• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 6 PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 6 PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara teoritis dan ilmiah.

6.1. Konsep Diri

Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas responden ( 97,06 % ) mempunyai konsep diri yang positif, dan ( 2,94 % ) responden mempunyai konsep diri yang negatif. Dengan adanya konsep diri yang positif ini maka perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lumajang mempunyai penilaian yang positif terhadap profesi keperawatan dan secara tidak langsung mereka dapat menerima, mengakui, dan menyatakan kalau dirinya adalah bagian dari komunitas profesi keperawatan. Disamping itu mereka mempunyai penilaian bahwa kehadiran profesi keperawatan sangat diperlukan oleh masyarakat, dan masyarakat mempunyai penilaian yang positif terhadap profesi keperawatan, sehingga secara tidak langsung perawat RSUD Kabupaten Lumajang merasa berharga dan mempunyai status serta peran yang baik di mata masyarakat, karena aspek utama harga diri adalah merasa dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain.

Dengan adanya kebanggaan terhadap diri maka para perawat berusaha untuk tetap memegang identitasnya sebagai seorang perawat yaitu memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya. Demikian juga dengan pendapat beberapa responden yang menyatakan akan berusaha untuk

(2)

mempertahankan identitasnya walaupun dalam kondisi sesulit apapun, hal ini dapat disimpulkan dari wawancara mendalam, walaupun beberapa perawat digaji kecil tetapi mereka enggan untuk pindah kerja keluar dari profesi keperawatan. Secara psikologi perawat yang dewasa dan berhasil akan memiliki maksud dan rasa puas dalam hubungan dengan pekerjaan dan dengan kehidupan pada umumnya. Perawat akan mendapatkan bahwa apa pun yang telah diabdikannya dalam pekerjaannya akan lebih daripada sekedar memperoleh imbalan jasa ( Andrew McGhie, 1996 ). Hal ini dimungkinkan karena adanya pengendalian perasaan terhadap situasi dengan sikap berpikir yang tidak dipengaruhi oleh keadaan emosional yang ekstrim. Disamping itu etika dan nilai – nilai tradisional dalam profesi yang sudah diajarkan sejak dalam masa pendidikan , serta rasa pengabdian demi kesejahteraan orang lain sangat mempengaruhi dalam memberikan kepuasan dan membangun konsep diri perawat.

Dengan adanya penilaian yang positif terhadap pekerjaan, khususnya profesi keperawatan maka diharapkan kinerja perawat menjadi baik. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan ( Budi Ana Keliat,1992 ).

Dari hasil penelitian di dapatkan konsep diri perawat ada hubungannya dengan usia dan masa kerja, semakin tua maka konsep dirinya semakin positif, terlihat pada kelompok usia 51 – 60 tahun dengan masa kerja > 20 tahun, konsep dirinya cenderung berada pada skor > 3 – 4, hal ini disebabkan karena perawat dengan usia tua dengan masa kerja lebih dari 20 tahun secara ekonomi dan

(3)

psikologis perawat – perawat dewasa madya lebih matang, lebih banyak pengalaman dan memiliki kemampuan adaptasi / penyesuaian yang lebih stabil terhadap permasalahan. Dari faktor ekonomi terbukti mayoritas perawat usia tua mempunyai gaji diatas Rp. 1.000.000,- dan rata-rata mereka memperoleh penghasilan tambahan diluar gaji yang diterima tiap bulan ( jasa medis/keperawatan, pendapatan pasangan, dan memberikan pelayanan di rumah / praktek ), dengan adanya gaji yang cukup memadai maka secara teori menurut Hierarki Kebutuhan Maslow, apabila kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi maka seseorang dapat mencapai kebutuhan lain yang lebih tinggi yaitu keamanan, kasih sayang, harga diri dan perwujudan diri / aktualisasi diri, hal ini juga sesuai dengan teori tumbuh kembang menurut Hurlock bahwa stabilitas pekerjaan, akan bertambah sejalan dengan bertambahnya usia.

Berbeda dengan kelompok umur 21 – 30 tahun dengan masa kerja kurang dari 5 tahun, di mana mayoritas perawat pada kelompok ini bersetatus pegawai Non PNS, dengan gaji berkisar antara Rp. 200.000 – Rp. 300.000. Secara teoritis kelompok usia dewasa dini ini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola baru dan harapan-harapan sosial baru. Tugas perkembangan dalam tahab ini adalah menata kehidupan rumah tangga / keluarga, mendapatkan suatu pekerjaan, memenuhi kebutuhan keluarga dan membesarkan anak-anak ( Hurlock,1980 ). Sehubungan dengan tugas perkembangan tersebut maka kelompok dewasa dini ini lebih terfokus pada kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, sehingga untuk kebutuhan tingkat yang lebih tinggi masih belum menjadi prioritas utama, hal ini dapat dilihat dari konsep diri yang diperoleh mayoritas berada pada skor >2 - 3.

(4)

Walaupun skor yang diperoleh tidak maksimal, tetapi kelompok perawat ini masih mempunyai konsep diri yang positif terhadap diri dan profesinya.

Super ( 1963 ) dalam buku penerapan psikologi dalam keperawatan mengidentifikasi konsep diri sebagai penentu dari pilihan pekerjaan, sehingga bidang pekerjaan seorang individu dan gambaran dari tipe orangnya ada saling kecocokan, sehingga individu dapat mengimplementasikan konsep dirinya ke dalam dunia kerja. Realisasi diri memainkan peranan yang cukup penting dalam kesehatan jiwa, maka orang yang berhasil menyesuaikan diri dengan baik secara pribadi dan sosial, harus mempunyai kesempatan untuk mengungkapkan minat, dan keinginannya dengan cara yang memuaskan dirinya ( Hurlock,1980 ). Kepuasan kerja bergantung pada sejauh mana individu tersebut menemukan saluran – saluran keluar yang memadai bagi kemampuan – kemampuannya, minat – minatnya, ciri – ciri pribadinya, dan nilai – nilai yang dianutnya ( Burns, 1993 ). Berdasarkan teori tersebut maka konsep diri mempunyai peranan yang cukup besar dalam mewujudkan tingkat kepuasan seseorang, apabila karyawan puas terhadap diri dan profesinya maka diharapkan kinerjanya dapat maksimal.

6.2. Faktor Keturunan

Peristiwa penting yang pertama pada saat kehamilan menentukan sifat bawaan individu yang baru diciptakan, sifat bawaan ditentukan satu kali saja untuk seluruh kehidupan seseorang. Penentuan sifat bawaan mempengaruhi perkembangan selanjutnya dalam 2 hal, pertama, faktor keturunan membatasi sejauh mana individu dapat berkembang kalau kondisi – kondisi menguntungkan dan kalau seseorang mempunyai dorongan yang sangat kuat, ia dapat

(5)

mengembangkan sifat-sifat fisik dan mental yang diwariskannya sampai batas maksimumnya. Yang kedua adalah bahwa sifat bawaan sepenuhnya merupakan masalah kebetulan; tidak ada cara tertentu untuk mengendalikan jumlah kromosom dari pihak ibu / ayah yang akan diturunkan pada anak (Hurlock. 1980). Dari hasil penelitian pada perawat RSUD Kabupaten Lumajang diperoleh hasil sebagian besar ( 50,98 % ) mempunyai faktor keturunan keluarga yang bekerja di lingkungan kesehatan, baik pada bagian pelayanan kesehatan ( dokter, perawat, analis, apoteker, bidan, dan ahli gizi ) atau pada bagian administrasi kesehatan ( karyawan dinas kesehatan, TU, dan supir ambulans ). Bahkan ada responden yang menyatakan kakek / neneknya juga memberikan pelayanan kesehatan tradisional. Dari data tersebut menunjukkan bahwa sifat memberi pelayanan kesehatan kepada orang lain atau masyarakat ternyata ada hubungannya dengan faktor keturunan yang ada di keluarga. Secara teori juga dijelaskan bahwa sifat atau karakter seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor keturunannya bagaimana bibit yang dimiliki maka hasil buahnya tidak akan jauh dari sifat bibit induknya, hal ini tidak bertentangan dengan Teori Mendel yang menyatakan karakter / sifat dari suatu keturunan akan selalu timbul kembali. Menurut Adrew McGhie, kepribadian dasar ( temperamen ) akan terus menerus tampak sepanjang kehidupan manusia, dan akan mendasari perilakunya, demikian juga dalam memilih atau menjalani bidang pekerjaan. Idealnya tiap-tiap orang menemukan jenis pekerjaan yang paling cocok dengan bakat, kemampuan, serta minat masing-masing. Sayangnya ini jauh dari kenyataan dan banyak orang menghabiskan usia kerjanya dengan melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak sesuai bagi mereka. Dalam posisi demikian orang seringkali tidak dapat mencapai kepuasan yang

(6)

sesungguhnya dan pekerjaan merupakan cara untuk mencari nafkah dan bukannya memberikan kehidupan yang bermakna. Hal ini berbeda pada orang yang bekerja sesuai dengan bakat, minat, serta karakternya, maka orang tersebut akan merasa puas dan mempunyai semangat yang tinggi dalam menjalani pekerjaannya sehingga produktifitas dan kinerja yang dimiliki baik pula.

6.3. Persepsi Terhadap Gaji Yang Diterima

Harder mengemukakan bahwa gaji merupakan jenis penghargaan yang paling penting dalam organisasi, oleh karena itu pihak manajemen organisasi harus betul-betul mempertimbangkan masalah gaji karyawannya. Dari hasil penelitian dan analisis diketahui bahwa penyebab rendahnya prestasi adalah faktor kemauan dan teknologi, apabila karyawan menerima gaji rendah maka tidak ada kemauan untuk bekerja keras, hal ini disebabkan karena imbalan terutama gaji / upah termasuk dalam “ alat “ untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Menurut teori dari Frederick Herzberg faktor dissatisfier atau ketidakpuasan ( upah / gaji ) akan membuat tenaga kerja merasa kecewa dan akan banyak menimbulkan masalah (Achmad .S. Ruky,2002).

Di dalam paradigma lama sistem penggajian kenaikan upah / gaji / imbalan secara otomatis akan selalu dibarengi dengan kenaikan produktifitas. Kenyataan tidaklah demikian, kadang-kadang memang terjadi imbalan yang dinaikkan akan meningkatkan produktifitas, tetapi kadang-kadang itu tidak terjadi. Imbalan bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi tingkat produktifitas. Tetapi adakah pekerja yang melaksanakan pekerjaannya hanya untuk sekedar mencari kesenangan dan bukan untuk mandapatkan uang ?. Mungkin hal ini bisa saja

(7)

terjadi, selama kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi maka seseorang dapat mengembangkan kebutuhannya ke tingkat yang lebih tinggi yaitu aktualisasi diri, dimana seseorang mengerjakan sesuatu tidak untuk mendapatkan uang, tetapi untuk memenuhi rasa kepuasan di dalam dirinya.

Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar perawat RSUD Kabupaten Lumajang ( 63,73 % ) mempunyai persepsi negatif terhadap gaji yang diterima tiap bulan, hal tersebut dimungkinkan karena sebagaian besar ( 69,63 % ) perawat memiliki gaji di bawah Rp. 1.000.000, bahkan ( 48,04 % ) di gaji di bawah Rp. 300.000, dengan adanya gaji yang dirasa rendah maka beberapa responden menyatakan gaji tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dari wawancara mendalam pada beberapa responden menyatakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut mereka mengharapkan pendapatan dari pasangannya, bantuan orang tua / keluarga, bekerja pada dokter praktek, menerima kunjungan pasien di rumah bagi perawat yang telah memiliki masa kerja di atas 5 tahun, sedang yang di bawah 5 tahun belum banyak menerima kunjungan pasien di rumah, dengan alasan masih belum mempunyai pengalaman dan kurang senior.

Walaupun sebagian besar perawat merasa gajinya kurang tetapi mereka menyatakan enggan untuk keluar atau mencari pekerjaan lain, dengan alasan sudah terlanjur masuk profesi keperawatan, mencintai profesi ini, sesuai dengan pendidikan yang dimiliki, dekat dengan keluarga, tidak ada pilihan lain, dan mayoritas berharap agar dapat menjadi Pegawai Negeri Sipil / PNS.

Dengan adanya pertimbangan diatas perawat Non PNS yang digaji di bawah Rp.500.000, tetap bertahan bekerja memberikan pelayanan keperawatan pada

(8)

pasien hingga bertahun – tahun, bahkan ada yang bekerja lebih dari 8 tahun dengan gaji dibawah Upah Minimum Regional.

Secara teori dijelaskan bahwa orang bekerja tidak semata-mata di lihat dari gaji tetapi faktor – faktor lain dapat juga menjadi pertimbangan, seperti halnya persepsi gaji negatif tetapi mereka masih terus bekerja dengan alasan factor – factor lain lebih mendasari perawat dalam mengambil keputusan untuk terus bekerja. Hal tersebut dapat juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diyakini perawat, bahwa profesi keperawatan adalah profesi yang mengabdi kepada kemanusiaan dan kebutuhan pasien adalah prioritas utama. Nilai-nilai ini sudah ditanamkan pada mahasiswa keperawatan sejak awal memasuki pendidikan. Sehingga nilai-nilai tersebut terbawa selama perawat bekerja hal ini dapat dilihat walaupun persepsi gaji banyak negative tetapi mayoritas perawat RSUD Kabupaten Lumajang mempunyai konsep diri yang positif, disamping itu walaupun gaji dirasa kurang tetapi para perawat tidak semata-mata menuntut gaji dengan cara yang ekstrim, dan mereka tetap memberikan pelayanan kepada pasien tidak berbeda dengan para perawat yang digaji di atas satu juta.

6.4. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Faktor Keturunan, dan Persepsi Terhadap Gaji

Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan factor keturunan dan persepsi terhadap gaji yang diterima tiap bulan maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan Chi Kuadrat tiga dimensi secara manual, baik dengan menggunakan pendekatan teoritik maupun logika . Dari hasil uji statistik diperoleh hasil X² hitung > X² tabel.

(9)

Hasil X² hitung secara teoritik 494,96 > X² tabel 9,488, sedangkan secara logikan X² hitung ( 68,125) > X² tabel (3,841) dengan taraf signifikan 0,05 yang berarti ada hubungan antara konsep diri, faktor keturunan dan persepsi terhadap gaji.

Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa konsep diri seseorang ada hubungannya dengan faktor keturunan keluarga yang bekerja pada bidang yang sama, juga persepsi terhadap gaji yang terima tiap bulan, hal ini dimungkinkan karena konsep diri merupakan produk dari interaksi bakat-bakat yang diwariskan, penyusunan saraf dan endokrin , kesempatan untuk memainkan bermacam-macam peranan dan evaluasi-evaluasi mengenai sejauh mana hasil – hasil dari proses memainkan peranan memenuhi persetujuan dari para pengamat dan teman-teman ( Burns,1993.hal 338 ).

Dari teori di atas konsep diri seseorang ada hubungannya dengan faktor keturunan, karena sifat-sifat atau karakter yang dimiliki oleh individu diwariskan dari orang tua / keluargannya. Sifat-sifat / karakter ini akan mempengaruhi individu dalam mempersepsikan lingkungannya, dari hasil persepsi inilah individu membangun konsep dirinya, apakah dia mempunyai konsep diri yang positif atau negatif terhadap diri dan lingkungannya. Dengan adanya konsep diri ini akan mempengaruhi perilaku individu.

Hasil penelitian ini menolak pendapat B.F. Skinner dengan teori kepribadian behaviorismenya, yang menyatakan bahwa tidak ada kaitan konsepsi-konsepsi fisiologis-genetik terhadap tingkah laku manusia. Skinner beranggapan bahwa seluruh tingkah laku ditentukan oleh aturan – aturan, bisa diramalkan, dan bisa dibawa ke dalam kontrol lingkungan atau bisa dikendalikan. Hal ini bertentangan

(10)

dengan hasil penelitian dimana antara konsep diri dengan faktor keturunan, dan persepsi gaji memiliki hubungan, yang berarti perilaku dan persepsi individu terhadap bidang pekerjaan yang digeluti ada hubungannya dengan sifat/karakter yang diwarisi dari keturunannya. Karena sudah mempunyai sifat dasar untuk mencintai bidang pekerjaan yang sesuai dengan karakternya maka individu tidak semata – mata memandang pekerjaan dari sudut gaji saja, tetapi kepuasan untuk menyalurkan dorongan – dorongan yang ada di dalam dirinya itu lebih utama. Dari ulasan diatas dapat disimpulkan bahwa antara hereditas dan lingkungan terdapat hubungan, kerangka dasar kepribadian merupakan pembawaan, tetapi ini merupakan kerangka plastis yang dapat dibentuk dengan berbagai ragam cara oleh pengalaman yang berbeda-beda sewaktu kita berkembang. Apabila sifat dasar yang positif tersebut dapat dikembangkan di dalam lingkungan yang kondusif maka hasil yang dicapai oleh individu tersebut akan optimal, hal ini hasilnya akan berbeda apabila antara sifat dasar dan lingkungan tidak sesuai. Demikian juga dengan pekerjaan, apabila individu sudah mempunyai bibit terhadap bidang pekerjaan tersebut, dan dia berada pada lingkungan pekerjaan yang sesuai maka kinerja atau produktifitas, serta loyalitas terhadap pekerjaan tersebut akan maksimal, individu tidak bekerjass hanya semata mata mencari nafkah tetapi kepuasan – kepuasan pribadinya juga terpenuhi.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah menempuh mata kuliah ini, mahasiswa mampu menerapkan dan menguasai konsep dasar analisis survival dalam melakukan inferensi pada bidang ilmu kehidupan

pendidikan dalam waktu 6 (enam) semester maupun karena kesalahan/pelanggaran yang dilakukan oleh Penerima Beasiswa selama masa perkuliahan yang dapat berakibat pada

Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Merdeka Belajar Dalam Penentuan Kelulusan Peserta Didik dan

15.Orang yang bersholawat akan mendapatkan pujian yang baik dari Allah di antara penghuni langit dan bumi, karena orang yang bersholawat, memohon kepada Allah agar memuji,

selanjutnya, hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat mengubah paradigma di masyarakat tentang daun putri malu sebagai tanaman semak belukar menjadi tanaman obat

pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidakoptimalan Opini BPK pada Laporan Keuangan Pemerintah

Juga dari hasil analisis yang dilakukan peneliti menemukan bahwa komunikasi antarbudaya yang terjadi diakibatkan oleh adanya dua budaya berbeda di kawasan Senggarang yakni

Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran kontrol diri dalam mencegah perilaku seksual pranikah pada Siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota Lhokseumawe, dapat