diperoleh dari profesinya, sangat dibutuhkan perilaku ekstra peran dari para guru yang dikenal sebagai organizational citizenship behavior (OCB).

Shweta dan Srirang (2010) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi OCB antara lain: disposisi individu dan motif individu, kohesivitas kelompok, sikap pegawai (Komitmen Organisasional dan kepuasan kerja), kepemimpinan transformasional, dan keadilan organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Jahangir et al. (2004) menunjukkan bahwa kepuasan kerja, komitmen organisasional, dan gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap OCB karyawan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wida (2016) menyebutkan bahwa kepemimpinan transformasional, kepuasan kerja, komitmen organisasional berpengaruh positif dan signifikan pada OCB.

OCB dapat dimaksimalkan dalam organisasi apabila peran pemimpin berjalan dengan efektif. Gaya kepemimpinan transformasional sesuai dengan lingkungan organisasi yang dinamis (Ismail et al., 2011). Kepemimpinan transformasional, digambarkan sebagai gaya kepemimpinan yang dapat membangkitkan atau memotivasi karyawan, sehingga dapat berkembang dan mencapai kinerja pada tingkat yang tinggi, melebihi dari apa yang mereka perkirakan sebelumnya (Yukl, 2010:303).

(12)

Kepemimpinan transformasional terdiri dari empat aspek yang meliputi: pengaruh yang ideal (idealized influence), motivasi yang inspirasional (inspirational motivation), stimulasi intelektual (intellectual stimulation), dan pertimbangan yang bersifat individual (individualized consideration). Keempat aspek kepemimpinan transformasional tersebut mendorong karyawan untuk bekerja lebih keras, meningkatkan produktifitas, memiliki moril kerja serta kepuasan kerja yang lebih tinggi, meninggikan efektifitas organisasi, meminimalkan perputaran karyawan, menurunkan tingkat ketidakhadiran, dan memiliki kemampuan menyesuaikan diri secara organisasional yang lebih tinggi (Robbins dan Judge, 2008:92).

Kepala sekolah merupakan sosok pemimpin di SMAK Santo Yoseph yang dapat berperan memaksimalkan perilaku ekstra peran guru. Kualitas dari pemimpin seringkali dianggap sebagai faktor terpenting yang menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi. Untuk menjadi pemimpin yang efektif, seorang kepala sekolah harus dapat mempengaruhi seluruh warga sekolah yang dipimpinnya melalui cara-cara yang positif untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru di sekolah tersebut, dapat ditemukan bahwa interaksi dan motivasi yang diberikan kepala sekolah kepada guru dirasakan masih kurang optimal. Hal ini dapat dikarenakan pada tahun ajaran ini terjadi pergantian kepala sekolah yang baru, sehingga dirasa masih perlu adanya adaptasi antara kepala sekolah yang baru dengan para guru agar interaksi dan motivasi yang diberikan berjalan dengan baik. Penelitian yang dilakukan Nguni

(13)

(2005) menyebutkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara kepemimpinan transformasional terhadap perilaku OCB dari para guru.

Kepuasan kerja juga dapat memaksimalkan perilaku OCB guru. Kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya (Robbins dan Judge 2008:107). Menurut Luthans (2006:243), terdapat lima dimensi kepuasan kerja, yaitu: upah, beban kerja, kesempatan promosi, pengawasan, dan rekan kerja. Berdasarkan observasi peneliti di SMAK Santo Yoseph Denpasar dapat dilihat beban kerja guru cenderung semakin bertambah tiap tahunnya dikarenakan kurikulum nasional yang sering berubah-ubah, sehingga adanya tambahan beban kerja seperti adanya tambahan jam mengajar, belum lagi tugas guru sebagai wali kelas, pekerjaan administratif lainnya. Selain itu dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti, beberapa guru memiliki tingkat kepuasan yang rendah dapat dilihat dari beban kerja yang dirasa berat oleh karena jam mengajar yang lama sekitar 8 jam, tambahan jam mengajar seperti bimbingan belajar bagi siswa membuat guru mengalami kelelahan fisik dan kelelahan mental.

Kepuasan kerja identik dengan profesi guru. Hal ini mungkin terjadi karena profesi guru beresiko menghasilkan kepuasan kerja yang rendah akibat tuntutan profesionalitas dan dedikasi yang tinggi, tanpa selalu dibarengi oleh apresiasi dan kompensasi gaji yang memadai (Sutjipto, 2001). Meningkatnya kepuasan kerja yang dirasakan para guru mempengaruhi perilaku guru dalam kondisi kerja sehari-hari. Perubahan perilaku tersebut menunjukkan ciri-ciri yang terdapat dalam komponen perilaku ekstra peran yang dikemukakan oleh Organ et al. (2006:17-18).

(14)

Hasil studi yang dilakukan oleh MacKenzie et al. (1998) menunjukkan bahwa kepuasan kerja memotivasi karyawan untuk melakukan Organizational Citizenship Behavior secara sukarela.

Dalam konteks yang sama pula, selain peran kepemimpinan transformasional dari kepala sekolah maupun kepuasan kerja, aspek berikutnya yang tak kalah pentingnya dalam memaksimalkan OCB adalah sikap komitmen dari para guru terhadap organisasinya. Dalam organisasi sekolah, guru merupakan tenaga profesional yang berhadapan langsung dengan siswa, maka guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik harus mampu menjalankan berbagai kebijakan dengan tujuan-tujuan tertentu dan mempunyai komitmen yang kuat terhadap tempat kerjanya.

Luthans (2006:249) menyatakan bahwa komitmen organisasional merupakan sikap yang menunjukkan loyalitas karyawan dan merupakan proses berkelanjutan bagaimana seorang anggota organisasi mengekspresikan perhatian mereka kepada kesuksesan dan kebaikan organisasinya. Komitmen diindikasikan dengan tiga hal, yaitu: (1) keinginan kuat seseorang untuk tetap menjadi anggota organisasinya; (2) kemauan untuk mengerahkan usahanya untuk organisasinya; (3) keyakinan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Pekerja yang memiliki komitmen organisasional tinggi akan cenderung senang membantu dan dapat bekerjasama.

Berdasaran observasi peneliti di SMAK Santo Yoseph Denpasar dapat dilihat guru di hadapi dengan siswa didiknya yang tidak serius, tidak mendengarkan guru membuat guru merasa tidak dihargai. Ini menyebabkan guru mengalami

(15)

penurunan performa mengajar dikelas, guru merasa mudah tersinggung, kurang maksimal dalam bekerja, guru menjadi malas dalam mengajar, penuruan kepuasan kerja guru yang ditunjukan dari semakin rendah semangat kerja guru . Hal ini pun akan berdampak pada ikatan psikologis guru terhadap organisasinya, dengan terganggung ikatan psikologi guru terhadap organisasinya ini akan berdampak pada rendahnya komitmen guru pada tempat bekerjanya. Chughtai & Zafar (2006) berpendapat bahwa komitmen pada tenaga pengajar dapat mempengaruhi performa mengajarnya di dalam kelas, sehingga dengan kurangnya komitmen pada organisasi berdampak pada penurunan kinerja.

Komitmen organisasional dapat digunakan untuk memprediksi aktivitas profesional dan perilaku kerja karena komitmen organisasional mencerminkan sikap positif individu pada organisasi. Sikap ini memotivasi seseorang untuk berperilaku positif, untuk menjadi disiplin dalam bekerja, untuk mematuhi aturan dan kebijakan organisasi, untuk menjaga hubungan baik dengan rekan kerja, dan meningkatkan tingkat pencapaian seseorang. Dengan cara ini, pengetahuan dan pemahaman tentang komitmen organisasi dapat digunakan sebagai dasar untuk memprediksi perilaku kerja individu (Sahertian dan Soetjipto, 2011).

Berdasarkan penelitian terdahulu dan masalah yang terdapat di SMAK Santo Yoseph Denpasar, maka dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasional Terhadap Organizational Citizenship Behavior Di SMAK Santo Yoseph”.

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap

Organizational Citizenship Behavior di SMAK Santo Yoseph Denpasar ?

2) Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap Organizational Citizenship

Behavior di SMAK Santo Yoseph Denpasar ?

3) Bagaimana pengaruh komitmen organisasional terhadap Organizational

Citizenship Behavior di SMAK Santo Yoseph Denpasar ? 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah.

1) Untuk menguji pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap

Organizational Citizenship Behavior di SMAK Santo Yoseph Denpasar.

2) Untuk menguji pengaruh kepuasan kerja terhadap Organizational

Citizenship Behavior di SMAK Santo Yoseph Denpasar.

3) Untuk menguji pengaruh komitmen organisasional terhadap Organizational

(17)

1.4 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1) Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memperkuat hasil-hasil studi yang berkaitan dengan pengaruh kepemimpinan transformasional, kepuasan kerja dan komitmen organisasional terhadap OCB. Penelitian ini diharapkan mampu dan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain maupun untuk menambah wawasan dan pemikiran peneliti dalam pengembangan sumber daya manusia.

2) Manfaat praktis

Dilihat dari manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang dapat mendukung perencanaan dan tujuan organisasi yang sudah ditetapkan khususnya bagi guru dan pegawai di SMAK Santo Yoseph Denpasar.

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan bab lainnya, yang disusun secara terperinci untuk mendapatkan gambaran yang jelas serta terarah mengenai masing-masing bab dalam skripsi ini. Penulis mengemukakan sistematika penyajian sebagai berikut.

(18)

Bab ini merupakan pendahuluan yang diawali dengan uraian latar belakang masalah, perumusan pokok masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, serta sistematika penyajian.

Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendukung penelitian, hasil penelitian sebelumnya yang terkait dan digunakan sebagai acuan dengan penelitian yang dilaksanakan sekarang, serta rumusan hipotesis penelitian.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan metode penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definis operasional penelitian, jenis dan sumber data, Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan.

Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini memuat tentang gambaran umum dari lokasi penelitian, deskripsi dari hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menguraikan simpulan yang diperoleh dari hasil analisis dalam pembahasan, dan saran-saran yang diberikan sesuai dengan simpulan yang diperoleh.

Gambar

Tabel 1.1 Ketidakhadiran Tenaga Pengajar SMAK Santo Yoseph Denpasar

Referensi

Dokumen terkait

Padi merupakan salah satu hasil utama pertanian Negara Indonesia, musim saat ini yang tidak menentu mengakibatkan permasalahan dalam pengeringan padi/ gabah, walaupun saat ini

Mikroskop bipolar dimanfaatkan pada studi petrografi sedangkan Inductively Coupled Plasma-Mass Spectrometry digunakan untuk analisis kandungan unsur jejak dan unsur tanah

‚Ketentuan untuk ayah anak tidak sah‛, Terlepas dari apa pun dalam ketentuan sebelumnya dari Undang-undang ini, dalam kasus anak tidak sah, tidak ada orang yang akan

hubungannya dengan latency (waktu tunda), yaitu total waktu yang diperlukan oleh sebuah paket data untuk berpindah dari dari sumber ke tujuannya. Tinggi rendahnya latency

HBD S2 REKAYASA INSTRUMENTASI DAN ENERGI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBER AA UNIVERSITAS TELKOM MMS TF-43- 02 0416017601 MAMAT ROKHMAT MMR S3 REKAYASA INSTRUMENTASI DAN

Sumur-sumur warga sekitar juga akan tercemar, serta limbah tersebut mencemari udara di sekitar lokasi pabrik dan lingkungan sekitarnya, jika masalah limbah ini

terhadap aturan terkait pengelolaan sistem drainase perkotaan, kegiatan- kegiatan apa yang telah dilakukan dalam mendorong peran serta masyarakat misalnya saja k egiatan

Pada Tabel 5, faktor-faktor pembatas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di Desa Hamparan Perak yang perlu diperbaiki adalah pH, C-organik dan N-total