• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dibawah ini, akan dijelaskan teori-teori yang melandasi penelitian ini, mulai dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dibawah ini, akan dijelaskan teori-teori yang melandasi penelitian ini, mulai dari"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

Dibawah ini, akan dijelaskan teori-teori yang melandasi penelitian ini, mulai dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang “Jasa Akuntan Publik”, Auditor Switching, Penjelasan mengenai perusahaan pertambangan.

2.1.1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang “Jasa Akuntan Publik”

Di Indonesia, ada peraturan yang mengatur tentang kewajiban rotasi auditor (mandatory auditor switching). Peraturan sebelum diperbaharui adalah Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan tersebut menjelaskan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Peraturan setelah diperbaharui dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan tersebut berbunyi:

1. Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.

(2)

2. Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menerima kembali penugasan audit umum untuk klien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien tersebut.

3. Jasa audit umum atas laporan keuangan dapat diberikan kembali kepada klien yang sama melalui KAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah 1 (satu) tahun buku tidak diberikan melalui KAP tersebut.

4. Dalam hal KAP yang telah menyelenggarakan audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas melakukan perubahan komposisi Akuntan Publiknya, maka terhadap KAP tersebut tetap diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

5. Pendirian atau perubahan nama KAP yang komposisi Akuntan Publiknya 50% atau lebih berasal dari KAP yang telah menyelenggarakan audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas, diberlakukan sebagai kelanjutan KAP asal Akuntan Publik yang bersangkutan dan tetap diberlakukan pembatasan penyelenggaraan audit umum atas laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

2.1.2 Auditor Switching

Laporan keuangan perusahaan akan diaudit oleh auditor independen yang memberikan jasanya, pengertian auditing menurut Mulyadi (2002) adalah:

Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Tujuan dari suatu audit adalah untuk melihat kewajaran dari suatu laporan keuangan. Hasil dari audit yang dilakukan oleh auditor dapat mempengaruhi dasar pengambilan keputusan. Untuk melaksanakan suatu audit, harus tersedia informasi yang dapat diuji kebenarannya dan memiliki beberapa standar agar auditor dapat mengevaluasi informasi tersebut.

(3)

Dalam proses pengauditan, menurut Agoes (2004) seorang auditor independen memiliki Standar Auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia, yaitu sebagai berikut:

1. Standar umum

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunankan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2. Standar pekerjaan lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman memadai atas pengendalian internal harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3. Standar pelaporan

a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mandatory auditor switching merupakan perpindahan Kantor Akuntan Publik (KAP) oleh perusahaan klien dengan adanya peraturan yang dibuat pemerintah yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Namun banyak perusahaan (klien) memutuskan untuk mengganti auditor

(4)

apabila lingkungan perusahaan telah berubah, hal tersebut membuat perusahaan ingin mencari auditor yang lebih efektif dalam melaksanakan jasa auditnya.

Ketika klien mencari auditor yang baru, maka pada saat itu informasi yang dimiliki oleh klien lebih besar dibandingkan dengan informasi yang dimiliki auditor karena klien pasti memilih auditor yang kemungkinan besar akan lebih mudah untuk sepakat tentang praktek akuntansi mereka. Sementara itu, auditor kemungkinan tidak memiliki informasi yang lengkap tentang kliennya. Jika auditor bersedia menerima klien baru, maka hal ini dapat disebabkan karena auditor telah mengetahui informasi tentang klien baru tersebut atau auditor menerima klien baru untuk alasan lain, seperti alasan keuangan. Maka jelas bahwa dalam pergantian auditor seperti hal tersebut disebut voluntary auditor switching (pergantian auditor secara sukarela), perhatian pada alasan mengapa klien mengganti auditor, dan mengapa auditor bersedia menerima klien baru.

Perusahaan juga melakukan voluntary auditor switching pada saat industri yang sama sedang bersaing dalam mempekerjakan auditor yang mempunyai reputasi tinggi, hal itu dilakukan untuk menaikkan nilai perusahaan di mata pengguna laporan keuangan. Menurut General Accounting Office (GAO), (2003) dalam Zulen (2013) “menyatakan bahwa untuk memberi manfaat pada cara pandang baru (fresh look), perusahaan menunjuk KAP baru untuk melakukan jasa audit atas laporan keuangan mereka”. Maka, sangat jelas voluntary auditor switching layak untuk dianalisa karena mengapa perusahaan mengganti audiornya disaat masa audit yang ditentukan pemerintah belum habis.

(5)

2.1.3 Perusahaan Pertambangan

Setiap perusahaan pasti memiliki laporan keuangan begitu juga dengan perusahaan pertambangan di Indonesia. Menurut Perrnyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) (2009) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah ”laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, serta arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan untuk dasar pengambilan keputusan. Laporan keuangan juga dapat menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya”. Menurut PSAK No.1 (Revisi 2009) yang berbasis International Financial Reporting Standard (IFRS) No.1 (2001) dikeluarkan oleh International Accounting Standard Board (IASB), Laporan keuangan yang lengkap meliputi:

1. Statement of financial position, yaitu laporan yang dapat menggambarkan posisi keuangan dari suatu kesatuan usaha yang menunjukkan aset, utang, dan ekuitas atau modal pada suatu periode tertentu.

2. Statement of comprehensive income, yaitu laporan yang menggambarkan ikhtisar dari seluruh pendapatan serta beban dari suatu entitas usaha pada suatu periode tertentu.

3. Statement of changes in equity, yaitu laporan yang menggambarkan perubahan modal dari suatu entitas usaha yang menunjukkan laba komprehensif dan investasi kepada pemilik pada suatu periode tertentu.

4. Statement of cash flow, yaitu laporan yang menggambarkan rincian dari seluruh penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan oleh suatu entitas usaha baik yang berasal dari kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pembiayaan pada suatu periode tertentu.

5. Notes to financial statement, yaitu catatan atas laporan yang menggambarkan informasi yang tidak dapat diungkapkan dalam keempat laporan diatas, yang mengungkapkan seluruh prinsip, prosedur, metode, dan teknik yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan suatu entitas usaha pada periode tertentu.

Perusahaan pertambangan adalah salah satu sektor perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang termasuk kedalam sektor utama (industri penghasil bahan baku). Perusahaan pertambangan memiliki 38 perusahaan yang listing dan memiliki 4 subsektor yaitu subsektor batu-bara memiliki 21 perusahaan, subsektor logam & mineral memiliki 8 perusahaan, subsektor minyak, gas & bumi memiliki 7 perusahaan, subsektor Batu-batuan memiliki 2

(6)

perusahaan yang tercatat di BEI selama periode penelitian ini. Perusahaan pertambangan adalah suatu organisasi yang terbentuk melakukan usaha hasil olahan dalam bumi (tambang) dapat berupa batu-bara, logam & mineral, batu-batuan, minyak, gas & bumi yang hasilnya akan menjadi bahan baku kemudian diolah menjadi barang ekonomi. Sedangkan definisi menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan :

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu-bara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang.

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Melakukan Auditor Switching Dibawah ini akan dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching, yaitu : 2.2.1 Opini Audit

Opini audit merupakan pernyataan atas suatu asersi yang dikeluarkan oleh auditor atas kewajaran laporan keuangan klien apakah sesuai dengan Standar Audit dan temuan auditor. Opini audit dibuat didalam suatu laporan auditor. Laporan auditor bentuk baku berisi tentang suatu pernyataan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang ditetapkan di Indonesia. Menurut Mulyadi (2002), ada 5 (lima) tipe pendapat audit, yaitu:

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified audit opinion), diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit, dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU) dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.

(7)

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language), diberikan auditor jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan (misalnya perubahan metode depresiasi), namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan, dan hasil usaha perusahaan klien.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified audit opinion), diberikan oleh auditor jika laporan keuangan yang disajikan klien adalah wajar, namun ketika mengaudit, auditor menemukan kondisi lingkup audit dibatasi oleh klien, auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor, laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU), atau Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU) yang tidak diterapkan secara konsisten dalam penyusunan laporan keuangan.

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion report), diberikan auditor jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU) sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien.

5. Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion report), karena auditor tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan. Ketika auditor tidak dapat memberikan opini sebagaimana yang diharapkan perusahaan, maka perusahaan akan berpindah kepada auditor lain atau bahkan KAP lain yang mungkin dapat memberikan opini audit yang sesuai dengan yang diharapkan perusahaan. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) (2001), unsur-unsur pokok laporan auditor bentuk baku yang diinginkan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Suatu judul yang memuat kata independen.

2. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan yang disebutkan dalam laporan

3. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan dan tanggung jawab auditor terletak pada pendapat atas laporan keuangan berdasarkan atas auditnya.

4. Suatu pernyataan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia.

5. Suatu pernyataan bahwa standar auditing tersebut mengharuskan auditor merencanakan dan melaksanakan auditnya agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.

6. Suatu pernyataan bahwa audit meliputi:

a. Pemeriksaan (examination), atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.

b. Penentuan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasiestimasi signifikan yang dibuat manajemen.

c. Penilaian penyajian laporan keuangan secara keseluruhan

7. Suatu pernyataan bahwa auditor yakin bahwa audit yang dilaksanakan memberikan dasar yang memadai untuk memberikan pendapat.

(8)

8. Suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan perusahaan pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan hasil usaha dan arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

Fungsi audit adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Saat manajemen dan auditor tidak dapat mencapai kesepakatan, konflik dapat saja terjadi. Auditor yang takut mengambil resiko, memilih untuk mundur dari audit daripada menuruti permintaan manajemen. Sebaliknya manajemen yang berpikir tentang dampak auditor yang mengajukan pendapat yang tidak sesuai keinginan, memilih untuk mengganti auditor dengan auditor dari KAP lain yang lebih memahami kondisi perusahaan.

2.2.2 Pergantian Manajemen

Manajemen dapat berupa para pejabat perusahaan, pengawas perusahaan, dan orang-orang penting yang berada dalam suatu perusahaan. Pergantian manajemen merupakan pergantian direksi suatu perusahaan. Pergantian manajemen biasanya disebabkan karena keputusan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Keputusan pergantian manajemen juga bisa disebabkan oleh keinginan manajemen pribadi yang ingin berhenti. Apabila perusahaan melakukan pergantian manajemen, maka akan menimbulkan adanya perubahan dalam kebijakan perusahaan dalam berbagai bidang salah satunya dapat merotasi auditornya disebabkan oleh segala pemikiran direksi yang baru.

2.2.3 Audit Tenure

Audit tenure merupakan panjangnya masa auditor dalam suatu perusahaan. Hal ini berkaitan dengan Pergantian auditor secara wajib dan secara sukarela, kedua hal terebut dapat

(9)

dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian. Ketika klien mengganti auditornya saat tidak ada aturan yang mengharuskan pergantian dilakukan, yang terjadi adalah salah satu dari dua hal: auditor mengundurkan diri atau auditor dipecat oleh klien. Manapun di antara keduanya yang terjadi, perhatian adalah pada alasan mengapa peristiwa itu terjadi dan ke mana klien tersebut akan berpindah.

Jika alasan pergantian tersebut adalah karena ketidaksepakatan atas praktek akuntansi tertentu, maka diasumsikan klien akan pindah ke auditor dengan kesepakatan. Jadi, fokus perhatian peneliti adalah pada klien. Sebaliknya, ketika pergantian auditor terjadi karena peraturan yang membatasi tenure, maka perhatian utama beralih kepada auditor, tidak lagi kepada klien. Berbeda dengan pergantian sukarela yang dapat terjadi karena konflik antara klien dengan auditor, pada pergantian secara wajib yang terjadi adalah pemisahan paksa oleh peraturan seperti Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang “Jasa Akuntan Publik” yang telah dijelaskan sebelumnya.

2.2.4 Ukuran Klien

Ukuran perusahaan klien merupakan suatu ukuran yang mengklasifikasikan besar kecilnya perusahaan yang berhubungan dengan financial perusahaan. Nilai aktiva menunjukkan seberapa besar kekayaan yang dimiliki perusahaan dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Nilai penjualan menunjukkan perputaran uang yang dihasilkan oleh perusahaan. Nilai modal menunjukkan seberapa besar perusahaan dikenal oleh masyarakat. Menurut Januarti dan Fitrianisari (2008) dalam Zulen (2013) mengatakan “Perusahaan dengan skala besar dengan pertumbuhan yang positif memberikan suatu tanda kemakmuran bahwa kemungkinan untuk menjadi bangkrut kecil dan dianggap mampu mempertahankan kelangsungan usahanya sehingga

(10)

berdasarkan ukuran perusahaan tersebut, mereka dapat memilih auditor sesuai keinginan mereka dan terjadinya rotasi audit”.

2.2.5 Financial Distress

Penelitian yang dilakukan oleh Hofer (1980) dan Whitaker (1999) dalam Zulen (2013) dan wijayanti (2010) mendefinisikan “financial distress sebagai suatu kondisi perusahaan mengalami laba bersih (net income) negatif selama beberapa tahun. Kerugian utama perusahaan yang mempunyai tingkat hutang yang lebih tinggi adalah peningkatan resiko kesulitan keuangan, dan akhirnya likuidasi”. Hal ini mungkin mempunyai pengaruh merugikan bagi pemilik ekuitas dan hutang menurut Net,el Africa, (2002) dalam Zulen (2013) akibat kesulitan keuangan sebagai berikut:

1. Resiko biaya kesulitan keuangan mempunyai dampak negatif terhadap nilai perusahaan yang mengoffset nilai pembebasan pajak (tax relief) atas peningkatan level hutang.

2. Jika pun manajer perusahaan menghindarkan likuidasi ketika kesulitan, hubungannya dengan supplier, pelanggan, pekerja, dan kreditor menjadi rusak parah.

3. Suplier penyedia barang dan jasa secara kredit mungkin lebih berhati-hati atau bahkan menghentikan pasokan sama sekali, jika mereka yakin tidak ada kesempatan peningkatan perusahaan dalam beberapa bulan.

4. Pelanggan mungkin mengembangkan hubungan dengan suplier mereka,dan merencanakan sendiri produksi mereka dengan andaian ada keberlanjutan dari hubungan tersebut. Adanya keraguan tentang longevity perusahaan tidak menjamin kontrak yang baik. Pelanggan umumnya menginginkan jaminan bahwa perusahaan cukup stabil untuk menepati janji.

2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian Wijayanti (2010) menggunakn variabel independennya berupa ukuran KAP, ukuran klien (LnTA), tingkat

pertumbuhan klien (ΔS), financial distress (Z), pergantian manajemen (CEO), opini audit

(11)

penelitian Sihombing Mutiara (2012) menggunkan variabel independen ukuran KAP, ukuran perusahaan klien, tingkat pertumbuhan perusahaan klien, financial distress, audit tenure, dewan komisaris dan jenis opini audit, maka variabel yang berpengaruh hanya audit tenure saja. Dan untuk Astrini (2013) menggunakan variabel independen reputasi auditor, pergantian manajemen, financial distress, opini akuntan, audit tenure, dan auditor switching secara voluntary, variabel independen yang berpengaruh hanya variabel audit tenure saja sama seperti penelitian Sihombing Mutiara (2012). Peneliti yang terakhir adalah Zulen (2013) menggunakan variabel independen opini audit (OPINI), pergantian manajemen (CEO), reputasi auditor (KAP), ukuran klien (LnTA), kesulitan keuangan (Z), dan yang mempunyai pengaruh terhadap auditor switching adalah reputasi auditor dengan ukuran klien. Dari keempat penelitian terdahulu di atas peneliti berharap mempunyai hasil yang berbeda dengan peneliti sebelumnya. Ringkasan dari penelitian terdahulu dapat dilihat di tabel 2.1 dibawah ini :

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Tahun Peneliti Judul Variabel independen Signifikansi 1 2010 Wijayanti Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Switching di Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008)

Ukuran KAP (KAP), ukuran klien (LnTA), tingkat pertumbuhan klien (ΔS), financial distress (Z), pergantian manajemen (CEO), opini audit (OPINI), fee audit (FEE).

Ukuran KAP dan audit fee

(12)

2 2012 Sihombing Mutiara Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Switching (Studi Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Di Indonesia tahun 2008-2010) Ukuran KAP, ukuran perusahaan klien, tingkat pertumbuhan perusahaan klien, financial distress, audit tenure, dewan komisaris dan jenis opini audit Audit tenure 3 2013 Astrini Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Switching secara voluntary (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012) Reputasi auditor, pergantian manajemen, financial distress, opini akuntan, audit tenure, dan auditor switching secara voluntary.

Audit tenure

4 2013 Zulen Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan dalam melakukan Auditor Switching (Studi Empiris Pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di BEI tahun 2008-2011)

Opini audit (OPINI), pergantian manajemen (CEO), reputasi auditor (KAP),ukuran klien(LnTA),kesulitan keuangan (Z),dan auditor witching (SWITCH). Reputasi auditor dan ukuran klien Sumber:Peneliti

(13)

2.4 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

Berdasarkan Penjelasan mengenai masing-masing faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching, maka kerangka konseptual dan hipotesis penelitian ini adalah :

2.4.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sebuah gambar atau bagan yang menggambarkan keseluruhan variabel dan hipotesis suatu penelitian. Dari seluruh variabel yang telah dijelaskan sebelumnya, maka bentuk dari kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah :

Bentuk Kerangka Konseptual

Gambar 2.4.1 OPINI AUDIT PERGANTIAN MANAJEMEN AUDIT TENURE UKURAN KLIEN FINANCIAL DISTRESS AUDITOR SWITCHING

(14)

2.4.2 Hipotesis Penelitian

Dari gambar kerangka konseptual di atas dapat dijelaskan dibawah ini melalui hipotesis penelitian ini. Yaitu sebagai berikut :

2.4.2.1 Opini Audit

Manajemen akan mengakhiri hubungan mereka dengan auditor jika opini yang tidak diharapkan oleh perusahaan atas laporan keuangannya dikeluarkan oleh auditor mereka. Menurut Chow dan Rice (1982) dalam Zulen (2013) mendapatkan bukti empiris bahwa “perusahaan cenderung berpindah KAP setelah menerima qualified opinion atas laporan keuangannya”. Semakin besar keinginan auditor untuk menerbitkan opini selain opini wajar tanpa pengecualian kepada perusahaan kliennya, semakin besar pula kecenderungan perusahaan tersebut untuk melakukan auditor switching. Maka, hipotesis yang dapat dibentuk adalah :

H1: Opini audit berpengaruh secara parsial terhadap auditor switching pada perusahaan pertambangan di Indonesia.

2.4.2.2 Pergantian Manajemen

Manajemen menuntut auditor untuk dapat memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat. Menurut Zulen (2013) dan Wijayanti (2010) menyatakan bahwa “perusahaan yang melakukan pergantian manajemen akan mengganti KAP mereka karena manajemen akan mencari KAP yang sesuai dengan keinginan perusahaan”. Jadi hipotesis kedua dinyatakan sebagai berikut:

H2: Pergantian manajemen berpengaruh secara parsial terhadap auditor switching pada perusahaan pertambangan di Indonesia.

(15)

2.4.2.3 Audit Tenure

Audit tenure adalah masa perikatan audit dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Lamanya audit tenure dengan klien akan berdampak buruk terhadap independennya seorang auditor . Menurut Sihombing Mutiara (2012) menyatakan bahwa :

Seorang partner yang memperoleh penugasan audit lebih dari lima tahun pada klien tertentu dianggap terlalu lama sehingga dimungkinkan memiliki pengaruh yang negatif terhadap independensi auditor. Karena semakin lama hubungan auditor dengan klien akan menyebabkan timbulnya ikatan emosional yang cukup kuat dan jika hal ini terjadi, maka seorang auditor yang seharusnya bersikap independen dalam memberikan opininya menjadi cenderung tidak independen.

Karena adanya peraturan Mentri Keuangan yang mengatur mengenai panjangnya masa audit di dalam perusahaan, kemungkinan perusahaan akan mengganti auditornya. Maka hipotesisnya adalah :

H3: Bahwa audit tenure berpengaruh secara parsial terhadap auditor switching pada perusahaan pertambangan di Indonesia.

2.4.2.4 Ukuran Klien

Menurut Watts dan Zimmerman (1986) dalam Wijayanti (2010) “Perusahaan akan cenderung melakukan auditor switching apabila kantor akuntan publik tidak dapat mengurangi agency cost atas perusahaan mereka”. Dari pendapat di atas pada penelitian terdahulu menjelaskan ukuran klien yang lebih kecil, cenderung melakukan auditor switching sebab semakin kecil ukuran perusahaan tersebut, akan merotasi auditnya dengan ukuran auditor yang kecil pula. Maka harus ada kesesuaian jika tidak terdapat kesesuaian antara ukuran perusahaan klien dengan auditornya maka akan berakhir dengan auditor switching. Hipotesisnya adalah :

(16)

H4 : Bahwa ukuran klien berpengaruh secara parsial terhadap auditor switching pada perusahaan pertambangan di Indonesia.

2.4.2.5 Financial Distress

Kondisi keuangan perusahaan merupakan gambaran atas kinerja dari perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan klien memiliki peran penting terhadap pengambilan keputusan dalam mempertahankan perusahaan audit, dan menyebabkan klien berpindah ke auditor lain, karena perusahaan membutuhkan auditor yang mampu memberikan penilaian laporan keuangan sesuai keinginan perusahaan tersebut. Maka hipotesnya dalam hal ini adalah :

H5: Financial distress berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap auditor switching pada perusahaan pertambangan di Indonesia.

Gambar

Gambar 2.4.1 OPINI AUDIT PERGANTIAN MANAJEMEN AUDIT TENURE UKURAN KLIEN FINANCIAL DISTRESS  AUDITOR  SWITCHING

Referensi

Dokumen terkait

Catatan : Agar membawa dokumen penawaran asli sesuai yang di-upload lewat aplikasi SPSE.. Demikian undangan dari kami dan atas perhatiannya disampaikan

[r]

Yang dimaksud dengan Asosiasi Planter Indonesia dalam anggaran dasar ini adalah Perkumpulan para pelaku dan pegiat perkebunan/pertanian serta pengolahannya..

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia jasa yang memenuhi persyaratan dengan terlebih dahulu melakukan registrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

[r]

Referensi Personil Inti dari Pengguna jasa (Pelaksana, Pembantu pelaksana, Estimator, Teknisi beton, Petugas K-3, Logistik serta Administrasi dan Keuangan). 10

Dalam evaluasi teknis, persyaratan yang harus dipenuhi adalah Metode pelaksanaan memenuhi persyaratan substantif yang meliputi tahapan/urutan pekerjaan dari awal sampai akhir

Bahwa benar karena Saksi-I masih tetap ngotot sehingga membuat Tedakwa marah dan mendekati Saksi-I langsung mencekik leher Saksi-I menggunakan tangan kanan sambil