• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, beserta persamaan dan perbedaannya yang mendukung penelitian ini.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, beserta persamaan dan perbedaannya yang mendukung penelitian ini."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dibuat berdasarkan acuan dan keterkaitan teori dan penelitian-penelitian terdahulu. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu, beserta persamaan dan perbedaannya yang mendukung penelitian ini.

1. Wisudanto, Soeharto, Ismiyanti, dan Narsa (2016)

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bertujuan mentukan tingkat Overconfidence dari investor generasi Y. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah variabel independen meliputi pendidikan, Overconfidence. Sedangkan variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah generasi Y. Penelitian ini adalah penelitian survey yang melibatkan mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis dengan rentan umur antara dua puluh sampai 35 tahun yang ada di Universitas Airlangga. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian ini adalah t-test.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dari investor generasi Y maka investor generasi Y tidak Overconfidence dan sebaliknya apabila tingkat pendidikan rendah maka generasi Y semakin Overconfidence.

(2)

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang. Berikut ini adalah persamaan penelitian dahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang yaitu melibatkan partisipan dari investor non profesional.

2. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang menggunakan variabel independen tingkat overconfidence.

Berikut ini adalah perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Variabel independen pada penelitian terdahulu merupakan tingkat overconfidence, pendidikan. Sedangkan penelitian sekarang variabel independen yang digunakan adalah pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news (++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++), Seri informasi (informasi panjang dan informasi pendek), tingkat overconfidence (overconfidence dan tidak overconfidence).

2. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian terdahulu merupakan kesalahan prediksi dan kesalahan harga, sedangkan dalam penelitian sekarang menggunakan variabel dependen meliputi pengambilan keputusan investasi.

(3)

2. Luciana Spica Almilia dan Supriyadi (2013)

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk menguji pengaruh efek urutan terhadap pengambilan keputusan investasi serta mencoba menjelaskan penelitian dari Pinsker (2007), dengan melihat recency effect dalam pola pengungkapan Step by Step (SbS) danEnd of Sequence (EoS) sehubungan dengan keputusan perusahaan melalui laporan keuangan perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian sekarang adalah variabel independen meliputi pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news(++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan keputusan investasi. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang melibatkan 173 partisipan namun yang dapat diuji hanya berjumlah 93 partisipan dari mahasiswa jurusan akuntansi universitas swasta di Surabaya. Eksperimen ini menggunakan desain eksperimen 2x2 yaitu pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news (++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++).Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian ini adalah Univariate Analysis of Variance (ANOVA) dan t-test.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan keputusan investasi antara pertisipan yang menerima urutan informasi good news diikuti bad news dibandingkan dengan partisipan yang menerima urutan informasi bad news diikuti good news untuk penyajian informasi Step by Step (SbS). Ketika informasi

(4)

penyajian menggunakan End of Sequence (EoS) tidak terdapat perbedaan keputusan investasi antara partisipan yang menerima urutan informasi good news diikuti bad news dibandingkan dengan partisipan yang menerima urutan informasi bad newsdiikuti good news.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang. Berikut ini adalah persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian terdahulu adalah pengambilan keputusan investasi, dan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian sekarang adalah pengambilan keputusan investasi.

2. Penelitian yang dilakukan penelitian terdahulu termasuk ke dalam penelitian eksperimen, sedangkan pada penelitian ini juga termasuk ke dalam penelitian eksperimen.

3. Partisipan penelitian yang digunakan dalam penelitian dari terdahulu merupakan investor non profesional, sedangkan dalam penelitian sekarang menggunakan sampel yang sama yaitu investor non profesional.

Berikut ini adalah perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian terdahulu merupakan desain eksperimen 2x2 meliputi pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news(++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++), sedangkan untuk penelitian ini menggunakan desain eksperimen 2x2x2x2

(5)

yang meliputi pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news (++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news(--++),Seri informasi (informasi panjang dan informasi pendek), tingkat overconfidence (overconfidence dan tidak overconfidence).

2. Seri informasi yang digunakan dalam penelitian terdahulu merupakan seri informasi panjang, sedangkan untuk penelitian sekarang menggunakan seri informasi panjang dan seri informasi pendek.

3. Luciana Spica Almilia, Jogiyanto Hartono, Supriyadi, dan

Ertambang Nahartyo (2013)

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk: (1) menguji pengaruh urutan penyajian informasi dalam pengambilan keputusan investasi, (2) Menguji pola penyajian informasi dalam pengambilan keputusan investasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah variabel independen meliputi pola penyajian (Step by Step (SbS)dan End of Sequence (EoS)), urutan informasi dan jenis informasi (akuntansi, non akuntansi, dan gabungan). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan keputusan investasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang melibatkan mahasiswa Akuntansi. Teknik analisis data yang digunakan t-test.

Hasil penelitian dari penelitian ini yaitu: (1) terdapat efek urutan recency dalam pengambilan keputusan investasi jika informasi disajikan secara sekuensial (Step by Step (SbS)), (2) tidak terdapat efek urutan dalam pengambilan

(6)

keputusan investasi jika informasi disajikan secara simultan (End of Sequence (EoS)).

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang. Berikut ini adalah persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Partisipan penelitian yang digunakan dalampenelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah investor non profesional yang berasal dari mahasiswa jurusan akuntansi dan manajemen.

2. Grand theory yang digunakan penelitian terdahulu dan sekarang yaitu menggunakan The Belief Adjustment Theory.

3. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian terdahulu dan penelitian sekarang yakni menggunakan pengambilan keputusan investasi. Berikut ini adalah perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Desain eksperimen penelitian terdahulu 2x2x3 yaitu pola penyajian informasi (SbS dan EoS), Urutan Bukti (++-- atau --++) dan Jenis Informasi (Informasi Akuntansi, Informasi Non Akuntansi dan Kombinasi Keduanya). Sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan desain eksperimen 2x2x2x2 yaitu meliputi pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news (++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++), Seri informasi (informasi panjang dan informasi pendek), tingkat overconfidence (overconfidence dan tidak overconfidence).

(7)

2. Jenis informasi yang digunakan pada penelitian terdahulu merupakaninformasi akuntansi, informasi non akuntansi dan kombinasi keduanya.Sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan satu jenis informasi saja yaitu Informasi Non Akuntansi.

3. Seri informasi yang digunakan dalam penelitian terdahulu merupakan seri informasi pendek. Sedangkan untuk penelitian sekarang menggunakan seri informasi panjang dan seri informasi pendek.

4. Dipankar Ghosh dan Anne Wu (2012)

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengkaji hasil yang menguntungkan dan tidak menguntungkan dari ukuran kinerja keuangan dan non keuangan di sebuah perusahaan pada rekomendasi analisis keuangan untuk melakukan invetasi atau divestasi dalam suatu perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen meliputi pengukuran kinerja (keuangan dan non keuangan dan tingkat keuntungan/kerugian). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat keuntungan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang melibatkan sebanyak 104 partisipan dari analis keuangan yang membuat rekomendasi dengan menyediakan skala 11 poin yang memiliki jarak dari “pasti menjual” ke “menyimpan” lalu “pasti membeli”. Eksperimen ini menggunakan desain eksperimen 2x2 yaitu pengukuran kinerja (keuangan dan non keuangan) dan tingkat keuntungan/kerugian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ANOVA dan t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan pengukuran kinerja

(8)

keuangan dan non keuangan dan tingkat keuntungannya mempunyai dampak terhadap analisis rekomendasi yang interaktif.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang. Berikut ini adalah persamaan penelitian dahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang termasuk ke dalam penelitian eksperimen.

2. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang menggunakan dependen yang sama yaitu keputusan investasi.

3. Penelitian terdalu dan penelitian sekarang menggunakan data yang diambil berasal dari partisipan secara langsung.

Berikut ini adalah perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Variabel independen yang digunakan dalam penelitianterdahulu merupakan pengukuran kinerja (keuangan dan non keuangan dan tingkat keuntungan/kerugian), sedangkan untuk penelitian sekarang menggunakan variabel independen meliputi pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news (++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++),Seri informasi (informasi panjang dan informasi pendek), tingkat overconfidence (overconfidence dan tidak overconfidence).

(9)

2. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian terdahulu merupakan tingkat keuntungan. Sedangkan untuk penelitian sekarang menggunakan variabel dependen meliputi pengambilan keputusan investasi.

3. Partisipan yang terlibat dalam penelitian terdahulu merupakan investor profesional, sedangkan untuk penelitian sekarang melibatkan pertisipan yakni investor non profesional yang meliputi mahasiswa jurusan akuntansi dan manajemen.

5. Robert Pinsker (2011)

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk menguji kembali penelitiannya pada tahun 2007 dengan menambahkan dua puluh informasi pada penelitian ini untuk menentukan 1) jika dari rencency menjadi primacy, 2) adanya perbedaan atau potensi memperburuk efek urutanketika membandingkan pola pengungkapan. Variabel yang yang digunakan pada penelitian ini adalah variabel independen meliputi pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news (++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++). Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah penilaian akhir saham. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang melibatkan 127 mahasiswa jurusan bisnis yang ada di University of South Florida. Eksperimen ini menggunakan desain eksperimen 2x2 yaitu pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news(++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++). Teknik

(10)

analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian ini adalah Univariate Analysis of Variance (ANOVA).Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat efek resensi pada pengungkapan informasi dengan rangkaian panjang serta efek resensi relatif lebih signifikan pada pengungkapan informasi secara bertahap (Step by Step (SbS)) daripada pengungkapan informasi secara simultan (End of Sequence (EoS)).

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang. Berikut ini adalah persamaan penelitian dahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Sampel penelitian pada penelitian terdahuludan penelitian sekarang adalah investor non profesional.

2. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang termasuk dalam jenis penelitian yang sama yaitu penelitian eksperimen.

3. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarangmenggunakan Grand Theory yang sama yaitu model Belief Adjustment.

Berikut ini adalah perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Variabel dependen pada penelitian terdahulu merupakan penilaian akhir saham, sedangkan untuk penelitian sekarang variabel dependennya adalah pengambilan keputusan investasi.

2. Desain eksperimen yang digunakan pada penelitian terdahulumenggunakan metode penelitian 2x2 yang meliputi pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news

(11)

(++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++), sedangkan untuk penelitian sekarang menggunakan desain eksperimen 2x2x2x2 yang meliputi pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news (++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++), Seri informasi (informasi panjang dan informasi pendek), tingkat overconfidence (overconfidence dan tidak overconfidence).

3. Seri informasi yang digunakan dalam penelitian terdahulu merupakan seri informasi panjang. Sedangkan seri informasi yang digunakan dalam penelitian sekarang merupakan seri informasi panjang dan seri informasi pendek.

6. Mahatma Kufepaksi (2010)

Peneliti melakukan penelitian ini bertujuan untuk menjawab apakah investor laki-laki atau perempuan cenderung lebih percaya diri di pasar modal. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independennya tingkat overconfidence. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesalahan prediksi atau kesalahan harga. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang melibatkan tiga puluh partisipan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung jurusan manajemen. Eksperimen ini menggunakan desain 3x2 yang mengkombinasikan antara designwithin dan between subject. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis–hipotesis penelitian ini adalah uji beda rata–rata (Uji Levene), uji F dan t-test.

(12)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika pasar tidak menyediakan informasi apapun seperti pada sesi Pra-Pembukaan, investor pria dan wanita yang masuk dalam kategori investor yang berinformasi kurang (less informed investor) ternyata memiliki tingkat overconfidence yang relatif sama sehingga tidak mengkonfirmasi hipotesis yang diajukan. Pada kelompok investor berinformasi lebih (more informed investors), investor pria lebih overconfidence dibandingkan dengan investor wanita karena memiliki rata-rata kesalahan prediksi yang lebih tinggi sehingga temuan ini mengkonfirmasi hipotesis yang diajukan. Pada kelompok investor berinformasi kurang (less informed investors), pedoman prediksi meningkatkan rata-rata kesalahan harga investor pria dan menurunkan rata-rata kesalahan harga investor wanita. Pedoman prediksi menyebabkan investor pria menjadi lebih overconfidence dibandingkan dengan investor wanita dan hasil ini mengkonfirmasi hipotesis yang diajukan. Pada kelompok investor berinformasi lebih (more informed investors), pedoman prediksi mampu menurunkan rata-rata kesalahan harga investor pria dan investor wanita secara signifikan. Meskipun demikian, rata-rata kesalahan harga investor pria lebih tinggi dibandingkan dengan investor wanita sehingga dapat disimpulkan bahwa investor pria lebih overconfidence dibandingkan dengan investor wanita. Dikalangan kelompok investor berinformasi kurang (less informed investors), berita bagus secara signifikan menurunkan rata-rata kesalahan harga investor pria dan meningkatkan rata-rata kesalahan harga investor wanita sehingga investor wanita lebih overconfidence dibandingkan dengan investor pria. Pada kelompok investor berinformasi lebih (more informed investors), berita bagus menyebabkan

(13)

rata-rata kesalahan harga investor pria sama dengan investor wanita sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua investor memiliki tingkat overconfidence relatif sama. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan tidak terbukti.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang. Berikut ini adalah persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan penelitian terdahulu dan penelitian sekarang yaitu termasuk ke dalam penelitian eksperimen.

2. Partisipan yang terlibat didalam penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah investor non profesional.

Berikut ini adalah perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Variabel independen pada penelitian terdahulu merupakan tingkat overconfidence, sedangkan penelitian sekarang variabel independen yang digunakan adalah pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news (++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++), Seri informasi (informasi panjang dan informasi pendek), tingkat overconfidence (overconfidence dan tidak overconfidence).

2. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian terdahulu merupakan kesalahan prediksi dan kesalahan harga, sedangkan dalam penelitian sekarang menggunakan variabel dependen meliputi pengambilan keputusan investasi.

(14)

3. Desain eksperimen dari penelitian terdahulu merupakan3x2 yang mengkombinasikan antara designwithin dan between subject. Sedangkan desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian sekarang adalah 2x2x2x2 meliputi pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news (++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++), Seri informasi (informasi panjang dan informasi pendek), tingkat overconfidence (overconfidence dan tidak overconfidence).

7. Abhijeet Chandra (2009)

Peneliti melakukan penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kompetensi individual investor dalam melakukan perdagangan saham. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen meliputi umur, pendapatan dan tingkat kommpetensi. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah keputusan investasi (kompetensi perdagangan). Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan melibatkan 250 investor individu di Delhi-NCR (National Capital Region). Teknik analisis data yang digunnakan untuk menguji hipotesis–hipotesis dalam penelitian ini adalah uji korelasi dan empirical analysis.Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

1. Pendidikan, bahwa tingkat pendidikan individu berperan penting pada tingkat keyakinan atau tingkat confidence investor individu, semakin tinggi klasifikasi individu maka individu memiliki kompeten untuk sering melakukan perdagangan saham

(15)

2. Usia, investor individual tiga puluh sampai empat puluh tahun cenderung memilkiki kompetensi yang tinggi yang berdampak pada sering melakukan perdagangan saham.

3. Pendapatan, bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan investor akan cenderung overconfidence maka berdampak sering melakukan perdagangan saham.

4. Tingkat kompetensi, semakin tinggi investor memiliki tingkat kompetensi cenderung berperilaku overconfidence berdampak sering melakukan perdagangan saham.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang. Berikut ini adalah persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Penelitian terdahulu dan penelitian ini menggunakan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian Chandra dan penelitian sekarang yaitu pengambilan keputusan investasi.

2. Penelitian terdahulu dan penelitian ini menggunakan Grand Theory yang sama yaitu The Excessive Traiding Theory.

Berikut ini adalah perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Variabel independen yang digunakan penelitian terdahulu merupakan umur, pendapatan dan tingkat kompetensi. Sedangkan untuk penelitian sekarang variabel independen yang digunakan adalah pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news

(16)

(++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++), Seri informasi (informasi panjang dan informasi pendek), tingkat overconfidence (overconfidence dan tidak overconfidence).

2. Jenis penelitian dari penelitian terdahulu termasuk ke dalam penelitian survei, sedangkan penelitian sekarang termasuk ke dalam penelitian eksperimen.

8. Robert Pinsker (2007)

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk menguji model revisi keyakinan yang menyatakan bahwa individu lebih merespon bagian terakhir dari informasi yang diterima ketika informasi tersebut dilakukan secara Step by Step (SbS) (informasi disajikan satu persatu). Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah variabel independen meliputi pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news(++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++). Sedangkan variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah keputusan harga saham. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang melibatkan 129 mahasiswa jurusan bisnis yang ada di University of South Florida. Eksperimen ini menggunakan desain eksperimen 2x2 yaitu pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news (++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++). Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian ini adalah ANCOVA dan t-test.

(17)

Hasil penelitian menunjukkan ketika pengungkapan informasi dengan informasi dengan rangkaian pendek pada urutan informasi konsisten (good news atau bad news atau sebaliknya), maka model belief revisionmenunjukkan hasil yang signifikan pada pengungkapan informasi secara sekuensial (Step by Step (SbS)) dibandingkan dengan pengungkapan informasi secara simultan (End of Sequence (EoS)).

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang. Berikut ini adalah persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Partisipan penelitian pada penelitian terdahuludan penelitian sekarang adalah investor non profesional.

2. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang termasuk ke dalam penelitian eksperimen.

Berikut ini adalah perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Variabel dependen pada penelitian terdahulu adalah keputusan harga saham, sedangkan untuk penelitian sekarang variabel dependennya adalah pengambilan keputusan investasi.

2. Desain eksperimen yang digunakan pada penelitian terdahulumenggunakan metode penelitian 2x2 yang meliputi pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news (++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++), sedangkan untuk penelitiansekarang menggunakan desain

(18)

eksperimen 2x2x2x2 yang meliputi pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news (++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++), Seri informasi (informasi panjang dan informasi pendek), tingkat overconfidence (overconfidence dan tidak overconfidence).

3. Penelitian terdahulu menggunakan seri informasi seri informasi pendek. Sedangkan penelitian sekarang menggunakan seri informasi pendek dan seri informasi panjang.

9. Gongmeng Chen, Kenneth A. Kim, John R Nofsinger, Oliver M Rui (2007)

Peneliti melakukan penelitian bertujuan untuk menguji pengambilan keputusan investasi di negara berkembang seperti Cina. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen meliputi efek disposisi, overconfidence, dan representative bias. Variabel dependen dalam peelitian ini adalah Keputusan investasi (perdagangan). Penelitian ini merupakan penelitian survei yang melibatkan investor individual di Cina. Teknik analisis data yang digunakan dalamm pennelitian ini untuk menguji hipotesis–hipotesis dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan empirical analysis.Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

1. Investor di Cina cenderung bias (desposition effect), bahwa investor individual di Cina mengalami desposition effectlebih tinggi dibandingkan dengan investor institusional

(19)

2. Percaya bahwa kinerja masa lalu mempengaruhi atau mengidentifikasikan kinerja masa depan.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang. Berikut ini adalah persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang menggunakan variabel dependen yang sama yaitu pengambilan keputusan investasi.

2. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang menggunakan data yang sama yaitu data primer dan berasal dari kuesioner.

3. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang mempunyai tujuan yang sama yaitu menguji pengaruh dari overconfidence.

Berikut ini adalah perbedaan penelitian terdahulu denga penelitian sekarang yaitu: 1. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian terdahulu merupakan

efek disposisi, overconfidence, dan representative bias. Sedangkan untuk penelitian sekarang menggunakan variabel independen meliputi pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news (++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++),Seri informasi (informasi panjang dan informasi pendek), tingkat overconfidence (overconfidence dan tidak overconfidence).

2. Jenis penelitian yang dilakukan penelitian terdahulu merupakan penelitian survei, sedangkan penelitian yang dilakukan dalam penelitian sekarang termasuk jenis penelitian survei.

(20)

10. Yenshan Hsu dan Cheng-Yi Shiu (2007)

Peneliti melakukan penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah invetor di pasar primer juga menunjukkan sikap overconfidence. Variabel yang digunakan dalam penelitin ini adalah variabel independen perilaku penawaran (bidding behaviour) untuk tiga jenis investor yaitu: individu laki–laki, individu perempuan dan investor institusi. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat kepercayaan diri (overconfidence). Penelitian ini melibatkan 77 investor yang melakukan lelang IPO di Taiwan. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis–hipotesis penelitian ini adalah uji beda rata-rata dan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki, perempuan,dan investor institusi dalam sampel memang menunjukkan terlalu percaya diri (overconfidence) dalam melakukan penawaranuntuk saham IPO. Laki-laki memiliki tingkat percaya diri (overconfidence) lebih tinggi daripada perempuandan investor institusi.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang mempunyai tujuan yang sama yaitu menguji pengaruh overconfidence terhadap pengambilan keputusan investasi.

2. Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang termasuk dalam penelitian penelitian eksperimen.

(21)

Berikut ini adalah perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian terdahulu merupakanperilaku penawaran (bidding behaviour) untuk tiga jenis investor yaitu: individu laki–laki, individu perempuan dan investor institusi. Sedangkan untuk penelitian sekarang menggunakan variabel independen meliputi pola penyajian (SbS dan EoS) dan urutan informasi positif/good news diikuti informasi negatif/bad news (++--) serta informasi negatif/bad news diikuti informasi positif/good news (--++), seri informasi (informasi panjang dan informasi pendek), tingkat overconfidence (overconfidence dan tidak overconfidence).

2. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian terdahulu merupakan Overconfidence. Sedangkan untuk penelitian sekarang menggunakan variabel dependen yaitu pengambilan keputusan investasi.

3. Sampel yang digunakan dalam penelitian terdahulu yaitu dengan melibatkan investor profesional yang melakukan lelang IPO di Taiwan. Sedangkan dalam penelitian ini melibatkan partisipan dari investor non profesional yaitu dari mahasiswa jurusan akuntansi dan manajemen.

2.2. Landasan Teori

Pada sub bab ini akan diuraikan beberapa teori pendukung yang nantinya dapat dijadikan dasar dalam penyusunan kerangka pemikiran maupun perumusan hipotesa.

(22)

1. Belief Adjusment Model

Hogarth dan Einhorn (1992), mengembangkan model Belief Adjusment untuk memberikan penjelasan komprehensif mengenai cara informasi diintrepretasikan dan diproses. Model belief adjusment yang dikembangkan oleh Hogarth dan Einhorn berdasarkan asumsi bahwa individu memproses informasi secara berurutan dan memiliki keterbatasan kapasitas memori. Individu mengubah keyakinan mereka berdasarkan proses anchoring dan adjustment. Model belief edjustment ini mempertimbangkan tiga karakteristik yang juga berperan penting dalam Bayes’ Theorem, yaitu: (1) arah; (2) kekuatan; dan (3) tipe.

Arah dari bukti menunjukkan apakah bukti mendukung atau tidak mendukung keyakinan individu saat ini. Bukti tambahan yang mendukung keyakinan adalah bukti positif, sementara bukti tambahan yang tidak mendukung keyakinan adalah bukti negatif. Bukti positif atau good news dinyatakan dengan informasi mengenai kinerja perusahaan yang baik (seperti: peningkatan aset, peningkatan kinerja perusahaan). Sedangkan bukti negatif atau bad news dinyatakan dengan informasi mengenai kinerja perusahaan yang tidak baik atau buruk (seperti: penurunan profitabilitas, penurunan kinerja perusahaan). Karakteristik kedua adalah kekuatan atau tingkatan bukti yang dapat mendukung atau tidak mendukung keyakinan saat ini. Terakhir, tipe bukti dapat dikategorikan sebagai bukti yang konsisten dan gabungan.Bukti konsisten adalah bukti yang hanya menampilkan informasi akuntansi saja atau informasi non akuntansi saja. Sedangkan untuk bukti gabungan adalah bukti yang menampilkan informasi keduanya yaitu informasi akuntansi dan informasi non akuntansi.Menurut

(23)

Sharralisa (2012), menyatakan informasi akuntansi adalah informasi yang berasal dari laporan keuangan perusahaan (seperti: laba bersih, penjualan). Sedangkan untuk informasi non akuntansi merupakan informasi yang tidak terdapat dalam laporan keuangan. Informasi non akuntansi ini dapat berupa laporan kepada pemegang saham, informasi bagi pemegang saham, pembahasan dan analisis manajemen, tata kelola perusahaan, informasi mengenai penerapan Corporate Social Rensponsibility (CSR). Menurut Demirag (2005) menjelaskan bahwa Corporate Social Responsibility adalah sikap perusahaan dan tanggungjawab kepada masyarakat sosial, etika dan permasalahan lingkungan dan termasuk pengembangan berkelanjutan.

Pinsker (2007), memberikan kesimpulan tentang model belief adjustment bahwa ketika sekumpulan informasi seri pendek (informasi yang terdiri atas < 12 informasi) secara konsisten positif (negatif) menerima secara berurutan, dibandingkan dengan pengungkapan simultan dan sebaliknya ketika informasi seri panjang (informasi yang terdiri atas > 17 informasi) secara konsisten positif (negatif) menerima secara berurutan, dibandingkan dengan pengungkapan simultan. Disamping arah, kekuatan dan tipe, model belief adjustment memperluas bayes’ theorem dengan menambahkan dua karakteristik baru yaitu urutan (++--/--++) dan pola penyajian informasi (SbS dan EoS). Pola penyajian yang digunakan diantaranya Step by Step (SbS), End of Sequence (EoS) (EoS) dan Self Review. Pola Step by Step (SbS) adalah pola penyajian informasi ketika investor memiliki transaksi berdasarkan informasi yang sederhana dan dilakukan secara berurutan. Informasi sederhana adalah informasi yang terdiri atas

(24)

satu jenis informasi saja (misalnya, laporan keuangan atau informasi non keuangan triwulanan yang diperoleh dari media massa). Pola End of Sequence (EoS) adalah pola penyajian informasi ketika investor memiliki transaksi berdasarkan informasi yang lengkap dan seluruh laporan yang diperoleh pada garis waktu tertentu (misalnya, laporan tahunan lengkap yang tidak hanya laporan keuangan). Sedangkan pola Self Review Debiaser adalah pola penyajian informasi ketika investor melakukan review terhadap keseluruhan informasi yang didapatnya dalam pengambilan keputusan investasi.

Komponen dalam teori belief adjustment yang dikembangkan oleh Hogarth dan Einhorn(1992), adalah sebagai berikut:

1. Sequential Process. Hogarth dan Einhorn(1992), berargumentasi bahwa penyesuaian terhadap keyakinan pada kenyataanya adalah aktivitas umum yang dilakukan oleh manusia. Proses berurutan adalah asumsi yang mendasari teori belief adjustment.

2. Task Variables. Teori belief adjustment mempertimbangkan tiga variabel tugas, yaitu: kompleksitas tugas, panjangnya seri bukti, dan pola penyajian informasi.

a) Kompleksitas tugas adalah fungsi penurunan familiaritas tugas.

b) Panjang seri bukti menunjukkan jumlah bukti yang akan dievaluasi. Tugas yang mengevaluasi bukti antara dua sampai dengan 12 bukti merupakan seri bukti pendek, sementara jika

(25)

jumlah bukti terdiri dari lebih 17 bukti diklasifikasikan sebagai seri bukti panjang.

c) Pola penyajian informasi merupakan prosedur bagaimana bukti akan dievaluasi. Dua pola penyajian informasi yang diperkenalkan dalam teori belief adjustment yaitu: Step by Step (SbS) atau pola penyajian berurutan dan End of Sequence (EoS) atau pola penyajian simultan. Dalam pola penyajian informasi Step by Step (SbS), bukti dievaluasi satu persatu secara berurutan, sedangkan pola penyajian informasi End of Sequence (EoS) seluruh bukti dievaluasi dalam waktu yang bersamaan.

2. Recency Effect dan primacy effect

Teori belief adjustment mengklasifikasikan dua kemungkinan efek urutan pada bukti gabungan yaitu: primacy effect dan recency effect. Primacy effect terjadi karena adanya keterbatasan individu dalam mengolah informasi yang diterimanya sehingga ketika menerima informasi dalam jumlah tertentu maka kecenderungan individu akan lebih mempertimbangkan informasi pertama dibandingkan informasi yang didapat informasi pertama dibandingkan informasi yang didapat terakhir. Sedangkan recency effect terjadi karena penyajian informasi secara berurutan (SbS) memberikan kesempatan yang lebih banyak untuk melakukan penyesuaian, dan investor sering melakukan penyesuaian berlebihan ke arah item-item informasi.

(26)

Primacy effect terjadi ketika bukti sebelumnya dipertimbangkan lebih penting dari pada bukti yang terakhir diterima. Sedangkan recency effect terjadi karena bukti yang diterima terakhir lebih dipertimbangkan dibandingkan bukti yang pertama diterima. Prediksi primacy dan recency tergantung terhadap properti dari variabel-variabel tugas. Recency effect diprediksikan akan terjadi untuk pola penyajian Step by Step (SbS) atau berurutan dengan seri informasi pendek dan sederhana.

Model belief adjustment yang dikembangkan oleh Hogarth dan Einhorn (1992), dapat memberikan proporsi ekspetasi efek berurutan seperti tabel berikut:

TABEL 2.1

EKSPETASI EFEK URUTAN BERDASARKAN MODEL BELIEF ADJUSTMENT Simple Complex End of Sequence (EoS) Step by Step (SbS) End of Sequence (EoS) Step by Step (SbS) Mixed Information Set

Short Primacy Recency Recency Recency Long Primacy Primacy Primacy Primacy Consisten Information Set

Short Primacy No Effect No Effect No Effect Long Primacy Primacy Primacy Primacy

Tabel 2.1 menunjukkan bahwa ketika seperangkat informasi campuran (urutan ++-- atau --++) maka prediksi efek urutan yang terjadi adalah:

1. Pada informasi sederhana, pola penyajian End of Sequence (EoS), dan seri informasi pendek maka terjadi primacy effect.

(27)

2. Pada informasi sederhana, pola penyajian End of Sequence (EoS), dan seri informasi panjang maka terjadi primacy effect.

3. Pada informasi sederhana, pola penyajian Step by Step (SbS), dan seri informasi panjang maka terjadi recency effct.

4. Pada informasi sederhana, pola penyajian Step by Step (SbS), dan seri informasi panjang maka terjadi primacy effect.

5. Pada informasi kompleks, pola penyajian End of Sequence (EoS), dan seri informasi pendek maka terjadi recency effect.

6. Pada informasi kompleks, pola penyajian End of Sequence (EoS), dan seri informasi panjang maka terjadi primacy effect.

7. Pada informasi kompleks, pola penyajian Step by Step (SbS), dan seri informasi pendek maka terjadi recency effect.

8. Pada informasi kompleks, pola penyajian Step by Step (SbS), dan seri informasi panjang maka terjadi primacy effect.

Pada tabel 2.1 juga menunjukkan prediksi efek urutan yang terjadi ketika seperangkat informasi konsisten (dengan urutan ++++ atau ----) yaitu:

1. Pada informasi sederhana, pola penyajian End of Sequence (EoS), dan seri informasi pendek maka terjadi primacy effect.

2. Pada informasi sederhana, pola penyajian End of Sequence (EoS), dan seri informasi panjang terjadi primacy effect.

3. Pada informasi sederhana, pola penyajian Step by Step (SbS), dan seri informasi pendek maka tidak terjadi efek urutan.

(28)

4. Pada informasi sederhana, pola penyajian Step by Step (SbS), dan seri informasi panjang maka terjadi primacy effect.

5. Pada informasi kompleks, pola penyajian End of Sequence (EoS), dan seru informasi pendek maka tidak terjadi efek urutan.

6. Pada informasi kompleks, pola penyajian End of Sequence (EoS), dan seri informasi panjang maka terjadi primacy effect.

7. Pada informasi kompleks, pola penyajian Step by Step (SbS), dan seri informasi pendek maka tidak terjadi efek urutan.

8. Pada informasi kompleks, pola penyajian Step by Step (SbS), dan seri informasi panjang maka terjadi primacy effect.

3. Self Deception Theory/Teori Pengelabuan Diri

Perilaku overconfidence akan menyebabkan kecenderungan investor untuk melakukan strategi perilaku perdagangan yang agresif dan berlebihan. Rata-rata perilaku overconfidence di pasar modal dapat menyebabkan efek berbahaya, tetapi dalam beberapa kasus mungkin menghasilkan keuntungan lebih dari investor yang rasional. Klaymen et al. (1999) menyatakan bahwa kombinasi tingkat pengetahuan dan tingkat keyakinan akan menentukan tingkat overconfidence seseorang. Perbedaan tingkat atau level overconfidence akan menimbulkan perbedaan dalam mengintrepretasikan dan mengevaluasi informasi sehingga akan menghasilkan perbedaan dalam mencari solusi. Hampir semua temuan psikologi menyimpulkan bahwa perilaku overconfidence cenderung mendorong pengambil keputusan untuk menentukan prediksi dengan tidak akurat sehingga menghasilkan kesalahan prediksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

(29)

mereka yang lebih rasional. Kesimpulan ini mengkonfirmasi Teori Penipuan Diri (Self Deception Teory) yang dikembangkan oleh Trivers (2004).

Self Deception Theory atau Teori Pengelabuan Diri (Trivers, 2004), memprediksi bahwa ketika seseorang secara tidak sadar mempersiapkan dirinya memiliki kemampuan di atas rata-rata dan kemudian pola pikirnya mengerahkan dan mengelola persepsinya sedemikian rupa sehingga cenderung mencari informasi yang mendukung perilakunya maka indvidu tersebut akan terperangkap pada pembentukan keyakinan yang keliru yang selanjutnya akan mengarah kepada pembentukan perilaku overconfidence yang berdampak pada “pengelabuan diri atau self deception”.

Self Deception Theory didasarkan pada argumentasi bahwa ketika seseorang berperilaku overconfidence dan memperoleh umpan balik maka dirinya akan mengetahui kesalahan yang telah dilakukannya. Secara spesifik, ketika orang yang bersangkutan mengetahui hasil prediksinya dan prediksi standarnya maka akan timbul kesadaran bahwa dirinya telah terjebak pada pembentukan keyakinan yang tidak tepat. Pada tahap ini, indvidu yang bersangkutan akan menyadari bahwa dirinya telah melakukan pengelabuhan diri yaitu dengan memberikan penilaian yang berlebihan pada ketepatan tingkat pengetahuan yang dimilikinya melebihi tingkat pengetahuan yang sebenarnya sehingga cenderung memberi probabilitas yang tinggi pada kebenaran penilaiannya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penyimpangan prediksi yang relatif tinggi dari prediksi rata-ratanya prediksi standarnya sehingga menempatkan dalam posisi yang memperoleh kerugian.

(30)

2.3. Kerangka Pemikiran

Skema kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut:

GAMBAR 2.1

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Sumber: diolah

SKENARIO I

Pola Penyajian: Step by Step (SbS)

Urutan Informasi: good newsdiikuti bad news(++--) Seri Informasi: Panjang

SKENARIO II

Pola Penyajian: Step by Step (SbS)

Urutan Informasi: bad newsdiikuti good news(--++) Seri Informasi: Panjang

SKENARIO III

Pola Penyajian: Step by Step (SbS)

Urutan Informasi: good newsdiikuti bad news(++--) Seri Informasi: Pendek

SKENARIO IV

Pola Penyajian: Step by Step (SbS)

Urutan Informasi: bad newsdiikuti good news(--++) Seri Informasi: Pendek

SKENARIO V

Pola Penyajian: End of Sequence (EoS)

Urutan Informasi: good newsdiikuti bad news(++--) Seri Informasi: Panjang

SKENARIO VI

Pola Penyajian: End of Sequence (EoS)

Urutan Informasi: bad newsdiikuti good news(--++) Seri Informasi: Panjang

SKENARIO VII

Pola Penyajian: End of Sequence (EoS)

Urutan Informasi:good newsdiikuti bad news(++--) Seri Informasi: Pendek

SKENARIO VIII

Pola Penyajian: End of Sequence (EoS)

Urutan Informasi: bad newsdiikuti good news(--++) Seri Informasi: Pendek

Pengambilan Keputusan Skenario I Pengambilan Keputusan Skenario II Pengambilan Keputusan Skenario III Pengambilan Keputusan Skenario IV Pengambilan Keputusan Skenario V Pengambilan Keputusan Skenario VI Pengambilan Keputusan Skenario VII Pengambilan Keputusan Skenario VIII

Uji Beda Hipotesis

Uji Beda Hipotesis

Uji Beda Hipotesis

Uji Beda Hipotesis

TEKNIK KALIBRASI

Individu Overconfidence Individu Tidak Overconfidence

Pengambilan Keputusan Investasi

(31)

Pada skenario I partisipan cenderung memberikan proporsi yang lebih tinggi untuk informasi yang diterima diawal (primacy) yaitu good news pada urutan informasigood news diikuti bad news pada pola penyajian Step by Step (SbS) dan seri informasi panjang. Sedangkan partisipan yang mendapatkan skenario II cenderung memberikan proporsi lebih untuk informasi yang diterima diawal (primacy) yaitu bad news pada urutan informasi bad news diikuti good newsdengan pola penyajian Step by Step (SbS) dan seri informasi panjang.Pada skenario III, partisipan cenderung memberikan proporsi yang lebih tinggi untuk informasi yang diterima diakhir (recency) yaitu bad news pada urutan informasi good news diikuti bad news dengan pola penyajian Step by Step (SbS) dan seri informasi pendek. Sedangkan untuk partisipan yang memperoleh skenario IV, cenderung memberikan proporsi lebih tinggi informasi yang diterima diakhir (recency) yaitu good news pada urutan informasi bad newsdiikuti good newsdengan pola penyajian Step by Step (SbS) dan seri informasi pendek.

Pada skenario V, partisipan cenderung memberikan proporsi yang lebih untuk informasi yang diterima diawal (primacy) yaitu good news pada urutan informasi good newsdiikuti bad news dengan pola penyajian End of Sequence (EoS) dan seri informasi panjang. Sedangkan untuk partisipan yang memperoleh skenario VI, partisipan cenderung memberikan proporsi lebih tinggi untuk informasi yang diterima diawal (primacy) yaitu bad news pada urutan informasi bad news diikuti good newsdengan pola penyajian End of Sequence (EoS) dan seri informasi panjang.Pada skenario VII, partisipan cenderung memberikan proporsi lebih tinggi untuk informasi yang diterima diawal (primacy)

(32)

yaitu good news pada urutan informasi good news diikuti bad news dengan pola penyajian End of Sequence (EoS) dan seri informasi pendek. Sedangkan untuk partisipan yang memperoleh skenario VIII, partisipan cenderung memberikan proporsi lebih tinggi untuk informasi yang diterima diawal (primacy) yaitu bad news pada urutan informasi bad news diikuti good news dengan pola penyajian End of Sequence (EoS) dan seri informasi pendek.

Selain itu, dari skenario tersebut juga akan memberikan tes kalibrasi untuk mengukur tingkat overconfidence dari masing-masing individu apabila hasil menunjukkan seluruh dari partisipan adalah overconfidence atau tidak overconfidence, maka akan dilakukan uji beda pada seluruh hasil overconfidence atau tidak overconfidence. Apabila hasil menunjukkan sebagian dari partisipan adalah overconfidence atau tidak overconfidence, maka akan dilakukan uji beda pada proporsi hasil yang lebih besar. Sedangkan apabila hasil menunjukkan setengah dari partisipan (50:50) adalah overconfidence dan tidak overconfidence, maka seluruhnya akan dilakukan uji beda.

2.4. Hipotesis Penelitian

Pada dasarnya pengambilan keputusan dibutuhkan pertimbangan yang cukup sulit dalam memutuskan keputusan yang terkait dengan keputusan investasi. Investor atau individu yang akan membuat keputusan informasi harusnya dapat mengevaluasi dan menganalisis informasi yang disajikan berdasarkan bukti pendukung sehingga keputusan akhiryang diambil berdasarkan informasi dan bukti yang diperoleh. Urutan penyajian informasi dalam lingkungan

(33)

yang kompleks mungkin juga akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan akhir yang akan diambil oleh setiap individu atau investor. Karena urutan informasi sangat berpengaruh terhadap pergerakan saham.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Luciana Spica et al. (2013), menunjukkan bahwa terjadi efek urutan recency jika informasi disajikan secara sekuensial (Step by Step) dalam pengambilan keputusan investasi.Pinsker (2007), menyimpulkan bahwa revisi keyakinan dan keputusan harga saham secara signifikan lebih besar atau lebih kecil dalam kondisi berurutan, ketika seperangkat informasi seri pendek secara konsisten positif atau negatif yang diungkapkan secara berurutan (Step by Step), dibandingkan dengan pengungkapan secara simultan.

Berdasarkan latar belakang dan penelitian-penelitian terdahulu yang telah dijelaskan sebelumnya, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

H1: Terdapat perbedaan keputusan investasi antara partisipan yang memperoleh

informasi good news diikuti bad news (++--) dibandingkan dengan partisipan yang memperoleh informasi bad newsdiikuti good news (--++) pada pola penyajian Step by Step (SbS) dan seri informasi panjang.

H2: Terdapat perbedaan keputusan investasi antara partisipan yang memperoleh

informasi good news diikuti bad news (++--) dibandingkan dengan partisipan yang memperoleh informasi bad news diikuti good news (--++) pada pola penyajian Step by Step (SbS) dan seri informasi pendek.

(34)

Pada penelitian dari Gosh dan Anne Wu (2012), mengatakan bahwa tidak ada pengaruh dalam rekomendasi analisis investasi ketika pengukuran kinerja keuangan dan nonkeuangan tidak menguntungkan, sedangkan keuntungan pada kinerja non keuangan tampaknya tidak relevan ketika kinerja keuangan tidak menguntungkan. Namun ketika pengukuran kinerja keuangan menguntungkan, maka efek rekomendasi berbeda pada rekomendasi analisis investasi.Pinsker (2011), yang meneliti mengenai respon investor terhadap informasi panjang yang diberikan dengan pola penyajian Step by Step (SbS) atau pola penyajian End of Sequence (EoS), sehingga memberikan bukti bahwa terdapat efek resensi pada pengungkapan informasi dengan rangkaian panjang serta efek resensi relatif lebih signifikan pada pengungkapan informasi secara bertahap (Step by Step) daripada pengungkapan informasi secara simultan (End of Sequence).

Berdasarkan latar belakang dan penelitian-penelitian terdahulu yang telah dijelaskan sebelumnya, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

H3 : Terdapat perbedaan keputusan investasi antara partisipan yang

memperoleh informasi good newsdiikuti bad news (++--) dibandingkan partisipan yang memperoleh informasi bad newsdiikuti good news (--++) pada pola penyajian End of Sequence (EoS) dan seri informasi panjang.

H4 : Terdapat perbedaan keputusan investasi antara partisipan yang

memperoleh informasi good news diikuti bad news (++--) dibandingkan partisipan yang memperoleh informasi bad news diikuti good news (--++) pada pola penyajian End of Sequence (EoS) dan seri informasi pendek.

Referensi

Dokumen terkait

Strategi komunikasi yang digunakan oleh Kepala Madrasah dan guru-guru di MI Al-Abrar dengan menggunakan strategi komunikasi interpersonal (antarpribadi) baik itu dalam

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara higiene personal dengan kejadian kecacingan pada anak SD GMIT

Bеrdаsаrkаn pеmаpаrаn dаri lаtаr bеlаkаng dаn аdаnyа kеcеndеrungаn hubungаn аntаrа tingkаt kеsеhаtаn bаnk dеngаn nilаi pеrusаhааn, olеh kаrеnа itu

Anak sudah menunjukkan kemampuan sesuai dengan indikator yang ditetapkan dalam kelompok usianya.. Berkembang

Bahan baku harus diletakkan pada bagian kiri karena lebih dekat dengan area1. produksi dan produk jadi harus diletakkan sebelah

Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang

Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian campak anak usia sekolah dasar pada peristiwa KLB adalah riwayat

Perjanjian Kerjasama Pemasok Kayu dan Laporan Bulanan Pemenuhan bahan baku dari para Anggota Asosiasi Sengon Makmur, hampir keseluruhan anggotanya menggunakan