• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KARAKTERISTIK ALIRAN MELALUI SALURAN TERBUKA MENYEMPIT DENGAN VARIASI SUDUT PADA MEJA ANALOGI HIDROLIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KARAKTERISTIK ALIRAN MELALUI SALURAN TERBUKA MENYEMPIT DENGAN VARIASI SUDUT PADA MEJA ANALOGI HIDROLIK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

964

ANALISIS KARAKTERISTIK ALIRAN MELALUI SALURAN TERBUKA

MENYEMPIT DENGAN VARIASI SUDUT PADA MEJA ANALOGI

HIDROLIK

Darmulia

Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Islam Makassar ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui bentuk struktur sel kejut aliran fluida (air), (2) mengamati dan mempelajari bentuk karakteristik aliran yang dihasilkan oleh saluran terbuka menyempit dengan sudut 5o, 10o, dan 15o untuk pengujian dengan variasi debit aliran dan variasi tinggi permukaan air pada meja analogi, (3) mengetahui dan mengamati tingkat fluktuasi ketinggian air yang terjadi di dalam dan di luar saluran terbuka menyempit pada meja analogi untuk pengujian dengan debit aliran. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai April 2011 di Laboratorium Mekanika Fluida Jurusan Mesin Universitas Muslim Indonesia (UMI), Makassar. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen laboratorium untuk mendapatkan data : beda head pada manomemeter (Δh), tinggi permukaan air pada reservoir atas (htot), tinggi permukaan air pada titik masuk (hm), tinggi permukaan air pada titik tengah (ht), tinggi permukaan air pada titik luar saluran (hk), dan tinggi permukaan air di luar saluran (ha). Hasil penelitian diperoleh bahwa untuk sudut 50 pada Q1 = 4,83 x 10

-4

m3/s dimana L1 = 35 mm, L2 = 90 mm dan L3 = 160 mm. Untuk sudut 10o pada Q1 = 4,60 x 10 -4 m3/s dimana L1 = 50 mm, L2 = 120 mm dan L3 = 200 mm dan untuk sudut 15o pada Q1 = 3,99 x 10 -4 m3/s dimana L1 = 50 mm, L2 = 15 mm dan L3 = 380 mm. Untuk saluran menyempit dengan sudut 5o pada Q1 = 4,83 x 10-4 m3/s; Vk = 0,3499 m/s; Ck = 0,4750 m/s; Frk = 0,7367; Re = 13485. Untuk saluran menyempit dengan sudut 10o pada Q1 = 4,60 x 10-4m3/s; Vk = 0,3488 m/s, Ck = 0,4646 m/s; Frk = 0,7508; Re = 13014. Untuk saluran menyempit dengan sudut 15o pada Q1 = 3,99 x 10-4 m3/s; Vk = 0,3323 m/s; Ck = 0,4429m/s; Frk = 0,7502; Re = 11552.

Keywords : Kecepatan Aliran (V), Kecepatan Penjalaran Gelombang (C), Bilangan Froude (Fr), Bilangan Reynolds (Re)

PENDAHULUAN

Fenomena aliran melalui saluran terbuka telah lama diketahui dan dimanfaatkan oleh manusia. Sampai saat ini, aliran melalui saluran terbuka banyak dijumpai pada Turbin air, pertambangan dan lain-lain. Karakteristik aliran fluida yang keluar melalui saluran terbuka mempunyai bentuk dan kecepatan yang berbeda untuk setiap perubahan tekanan dan kecepatan aliran. Saluran terbuka pada sebuah meja analogi hirolik mempunyai ciri atau karakteristik ‘h’ (ketinggian/kedalaman), C (Kecepatan penjalaran gelombang air), V (kecepatan aliran air) dan Fr (Bilangan Froude).

Besar tekanan pada suatu titik di dalam fluida tergantung pada fungsi kedalaman titik (h). Tekanan yang ditimbulkan oleh fluida hanya tergantung pada tinggi vertikal fluida di atas titik yang ditinjau. Analisis struktur aliran fluida cair (air) pada saluran terbuka merupakan pengamatan terhadap dampak dari ‘hydraulic jumps’ (lompatan hidrolik) yang terjadi di dalam atau di luar saluran terbuka.

METODE PENELITIAN 2.1 Media dan Bahan Penelitian

Media yang dipakai dalam penelitian ini adalah air dan bahan yang digunakan terdiri atas :

a. Pelat fiber glass dan pipa stainless steel b. Pipa paralon (PVC) dan pipa plastic c. Fluida yang akan digunakan adalah air 2.2 Alat Penelitian dan Alat Ukur

a. Meja analogi terbuat dari pelat kaca

b. Saluran terbuka yang terbuat dari fiber glass c. Pompa dan saringan air

d. Reservoir (bak penampungan) atas dan bawah e. Pelat pengatur tinggi air

f. Cermin dan lampu neon untuk visualisasi bentuk struktur aliran

g. Katup pengatur debit aliran h. Orificemeter dan manometer i. Pitotmeter atau Anemometre hot film j. Waterpass

k. Stop watch l. Mikrometer

m. Kamera photo atau video

2.3 Variabel penelitian terdiri atas variable bebas dan variable terikat, sebagai berikut :

1. Variable bebas (independent variable).

Variabel bebas adalah variabel yang besarnya ditentukan sebelum penelitian. Besar variable bebas diubah-ubah untuk mendapatkan hubungan antara variable bebas dengan variable terikat, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Dalam penelitian

(2)

965 0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000 0.8000 0.9000 4.83 7.13 9.49 12.40 14.92 18.27 22.79 24.25 25.11 26.25 V (m/s) Q .10-4 (m3/s)

Debit Aliran (Q) Vs Kecepatan Aliran (V)

Vm Vt Vk 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000 0.8000 0.9000 4.83 7.13 9.49 12.40 14.92 18.27 22.79 24.25 25.11 26.25 C (m/s ) Q .10-4 (m3/s)

Debit Aliran (Q) Vs Kecepatan Penjalaran Gelombang (C) Cm Ct Ck 0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000 4.83 7.13 9.49 12.40 14.92 18.27 22.79 24.25 25.11 26.25 F r Q .10-4 (m3/s)

Debit Aliran (Q) Vs Bilangan Froude (Fr)

Frm Frt Frk

ini variable bebas yang digunakan adalah T (Temperatur), h (Tinggi permukaan air), Q (Debit aliran), dan

(Massa jenis air).

2. Variabel terikat (dependent variable).

riabel terikat adalah variable yang besarnya tidak dapat ditentukan sebelum penelitian, tetapi besarnya tergantung dari variable bebas. Dalam penelitian ini variable terikat adalah V (Kecepatan aliran), C (Kecepatan penjalaran gelombang), Fr (Bilangan Froude),

h

(Beda head), dan Rh (Rasio head).

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Saluran menyempit dengan sudut 5o

Pengaruh debit aliran (Q) terhadap variasi Kecepatan aliran (V), Kecepatan penjalaran gelombang (C), Bilangan Froude (Fr) dan Bilangan Reynolds (Re) untuk saluran menyempit sudut 50. Terlihat pada grafik 1 bahwa kecepatan pada bagian keluar saluran (Vk) lebih tinggi di banding kecepatan pada bagian tengah (Vt) dan bagian masuk saluran (Vm) untuk debit yang sama (Q).

Grafik 1. Debit Aliran (Q) sebagai Fungsi dari Kecepatan Aliran (v) di dalam Saluran Menyempit Sudut 5o

Sebagai contoh pada debit Q1 = 4,83 x 10-4 m3/s, Vk1 = 0,35 m/s, Vt1 = 0,1479 m/s dan Vm1 = 0,1277 m/s. Hal ini disebabkan karena luas penampang pada bagian keluar saluran lebih kecil dibanding luas penampang pada bagian tengah dan bagian masuk saluran, dikarenakan geometri saluran yang makin menyempit ke arah keluar saluran. Makin luas penampang yang dilewati aliran makin kecil kecepatan pada penampang tersebut.

Pengaruh debit aliran (Q) terhadap kecepatan penjalaran gelombang (C) untuk saluran menyempit dengan sudut 50 diperlihatkan pada grafik 2. Terlihat bahwa kecepatan penjalaran gelombang (C) untuk bagian masuk saluran lebih besar dibanding bagian tengah dan bagian keluar saluran untuk debit yang sama. Sebagai contoh pada debit Q1 = 4,83 x 10-4 m3/s, Cm1 = 0,5147 m/s ; Ct1 = 0.4852 m/s dan Ck1 = 0,475 m/s dan untuk debit Q10 = 26,25 x 10

-4

m3/s, Cm10 = 0,8287 m/s ; Ct10 = 0.7799 m/s dan Ck10 = 0,7412 m/s.

Hal ini disebabkan karena pada bagian masuk saluran permukaan air (hm) lebih tinggi dibanding bagian tengah (ht) dan bagian keluar (hk) saluran. Dimana kecepatan penjalaran gelombang merupakan fungsi dari tinggi permukaan air. Semakin tinggi permukaan air semakin besar kecepatan penjalaran gelombang.

Grafik 2. Debit Aliran sebagai Fungsi dari Kecepatan Penjalaran Gelombang (C) di dalam Saluran Menyempit Sudut 5o

Pengaruh debit aliran (Q) terhadap Bilangan Froude (Fr) untuk saluran menyempit dengan sudut 50 diperlihatkan pada grafik 3. Terlihat bahwa Bilangan Froude (Fr) untuk bagian keluar saluran lebih besar dibanding bagian tengah dan bagian masuk saluran untuk debit yang sama.

Grafik 3. Debit Aliran sebagai Fungsi dari Bilangan Fr di dalam Saluran Menyempit Sudut 5o

Sebagai contoh pada debit Q1 = 4,83 x 10-4 m3/s, Frk1 = 0,736 ; Frt1 = 0,304 dan Frm1 = 0,248 dan untuk debit Q10 = 26,25 x 10

-4

m3/, Frk10 = 1,0540 ; Frt10 = 0,3991 dan Frm10 = 0,3232. Hal ini disebabkan karena pada bagian keluar saluran kecepatan air lebih besar dibanding bagian tengah dan bagian masuk saluran. Bilangan Froude berbanding lurus dengan kecepatan aliran dan berbanding terbalik dengan kecepatan penjalaran gelombang.

(3)

966 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 55000 4.83 7.13 9.49 12.40 14.92 18.27 22.79 24.25 25.11 26.25 Re Q .10-4 (m3/s)

Debit Aliran (Q) Vs Bilangan Reynolds (Re)

Re 0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000 0.8000 0.9000 4.60 6.75 8.92 12.05 14.88 17.89 21.91 23.66 24.58 25.11 V ( m/s) Q .10-4 (m3/s)

Debit Aliran (Q) Vs Kecepatan Aliran (V)

Vm Vt Vk 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000 0.8000 0.9000 4.60 6.75 8.92 12.05 14.88 17.89 21.91 23.66 24.58 25.11 C (m/s) Q .10-4 (m3/s)

Debit Aliran (Q) Vs Kecepatan Penjalaran Gelombang (C)

Cm Ct Ck

Grafik 4. Debit Aliran Sebagai Fungsi dari Bilangan Re di dalam Saluran Menyempit Sudut 5o

Pengaruh debit aliran (Q) terhadap Bilangan Reynolds (Re) untuk saluran menyempit dengan sudut 50 diperlihatkan pada grafik 4. Terlihat bahwa Bilangan Reynolds (Re) makin besar seiring dengan peningkatan debit aliran. Makin besar debit, kecepatan aliran juga makin besar sehingga Bilangan Reynolds yang merupakan fungsi dari kecepatan aliran juga makin besar. Dimana Re terendah = 13485 dan Re tertinggi = 52445.

Adapun hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut berupa ukuran sel kejut yang memiliki panjang sel kejut (L1) = 50 mm, (L2) = 120 mm dan (L3) = 200 mm untuk Q1 = 4,83 x 10-4 m3/s.

Gambar 11. Saluran Menyempit Sudut 5o dengan (Q) = 4,83 x 10-4 m3/s

Dengan debit aliran Q1 = 4,83 x 10-4 m3/s diperoleh Bilangan Froude untuk setiap daerah pengukuran adalah Frm1 = 0,248 ; Frt1 = 0,304 dan Frk1 = 0,736 dimana Bilangan Reynolds adalah Re = 13485 yang berarti alirannya turbulen. Dari hasil Bilangan Froude yg diperoleh adalah merupakan aliran subkritis (Fr < 1,0).

2. Saluran menyempit dengan sudut 10o

Pengaruh debit aliran (Q) terhadap variasi kecepatan aliran (V), kecepatan penjalaran gelombang (C), Bilangan Froude (Fr) dan Bilangan Reynolds (Re) untuk saluran menyempit sudut 100.

Terlihat pada grafik 5 bahwa kecepatan pada bagian keluar saluran (Vk) lebih tinggi di banding kecepatan pada bagian tengah (Vt) dan bagian masuk saluran (Vm)

untuk debit yang sama (Q). Sebagai contoh pada debit Q1 = 4,60 x 10-4 m3/s, Vk1 = 0,3488 m/s, Vt1 = 0.1726 m/s dan Vm1 = 0,1315 m/s.

Grafik 5. Debit Aliran (Q) sebagai Fungsi dari Kecepatan Aliran (V) di dalam Saluran Menyempit Sudut 10o

Hal ini disebabkan karena luas penampang pada bagian keluar saluran lebih kecil dibanding luas penampang pada bagian tengah dan bagian masuk saluran, dikarenakan geometri saluran yang makin menyempit ke arah keluar saluran. Makin kecil penampang yang dilewati aliran makin kecil kecepatan pada penampang tersebut.

Pengaruh debit aliran (Q) terhadap kecepatan penjalaran gelombang (C) untuk saluran menyempit dengan sudut 100 diperlihatkan pada grafik 6. Terlihat bahwa kecepatan penjalaran gelombang (C) untuk bagian masuk saluran lebih besar dibanding bagian tengah dan bagian keluar saluran untuk debit yang sama.

Sebagai contoh pada debit Q1 = 4,60 x 10-4 m3/s , Cm1 = 0,4952 m/s ; Ct1 = 0.4750 m/s dan Ck1 = 0,4646 m/s dan untuk debit Q10 = 25,11 x 10-4 m3/s, Cm10 = 0,7861 m/s ; Ct10 = 0.7543 m/s dan Ck10 = 0,7142 m/s. Hal ini disebabkan karena pada bagian masuk saluran (hm) permukaan air lebih tinggi dibanding bagian tengah (ht) dan bagian keluar saluran (hk). Kecepatan penjalaran gelombang merupakan fungsi dari tinggi permukaan air. Semakin tinggi permukaan air semakin besar kecepatan penjalaran gelombang.

Grafik 6. Debit Aliran (Q) Sebagai Fungsi dari Kecepatan Penjalaran Gelombang (C) di dalam Saluran Menyempit Sudut 10o L 1 L 2 L 3

(4)

967 0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000 4.60 6.75 8.92 12.05 14.88 17.89 21.91 23.66 24.58 25.11 F r Q .10-4 (m3/s)

Debit Aliran (Q) Vs Bilangan Froude (Fr)

Frm Frt Frk 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 55000 4.60 6.75 8.92 12.05 14.88 17.89 21.91 23.66 24.58 25.11 Re Q .10-4 (m3/s)

Debit Aliran (Q) Vs Bilangan Reynolds (Re)

Re 0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 3.99 6.09 8.43 11.65 14.38 17.53 20.87 23.02 23.59 23.70 V ( m/s) Q .10-4 (m3/s)

Debit Aliran (Q) Vs Kecepatan Aliran (V)

Vm Vt Vk

Pengaruh debit aliran (Q) terhadap Bilangan Froude (Fr) untuk saluran menyempit dengan sudut 100 diperlihatkan pada grafik 7. Terlihat bahwa Bilangan Froude (Fr) untuk bagian keluar saluran lebih besar dibanding bagian tengah dan bagian masuk saluran untuk debit yang sama.

Grafik 7. Debit Aliran Sebagai Fungsi dari Bilangan Fr di dalam Saluran Menyempit Sudut 10o

Sebagai contoh pada debit Q1 = 4,60 x 10-4 m3/s, Frk1 = 0,7508 ; Frt1 = 0,3633 dan Frm1 = 0,2656 dan untuk Q10 = 25,11 x 10-4 m3/, Frk10 = 1,1270 ; Frt10 = 0,4948 dan Frm10 = 0,3622. Hal ini disebabkan karena pada bagian keluar saluran kecepatan air lebih besar dibanding bagian tengah dan bagian masuk saluran. Bilangan Froude berbanding lurus dengan kecepatan aliran dan berbanding terbalik dengan kecepatan penjalaran gelombang.

Pengaruh debit aliran (Q) terhadap Bilangan Reynolds (Re) untuk saluran menyempit dengan sudut 100 diperlihatkan pada grafik 8. Terlihat bahwa Bilangan Reynolds (Re) makin besar seiring dengan peningkatan debit aliran. Makin besar debit, kecepatan aliran juga makin besar sehingga Bilangan Reynolds yang merupakan fungsi dari kecepatan aliran juga makin besar. Dimana Re terendah = 13014 dan Re tertinggi = 51970.

Grafik 8. Debit Aliran Sebagai Fungsi dari Bilangan Re di dalam Saluran Menyempit Sudut 10o

Adapun hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut berupa ukuran sel kejut yang hanya memiliki satu sel kejut yang panjang (L1) = 50 mm, (L2) = 150

mm dan (L3) = 380 mm untuk debit Q1 = 4,60 x 10-4 m3/s.

Gambar 12. Saluran Menyempit Sudut 10o dengan (Q) = 4,60 x 10-4 m3/s

Dengan debit aliran Q1 = 4,60 x 10-4 m3/s diperoleh Bilangan Froude untuk setiap daerah pengukuran adalah Frm1 = 0,2656 ; Frt1 = 0,3633 ; dan Frk1 = 0,7508 dan Bilangan Reynolds adalah Re = 13014 yang berarti alirannya turbulen. Dari hasil Bilangan Froude yg diperoleh adalah merupakan aliran subkritis (Fr < 1,0).

3. Saluran menyempit dengan sudut 15o

Pengaruh debit aliran (Q) terhadap variasi kecepatan aliran (V), kecepatan penjalaran gelombang (C), Bilangan Froude (Fr) dan Bilangan Reynolds (Re) untuk saluran menyempit sudut 150.

Terlihat pada grafik 9 kecepatan pada bagian keluar saluran (Vk) lebih tinggi di banding kecepatan pada bagian tengah (Vt) dan bagian masuk saluran (Vm) untuk debit yang sama (Q). Sebagai contoh pada debit Q1 = 3,99 x 10-4 m3/s, Vk1 = 0,3323 m/s ; Vt1 = 0.2087 m/s dan Vm1 = 0,4646 m/s dan untuk debit Q10 = 23,70 x 10-4 m3/s, Vk10 = 0,8062 m/s ; Vt10 = 0,4651 m/s dan Vm10 = 0,2775 m/s.

Grafik 9. Debit Aliran (Q) Sebagai Fungsi dari Kecepatan Aliran (V) di dalam Saluran Menyempit Sudut 15o

Hal ini disebabkan karena luas penampang pada bagian keluar saluran lebih kecil dibanding luas penampang pada bagian tengah dan bagian masuk saluran, dikarenakan geometri saluran yang makin menyempit ke arah keluar saluran. Makin luas

L1 L 2

L 3

(5)

968 0.4000 0.4500 0.5000 0.5500 0.6000 0.6500 0.7000 0.7500 0.8000 3.99 6.09 8.43 11.65 14.38 17.53 20.87 23.02 23.59 23.70 C (m/s) Q .10-4 (m3/s)

Debit Aliran (Q) Vs Kecepatan Penjalaran Gelombang (C) Cm Ct Ck 0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000 1.4000 3.99 6.09 8.43 11.65 14.38 17.53 20.87 23.02 23.59 23.70 F r Q .10-4 (m3/s)

Debit Aliran (Q) Vs Bilangan Froude (Fr)

Frm Frt Frk 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 55000 3.99 6.09 8.43 11.65 14.38 17.53 20.87 23.02 23.59 23.70 Re Q .10-4 (m3/s)

Debit Aliran (Q) Vs Bilangan Reynolds (Re)

Re

penampang yang dilewati aliran makin kecil kecepatan pada penampang tersebut.

Pengaruh debit aliran (Q) terhadap kecepatan penjalaran gelombang (C) untuk saluran menyempit dengan sudut 150 diperlihatkan pada grafik 10. Terlihat bahwa kecepatan penjalaran gelombang (C) untuk bagian masuk saluran lebih besar dibanding bagian tengah dan bagian keluar saluran untuk debit yang sama. Sebagai contoh pada debit Q1 = 3,99 x 10-4 m3/s, Cm1 = 0,4646 m/s ; Ct1 = 0,4539 m/s dan Ck1 = 0,4429 m/s dan untuk Q10 = 23,70 x 10-4 m3/s, Cm10 = 0,7736 m/s, Ct10 = 0,7412 m/s dan Ck10 = 0,6933 m/s.

Hal ini disebabkan karena pada bagian masuk saluran permukaan air lebih tinggi dibanding bagian tengah dan bagian keluar saluran. Kecepatan penjalaran gelombang merupakan fungsi dari tinggi permukaan air. Semakin tinggi permukaan air semakin besar kecepatan penjalaran gelombang

Grafik 10. Debit Aliran (Q) Sebagai Fungsi dari Kecepatan Penjalaran Gelombang (C) di dalam Saluran Menyempit Sudut 15o

.Pengaruh debit aliran (Q) terhadap Bilangan Froude (Fr) untuk saluran menyempit dengan sudut 150 diperlihatkan pada grafik 11. Terlihat bahwa Bilangan Froude (Fr) untuk bagian keluar saluran lebih besar dibanding bagian tengah dan bagian masuk saluran untuk debit yang sama. Sebagai contoh pada debit Q1 = 3,99 x 10-4 m3/s, Frk1 = 0,7502 ; Frt1 = 0,4597 dan Frm1 = 0,2787 dan untuk debit Q10 = 23,70 x 10-4 m3/s ; Frk10 = 1,1628 ; Frt10 = 0,6275 dan Frm10 = 0,3588.

Grafik 11. Debit Aliran Sebagai Fungsi dari Bilangan Fr di dalam Saluran Menyempit Sudut 15o

Hal ini disebabkan karena pada bagian keluar saluran kecepatan air lebih besar dibanding bagian tengah dan bagian masuk saluran. Bilangan Froude berbanding lurus dengan kecepatan aliran dan berbanding terbalik dengan kecepatan penjalaran gelombang.

Pengaruh debit aliran (Q) terhadap Bilangan Reynolds (Re) untuk saluran menyempit dengan sudut 150 diperlihatkan pada grafik 12. Terlihat bahwa Bilangan Reynolds (Re) makin besar seiring dengan peningkatan debit aliran. Makin besar debit, kecepatan aliran juga makin besar sehingga Bilangan Reynolds yang merupakan fungsi dari kecepatan aliran juga makin besar. Dimana Re terendah = 11552 dan Re tertinggi = 50399.

Grafik 12. Debit Aliran Sebagai Fungsi dari Bilangan Re di dalam Saluran Menyempit Sudut 15o

Adapun hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut berupa ukuran sel kejut yang hanya memiliki sel kejut yang panjang (L1) = 35 mm, (L2) = 90 mm dan (L3) = 160 mm untuk Q1 = 3,99 x 10-4 m3/s.

Gambar 13. Saluran Menyempit Sudut 15o dengan (Q) = 3,99 x 10-4 m3/s

Dengan debit aliran Q1 = 3,99 x 10-4 m3/s diperoleh Bilangan Froude untuk setiap daerah pengukuran adalah Frm1 = 0,2787 ; Frt1 = 0,4597 dan Frk1 = 0,7502 dan Bilangan Reynolds adalah Re = 11552 yang berarti alirannya turbulen. Dari hasil Bilangan Froude yg diperoleh adalah merupakan aliran subkritis (Fr < 1,0). L 1 L 2 L 3

(6)

969 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Bentuk stuktur sel kejut aliran fluida air untuk saluran terbuka menyempit untuk semua variasi debit aliran (Q) memperlihatkan bahwa seiring dengan makin besar debit aliran (Q) dan berbagai bentuk geometri struktur sel kejutnya lebih panjang (L). Untuk saluran menyempit sudut 5o, 10o, dan 15o masing-masing terjadinya tiga ukuran sel kejut. Untuk sudut 50 dengan debit Q1 = 4,83 x 10

-4 m3/s dimana L1 = 35 mm, L2 = 90 mm dan L3 = 160 mm. Untuk sudut 10o dengan debit Q1 = 4,60 x 10 -4 m3/s dimana L1 = 50 mm, L2 = 120 mm dan L3 = 200 mm dan untuk sudut 15o dengan debit Q1 = 3,99 x 10 -4 m3/s dimana L1 = 50 mm, L2 = 15 mm dan L3 = 380 mm.

2. Bentuk karakteristik aliran yang dihasilkan oleh bentuk saluran terbuka menyempit untuk pengujian dengan variasi debit aliran (Q) yang melalui saluran menyempit memperlihatkan kecepatan aliran (V), kecepatan penjalaran gelombang (C), Bilangan Froude (Fr) dan juga Bilangan Reynolds (Re) juga makin besar seiring dengan makin besarnya debit aliran (Q). Untuk saluran menyempit dengan sudut 5o Q1 = 4,83 x 10-4 m3/s, Frk = 0,7367. Untuk saluran menyempit dengan sudut 10o pada Q1 = 4,60 x 10-4 m3/s, Frk = 0,7508. Untuk saluran menyempit dengan sudut 15o pad Q1 = 3,99 x 10-4 m3/s, Frk = 0,7502.

3. Tingkat fluktuasi ketinggian air yang terjadi di dalam atau di bagian luar saluran terbuka menyempit pada meja analogi untuk pengujian dengan variasi debit aliran (Q) dan tinggi permukaan air pada meja analogi yang konstan (ha), dimana makin besar debit aliran (Q), tingkat fluktuasi tinggi air diatas meja analogi juga berbeda-beda yang merupakan peristiwa dari lompatan hidrolik. Makin besar debit aliran (Q) makin panjang jarak terjadinya pembentukan gelombang (lompatan hidrolik). Untuk saluran menyempit sudut 5o dengan debit Q2 = 7,31 x 10-4 m3/s maka X/W = 2,50 ; h3 = 0,005 m, untuk X/W = 5 ; h6 = 0,018 m dan untuk X/W = 8,33 ; h10 = 0,010 m. Untuk saluran menyempit sudut 10o dengan debit Q2 = 6,75 x 10-4 m3/s maka X/W = 2,50 ; h3 = 0,005 m, untuk X/W = 5 ; h6 = 0,020 m dan untuk X/W = 8,33 ; h10 = 0,012 m. Untuk saluran menyempit sudut 15o dengan debit Q2 = 6,09 x 10-4 m3/s maka X/W = 3,33 ; h3 = 0,015 m, dan untuk X/W = 8,33 ; h6 = 0,015 m.

DAFTAR PUSTAKA

Brocher, E. Makhsud, A. 1997. A New Look at the Screech Tone Mechanism of Underexpandet Jets. European Journal of Mechanics. B/Fluids, 16/6, 877-891.

Brocher, E. Makhsud, A. 1995. Experimental Study on the Influence of Nozzle Inlet Geometry on Screech Noise. Proceeding of the First Joint CEAS/AIAA

Aeronautics Conference DGLR (Germany)-Bericht 95-01, 1. 513-518.

Carbonaro. M, and Van der Haegen. V. 2002. Hydraulic Analogy of Supersonic Flow. EUROAVIA symposium. Von Karman Institute. Junaidi W, dkk. 2008. Analisa Perubahan Dimensi

Nosel Konvergen Terhadap Bentuk Struktur Aliran Fluida Pada Meja Analogi Hidrolik, UMI, Makassar.

M. Olson Reuben dan J. Wright Steven. 1993. Dasar-Dasar Mekanika Fluida untuk Teknik, Ed. Kelima. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Makhsud, A. 1996. Experimental Study of the Acoustic Radiation and Instability of Underexpanded Supersonic Jets (Simulation with Hydraulic Analogy). Disertasi Doktor. Universite d’Aix Marseille II. Perancis.

Makhsud, A., 2000, Studi Aliran Fluida Melalui Nosel dengan Bantuan Analogi Hidrolik. Majalah Ilmiah Al-Jibra, Fak. Teknik UMI Makassar. Vol.1, No.1. Preiswerk, A. 1938. Aplication of the Methode of Gas

Dynamics to Water Flows with a Free Surface. Mitteilungen der Institut fur Aerodynamik, 7, E.T.H. Zurich. Translated as N.A.S.A. T.N. 934-935.

Rani, S.L. Wooldridge, M.S. 2000. Quantitative flow visualization using the hydraulic analogy. Experiment in Fluids 27. Springer-Verlag. 165-169.

Triatmodjo, Bambang. 2003. Hidraulika II. Beta Offset. Yodyakarta.

Taba, Herman Tjolleng. 2010. Analisis Karakteristik Aliran Melalui Saluran Terbuka Melebar dan Menyempit dengan Variasi Sudut (Kajian Analisis dan Eksperimental Pada Meja Analogi Hidrolik). Tesis. Universitas Hasanuddin. Makasssar.

Gambar

Grafik 2. Debit Aliran sebagai Fungsi dari Kecepatan Penjalaran  Gelombang (C) di dalam Saluran Menyempit Sudut 5 o
Grafik 4. Debit Aliran Sebagai Fungsi dari Bilangan Re di dalam                 Saluran Menyempit Sudut 5 o
Grafik 7. Debit Aliran Sebagai Fungsi dari Bilangan Fr di dalam                Saluran Menyempit Sudut 10 o
Grafik 12. Debit Aliran Sebagai Fungsi dari Bilangan Re di dalam                  Saluran Menyempit Sudut 15 o

Referensi

Dokumen terkait

Parameter yang diamati adalah variasi debit, distribusi kecepatan, profil aliran dan profil dasar saluran.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gerusan terbesar terjadi di

Oleh karena itu, di sini disusun program yang praktis untuk penghitungan sekaligus simulasi aliran pada tampang memanjang saluran terbuka secara real-time yang diharapkan

Dengan adanya program simulasi aliran air, diharapkan akan mempermudah analisis dan perancangan saluran terbuka, dan berguna untuk perencanaan saluran yang baik, ekonomis dan

Untuk mengetahui lebih lanjut pengaruh parameter aliran dan sedimen, seperti pengaruh variasi debit aliran, kemiringan dasar saluran, dan adanya transpor sedimen dasar ( bed load

Dengan penelitian ini teramati bahwa karaketristik hidrolis aliran di saluran terbuka antara air murni dan air berpasir cenderug sama, dan terbukti bahwa pola

( Ajeng Titin Suciana. Pada saluran terbuka, memiliki parameter seperti lintang saluran, kekasaran, kemiringan dasar, belokan, hambatan serta debit aliran dan lain

Selama pelaksanaan pengujian terhadap berbagai variasi debit, pengamatan dan pengukuran yang dilakukan meliputi pola aliran yang terjadi pada bangunan pelimpah, saluran samping, saluran

Kesimpulan yang didapatkan pada tikungan suatu saluran terbuka atau sungai, akan terjadi peningkatan kecepatan aliran ke arah transversal.. Kecepatan tambahan ini disebabkan oleh adanya