• Tidak ada hasil yang ditemukan

Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. guru mata pelajaran IPS, beberapa orang siswa kelas VIII, serta kepala sekolah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. guru mata pelajaran IPS, beberapa orang siswa kelas VIII, serta kepala sekolah."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

PENDAHULUAN

Peranan guru sangat penting dalam proses peningkatan mutu pendidikan, maka pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan kualitas guru. Hal ini ditegaskan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru menyatakan bahwa:

“Setiap guru memiliki empat kompetensi, yang meliputi kompetensi pedagogik, professional, kepribadian dan sosial. Kompetensi pendagogik merupakan kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru dalam proses pembelajaran, salah satunya menguasai strategi pembelajaran” (Permendiknas, 2007: 1) Pencapaian tujuan di atas sangat sulit, sehingga membuat mutu pendidikan masih rendah. Maka dalam proses belajar mengajar, menurut Slameto (2010: 97) guru mempunyai tugas mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas bagi siswa untuk mencapai tujuan.

Menurut Sardiman (2012: 125) guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan dapat terwujud dengan baik. Upaya yang dilakukan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang lebih baik, maka banyak hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru. Pelaksanaan pengajaran yang dilakukan oleh guru selain menguasai materi yang akan diajarkan, juga harus mengetahui dan menerapkan sejumlah keterampilan dasar dalam mengajar. Menurut Bustamam (2012:48) keterampilan dasar dalam mengajar meliputi: keterampilan bertanya dasar dan lanjutan, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan

membuka dan menutup pelajaran,

keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas dan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

Penggunaan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan serta berperan secara aktif. Agar proses belajar mengajar lebih baik dan

menyenangkan, maka guru dapat

menggunakan keterampilan mengajar seperti variasi gaya mengajar, variasi media, dan bahan ajar, serta variasi pola interaksi. Cara mengajar ini perlu dikuasai oleh guru untuk mendorong keinginan belajar peserta didik dalam waktu yang relatif lama dalam suatu pertemuan kelas. Apabila ketiga komponen

tersebut dikombinasikan dalam

penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan kemampuan belajar.

Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan pada 29 Januari 2015 di SMPN 1 Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai, banyak ditemui bahwa guru masih banyak yang belum menerapkan keterampilan variasi gaya mengajar dalam proses belajar mengajar IPS. Seperti dalam menerapkan keterampilan variasi suara, guru belum sepenuhnya melakukan variasi suara pada saat menjelaskan materi essensial, guru belum sepenuhnya melakukan pemusatan perhatian, guru juga belum mengadakan kesenyapan dalam proses belajar mengajar, guru hanya sebagian yang melakukan kontak pandang sedang pada gerakan badan dan mimik serta perpindahan posisi guru hanya sesekali melakukannya, sehingga menimbulkan kebosanan dan kejenuhan siswa dalam proses belajar mengajar.

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah: untuk Mendeskripsikan kemampuan guru mata pelajaran IPS dalam menerapkan variasi gaya mengajar dan mendeskripsikan hambatan-hambatan yang dialami oleh guru dalam menerapkan variasi gaya mengajar selama proses belajar mengajar IPS di SMPN 1

(3)

3

Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian

Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi evaluasi dengan analisis kualitatif, karena penelitian ini berusaha mendeskripsikan dan memberikan gambaran mengenai kemampuan guru menerapkan variasi gaya mengajar pada proses belajar mengajar IPS di SMPN 1 Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Data yang didapat disajikan dalam bentuk penelitian ini adalah melukiskan keadaan yang sedang terjadi pada saat penelitian berlangsung. Hal ini sejalan dengan pendapat Bogdan dan Tylor dalam Moleong (2009: 84) yang menyatakan bahwa studi evaluasi dengan analisis kualitatif merupakan proses yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati.

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang diteliti dalam kajian ini adalah guru yang mengajar mata pelajaran IPS di SMPN 1 Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Berdasarkan keperluan penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah, semua guru IPS yang mengajar di kelas VIII SMPN 1 Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai yang berjumlah 2 orang. Serta sebagai narasumber beberapa orang siswa kelas VIII, serta kepala sekolah di SMPN 1 Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai, pada tanggal 10 September - 31 September semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 yang beralamat di jalan Raya Muara Siberut Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat.

C. Sumber Data

Data yang diambil dalam penelitian ini bersumber dari responden, yaitu terdiri dari

guru mata pelajaran IPS, beberapa orang siswa kelas VIII, serta kepala sekolah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dan lengkap yang sesuai dengan sumber data yang digunakan, maka penelitian ini menggunakan observasi, studi dokumentasi, dan wawancara. a. Observasi

Observasi dilakukan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Observasi meliputi pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan alat indra. Mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, pendengaran, peraba, dan pengecap. Alasan penulis melakukan observasi dapat mengoptimalkan pengamatan peneliti dalam memperoleh data yang diperlukan. Observasi ini bertujun untuk mengumpulkan data tentang kegiatan yang dilakukan oleh guru-guru IPS kelas VIII dalam mengadakan keterampilan variasi gaya mengajar pada proses belajar mengajar yang meliputi: Penggunaan variasi suara, pemusatan perhatian, pemberian kesenyapan, kontak pandang, gerakan badan dan mimik serta perpindahan posisi guru.

b. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan

pengumpulan data dan pengembalian data yang diperoleh melalui dokumen, data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan data sekunder melalui RPP yang dibuat oleh guru-guru IPS kelas VIII di SMPN 1 Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

c. Wawancara

Wawancara yaitu mengadakan komunikasi secara langsung dengan pihak-pihak yang dijadikan sumber data yang diperlukan dan dilakukan secara terbuka. Peneliti melakukan wawancara dengan guru-guru mata pelajaran IPS kelas VIII, Kepala sekolah dan siswa kelas VIII SMPN 1 Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Cara yang digunakan ini akan dapat diperoleh informasi secara lengkap dan mendalam. Karena mampu mengorek informasi

(4)

4

disamping yang bersifat faktual juga berkaitan dengan sikap, pandangan mengenai keterampilan dalam mengadakan variasi gaya mengajar pada pembelajran IPS di kelas VIII SMPN 1 Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

E. Validitas Data

Agar data dapat dipercaya atau mengukur sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan triangulasi data. Pertanyaan yang sama diajukan kepada orang yang berbeda, seperti guru, siswa dan kepala sekolah. Dalam hal ini data yang sejenis dikumpulkan dari sumber yang berbeda dan dilakukan pembuatan kesimpulan dari sumber yang berbeda tersebut.(Muri yusuf, 2005: 58) F. Teknik Analisa Data

Beberapa jumlah data di lapangan yang

berhasil dikumpulkan, kemudian

diklasifikasikan atas unit-unit analisis dan ditetapkan berdasarkan rumusan yang dikemukakan pada Bab I. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan memakai model analisis interaktif yang terdiri dari empat komponen yaitu, pengumpulan data, reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. (Moleong, 2005: 103)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian penulis menemukan bahwa:

1. Variasi Gaya Mengajar a. Variasi Suara

Penggunaan variasi suara seperti suara tinggi ketika menjelaskan materi essensial (fakta, konsep dan contoh) dalam pelajaran IPS pada observasi pertama, kedua, ketiga dan keempat dengan guru yang mengajar HM dan WDP hampir sama cara mengajarnya bahwa variasi gaya mengajar belum sepenuhnya terlaksana. Hal ini dikarenakan guru kurang paham dengan materi essensial (fakta, konsep dan contoh) dalam menentukan bagian-bagian mana materi yang harus ditinggikan suaranya dan diberi penekanan agar siswa paham dengan materi yang dijelaskan oleh guru. b. Pemusatan Perhatian (Penekanan) Bahwa pelaksanaan pemusatan

perhatian/pemberian penekanan yang dilakukan oleh WDP dan HM, dimana guru hanya sesekali memberikan pemusatan perhatian. Menurut keterangan yang didapat, guru kurang paham menentukan materi pelajaran yang harus dilakukan pemusatan perhatian dan materinya terlalu banyak sehingga sulit melakukan penekanan atau pemusatan perhatian.

c. Pemberian Kesenyapan

Bahwa pelaksanaan pemberian kesenyapan yang dilakukan oleh HM dan WPD. Dimana guru hanya sesekali memberikan kesenyapan. Menurut keterangan yang didapat, bahwa guru tidak memiliki waktu yang banyak untuk melakukan kesenyapan dan bila dilakukan hanya akan menyita waktu, membuat siswa menjadi ribut di kelas dan materi yang dakan diberikan guru kepada siswa terlalu banyak sehingga menyebabkan tujuan pembelajaranpun tidak tercapai sebagaimana mestinya.

d. Kontak Pandang

Kontak pandang yang dilakukan oleh WDP dan HM belum sepenuhnya terlaksana karena guru terkadang hanya memperhatikan siswa yang nakal dan yang aktif saja. Dalam kenyataannya dilapangan guru dalam observasi pertama, kedua, ketiga dan keempat. Kontak pandang dilakukan oleh guru pada saat proses belajar mengajar hanya sesekali dilakukan karena guru lebih fokus pada siswa yang suka ribut. Hal ini dilakukan guru karena apabila siswa yang ribut tidak ditegur maka siswa yang lain akan ikut ribut sehingga proses belajar mengajar tidak kondusif dan tujuan pembelajaranpun tidak tercapai sebagaimana mestinya. Bahwa kontak pandang yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa lebih fokus dalam belajar dan perhatian siswa tertuju pada materi yang dijelaskan oleh guru. e. Gerakan Badan dan Mimik

Gerakan badan dan mimik yang dilakukan oleh WDP dan HM sudah terlaksana dengan baik, hal ini terlihat ketika guru-guru tersebut menjelaskan materi pembelajaran. Dalam menjelaskan materi pelajaran guru selalu melakukan gerakan badan dan mimik. Ada

(5)

5

kalanya guru tersenyum dan jika ada jawaban murid yang kurang jelas dan lari dari materi yang diajarkann atau guru menggelangkan kepala.

Menurut keterangan guru-guru tersebut dalam gerak badan dan mimik tidak ada masalah, gerak badan dan mimik juga dilakukan sesuai dengan materi yang diajarkan. Hal tersebut dilakukan untuk menyampaikan arti pesan lisan yang dimaksudkan oleh guru pada saat menjelaskan materi pelajaran. f. Perpindahan Posisi Guru

Perpindahan posisi yang dilakukan HM dan WDP selama mengajar sudah terlaksana dengan baik. Dalam proses belajar mengajar guru tidak mengalami masalah dalam perpindahan posisi. Perpindahan posisi sudah dilakukan dan sudah terlihat ketika guru-guru menjelaskan materi pelajaran, guru-guru melakukan perpindahan posisi dari depan kebelakang atau sebaliknya serta perpindahan posisi dari samping kiri ke samping kanan. Hal ini dijelaskan oleh guru-guru dalam menerangkan materi pelajaran pergantian posisi atau perpindahan posisi perlu digunakan karena itu untuk manarik perhatian siswa agar tidak bosan dalam proses belajar mengajar. 2. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi

Guru Dalam Menerapkan Variasi Gaya

Mengajar Pada Proses Belajar

Mengajar

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hambatan-hambatan yang dialami oleh guru-guru IPS pada saat proses belajar mengajar adalah siswa banyak yang kurang fokus dan konsentrasi dalam belajar, materi yang diajarkan terlalu banyak dan variasi suara agak kecil, serta kurang mendukungnya sarana dan prasarana sekolah. Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu bagian dari kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini dijelaskan dalam permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru dituntut untuk mampu menguasai strategi dalam proses pembelajaran yang membosankan bagi siswa, tentu dengan adanya variasi dalam mengajar dapat

mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan serta penuh partisipasi.

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya jelas terlihat bahwa pelaksanaan keterampilan mengadakan variasi khususnya variasi gaya mengajar dalam pembelajaran IPS di SMPN 1 Siberut Selatan belum sepenuhnya terlaksana. Dimana dalam pelaksanaan variasi gaya mengajar ini terdiri dari 6 cara yaitu penggunaan variasi suara, pemusatan perhatian, kesenyapan, kontak pandang, gerakan badan dan mimik serta perpindahan posisi.

Dari keenam komponen tersebut belum semua komponen berjalan dengan baik, dimana dalam pelaksanaan variasi gaya mengajar yang dilakukan oleh guru-guru IPS yang terdiri dari enam cara yaitu penggunaan variasi suara, pemusatan perhatian, kesenyapan, kontak pandang, gerakan badan dan mimik serta perpindahan posisi. Diantara enam cara gaya mengajar yang dilakukan oleh guru ternyata gerakan badan dan mimik serta perpindahan posisi telah terlaksana sebagaimana mestinya. Hal ini terlaksana karena guru-guru telah terbiasa melakukannya ketika mengajar dan hal tersebut dilakukan sesuai dengan materi yang diajarkan.

Sedangkan empat cara lainnya belum berjalan dengan baik, dimana dalam penggunaan variasi suara seperti suara tinggi ketika menjelaskan materi essensial (fakta, konsep, dan contoh) belum sepenuhnya terlihat dilaksanakan oleh guru-guru IPS yang mengajar di SMPN 1 Siberut Selatan, hal ini disebabkan karena materi yang akan disampaikan terlalu banyak sehingga guru-guru kurang paham dalam menentukan materi essensial (fakta, konsep, dan contoh). Dari segi pemusatan perhatian siswa (pemberian penekanan) yang dilaksanakan guru juga belum sepenuhnya terlihat, hal ini disebabkan karena guru kurang paham dalam menentukan materi yang akan ditekankan. Dari segi kesenyapan yang dilaksanakan guru juga belum sepenuhnya terlihat dilaksanakan, hal ini disebabkan karena materi yang terlalu banyak dan apabila dilakukan akan membuat siswa menjadi ribut di kelas serta hanya akan

(6)

6

menyita waktu sehingga tujuan pembelajaran tidak akan tercapai sebagaimana mestinya

Dilihat dari cara kontak pandang yang dilakukan oleh guru ketika mengajar juga belum sepenuhnya terlaksana hal ini disebabkan karena perhatian guru lebih banyak tertuju pada siswa yang aktif dan siswa yang nakal. Sedangkan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan variasi gaya mengajar yaitu dalam penggunaan variasi suara sulitnya guru dalam menentukan materi essensial (fakta, konsep, dan contoh) yang harus meninggikan suara dan materi terlalu banyak serta salah satu guru memiliki variasi suara yang agak kecil. Pada variasi pemusatan perhatian, dimana guru sulit untuk memusatkan perhatian siswa karena guru susah untuk menentukan bagian-bagaian mana saja yang harus diberikan pemusatan perhatian, masih banyak siswa yang meribut serta materinya terlalu banyak.

Sedangkan pada variasi kesenyapan yaitu bahwa guru sulit melakukan kesenyapan karena materi terlalu banyak dan apabila dilakukan kesenyapan maka guru takut materi yang disampaikan tidak akan maksimal dan kesenyapan hanya akan menyita waktu saja. Pada variasi kontak pandang yang mana pada variasi ini guru juga belum sepenuhnya melakukannya karena guru hanya terfokus pada siswa yang aktif dan siswa yang ribut. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti dapat memberikan beberapa kesimpulan tentang kemampuan guru dalam menerapkan variasi gaya mengajar pada proses belajar mengajar IPS di SMPN 1 Siberut Selatan hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar IPS yaitu sebagai berikut:

1. Komponen variasi gaya mengajar yaitu : a. Variasi suara seperti suara tinggi ketika

menjelaskan materi essensial (fakta, konsep dan contoh) belum sepenuhnya telaksana sebagaimana mestinya karena materi yang akan disampaikan terlalu banyak sehingga guru-guru kurang paham dalam

menentukan materi yang harus meninggikan suara.

b. Pemusatan perhatian sudah dilaksanakan akan tetapi belum sepenuhnya dilakukan karena guru kurang paham dalam menentukan materi yang memerlukan pemusatan perhatian.

c. Pemberian kesenyapan belum sepenuhnya terlaksana karena

guru-guru kurang paham dalam

menentukan materi essensial (fakta, konsep dan contoh) menyita waktu belajar, dan siswa menjadi ribut. d. Pada variasi kontak pandang, guru

sudah melaksanakannya akan tetapi belum sepenuhnya terlaksana dengan baik karena perhatian guru hanya tertuju pada siswa yang nakal dan siswa yang aktif.

e. Gerakan badan dan mimik sudah terlaksana sebagaimana mestinya karena guru-guru telah terbiasa melakukannya dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Karena dengan adanya gerakan badan dan mimik membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

f. Pada variasi yang terakhir yaitu perpindahan posisi guru pada saat menerangkan pelajaran sudah terlaksana dengan baik. Karena guru sudah biasa melakukannya.

2. Hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam mengadakan variasi gaya mengajar dalam proses belajar mengajar IPS sebagai berikut:

a. Pada variasi suara yang dilakukan oleh WDP dan HM dimana guru menyatakan bahwa hambatan yang dialami saat proses belajar mengajar adalah volume suara guru tersebut agak kecil dan materi terlalu banyak . b. Pada pemusatan perhatian materi

(7)

7

di kelas VIII belum terlaksana dengan baik karena tidak semua siswa mempunyai buku panduan dan materi belajar sangat banyak.

c. Pada kontak pandang berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di kelas VIII bahwa hambatan yang dialami karena masih banyak siswa yang meribut saat guru menjelaskan materi.

d. Pada pemberian kesenyapan, berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti bahwa hambatan yang dialami guru adalah materi terlalu banyak, dan siswa banyak yang kurang fokus dalam belajar. DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Bustamam. 2012. Perencanaan Pengajaran Sejarah. Padang: UNP Press

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

J.J.Hasibuan dan Moedjiono. 2009. Proses

Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya.

JJ. Hasibuan. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya.

Lufri, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: UNP

Moh. Uzer, Usman. 2007. Menjadi Guru Professional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Bina Ilmu

Yusuf, Muri. 2005. Metodologi penelitian. Padang : UNP Pres.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru.

Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.

Wina, Sanjaya. 2010. Kurikulum

Pembelajaran : Teori Dan Praktik

Pengembangan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. B. Skripsi

Niki Astri. 2012. Keterampilan Variasi Gaya Mengajar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Sejarah di SMAN 1 Koto Baru Kabupaten Dhamasraya. Skripsi STKIP PGRI. Padang.

Nurtina. 2013. Kemampuan Guru Mata

Pelajaran Sejarah Dalam

Melaksanakan Keterampilan

Mengadakan Variasi Mengajar Di SMAN 1 Siberut Selatan Kepulauan

Mentawai. Skripsi STKIP PGRI.

Padang.

Rita Gustina. 2012. Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Keterampilan Membuka

Dan Menutup Pelajaran Pada

Pembelajaran IPS Materi Sejarah Di SMPN 1 Tapan Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi STKIP PGRI. Padang. Rozi Gumala Sari. 2012. Kemampuan Guru

IPS dalam Menerapkan Keterampilan Mengadakan Variasi dalam Proses Pembelajaran Pada Kelas VIII di SMPN 1 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi STKIP PGRI. Padang.

Referensi

Dokumen terkait

Dari data diatas terlihat bagaimana kurangnya dalam pengupdatean pada Aset Tetap padahal hal ini penting dilakukan karena untuk mengetahui banyak jumlah aset yang masih

Alat permainan edukatif (APE) “kebana” dalam pembelajaran sains pada siswa tingkat SD/MI untuk kelas rendah adalah permainan dari bahan dasar keranjang bekas tempat buah

[r]

Posisi SPBU yang berada dekat jalan raya memudahkan petugas terpapar dengan polutan timbal dari asap kendaraan yang melaju di jalan raya.Penelitian ini dilakukan

Perizinan mengenai pengangkutan laut diatur dalam Pasal 27 UU Pelayaran, namun pada tahun 2020 Pemerintah mengesahkan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta

Dialysis pertitoneal merupakan terapi pilihan bagi pasien gagal ginjal yang tidak mampu atau tidak mau menjalani hemodialsis atau transplantasi ginjal. Pasien yang rentan

Simamora (2004) menyatakan bahwa Pendapatan adalah kegiatan menghasilkan uang di masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga responden yang sebagian besar adalah ibu