• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1) Rambu larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasaf 11 ayat(2) ditempatkan pada awal bagian jalan dimulainya larangan. (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(1) Rambu larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasaf 11 ayat(2) ditempatkan pada awal bagian jalan dimulainya larangan. (2)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

RAMBU

LALU t"tNTAS

( P e r a t u r a n

M e n t e r i

P e r h u b u n g a n

R e p u b l i k

I n d o n e s i a

N o m o r

P M 1 3 T a h u n

2 0 1 4

tanggal

14 April 2014)

(Sambungan

Majalah

WPU edisi 10 Juni 2014')

( 1 )

(2) ( 1 )

Pasal 40

Rambu keterangan tambahan tentang jarak lokasi kritis sebagaimana dimaksud dalam Pasal I ayat (11) ditempatkan pada sisi sebelah luar bahu jalan yang dapat dllihat dari masing-masing arah lalu lintas dimulai pada awal tikungan sampai dengan akhir tikungan.

Rambu pengarah tikungan ke kiri,dan rambu pengarah tikungan ke kanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal I ayat (12) huruf d dan huruf e dipasang dengan ketentuan:

a. pada lokasitikungan dengan jumlah paling sedikit 3 (tiga) atau jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan;

b. jalan yang tidak mempunyai bahu jafan, rambu peringatan pengarah tikungan dapat dipasang pada badan jalan;

c. apabila tikungan mengarah ke kiri, rambu pengarah tikungan dipasang disebelah kanan arah lalu lintas; dan

d. apabilatikungan mengarah ke kanan, rambu dipasang disebelah kiri arah lalu lintas.

Pasal 41

Rambu peringatan pintu perlintasan sebidang kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf e, jarak penempatan diukur dari pintu perlintasan kereta apiyang terdekat. Rambu peringatan perlintasan sebidang kereta api tanpa pintu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf f, jarak penempatan diukur dari relkereta apiyang terdekat.

Rambu peringatan perlintasan sebidang kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat ditempatkan secara berulang dengan dilengkapi rambu peringatan jarak di bagian bawah berupa rambu:

a. keterangan tambahan yang menyatakan jarak 450 (empat ratus lima puluh) meter; b. keterangan tambahan yang menyatakan

jarak 300 (tiga ratus) meter; dan/atau c. keterangan tambahan yang menyatakan

jarak 150 (seratus lima puluh)meter.

Pasal 42

Rambu larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasaf 11 ayat(2) ditempatkan pada awal bagian jalan dimulainya larangan.

Rambu larangan sebagaimana dimaksud pada a y a t ( 1 ) d a p a t d i l e n g k a p i d e n g a n p a p a n tambahan.

Rambu larangan parkir dan berhenti sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf c, jarak pemberlakuan rambu larangan 30 (tiga puluh) meter dari titik pemasangan rambu searah lalu lintas atau sesuaidengan yang dinyatakan dalam papan tambahan.

Rambu larangan parkir dan berhenti sebagai-mana dimaksud pada ayat (3) dapat ditempat kan secara berulang apabila jarak pember-lakuan rambu larangan lebih dari30 (tiga puluh) meter.

Pasal 43

Rambu perintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) ditempatkan sedekat mungkin pada awaldan/atau pada berakhirnya perintah. Rambu perintah sebagaimana dimaksud pada a y a t ( 1 ) d a p a t d i l e n g k a p i d e n g a n p a p a n tambahan.

Pasal 44

Rambu perintah mengikuti ke arah kiri dan r a m b u p e r i n t a h m e n g i k u t i k e a r a h k a n a n sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a dan huruf b ditempatkan pada sisi seberang jalan dariarah lalu lintas datang. Rambu perintah mematuhi arah yang ditunjuk dan rambu perintah memilih salah satu arah yang ditunjuksebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dan ayat (2)ditempatkan pada sisijalan sesuai dengan perintah yang diberikan oleh rambu tersebut. (2) (3) (2) ( 1 ) (2) (4) ( 1 ) ( 1 ) (3)

Wafta Perundang-Undangan/l 7 Juni 201 4

(2)

(2)

Pasal 45

Rambu perintah memasuki bagian jalan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) ditempatkan di sisijalan pada bagian awal lajur atau bagian jalan yang wajib dilewati.

Pasal 46

Rambu perintah menggunakan jalur atau lajur lalu lintas khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (5) ditempatkan pada awal bagian jalan dimulainya perintah.

Pasal 47

(1) Rambu petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf h ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai daya guna sebesar-besarnya dengan memperhatikan keadaan jalan dan kondisi lalu lintas.

(2) Rambu petunjuk sebagaimana dimaksud pada a y a t ( 1 ) u n t u k m e n y a t a k a n j a r a k d a p a t d i l e n g k a p i d e n g a n p a p a n t a m b a h a n a t a u dicantumkan pada rambu itu sendiri.

(3) Rambu petunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diulangi dengan ketentuan jarak antara rambu dan objek yang dinyatakan pada rambu dinyatakan dengan papan tambahan.

Pasal 48

(1) Rambu petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf i ditempatkan pada sisijalan, pemisah jalan, atau di atas ruang manfaat jalan sebelum daerah, kawasan, rute atau lokasiyang ditunjuk. (2) Rambu pendahulu petunjuk jurusan pada

persimpangan di depan, rambu pendahulu petunjukjurusan yang menunjukkan jurusan yang dituju, rambu pendahulu petunjuk jurusan yang menunjukkan jalur atau lajur sebelah kiri untuk mencapaijurusan yang dituju, rambu pendahulu petunjuk jurusan yang menunjukkan jalur atau lajur sebelah kanan untuk mencapai jurusan yang dituju, dan rambu pendahulu petunjuk jurusan yang menunjukkan jarak jurusan yang dituju sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, dan huruf f ditempatkan sedekat mungkin pada daerah, kawasan, rute, atau lokasiyang ditunjuk dengan jarak maksimum 50 (lima puluh) meter. Warta Perundang-U ndangan/I 7 J u ni 201 4

R a m b u p e n d a h u l u p e t u n j u k j u r u s a n y a n g menunjukkan jalur atau lajur untuk mencapai jurusan yang dituju pada pintu keluar jalan tol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf c ditempatkan dengan jarak paling dekat 500 (lima ratus) meter dari lokasi yang ditunjuk. Rambu petunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (3), penempatannya dapat diulang dengan j a r a k m i n i m u m 2 5 0 ( d u a r a t u s lima puluh) meter.

Pasal 49

Rambu petunjuk jurusan dan rambu petunjuk batas wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3) ditempatkan sebelum lokasi yang ditunjuk.

Rambu petunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan jarak sesuai dengan jarak lokasi yang ditunjuk.

Pasal 50

Rambu petunjuk lokasi utilitas umum, rambu petunjuk lokasi fasilitas sosial, rambu petunjuk dengan kata-kata, rambu petunjuk batas awal jalan tol, rambu petunjuk batas awal jalan tol lingkardalam, rambu petunjuk lokasi putar balik, r a m b u p e t u n j u k a w a l b a g i a n ja l a n u n t u k kendaraan bermotor, dan rambu petunjuk akhir b a g i a n ja l a n u n t u k k e n d a r a a n b e r m o t o r sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf e, huruf f, huruf h, dan Pasal 19 ayat (4) huruf a dan huruf c, Pasal 19 ayat (7) huruf g, huruf h, dan huruf i, ditempatkan pada awal petunjuk dimulai.

Rambu petunjuk batas akhirjalan toldan rambu petunjuk batas akhir jalan tol lingkar dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4) huruf b dan huruf d ditempatkan pada bagian jalan pada akhir berlakunya rambu yang ber-sangkutan.

Pasal 51

Rambu petunjuk dengan kata-kata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf h ditempatkan pada awal sisi ruas jalan yang menghadap arah lalu lintas.

Papan nama jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf i ditempatkan pada bagian permulaan suatu ruas jalan dan diulang

P-2

(3)

(4) ( 1 ) (2) ( 1 ) (2) ( 1 ) (2)

(3)

( 1 )

apabila bagian ruas jalan tersebut berpotongan dengan ruas jalan lainnya.

(3) Dalam hal papan nama jalan sebagaimana di-maksud pada ayat (2) berada pada per-simpangan tiga tipe T ditempatkan di seberang jalan menghadap dan arus lalu lintas datang.

Pasal 52

Rambu petunjuk lokasi simpul transportasi, rambu petunjuk lokasi fasilitas kebersihan, rambu petunjuk lokasi fasilitas komunikasi, rambu petunju k lokasi fasil itas pemberhentian angkutan umum, rambu petunjuk lokasi fasilitas penyeberangan pejalan kaki, rambu petunjuk lokasi fasilitas parkir, rambu petunjuk fasititas tanggap bencana dan rambu lokasi fasilitas sosial sebagaimana dimaksud dalam pasal 1g ayat (5) huruf a, b, c, d,e,f, dan h dan pasal 1g ayat (6) ditempatkan pada lokasiyang ditunjuk. Rambu petunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipasang rambu yang sama d i l e n g k a p i d e n g a n p a p a n t a m b a h a n y a n g menyatakan jarak untuk petunjuk awal sebelum lokasiyang ditunjuk.

Pasal 53

Rambu petunjuk lokasi fasilitas parkir sebagai mana dimaksud dalam Pasal 1g ayat (5) huruf f ditempatkan di awal dan di akhir lokasi yang ditunjuk.

Rambu petunjuk lokasi rekreasi dan kebudayaan dan rambu petunjuk lokasi sarana olahraga dan lapangan terbuka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (6) huruf d dan huruf e ditempatkan pada lokasi yang ditunjuk.

Pasal 54

Papan tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) ditempatkan dengan jarak b (lima) sentimeter sampai dengin 10 (seputuh) sentimeter dari sisi terbawah daun rambu dengan lebar papan tambahan secara vertikal tidak melebihi sisi daun rambu.

Papan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyaiukuran perbandingan antara panjang dan lebar 1 (satu) berbanding 2 (dua).

(3) Papan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang ditempatkan pada rambu peringatan lainnya, rambu peringatan dengan kata-kata, rambu larangan dengan kata-kata, rambu petunjuk pendahulu jurusan, dan rambu petunjuk jurusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal I huruf h dan huruf i, Pasal 11 ayat (2) huruf f, dan Pasal 18 ayat (2) huruf a dan huruf b.

(4) Papan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat tulisan yang bersifat khusus, singkat, jelas, mudah, dan cepat dimengerti oleh pengguna jalan.

Pasal 55

Penempatan rambu larangan berjalan terus pada bagian jalan tertentu dan sebelum mendahulukan arus lalu lintas yang datang dari arah berlawanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf d harus disertaidengan menempatkan rambu batas akhir seluruh larangan sebagaimana dimaksud daf am Pasal 12 ayat (7) huruf b.

Pasal 56

P e n e m p a t a n ra m b u p e r i n t a h batas minimum kecepatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1b ayat (2) huruf d harus diakhiri dengan menempatkan rambu perintah batas akhir kecepatan minimum yang diperintahkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (6) huruf a.

Pasal 57

Penempatan rambu perintah penggunaan rantai ban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf e harus diakhiridengan menempatkan rambu perintah batas akhir perintah menggunakan rantai khusus ban sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (6) huruf b.

Pasal 58

Penempatan rambu larangan membunyikan isyarat suara dan rambu larangan pergerakan lalu lintas tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf e dan Pasal 12 ayat(4) huruf d dan huruf h harus diakhiri dengan menempatkan rambu batas akhir larangan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (7) huruf a.

(2)

( 1 )

(2)

( 1 )

(2)

(4)

Pasal 59

Penempatan rambu larangan masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b harus diawali dengan menempatkan rambu larangan m e m u t a r b a l i k d a n b e l o k k a n a n sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat(4) huruf f.

Pasal 60

Penempatan rambu petunjuk lokasi fasilitas penye-berangan pejalan kaki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (5) huruf e harus didahului dengan menempatkan rambu peringatan banyak lalu lintas p e j a l a n k a k i m e n g g u n a k a n fa s i l i t a s p e n y e -berangan sebagaimana dimaksud dalam pasal g ayat (6) huruf a.

Pasal 61

Penempatan rambu peringatan persimpangan prioritas sebagaiinana dimaksud dalam pasalg ayat (4) huruf b harus diikuti dengan menempatkan rambu larangan berjalan terus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4) huruf a pada jalan yang menjadi lawannya.

Pasal 62

(1) Rambu Lalu Lintas sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dapat ditempatkan pada:

a. bagian jalan sebelum lokasi bagian jalan yang rusak, keadaan tertentu, dan kegiatan tertentu;

b. bagian jalan di lokasi bagian jalan yang rusak, keadaan tertentu, dan kegiatan tertentu;dan

c. bagian jalan sesudah lokasi bagian jalan yang rusak, keadaan tertentu, dan kegiatan tertentu.

(2) Rambu Lalu Lintas sementara yang ditempatkan sebelum lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa rambu peringatan. (3) Rambu Lalu Lintas sementara yang ditempatkan

pada lokasisebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa rambu perintah atau rambu larangan.

(4) Rambu Lalu Lintas sementara yang ditempatkan sesudah lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c menyatakan akhir berlakunya rambu perintah atau rambu larangan sebagai-mana dimaksud pada ayat (3).

Wafta Perundang-tJndangan/l7 Juni Z0I4 *

Rambu Lalu Lintas sementara dapatdilengkapi dengan papan tambahan sesuai kebutuhan.

Pasal 63

R a m b u L a l u L i n t a s p a d a ja l a n yang lurus ditempatkan dengan persyaratan:

a. ketinggian minimal 1,75 (satu koma tujuh puluh lima) meterdaripermukaan jalan atau trotoar;

b, posisirambu diputarpaling banyak S (lima) derajat menghadap permukaan jalan dari posisi tegak lurus sumbu jalan sesuai dengan arah lalu lintas, kecualirambu peng-arah tikungan ke kanan, rambu pengarah tikungan ke kiri, rambu larangan berhenti dan rambu larangan parkir;

c. rambu pengarah tikungan ke kanan dan rambu pengarah tikungan ke kiri sebagai-mana dimaksud huruf b ditempatkan dengan posisi rambu diputar paling banyak B (tiga) derajat menghadap permukaan jalan dari posisi tegak furus sumbu jalan sesuai dengan arah lalu lintas; dan

d. rambu larangan berhentidan rambu larangan parkir sebagaimana dimaksud huruf b ditempatkan dengan posisi rambu diputar antara 30 (tiga puluh) derajat sampai 45 (empat puluh lima) derajat menghadap permukaan jalan dari posisi tegak lurus sumbu jalan sesuaidengan arah lalu lintas. Rambu Lalu Lintas pada jalan melengkung ke kiri ditempatkan dengan persyaratan: a. ditempatkan pada sisijafan; dan

b. ditempatkan dengan posisi rambu digeser paling banyak 5 (f ima) derajat searah jarum jam dari posisitegak lurus sumbu jalan. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku untuk rambu petunjuk lokasi fasilitas penyeberangan pejalan kaki, rambu petunju k lokasi fasil itas pemberhentian angkutan umum, dan rambu petunjuk lokasi fasilitas parkir.

Rambu petunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditempatkan dengan posisi rambu sejajar dengan sumbu jalan.

Rambu Lalu Lintas padajalan yang melengkung ke kanan ditempatkan dengan persyaratan: a. ditempatkan pada sisijalan; dan

b. ditempatkan dengan posisi rambu tegak lurus sumbu jalan.

(5) ( 1 ) (2) (3) (4) (5) P4

(5)

(6) Rambu Lalu Lintas yang ditempatkan pada awal pernisah jalan dan di atas ruang manfaat jalan ditempatkan dengan posisi rambu tegak lurus sumbu jalan.

Pasal 64

(1) Pada satu tiang hanya dapat dipasang paling banyak 2 (dua) buah daun rambu.

(2) Pembangunan dan/atau pemasangan bangunan, utilitas, media informasi, iklan, pepohonan, atau b e n d a - b e n d a l a i n d i l a r a n g m e n g h a l a n g i keberadaan rambu yang berakibat mengurangi .atau menghilangkan arti Rambu Lalu Lintas.

Pasal 65

Dalam hal tidak tersedianya ruang untuk pemasangan tiang rambu, Rambu Lalu Lintas dapat dipasang antara lain pada:

a. tembok; b. kakijembatan;

c. bagian jembatan layang; d. tiang bangunan utilitas;dan e. pohon.

Pasal 66

Tata cara pemasangan Rambu Lalu Lintas sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 65 ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

Bagian Ketiga Tata Cara Pemeliharaan

Pasal 67

(1) Pemeliharaan Rambu Lalu Lintas dilakukan secara:

a. berkala; dan b. insidentil.

(2) Pemeliharaan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan paling sedikit setiap 6 (enam) bulan.

(3) Pemeliharaan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat(2) meliputi:

a . m e n g h i l a n g k a n b e n d a d i s e k i t a r perlengkapan jalan yang mengakibatkan berkurangnya artidan fungsi rambu; dan b. membersihkan rambu dari debu/kotoran

sehingga tampak jelas.

Warta Perundang-Undangan/l T Juni 201 4

(4) Pemeliharaan insidentil sebagaimana dimaksud "' pada ayat (1) huruf b dilakukan apabila ditemukan

adanya kerusakan Rambu Lalu Lintas.

(5) Pemeliharaan insidentil sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa mengganti rambu yang rusak dan cacat dengan yang baru untuk dapat memberi jaminan keamanan atau keselamatan bagi pemakaijalan.

Bagian Keempat Tata Gara Penghapusan

Pasal 68

(1) Persyaratan penghapusan Rambu Lalu Lintas ditentukan berdasarkan:

a. umur teknis;

b. kebijakan pengaturan lalu lintas;dan c. keberadaan fisik Rambu Lalu Lintas. (2) Umurteknis sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a paling lama 5 (lima) tahun.

(3) Kebijakan pengaturan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan apabila terjadi perubahan pengaturan lalu lintas yang ditentukan oleh pejabat yang berwenang. (4) Keberadaan fisik Rambu Lalu Lintas

sebagai-mana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi: a. kerusakan;dan

b. hilang.

(5) Penghapusan Rambu Lalu Lintas dilakukan berdasarkan penilaian kinerja oleh Pejabat sesuai dengan kewenangannya.

(6) Tata cara penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

BAB IV

PEMBUATAN RAMBU I-ALU LINTAS Pasal 69

(1) Pembuatan Rambu Lalu Lintas dilakukan oleh b a d a n u s a h a y a n g t e l a h m e m e n u h i p e r -syaratan:

a . b a h a n , p e r l e n g k a p a n , d a n p e r a l a t a n produksi;dan

b. sumberdayamanusiayangberkompetensi di bidang perlengkapan jalan.

(6)

(z',)

(3)

(4)

Untuk memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan penilaian oleh DirekturJenderal.

Badan usaha yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar di Direktorat Jenderal sebagai badan usaha pembuat Rambu Lalu Lintas.

Tata cara penilaian dan pendafiaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

BAB V

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 70

Rambu Lalu Lintas yang telah dipasang sebelum diterbitkannya Peratu ran Menteri in i d inyatakan tetap berlaku dan wajib menyesuaikan dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri ini paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Peraturan Menteri ini mulai berlaku.

BAB VI

KETENTUAN LAIN-I.AIN Pasal 71

D i r e k t u r J e n d e r a l m e l a k u k a n p e m b i n a a n d a n pengawasan teknis terhadap pelaksanaan peraturan Menteri ini.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 72

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 61 Tahun 1993 tentang Rambu-Rambu Lalu Lintas di Jalan

sebagaimana telah diubah terakhir dengan peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun ?006 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 73

Peraturan Menteri Ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan p e n g u n d a n g a n P e r a t u r a n M e n t e r i I n i d e n g a n penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Dihhpkan diJakarh pada hnggal 14 April 1014

MENTERT PERHUBUNGAN REPUBIJK |NDONES|A

ffi.

E.EIJIANGINDMI.I

DiundanglondiJalerh padahnggal lTApril 2014

MENTERI HUKUM DAN HAKA$ASI MANUSIA REPUBUKINDONESIA,

ffi.

AI'JIIRSYAMSUDIN

BERffiA N ECTARA REPUBLIK INDONES|A TAHUN 2014 NOMOR 514

* Lampiran tidak diterbitkan

Referensi

Dokumen terkait

muncul dari pengrajin atau masalah internal dan masalah yang terjadi antar pengrajin maupun pihak lain yang mendukung dalam usahanya1. Pada tabel 1 akan dijelaskan faktor sosial

Pada penelitian yang dilakukan Rezky Ginanjar (2012) yang berjudul “ Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Pelayanan Pedidikan di Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas

Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V di SDN 1 Rio Mukti” diperoleh kesimpulan bahwa metode eksperimen berpengaruh positif dalam

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu bahwa upaya penanganan hukum oleh Polda Jateng terhadap anak yang menjadi korban tindak pidana perdagangan orang dilakukan dengan

 Analisis Lewis mengenai proses pembangunan ekonomi yang menghadapi kelebihan tenaga kerja dapat dibedakan dalam tiga aspek: analisis mengenai proses pertumbuhan itu sendiri,

pola dinamika struktur tegakan yang diperoleh dari hasil penelitian pada hutan alam yang setelah penebangan tidak mengalami perlakuan dan gangguan yang berarti

Dengan kata lain jumlah ikatan rangkap yang masih terdapat pada produk mempengaruhi sifat karet alam siklis yang dihasilkan.. Disamping itu bobot molekul juga berpengaruh

Integrasi secara perlahan-lahan dari berbagai jenis tipe komunikasi dibuat tidak hanya mudah, tetapi dengan SYSTIMAX PDS juga dapat menghasilkan fondasi sistem untuk sistem perkabelan