• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI ERGONOMI PADA PERANCANGAN MEJA BATIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN MENGURANGI KELUHAN PEMBATIK DI SENTRA INDUSTRI BATIK TULIS TEGAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASI ERGONOMI PADA PERANCANGAN MEJA BATIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN MENGURANGI KELUHAN PEMBATIK DI SENTRA INDUSTRI BATIK TULIS TEGAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

B-263

APLIKASI ERGONOMI PADA PERANCANGAN MEJA BATIK UNTUK

MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN MENGURANGI KELUHAN

PEMBATIK DI SENTRA INDUSTRI BATIK TULIS TEGAL

Siswiyanti1, Saufik Luthfianto2

1,2Jurusan Teknik industri, Fakultas Teknik, Universitas Pancasakti Tegal e-mail :1siswieyanti@gmail.com,2saufik34@yahoo.com

ABSTRACT

The purpose of the research is to produce an ergonomic batik table, to find the decline of musculoskeletal complaints, exhaustion and to find out the level of productivity. The research method used an experimental design with the same subject. Batik table (as an alternative gawangan) was designed by ergonomic. It considered the chair design and stove protector in order to be able to set its height, obliquity and It can be rotated to simplyfy the process of making batik. The result of muskuloskeletal complaint after using gawangan shows that 20 workersa having complaint up to 60% getting pain at their upper necks and right arms, 50% getting pain at their left shoulders, backs and right hands, 55% getting pain at their right shoulders and upper left arms. In measuring exhaustion, we used questionnairs which consisted of 30 items. It was found some problems such as tiredness, less motivation and physic after working. From 20 workers felt tired with the level of complaints as follows : emasculation 57% ; less motivation 46% and weak of physic 59%. After using batik table, The result of muskuloskeletal complaint shown that from 20 workers got pain with level of complaint : 25% getting pain of their lower necks ; 20% getting pain of their backs and buttocks; 30% getting pain at their right upper arms; 5% getting pain of their right elbows, and 15% getting pain of their right knees.In measuring exhaustion, we used questionnairs which consisted of 30 items. It was found some complaints such as tiredness,less motivation and physic after working. From 20 workers felt tired with the level of complaints as follows : emasculation 44%; less motivation 25% and the weak ofphysic 36%. The application of Ergonomic towards Batik Table Design proves the reduction of muskuloskeletal level of complaint up to 20,83 %, extends The derivation of exchaustion complaint up to 20,18%, so there is an increase in batik productivity till 36,36%.

Keywords: the application of batik table, ergonomic, complaint, productivity PENDAHULUAN

Studi pendahuluan pada industri batik di Kalinyamat Wetan Kota Tegal terhadap 10 orang pembatik dengan posisi duduk di atas dingklik adalah : 50 % merasakan sakit pada leher bagian atas, pinggang, lengan bawah kiri, lutut kanan; 40 % merasakan sakit pada pantat, tangan kanan, paha kanan, lutut kiri dan betis kiri; 50 % agak sakit pada leher bagian bawah, lengan atas kanan, bokong, pantat, lengan bawah kanan, tangan kanan, paha kiri, kaki kiri. Hasil kelelahan secara umum penelitian pendahuluan terhadap 10 orang pembatik dengan posisi duduk di atas dingklik adalah : 69% disebabkan karena pelemahan kegiatan, 58% pelemahan motivasi dan 61 % pelemahan fisik.

Atas dasar hasil penelitian pendahuluan , maka peneliti mencoba untuk merancang peralatan (meja dan kursi) untuk melukis/nyanting (sebagai alat alternatif) menggunakan antropometri ergonomi. Peneliti berharap dengan rancangan gawangan baru akan menyebabkan posisi pekerja duduk di atas kursi sehingga mengurangi keluhan. Peneliti juga akan menguji terhadap tingkat Keluhan Musculoskeletal dan Kelelahan setelah dilakukan perancangan alat Alternatif tersebut. Suma’mur (1992) menyatakan bahwa penerapan ergonomi ke dalam sistem kerja telah terbukti mampu meningkatkan produktivitas, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan kerja.

Tujuan Penelitian

1. Untuk menghasilkan meja batik yang ergonomis

2. mengetahui tingkat penurunan keluhan muskuskeletal dan kelelahan setelah dilakukan perancangan meja batik secara Ergonomi

3. Untuk mengetahui tingkat produktivitas setelah dilakukan perancangan meja batik secara Ergonomi.

(2)

B-264

Tinjauan Pustaka

Desain stasiun kerja dan sikap duduk

Grandjean (1993) berpendapat bahwa bekerja dnegan posisi duduk mempunyai keuntungan antara lain: pembebanan pada kaki, pemakaian energi dan keperluan untuk sirkulasi darah dapat dikurangi. Namun demikian kerja duduk terlalu lama dapat menyebabkan otot perut melembek dan tulang belakang akan melengkung sehingga cepat lelah. Sedangkan Clark (1996) menyatakan bahwa desai stasiun kerja dengan posisi duduk mempunyai derajat stabilitas tubuh yang tinggi, mengurangi kelelahan dan keluhan subjektif bila bekerja lebih dari 2 jam. Disamping itu tenaga kerja juga dapat mengendalikan kaki untuk melakukan gerakan. Pulat (1992) memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi duduk ada;ah sebagai berikut: (1) pekerjaan yang memerlukan kontrol dengan teliti pada kaki, (1) pekerjaan utama adalah menulis atau memerlukan ketelitian pada tangan, (3) tidak diperlukan tenaga dorong yang besar, (4) objek yang dipegang tidak memerlukan tenaga bekerja pada ketinggian lebih dari 15 cm dari landasan kerja, (5) diperlukan tingkat kestabilan tubuh yang tinggi, (6) pekerja dilakukan pada waktu yang lama, (7) seluruh 0bjek yang dikerjakan atau disuplai masih dalam jangkauan dengan posisi duduk.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pedoman pengukuran ergonomi data antropometri, yang diukur dari dimensi tubuh manusia (posisi duduk tegak dan posisi duduk samping). Pengukuran dimensi perancangan juga disesuaikan dengan alat dan bahan yang digunakan oleh pembatik pada posisi nyanting / melukis dengan cairan lilin. Subjek penelitian adalah 20 orang pembatik perempuan (dengan nama Kelompok Riski Ayu) yang ada di Kelurahan Kalinyamat Wetan RT 05/ Rw 01, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal , yang dipilih berdasarkan teknik random sampling sederhana (Nazir, 2009). Analisis deskriptif pada subjek dilakukan dengan menghitung rerata dan simpang baku untuk masing-masing kriteria yaitu usia, tinggi badan, berat badan, dan pengalaman kerja. Hasil dimensi tubuh dengan pengukuran antropometri akan dianalisis menggunakan: BMI (Body Mass Index), uji keseragaman data, standar deviasi, Uji Kecukupan data, Pengukuran Percentil, dan uji kenormalan data (Wignjosoebroto, S., 1992).

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen sama subjek, yaitu rancangan yang observasi variabel dilakukan beberapa kali, yang subyek kontrolnya sekaligus juga berlaku sebagai subyek eksperimen (Pratiknya, 1993). Bagan rancangan penelitian sebagai berikut :

Gambar 1. Rancangan Penelitian Keterangan :

O1 = Pengukuran kelelahan, keluhan muskuloskeletal, dan denyut nadi sebelum bekerja pada kelompok kontrol dengan menggunakan gawangan-dingklik

O2 = Pengukuran kelelahan, keluhan muskuloskeletal, denyut nadi dan produktivitas setelah bekerja pada kelompok kontrol dengan menggunakan gawangan –dingklik WO = Washing Out (waktu istirahat untuk menghilangkan efek perlakuan sebelumnya agar

tidak meninggalkan efek/respon) selama 1 hari.

O3 = Pengukuran kelelahan, keluhan muskuloskeletal, dan denyut nadi sebelum bekerja pada kelompok eksperimen dengan menggunakan meja-kursi hasil perancangan ulang.

O4 = Pengukuran kelelahan, keluhan muskuloskeletal, denyut nadi dan produktivitas sesudah bekerja pada kelompok eksperimen dengan menggunakan meja-kursi hasil perancangan ulang.

Penentuan Jumlah sampel

Perhitungan besar sampel untuk rancangan dengan subjek yang sama antara kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen didasarkan pada rumus dari Sopiyudin (2004) di bawah ini.

) , ( 2 2 1 1

μ

μ

α

β

δ

f x N − = ... (1 )

(3)

B-265 Keterangan : N = Jumlah Sampel S = Standart Deviasi = 1

μ

Rerata pada kelompok kontrol

=

2

μ

Rerata pada kelompok perlakuan

=

α

Konstanta (0,01)

=

β

Konstanta (0,05) F(α ,β) = 17,8

Hasil penelitian pendahuluan dengan subjek 10 orang diperoleh rerata untuk kuisioner tingkat keluhan muskuloskeletal sebesar 56 dan rerata untuk kuisioner kelelahan sebesar 66. Rerata tingkat keluhan muskuloskeletal setelah dilakukan perbaikan diharapkan menurun sebanyak 20% yaitu dari 56 menjadi 44,8. Sedangkan untuk kelelahan setelah dilakukan perbaikan diharapkan menurun sebanyak 20% yaitu dari 66 menjadi 52,8. Untuk α = 0,05 dan untuk β = 0,10 maka besar sampel (n) untuk tingkat keluhan muskuloskeletal adalah sebanyak 11 orang dan untuk kuisioner kelelahan juga sebanyak 16 orang. Besarnya sampel ditambah 20% untuk menghindari terjadinya drop out subjek penelitian sehingga sampel ditetapkan menjadi 20 orang.

Metode dan analisis data

Pengukuran keluhan Musculoskeletal dengan NIOSH Nordic Body Map Subjective Filling, pengukuran rasa lelah dengan 30 Item Self Rating Questionnaire Industrial Fatique Research Committee dari Japan Association Of Industrial Healt, pengukuran denyut nadi dengan bantuan stop watch , dan meteran logam untuk mengukur peralatan kerja. Data hasil kuesioner diolah dengan bantuan program Statistical Program for Social Science (SPSS) Versi 16 for windows. Analisis data dibagi dalam tiga bagian yaitu analisis deskriptif, uji normalitas, dan uji beda.

a. Analisis kuantitatif menghitung rerata dan simpang baku untuk masing-masing kriteria yaitu usia, tinggi badan dan berat badan.

b. Uji normalitas : menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov (dengan tingkat kemaknaan α = 0,05) c. Uji beda : menggunakan uji beda dua kelompok berpasangan dengan taraf signifikansi (α=0.05).

Jika data berdistribusi normal, maka digunakan uji t berpasangan. Jika data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji Wilcoxon.

PEMBAHASAN Karakteristik Subjek

Subjek penelitian yaitu pembatik dengan jumlah 20 orang wanita. Diskripsi subjek ditunjukkan dalam Tabel 1 menyatakan bahwa usia subjek didapat rerata 37,55 th ±9,10 th dengan rentangan 20-55 tahun. Tinggi badan subjek didapat rerata 1,51 m ± 0,08 m dengan rentangan 1,40-1,71 m. Berat badan subjek didapat rerata 54,25 kg ± 8,93 kg dengan rentangan 10-72 kg. Pengalaman kerja subjek didapat rerata 11,40 th ± 9,72 th dengan rentangan 2-40 tahun.

Tabel 1. Deskripsi Subjek

Aspek Wanita

Rerata Simpangan Baku Rentangan

Usia (tahun) 37,55 9,10 20-55

Tinggi badan (m) 1,51 0,08 1,40-1,71 Berat Badan (kg) 54,25 8,93 10-72 Pengalama kerja (tahun) 11,40 9,72 2-40 Desain Kursi Batik

Perancangan kursi batik yang digunakan untuk aktivitas membatik (nyanting) menggunakan antropometri dimensi tubuh yang meliputi dimensi : TPO (tinggi poplitel atau tinggi lutut duduk), PP (pantat popliteal), LP ( lebar panggul), TBD (tinggi bahu pada posisi duduk, LB (lebar bahu), LS (lebar sandaran). Penerapan data antropometri dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) nya dari suatu distribusi normal. Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi). Sedangkan percentil adalah suatu nilai yang

(4)

B-266

menyatakan bahwa persentas tertentu dari kelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut (Nurmianto, Eko, 1996). Dibawah ini adalah Tabel 2 yang berisi hasil uji kecukupan data, uji keseragaman data serta Percentil untuk perancangan kursi.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Dimensi Tubuh untuk Uji Kecukupan Data , Uji Keseragaman Data dan Percentil pada Ukuran Perancangan Kursi (satuan cm).

Dari nilai uji kecukupan data maka semua data antropometri dimensi tubuh manusia yang digunakan untuk merancang memiliki nilai uji kecukupan data memenuhi syarat (N’ ≤ N), Sedangkan untuk keseragaman semua data dimensi tubuh sudah seragam atau masuk dalam batas kontrol bawah (BKB) dan batas kontrol atas (BKA). Nilai percentil yang digunakan pada perancangan tinggi kursi meliputi P5, P50 dan P95. Selanjutnya dari nilai percentil akan ditambahkan dengan nilai allowance (kelonggaran) sehingga menjadi dasar untuk pengukuran.

Hasil pengukuran menggunakan antropometri dimensi tubuh pembatik menunjukkan bahwa untuk merancang ketinggian kursi menggunakan dimensi tinggi popliteal (TPO) dengan percentil (P50) yaitu (40 cm). berdasarkan Prinsip-prinsip umum desain kursi menurut Pheasant (1987). Ukuran dan bentuk dasar dari beberapa kursi harus ditentukan dengan pertimbangan-pertimbangan ukuran Antropometri. Tinggi kursi harus tidak terlalu tinggi dari popliteal pemakai berdasarkan prinsip Pheasant (1987) , sedangkan untuk merancang kedalam tempat duduk dari dimensi (PP) percentile (P50) yaitu (40 cm). Lebar kursi (LB) yaitu percentile (P5) dengan nilai 36 cm, Tinggi sandaran duduk (TBD) percentile (P5) ukuran ( 40 cm), panjang sandaran (LB) persentil (P50) ukuran (40 cm) dan lebar sandaran dimensi (LS) percentile (P50) nilai (18 cm). Gambar 5.2 dibawah ini merupakan rancangan kursi batik sesuai dengan antropometri dimensi pembatik.

Gambar 2. Desain Kursi

(5)

B-267

Uji Normalitas Terhadap Dimensi Tubuh

Uji Normalitas untuk menguji data dimensi tubuh dan bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi dengan sebaran distribusi normal. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rerata, Simpang Baku Dan Uji Normalitas Terhadap Dimensi Tubuh Desain Kursi Aspek Rerata (cm) Simpang Baku P Tinggi Popliteal (TPO) 35,55 3,91 0,716

Pantat Popliteal (PP) 40,00 4,01 0,902

Lebar Pinggul (LP) 38,30 2,39 0,519

Tinggi Bahu Duduk (TBD) 41,25 2,43 0,068 Panjang sandaran (LB) 40,00 3,04 0,759

Lebar sandaran (LS) 18,00 1,72 0,400

p = nilai probabilitas

Berdasarkan perhitungan, didapat nilai p pada seluruh aspek lebih besar dari pada 0.05 ( p > 0,05 ) dengan demikian semua data berdistribusi normal.

Desain Meja Batik

Suma’mur (1987) menyatakan bahwa tinggi dataran kerja sangat penting artinya, karena sikap tubuh ditentukan oleh dataran kerja. Tinggi meja ini harus disesuaikan dengan sifat pekerjaan, yaitu; Pada pekerjaan-pekerjaan yang lebih membutuhkan ketelitian, tinggi meja adalah 10-20 cm lebih tinggi dari tinggi siku. Dalam merancang tinggi meja mengacu pada ketinggian kursi sehingga meja dapat diatur ketinggiannya menyesuaikan dengan sikap/posisi kerja kegiatan nyanting. Meja yang dirancang memiliki sudut kemiringan yang bisa diatur dengan asumsi supaya gerakan tangan tidak terlalu jauh dalam menjangkau malam dan melukis / nyanting sehingga meja bisa diputar. Panjang meja mengacu pada lebar kain yaitu 130 cm, dan lebar meja menyesuaikan bisa diatur dengan dasar minimal ukuran 120 cm. pemilihan bahan / material meja untuk kerangka terbuat dari stainlees steel dan agar meja mudah diputar menggunakan paralon diameter 4 inci dan 5 inci . Gambar 3 dibawah ini merupakan desain meja batik.

(6)

B-268

Desain Pelindung Kompor

Rancangan pelindung kompor menyesuaikan ketinggian kursi dan tinggi kompor, sehingga diperoleh hasil rancangan pelindung kompor seperti pada gambar 4.

Gambar 4. Desain Pelindung Kompor Posisi / sikap kerja Pembatik menggunakan gawangan

Pada Gambar 5. Tata letak peralatan untuk posisi membatik dengan duduk di atas dingklik memeiliki ukuran rata-rata sebagai berikut : tinggi wajan 20 cm, jangkauan terhadap wajan 49 cm, tinggi gawangan 80 cm, panjang gawangan 111 cm dan ukuran dingklik rata-rata adalah 39 x 29 cm. Sikap kerja duduk di atas dingklik : adalah sikap atau posisi tubuh pada saat membatik dengan duduk di atas dingklik , bahan yang dikerjakannya diletakkan di depan tubuh, atau diletakkan di atas gawangan selanjutnya sikap tubuh pengrajin membungkuk menyesuaikan dengan bahan/alat yang dikerjakan. Posisi lutut (kaki) pembatik ditekuk dan kadang lurus ke depan (Siswiyanti, Luthfianto,S., 2011). Pada saat duduk tanpa menyandar, akan lebih baik jika tulang pinggul condong/miring ke depan untuk mendapatkan sikap tubuh yang netral sehingga mempertahankan sikap demikian akan memerlukan aktivitas otot (Tarwaka, 2013).

Gambar 5. Posisi / sikap kerja Pembatik menggunakan gawangan Posisi / sikap kerja Pembatik menggunakan meja batik

(7)

B-269

Pada Gambar 6. Tata letak peralatan untuk posisi membatik dengan duduk di atas meja memeiliki ukuran ketinggian meja yang dapat diatur , dan kemiringan meja bisa mencapai 700. Jangkauan tangan

saat mengambil cairan malam melalui kompor sudah disesuikan dengan kedudukan kompor dan kursi. Meja dapat diputar sehingga memudahkan kain bisa dilukis dengan mudah. Tinggi kedalaman meja bagian bawah untuk memudahkan akses kaki. Kedalaman meja untuk kemudahan akses kursi adalah mempertimbangkan agar lutut tidak sampai membentur kedalaman meja. Posisi duduk dengan bersandar akan mengurangi tulang pinggul condong/miring ke depan (Tarwaka, 2013).

Gambar 6. Posisi / sikap kerja Pembatik menggunakan meja batik Uji Normalitas Terhadap Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan, dan Produktivitas

Uji Normalitas untuk menguji data kuisioner tingkat keluhan muskuloskeletal kelompok kontrol sebelum beraktivitas, tingkat keluhan muskuloskeletal kelompok eksperimen sebelum beraktivitas, tingkat keluhan muskuloskeletal kelompok kontrol setelah beraktivitas, tingkat keluhan muskuloskeletal kelompok eksperimen setelah beraktivitas, kelelahan kelompok kontrol sebelum beraktivitas, kelelahan kelompok eksperimen sebelum beraktivitas, kelelahan kelompok kontrol setelah beraktivitas, kelelahan kelompok eksperimen setelah beraktivitas, produktivitas kelompok kontrol sebelum beraktivitas, produktivitas kelompok eksperimen sebelum beraktivitas, produtivitas kelompok kontrol setelah beraktivitas, produktivitas kelompok eksperimen setelah beraktivitas. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi dengan sebaran distribusi normal. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smir

(8)

B-270

Tabel 4. Rerata, Simpang Baku Dan Uji Normalitas Terhadap Tingkat Keluhan Musculoskeletal, Kelelalahan dan Produkutivitas

Aspek Rerata Simpang Baku P

Aspek keluhan muskuloskeletal kelompok kontrol 59,30 9,31 0,901

Aspek kelelahan kelompok kontrol 61,45 9,42 0,421

Aspek produktivitas kelompok kontrol 0,0046 0,0015 0,491 Aspek keluhan muskuloskeletal kelompok eksperimen 46,95 5,82 0,759

Aspek kelelahan kelompok eksperimen 49,05 8,38 0,983

Aspek produktivitas kelompok eksperimen 0,0063 0,00063 0,551

p = nilai probabilitas

Berdasarkan perhitungan, didapat nilai p pada seluruh aspek lebih besar daripada 0.05 ( p > 0,05 ) dengan demikian semua data berdistribusi normal.

Uji T Terhadap Keluhan Muskuloskeletal, kelelahan, dan Produktivitas

Hasil uji Normalitas keseluruhan data berdistribusi normal, maka analisis yang digunakan adalah uji compare mean yaitu dengan menggunakan uji t berpasangan (Paired sample T-Test). Hasil uji t untuk subjek ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rerata, Beda Rerata, dan Uji t Antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Variabel Kelompok Rerata

Simpangan Baku Beda t hitung P Rerata Keluhan Muskuloskeletal Kontrol 59,3 9,31 -12,35 4,385 0,000 Ekperimen 46,95 5,82 Kelelahan Kontrol 61,45 9,42 -12,40 4,753 0,000 Ekperimen 49,05 8,38 Produktivitas Kontrol 0,0046 0,0015 0,0017 -5,75 0,000 Ekperimen 0,0063 0,0006

Tabel 5. menyatakan bahwa tingkat keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan produktivitas pada sampel didapat nilai probabilitas masing-masing sebesar 0,000; 0,000; dan 0,000 ( p < 0,05 ). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan yang bermakna antara semua variabel pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Perbedaan tingkat keluhan musculoskeletal, kelelahan dan peningkatan produktivitas antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada Gambar Grafik di bawah.

Gambar 7. Grafik Tingkat Keluhan Muskuloskeletal pada Kelompok kontrol dan Eksperimen

0 20 40 60 80 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 Rerata keluhan muskuloskelet

al

Tingkat Kelulan Muskuloskeletal pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

Kontrol Eksperimen

(9)

B-271

Gambar 7. menyatakan bahwa beda rerata tingkat keluhan muskuloskeletal antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 12,35 atau terjadi penurunan keluhan muskuloskeletal sebesar 20,83 %. Berdasarkan Gambar 7a. sebagian besar sampel mengalami penurunan tingkat keluhan muskuloskeletal. Dari hasil kuisioner tingkat keluhan muskuloskeletal, didapat penurunan pada keluhan subyektif yaitu sakit pada leher bagian atas dari 60 % menjadi 0 %, sakit pada leher bagian bawah dari 40 % menjadi 25 %, sakit pada punggung dari 50 % menjadi 20%, sakit pada lengan atas kanan dari 60% menjadi 30%, sakit pada bokong dari 45% menjadi 20%, sakit pada lutut kiri dari 30% menjadi 15%.Perbaikan sikap kerja atau posisi tubuh pembatik posisi duduk di atas meja dapat mengurangi keluhan system musculoskeletal pembatik tulis.

Gambar 8. Grafik Tingkat Kelelahan pada Kelompok kontrol dan Eksperimen

Gambar 8. menyatakan bahwa Beda rerata antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 12,40 atau terjadi penurunan kelelahan sebesar 20,18 %. Perbedaan tingkat kelelahan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada Gambar 7b. Berdasarkan Gambar 7b sebagian besar sampel mengalami penurunan kelelahan. Dari hasil hasil kuisioner kelelahan, didapat penurunan pada kelelahan yaitu Penurunan pelemahan kegiatan dari 57 % menjadi 44 %, pelemahan motivasi dari 46 % menjadi 25 %, pelemahan fisik dari 59 % menjadi 36%. Perbaikan sikap kerja atau posisi tubuh pembatik dari posisi duduk di atas meja dapat mengurangi gangguan kelelahan kerja pembatik tulis.

Gambar 9. Grafik Tingkat Produktivitas pada Kelompok kontrol dan Eksperimen

0 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920 Rata-rata keleleahan

Tingkat kelelahan pada kelompok kontrol dan eksperimen

Kontrol Eksperimen ,00000 ,0010000 ,0020000 ,0030000 ,0040000 ,0050000 ,0060000 ,0070000 ,0080000 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 Rata-rata Produktivitas

Tingkat Produktivitas pada kelompok kontrol dan eksperimen

Kontrol Eksperimen

(10)

B-272

Gambar 9. menyatakan bahwa Beda rerata antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 0,0017 atau terjadi peningkatan produktivitas sebesar 36,36 %. Gambar 7c menjelaskan bahwa sebagian besar sampel mengalami peningkatan tingkat produktivitas kerja antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Perbaikan sikap kerja atau posisi tubuh pembatik dari posisi duduk di meja dapat meningkatkan produktivitas kerja pembatik tulis. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan sikap kerja pembatik duduk di atas dingklik menjadi duduk di atas meja dapat mengurangi keluhan sistem musculoskeletal, kelelahan kerja dan meningkatkan produktivitas kerja pembatik. Sesuai dengan pernyataan Suma’mur (1992) yang menyatakan bahwa penerapan ergonomi ke dalam sistem kerja telah terbukti mampu meningkatkan produktivitas, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan kerja.

KESIMPULAN

Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan sementara sebagai berikut:

1. Meja batik didesain secara ergonomi mempertimbangkan desain kursi dan pelindung kompor. Meja batik memiliki desain yang bisa diatur ketinggian dan kemiringannya mencapai 700 serta bisa

diputar sehinga memudahkan dalam proses menyanting.

2. Aplikasi Ergonomi pada Perancangan Meja Batik memberikan penurunan tingkat keluhan muskuloskeletal sebesar 20,83 %, memberikan penurunan keluhan kelelahan sebesar 20,18 %. 3. Aplikasi Ergonomi pada Perancangan Meja Batik memberikan peningkatan produktivitas sebesar

36,36 %.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ucapkan terima kasih kepada Dikti dan Kopertis Wilayah VI yang mendanai Penelitian Pemula, Bapak Saufik Luthfianto (anggota peneliti), mahasiswa yang mendampingi penelitian ( mas Yainil dan Afan) serta pihak kelurahan dan pemilik home industri Rizki Ayu beserta para pembatik di Kelurahan Kalinyamat Wetan. Ucapan terimakasih tak lupa untuk keluarga tercinta. Smoga penelitian ini bermanfaat untuk menambah referensi kajian ilmu ergonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Clark, D.R. 1996. Workstation Evaluation And Design. Dalam : Battacharya, A. & McGlothlin, J.D.eds. Occupational Ergonomic. Marcel Dekker Inc.USA : 279-302.

Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man. 4th ed. London : Taylor & Francis Ltd.

Nazir, M. 2009. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nurmianto, E. 1996. Ergonomi konsep dasar dan aplikasiny. Jakarta : Guna Widya.

Pratiknya, A. W. 1993. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Raja Gravindo Persada.

Pulat, BM. 1992. Fundamental of Industrial Ergonomic. New Jersey : Prectise Hall Englewood Cliffs.

Siswiyanti dan Luthfianto, S. 2011. Beban Kerja dan Keluhan Sistem Musculoskeletal pada Pembatik Tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal. Universitas Pancasakti Tegal.

Sopiyudin, D. 2004. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan, Uji Hipotesis dengan Menggunakan SPSS Seri 1. Jakarta : PT. Arkan.

Suma’mur, 1987. Hiperkes Keselamatan Kerja dan Ergonomi. Jakarta : Dharma Bakti Muara Agung. Suma’mur, P.K. 1992. Ergonomi ntuk Produktivitas Kerja. Jakarta : Yayasan Swabhawa Karya. Tarwaka. 2013. Ergonomi Industri. Surakarta : Harapan Press.

Gambar

Tabel 1. Deskripsi Subjek
Tabel 2.  Hasil Perhitungan Dimensi Tubuh untuk  Uji Kecukupan Data ,  Uji Keseragaman Data dan  Percentil  pada Ukuran Perancangan Kursi (satuan cm)
Tabel 3. Rerata, Simpang Baku Dan Uji Normalitas Terhadap Dimensi Tubuh Desain Kursi
Gambar 5. Posisi / sikap kerja Pembatik menggunakan gawangan  Posisi / sikap kerja Pembatik menggunakan meja batik
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada film animasi oscar oasis dari episode 1 sampai 30, dengan membandingkan data yang di dapatkan dari penulis dan psikolog sebagai ahli dalam penentuan adegan kekerasan, di

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, dapat dilihat bahwa dari indikator sikap patriotisme siswa diperoleh data sebanyak 38,96% responden berkategori kuat karena siswa

Ditinjau dari segi Azas-azas Umum Pemerintahan yang Baik di Indonesia (Principle of public service), dimana dalam hal ini adalah kepentingan umum yang didapat dari

yang telah melimpahkan rahmat serta hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “PENGARUH PELAKSANAAN REKRUTMEN KARYAWAN TERHADAP

Asisten Pelatih Olahraga adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberikan tugas, tanggungjawab, dan wewenang untuk melaksanakan pelatihan keolahragaan pada PPLP, PPLPD, SKO, Prima

Hasil analisis uji beda yang dilakukan juga menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan tingkat manajemen laba yang signifikan antara sebelum dan

Berdasarkan Lampiran I Peraturan Bupati Pemalang Nomor 12 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Pemalang Nomor 26 Tahun 2016 tentang Indikator

LBS ( Location Based Service ) atau layanan berbasis lokasi merupakan layanan informasi yang dapat diakses melalui perangkat mobile melalui jaringan selular dan