• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) dalam Agustia (2013) teori keagenan adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) dalam Agustia (2013) teori keagenan adalah"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976) dalam Agustia (2013) teori keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost), biaya keagenan (agency cost) yang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjamin bahwa manajer betindak atas kepentingan pihak principal (pemilik) bukan untuk kepentingan pribadinya. Konsep agency theory adalah hubungan atau kontrak yang terjadi antara principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari principal kepada agent (Yasa, 2017).

Agency theory akan relevan digunakan untuk menjelaskan hubungan principal dan agen dalam pengelolaan dana desa. Eisenhardt (1989) agency theory dapat digunakan dalam memahami hubungan principal dan agent ketika program yang dilakukan atau aktivitas yang dilakukan agent sulit untuk diukur keberhasilannya. Mordiasmo (2006) salah satu ukuran dari adanya akuntabilitas adalah laporan keuangan. Bentuk akuntabilitas pengelolaan dana desa kepada para stakeholder-nya

(2)

2

diantaranya dalam bentuk formal laporan keuangan. Setiap departemen dan lembaga pemerintahan harus membuat laporan keuangan dan laporan kinerja (Mahayani, 2017). Laporan keuangan pertanggungjawaban pemerintah yang efisien, efektif dan ekonomis merupakan bentuk dari akuntabilitas suatu daerah (Binawati, 2014).

2.1.2 Good Goverment Governance

Good Government Governance adalah proses penciptaan lingkungan atau atmosfir kelembagaan yang memungkinkan adanya interaksi antar strata pemerintahan dan antara pemerintah dan rakyatnya (masyarakat dan swasta/dunia usaha) dalam suatu tata nilai yang baik dan disepakati bersama (Maria, 2017). Organization for Economic Cooperation and Development menyebutkan ada 4 hal pokok yang menjadi prinsip dasar dari Good Government Governance antara lain adalah:

1) Keadilan (Fairness)

Melindungi segenap kepentingan dan stakeholder lainnya dari rekayasa-rekayasa dan transaksi-transaksi yang bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

2) Transparansi (Transparency)

Meningkatkan keterbukaan (disclosure) dari kinerja pemerintah daerah secara teratur dan tepat waktu (timely basis) serta benar (accurate).

(3)

3 3) Dapat dikontrol (Accountability)

Menciptakan system pengawasa yang efektif didasarkan kepada distribusi dan keseimbangan kekuasaan (distribution and balance of power).

4) Tanggungjawab (Responsibility)

Pemerintah memiliki tanggungjawab untuk mematuhi hokum dan ketentuan peraturan yang berlaku termasuk tanggap pada kepentingan masyarakat.

Good Governance adalah tata kelola pemerintahan yang baik telah didefinisikan oleh berbagai lembaga yang diakui oleh dunia. Salah satu lembaga tersebut adalah United Nations Development Program (UNDP) dalam dokumen kebijakannya yang berjudul “Governance for sustainable human development” (1997) mendefinisikan good governance sebagai hubungan yang sinergis dan konstruktif di antar Negara, sektor swasta, dan society (Maria, 2017). Good Governance adalah mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor Negara dan sector non Negara dalam suatu usaha kolektif (Ganie, 2000 : 142). Jika disimpulkan pengertian Good Goverance menurut para ahli, Good Governance lebih berfokus pada pertumbuhan sektor publik yang bersinegis untuk mengelola sumber daya yang dimiliki suatu Negara dengan tata kelola kepemerintahan yang baik dan secara efektif dan efisien untuk kepentingan masyarakat secara bertanggungjwab yang berpedoman pada undang-undang yang berlaku.

(4)

4 2.1.3 Anggaran

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 menjelaskan anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode. Mulyadi (2001:488) anggaran adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain, yang mencakup satu tahun. Kenis (1979) dalam (Fita, 2017) anggaran bukan saja sebagai rencana keuangan yang menggannggarkan besarnya biaya dan pendapatan pada pusat pertanggungjawaban, tetapi juga merupakan alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evalusi, dan alat penumbuh motivasi.

Garrison dan Noreen (2012) dalam (Fita, 2017) anggaran adalah rencana rinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya untuk suatu periode tertentu. Pengertian anggaran berdasarkan Governmental Accouting Standards Board (GASB) anggaran adalah rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu. Undang-undang No. 18 Tahun 2016 menjelaskan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah rencana keuangan tahunan pemerintah Negara yang disetujui oleh dewan perwakilan rakyat. Anggaran pendapatan dan belanja Negara meliputi pendapatan Negara berupa penerimaan perpajakan, penerimaan Negara bukan pajak dan penerimaan hibah. Anggaran pemerintah adalah jenis rencana yang menggambarkan rangkaian tindakan

(5)

5

atau kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka rupiah untuk suatu jangka waktu tertentu Gozali (2001:39) dalam (Fita, 2017). Ada beberapa jenis anggaran sektor publik antara lain adalah anggaran negara dan daerah APBN/APBD (buget of state). Anggaran pemerintah Negara Republik Indonesia, disebut juga dengan anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) yang masa berlakunya satu tahun (satu periode anggaran), yaitu mulai tanggal 1 April dan berakhir pada tanggal 31 Maret tahun berikutnya.

Anggaran mengkoordinasikan aktivitas belanja pemerintah dan memberi landasan bagi upaya perolehan pendapatan dan pembiayaan oleh pemerintah untuk suatu periode tertentu yang biasanya mencakup periode tahunan. Anggaran pada instansi pemerintah, selain berfungsi sebagai alat perencanaan dan alat pengendalian, juga berfungsi sebagai instrument akuntabilitas publik atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik. Sebagai alat akuntabilitas publik, penggunaan anggran harus dapat dipertanggungjawabkan dengan menggunakan hasil dari dibelanjakannya dana publik tersebut. Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh gambaran mengenai kinerja instansi pemerintah.

2.1.4 Desa

Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 1 ayat (1) yang dimaksud dengan desa adalah kesatuan masyarakat yang secara hukum memiliki batas wilayah dan wewenang dalam mengatur dan mengurus urusan di pemerintahan, kepentingan bagi masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

(6)

6

masyarakat. Hak atas asal usul, atau hak secara tradisional yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Desa pasal 1 ayat (5) juga mendefinisikan desa sebagai kesatuan masyarakat yang secara hukum memiliki batas-batas wilayah dan berwenang dalam mengatur dan mengurus kepentingan bagi masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah desa adalah kepala desa dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Badan permusyawaratan desa adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. Anggota badan permusyawaratan desa terdiri dari ketua RW, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama atau tokoh masyarakat lainnya.

2.1.5 Alokasi Dana Desa

Desa memiliki kewenangan untuk menjalankan sendiri kegiatan pemerintahannya yang tujuannya untuk mempercepat pertumbuhan dan pembangunan. Untuk melaksanakan kewenangan tersebut, pemerintah desa memiliki sumber-sumber penerimaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 47 Tahun 2015 dijelaskan bahwa pendapatan

(7)

7

sumber keuangan desa terdiri atas: Pendapatan Asli Desa (Hasil Kekayaan Desa, Hasil Swadaya Masyarakat, Pungutan, Gotong Royong); Pembagian Pajak dan Retribusi Kabupaten; Dana Perimbangan Pusat dan Daerah Kabupaten atau Alokasi Dana Desa; Hibah keuangan dari pemerintah provinsi dan kabupaten; Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang mengikat.

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016 menyebutkan bahwa prioritas penggunaan Dana Desa untuk program dan kegiatan bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa, dialokasikan untuk mendanai kegiatan yang bertujuan meningkatkan kapasitas warga atau masyarakat desa dalam pengembangan wirausaha, peningkatan pendapatan, serta perluasan skala ekonomi individu warga atau kelompok masyarakat dan desa.

Rincian Dana Desa berdasar Permenkeu No 93/PMK.07/2015 adalah setiap kabupaten/kota berdasarkan alokasi yang dihitung dengan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat memperhatikan jumlah kesulitan geografis Desa setiap kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf (b), dihitung dengan bobot sebagai berikut: 25 persen (dua puluh lima per seratus) untuk jumlah penduduk Desa; 35 persen (tiga puluh lima per seratus) untuk angka kemiskinan Desa; 10 persen (sepuluh per seratus) untuk luas wilayah Desa; dan 30 persen (tiga puluh per seratus) untuk tingkat kesulitan geografis Desa setiap kabupaten/kota. Hal ini akan ditunjukkan dengan jumlah penduduk miskin Desa dan IKK (Indeks Kemahalan Konstruksi) Kabupaten/Kota.

(8)

8

Alokasi Dana Desa merupakan dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. Secara terperinci, pengalokasian Dana Desa dalam APBDes wajib memperhatikan peruntukannya dengan presentase anggaran:

1) Paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

2) Paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja desa yang digunakan untuk penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa, operasional Pemerintah Desa, tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa, dan insentif rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW).

Adapun tujuan dari Alokasi Dana Desa adalah:

1) Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah desa dalam pelaksanaan pembangunan dan kemasyarakatan sesuai dengan kewenangannya;

2) Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa;

3) Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa;

(9)

9 2.1.6 Akuntabilitas

Pasal 24 Undang-undang No. 6 Tahun 2014 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaran pemerintah desa harus dapat dipertanggungjwabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Akuntabilitas merupakan konsep yang dikenal dalam organisasi pelayanan publik, dimana masih diminati didalam kompleksitasnya, sejarah dan implikasinya. Akuntabilitas mempunyai arti mengurus dan mengaudit, melakukan tanggungjawab, laporan kinerja, manjawab atas perilaku atau tindakan-tindakan yang telah dilakukan, keputusan dan tindakan, terbuka bagi pemeriksaan dan peradilan, serta bagian dari anksi dan penghargaan (Wilson, 1993:123).

Akuntabilitas bukan sekedar pertanggungjawaban keuangan secara formal suatu organisasi, tetapi merupakan pertanggungjawaban meliputi kepatuhan pada peraturan, lingkungan organisasi, masyarakat dan pemerintah (Patton,1992). Akuntansi sebagai alat pertanggungjawaban tidak hanya memperhatikan pengelolaan dana, namun juga memperhatikan dampak sosial dan alam lingkungannya. Paul dalam Amalia (2017) akuntabilitas dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu:

a. Democratic Accountability

Akuntabilitas demokratis merupakan gabungan antara administrative and politic accountability. Mengarahkan pemerintah yang akuntabel atas kinerja dan semua kegiatannya kepada pemimpin politik.

(10)

10 b. Profesional Accountability

Dalam akuntabilitas professional, pada umumnya para pakar, professional dan teknikrat melaksanakan tugas-tugasnya berdasarkan norma-norma dan standar profesinya untuk menentukan public interest atau kepentingan masyarakat.

c. Legal Accountability

Berdasarkan kategori akuntabilitas legal (hukum), pelaksanaan ketentuan hukum disesuaikan dengan kepentingan public goods and public service yang merupakan tuntutaan masyarakat. Dengan akuntabilitas hukum,setiap petugas pelayanan pelayanan publik dapat diajukan ke pengadilan apabila mereka gagal dan bersalah dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana diharapkan masyarakat. Kesalahan dan kegagalan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat akan terlihat pada laporan akuntabiltas legal. Akuntabilitas dalam penelitian ini termasuk ke dalam Democratic Accountability yang merupakan gabungan antara administrative and politic accountability. Akuntabilitas demokrasi meneyediakan mekanisme bagi warga Negara, dan perwakulan mereka untuk dapat menyuarakan keprihatinan dan meminta penjelasan, serta bila perlu menjatuhkan kosenkuensi terhadap kinerja para pejabat Negara, baik yang dipilih maupun yang tidak (diangkat melalui penunjukkan).

Akuntabilitas keuangan sangat terkait dengan pelaporan keuangan. Mulai dari penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan pertanggungjawaban

(11)

11

dalam bentuk laporan keuangan (Zeyn, 2011). Kaitan akuntabilitas dengan pelaporan kuangan yaitu pemberian informasi keuangan kepada stakeholder (masyarakat) sehingga menungkinkan bagi mereka untuk menilai pertanggungjawaban pemerintah aras semua aktivitas yang dilakukan, bukan hanya aktivitas keuangan dan dapat membantu pemakai dalam membuat keputusan ekonomi, sosial dan politik.

2.1.7 Kejelasan Sasaran Anggaran

Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauhmana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut (Kenis, 1979). Oleh sebab itu sasaran anggaran pemerintah daerah harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh mereka yang bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Sehingga anggaran dapat digunakan seefisien dan seefektif mungkin.

Ketidakjelasan sasaran anggaran akan menyebabkan pelaksanaan anggaran menjadi bingung, dan tidak puas dalam bekerja. Hal ini menyebabkan pelaksana anggaran tidak termotivasi untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Pelaksana anggaran akan memberikan realisasi positif dan secara relatif sangat kuat untuk meningkatkan kejelasan sasaran anggaran. Reaksi tersebut adalah peningkatan kepuasan kerja, penurunan ketegangan kerja, peningkatan sikap pegawai pada anggaran, kinerja anggaran dan efisiensi biaya pada pelaksana anggaran secara signifikan jika sasaran anggaran dinyatakan secara jelas.

(12)

12

Anggaran tidak hanya sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya dan pendapatan dalam pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi, sisi lain anggaran juga merupakan alat bagi manajerial Satua Kerja untuk mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi kinerja dan memotivasi bawahannya. Hubungan karakteristik anggaran, dalam hal ini kejelasan sasaran anggaran, dengan kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor individual yang bersifat psychological attribute (Hidayat, 2015). Efektif atau tidaknya kejelasan sasaran anggaran sangat ditentukan oleh psycological atribute, sehingga faktor-faktor individual tersebut sangat dipengaruhi oleh kejelasan sasaran anggaran dalam menilai kinerja manajerial Satuan Kerja.

2.1.8 Sistem Pelaporan

Sistem pelaporan merupakan laporan yang menggambarkan sistem pertanggungjawaban dari bawahan kepada atasan. Sistem pelaporan yang baik diperlukan agar dapat memantau dan mengendalikan kinerja manajerial dalam mengimplementasikan anggaran yang telah ditetapkan (Hidayattullah, 2015). Pemerintah berkewajiban untuk untuk memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik oleh pihak–pihak yang berkempentingan.

Sistem pelaporan yang baik diperlukan agar dapat memantau dan mengendalikan kinerja manajer dalam mengimplementasikan anggaran yang telah ditetapkan. Pemerintah selaku pengelola dana publik harus mampu menyediakan

(13)

13

informasi keuangan yang disajikan secara akurat, relevan, konsisten dan dapat dipercaya. Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan BPKP mengemukakan laporan keuangan yang baik adalah laporan yang disusun secara objektif, jujur dan trasparan. Laporan umpan balik diperlukan untuk mengukur aktivitas–aktivitas yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kinerja dan akuntabilitas pada pelaksanaan suatu rencana atau waktu mengimplementasikan suatu anggaran, sehingga manajemen dapat mengetahui hasil dari pelaksanaan rencana atau pencapaian sasaran anggaran yang telah ditetapkan.

Sistem pelaporan dalam sektor publik haruslah berpedoman pada standar akuntansi pemerintahan (SAP) dimana telah diatur dengan peraturan-pemerintah No. 71 tahun 2010. Prosedur pencatatan menurut PP No. 71 Tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintah meliputi:

1) Pencatatan

Pencatatan dalam akuntansi pemerintahan menggunakan sistem pencatatan triple entry. Triple entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan menggunakan sistem pencatatan double entry, ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran. Jadi sementara sistem pencatatan double entry dijalankan, satuan pemegang kas pada satuan kerja maupun pada bagian keuangan atau badan/biro pengelola kekayaan daerah juga mencatat transaksi tersebut pada buku anggaran, sehingga pencatatan tersebut akan berefek pada sisa anggaran. Hal ini dilakukan karena akuntansi pemerintahan menggunakan basis kas menuju akrual.

(14)

14 2) Penggolongan dan Pengiktisaran

Penggolongan dan pengiktisaran berkaitan dengan adanya penjurnalan dan melakukan posting ke buku besar sesuai dengan nomor perkiraan.

3) Pelaporan

Setelah semua proses diatas selesai, maka akan didapat laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut berupa laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas selama satu periode pelaporan.

Peraturan menteri dalam negeri Republik Indonesia No. 113 tahun 2014 menyatakan bahwa pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Permendagri No. 113 Tahun 2014 pada pasal 37 terkait dengan pelaporan, menyebutkan bahwa:

1) Kepala desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota berupa:

a. Laporan semester pertama; dan b. Laporan semester akhir tahun.

2) Laporan semester pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa laporan realisasi APBDesa.

(15)

15

3) Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juni tahun berjalan. 4) Laporan semester akhir tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

disampaikan paling lambat akhir bulan Januari tahun berikutnya.

2.1.9 Partisipasi Masyarakat

Partisipasi merupakan keikutsertaan masyarakat secara aktif dalam segala proses pembangunan baik dari sisi perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan dan merupakan urutan tertinggi dari suatu keterlibatan publik (Steffek, J, 2008) dalam (Riska, 2014). Partisipasi masyarakat adalah suatu proses ketika masyarakat, sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi mengambil peran dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan pada kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka (Syamsi, 2015).

Partisipasi masyarakat adalah prinsip bahwa setiap orang memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan di setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, penerimaan dan pemanfaatan hasil serta kesempatan untuk melakukan pengawasan pada kinerja aparatur desa (Amalia, 2017). Dobell dan Ulrich (2002) dalam (Oktasari, 2016) menyatakan bahwa ada tiga peran penting parlemen dalam proses anggaran yaitu mewakili kepentingan masyarakat, memberdayakan pemerintah dan mengawasi kinerja pemerintah. Salah satu efek positif adanya partisipasi masyarakat adalah pertukaran informasi yang efektif. Untuk menciptakan akuntabilitas kepada publik

(16)

16

diperlukan partisipasi pimpinan instansi dan warga masyarakat dalam penyusunan dan pengawasan anggaran.

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari program pembangunan maupun pengembangan masyarakat pedesaan. Diperlukan analisis mengenai partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan serta kondisi partisipasi masyarakat dan faktor yang mempengaruhinya agar program pemberdayaan masyarakat dapat berkelanjutan. Partisipasi masyarakat bukan hanya melibatkan masyarakat dalam pembuatan keputusan di setiap program pembangunan, namun masyarakat juga dilibatkan dalam mengidentifikasi masalah dan pontesi yang ada di masyarakat. Tanpa partisipasi masyarakat setiap kegiatan pembangunan akan gagal. Apapun bentuknya, partisipasi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan setiap orang yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam sebuah pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya.

2.2 Kerangka Konseptual

Menurut Sekaran & Bougie (2016:128) kerangka konseptual adalah model tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka konseptual yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan variabel yang akan diteliti. Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan, kerangka konseptual menyajikan hubungan antar variabel dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(17)

17

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan kesimpulan teoritis atau kesimpulan sementara dalam penelitian. Hipotesis membimbing penelitian dalam melaksanakan penelitian di lapangan baik sebagai objek pengujian maupun dalam pengumpulan data.

2.3.1 Pengaruh kejelasan sasaran anggaran pada akuntabilitas pengelolaan dana desa

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja transfer dan pembiayan yang diukur dalam satuan rupiah yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode. Maka dari itu diperlukan kejelasan sasaran anggaran. Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauhmana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran

Kejelasan Sasaran Anggaran (X1) Sistem Pelaporan (X2) Partisipasi Masyarakat (X3) Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Y) H1 (+) H2 (+) H3 (+)

(18)

18

tersebut. Oleh sebab itu sasaran anggaran pemerintah daerah harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh mereka yang bertanggungjawab untuk melaksanakannya. Hasil penelitian Hidayattullah (2015) menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif signifikan pada akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Dengan adanya sasaran anggaran yang jelas maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi. Hasil penelitian Hidayat (2015) menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh signifikan pada kinerja manajerial. Hasil penelitian Ali (2015) menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh signifikan pada akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan. Dalam penelitian Judarmita (2017) menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif pada akuntabilitas pengelolaan dana desa.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh pada akuntabilitas pengelolaan

dana desa

2.3.2 Pengaruh Sistem Pelaporan pada Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa Berdasarkan pada teori Good Goverment Governance dalam lingkungan pemerintah akan membuat pemerintahan semakin baik dalam menjalankan setiap kegiatan yang ingin dilakukannya. Good Goverment Government adalah proses penciptaan lingkungan atau atmosfir kelembagaan yang memungkinkan adanya

(19)

19

interaksi antar strata pemerintah dan rakyatnya dalam suatu tata nilai yang baik dan disepakati bersama. Maka perlunya sistem pelaporan yang dapat mencerminkan tata kelola pemerintahan yang baik. Sistem pelaporan merupakan laporan yang menggambarkan sistem pertanggungjawaban dari bawahan kepada atasan. Sistem pelaporan yang baik diperlukan agar dapat memantau dan mengendalikan kinerja manajerial dalam mengimplementasikan anggaran yang telah ditetapkan. Sistem pelaporan dalam sektor publik haruslah berpedoman pada standar akuntansi pemerintahan (SAP) dimana telah diatur dengan peraturan-pemerintah No. 71 tahun 2010. Prosedur pencatatan menurut PP No. 71 Tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintah meliputi, pencatatan, penggolongan dan pengitisaran serta pelaporan. Pelaporan dalam pemerintahan sesuai PP No. 71 Tahun 2010 haruslah memuat laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Hasil penelitian Hidayattullah (2015) menyatakan bahwa sistem pelaporan berpengaruh signifikan pada akuntabilitas kinerja SKPD. Dalam penelitiaan Ali (2015) menyatakan bahwa sistem pelaporan berpengaruh pada akuntabilitas kinerja. Penelitian Cahyani (2015) menyatakan bahwa Sistem Pelaporan berpengaruh signifikan pada Akuntabilitas Kinerja. Dalam penelitian Judarmita (2017) Sistem Pelaporan berpengaruh positif dan signifikan pada Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(20)

20

2.3.3 Pengaruh Partisipasi Masyarakat pada Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana desa sudah diatur dalam Undang-undang No. 6 tahun 2014 pada pasal 54 tentang musyawarah desa. Musyawarah desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh badan permusyawaratan desa, pemerintah desa dan unsur masyarakat desa untuk memusyawaratkan hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan desa yang meliputi penataan, perencanaan, kerjasama, rencana investasi yang masuk ke desa, pembentukan BUMDesa, penambahan dan pelepasan asset desa serta kejadian luar biasa. Partisipasi masyarakat adalah suatu proses ketika masyarakat, sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi mengambil peran dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan pada kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka. Hasil penelitian Mada (2017) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat berpengaruh positif dan signifikan pada akuntabilitas pengelolaan dana desa. Dengan adanya partisipasi masyarakat yang sering pada kegiatan di desa, maka controlling pada penyimpangan-penyimpangan dapat diminimalisir. Dalam penelitian Mahayani (2017) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat berpengaruh positif pada akuntabilitas pengelolaan dana desa.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H3 : Partisipasi masyarakat berpengaruh pada akuntabilitas pengelolaan dana

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Sekolah akan berjalan dengan baik dengan dilandaskan pada standar pendidikan nasional yang sudah dicanangkan oleh pemerintah. Salah satu standar tersebut

Panitia UAMBN Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya, melakukan verifikasi dan menetapkan madrasah penyelenggara UAMBN-BK dan madrasah yang bergabung.. Madrasah

Pythagoras, bir deyiminde şöyle denmektedir. Her şey birden çıkmıştır. Bütün varlıkların değişmez, sonsuz kaynağı ve sarsılmaz ilkesidir. Bu yüzden, Bir’in

bahwa berdasarkan Pasal 26 Ayat (2) Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional, dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan

Adakalanya, eksperimen yang terdiri dari percobaan yang jumlahnya tidak tertentu misalnya pada pelemparan sebuah dadu hingga jatuh pada mata 6, jumlah percobaan

Penelitian ini juga mencoba memperkuat data dari hasil penelitian lapangan langsung terhadap pekerja, pengusaha, pemerintah (dinas tenaga kerja), akademisi di bidang

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kuat tekan beton dengan penambahan bahan tambahan (additive) Additon H.E adalah bahwa setelah dilaksanakan test kuat tekan kubus beton

“semua program dan kegiatan baik yang bersifat akademik maupun non akademik kami mempunyai target pencapaian yang telah kami buat bersama dengan jajaran Pimpinan