• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan merupakan tujuan hidup yang didambakan oleh setiap manusia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan merupakan tujuan hidup yang didambakan oleh setiap manusia"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Kesejahteraan merupakan tujuan hidup yang didambakan oleh setiap manusia dan dapat diraih dengan usaha yang keras. Bahkan anak-anak sekalipun berhak mendapatkan kesejahteraan. Seorang anak merupakan tanggung jawab orang tua. Oleh karena itu untuk mencapai kesejahteraan perlu mendapat dukungan orang tua misalnya memenuhi kebutuhan anak seperti kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Selain itu ada hal yang tidak kalah penting untuk diberikan kepada anak yaitu pendidikan, dengan pendidikan, anak akan memiliki masa depan yang lebih baik.

Sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potens i peserta didik. Salah satu sarana untuk mencapai tujuan pendidikan nasional adalah adanya instansi yang disebut dengan sekolah. Sekolah memiliki perencanaan untuk mengembangkan potensi peserta didik, yang mengedepankan kesejahteraan, dengan menggunakan sistem kegiatan belajar mengajar berharap peserta didik dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki serta dapat memperoleh hasil yang memuaskan di dalam pendidikan (Fraillon, 2004). Mengingat sebagian besar remaja menghabiskan waktu disekolah, maka dari itu kesejahteraan di sekolah sangat erat dengan remaja (Long, dkk, 2012).

Menurut Eckersley (2005) kesejahteraan merupakan makna yang dimiliki seseorang tentang cara menjalani hidup dengan menggali potensi yang dimiliki, serta

(2)

merasa bahwa hidupnya begitu berharga. Membahas tentang kesejahteraan siswa dalam proses pendidikan erat kaitannya dengan lingkungan sekolah dan keluarga seperti pendapat De Fraine, dkk (2005) ketika siswa di lingkungan sekolahnya merasa baik dalam hal emosi dan perasaan maka siswa tersebut merupakan siswa yang sejahtera. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Huebner, dkk (2003) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan hidup anak sehingga kesejahteraan siswa dapat tercapai adalah keluarga. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Fraillon (2004) bahwa siswa memperhitungkan pentingnya peran keluarga dan lingkungan sekitar untuk mencapai kesejahteraan. Kondisi lingkungan dan keluarga berbeda-beda, di dalam lingkungan ada yang memberikan hal baik dan buruk, namun di dalam keluarga dari segi materi ada yang mampu dan kurang mampu dala m memenuhi kebutuhan hidup. Keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu erat kaitannya dengan kesempatan anak untuk menikmati bangku pendidikan, dalam melaksanakan pendidikan diperlukan berbagai sarana dan prasarana serta biaya yang cukup (Indrawati, 2009).

Hal yang sering dikeluhkan di Indonesia yakni kurangnya pemerataan ekonomi dalam pentingnya masalah pendidikan, dengan memprioritaskan pelayanan pendidikan keluarga pra sejahtera dapat mampu menikmati pemerataan akses pendidikan (Tigayanti, 2009). Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2011) keluarga pra sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan dalam program BKKBN pembangunan keluarga sejahtera dibedakan menjadi dua yaitu keluarga sejahtera dan keluarga pra sejahtera.

(3)

Keluarga sejahtera minimal dapat mampu memenuhi salah satu indikator yaitu menjalankan ibadah, makan minimal dua kali sehari, pakaian lebih dari satu pasang, sebagian besar rumahnya bukan dari tanah, jika sakit dibawa ke sarana kesehatan, sebaliknya untuk keluarga pra sejahtera tidak dapat memenuhi salah satu indikator tersebut (Widiastuti, 2012)

Fakta yang dilaporkankan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Maret 2013 di Indonesia prosentase penduduk miskin yang tinggal di kota maupun di desa sebesar 11,37% dengan jumlah penduduk 28.006,55 jiwa, berbeda dengan hasil yang dikeluarkan oleh BPS pada bulan September 2013 yang mengalami kenaikan prosentase dimana penduduk miskin mencapai angka 11,47% dengan jumlah penduduk 28.553,92 jiwa artinya dalam jangka waktu 6 bulan angka kemiskinan naik hingga 0,1% atau 547,37 jiwa. Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan prosentase kemiskinan dari bulan Maret 2013 hingga September 2013, di provinsi Jawa Tengah memiliki prosentase yang cukup tinggi pada bulan Maret 2013 untuk masalah kemiskinan yakni penduduk Jawa Tengah yang tinggal di kota dan di desa angka prosentasenya mencapai 14,56% dan bulan September 2013 angka prosentasenya 14,44%, artinya selama 6 bulan angka prosentase turun hingga 0,12%.

Kenyataannya angka putus sekolah masih terbilang relatif tinggi, menurut pengamat pendidikan Muhammad Zuhdan (dalam Andasry, 2013) menyatakan bahwa tahun 2010 terdapat 1,3 juta anak usia 7 sampai 15 tahun di Indonesia terancam putus sekolah. Terkait denga n masih tingginya angka anak yang terancam putus sekolah mayoritas murid sekolah berlatar belakang miskin, dan akibat faktor kemiskinan inilah siswa terpaksa harus putus sekolah, kalaupun mungkin

(4)

melanjutkan ke sekolah proses belajarnya belum memenuhi pend idikan dasar sembilan tahun (republika.co.id. 2010 diakses pada tanggal 5 maret 2014)

Sebuah penelitian di Amerika bahwa remaja dari keluarga miskin lebih mungkin memiliki perilaku negatif daripada remaja yang berasal dari keluarga kaya diantaranya yaitu pernah melakukan hubungan seks sebelum usia 16 tahun, menjadi anggota geng, terlibat perkelahian, terlibat pencurian senilai lebih dari 50 dolar, dan pernah melarikan diri dari rumah maupun sekolah, serta pernah menggunakan alkohol dan ganja, menjual obat-obatan terlarang, bahkan melakukan pengrusakan di tempat umum. Lebih lanjutnya bahwa presentase remaja yang berasal dari keluarga miskin yang memilih untuk melanjutkan sekolah hanya sebesar 44%, 56% diantaranya memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan mereka (Human Services Policy, 2009). Penelitian lain telah dilakukan oleh Philip (2002) menyatakan bahwa kondisi orang tua yang berpenghasilan rendah erat kaitannya dengan keterlibatan anak laki- laki dan perempuannya dalam kegiatan sekolah, walaupun orang tua dalam kondisi ekonomi yang sangat terbatas anak perempuanlah yang lebih rajin melakukan aktifitas di sekolah dibandingkan anak laki- laki yang cenderung malas untuk melakukan aktifitas di sekolah.

Sebuah penelitian lain yang telah dilakukan oleh Zilanawala & Pilkauskas (2010) menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga miskin lebih mungkin untuk menunjukkan masalah perilaku dibanding anak-anak dari keluarga kaya, perilaku dan efeknya terlihat pada hasil akademik, kesehatan, dan pendapatan, penelitian ini menemukan bahwa anak-anak yang berada dala m keluarga miskin skor signifikan lebih tinggi pada agresif, menarik diri, dan cemas. Mengenai hal tersebut pendapat

(5)

lain yang dikemukakan oleh Duncandan Brooks - Gunn (1997) (dalam Zilanawala & Pilkauskas, 2010) menyatakan bahwa kekhawatiran tentang kesejahteraan anak dari keluarga miskin telah berlangsung lama, dimana hal ini dapat menunjukkan bahwa kesulitan ekonomi berhubungan dengan masalah kesehatan, akademik, perilaku, dan sosial bagi anak-anak.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Karyani dkk, (2014) di SMP Muhammadiyah di kota Surakarta.dengan memberikan kuesioner terbuka sebanyak 348 siswa. Lebih lanjutnya didapatkan 40 siswa berasal dari keluarga yang memiliki sosialekonomi rendah, dimana sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai buruh, hal tersebut masuk dalam kriteria siswa dari keluarga pra sejahtera. Salah satu contoh dari keterangan siswa yang berinisial UKW jenis kelamin perempuan dimana ayahnya bekerja sebagai kuli bangunan. Menurut siswa UKW sejahtera adalah saling bergotong royong dan mendukung sesama. Lebih lanjut menurut siswa UKW siswa yang dikatakan sejahtera adalah siswa yang semangat sekolah, rajin, dan menaati tata tertib. Siswa UKW adalah siswa yang merasa bahwa dirinya belum sejahtera karena sesuatu yang diinginkan belum tercapai. Berbeda dengan siswa yang berinisial BND jenis kelamin laki- laki, ayahnya bekerja sebagai pengepol rosok. Menurut siswa BND sejahtera adalah hati yang nyaman dan tentram. Menurut BND siswa yang dikatakan sejahtera adalah siswa yang berprestasi. Siswa BND menilai bahwa dirinya termasuk dalam siswa yang sudah sejahtera karena sudah merasa senang dan gembira apabila masuk sekolah.

Berdasarkan kondisi diatas penulis ingin memahami dan mendiskripsikan “Bagaimana kesejahteraan siswa dari keluarga pra sejahtera?”. Dari rumusan

(6)

masalah tersebut maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Kesejahteraan Siswa dari keluarga pra sejaht era”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dimana pendekatan ini merupakan prosedur yang menghasilkan data-data deskripsi berupa kata-kata tertulis tentang orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan kesejahteraan siswa dari keluarga pra sejahtera.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya : 1. Manfaat secara teoritis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wacana di bidang psikologi pendidikan dan psikologi keluarga

2. Manfaat secara praktis a. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai kesejahteraan siswa dari keluarga pra sejahtera kepada pihak sekolah, sehingga pihak sekolah dapat memahami kesejahteraan siswa yang seharusnya diperoleh siswa tersebut.

(7)

b. Bagi pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kesejahteraan siswa dari keluarga pra sejahtera, sehingga pemerintah dapat memberikan kemudahan untuk siswa dari keluraga pra sejahtera untuk melanjutkan pendidikan.

c. Bagi peneliti lain

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memperdalam dan mengembangkan khasanah teoritis mengenai kesejahteraan siswa serta dapat dijadikan referensi penelitian yang akan datang dengan tema yang sama.

Referensi

Dokumen terkait

Selain mendiskusikan sarana untuk kerja sama lebih lanjut antara Bali & India, Duta Besar juga menyampaikan undangan kepada Ketua, atas nama Ketua Dewan Perwakilan

Berdasarkan pengamatan kemampuan berbahasa siswa pada siklus 1 telah mengalami peningkatan dari pratindakan walaupun belum mencapai persentase KKM yang telah ditentukan.

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Taufiq dan Hidayahnya sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini dengan judul: “Strategi

Adapun yang menyebabkan timbulnya penyimpangan tersebut, karena adanya konsep yang salah tentang ziarah kubur, berziarah kekuburan wali atau orang saleh bukan untuk

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kasus spondilitis tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 44 pasien.. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis kelamin dan

Pada proses injeksi molding untuk pembuatan hendel terjadi beberapa kekurangan, pada proses pembuatannya diantaranya terjadinya banyak kerutan dan lipatan pada

Hasil penelitian ini mengidentifikasikan bahwa komunikasi dan program edukasi yang dilakukan di Istana Kepresidenan Jakarta belum optimal, mengingat Istana Kepresidenan Jakarta