BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Peta
2.1.1 Pengertian Peta
Peta merupakan gambaran atau lukisan seluruh atau sebagian gambaran
dari permukaan bumi yang digambarkan pada bidang datar yang diperkecil
dengan menggunakan skala tertentu dan dijelaskan dalam bentuk simbol dan
dibuat mengikuti ukuran sama luas, sama bentuk, sama jarak, dan sama arah.
Secara umum Peta didefinisikan sebagai gambaran dari unsur-unsur
alam maupun buatan manusia yang berada diatas maupun dibawah
permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala
tertentu (PP Nomor 10 Tahun 2000).
Menurut Imran (2009), Peta merupakan kalibrasi dari bidang
permukaan bumi 3 dimensi menjadi sebuah gambaran utuh yang lebih
sederhana ke dalam selembar kertas media yang datar dengan penyesuaian
baik ukuran maupun bentuknya disertai pula dengan informasi dan
detail-detailnya. Dengan kalimat sederhana, pengertian peta merupakan pengecilan
dari permukaan bumi atau benda angkasa yang digambarkan pada bidang
datar dengan menggunakan ukuran, simbol, dan sistem generalisasi
(penyederhanaan).
Peta mengandung arti komunikasi, artinya merupakan suatu signal atau
saluran antara pengirim pesan (pembuat peta) dengan penerima pesan
yang berupa informasi tentang realita dalam wujud berupa gambar. Agar
pesan (gambar) tersebut dapat dimengerti maka harus ada bahasa yang sama
antara pembuat peta dan pembaca peta (Aryono Prihandito, 1989) dalam
(Sariyono dan Nursa’ban, 2010).
2.1.2 Klasifikasi Peta
Menurut Indarto (2010), klasifikasi peta dikelompokan dalam 3
golongan, yaitu sebagai berikut:
a) Penggolongan peta menurut isi
1. Peta umum atau peta dasar adalah peta yang menyajikan informasi
permukaan bumi secara umum, baik kenampakan alami misalnya
sungai, gunung, laut, danau, maupun kenampakan buatan misalnya
jalan raya, rel kereta api dan pemukiman
2. Peta tematik adalah peta yang menyajikan informasi tentang fenomena
atau kondisi tertentu yang terjadi di permukaan bumi
b) Penggolongan peta menurut skala
1. Peta kadaster/teknik adalah peta yang mempunyai skala 1: 100 sampai
1: 5.000
2. Peta skala besar adalah peta yang mempunyai skala lebih dari 1:
75.000
3. Peta skala sedang adalah peta yang mempunyai skala antara 1: 75.000
sampai 1: 1.000.000
4. Peta skala keci adalah peta yang mempunyai skala lebih kecil dari
c) Penggolongan peta menurut penggunaannya
Meliputi peta pendidikan, peta ilmu pengetahuan, informasi umum, turis,
navigasi, aplikasi teknik dan perencanaan.
2.2 Pemetaan
Pemetaan merupakan suatu proses pengukuran, perhitungan dan
penggambaran dengan menggunakan cara atau metode tertentu sehingga
didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk data
spasial vector maupun raster. Pemetaan juga dapat diartikan sebagai proses
pembuatan peta.
Pemetaan sekolah merupakan suatu kegiatan untuk memberikan
gambaran atau secara rinci dan tepat dipermukaan suatu daerah tertentu
mengenai keadaan sekolah serta hubungannya dengan jumlah anak usia
sekolah, perkembangan pemukiman penduduk, sosial ekonomi dan
lingkungan dalam arti luas. Pemetaan sekolah juga dapat diartikan sebagai
metode perencanaan secara mikro yang berupa proses penataan atau
penataan kembali jaringan persekolahan yang ada sehingga diperoleh jaringan
yang baru dengan daya tampung yang lebih besar agar mutu pendidikan lebih
berbobotdan mempunyai relevansi dengan pengembangan.
Tujuan utama pemetaan adalah untuk menyediakan deskripsi dari suatu
fenomena geografis, informasi spasial dan non-spasial, informasi tentag jenis
2.2.1 Tahapan Pembuatan Peta
Menurut Imran (2009) Dalam buku “Desain dan Komposisi Peta
Tematik” karangan Juhadi dan Dewi Liesnoor, disebutkan bahwa tahapan pembuatan peta secara sistematis yang dianjurkan adalah:
1. Menentukan daerah dan tema peta yang akan dibuat
2. Mencari dan mengumpulkan data
3. Menentukan data yang akan digunakan
4. Mendesain simbol data dan simbol peta
5. Membuat peta dasar
6. Mendesain komposisi peta (lay out peta), unsur peta dan kertas
7. Pencetakan peta
8. Lettering dan pemberian simbol
9. Reviewing
10. Editing
11. Finishing
2.2.2 Proses Pemetaan
Menurut Hidayat (2012) proses pembuatan peta harus mengikuti
pedoman dan prosedur tertentu agar dapat dihasilkan peta yang baik, benar,
serta memiliki unsur seni dan keindahan. Secara umum proses pembuatan
peta meliputi beberapa tahapan dari pencarian dan pengumpulan data hingga
sebuah peta dapat digunakan. Proses pemetaan tersebut harus dilakukan
dengan urut dan runtut, karena jika tidak dilakukan secara urut dan runtut,
Proses Atau Tahap-Tahap Pemetaaan
1. Tahap pencarian dan pengumpulan data
Ada beberapa cara dalam mencari dan mengumpulkan data, yaitu:
a. Secara langsung
Cara pencarian data secara langsung dapat melalui metode
konvensional yaitu meninjau secara langsung ke lapangan dimana daerah
tersebut akan dijadikan objek dari peta yang dibuat. Cara ini disebut
dengan teristris. Dengan cara ini dilakukan pengukuran medan
menggunakan theodolit, GPS, dan alat lain yang diperlukan serta
pengamatan informasi ataupun wawancara dengan penduduk setempat
secara langsung sehingga didapat data yang nantinya akan diolah.
Dapat pula dilakukan secara fotogrameti, yaitu dengan metode foto
udara yang dilakukan dengan memotret kenampakan alam dari atas dengan
bantuan pesawat dengan jalur khusus menurut bidang objek. Atau dapat
pula menggunakan citra dari satelit serta cara-cara lain yang dapat
digunakan.
b. Secara tak langsung
Melalui cara ini tentu saja kita tidak usah repot-repot meninjau
langsung ke lapangan melainkan kita hanya mencari data dari peta atau
data-data yang sudah ada sebelumnya. misalnya dalam membuat peta
kepemilikan tanah di daerah Semarang, kita cukup mencari peta
administrasi lengkap kota Semarang, kemudian dapat diperoleh data
Data yang diperoleh dari pencarian data secara tak langsung ini
disebut dengan data sekunder, sedangkan peta yang digunakan sebagai
dasar pembuatan peta lain disebut sebagai peta dasar.
2. Tahap pengolahan data
Data yang telah dikumpulkan merupakan data spasial yang tersebar
dalam keruangan. Data yang telah diperoleh tersebut kemudian
dikelompokkan misalnya data kualitatif dan data kuantitatif, kemudian
data kuantitatif dilakukan perhitungan yang lebih rinci. Langkah
selanjutnya yaitu pemberian simbol atau simbolisasi terhadap data-data
yang ada.
Dalam tahap akan mudah dengan menggunakan sistem digital
komputing karena data yang masuk akan langsung diolah dengan software
atau aplikasi tertentu sehingga data tersebut akan langsung jadi dan siap
untuk disajikan.
3. Tahap penyajian dan penggambaran data
Tahap ini merupakan tahap pembuatan peta dari data yang telah
diolah dan dilukiskan pada media. Dalam tahap ini dapat digunakan cara
manual dengan menggunakan alat-alat yang fungsional, namun cara ini
sangat membutuhkan perhitungan dan ketelitian yang tinggi agar didapat
hasil yang baik.
Akan lebih baik jika digunakan teknik digital melalui komputer,
penggambaran peta dapat digunakan aplikasi-aplikasi pembuatan peta
Info, dan software lain. Setelah peta tergambar pada komputer, kemudian
data yang telah disimbolisasi dalam bentuk digital dimasukkan dalam peta
yang telah di gambar pada komputer, pemberian informasi tepi, yang
kemudian dilakukan proses printing atau pencetakan peta.
4. Tahap penggunaan data
Tahap ini sangatlah penting dalam pembuatan sebuah peta, karena
dalam tahap ini menentukan baik atau tidaknya sebuah peta, berhasil atau
tidaknya pembuatan sebuah peta. Dalam tahap ini pembuat peta diuji
apakah petanya dapat dimengerti oleh pengguna atau malah susah dalam
dimaknai. Peta yang baik tentunya peta yang dapat dengan mudah
dimengerti dan dicerna maksud peta oleh pengguna. Selain itu, pengguna
dapat memberikan respon misalnya tanggapan, kritik, dan saran agar peta
tersebut dapat disempurnakan sehingga terjadi timbal balik antara pembuat
peta (map maker) dengan pengguna peta (map user).
2.3 ArcGIS
ArcGIS merupakan software GIS yang dibuat oleh ESRI
(Environmental System Research Institute) yang berpusat di Redlands,
California, USA. Software ini sangat populer di kalangan pengguna GIS, dan
merupakan salah satu software GIS yang paling banyak digunakan diseluruh
dunia. Saat ini, ArcGIS telah dirilis hingga versi 9.3.1.
ArcGIS membutuhkan spesifikasi perangkat keras (hardware) yang
ArcGIS dikembangkan oleh ESRI (Environmental Systems Research Institut)
sebuah perusahaan yang memfokuskan diri pada solusi pemetaan digital
terintegrasi(Awaludin, 2010).
Menurut Prahasta (2011), ArcGIS merupakan perangkat lunak yang
terbilang besar. Perangkat lunak ini menyediakan kerangka kerja yang
bersifat scalable (bisa di perluas sesuai kebutuhan) untuk
mengimplementasikan suatu rancangan aplikasi SIG, baik bagi pengguna
tunggal (single user) maupun bagi lebih dari satu pengguna yang berbasiskan
desktop, menggunakan server, memanfaatkan layanan web, atau bahkan yang bersifat mobile untuk memenuhi kebutuhan pengukuran di lapangan.
ArcGIS adalah produk sistem software yang merupakan kumpulan
(terintegrasi) dari produk-produk software lainnya dengan tujuan untuk
membangun sistem SIG yang lengkap. Dengan ArcGIS kita memanfaatkan
fungsi desktop maupun jaringan. Dengan ArcGIS kita bisa memakai fungsi
pada level ArcView, ArcEditor, ArcInfo, dengan fasilitas ArcMap,
ArcCatalog, dan ArcToolbox. ArcGIS yang merupakan sebuah software
pengolah data spasial memiliki berbagai keunggulan yang dapat
dimanfaatkan oleh kalangan pengolah data spasial. Termasuk dalam hal ini
ArcGIS dapat digunakan untuk berbagai aplikasi kajian daerah pesisir dan
laut.
Aplikasi dan analisa SIG yang dapat dilakukan oleh ArcGIS antara
lain; pemetaan, analisa geografi, editing, manajemen data, kompilasi,
kita dapat melakukan pengolahan data spasial dalam aplikasinya di berbagai
bidang. Termasuk dalam hal ini adalah dalam aplikasi kelautan. ArcGIS
merupakan satu software SIG terbaik di dunia dan telah digunakan oleh
jutaan penggunannya.
2.4 Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar
Standar sarana dan prasarana berdasarkan Peraturan Menteri Dinas
Pendidikan no 24 Tahun 2007 disusun untuk ruang lingkup pendidikan
formal jenis pendidikan umum, jenjang pendidikan dasar dan menengah
yaitu: Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
Standar sarana dan prasarana ini mencakup:
1. Kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan,
media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi
dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap
sekolah/madrasah.
2. Kriteria minimum prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan,
ruang-ruang, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah
/madrasah.
Adapun yang didefinisikan dalam peraturan ini adalah sebagai berikut :
1. Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah.
2. Prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi
3. Perabot adalah sarana pengisi ruang.
4. Peralatan pendidikan adalah sarana yang secara langsung digunakan
untuk pembelajaran.
5. Media pendidikan adalah peralatan pendidikan yang digunakan untuk
membantu komunikasi dalam pembelajaran.
6. Buku adalah karya tulis yang diterbitkan sebagai sumber belajar.
7. Buku teks pelajaran adalah buku pelajaran yang menjadi pegangan
peserta didik dan guru untuk setiap mata pelajaran.
8. Buku pengayaan adalah buku untuk memperkaya pengetahuan peserta
didik dan guru.
9. Buku referensi adalah buku rujukan untuk mencari informasi atau data
tertentu.
10. Sumber belajar lainnya adalah sumber informasi dalam bentuk selain
buku meliputi jurnal, majalah, surat kabar, poster, situs (website), dan
compact disk.
11. Bahan habis pakai adalah barang yang digunakan dan habis dalam waktu
relatif singkat.
12. Perlengkapan lain adalah alat mesin kantor dan peralatan tambahan yang
digunakan untuk mendukung fungsi sekolah/madrasah.
13. Teknologi informasi dan komunikasi adalah satuan perangkat keras dan
lunak yang berkaitan dengan akses dan pengelolaan informasi dan
14. Lahan adalah bidang permukaan tanah yang di atasnya terdapat prasarana
SD/Madrasah meliputi bangunan, lahan praktek, lahan untuk prasarana
penunjang, dan lahan pertamanan.
15. Bangunan adalah gedung yang digunakan untuk menjalankan fungsi
sekolah/madrasah.
16. Ruang kelas adalah ruang untuk pembelajaran teori dan praktek yang
tidak memerlukan peralatan khusus.
17. Ruang perpustakaan adalah ruang untuk menyimpan dan memperoleh
informasi dari berbagai jenis bahan pustaka.
18. Ruang laboratorium adalah ruang untuk pembelajaran secara praktek
yang memerlukan peralatan khusus.
19. Ruang pimpinan adalah ruang untuk pimpinan melakukan kegiatan
pengelolaan sekolah/madrasah.
20. Ruang guru adalah ruang untuk guru bekerja di luar kelas, beristirahat,
dan menerima tamu.
21. Ruang tata usaha adalah ruang untuk pengelolaan administrasi
sekolah/madrasah.
22. Ruang konseling adalah ruang untuk peserta didik mendapatkan layanan
konseling dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial,
belajar, dan karir.
23. Ruang UKS adalah ruang untuk menangani peserta didik yang
24. Tempat beribadah adalah tempat warga sekolah/madrasah melakukan
ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah.
25. Ruang organisasi kesiswaan adalah ruang untuk melakukan kegiatan
kesekretariatan pengelolaan organisasi peserta didik.
26. Jamban adalah ruang untuk buang air besar dan/atau kecil.
27. Gudang adalah ruang untuk menyimpan peralatan pembelajaran di luar
kelas, peralatan sekolah/madrasah yang tidak/belum berfungsi, dan arsip
sekolah/madrasah.
28. Ruang sirkulasi adalah ruang penghubung antar bagian bangunan
sekolah/madrasah.
29. Tempat berolahraga adalah ruang terbuka atau tertutup yang dilengkapi
dengan sarana untuk melakukan pendidikan jasmani dan olah raga.
30. Tempat bermain adalah ruang terbuka atau tertutup untuk peserta didik
dapat melakukan kegiatan bebas.
31. Rombongan belajar adalah kelompok peserta didik yang terdaftar pada
satu satuan kelas.
Ketentuan Prasarana Dan Sarana yang tertuang pada PERMENDIKNAS no
24 Tahun 2007, sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana
sebagai berikut:
1. ruang kelas, 7. ruang UKS,
2. ruang perpustakaan, 8. jamban,
3. laboratorium IPA, 9. gudang,
5. ruang guru, 11. tempat bermain/berolahraga.
6. tempat beribadah,
2.5 Daya Tampung dan Angka Partisipasi 2.5.1 Daya Tampung
Setiap satuan pendidikan dibangun untuk dapat menampung
kelompok penduduk usia sekolah/ anak usia sekolah (AUS). Besarnya daya
tampung ini tentu berbanding lurus dengan banyaknya jumlah kelas yang
dimiliki. Semakin banyak jumlah kelas yang dimiliki, akan semakin besar
pula daya tampung sekolah terhadap AUS. Dalam peraturan bersama antara
menteri pendidikan dan menteri agama No 4/VI/PB/2011, No MA/111/2011
tentang penerimaan peserta didik baru, diuraikan bahwa jumlah peserta didik
pada SD/MI dalam satu rombongan belajar/ kelas paling banyak 40 (empat
puluh) orang. Karena daya tampung adalah besarnya kemampuan sekolah
dalam menampung siswa, dan tiap kelas dalam satuan pendidikan SD
maksimal menampung 40 (empat puluh) orang, maka dapat dirumuskan: 𝐷𝑇 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 ∗ 40 ……… (Formula 1)
Keterangan :
DT = Daya Tampung
2.5.2 Angka Partisipasi Kasar (APK)
APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan
SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun
atau rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat
dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukan tingkat partisipasi
penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan
indicator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia
sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.
APK didapat dengan membagi jumlah penduduk yang sedang
bersekolah (atau jumlah siswa), tanpa memperhitungkan umur, pada jenjang
pendidikan tertentu dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan
dengan jenjang pendidikan tersebut.
Cara menghitung APK:
𝐴𝑃𝐾ℎ𝑡 = 𝐸ℎ𝑡 𝑃ℎ ,𝑎𝑡 𝑥100%……….. (Formula 2) Keterangan : h = jenjang pendidikan a = kelompok usia t = tahun
𝐸ℎ𝑡 = jumlah penduduk yang pada tahun t dari berbagai usia sedang sekolah pada jenjang pendidikan h
𝑃ℎ,𝑎𝑡 = jumlah penduduk yang pada tahun t berada pada kelompok usia a
yaitu kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan h
Jenjang pendidikan menurut kelompok usia sekolah : SD/MI = 7 – 12 tahun
SMP/MTs = 13 – 15 tahun SMA/SMK/MA = 16 – 18 tahun
2.5.3 Angka Partisipasi Murni (APM)
APM adalah perbandingan penduduk usia antara 7 hingga 18 tahun
yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi
dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun.
APM adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan
jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM
menunjukan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan
tertentu. Seperti APK, APM juga merupakan indicator daya serap penduduk
usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Tetapi, jika dibandingkan dengan
APK, APM merupakan indicator daya serap yang lebih baik karena APM
melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan
yang sesuai dengan standar tersebut. APM di suatu jenjang pendidikan di
dapat dengan membagi jumlah siswa atau penduduk usia sekolah yang sedang
bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan
jenjang sekolah tesebut.
Cara menghitung APM :
𝐴𝑃𝑀ℎ𝑡 = 𝐸ℎ ,𝑎𝑡 𝑃ℎ ,𝑎𝑡 𝑥100%……… (Formula 3) Keterangan : h = jenjang pendidikan a = kelompok usia t = tahun
𝐸ℎ,𝑎𝑡 = jumlah siswa/ penduduk usia a yang bersekolah di tingkat
pendidikan h pada tahun t
2.6 Kerangka Berfikir
Pada umumnya dalam penyampaian informasi mengenai penyebaran
sekolah kepada masyarakat dalam bentuk data statistik. Dengan berkembang
pesatnya teknologi sekarang yang mampu menyajikan data dalam bentuk peta
sehingga informasi yang didapatkan oleh masyarakat sangat baik.
Adanya pemanfaatan peta terutama untuk sebaran sekolah diharapkan
mampu menjadi sumber informasi bagi masyarakat dan instansi-instansi
pengambil keputusan. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa terdapat
hubungan positif antara pemetaan sebaran Sekolah Dasar guna meningkatkan
stabilitas pelayanan pendidikan.
2.7 Kajian Penelitian Relevan
Penelitian dalam hal pemetaan sebelumnya sudah pernah dilakukan
oleh beberapa mahasiswa untuk memenuhi tugas akhir atau skripsi. Misalnya
penelitian yang dilakukan oleh Fariza & Qolis (2008), yang menghasilkan
sistem yang menyajikan informasi tentang titik lokasi sebaran SMP,
SMA/SMK/MA dan profil kecamatan di Kabupaten Kediri, yang dapat
membantu pemerintah dalam meningkatkan layanan pendidikan. Dan
menampilkan informasi peta digital yang di dalamnya terdapat informasi
mengenai titik-titik lokasi sarana pendidikan yang ada di Kota Depok untuk
jenjang SMA/MA, SMK, Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta dan
Dinas Pendidikan. Namun penelitian ini tidak menganalisis sebaran sekolah
apakah dapat menampung seluruh AUS yang belum sekolah berdasarkan
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang penulis lakukan
yaitu penulis menganalisa sebaran sekolah terhadap pengalokasian Anak Usia