• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori Pada bab ini akan dipaparkan teori-teori yang akan dipakai sebagai referensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori Pada bab ini akan dipaparkan teori-teori yang akan dipakai sebagai referensi"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Pada bab ini akan dipaparkan teori-teori yang akan dipakai sebagai referensi dalam pembahasan penelitian, hasil penelitian yang relevan dengan masalah penelitian dan kerangka penelitian.

1. Model pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Dalam pembelajaran berbagai masalah sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya model-model pembelajaran yang dipandang dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran dirancang untuk mewakili realitas sesungguhnya walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia sebenarnya. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelompok maupun tutorial (Agus Suprijono, 2011:46).

Sejalan dengan pendapat diatas, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2010:51). Berbeda dengan pendapat diatas, model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang berisi prosedur sistematik dan mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi

(2)

9

sebagai pedoman bagi guru dalam proses belajar mengajar (Syaiful Sagala, 2010:176).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu kerangka yang digunakan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelompok.

b. Model Project Based Learning (PjBL)

1) Pengertian Model Project Based Learning (PjBL)

Model Project Based Learning (PjBL) adalah sebuah model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini siswa melakukan eksplorasi (penyelidikan), penilaian interpretasi (penafsiran), dan sintesis (penyatuan) informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

Bern dan Ericson menegaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) merupakan pendekatan yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu displin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran dan pada akhirnya menghasilkan karya nyata (Kokom Komalasari, 2010:70).

Project Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang terfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas yang bermakna lainnya, memberi peluang siswa secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri dan

(3)

10

puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan realistis (Ngalimun 2013:185).

Buck institute for Education (1999) mengungkapkan bahwa Project Based Learning (PjBL) adalah suatu model pembelajaran sistematis yang melibatkan siswa dalam belajar ilmu pengetahan dan keterampilan melalui proses penyidikan terhadap masalah-masalah nyata dan pembuatan berbagai karya atau tugas yang dirancang secara hati-hati (Hosnan, 2013:319).

2) Kelebihan dan Kekurangan Model Project Based Learning (PjBL)

Kelebihan model Project Based Learning (PjBL) adalah meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan kolaborasi, meningkatkan managemen sumber daya. Kelebihan pembelajaran berbasis proyek yaitu (Ngalimun, 2013:197) :

a) Meningkatkan motivasi belajar siswa.

b) Belajar dalam proyek lebih menyenangkan dari pada komponen kurikulum lain. c) Meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok dalam proyek

memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktekkan keterampilan komunikasi.

d) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber referensi

e) Memberikan pengalaman kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

(4)

11

Sedangkan kekurangan dari model Project Based Learning (PjBL) adalah:

a) Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah.

b) Banyak peralatan yang harus disediakan

Dari beberapa definisi para ahi, dapat disimpulkan bahwa Project Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang berpusat pada kegiatan siswa dalam mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik mengelola sumber atau bahan untuk menyelesaikan tugas, serta meningkatkan kolaborasi siswa dan siswa menjadi terdorong lebih aktif dalam belajar, karena guru hanya sebagai fasilitator dan mengevaluasi hasil kinerja siswa.

3) Langkah-langkah model Project Based Learning (PjBL)

Langkah langkah model Project Based Learning (PjBL) adalah (Hosnan, 2013:325) :

a) Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)

Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan yang dapat memberi penugasan pada peserta didik untuk melakukan suau aktivitas. Topik proyek yang diambil hendaknya sesuai dengan realita dunia nyata.

b) Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peserta didik. Selanjutnya dengan dibantu guru, kelompok-kelompok siswa akan merancang aktivitas yang akan dilakukan pada proyek/rencana kegiatan mereka masing-masing.

(5)

12

Semakin besar keterlibatan dan ide-ide siswa (kelompok siswa) yang digunakan dalam rencana kegiatan itu akan semakin besar pula rasa memiliki mereka terhadap proyek/rencana kegiatan tersebut.

c) Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Waktu penyelesaikan proyek harus jelas dan peserta didik diberi arahan untuk mengelola waktu yang ada. Pada saat peserta didik mencoba menggali sesuatu informasi, guru juga harus tetap mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan proyek, guru meminta peserta didik untuk menyelesaikan proyeknya secara berkelompok diluar jam sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat jam sekolah peserta didik tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di kelas.

d) Memonitor Peserta Didik dan Kemajuan Proyek (Monitor the Student and the Progress of the Project)

Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Guru mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya masing-masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.

e) Menguji Hasil (Assess the Outcome)

Siswa melaporkan hasil proyek yang mereka lakukan, guru menilai pencapaian yang siswa peroleh baik dari segi pengetahuan (knowledge) terkait konsep yang relevan dengan topik), hingga keterampilan dan sikap yang mengiringinya. Penilaian

(6)

13

produk dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan hasil proyeknya atau rencana kegiatan di depan kelompok lain secara bergatian.

f) Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan.

2. Hasil Belajar Siswa

a. Pengertian Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Menurut Prayitno (2009:204), perubahan dari hasil belajar dapat dirumuskan sebagai dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar melainkan hasil dari proses pembelajaran, hasil ini dapat menjelaskan suatu tingkat keberhasilan dalam pembelajaran. Dalam biologi, hasil belajar biologi berarti hasil dari pembelajaran pada mata pelajaran biologi yang menunjukkan apakah siswa berhasil dalam pembelajaran biologi atau tidak. Hasil belajar siswa dapat diketahui dengan adanya penilaian dan evaluasi.

Penilaian pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Dengan adanya penilaian, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan mengikuti pelajaran yang diberikan guru, dengan adanya penilaian guru juga dapat mengetahui mana siswa yang berhak melanjutkan pelajaran atau harus

(7)

14

melakukan remidial. Sedangkan evaluasi dalam pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan dalam pembelajaran yang direncanakan.

Menurut Lalu Muhammad Azhar (1993), evaluasi merupakan alat penilaian bagi guru untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan setelah KBM berlangsung. Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik (feed back) bagi guru dan siswa dalam pelaksanaan KBM. Evaluasi dapat diberikan berupa test akhir (post-test). Tes akhir (post-test) yakni evaluasi yang diberikan setelah selesai satu satuan pembelajaran (SP) yang berfungsi untuk mengetahui hasil pencapaian dari satuan pembelajaran (SP).

b. Ranah Kognitif

Ranah kognitif yaitu berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup katagori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation).

Berdasarkan taksonomi Bloom (1956) yang direvisi oleh L.W Anderson dan D.R Krathrowhl tahun 2001 aspek kognitif meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Mengingat (C1)

Kemampuan siswa untuk menyebutkan kembali informasi/pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan. Kata-kata perasional yang digunakan yaitu: menyebutkan, membaca, membilang, menamai, menandai.

(8)

15

Kemampuan siswa dalam memahami instruksi dan menegaskan pengertian/makna ide atau konsep yang tekah diajarkan baik dalam bentuk lisan, tertulis, maupun grafik/diagram. Kata-kata operasional yang digunakan yaitu: menjelaskan, membedakan, memberi contoh, memperkirakan, membandingkan. 3) Menerapkan (C3)

Kemampuan siswa dalam melakukan sesuatu serta mengaplikasikan konsep dalam situasi tertentu. Kata-kata operasional yang digunakan yaitu: melaksanakan, melakukan, melatih, memproses, menentukan, menghitung.

4) Menganalisis (C4)

Kemampuan siswa untuk memisahkan konsep ke dalam beberapa komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atau konsep tersebut secara utuh. Kata-kata operasional yang digunakan yaitu: melatih, memadukan, memaksimalkan, membangun, membuat struktur, memecahkan.

5) Mengevaluasi (C5)

Kemampuan siswa dalam menetapkan derajat. Kata-kata operasional yang digunakan yaitu: membuktikan, memilih, memisahkan, memonitoring.

6) Menciptakan (C6)

Kemampuan siswa dalam memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk dalam memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk yang utuh dan koheren, atau membuat sesuatu yang orisinil. Kata-kata operasional yang digunakan yaitu: memadukan, membangun, membatas, membentuk, memproduksi.

(9)

16 3. Materi Reproduksi Manusia

Reproduksi adalah suatu proses biologis suatu individu organisme baru diproduksi. Reproduksi merupakan cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan oleh pendahulu setiap individu organisme untuk menghasilkan suatu generasi selanjutnya (Koes Irianto, 2015:7).

a. Sistem Reproduksi Pria 1) Organ Reproduksi Pria

Organ reproduksi pria meliputi organ reproduksi internal dan organ reproduksi eksternal.

a) Organ Reproduksi Internal

Organ reproduksi internal terdiri atas: 1) Testis

Testis merupakan gonade jantan berbentuk oval terletak dalam skrotum atau kantung pelir yang merupakan lipatan dinding tubuh. Testis mengandung lipatan saluran-saluran tubulus seminiferus (saluran tempat pembentukan sperma) dan sel-sel Leydig (sel penghasil hormon testosteron) yang tersebar diantara tubulus seminiferus (Koes Irianto, 2015:24). Pria memiliki sepasang testis yang berbentuk oval berada di kiri dan kanan untuk memproduksi sperma (spermatozoa) dan memproduksi hormon yang mengendalikan sifat-sifat sekunder kejantanan (W. F. Eddyman, 2013: 14).

(10)

17

Gambar 1. Organ reproduksi pria tampak depan (Sumber : Campbell Jilid 9,2011)

2) Saluran Pengeluaran

Saluran pengeluaran pada organ reproduksi pria (internal) terdiri atas : a) Epididimis

Saluran ini berjumlah satu pasang dan merupakan saluran yang keluar dari testis, berkelok-kelok diluar permukaan testis. Saluran epididimis berfungsi sebagai tempat pematangan sperma. Selama perjalanan ini, sperma menjadi motil dan mendapatkan kemampuan untuk membuahi (Koes Irianto, 2015:25).

(11)

18 b) Vas Deferens

Vas deferens merupakan sambungan dari epididimis. Saluran ini berjumlah satu pasang. Saluran ini tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat didalam kelenjar prostat. Fungsi saluran vas deferens adalah sebagai saluran jalannya sperma dari epididimis menuju vasikula seminalis (Koes Irianto, 2015: 25).

c) Saluran Ejakulasi

Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran ini berjumlah satu pasang. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra (Koes Irianto, 2015: 25).

d) Uretra

Uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubu. Uretra berjumlah satu pasang. Uretra berfungsi sebagai saluran keluar urine dan saluran keluar air mani (Koes Irianto, 2015:26).

3) Kelenjar Kelamin Laki-laki

Saluran kelamin laki-laki dilengkapi dengan tiga kelenjar yang dapat mengeluarkan getah dan semen. Kelenjar-kelenjar ini antara lain:

a) Vesikula Seminalis

Vesikula seminalis terletak di belakang kantung kemih atau disebut juga kantong semen. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma. Vesikula seminalis menghasilkan 60% dari volume total semen. Cairan dari vesikula seminalis berwarna jernih, kental, mengandung lendir, asam amino, dan fruktosa. Cairan ini berfungsi memberi makan sperma. Selain

(12)

19

itu, vesikula seminalis juga mengekresikan prostaglandin yang berfungsi membuat otot uterin berkontraksi untuk mendorong sperma mencapai uterus.

b) Kelenjar Prostat

Kelenjar prostat terletak di bawah kantung kemih dan merupakan pertemuan antara uretra dengan vas deferens. Kelenjar prostat berjumlah satu buah dan berfungsi mengsekresikan getahnya secara langsung ke dalam uretra berupa cairan encer berwarna putih seperti susu mengandung enzim antikoagulan dan asam sitrat atau nutrisi bagi sperma (Koes Irianto, 2015:26).

c) Kelenjar Cowper atau Kelenjar Bulbourethra

Kelenjar ini kecil, berjumlah satu pasang, dan terletak di bawah kelenjar prostat. Melalui saluran mensekresikan getahnya ke dalam uretra berupa mucus (lendir) jernih bersifat basa yang dapat menetralisir urine asam yang tertinggal di sepanjang uretra (Koes Irianto, 2015: 26).

b. Organ Reproduksi Eksternal

Organ reproduksi eksternal terdiri atas: 1) Penis

Penis tersusun atas tiga silinder jaringan erektil mirip spons berasal dari vena dan kapiler yang mengalami modifikasi. Dua terletak di atas disebut korpus kavernosa, satu buah terletak di bawah dan membungkus uretra disebut korpus spongiosum. Batang utama penis dilapisi kulit yang relatif lebih tebal. Kepala penis (glands penis) ditutup oleh lipatan kulit yang jauh lebih tipis dan disebut preputium (prepuce), kulit inilah yang dihilangkan pada saat dikhitan. Penis berjumlah satu buah dan berfungsi sebagai alat kopulasi bila dalam keadaan ereksi (Koes Irianto, 2015: 26).

(13)

20 2) Skrotum

Skrotum merupakan kantung yang didalamnya berisi testis. Skrotum berjumlah satu pasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Diantara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos menyebabkan skrotum dapat mengendur dan berkerut (Koes Irianto, 2015: 27).

Gambar 2. Struktur alat reproduksi pria (Sumber: Campbell Jilid 9, 2011)

2. Spermatogenesis

Spermatogenesis merupakan proses pembentukan dan pematangan spermatozoa (sel benih pria). Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium

(14)

21

menjadi sel yang lebih besar disebut spermatosit primer. Sel-sel ini membelah secara mitosis menjadi dua spermatosit sekunder yang sama besar. Spermatid adalah sebuah sel bundar dengan sejumlah besar protoplasma dan merupakan gamet dewasa dengan sejumlah kromosom haploid. Proses ini berlangsung dalam testis (buah zakar) dan lamanya sekitar 72 hari. Proses spermatogenesis sangat bergantung pada mekanise hormonal tubuh (Koes Irianto, 2015: 27).

Spermatozoa (sperma) yang normal memiliki kepala dan eor, dimana kepala mengandung materi genetik DNA, dan ekor yang merupakan alat pergerakan sperma. Sperma yang matang memiliki kepala dengan bentuk lonjong dan datar serta memiliki ekor bergelombang yang berguna mendorong sperma memasuki air mani. Kepala sperma mengandung inti yang memiliki kromosom dan juga memiliki struktur yang disebut skrosom. Akrosom mampu menembus lapisan jelly yang mengelilingi telur dan membuahinya bila perlu. Sperma diproduksi oleh organ yang bernama testis dalam kantung zakar. Hal ini menyebabkan testis terasa lebih dingin dibandingkan anggota tubuh lainnya. Pembentukan sperma berjalan lambat pada suhu norma, tapi terus menerus terjadi pada suhu yang lebih rendah dalam kantung zakar (Koes Irianto, 2015: 28).

Pada tubulus seminiferus testis terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium. Selain itu juga terdapat sel Sertoli yang berfungsi memberi makan spermatozoa juga sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus. Sel Leydig berfungsi menghasilkan testosterone (Koes Irianto, 2015: 28).

(15)

22

Spermatogonium berkembang menjadi sel spermatosit primer. Sel spermatosit primer bermiosis menghasilkan spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder membelah lagi menghasilkan spermatid. Spermatid berdeferensasi menjadi spermatozoa masak. Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP (Androgen Binding Protein) testosterone tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberiumpan balik kepada hiposis agar menghentikan sekresi FSH dan LH. Kemudian spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar Cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300-400juta sel spermatozoa. Pada laki-laki, spermatogenesis terjadi seumur hidup dan pelepasan spermatozoa dapat terjadi setiap saat (Koes Irianto, 2015: 28).

Pada akhir proses, terjadi pertumbuhan dan perkembangan atau diferensasi yang rumit, tetapi bukan pembelahan sel, yaitu mengubah spermatid menjadi sperma yang fungsional. Nucleus mengecil dan menjadi kepala sperma, sedangkan sebagian besar sitoplasma dibuang. Sperma ini mengandung enzim yang memegang peranan dalam menembus membrane sel telur (Koes Irianto, 2015: 29).

(16)

23 Gambar 3. Proses spermatogenesis (Sumber: Campbell Jilid 9, 2011)

Spermatogenesis terjadi secara diklik di semua bagian tubulus seminiferus. Di setiap satu bagian tubulus, berbagai tahapan tersebut berlangsung secara berurutan. Pada bagian tubulus yang berdekatan, sel cenderung berada dalam satu tahapan lebih maju atau lebih dini. Pada manusia, perkembangan spermatogonium menjadi sperma matang membutuhkan waktu 16 hari. Spermatogenesis dipengaruhi oleh hormon gonadotropin, Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing hormone (LH), dan hormon testosterone (Koes Irianto, 2015: 30).

(17)

24

Hal yang mengagumkan darikerja tubulus seminiferus adalah mampu memproduksi sperma setiap hari sekitar 100 juta spermatozoa. Jumlah yang normal spermatozoa berkisar antara 35-200 juta, tetapi mungkin pada seseorang hanya memproduksi kurang dari 20 juta, maka orang tersebut dapat dikatakan kurang subur. Biasanya faktor usia sangat berpengaruh terhadap produksi sperma. Seorang laki-laki yang berusia lebih dari 55 tahun produksi spermanya berangsur-angsur menurun. Pada usia di atas 90 tahun, seseorang akan kehilangan tingkat kesuburan. Selain usia, faktor lain yang mengurangi kesuburan adalah frekuensi melakukan hubungan kelamin. Seseorang yang sering melakukan hubungan kelamin akan berkurang kesuburannya. Hal ini disebabkan karena sperma belum sempat dewasa sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Berkebalikan dengan hal itu, apabila sperma tidak pernah dikeluarkan maka spermatozoa yang telah tua akan mati lalu diserap oleh tubuh (Koes Irianto, 2015: 36).

3. Hormon Reproduksi pada Pria

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon. Hormon-hormon tersebut adalah sebagai berikut (W.F. Eddyman, 2013: 21) :

a. Testosteron

Testosteron adalah hormon yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan seks sekunder pria seperti pertumbuhan rambut di wajah (kumis dan jenggot), pertambahan masa otot, dan perubahan suara. Hormon ini diproduksi di testis, yaitu di sel Leydig. Produksinya dipengaruhi oleh FSH (Follicle Stimulating Hormone), yang dihasilkan oleh hipofisis. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel

(18)

25

germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder. Hormon ini berfungsi merangsang perkembangan organ seks primer pada saat embrio, mempengaruhi perkembangan alat reproduksi dan ciri kelamin sekunder serta mendorong spermatogenesis.

b. Luteinizing Hormone (LH)

Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. Fungsi LH adalah merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. Pada pria, awal pubertas antara usia 13 sampai 15 tahun terjadi peningkatan tinggi dan berat badan yang relative cepat bersamaan dengan pertambahan lingkar bahu dan pertambahan panjang penis dan testis. Rambut pubis dan kumis serta jenggot mulai tumbuh. Pada masa ini, pria akan mengalami mimpi basah.

c. Follicle Stimulating Hormone (FSH)

Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. FSH berfungsi untuk merangsang sel Sertoli menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di daam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.

d. Estrogen

Estrogen dibentuk oleh sel-sel Sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel Sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testosteron dan

(19)

26

estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.

e. Hormon Pertumbuhan

Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur metabolism testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis. f. Hormon Gonadotropin

Hormon gonadotropin dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon ini berfungsi untuk merangsang kelenjar hipofisa bagian depan (anterior) agar mengeluarkan hormone FSH dan LH.

b. Sistem Reproduksi Wanita 1. Organ Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita meliputi organ reproduksi internal dan organ reproduksi eksternal.

a. Organ Reproduksi Internal

Organ reproduksi internal terdiri atas : 1) Ovarium

Ovarium berjumlah sepasang dan terletak dirongga perut, yaitu di daerah pinggang kiri dan kanan. Ovarium diselubungi oleh kapsul pelindung dan mengandung beberapa folikel. Tiap folikel mengandung satu sel telur yang diselubungi oleh satu atau lebih lapisan sel-sel folikel. Folikel adalah struktur seperti bulatan-bulatan yang mengelilingi oosit dan berfungsi menyediakan makanan dan melindungi perkembangan sel telur (Koes Irianto, 2015: 13).

(20)

27 2) Saluran Reproduksi

a) Oviduk (tuba falopi)

Oviduk berjumlah sepasang. Saluran oviduk menghubungkan ovarium dengan rahim (uterus). Ujung oviduk berbentuk corong berjumbai-jumbai (fimbriae). Fibriae berfungsi menangkap ovum. Setelah ovum ditangkap oleh fibriae, kemudian diangkat oleh bagian oviduk yang menyempit dengan gerak peristaltic dinding tuba menuju ke rahim (Koes Irianto, 2015: 14).

b) Uterus (rahim)

Pada manusia, rahim hanya satu ruang dan berotot serta tebal. Pada wanita yang belum pernah melahirkan, ukuran rahim biasanya panjangnya 7 cm dan lebarnya 4-5 cm. rahim bawah mengecil dan dinamakan leher rahim (serviks uteri) sedangkan bagian yang besar disebut badan rahim (korpus uteri). Rahim tersusun atas tiga lapisan, yaitu oerimetrium, myometrium, dan endometrium (Koes Irianto, 2015: 14). c) Vagina

Vagina adalah sebuah tabung berlapiskan otot yang membujur ke arah belakang dan atas. Dinding vagina lebih tipis dari pada rahim dan banyak memiliki lipatan. Hal ini untuk mempermudah jalan kelahiran bayi. Vagina juga memiliki lendir yang dihasilkan oleh dinding vagina dan kelenjar Bartholin (Koes Irianto, 2015: 14). b. Organ Reproduksi Eksternal

Organ reproduksi eksternal meliputi : 1) Mons veneris

Mons veneris merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak pada bagian paling atas pada vulva (Koes Irianto, 2015: 14).

(21)

28 2) Klitoris

Klitoris berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap rangsangan karena banyak mengandung saraf (Koes Irianto, 2015: 14). 3) Labium mayora

Labium mayora merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan ditumbuhi rambut (Koes Irianto, 2015: 14).

4) Labium minora

Labium minora merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium mayora, banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Labium minora menyatu di bagian atas membentuk klitoris. Labium minora mengelilingi vestibulum, suatu tempat dimana terdapat lubang uretra di bagian atas dan lubang vagina di bagian bawah (Koes Irianto, 2015: 14).

(22)

29 (b)

Gambar 4. Organ reproduksi wanita tampak dari (a) depan dan (b) samping (Sumber : Campbell Jilid 9, 2011)

2. Oogenesis

Proses pembentukan sel telur disebut oogenesis. Proses ini berlangsung di dalam ovarium (indung telur). Sel telur berasal dari sel induk telur yang disebut oogonium. Dalam oogonium, terkandung kromosom sebanyak 23 pasang. Sel-sel oogonium ini bersifat diploid. Di dalam ovarium ini, sel-sel oogonium membelah secara mitosis. Sel-sel oogonium (oosit primer) terbentuk sejak bayi lahir. Saat pubertas, oosit primer melakukan pembelahan meiosis menghasilkan oosit sekunder dan badan polar pertama (polosit primer). Proses initerjadi dibawah pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone)

Oosit sekunder dikelilingi oleh folikel. Oosit yang terus berkembang, lama-kelamaan akan dipisahkan dari folikel-folikel disekelilingnya oleh zona pelusida. Dibawah pengaruh FSH, folikel-folikel ini membelah berkali-kali dan membentuk

(23)

30

folikel de graaf (folikel yang telah masak). Kemudian sel-sel folikel ini memproduksi estrogen yang merangsang hipofisis untuk mensekresikan LH (Luteinixing Hormone). LH berfungsi mendorong terjadinya ovulasi. Kemudian oosit sekunder akan mengalami pembelahan lagi secara mitosis membentuk ootid dan badan kutub II. Selanjutnya ootid inilah yang akan berkembang menjadi ovum. Ovum yang dihasilkan dari proses ini hanya berjumlah satu (Koes Irianto, 2015: 14).

Gambar 5. Proses pembentukan sel telur (Sumber: Campbell Jilid 9, 2011)

(24)

31

3. Kontrol Hormon pada Sistem Reproduksi Wanita

Berjalannya sistem reproduksi wanita tidak terjadi dengan sendirinya, namun dipengaruhi oleh beberapa hormon. Hipotalamus akan menyekresikan hormon gonadotropin. Hormon gonadotropin merangsang kelenjar pituitari untuk menghasilkan hormon FSH. Hormon FSH merangsang pertumbuhan dan pematangan folikel di dalam ovarium (W.F. Eddyman, 2013: 21).

Gambar 6. Kontrol hormon pada reproduksi wanita (Sumber : Rochmah, 2009)

Pematangan folikel ini merangsang kelenjar ovarium mensekresikan hormon estrogen. Hormon estrogen berfungsi membantu pembentukan kelamin sekunder seperti tumbuhnya payudara, panggul membesar, dan ciri lainnya. Selain itu, estrogen juga membantu pertumbuhan lapisan endometrium pada dinding ovarium.

(25)

32

Pertumbuhan endometrium memberikan tanda pada kelenjar pituitary agar menghentikan sekresi hormon FSH dan berganti dengan sekresi hormon LH.

Oleh stimulasi hormone LH, folikel yang sudah matang pecah menjadi korpus luteum. Saat seperti ini, ovum akan keluar dari folikel dan ovarium menuju uterus (terjadi ovulasi). Korpus luteum yang terbentuk segera menyekresikan hormon progesterone progesteron berfungsi menjaga pertumbuhan endometrium seperti pembesaran pembuluh darah dan pertumbuhan kelenjar endometrium yang menyekresikan cairan bernutrisi.

Apabila ovum pada uterus tidak dibuahi, hormon estrogen akan berhenti. Berikutnya, sekresi hormon LH oleh kelenjar pituitari juga berhenti. Akibatnya, korpus luteum tidak bisa melangsungkan sekresi hormone progesterone. Oleh karena hormon progesterone tidak ada, dinding rahim sedikit demi sedikit meluruh bersama darah. Darah ini keluar dari tubuh dan kita biasa menamakannya dengan siklus menstruasi. (W.F.Eddyman, 2013: 22).

4. Menstruasi

Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi baik FSH-Estrogen atau LH-Progesteron. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasa terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause. Menstruasi dapat diartikan sebagai luruhnya ovum yang tidak dibuahi beserta lapisan dinding uterus yang terjadi secara periodik. Darah menstruasi sering disertai dengan

(26)

33

jaringan-jaringan kecil yang bukan darah. Siklus menstruasi pada wanita terdiri atas 3 fase, yaitu:

a. Fase Proliferasi

Fase ini dikendalikan oleh hormon estrogen maka disebut juga “fase estrogenic”. Fase ini dimulai pada hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus. Setiap bulan setelah haid, hipfisis anterior akan mensekresikan FSH (Follicle Stimulating Hormon). Hormon ini berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan pematangan ovum dan folikel graaf. Selama pertumbuhan folikel menjadi folikel graaf terjadi proses pembentukan dan pengeluaran hormon estrogen. Estrogen berfungsi untuk membangun endometrium sehingga endometrium rahim menebal hingga 5-7 cm. selain itu, estrogen juga mempengaruhi kelenjar serviks untuk menghasilkan cairan encer (Koes Irianto, 2015: 15).

b. Fase Sekresi (fase progesterone)

Fase ini terjadi pada hari ke-14 sampai hari ke-28 dari siklus. Folikel graaf yang pecah pada saat ovulasi berubah menjadi korpus rubrum yang mengandung banyak darah. Adanya LH menyebabkan korpus rubrum berubah menjadi korpus luteum (badan kuning). Korpus luteum mensekresikan hormon progesteron. Selama fase sekresi, endometrium terus menebal. Arteri-arteri membesar dan kelenjar endometrium tumbuh. Pertumbuhan pada endometrium dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron yang disekresikan oleh korpus luteum akan berdegenerasi sehingga progesterone dan estrogen menurun bahkan sampai hilang (Koes Irianto, 2015: 15).

(27)

34 c. Fase Menstruasi

Fase ini berlangsung selama 4-6 hari dalam satu siklus. Karena hormon progesteron dan estrogen berhenti dikeluarkan, maka endometrium mengalami degenerasi. Darah mucus, san sel-sel epitel dikeluarkan sebagai darah haid dari rongga uterus ke vagina. Dengan menurun dan hilangnya progesterone dan estrogen, FSH aktif diproduksi lagi, dan siklus simulai kembali (Koes Irianto, 2015:16).

(28)

35

Gambar 7. Siklus menstruasi (Sumber : Campbell Jilid 9, 2011) 5. Fertilisasi dan Kehamilan

a. Fertilisasi

Fertilisasi (pembuahan) adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita, terjadi di ampulla tuba fallopi. Bagian ini adalah bagian terluas dari saluran telur dan terletak dekat dengan ovarium. Spermatozoa dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi wanita selama kira-kira 24 jam. Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dalam saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu diingat bahwa pada saat sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu membuahi oosit. Mereka harus mengalami kapasitasi dan reaksi akrosom. Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita, yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Sela waktu itu, suatu selubung glikoprotein dari protein-protein plasma semen dibuang dari selaput palsma, yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang mengalami kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi akrosom. Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pellusida dan diinduksi oleh protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa tripsi (W. F. Eddyman, 2013: 42).

(29)

36 Gambar 8. Proses fertilisasi (Sumber : Campbell jilid 9, 2011)

Pada fertilisasi mencakup 3 fase, yaitu: 1) Penembusan korona radiata.

Dari 200-300 juta spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita, hanya 300-500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk pembuahan dan sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan membuahi untuk menembus sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sperma yang mengalami kapasitas dengan bebas menembus sel korona.

(30)

37 2) Penembusan zona pelusida.

Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga akan bertemu dengan membrane plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim ini menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat penetrasi sperma dan membuat tidak aktif tempat-tempat reseptor bagi spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang menembus oosit W. F. Eddyman, 2013: 43).

3) Fusi oosit dan membrane sel sperma.

Segera setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma sel tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang membungkus kepala akrosom telah hilang pada saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma. Sementara itu, spermatozoa bergerak maju terus hingga dekat sekali dengan pronukleus wanita. Intinya membengkak dan membentuk pronukleus pria sedangkan ekornya terlepas dan berdegenerasi. Secara morfologis, pronukleus wanita dan pria tidak dapat dibedakan dan sesudah itu mereka saling rapat erat dan kehilangan selaput inti mereka. Selama masa pertumbuhan, baik pronukleus wanita maupu pria

(31)

38

(keduanya haploid) harus menggandakan DNA-nya. Jika tidak, masing-masing sel dalam zigot tahap 2 sel tersebut akan mempunyai DNA separuh dari jumlah DNA normal. Segera sesudah sintesis DNA, kromosom tersusun dalam gelendong untuk mempersiapkan embelahan mitosis yang normal 23 kromosom ibu dan 23 kromosom ayah membelah memanjang pada sentromer, dan kromatid-kromatid yang berpasangan tersebut saling bergerak kearah kutub yang berlawanan, sehingga menyiapkan sel zigot yang masing-masing mempunyai jumlah kromosom dan DNA yang normal. Sementara kromatid-kromatid berpasangan bergerak kearah kutub yang berlawanan, munculah satu alur yang dalam pada permukaan sel, berangsur-angsur membagi stoplasma menjadi 2 bagian (W. F. Eddyman, 2013: 43).

Hasil utama pembuahan yaitu:

a) Pengembalian menjadi jumlah koromosom diploid lagi, separuh dari ayah dan separuhnya dari ibu. Oleh karena itu, zigot mengandung kombinasi kromosom baru yang berbeda dari kedua orang tauanya.

b) Penentuan jenis kelamin individu baru. Spermatozoa pembawa X akan menghasilkan satu mudigah wanita (XX), dan spermatozoa pembawa Y menghasilkan satu mudigah pria (XY). Oleh karena itu, jenis kelamin kromosom mudigah tersebut ditentukan pada saat pembuahan.

c) Dimulainya pembelahan. Tanpa pembuahan, oosit biasanya akan berdegenerasi 24 jam setelah ovulasi.

(32)

39

Gambar 9. Proses ovulasi, fertilisasi, hingga implintasi embrio (Sumber : Campbell Jilid 9, 2011)

Selama berhubungan seksual jumlah semen yang diejakulasikan rata-rata adalah 3,5 ml dan tiap 1 ml semen megandung 120 juta spermatozoon. Jumlah ini diperlukan mengingat tingkat kematian spermatozoon sangat tinggi. Hanya sekitar 100 spermatozoon yang mampu bertahan hidup untuk mendekati ovum di tuba fallofi. Sekitar 20% spermatozoon akan kehilangan kemampuan membuahi ovum ada juga yang mati karena keasaman vagina dan ada juga yang tidak dapat menjangkau leher rahim. Jadi hanya beberapa sperma saja yang memiliki kualitas baik yang mampu menembus ovum. Ovum tidak hanya dilapisi oleh membran plasma tetapi oleh

(33)

40

lapisan-lapisan lain, sehingga sperma memerlukan waktu yang lama agar dapat menembus masuk ke dalam ovum (W. F. Eddyman, 2013: 45).

b. Gestasi / Kehamilan

Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus. Dalam perjalanannya ke uterus, zigot membelah secara mitosis berkali-kali. Hasil pembelahan tersebut berupa sekelompok sel-sel yang sama besarnya dengan bentuk seperti buah arbei yang disebut tahap morula (W. F. Eddyman, 2013: 45).

Morula akan terus membelah sampai terbentuk blastosit. Tahap ini disebut blastula dengan rongga di dalamnya yang disebut blastocoel atau blastosol. Blastosit terdiri dari sel-sel bagian luar dan sel-sel bagian dalam (W. F. Eddyman, 2013: 45). 1) Sel-sel bagian luar blastosit

Sel-sel bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan membantu implantasi blastosit pada uterus. Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-tonjolan ke arah endometrium yang berfungsi sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga mensekresikan enzim proteolitik yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan sel-sel endometrium. Cairan dan nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor secara aktif oleh sel-sel trofoblas agar zigot berkembang lebih lanjut. Kemudian, trofoblas beserta sel-sel lain di bawahnya akan membelah (berproliferasi) dengan cepat membentuk plasenta dan berbagai membran kehamilan (W. F. Eddyman, 2013: 46).

Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk membantu proses transportasi, respirasi, ekskresi, dan fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio hidup dalam uterus. Selain itu, adanya lapisan-lapisan membran melindungi embrio

(34)

41

terhadap tekanan mekanis dari luar, termasuk kekeringan. Macam-macam membran kehamilan adalah sebagai berikut:

a) Siklus Vitelinus

Siklus vitelinus atau kantung telur adalah membran berbentuk kantung yang pertama kali dibentuk dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam pada blastosit). Sakus vitelinus merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh darah pertama embrio. Sakus vitelinus berinteraksi dengan trofoblas membentuk korion (W. F. Eddyman, 2013: 55).

2) Sel-sel bagian dalam blastosit

Sel-sel bagian dalam blastosit akan berkembang menjadi bakal embrio atau embrioblas. Pada embrioblas terdapat lapisan jaringan dasar yang terdiri dari lapisan luar (ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm) . Selanjutnya, ketiga lapisan tersebut akan berkembang menjadi berbagai organ (organogenesis) pada minggu keempat sampai kedelapan (W. F. Eddyman, 2013: 56).

(35)

42

Gambar 10. Selaput pembungkus janin dan struktur plasenta (Sumber : Campbell Jilid 9, 2011)

Kehamilan terjadi apabila implantasi blastosit dapat dilakukan dengan sukses. Proses kehamilan pada manusia berlangsung kira-kira 266 hari atau 38 bulan. Awalnya, blastosit terbagi menjadi tiga bagian, antara lain tropoblas (sel-sel terluar), embrioblas (sel-sel bagian dalam), dan blastocoel (rongga yang berisi cairan). Tropoblas merupakan sel-sel terluar dari blastosit yang mengeluarkan enzim proteolitik sehingga mampu terjadi implantasi pada endometrium. Sementara, embrioblas merupakan sel-sel bagian dalam blastosit yang terdapat bintik benih sebagai hasil pembelahan selnya. Antara tropoblas dan bintik benih dipisahkan oleh bagian berisi cairan yang disebut selom (W. F. Eddyman, 2013: 57).

(36)

43

Sewaktu berada di dalam rahim, embrio ini juga selalu membelah dan mengalami perkembangan untuk membentuk janin (fetus).Tahap blastulasi terjadi pada minggu pertama setelah fertilisasi. Pada saat ini embrio masih sangat kecil. Walaupun dalam kurun waktu itu ia telah terdiri atas ratusan sel-sel kecil yang berkumpul membentuk bola kecil yang berukuran hampir sama dengan kepala jarum pentul. Pada proses pembentukan blastula, sel-sel membelah dengan cepat dan terjadi migrasi sel di dalam embrio, yang membentuk dua bagian utama, yaitu embrio yang nantinya berkembang menjadi janin dan membran ekstra embrio yang nantinya membentuk plasenta, amnion, dan tali pusar. Ketiga bagian ini berfungsi untuk menunjang kehidupan janin, antara lain:

1. Untuk memberikan nutrisi 2. Pertukaran gas, dan 3. Menahan goncangan

Plasenta juga dapat menghasilkan hormon-hormon tertentu, antara lain mengatur hormon kelenjar dan relaksin yang berfungsi untuk fleksibilitas simfibis pubis dan organ-organ lain di daerah tersebut sehingga mempermudah kelahiran. Setelah itu, dilanjutkan dengan proses gastrulasi yang terjadi pada minggu ke-3. Pada proses gastrulasi, jaringan sudah membentuk 3 lapisan, yaitu lapisan ektodermis, mesodermis, dan endodermis (W. F. Eddyman, 2013: 57).

Ketiga lapisan jaringan tersebut akan mengalami diferensiasi dan spesialisasi membentuk organ dan sistem organ.

(37)

44

1. Lapisan ekstroderm akan membentuk organ-organ seperti saraf, hidung, mata, kelenjar kulit dan berkembang menjadi jaringan epidermis.

2. Lapisan mesoderm akan berkembang membentuk organ ginjal, limpa, kelenjar kelamin, jantung, pembuluh darah, getah bening, tulang, dan otot.

3. Lapisan endoderm akan membentuk organ hati, pankreas, saluran pencernaan, saluran pernapasan, kelenjar gondok, dan anak gondok.

Fase itu disebut fase organogenesis. Fase ini terjadi pada minggu ke-4 s.d. minggu ke-8. Pada saat janin berusia 14 minggu, organ sudah terbentuk lengkap. Janin terus mengalami pertumbuhan dan penyempurnaan pada bagian-bagian organ tubuhnya, hingga usia 9 bulan 10 hari sebagai usia yang normal bagi bayi untuk dilahirkan. Kadar hormon estrogen pada seorang wanita yang hamil sedikit. Hormon estrogen ini akan membantu kontraksi uterus. Selain itu, dihasilkan pula hormon oksitosin yang fungsinya sama seperti estrogen (W. F. Eddyman, 2013: 57).

(38)

45

Gambar 11. Proses perkembangan bayi dari masa 5 minggu hingga 20 minggu. (Sumber : Campbell Jilid 9, 2011)

6. Persalinan

Persalinan merupakan proses kelahiran bayi. Setelah embrio tumbuh dan berkembang menjadi bayi yang sempurna, proses dilanjutkan dengan persalinan. Pada persalinan, uterus secara perlahan menjadi lebih peka sampai akhirnya berkontraksi secara berkala hingga bayi dilahirkan. Penyebab peningkatan kepekaan dan aktivitas uterus sehingga terjadi kontraksi dipengaruhi faktor hormonal dan faktor-faktor mekanis (W. F. Eddyman, 2013: 93).

Persalinan atau kelahiran terjadi akibat serangkaian kontraksi uterus yang kuat dan berirama. Prosesnya terjadi dalam tiga tahap, yaitu:

(39)

46

a. Tahap pertama, dimulai dengan pembukaan dan pemipihan serviks (leher lahim), kemudian dilanjutkan dengan dilatasi sempurna.

Gambar 12. Tahap dilatasi cervix (Sumber : Campbell Jilid 9, 2011)

b. Tahap kedua, yakni ekspulsi atau pengeluaran bayi. Adanya kontraksi yang kuat dan terus menerus mengakibatkan bayi mulai turun dari uterus menuju vagina.

Gambar 13. Tahap expulsi (Sumber: Campbell Jilid 9, 2011)

(40)

47

c. Tahapan terakhir adalah keluarnya bayi yang berplasenta. Plasenta bayi ini akan dipotong dan dijepit sehingga menjadi pusar.

Gambar 14. Tahap terakhir keluarnya plasenta (Sumber : Campbell Jilid 9, 2011)

Ada beberapa hormon yang berperan pada proses kelahiran bayi. Hormon tersebut meliputi hormon relaksin, estrogen, prostaglandin, dan oksitosin. Hormon relaksin diproduksi oleh korpus luteum dan plasenta. Fungsi hormon ini adalah melunakkan serviks dan melonggarkan tulang panggul saat terjadi kelahiran. Hormon estrogen dihasilkan oleh plasenta dengan fungsi menurunkan jumlah hormon progesteron sehingga kontraksi dinding rahim bisa berlangsung. Hormon prostaglandin dihasilkan oleh membran ekstraembrionik dengan fungsi meningkatkan kontraksi dinding rahim. Sedangkan hormon oksitosin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis ibu dan janin. Fungsinya juga meningkatkan kontraksi dinding rahim (W. F. Eddyman, 2013: 95).

(41)

48 7. Air Susu Ibu/ASI

Air susu ibu dihasilkan oleh kelenjar susu pada payudara seorang wanita yang dapat memproduksi, biasanya dihasilkan setelah kehamilan tua atau setelah melahirkan (W. F. Eddyman, 2013: 120).

a. Struktur dan Fisiologi Payudara

Semua mamalia memiliki kelenjar mammae. Payudara manusia berbentuk kerucut, dan memanjang dari iga kedua atau ketiga sampai iga keenam atau ketujuh. Payudara mempunyai jaringan kelenjar, duktus, jaringan buluh limfe. Jaringan kelenjarnya terdiri atas 15-25 lobus, masing-masing bermuara ke dalam duktus ekskretorius tersendiri yang berakhir di puting susu. Tiap duktus melebar ketika memasuki basis puting susu untuk membentuk sinus susu. Sinus ini berfungsi sebagai reservoir susu selama masa menyusui. Tiap lobus dibagi lagi menjadi 50-75 lobulus yang bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus ekskretorius lobus itu (W. F. Eddyman, 2013: 120).

Puting susu dan areola mengandung otot polos yang berfungsi menyempitkan areola dan menekan puting susu. Kontraksi otot polos membuat puting susu tegak dan keras, dengan demikian akan mempermudah pengosongan sinus susu.

Kulit puting susu dan areola berpigmen banyak dan tidak berambut, tetapi kadang-kadang ditemui pada areola mengandung folikel rambut. Perubahan fisiologis pada payudara disebabkan oleh faktor-faktor berikut: (W. F. Eddyman, 2013: 123).

(42)

49 1. Pertumbuhan dan proses penuaan. 2. Daur haid.

3. Kehamilan

Pada masa kehamilan, payudara wanita menjadi lebih penuh dan keras. Areola lebih gelap dan puting susu menegak ketika membesar. Ketika memasuki trisemester ketiga akan timbul sekresi kekuning-kuningan yang disebut kolostrum. Setelah lahirnya anak, jika ibu tersebut menyusui dalam 24 jam, sekresi kolostrum berhenti dan mulai timbul sekresi air susu ibu (ASI). Selama menyusui, payudara membesar (W. F. Eddyman, 2013: 124).

b. Manfaat Air Susu Ibu (ASI)

Air susu ibu (ASI) mempunyai peranan yang penting bagi seorang bayi, yaitu untuk menjaga kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Ketika seorang bayi berusia di bawah 4 bulan, mereka belum diberikan makanan tambahan, karena pencernaannya masih halus sekali sehingga bayi hanya memerlukan makanan khusus yang berbentuk cair, yaitu susu (W. F. Eddyman, 2013: 130).

ASI mengandung zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan sangat sesuai dengan pencernaan bayi. Keutamaan ASI lainnya adalah bebas bakteri dan dapat memberikan kekebalan pasif pada bayi, serta dapat mengurangi resiko bayi terkena infeksi (W. F. Eddyman, 2013: 130).

Pemberian ASI saja pada bayi yang berumur di bawah 4 tahun ini disebut pem-berian ASI eksklusif. Ini merupakan salah satu cara untuk mencapai sasaran

(43)

kesejah-50

teraan ibu dan anak. Tetapi dalam prakteknya ternyata di Indonesia pada saat ini perilaku pemberian ASI eksklusif belum seperti yang diharapkan, padahal pemerintah sudah mencanangkan program pemberian ASI eksklusif sejak tahun 1990. Faktor-faktor yang menyebabkan seorang ibu kurang bisa memberikan ASI terhadap bayinya, antara lain karena kesibukan kerja, hilangnya kepercayaan diri, kurangnya penerangan, dan sosialisasi (W. F. Eddyman, 2013: 130).

c. Kebaikan ASI sebagai Makanan Bayi

ASI mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI mengandung kadar laktosa tinggi. Laktosa dalam usus akan mengalami peragian hingga membentuk asam laktat. Asam laktat dalam susu bayi bermanfaat untuk : (W. F. Eddyman, 2013: 131).

1. Menghambat pertumbuhan bakteri yang pathogen

2. Menghambat pertumuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan berbagai asam organik dan mensintesis beberapa jenis vitamin dalam usus.

3. Memudahkan terjadinya pengendapan calsium caseinate (protein susu)

4. Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral, seperti kalsium, fosfor, dan

magnesium.

5. ASI tidak mengandung bibit penyakit, justru mengandung zat penolak untuk

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi. Zat kekebalan yang terdapat dalam ASI antara lain laktoferin, dan antibodi yang dapat melindungi anak dari bakteri, virus, dan jamur.

(44)

51

6. ASI lebih aman terhadap kontaminasi, karena ASI diberikan langsung, maka

kemungkinan tercemar zat yang berbahaya lebih kecil.

7. Resiko alergi pada bayi sangat kecil.

8. Temperatur ASI sesuai dengan temperatur tubuh bayi .

9. Pemberian ASI dapat mempererat hubungan kasih sayang antara ibu dan

bayinya.

10. Bayi yang menyusu pada ibunya, memiliki pertumbuhan geraham lebih baik. 11. Bentuk payudara ibu memungkinkan bayi menyusu tanpa tersedak.

ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga atau keempat setelah persalinan disebut kolostrum. Setelah hari keempat sampai kira-kira minggu kelima disebut air susu peralihan. Setelah minggu kelima dan seterusnya, ASI yang diproduksi mempunyai komposisi zat gizi yang tetap.

Kolostrum berwarna lebih kuning dan lebih kental daripada ASI. Kolostrum berkhasiat membersihkan saluran pencernaan dari mukoneum (kotoran yang terdapat dalam saluran pencernaan janin). Selain itu, kolostrum juga merangsang kematangan mukosa usus sehingga saluran pencernaan siap untuk mencerna ASI.

ASI memiliki kandungan gizi lengkap, baik makronutrien seperti protein, lemak, karbohidrat, maupun mikronutrien yaitu vitamin dan mineral. Mineral yang terdapat dalam ASI sama dengan yang terkandung dalam kolostrum, hanya kadarnya lebih rendah.

(45)

52

Keuntungan lain dari pemberian ASI adalah praktis, karena dapat diberikan kapan saja, dimana saja dalam keadaan segar dengan suhu yang sesuai dengan suhu tubuh bayi, higienis, dan ekonomis (W. F. Eddyman, 2013: 131).

8. Alat-alat Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi yang berarti pembuahan. Secara sederhana kontrasepsi dapat diartikan sebagai tindakan mencegah kehamilan. Berdasarkan waktu penggunaan alat kontrasepsi dan teknik penggunaannya, kontrasepsi dibedakan atas dua metode, yaitu permanen dan non-permanen (Koes Irianto, 2015: 186).

a) Metode Kontrasepsi Permanen

Metode ini disebut juga kontrasepsi menetap, yaitu membuat kemampuan untuk hamil sulit atau tidak dapat dikembalikan. Usaha kontrasepsinya dilakukan dengan cara operasi baik pada wanita maupun pria. Pada wanita dikenal dengan MOW (metode operasi wanita) disebut juga tubektomi. Pada pria dikenal dengan MOP (metode operasi pria) disebut juga vasektomi (Koes Irianto, 2015: 156).

b) Metode Kontrasepsi Non-permanen

Metode ini disebut juga kontrasepsi tidak menetap, yaitu suatu metode kontrasepsi yang tidak menutup kemungkinan untuk dapat hamil kembali. Metode ini dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: (Koes Irianto, 2015: 156).

1. Tanpa alat/obat, yaitu dengan memperpanjang masa menyusui, pantang berkala

(46)

53

2. Dengan menggunakan alat/obat, misalnya menggunakan pil, susuk, kondom,

suntikan, diafragma, tablet busa, dan AKDR/IUD (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim/Intra Urine/De-vice).

Selain alat kontrasepsi diatas, berikut alat-alat yang dipergunakan untuk mengatur kelahiran dan cara kerjanya :

Tabel 1. Macam-macam Kontrasepsi

Alat KB Mekanisme Akibat

Pil Pil yang mengandung hormone

ini diminum tiap hari

Hipofisis anterior

tidak mengeluarkan

LH dan FSH Suntikan

depoprovera

Suntikan progresteron seperti

steroid dilakukan 4 kali

setahun

Hipofisis anterior

tidak mengeluarkan

LH dan FSH

Susuk KB Tabung progestin (dibuat sari

progesterone) ditanam dibawah kulit

Hipofisis anterior

tidak mengeluarkan

LH dan FSH

IUD (Spiral) Gulungan plastic dimasukan

kedalam uterus

Mencegah implantasi

Spons vagina Spons yang diberi spermisida

(pembuluh sperma) dimasukan ke vagina

Membunuh sperma

yang masuk

Diafragma Cawan plastic dimasukkan

pada vagina untuk menutup serviks

Menghalangi sperma yang masuk vagina

Karet KB Dipakai untuk menyelubungi

penis

Mencegah sperma

masuk vagina

4. Kelainan / Gangguan pada Sistem Reproduksi

Kelainan dan penyakit pada sistem reproduksi manusia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti virus ataupun bakteri. Penyakit sistem reproduksi manusia

(47)

54

bisa di sebut juga penyakit kelamin. Pada dasarnya, penyakit kelamin ditularkan melalui hubungan seksual atau hubungan intim. Penyakit pada sistem reproduksi dapat menyerang pria maupun wanita (Koes Irianto, 2015: 290).

Contoh-contoh penyakit pada sistem reproduksi beserta pengobatannya :

a. Gonore (kencing nanah)

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Tanda-tanda atau Gejala dari gonore:

Keluarnya cairan seperti nanah dari saluran kelamin, rasa panas dan sering kencing. Bakteri penyebab penyakit ini dapat menyebar ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan rasa nyeri pada persendian dan dapat mengakibatkan kemandulan.

Pengobatan gonore:

Penyakit ini dapat disembuhkan jika dilakukan pengobatan dengan penggunaan antibiotik secara cepat.

b. Herpes Genetalis

Herpes genetalis disebabkan oleh virus. Virus penyebab penyakit herpes genetalis adalah Herpes simpleks.

Tanda-tanda Gejala herpes genetalis:

Timbulnya rasa gatal atau sakit pada daerah kelamin dan adanya luka yang terbuka atau lepuhan berair.

(48)

55

Seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung. Luka akibat infeksi yang terbuka akan mudah menularkan virus ke bagian tubuh lain atau ke orang lain apabila terjadi persentuhan.

Pengobatan herpes genetalis:

Penderita herpes biasanya diobati dengan antivirus serta vitamin untuk menguatkan daya tahan tubuh. Karena itu, penderita sebaiknya beristirahat hingga luka herpes mengering dan keluhan tubuh pegal-pegal mereda. Masa istirahat selama kira-kira 2 minggu tersebut juga diperlukan untuk mencegah berulangnya penyakit.

Pencegahan herpes genetalis:

Imunisasi dengan vaksin varisela zoster serta tidak melakukan kontak dengan penderita herpes.

c. Infeksi Jamur Kandida

Kandida adalah bermacam-macam jamur yang hidup pada saluran pencernaan dan saluran kemih serta genital. Ada beberapa jenis jamur kandida, tetapijenis yang paling banyak dikenal dan juga yang paling sering menyebabkan terjadinya infeksi jamur pada manusia adalah kandida albikans. Bila infeksi terjadi pada liang vagina, gejala yang paling sering muncul adalah gatal pada daerah kemaluan terutama pada malam hari, keluarnya cairan vagina berwarna pekat seperti keju sampai dengan keruh encer.

Cara Penularan Jamur Kandida:

Selain karena persetubuhan, infeksi jamur kandida bisa menyerang apabila kondisi higinitas alat kelamin terabaikan. lnfeksi kandida juga bisa mengancam Anda

(49)

56

yang menderita penyakit diabetes, terlalu sering mengonsumsi antibiotika, serta sedang mengalami penurunan daya tahan tubuh.

Pengobatan Jamur Kandida:

Infeksi dapat diobati dengan obat anti jamur yang digunakan secara lokal. Apabila terjadi infeksi berat, dokter mungkin akan menyarankan penggunaan antibiotika.

Pencegahan Jamur Kandida:

Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi dan minum vitamin, serta memperbaiki perawatan di seputar area organ intim Anda.

d. Kutu Pubis

Serangan kutu yang hinggap pada rambut di area vagina ini bisa membuat penderitanya merasa amat tidak nyaman. Kutu dengan nama latin Phthiruspubis ini ukurannya amat kecil, tetapi masih kasat mata dan berwarna kelabu kekuningan. Kutu pubis beraksi dengan cara menancapkan kepalanya ke kulit, di mana ia mengisap darah dari pembuluh darah yang kecil. Gejala terjangkit kutu pubis adalah gatal yang tidak berkesudahan walau sudah digaruk. Pada beberapa orang, garukan yang kuat bahkan bisa menimbulkan ruam alergi yang meningkatkan risiko infeksi bakteri.

Cara penularan Kutu Pubis:

Dalam kondisi kenyang, kutu pubis dapat hidup di luar tubuh selama satu hari. Karenanya, kutu tersebut bisa berpindah ke orang lain apabila ia jatuh ke pakaian

(50)

57

dalam, selimut, ataupun handuk. Telur kutu yang melekat pada kain dapat bertahan sampai 6 hari, sehingga orang dapat tertular kutu pubis karena menggunakan pakaian, handuk atau tidur di ranjang orang lain. Kutu pubis dapat dijumpai pula di ketiak dan kulit kepala, biasanya karena terbawa dari area kemaluan melalui jari atau kuku.

Pengobatan Kutu Pubis:

Biasanya dokter akan memberikan sejenis krim yang mesti dioleskan ke area yang terjangkit dan dibilas setelah sepuluh menit. Ada pula sabun khusus yang mesti digunakan setiap kali membersihkan area vagina. Jangan lupa mencuci baju, handuk, selimut, dan lain-lain sebelum pengobatan dimulai.

Pencegahan Kutu Pubis:

Menjaga kebersihan pribadi dan pasangan, serta sedapat mungkin jangan meminjam pakaian (apalagi pakaian dalam) dan handuk orang lain.

e. Kanker vagina

Kanker vagina merupakan kanker yang terjadi pada wanita. Penyebabnya bisa karena adanya infeksi virus pada vagina.

f. Kanker rahim

Kanker rahim merupakan gangguan yang ditandai dengan perdarahan pada vagina secara tidak normal.

g. Prostatis

Prostatis merupakan gangguan yang terjadi pada prostat dalam bentuk peradangan oleh bakteri E. colidan Chlamydia.

(51)

58

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Human papilloma. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya kutil yang dapat membesar dan akhirnya dapat menimbulkan kanker mulut rahim.

i. Endometriosis

Merupakan gangguan akibat adanya jaringan endometrium dari luar rahim (uterus) yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium, oviduk, servik dsb. Gejalanya penyakit ini berupa rasa nyeri perut, pinggang terasa sakit, dan nyeri pada saat menstruasi. Rasa nyeri ini disebabkan oleh pengelupasan jaringan endometriosis.

j. Epididimitis

Merupakan infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria. Penyebabnya adalah E. coli dan Chlamydia.

k. Hamil Anggur (Mola hidalidosa)

Merupakan suatu kehamilan yang tidak berisi janin, tetapi berisi gelembung-gelembung mola dan bekuan darah. Hamil anggur dapat menyebabkan kesakitan atau kematian karena pendarahan, tembusnya dinding rahim oleh proses mola dan infeksi.

l. Hipogonadisme

Merupakan penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan estrogen. Gangguan ini menyebabkan infertililitas, impotensi, dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganannya dapat dilakukan dengan terapi hormon.

(52)

59

Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga dalam waktu yang lama, penderita tidak memiliki sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, penderita dapat terbunuh oleh infeksi penyakit ringan, seperti flu atau tifus.

n. Impotensi

Merupakan ketidakmampuan penis untuk ereksi atau mempertahankan ereksi. Gangguan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan produksi hormon testosteron, penyakit diabetes mellitus, kecanduan alkohol, dan gangguan sistem saraf.

o. Infertilitas (Mandul)

Infertilitas atau ketidaksuburan dapat terjadi pada pria atau wanita. Pada pria infertilitas terjadi karena adanya penyakit, seperti impotensi, ejakulasi dini, adanya sumbatan pada saluran sperma, adanya kelainan gerak sperma dan kerusakan testis. Sedangkan, pada wanita disebabkan oleh kelainan lendir leher rahim, adanya tumor, adanya sumbatan pada saluran telur, menstruasi tidak teratur dan karena obesitas.

p. Kanker Ovarium

Merupakan kanker yang menyerang indung telur kiri atau kanan, atau kedua-duanya. Kanker indung telur biasanya menyerang perempuan yang sudah menopause (berumur 50 tahun ke atas).

q. Kanker Payudara

Merupakan kanker yang menyerang payudara. Seorang wanita yang tidak pernah menyusui besar kemungkinan dapat menderita penyakit ini.

(53)

60

Merupakan kanker yang menyerang kelenjar prostat pada pria. Kanker ini menyebabkan sel-sel dalam kelenjar prostat tumbuh abnormal dan tidak terkendali. Kanker prostat biasanya menyerang pria usia 60 tahun ke atas.

s. Kanker serviks (Leher Rahim)

Merupakan kanker pada bagian serviks wanita, banyak menyerang wanita di atas umur 40 tahun. Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus herpes dan human papilloma virus.

t. Kriptorkidisme

Merupakan kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam scrotum pada waktu bayi. Penangannya dapat dilakukan dengan pemberian hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang testoteron.

u. Orkitis

Merupakan peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas.

v. Penyempitan Saluran Telur/Oviduct

Kelainan ini merupakan faktor bawaan, tetapi adapula yang disebabkan karena infeksi kuman tertentu. Saluran oviduk yang sempit akan membuat sperma sulit untuk menjangkau bagian dalam saluran tersebut, sehingga menyebabkan pembuahan sulit terjadi.

(54)

61

Merupakan peradangan pada kelenjar prostat. Peradangan kelenjar prostat ini dapat diikuti oleh peradangan uretra. Penderita prostatitis memiliki gejala-gejala seperti sakit saat buang air kecil.

x. Sifilis (Raja Singa)

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini menular melalui hubungan seksual. Gejala yang timbul adalah luka pada kemaluan, bintik atau bercak merah di tubuh, kelainan saraf, jantung, pembuluh saraf, dan kulit.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Intan Mustikaningrum yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning Berbantuan Fotonovela Terhadap Hasil Belajar dan Sikap Sains Siswa SMP”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menggunakan model pembelajaran Project Based Learning berpengaruh kuat terhadap hasil belajar siswa.

(55)

62

Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti adalah terletak pada model pembelajaran yang diterapkan yaitu menggunakan model pembelajaran Project Based Learning. Perbedaannya yang pertama yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya yang diukur adalah hasil belajar dan sikap sains sedangkan penelitian sendiri yang diukur hanya hasil belajar siswa. Perbedaan yang kedua terletak pada desain penelitiannya, penelitian yang terdahulu menggunakan desain penelitian Quasi Eksperiment sedangkan penelitian sendiri menggunakan desain penelitian Pretest-Posttest Control Group.

2. Penelitian yang dilakukan oleh I Made Wirasena Jagantara yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjaudari Gaya Belajar Siswa SMA”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penigkatan hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang belajar dengan model Project Based Learning (PjBL) dengan model pembelajaran langsung.

Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti terletak pada model pembelajaran yang diterapkan sama. Perbedaannya terletak pada desain penelitian yang digunakan, desain penelitian terdahulu menggunakan desain penelitian Non-equivalent Pretest-Posttest Control Group sedangkan penelitian saya menggunakan desain penelitian Pretest-Posttest Control Group.

(56)

63 C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat disajikan pada bagan dibawah ini: Tabel 2. Kerangka Berpikir

Pembelajaran Biologi di SMAN 1 Jatinom pada materi reproduksi manusia

Permasalahan:

1. Hasil belajar siswa kelas XI IPA SMAN 1 Jatinom masih di bawah KKM pada mata pelajaran biologi dengan KKM yang ditargetkan yaitu 7,5

2. Model pembelajaran biologi di SMAN 1 Jatinom masih bersifat konvensional belum memaksimalkan hasil belajar siswa

(57)

64 D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Terdapat pengaruh model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada materi reproduksi manusia terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Jatinom”.

Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Sintaks: 1. Penentuan pertanyaan mendasar 2. Mendesain perencanaan proyek 3. Menyusun jadwal aktivitas 4. Monitoring

5. Menguji hasil

6. Evaluasi pengalaman

1. Meningkatkan motivasi belajar

2. Meningkatkan keterampilan pemecahan masalah

3. Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber 4. Siswa lebih aktif dalam belajar

Gambar

Gambar 2. Struktur alat reproduksi pria  (Sumber: Campbell Jilid 9, 2011)
Gambar 4. Organ reproduksi wanita tampak dari (a) depan dan (b) samping  (Sumber : Campbell Jilid 9, 2011)
Gambar 5. Proses pembentukan sel telur  (Sumber: Campbell Jilid 9, 2011)
Gambar 6. Kontrol hormon pada reproduksi wanita  (Sumber : Rochmah, 2009)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Strategi yang masuk ke dalam kelompok ini adalah: (1) peningkatan produksi, kualitas dan mutu hasil panen, (2) pengembangan usaha dengan pemanfaatan bantuan modal, (3)

Pada umumnya orang-orang Jakarta yang datang ke Bandung tidak hanya berbelanja pakaian, tetapi juga ingin menikmati suasana lain dibandingkan dengan Kota Jakarta yang

Dari analisis statistik terhadap data rendemen memberikan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara Spirulina sp dan Chlorella sp (p>0,05), sedangkan untuk

Dengan melalui pleno dua kali yakni pada 17 Mei 2019 dan 20 Mei 2019 maka diper- oleh 25 (dua puluh lima) Unit Kerja yang memenuhi syarat untuk diajukan sebagai predikat WBK dan

Event-driven Process Chain(2) Tindakan Medis Bed Alat Medis Obat- obatan X Pelayanan Bedah Pelayanan Lab PK Pelayanan Radiologi V Pelayanan Medis Selesai Dilakukan XOR Pasien

Pada penelitian ini terlihat bahwa PUFA n-3 pada ikan tuna loin segar dan tuna loin pemberian FS selama penyimpanan 4 minggu didominasi oleh DHA dan EPA yang berada pada

Maksud Paulus bukanlah bahwa pekerjaan sampingan harus dilakukan untuk mendatangkan uang supaya bisa makan dan memenuhi kebutuhan hidup, melainkan dengan mengerjakan

Tata Usaha pada UPTD Tindak Darurat Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda Eselon