• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN - Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Perkembangbiakan Hewan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Di Kelas VI SDN No.1 Kota Barat Kota Gorontalo - Tugas Akhir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN - Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Perkembangbiakan Hewan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Di Kelas VI SDN No.1 Kota Barat Kota Gorontalo - Tugas Akhir"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1Hakekat Hasil Belajar Materi Perkembangbiakan Hewan 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Purwanto (2013:45) mengemukakan hasil belajar materi perkembangbiakan hewan adalah sesuatu yang diadakan, dibuat, dijadikan oleh suatu usaha atau dapat juga berarti pendapat atau perolehan buah atau hasil yang diperoleh siswa pada saat megikuti materi pelajaran perkembangbiakan hewan. Hasil belajar tidak hanya merupakan sesuatu yang sifatnya kualitas dan kuantitas yang harus dimiliki siswa dalam jangka waktu tertentu, tetapi dapat juga bersifat proses atau cara yang harus dikuasai siswa sepanjang kegiatan belajar. Dengan demikian hasil belajar dapat berbentuk suatu produk seperti pengetahuan, sikap, skor (nilai) dan dapat juga berbentuk kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam mengelola produk tersebut.

Menurut Aunurrahman (2012: 37) bahwa hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Proses penyesuain diri mengatasi rintangan terjadi secara tidak sadar, tanpa pemikiran yang banyak terhadap apa yang dilakukan. Dalam hal ini pelajar mencoba melakukan kebiasaan atau tingkah laku yang telah terbentuk hingga ia mencapai respon yang memuaskan. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar. Pengertian hasil (product) merujuk tentang suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya infut secara fungsional. Sedangkan belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku tentang individu yang belajar. Perubahan belajar itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Winkel (dalam Purwanto, 2009:45) mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Selanjutnya Soedijarto (dalam Purwanto, 2009:46) mendefinisikan hasil belajar materi perkembangbiakan hewan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar pada mata pelajaran IPA sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.

(2)

mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut:

a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Dari pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan.

Tujuan hasil belajar siswa seperti yang dikemukakan oleh Samatowa (2011: 86) diharapkan dapat mengubah sikap dan kemampuan siswa ke arah sikap dan kemampuan yang baik dan berguna bagi lingkungannya, minimal tidak menjadi beban masyarakat dan tidak merusak lingkungan alamnya. Proses pembelajaran materi perkembangbiakan hewan merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar memahami materi perkembangbiakan hewan. Proses sadar tersebut mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam konteks demikian maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Menurut Purwanto (2013: 44) hasil belajar digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Oleh karena itu, tes hasil belajar sebagai alat untuk mengukur hasil belajar.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar materi perkembangbiakan hewan adalah perolehan skor sebagai ukuran kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa pada materi perkembangbiakan hewan setelah ia menerima tindakan pembelajaran yang diberikan oleh guru.

2.2Model Pembelajaran Kooperatif

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

(3)

Menurut Isjoni (2012: 15) cooperative learning berasal dari kata cooverative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok satu sama lain. Sedangkan menurut Lie (dalam Isjoni, (2012: 16) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Menurut Hardini dan Puspitasari (2012: 144) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran berkelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran ini adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamnya untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Wena (dalam Hardini dan Puspitasari, 2012: 144) bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan intreraksi yang silih asih sehingga simber belajar bagi siswa bukan bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesame siswa.

Rusman (2011: 201) mengemukakan bahwa teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori kontruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. Dalam model pembelajaran kooperatif, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kea rah pemahaman yang lebih tinggi, dengan cacatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

(4)

dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran koopeartif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif.

2.2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Strategi belajar kooperatif Group Investigation dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Slavin (dalam Rusman, 2011: 221) mengemukakan bahwa pengembangan belajar kooperatif didasarkan atas suatu premis bahwa proses belajar di sekolah menyangkut kawasan dalam domain social dan intelektual, dan proses yang terjadi merupakan penggabungan nilai-nilai kedua domain tersebut. Oleh karena itu, group investigation tidak dapat diimplementasikan ke dalam lingkungan pendidikan yang bisa mendukung terjadinya dialog interpersonal.

Pengembangan belajar kooperatif Group Investigation didasarkan atas suatu premis bahwa proses belajar di sekolah menyangkut kawasan dalam domain sosial dan intelektual dan proses yang terjadi merupakan penggabungan nilai-nilai kedua domain tersebut. Oleh karena itu, group investigation tidak dapat diimplementasikan ke dalam lingkungan yang tidak mengacu kepada dimensi sosial afektif pembelajaran. Aspek sosial-afektif kelompok pertukaran intelektualnya dan materi yang bermakna merupakan sumber primer yang cukup penting dalam memberikan dukungan terhadap usaha-usaha belajar siswa. Interaksi dan komunikasi yang bersifat kooperatif diantara siswa dalam satu kelas dapat dicapai dengan baik, jika pembelajaran dilakukan lewat kelompok-kelompok belajar kecil.

Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam

(5)

sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual.

Untuk menjalankan pembelajaran kooperatif dalam pengajaran siswa, guru perlu mengubah peran tradisional mereka sebagai penyampai informasi. Karakter unik group investigation ada pada integrasi dari empat fitur dasar seperti investigasi, interaksi, penafsiran, dan motivasi intrinsic (Sharan, 2012: 167).

Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tipe group investigation merupakan strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam

kelomppok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik.

1. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Gorup Investigation

Setiap model atau metode pembelajaran memiliki karakteristik masing-masing yang membedakannya dengan model/ metode pembelajaran lainnya. Menurut Isjoni (2012: 30) bahwa karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe group investigation yaitu:

a. Pembentukan kelompok kecil b. Presentasi hasil pengamatan c. Pelaksanaan pengamatan

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah (Hanafiah, 2012: 48):

a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok

c. Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk mengambil satu materi tugas yang berbeda-beda

d. Masing-masing kelompok secara kooperatif membahas materi yang berisi materi temuan e. Setelah selesai diskusi kelompok, masing-masing juru bicara, menyampaikan hasil

pembahasannya

f. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus member kesimpulan g. Evaluasi

h. Penutup

(6)

Pembelajaran kooperatif ini terbukti lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model-model pembelajaran individual yang digunakan selama ini. Keunggulan seperti yang diungkapkan oleh Isjoni (2012: 58-59) itu dapat dilihat pada kenyataan sebagai berikut:

1) Peningkatan belajar terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran, dan aktivitas belajar.

2) Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa menjadi terangsang dan lebih aktif. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa kebersamaan dalam kelompok, sehingga mereka dengan mudah dapat berkomunikasi dengan bahasa yang lebih sederhana.

3) Pada saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif, lebih bersemangat dan berani mengemukakan pendapat.

4) Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan lebih termotivasi.

5) Penerapan pembelajaran kooperatif dapa membantu siswa mengaktifkan kemampuan latar belakang mereka dan belajar dari pengetahuan latar belakang teman sekelas mereka.

6) Siswa dapat belajar dalam kelompok dan menerapkannya dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks, serta dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya dan siswa yang berprestasi dalam pembelajaran kooperatif ternyata lebih mementingkan orang lain, tidak bersifat kompetitif, dan tidak memiliki rasa dendam terhadap orang lain.

7) Dapat menimbulkan motivasi siswa karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas. Kekurangan :

1) Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation hanya sesuai untuk diterapkan di kelas tinggi, hal ini disebabkan karena tipe Group Investigation memerlukan tingkatan kognitif yang lebih tinggi.

(7)

yang pandai lebih dominan dalam proses pembelajaran.

3) Adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai yang lebih tinggi dengan kelompok yang memiliki nilai rendah.

4) Untuk menyelesaikan materi pelajaran dengan pembelajaran kooperatif akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan pembelajaran yang konvensional, bahkan dapat menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum berpengalaman dalam melaksanakan model pembelajaran Group Investigation.

5) Guru membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama untuk dapat menerapkan belajar kooperatif tipe group investigation dengan baik dan bisa berhasil.

4. Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Pada Materi Perkembangbiakan Hewan

Menurut Suprijono (2013: 93) pembelajaran dengan metode group investigation dimulai dengan pembagian kelompok. Selanjutnya guru beserta siswa memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik-topik itu. Sesudah topik beserta permasalahannya disepakati, peserta didik beserta guru menentukan metode penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan masalah.

Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah mereka rumuskan. Aktivitas tersebut merupakan kegiatan sistemik keilmuan mulai dari mengumpulkan data, analsis data, sintesis, hingga menarik kesimpulan. Langkah berikutnya adalah presentasi hasil oleh masing-masing kelompok. pada tahap ini diharapkan terjadi intersubjek dan objektivikasi pengetahuan yang telah dibangun oleh suatu kelompok. Berbagai perspektif diharapkan dapat dikembangkan oleh seluruh kelas atas hasil yang dipresentasikan oleh suatu kelompok. selanjutnya dilakukan evaluasi. evaluasi dilakukan secara individual dan kelompok.

Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada mata pelajaran perkembangbiakan hewan untuk meningkatkan hasil belajar yaitu:

1) Guru melakukan kegiatan awal yaitu menyampaikan motivasi dan apersepsi, 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan sumber belajar, 3) Guru menjelaskan materi dan membentuk kelompok heterogen,

(8)

5) Guru menugaskan setiap kelompok untuk belajar pada materi yang telah diberikan, 6) Siswa secara berkelompok membahas materi perkembangbiakan hewan yang ditugaskan 7) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil pembahasannya

8) Guru memberikan kesimpulan dan memberikan evaluasi. 2.3Materi Perkebangbiakan Hewan

Hewan memiliki kemampuan untuk berkembang biak. Hewan dapat berkembang biak tanpa perkawinan atau secara vegetatif maupun melalui perkawinan atau secara generatif. Materi yang akan dibahas pada penelitian ini dikhususkan pada perkembangbiakan hewan secara generatif. Menurut Sulistyanto dan Wiyono (2008: 26) bahwa perkembangbiakan hewan secara generatif dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu bertelur (ovipar), melahirkan (vivivar), dan bertelur melahirkan (ovovivivar).

a. Perkembangbiakan hewan dengan bertelur

Hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur disebut ovipar. Ovipar berasal dari kata ovum yang berarti telur. Sel telur dihasilkan oleh hewan betina. Sel sperma dihasilkan oleh hewan

jantan. Beberapa hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur misalnya ikan, serangga, ayam, kadal, katak, dan buaya. Ada pula hewan mamalia yang berkembang biak dengan cara bertelur.

Berdasarkan tempat terjadinya, pembuahan pada hewan dibedakan menjadi dua macam, yaitu pembuahan internal dan pembuahan eksternal.

1) Pembuahan Internal

Pembuahan internal terjadi di dalam tubuh hewan betina. Sperma hewan jantan dimasukkan ke dalam saluran reproduksi betina. Contoh hewan yang melakukan pembuahan internal adalah burung penguin dan serangga. Setelah bertelur, hewan-hewan tersebut mengerami telurnya hingga menetas.

Gambar 1: Ayam mengalami pembuahan secara internal Sumber: Ensiklopedia Mini Hewan, 2003 (BSE: Pitoyo,2010: 26)

(9)

Pembuahan eksternal terjadi di luar tubuh hewan betina. Kebanyakan hewan yang mengalami pembuahan eksternal menghasilkan telur dalam jumlah yang banyak. Contoh hewan yang melakukan pembuahan di luar tubuh adalah ikan dan katak. Katak betina melepaskan telur ke dalam air. Telur-telurnya ini dilindungi oleh lapisan lendir. Telur ini biasanya dibuahi di dalam air atau di luar tubuh induknya. Telur ini kemudian menetas dan tumbuh menjadi katak dewasa. Katak dewasa akan naik ke atas daratan yang kering untuk mencari makanan.

Gambar 2: Hewan katak bertelur di air

Sumber: Ensiklopedia IPTEK untuk anak, pelajar dan umum (BSE: Pitoyo, 2010: 26)

Berikut ini ciri-ciri utama hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur. 1. Tidak mempunyai daun telinga.

2. Umumnya tidak mempunyai kelenjar susu.

3. Hewan betina umumnya tidak menyusui anaknya. 4. Tidak mempunyai rahim.

5. Penutup tubuhnya umumnya tidak berbulu. Namun, ada hewan bertelur yang tubuhnya berbulu, yaitu ayam.

b. Perkembangan Hewan dengan Melahirkan

Hewan yang berkembang biak secara melahirkan disebut vivipar. Hewan yang melahirkan juga menghasilkan telur. Namun, telur yang dihasilkan tidak dibungkus cangkang dan tidak dikeluarkan dari dalam tubuh hewan betina. Kerbau, kijang, kucing, anjing, kuda, kambing, sapi, gajah, orang utan, kanguru, harimau, dan kelinci termasuk contoh hewan yang berkembang biak secara melahirkan. Hewan yang beranak kebanyakan menyusui anaknya. Hewan yang demikian disebut hewan mamalia. Ada pula hewan mamalia yang hidup di air. Misalnya, paus dan lumba-lumba. Berikut ini beberapa ciri hewan melahirkan.

a) Mempunyai kelenjar susu.

b) Hewan betina menyusui anaknya dan memelihara mereka hingga dewasa. c) Mempunyai rahim.

(10)

dan keringat.

Golongan hewan melahirkan sebagian besar adalah hewan mamalia. Namun, ada juga hewan mamalia yang berkembang biak dengan cara bertelur.

Gambar 3: Paus dan kangguru adalah hewan vivivar Sumber: Encarta Encyclopedia, 2006 (BSE: Pitoyo, 2010: 28)

c. Perkembangbiakan dengan bertelur dan beranak

Selain berkembang biak dengan cara bertelur atau beranak, hewan juga dapat berkembang biak melalui perpaduan kedua cara tersebut, yaitu dengan bertelur dan beranak. Hewan yang berkembang biak secara bertelur dan melahirkan disebut ovovivipar. Contoh hewan yang berkembang biak dengan cara demikian adalah ikan hiu, beberapa jenis ular, dan kadal.

Cara berkembang biak secara ovovivipar merupakan perpaduan antara cara bertelur dengan cara melahirkan. Telur yang sudah dibuahi menetas di dalam tubuh hewan betina dan keluar sudah dalam bentuk bayi. Hewan tersebut tampak seolah-olah melahirkan anak, tetapi sebenarnya hewan tersebut mengandung calon anaknya dalam bentuk telur.

Gambar 4: Ikan hiu berkembang biak secara ovovivivar Sumber: Encarta Enclyclopedia, 2006 (BSE: Pitoyo, 2010: 28)

2.4Kajian Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian diantaranya dilakukan oleh: 1. Launuha (2013) pada penelitiannya yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada

(11)

Investigation di Kelas VI SDN 6 Kabila Bone Kab. Bone Bolango. Dari hasil penelitian, pada

pelaksanaan tindakan siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation hasil belajar siswa belum mencapai indikator kinerja yang ditargetkan. Rata-rata

kelas yang diperoleh pada siklus I sebesar 67,13 dan jumlah siswa yang tuntas berada di bawah standar yang diinginkan yakni hanya sekitar 66,67%. Sehingga dilaksanakan siklus II sebagai refleksi dari siklus I. Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa dimana rata-rata kelas yang diperoleh menjadi 85,06 dan jumlah siswa yang tuntas mencapai 83,33% atau indikator kinerja tercapai sehingga disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

2. Rismawati (2012) pada penelitiannya yang berjudul penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang bumi dan alam semesta mengemukakan bahwa dari hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan nilai rata-rata siklus I yaitu 72,60 dengan prosentase siswa yang mencapai KKM sebanyak 63,72%, siklus II yaitu 78,87 dengan prosentase sebesar 79,31% dan siklus III yaitu 83,44 dengan prosentase 86,20%, hasil belajar afektif dan psikomotornya dikategorikan sangat baik karena dari siklus I sampai siklus III mengalami peningkatan.

Hubungan antara penelitian yang telah dilakukan Launuha dan Rismawaty serta Ibhan Suprianto dengan yang akan direncanakan peneliti adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Adapun perbedaannya adalah materi yang diberikan berbeda antara Launuha, Rismawaty Ibhan Suprianto dengan peneliti. Materi yang akan disampaikan peneliti yaitu materi perkembangbiakan hewan.

2.5Hipotesis Tindakan

(12)

perkembangbiakan hewan di kelas VI SDN 2 Suwawa Timur Kabupaten Bone Bolango akan meningkat”.

2.6Indikator Kinerja

Gambar

Gambar 1: Ayam mengalami pembuahan secara internal
Gambar 2: Hewan katak bertelur di air
Gambar 3: Paus dan kangguru adalah hewan vivivar

Referensi

Dokumen terkait

Jl.. ketinggian manakah metode yang dianggap lebih akurat tersebut efektif perhitungannya. Efisiensi perencanaan gedung ini akan dibandingkan melalui indikator biaya.

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

Panel zephyr bambu adalah suatu papan atau lembaran tiga lapis dari zephyr bambu atau serat bambu dengan arah serat bersilangan yang direkat dengan menggunakan

Strategi optimalisasi penggunaan air irigasi di DI Berambai Makmur yaitu dengan Penyimpanan air irigasi saat musim hujan sekaligus sebagai cadangan saat musim kemarau,

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, agar saudara dapat hadir dan membawa dokumen asli sesuai dengan yang di upload pada website :hhtp/www.lpse.sumsel.polri.go.id

Implementations shall support graph patterns involving terms from an RDFS/OWL class hierarchy of geometry types consistent with the one in the specified version of Simple

- in order for the item to be presented in the content section, some salient spatial property of the item shall exist within the specified bbox.