REZIM ANTI PENCUCIAN UANG
DI INDONESIA
PENCUCIAN
UANG
PENCUCIAN UANG
Upaya untuk
menyembunyikan/menyamarkan
harta kekayaan dari hasil tindak
pidana sehingga harta kekayaan
tersebut seolah-olah berasal dari
aktivitas yang sah
Pencucian
Uang
adalah
segala
perbuatan
yang
memenuhi
unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan
ketentuan
dalam
Undang-Undang
Nomor
8
tahun
2010
tentang
Pencegahan
dan
Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang (Ps.1.1)
DEFINISI PENCUCIAN UANG MENURUT
UU NO.8/2010
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, Mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, Menghibahkan, menitipkan, membawa ke Luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga, Atau perbuatan lain atas harta kekayaan (Pasal 3 UU TPPU)
Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan Asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, Atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta kekayaan (Pasal 4)
Setiap orang yang menerima, atau menguasai Penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, Sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta kekayaan (Pasal 5)
Pasal 3, UU No. 8 Tahun 2010
PELAKU AKTIF: pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 4, UU No. 8 Tahun 2010
pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 5, UU No. 8 Tahun 2010:
PELAKU PASIF: dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
a.
Korupsi
b.
penyuapan
c.
narkotika
d.
psikotropika
e.
penyelundupan tenaga kerja
f.
penyelundupan imigran
g.
di bidang perbankan
h.
di bidang pasar modal
i.
di bidang perasuransian
j.
kepabeanan
k.
cukai
l.
perdagangan orang
m.
perdagangan senjata gelap
n.
terorisme
o.
penculikan
p.
pencurian
q.
penggelapan
r.
penipuan
s.
pemalsuan uang
t.
perjudian
u.
prostitusi
v.
di bidang perpajakan
w.
di bidang kehutanan
x.
di bidang lingkungan hidup
y.
di bidang kelautan dan
perikanan atau
z.
tindak pidana lainnya yang
diancam dengan pidana penjara
4 (empat) tahun atau lebih
TINDAK PIDANA ASAL
Ekonomis
o
Instabilitas sistem keuangan
o
Distorsi terhadap sistem persaingan bebas
o
Mempersulit pengendalian moneter
o
Meningkatnya country risk
Hukum dan Sosial
o
Meningkatnya kejahatan baik jenis maupun kualitasnya
o
Meningkatnya kerawanan sosial
POLA PENCUCIAN UANG
Placement
Penempatan hasil kejahatan ke dalam sistem
keuangan
Layering
Memindahkan
atau
mengubah
bentuk
dana
melalui transaksi keuangan yang kompleks dalam
rangka mempersulit pelacakan (audit trail) asal
usul dana
Integration
Mengembalikan dana yang telah tampak sah
kepada pemiliknya sehingga dapat digunakan
dengan aman
KEUNGGULAN PENDEKATAN ANTI
MONEY LAUNDERING
Hasil kejahatan as “Blood of the Crime”
Harta kekayaan adalah titik terlemah dari rantai
kejahatan
Efektivitas penegakan hukum/pencegahan tindak
pidana (menambah sanksi/penghukuman).
Kesulitan membuktikan perbuatan pidana dan
pertanggungjawaban aktor intelektual kejahatan
diatasi dengan menelusuri harta kekayaan hasil
kejahatan (“follow the money”).
Menghilangkan motivasi pelaku kejahatan
Lebih adil dan lebih jauh jangkauannya
.
Memahami follow the money dan
menggunakannya agar :
Harta Kekayaan hasil TP dapat diketahui
melalui PENELUSURAN, selanjutnya
DIRAMPAS untuk negara, atau
DIKEMBALIKAN kepada yang berhak
Penelusuran
Sumber
Penggunaan
FOLLOW THE MONEY APPROACH
Pelaku
Kejahatan
Hasil
Kejahatan
AML
AML
Hasil
Kejahatan
Hasil
Kejahatan
Kejahatan
Kejahatan
Law Enforcement
Approach
Anti Money Laundering
Approach
TUJUAN AKHIR
Kriminalitas Menurun
Intergritas & Stabilitas Sistem
Keuangan meningkat
PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS
TRANSAKSI KEUANGAN
Lembaga independen
yang dibentuk dalam
rangka mencegah dan
memberantas tindak
pidana
pencucian
18
18
SKEMA REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA
PRESIDEN
DPR MASYARAKAT KOMITE KOORDINASI NASIONAL
PPATK
Kerjasama internasionalLBG PENGAWAS & PENGATUR
Penyedia Jasa Keuangan Bank & Non Bank
PIHAK PELAPOR
PENYIDIK PENUNTUT HAKIM
PROSES HUKUM
BEA CUKAI
LEMBAGA PENEGAKAN HUKUM & PERADILAN Kerjasama Dalam Negeri
KEJAHATAN ASAL HASIL KEJAHATAN
LAW ENFORCEMENT APPROACH
Penyedia Barang dan/atau Jasa Lain
TUGAS DAN FUNGSI
TUGAS (Pasal 39)
Mencegah dan memberantas tindak pidana Pencucian Uang
a. Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang;
b. Pengelolaan data dan informasi;
c. Pengawasan kepatuhan Pihak Pelapor
d. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi Transaksi Keuangan yang berindikasi TPPU dan TP lain.
Dalam Fungsi Pencegahan dan Pemberantasan TPPU (Pasal 41)
a. meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta;
b. menetapkan pedoman identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan;
c. mengoordinasikan upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang dengan instansi terkait;
d. memberikan rekomendasi kepada pemerintah;
e. mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum internasional;
f. menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan antipencucian uang; dan
g. menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
FUNGSI PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN
WEWENANG PPATK
Dalam Fungsi Pengelolaan Data dan Informasi (Pasal 42)
a. membangun, mengembangkan, dan memelihara sistem aplikasi; b. membangun, mengembangkan, dan memelihara infrastruktur
jaringan komputer dan basis data;
c. mengumpulkan, mengevaluasi data dan informasi yang diterima oleh PPATK secara manual dan elektronik;
d. menyimpan, memelihara data dan informasi ke dalam basis data; e. menyajikan informasi untuk kebutuhan analisis;
f. memfasilitasi pertukaran informasi dengan intansi terkait baik dalam negeri maupun luar negeri;
g. melakukan sosialisasi penggunaan sistem aplikasi kepada Pihak Pelapor.
FUNGSI PENGELOLAAN DATA DAN
INFORMASI
Dalam Fungsi Pengawasan Kepatuhan (Pasal 43)
a. menetapkan ketentuan dan pedoman tata cara pelaporan;
b. menetapkan kategori Pengguna Jasa yang berpotensi melakukan TPPU;
c. melakukan audit kepatuhan atau audit khusus;
d. menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Pihak Pelapor; e. memberikan peringatan kepada Pihak Pelapor yang melanggar
kewajiban pelaporan;
f. merekomendasikan kepada lembaga yang berwenang mencabut izin usaha Pihak Pelapor; dan
g. menetapkan ketentuan pelaksanaan prinsip mengenali Pengguna Jasa bagi Pihak Pelapor yang tidak memiliki Lembaga Pengawas dan
Pengatur.
Audit Khusus dapat dilakukan terhadap:
1.PJK yang pengawasan kepatuhan atas kewajiban
pelaporan bagi PJK tersebut dilakukan oleh Lembaga
Pengawas dan Pengatur dan/atau PPATK;
2.PJK berdasarkan permintaan lembaga atau intansi
yang berwenang meminta informasi kepada PPATK
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
Dalam Fungsi Analisis dan/atau Pemeriksaan (Pasal 44)
a. meminta dan menerima laporan dan informasi dari Pihak Pelapor;
b. meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait;
c. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan pengembangan hasil analisis ;
d. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan permintaan dari instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri;
e. meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta, baik di dalam maupun di luar negeri;
f. menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenai adanya dugaan TPPU;
g. meminta keterangan kepada Pihak Pelapor dan pihak lain yang terkait dengan dugaan TPPU;
h. merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya melakukan intersepsi atau penyadapan atas
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik;
i. meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan
sementara seluruh atau sebagian Transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan hasil tindak pidana;
j. meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan TPPU;
k. mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; dan
l. meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik. Dalam Fungsi Analisis dan/atau Pemeriksaan (Pasal 44)
(lanjutan…)
Pasal 46
Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan kewenangan
PPATK diatur dengan Peraturan Presiden
Penyidik PJK Sumber informasi : Database, Domestic Agencies, FIU PJK LTKM & LTKT, Transfer Dana LPUTLBP Laporan Transaksi BEA & CUKAI Penyedia Barang & Jasa
LTKM & LTKT, Transfer Dana
Hasil Analisis
Analisis
Penyelidikan/ Penyidikan
PIHAK PELAPOR
(Pasal 17 UU TPPU)
Penyedia Barang & Jasa
1. bank;
2. perusahaan pembiayaan;
3. perusahaan asuransi dan perusahaan
pialang asuransi;
4. dana pensiun lembaga keuangan; 5. perusahaan efek;
6. manajer investasi; 7. kustodian;
8. wali amanat;
9. perposan sebagai penyedia jasa giro; 10. pedagang valuta asing;
11. penyelenggara alat pembayaran
menggunakan kartu;
12. penyelenggara e-money dan/atau e-wallet; 13. koperasi yang melakukan kegiatan simpan
pinjam;
14. pegadaian;
15. perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan
berjangka komoditi; atau
16. penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang.
1. perusahaan properti/agen properti; 2. dealer mobil;
3. pedagang permata dan perhiasan/logam
mulia;
4. pedagang barang seni dan antik; atau 5. balai lelang
1.
Transaksi Keuangan Mencurigakan;
2.
Transaksi Tunai
≤
Rp 500jt atau mata uang asing yg setara;
3.
Transaksi Keuangan transfer dana dari dan keluar negeri
PJK wajib menyampaikan laporan kepada PPATK, meliputi:
Pelaksanaan Kewajiban Pelaporan
Pasal 28
Pelaksanaan kewajiban pelaporan dikecualikan dari ketentuan kerahasian
Pasal 29
Kecuali terdapat penyalahgunaan wewenang, Pihak Pelapor, pejabat, dan
pegawainya tidak dapat dituntut secara perdata maupun pidana atas
pelaksanaan kewajiban pelaporan menurut UU ini
SANKSI ADMINISTRATIF BILA TIDAK
MELAKUKAN PELAPORAN
Sesuai Pasal 30 ayat (3) UU PP TPPU Sanksi
Administratif Dapat Berupa :
Peringatan
Teguran tertulis
Pengumuman kepada publik mengenai tindakan atau
sanksi; dan/atau
ANTI TIPPING-OFF (Pasal 12 UU PP TPPU)
Direksi, komisaris, pengurus atau pegawai Pihak Pelapor dilarang
memberitahukan kepada Pengguna Jasa atau pihak lain, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dengan cara apa pun mengenai
laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan yang sedang disusun atau
telah disampaikan kepada PPATK.
Ketentuan mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak berlaku untuk pemberian informasi kepada Lembaga Pengawas
dan Pengatur.
Pejabat atau pegawai PPATK atau Lembaga Pengawas dan Pengatur
dilarang memberitahukan laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan
yang akan atau telah dilaporkan kepada PPATK secara langsung atau
tidak langsung dengan cara apa pun kepada Pengguna Jasa atau pihak
lain.
Ketentuan mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tidak berlaku dalam rangka pemenuhan kewajiban menurut
Undang-Undang ini.
Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pejabat dan pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum, atau hakim wajib merahasiakan Pihak Pelapor dan pelapor (Pasal 83 ayat (1)
Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan hak kepada pelapor atau ahli warisnya untuk menuntut ganti kerugian melalui pengadilan (Pasal 83 ayat (2)
Setiap orang yang melaporkan terjadinya dugaan tindak pidana pencucian uang wajib diberi pelindungan khusus oleh negara dari kemungkinan ancaman yang membahayakan diri, jiwa, dan/atau hartanya, termasuk keluarganya (Pasal 84)
Di sidang pengadilan, saksi, penuntut umum, hakim, dan orang lain yang terkait dengan
tindak pidana pencucian uang yang sedang dalam pemeriksaan dilarang menyebutkan nama atau alamat pelapor atau hal lain yang memungkinkan dapat terungkapnya identitas pelapor (Pasal 85)
Setiap orang yang memberikan kesaksian dalam pemeriksaan tindak pidana pencucian uang wajib diberi pelindungan khusus oleh negara dari kemungkinan ancaman yang
membahayakan diri, jiwa, dan/atau hartanya, termasuk keluarganya (Pasal 86)
Pelapor dan/atau saksi tidak dapat dituntut, baik secara perdata maupun pidana, atas laporan dan/atau kesaksian yang diberikan oleh yang bersangkutan (Pasal 87)
PERLINDUNGAN PELAPOR DAN SAKSI
SUMBER INFORMASI PPATK
STR, CTR, CBCC, transfer dana luar negeri, hasil audit kepatuhan/pemeriksaan, informasi dari PJK,
penegak hukum, Pengawas PJK, pemeriksa keuangan negara, informasi publik, orang perorangan, instansi pemerintah, asosiasi profesi, FIU negara lain
PPATK
PJK CBCC Audit/ Riksa Gakum Was PJK BPK/ BPKP Publik Pribadi Peme rintah Asosi asi FIU34
Analis PPATK berusaha menemukan indikasi pencucian
uang atau dugaan keterkaitan tindak pidana pada
transaksi, dengan cara:
A
→
B
→
C
→
D
→
E
1. menelusuri aliran dana;
2. mengidentifikasi pihak-pihak yang terlibat transaksi
dan hubungan yg melatarbelakanginya;
3. mencari dan menemukan kaitan antara transaksi
yang satu dengan transaksi lainnya; dan
4. mencari dan menemukan network di antara sejumlah
pihak
35
Kerjasama
Pertukaran
36
KERJASAMA INTERNASIONAL
• Anggota Egmont Group 120
negara.
• PPATK menjadi anggota the
Egmont Group pada Juni 2004.
• Sekretariat di Kanada.
• Anggota APG 40 Negara.
Sekretariat di Sydney Australia.
• Indonesia menjadi anggota
Asia Pacific Group on ML pada
tahun 2000
• Indonesia Menjadi Co-Chair
37
1. Pemberian Informasi:
• Atas dasar permintaan pihak lain
• Atas dasar inisiatif PPATK
2. Penerimaan Informasi:
• Atas dasar permintaan PPATK
• Atas dasar inisiatif pihak lain
38
PERTUKARAN INFORMASI
DENGAN PIHAK LUAR NEGERI
•
Dilakukan dengan FIU negara lain (atas dasar MoU atau resiprositas);
•
Berdasarkan norma yang diatur oleh the Egmont Group atau sesuai dengan
ketentuan dalam MoU (bersifat rahasia, tidak diperbolehkan untuk diteruskan
ke pihak lain, tidak dapat dijadikan barang bukti di pengadilan, dll);
•
Permintaan atau pemberian informasi dapat dalam bentuk tertulis atau
elektronis;
•
Dalam hal permintaan informasi dilakukan oleh selain FIU, PPATK
memberitahukan agar permintaan informasi dilakukan melalui FIU negara ybs
atau melalui mitra kerjanya di Indonesia.
JUMLAH MOU PPATK
• MOU Dengan Instansi Domestik : 53
MOU
• MOU Dengan FIU Luar Negeri : 42
MOU
E
E
R
R
I
I
M
M
A
A
A
A
K
K
S
S
I
I
H
H
T
T
Website: http://www.ppatk.go.id E-mail: contact-us@ppatk.go.id or helpline@ppatk.go.id Phone: +62-21-3853922; 3850455 Fax: +62-21-3856809 Jl. Ir. H. Juanda 35, Jakarta Pusat 10120E-Learning KYC/AML: http://elearning.ppatk.go.id