BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi dimana persaingan perdagangan internasional semakin ketat. Untuk itu Indonesia perlu meningkatkan kemampuan industrinya. Arus globalisasi telah menyebabkan terjadinya integrasi pasar dunia sehingga suatu negara akan saling mempengaruhi karena ada perubahan ekonomi dari seluruh belahan dunia. Sebagai contoh pada tahun 2007, Amerika Serikat mengalami krisis moneter karena masalah krisis kredit perumahan (credit sub-prime mortgage) yang menguncang dunia, hal ini sangat berpengaruh terhadap laju perekonomian dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia pengaruhnya ditandai dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia yang anjlok 6,44 persen (139,56 poin) di posisi 2.029,08 dan menurunnya nilai tukar rupiah tehadap Dollar Amerika Serikat. Kurs rupiah terus melemah hingga di level Rp 9.430 per 1 USD yang ditutup tanggal 9 Desember 2007. Inflasi pun kian meningkat, ini disebabkan oleh adanya kenaikan harga bahan – bahan makanan.
Arus globalisasi tersebut membuat setiap negara berusaha keras untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam mengoptimalkan sumber daya yang ada. Untuk itu diperlukan investasi yang besar, salah satunya yaitu melalui pasar modal. Salah satu bentuk investasi pasar modal adalah melalui penjualan saham,
obligasi dan surat – surat berharga lainnya kepada masyarakat luas, baik kepada investor dalam negeri maupun investor luar negeri.
Pasar modal memberikan manfaat yang berarti dalam hal pendayagunaan secara optimal dana yang dimiliki masyarakat maupun pihak asing untuk dimanfaatkan dalam mendorong pembangunan dan peningkatan kemampuan industri, terlebih sekarang ini dana yang dimiliki oleh pemerintah sangat terbatas. Karena itu diperlukan juga para investor dari luar negeri yang dapat membantu dalam perkembangan perekonomian. Masuknya investor asing ke pasar modal Indonesia sebagai bentuk dari diversifikasi internasional portofolio investasi mereka telah menjadikan pasar modal Indonesia bergairah (Firman, 2002). Investasi sendiri sebenarnya bertujuan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk menghemat pajak (Tandelilin : 2001 ).
Pasar modal tidak lepas dari adanya hukum ekonomi yaitu penawaran dan permintaan. Di pasar modal inilah ada titik temu antara penawaran dan permintaan, dimana orang – orang atau badan usaha dapat menginvestasikan dananya. Di Indonesia perkembangan pasar modal masih sangat perlu penanganan dan dukungan dari Pemerintah, sehingga di perlukan suatu kebijakan moneter agar sumberdaya yang dimiliki masyarakat dapat di manfaatkan secara optimal. Selain itu peran pemerintah dalam pasar modal adalah melindungi masyarakat dari efek negatif suatu perekonomian kapitalistik.
Secara umum bentuk investasi di pasar modal yang paling diminati oleh berbagai masyarakat di seluruh belahan dunia adalah investasi berupa kepemilikan saham, baik saham biasa maupun saham preferen dengan harapan bahwa mereka dapat memperoleh berbagai keuntungan, yaitu berupa pembagian dividen dan
capital gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan kepada pemegang saham
yang besarnya tergantung dari kebijakan dividen (dividen policy) dari masing – masing perusahaan penerbit saham tersebut, dan hal ini sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Sedangkan capital gain merupakan selisih harga jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga beli dari saham tersebut.
Investasi saham melalui pasar modal memberikan suatu dampak, disatu sisi mungkin dapat memberikan suatu keuntungan namun disisi lain dalam suatu kondisi tertentu mungkin akan mengalami kerugian baik karena tidak dapat memberikan hasil berupa pembagian dividen ataupun karena selisih jual saham lebih rendah dari harga belinya sehingga mengalami capital loss.
Kondisi perekonomian suatu negara sangat mempengaruhi perkembangan pasar modal untuk investasi, seperti pada tahun 1994 yang memuncak pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter, sehingga para investor luar negeri meninggalkan pasar modal Indonesia yang menyebabkan makin terpuruknya perekonomian Indonesia.
Pada semester II-2010, perekonomian Indonesia tumbuh 6,2 persen. Minat para investor dalam melakukan investasi tak hanya sebatas investasi portofolio, tetapi juga investasi langsung. Para investor asing tengah mengalami fase euforia
terhadap perekonomian Indonesia, apalagi dengan proyeksi tahun depan Indonesia akan masuk investment grade.
Investasi saham sangat di pengaruhi oleh faktor internal (lingkungan mikro ekonomi) dan eksternal perusahaan (lingkungan makro ekonomi). Kedua faktor ini berpengaruh terhadap tingkat pengembalian yang di harapkan (return saham) maupun pada tingkat risiko saham. Faktor internal yaitu faktor – faktor yang berasal dari dalam perusahaan, misalnya adanya pemogokan, tuntutan pihak lain,penelitian yang tidak berhasil, kinerja perusahaan (tingkat profitabilitas, tingkat likuiditas, ukuran perusahaan, dan lain - lain). Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor – faktor yang berasal dari luar perusahaan, misalnya tingkat suku bunga, tingkat inflasi, perubahan nilai kurs. (Iqbal, 2003). Selain itu pengaruh perekonomian luar negeri pun akan berpengaruh terhadap perekonomian dalam negeri sebagai akibat dari globalisasi ekonomi. Lingkungan mikro ekonomi cenderung bisa di kontrol karena masih dalam internal perusahaan, tetapi untuk lingkungan makro ekonomi berada di luar kendali perusahaan emiten bahkan oleh bursa itu sendiri.
Saat ini kurs rupiah sangat di pengaruhi oleh kegiatan ekspor dan impor. Menguatnya nilai tukar rupiah harus diimbangi dengan peningkatan produksi, karena bahan baku impor yang semakin murah. Sedangkan inflasi yang merupakan gelala yang menunjukan kenaikan tingkat harga umum yang berlangsung terus menerus, juga harus dikendalikan karena inflasi ini merupakan salah satu indikator untuk mengukur baik buruknya masalah perekonomian suatu
negara. Tingkat inflasi juga di pengaruhi oleh kegiatan impor. Tingkat inflasi yang berkisar antara 2 sampai 4 persen dikatakan tingkat inflasi yang rendah sedangkan tingkat inflasi yang berkisar antara 7 sampai 10 persen dikatakan inflasi yang tinggi. Inflasi yang tinggi dan tidak terkendali dapat menimbulkan masalah bagi perekonomian suatu Negara.
Semakin banyak investor yang berinvestasi di bursa saham, maka semakin tinggi pula IHSG, namun sebaliknya semakin sedikit investor yang berinvestasi di bursa saham, maka semakin rendah IHSG. Secara umum di Indonesia yang mempengaruhi harga saham masih di dominasi karena faktor eksternal seperti kurs mata uang maupun inflasi, sedangkan di negara maju seperti di Amerika Serikat lebih di dominasi karena faktor internal. Di Indonesia IHSG merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, maka begitu penting untuk memahami tentang faktor - faktor yang dapat mempengaruhi IHSG sebelum investor berinvestasi saham di pasar modal.
Indeks saham di pasar Amerika juga termasuk di dalam lingkungan ekonomi makro yang memiliki pengaruh sebagai dampak globalisasi. Salah satu indeks saham di pasar Amerika adalah indeks saham Dow Jones, indeks ini merupakan indeks pasar Amerika Serikat yang tertua yang masih berjalan dan memiliki 30 anggota dari perusahaan - perusahaan yang sudah go-public bahkan sudah go-international seperti General Motors dan Johnson and Johnson. Indeks ini di duga peneliti sebelumnya memiliki suatu hubungan atau pengaruh terhadap
pergerakan saham di Indonesia. Dalam VIVAnews edisi 16 Juli 2010, dikatakan bahwa indeks Dow Jones diperkirakan bakal mengalami tekanan jual kembali, seiring proyeksi melambatnya pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat. Imbas negatif Dow Jones ini bisa berpengaruh ke pasar regional Asia termasuk IHSG. Namun fundamental dalam negeri tetap positif seperti ekspektasi laporan keuangan emiten semester I-2010 yang positif, sehingga bisa menahan penurunan IHSG.
Dengan adanya kondisi – kondisi tersebut , penulis tertarik untuk mencermati pengaruh yang di timbulkan dari faktor – faktor yang mempengaruhi harga saham yang disebabkan oleh faktor lingkungan ekonomi makro, yaitu nilai tukar mata uang, laju inflasi dan indeks saham Dow Jones di New York Stock Exchange - Amerika Serikat. Hal ini perlu di analisis apakah benar kurs rupiah, laju inflasi dan indek saham Dow Jones merupakan faktor utama yang menjelaskan adanya perubahan pada indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu penelitian yang diambil penulis berjudul : “ PENGARUH KURS RUPIAH, LAJU INFLASI DAN INDEKS SAHAM DOW JONES TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, sangat menarik mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi IHSG, yaitu kurs rupiah, laju inflasi dan indeks saham Dow Jones. Pokok masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut :
1) Apakah kurs rupiah berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia ?
2) Apakah laju inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia ?
3) Apakah indeks saham Dow Jones berpengaruh signifikan terhadap Indek Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia ?
4) Apakah kurs rupiah, laju inflasi dan indeks saham Dow Jones berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab secara empiris pertanyaan yang telah dirumuskan, yaitu :
1) Untuk menguji dan menganalisis apakah kurs rupiah berpengaruh signifikan terhadap Indek Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.
2) Untuk menguji dan menganalisis apakah laju inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indek Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.
3) Untuk menguji dan menganalisis apakah indeks saham Dow Jones berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.
4) Untuk menguji dan menganalisis apakah kurs rupiah, laju inflasi dan indeks saham Dow Jones secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap Indek Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi investor yaitu dapat memberikan informasi tentang pengaruh kurs rupiah,laju inflasi dan indeks saham Dow Jones terhadap pergerakan IHSG, sehingga investor dapat mempertimbangkan secara baik sebelum memutuskan untuk berinvestasi saham serta investor dapat berinvestasi secara tepat sesuai dengan tujuan yang di harapkannya.
2. Bagi kalangan akademis yaitu menambah wawasan pengetahuan bagi kalangan akademik mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi IHSG. 3. Bagi peneliti selanjutnya yaitu memberikan pengetahuan dan pengalaman
dalam melakukan penelitian yang berguna dan menjadi bahan masukan bagi praktek – praktek penelitian selanjutnya.