• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI ASAM PERASETAT UNTUK MENGHILANGKAN ZAT WARNA PADA KAIN JEANS Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "APLIKASI ASAM PERASETAT UNTUK MENGHILANGKAN ZAT WARNA PADA KAIN JEANS Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI ASAM PERASETAT UNTUK MENGHILANGKAN ZAT WARNA PADA KAIN JEANS

SKRIPSI

DEBY HERUWATI MAHARANI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

APLIKASI ASAM PERASETAT UNTUK MENGHILANGKAN ZAT WARNA PADA KAIN JEANS

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Bidang Kimia

Pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga

Oleh :

DEBY HERUWATI MAHARANI NIM. 080810509

Tanggal Lulus : 16 Juli 2012

Disetujui oleh :

Pembimbing I

Dr. rer nat Ganden Supriyanto, M.Sc NIP. 19681228 199303 1 001

Pembimbing II

(3)

LEMBAR PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI

Judul : APLIKASI ASAM PERASETAT UNTUK

MENGHILANGKAN ZAT WARNA PADA KAIN JEANS

Penyusun : Deby Heruwati Maharani

NIM : 080810509

Pembimbing I : Dr. rer nat Ganden Supriyanto, M.Sc Pembimbing II : Dra. Aning Purwaningsih, M.Si Tanggal seminar : 16 Juli 2012

Disetujui Oleh :

Pembimbing I

Dr. rer nat Ganden Supriyanto, M.Sc NIP. 19681228 199303 1 001

Pembimbing II

Dra. Aning Purwaningsih, M.Si NIP. 19660310 199102 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi S-1 Kimia/Ketua Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Aplikasi Asam Perasetat Untuk Menghilangkan Zat Warna Pada Kain Jeans”. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW karena berkat perjuangan beliau dan para sahabatnya kita bisa menikmati indahnya iman.

Ucapan terima kasih yang tulus penulis haturkan kepada :

1. Bapak Dr. rer nat Ganden Supriyanto, M.Scselaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran, nasehat dan masukan

dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Dra. Aning Purwaningsih, M.Si selaku dosen pembimbing II sekaligus dosen wali atas bimbingan dan nasehatnya selama penulisan skripsi ini

3. Ibu Dra. Usreg Sri Handajani, M.Si selaku dosen penguji I yang telah

memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dr. Pratiwi Pudjiastutik, M.Si selaku dosen penguji II yang telah

memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Dr. Alfinda Novi Kristanti, DEA selaku Ketua Program Studi S1 kimia. 6. Bapak Dr. Ir. Suyanto, M.Si yang telah banyak memberikan masukan dan

(5)

7. Ibu, ibu, dan ibu serta keluarga tercinta yang telah sepenuhnya memberikan

dukungan, cinta, kasih sayang dan semangat baik moral maupun spiritual demi

terselesaikannya skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen kimia yang telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing dan mendermakan ilmu yang dimiliki demi mencerdaskan mahasiswanya.

9. Teman-teman angkatan 2008 yang banyak memberikan bantuan, saran dan

atas kebersamaannya selama mengemban ilmu di Universitas Airlangga. 10. Karyawan dan karyawati FSAINTEK UNAIR dan petugas laboratorium yang

telah banyak membantu.

11. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak bisa saya sebutkan satu

per satu untuk dukungan yang sangat berharga untuk saya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan naskah skripsi ini masih banyak kekurangan, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan naskah skripsi ini. Semoga naskah skripsi ini dapat bermanfaat dan sedikit memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di negeri ini, amin ya robbal ’alamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surabaya, Juli 2012

(6)

PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

(7)

Maharani, D. H., 2012, Aplikasi Asam Perasetat Untuk Menghilangkan Zat Warna Pada Kain Jeans. Skripsi di bawah bimbingan Dr. rer. nat. Ganden Supriyanto, M.Sc., dan Dra. Aning Purwaningsih, M.Si., Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRAK

Proses bleaching pada kain biasanya menggunakan senyawa golongan oksidator seperti hipoklorit, gas klor dan asam peroksida. Metode bleaching menggunakan asam perasetat belum banyak dikembangkan. Pada penelitian ini dilakukan proses bleaching menggunakan asam perasetat. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bleaching agent yang ramah lingkungan dan mengganti bleaching agent seperti klor yang memberikan dampak pencemaran lingkungan. Dalam penelitian ini asam perasetat dibuat dengan mereaksikan hidrogen peroksida dan asam asetat glasial. Faktor yang mempengaruhi pembentukan asam perasetat seperti perbandingan mol [H2O2 30%:CH3COOH 100%] dengan volume

total 100 ml, suhu dan waktu reaksi dicari kondisi optimumnya dalam penelitian ini. Asam perasetat yang terbentuk bertindak sebagai nukleofil yang akan menghilangkan gugus kromofor yang memberikan warna pada kain jeans. Hasil optimum proses bleaching menggunakan asam perasetat adalah pada perbandingan mol [H2O2:CH3COOH] sebesar [1:10] pada suhu 85˚C selama 60

menit.

(8)

Maharani, D. H., 2012, Application of Peracetic Acid to Remove The Dye in The Jeans Fabric. This study is under guidance of Dr. rer. nat. Ganden Supriyanto, M.Sc., and Dra. Aning Purwaningsih, M.Si., Department of Chemistry, Science and Technology Faculty, Universitas Airlangga.

ABSTRACT

The process of bleaching textile usually uses oxidator compound such as hypochlorite, chlorine and peroxide. Bleaching method using peracetic acid has not been developed yet. In this research, bleaching process using peracetic acid had been done. The purpose of this research was to develop an environmentally and friendly bleaching agent and change another bleaching agent such as chlorine which gives bad impact of environment pollution. In this research peracetic acid was prepared by reacting hydrogen peroxide and glacial acetic acid. Some factors which influenced the formation of peracetic acid, such as optimum mole ratio [H2O2 30%:CH3COOH 100%] with 100 ml total volume, temperature and

reaction time were determined in this research. Peracetic acid which had been formed acted as a nucleophile. This ion eliminated chromophore group which gave colour to jeans fabric. The optimum results in bleaching process was under condition of mole ratio [H2O2:CH3COOH] of 1:10 at 85˚C for 60 minutes.

(9)

DAFTAR ISI 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Zat Warna ... 6

2.2 Penggolongan Zat Warna... 7

2.3 Syarat-syarat Zat Warna ... 10

2.4 Proses Bleaching ... 10

2.5 Macam-macam Proses Bleaching ... 13

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat-alat penelitian ... 20

3.2.2 Bahan penelitian ... 20

3.3 Diagram Alir ... 21

3.4 Proses Bleaching 3.4.2 Pengaruh perbandingan mol[H2O2:CH3COOH]... 22

3.4.3 Pengaruh suhu ... 23

3.4.4 Pengaruh waktu ... 23

(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Bahan Awal ... 26 4.2 Pengaruh Variabel Bebas Pada Proses Bleaching Terhadap Derajat

Kecerahan Kain Jeans ... 27 4.2.1 Pengaruh perbandingan mol[H2O2:CH3COOH] terhadap

derajat kecerahan kain jeans ... 27 4.2.2 Pengaruh suhu terhadap derajat kecerahan kain jeans ... 34 4.2.3 Pengaruh waktu terhadap derajat kecerahan kain jeans... 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 40 5.2 Saran ... 40

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

2.1 Nama dan struktur kimia kromofor ... 6

2.2 Klasifikasi bleaching agent ... 12

3.1 Disain eksperimen optimasi perbandingan mol [H2O2:CH3COOH].... 22

3.2 Disain eksperimen optimasi suhu ... 23

3.3 Disain eksperimen optimasi waktu ... 24

4.1 Hasil derajat kecerahan sampel sebelum dilakukan proses bleaching. 26

4.2 Hasil derajat kecerahan kain jeans dengan perbandingan mol

[H2O2:CH3COOH] ... 29

4.3 Hasil derajat kecerahan kain jeans dengan variasi suhu ... 35

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

2.1 Sintesis asam perasetat ... 18

4.1 Sampel sebelum dilakukan proses bleaching... 26 4.2 Kain jeans hasil proses bleachingdengan variabel perbandingan mol

[H2O2:CH3COOH]... 28

4.3 Grafik hubungan perbandingan mol [H2O2:CH3COOH] dengan

derajat kecerahan pada suhu 85˚C dan waktu 60 menit... 30 4.6 Kain jeans hasil proses bleachingdengan variabel suhu ... 34 4.7 Grafik hubungan suhu dengan derajat kecerahan pada perbandingan

mol [H2O2:CH3COOH] sebesar 1:10 dan waktu 60 menit ... 36

4.8 Kain jeans hasil proses bleachingdengan variable waktu ... 37 4.9 Grafik hubungan waktu dengan derajat kecerahan pada perbandingan

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1 Laporan Hasil Analisa Derajat Kecerahan Kain Jeans pada Variasi Perbandingan mol [H2O2:CH3COOH]

2 Laporan Hasil Analisa Derajat Kecerahan Kain Jeans pada Variasi Suhu

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Industri tekstil dan produk tekstil merupakan salah satu bidang yang sangat berkembang di Indonesia. Dalam proses produksinya, industri tekstil menghasilkan limbah baik berupa limbah padat, cair maupun gas yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Terlepas dari itu, limbah dari pabrik tekstil seperti potongan kain jeans tidak perlu ditimbun di dalam tanah atau bahkan dibakar sehingga asapnya menimbulkan polusi. Limbah kain yang berwarna itu dapat diolah menjadi produk yang lebih berkualitas dan bernilai ekonomis. Limbah kain yang berwarna tersebut dapat dilunturkan menjadi putih dengan proses bleaching, kemudian diubah lagi menjadi kapas dan dipintal kembali menjadi benang, kain dan produk-produk lain misalnya sarung tangan dan lain sebagainya.

(15)

pemanfaatan kain bekas menjadi benang, bahan dasar kain dan dapat dikembangkan menjadi produk lainnya yang lebih berkualitas.

Proses bleaching dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa klor seperti klorin atau klor dioksida (Van Daam, 2002). Akan tetapi, penggunaan klor dalam proses bleaching ini menimbulkan persoalan lingkungan yang serius. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah pada buangannya yang mengandung senyawa klorin organik yang berbahaya bagi lingkungan hidup (Ulia, 2007).

Mengingat betapa bahayanya senyawa yang mengandung klor, maka saat ini banyak dikembangkan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan proses bleaching dengan prinsip total chlor free dengan menggunakan oksigen dan peroksida. Pada dasarnya semuanya bertujuan untuk menggantikan proses bleaching menggunakan klor dalam proses bleaching dengan senyawa-senyawa yang benar-benar bebas klor, sehingga tidak ada zat-zat berbahaya dan sisa-sisa klorinasi yang berasal dari proses bleaching(Bajpai, 2005).

Proses bleaching serat memang harus menggunakan bahan kimia yang reaktif untuk melarutkan kandungan lignin yang ada di dalam serat agar diperoleh derajat kecerahan yang tinggi (Tutus, 2004). Namun demikian, tetap harus dijaga agar penggunaan bahan kimia tersebut tidak menyebabkan pencemaran lingkungan yang berbahaya.

(16)

yang tinggi merupakan syarat utama bleaching dengan menggunakan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida mempunyai kelebihan yaitu sifatnya yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan oksidator lain karena peruraiannya hanya menghasilkan air dan oksigen (Suess, 2010). Namun, pada bleaching kain menggunakan hidrogen peroksida membutuhkan larutan alkali yang berfungsi untuk mengatur pH yaitu biasanya larutan NaOH, penstabil dan suhu yang digunakan relatif tinggi serta membutuhkan waktu yang lama. Setelah proses bleaching, membutuhkan jumlah air yang besar untuk menghilangkan sisa hidrogen peroksida dan sisa alkali (Abdel-Halim et al., 2011).

Oleh karena itu, sangat diperlukan suatu metode untuk proses bleaching yang bisa dilakukan dengan baik pada suhu rendah, waktu reaksi yang lebih singkat dan menggunakan biaya yang lebih murah, tanpa menyebabkan kerusakan pada serat kain. Untuk itu pada penelitian ini dicoba melakukan proses bleaching kain menggunakan asam perasetat.

(17)

kain atau pada pembilasan kain, netralisasi serat setelah bleaching pun tidak diperlukan, tidak seperti bleaching dengan hidrogen peroksida, dimana memerlukan jumlah air yang besar untuk menghilangkan sisa alkali.

Asam perasetat ini mejadi salah satu alternatif dalam upaya meminimalkan masalah yang disebabkan oleh bleaching agent seperti klor ataupun hidrogen peroksida. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hasil dari proses bleaching dengan derajat kecerahan yang tinggi pada kain jeans bekas menggunakan asam perasetat sebagai bleaching agentyang ramah lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

Berapakah perbandingan mol H2O2 dan CH3COOH, suhu dan waktu

optimum pada proses bleachingkain jeans?

1.3 Tujuan Penelitian

Menentukan perbandingan mol H2O2 dan CH3COOH, suhu dan waktu

optimum pada bleachingkain jeans.

1.4 Manfaat Penelitian

(18)

Data-data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan kajian eksperimental dan diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Mengurangi limbah kain jeans bekas.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zat Warna

Molekul zat warna merupakan gabungan dari zat organik tidak jenuh dengan kromofor sebagai pembawa warna dan auksokrom sebagai pengikat warna dengan serat. Zat organik tidak jenuh yang dijumpai dalam pembentukan zat warna adalah senyawa aromatik antara lain senyawa hidrokarbon aromatik dan turunannya, fenol dan turunannya serta senyawa-senyawa hidrokarbon yang mengandung nitrogen.

Gugus kromofor adalah gugus yang menyebabkan molekul menjadi berwarna. Pada Tabel 2.1 dapat dilihat beberapa nama gugus kromofor.

Tabel 2.1Nama dan Struktur Kimia Kromofor Nama Gugus Struktur Kimia

Nitroso NO atau (-N-OH)

Nitro NO2atau (NN-OOH)

Grup Azo

-N=N-Grup Etilen

-C=C-Grup Karbonil -C=O

Grup Karbon-Nitrogen -C=NH ;

CH=N-Grup Karbon Sulfur -C=S;

(20)

HH3CO

2.2 Penggolongan Zat Warna

1. Zat warna berdasarkan asal: a. Zat warna alami

Contoh: Kurkumin

b. Zat warna sintetik Contoh: Rhodamin B

2. Zat warna berdasarkan struktur: a. Azo

(21)

NH2

NH O

O

Br

CH3

NaO3S HO

C O

C O

NC

O2N N N N

C2H5

C2H5

b. Nitro

Contoh: Dispersi merah 71

c. Fenol

Contoh: Fenolptalein

3. Zat warna berdasarkan anion: a. Asam

(22)
(23)

Cl

C

N(CH3)2

+ Cl-N(CH3)2

4. Zat warna berdasarkan kation: Basa

Contoh: Basa biru

(Christie, 2007)

2.3 Syarat-syarat Zat Warna

Zat warna adalah semua zat berwarna yang mempunyai kemampuan untuk dicelupkan pada serat tekstil dan memiliki sifat ketahanan luntur warna (permanent). Jadi sesuatu zat dapat berlaku sebagai zat warna apabila:

1. Zat warna tersebut mempunyai gugus yang dapat menimbulkan warna (kromofor), misalnya : C=C, N=N, -NO2, C=O (Fessenden, 1992).

2. Zat warna tersebut mempunyai gugus yang dapat mempunyai afinitas terhadap serat tekstil (auksokrom), misalnya : -OH, OR, -NH2, -NHR, -NR2,

-X (Fessenden, 1992).

2.4 Proses Bleaching

(24)

pada panjang gelombang cahaya tampak dan Ultra Violet, sehingga menimbulkan warna (Wildan, 2010). Senyawa kimia yang digunakan pada proses bleaching memecah ikatan rangkap pada rantai panjang tersebut menjadi ikatan tunggal yang tidak menyerap warna (Suess, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses bleachingantara lain: a. Konsentrasi

Reaksi dapat ditingkatkan dengan memperbesar konsentrasi bahan bleaching agent. Penggunaan bahan bleaching agent yang berlebih tidak akan meningkatkan derajat kecerahan karena derajat kecerahan yang dicapai telah maksimal (Karmakar, 1999).

b. Waktu reaksi

Pada umumnya, perlakuan bleaching agent terhadap serat akan menjadi lebih reaktif dengan memperpanjang waktu reaksi. Namun, waktu yang terlalu lama akan merusak serat (Onggo, 2004).

c. Suhu

Peningkatan suhu dapat menyebabkan peningkatan kecepatan reaksi pada reaksi bleaching. Pemilihan suhu ditentukan pada penggunaan bleaching agent. Suhu bleaching biasanya diatur berkisar antara 40-100˚C (Van Daam, 2002).

d. pH

pH memiliki pengaruh yang sangat vital terhadap proses bleaching secara

keseluruhan. Nilai pH bergantung pada jenis penggunaan bleaching agent. Pada

(25)

(Abdel-Halim et al., 2011). Pada proses bleaching dengan hidrogen peroksida

diperlukan suasana basa antara pH 8 hingga 12 (Tutus, 2004). Stabilitas kimia,

kelarutan dan afinitas bleaching agent tergantung pada nilai pH yang efektif

dalam larutan (Karmakar, 1999). e. Rasio bahan dan bleaching agent

Perbandingan bahan yang akan diputihkan dengan bleaching agent akan mempengaruhi hasil yang didapat. Semakin kecil perbandingan rasio bahan yang akan diputihkan dengan bleaching agent akan meningkatkan reaksi bleaching. Tetapi dengan rasio yang semakin kecil akan mengurangi efisien menggunaan bleaching agent. Pada proses bleaching umumnya dipakai rasio bahan dengan bleaching agent antara 8 : 1 hingga 20 : 1 (Van Daam, 2002;

Batubara, 2006).

Bleaching agent yang digunakan untuk proses bleaching sangat banyak sekali, antara lain adalah sebagai berikut:

(26)

2.5 Macam-macam Proses Bleaching

Pada dasarnya proses bleaching dibagi menjadi dua, yaitu proses bleaching secara kimia dan proses bleachingsecara biologi. Proses bleachingsecara biologi umumnya disebut juga dengan proses bio-bleaching. Berikut ini adalah berbagai macam proses bleaching dengan menggunakan beberapa bleaching agent yang sering digunakan, antara lain:

1. Bleachingdengan menggunakan natrium hipoklorit

Natrium hipoklorit merupakan garam natrium dari asam hipoklorit (HOCl). Mekanisme reaksi bleachingdengan natrium hipoklorit adalah sebagai berikut:

NaOCl + H2O NaOH + HOCl

HOCl HCl + On

NaOCl + HCl NaCl + HOCl HOCl + HCl H2O + Cl2

Asam lemah juga dapat menguraikan garam hipoklorit menjadi asam hipoklorit tetapi asam hipoklorit yang terbentuk tidak dapat terurai menjadi gas klor oleh adanya kelebihan asam lemah. Sifat penting yang sangat berarti dalam proses bleaching adalah mudahnya garam natrium hipoklorit terhidrolisis oleh air menghasilkan asam hipoklorit yang selanjutnya terurai menghasilkan On yang bereaksi dengan zat warna (Karmakar, 1999).

Faktor-faktor yang mempengaruhi penguraian garam natrium hipoklorit:

1. Pengaruh pH

(27)

b. 5 < pH < 8,5, larutan lebih banyak mengandung asam hipoklorit (HOCl) bebas.

c. pH < 5, terjadi pembebasan gas klor (Cl2).

d. pH < 3, seluruh asam hipoklorit terurai menjadi gas Cl2.

Pada suasana alkali (pH > 7), asam hipoklorit yang terbentuk dapat dinetralkan oleh alkali menjadi garam natrium hipoklorit.

HOCl + NaOH NaOCl + H2O

Setelah penetralan, larutan bersifat alkalis dan terjadi reaksi kesetimbangan sehingga larutan menjadi lebih stabil.

NaOCl + H2O NaOH + HOCl

2. Pengaruh logam dan oksidanya

Logam-logam seperti besi, tembaga, nikel dan kobalt bersifat sebagai katalisator yang mempercepat reaksi penguraian garam natrium hipoklorit membentuk oksida atau hidroksidanya dan membebaskan oksigen.

2 CaO + NaOCl Ca2O3 + NaCl

2 Ca2O3 4CaO + O2

Kekurangan natrium hipoklorit antara lain adalah:

1. Natrium hipoklorit tidak menghasilkan derajat kecerahan yang memuaskan. 2. Bleaching dengan natrium hipoklorit menghasilkan kerusakan pada selulosa

serat.

3. Bleaching dengan larutan natrium hipoklorit membutuhkan peralatan yang tahan korosi.

(28)

5. Stabilitas natrium hipoklorit sulit dicapai.

6. Membentuk senyawa adsorbable organic halogen (AOX) yang telah digunakan sebagai parameter yang menyatakan tingkat pencemaran yang berbahaya dan digunakan di seluruh dunia sehingga penggunaannya dibatasi (Karmakar, 1999).

2. Bleachingdengan menggunakan hidrogen peroksida

Hidrogen peroksida adalah bleaching agentberbentuk cair, tidak berwarna, sedikit lebih kental dari air dan dapat bercampur dengan air dalam berbagai komposisi (Jones, 1999).Bleachingmenggunakan hidrogen peroksida terjadi oleh penambahan alkali dan dengan peningkatan suhu.

Mekanisme reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah sebagai berikut:

H2O2 + OH- OOH- + H2O

H2O2 + OOH - OH- + O2 + H2O

(Bajpai, 2005)

Anion perhidroksil (HOO-) berguna sebagai spesies aktif yang sangat berperan dalam proses bleaching dengan menggunakan peroksida. Konsentrasi ion perhidroksil meningkat dengan bertambahnya konsentrasi H2O2 dan NaOH.

(29)

Faktor-faktor yang mempengaruhi penguraian H2O2adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh pH

Dalam suasana asam (pH < 7) H2O2 stabil, sedangkan dalam suasana

basa/alkali (pH > 7) H2O2 mudah terurai melepaskan oksigen. Semakin besar pH

maka penguraiannya juga semakin cepat. pH dapat diatur dengan penambahan NaOH (Bajpai, 2005).

2. Pengaruh suhu

Suhu juga mempengaruhi penguraian H2O2. Pada suhu rendah, pembebasan

oksigen sangat kecil, makin tinggi suhu penguraiannya makin cepat. Penguraian H2O2yang efektif untuk bleachingterjadi pada suhu 90˚C. Pada suhu di atas 90˚C

penguraiannya sangat cepat sekali (Bajpai, 2005). 3. Pengaruh stabilisator

Penguraian H2O2 dapat diperlambat dengan penambahan zat stabilisator

meskipun bleaching dilakukan pada pH dan suhu yang tinggi. Ada beberapa macam zat stabilisator yang dapat digunakan dalam bleaching dengan hidrogen peroksida diantaranya adalah natrium silikat, magnesium hidroksida, magnesium silikat, natrium metafosfat dan natrium trifosfat. Jenis zat stabilisator yang banyak digunakan dalam bleachingadalah natrium silikat (Ek et al., 2009).

4. Pengaruh Katalisator

(30)

Reaksinya adalah sebagai berikut:

2Fe3+ + 2H2O2 2Fe2+ + O2 + 4H+

2Fe2+ + H2O2 + 2H+ 2Fe3+ + 2H2O

(Suess, 2010).

3. Bleachingdengan menggunakan asam perasetat

Asam perasetat merupakan oksidan kuat yang telah diaplikasikan sebagai bahan desinfektan, bleaching tekstil dan pulp (Zhao et al., 2008). Hal ini dikarenakan asam perasetat merupakan bleaching agent yang benar-benar bebas dari klorin (TCF) (Zhao et al., 2007).

Asam perasetat dikenal dengan nama lain yaitu asam peroksiasetat dan asetil hidroperoksida. Data toksikologi pada bahan: asam perasetat: ORAL (LD50): akut: 210 mg/kg (mouse), 1894 mg/kg (rat), DERMAL (LD50): akut: 1734 mg/kg (rabbit). Berbentuk cairan dengan bau yang tajam dan tidak berwarna. Asam perasetat memiliki titik didih: 107,22˚C (225˚F) dan massa jenis: 1,13 kg/l. Mudah larut dalam air dingin, air panas, dietil eter, dan sebagian larut dalam metanol dan aseton.

Asam perasetat dapat dibuat dengan cara mencampurkan asam asetat dan hidrogen peroksida dengan asam sulfat sebagai katalis (Zhao et al., 2008) akan tetapi dapat juga dibuat tanpa menggunakan katalis (Erba et al., 2007).

H2SO4

CH3COOH + H2O2 CH3COOOH + H2O

(31)

Selain itu, juga dapat dibuat dengan mencampurkan hidrogen peroksida dengan anhidrida asetat pada suhu kamar dengan adanya katalis yang cocok seperti EDTA, akan tetapi pada proses ini menghasilkan diacetyl peroxide yang sangat eksplosif (Karmakar, 1999).

CH3 C O

O

C O

H3C

+ H2O2 CH3COOOH + H2O

Peracetic acid

Acetic anhydride

NaOH

(32)

Mekanisme pembuatan asam perasetat dari asam asetat glasial dan hidrogen

Gambar 2.1Sintesis asam perasetat (Bajpai, 2005)

Keuntungan dari asam perasetat sebagai bleaching agentantara lain adalah:

1. Asam perasetat aman untuk lingkungan karena terurai menjadi asam asetat dan oksigen serta tidak menghasilkan produk beracun.

2. Asam perasetat sebagai bahan kimia industri yang mudah didapatkan dan aman diperkenalkan untuk desain proses yang ada.

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. Penelitian ini dimulai bulan Maret 2012 sampai Juni 2012.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat-alat penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah buret, timbangan analitik, stirer, hotplate, termometer, gelas beaker, kaca arloji dan peralatan gelas lain yang biasa digunakan di laboratorium kimia.

3.2.2 Bahan penelitian

(34)

3.3 Diagram Alir

Persiapan bahan

dan alat Pembuatan larutan

Eksperimen

Optimasi parameter bleaching

Kondisi optimum untuk bleaching

Aplikasi pada kain jeans bekas

Analisis kecerahan

 Perbandingan mol [H2O2:CH3COOH]

 Variasi suhu

 Variasi waktu

Visual Chromameter

Sampel dari pabrik tekstil di Gresik

(35)

3.4 Proses Bleaching

3.4.1 Pengaruh perbandingan mol [H2O2:CH3COOH]

Dimasukkan dengan menggunakan buret larutan H2O2 30% dan CH3COOH

100% ke dalam gelas beker 250 ml dengan perbandingan mol 1:34 ; 1:20 ; 1:15 ; 1:10 ; 1:5 ; 1:3 sehingga volume total larutan menjadi 100 ml. Kemudian dimasukkan sampel kain jeans bekas dengan ukuran 2x2 cm dan dipanaskan pada suhu tetap 85˚C selama 60 menit tanpa proses pengadukan. Setelah proses selesai kemudian diamati kecerahan kainnya secara visual dan diukur derajat kecerahannya menggunakan chromameter. Kemudian didapatkan hasil perbandingan mol [H2O2:CH3COOH] optimum yang akan digunakan untuk uji

selanjutnya.

Tabel 3.1Disain eksperimen optimasi perbandingan mol [H2O2:CH3COOH]

No

3 11 0,107734 89 1,55617 1:15 85 60

4 15 0,14691 85 1,48623 1:10 85 60

5 25 0,24485 75 1,31138 1:5 85 60

6 35 0,34279 65 1,13653 1:3 85 60

Keterangan:

Cx : Perbandingan mol [H2O2:CH3COOH] optimum

(36)

3.4.2 Pengaruh suhu

Dimasukkan dengan menggunakan buret larutan H2O2 30% dan CH3COOH

100% dengan perbandingan mol [H2O2:CH3COOH] optimum (Cx) ke dalam

gelas beker 250 ml sehingga volume total larutan menjadi 100 ml. Kemudian dimasukkan sampel kain jeans bekas dengan ukuran 2x2 cm dan dipanaskan pada variabel suhu 55, 65, 75 dan 85˚C selama 60 menit tanpa pengadukan. Setelah proses selesai kemudian diamati kecerahan kainnya secara visual dan diukur derajat kecerahannya menggunakan chromameter. Kemudian didapatkan hasil suhu optimum dan akan digunakan untuk uji selanjutnya.

Tabel 3.2Disain eksperimen optimasi suhu

No

Setiap perlakuan dilakukan replikasi tiga kali

3.4.3 Pengaruh waktu

Dimasukkan dengan menggunakan buret larutan H2O2 30% dan CH3COOH

100% dengan perbandingan mol [H2O2:CH3COOH] optimum (Cx) ke dalam

(37)

dimasukkan sampel kain jeans bekas dengan ukuran 2x2 cm dan dipanaskan pada suhu optimum (Topt) dengan variabel waktu selama 45, 60, 75 dan 90 menit tanpa pengadukan. Setelah proses selesai kemudian diamati kecerahan kainnya secara visual dan diukur derajat kecerahannya menggunakan chromameter. Kemudian didapatkan hasil waktu optimum.

Tabel 3.3Disain eksperimen optimasi waktu

No

Waktu opt : waktu optimum

Setiap perlakuan dilakukan replikasi tiga kali

3.5 Analisis Hasil 1. Analisis visual

Sampel kain yang telah diputihkan dengan berbagai variasi perbandingan mol, suhu dan waktu dilakukan perbandingan secara visual kemudian difoto. 2. Analisisbrightness(kecerahan)

(38)

Cara pengukuran derajat kecerahan menggunakan alat chromameter adalah sebagai berikut:

1. Kain diletakkan pada suatu alas yang mendatar

2. Alat chromameter dikalibrasi terlebih dahulu dengan plat kalibrasi keramik putih, hingga nilai yang dihasilkan sesuai dengan nilai yang tertera pada plat 3. Ditekan tombol modeuntuk melakukan pengukuran sistem L*

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Bahan Awal

Sampel diperoleh dari salah satu pabrik tekstil di Gresik, kemudian dipotong dengan ukuran 2cm x 2cm. Bahan dari sampel adalah kain jeans berwarna biru, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1

Gambar 4.1Sampel kain jeans sebelum dilakukan proses bleaching

Sebelum dilakukan proses bleaching, sampel diukur derajat kecerahannya menggunakan alat Chromameter CR-400 Konika Minolta dengan sistem CIE 1976 L*, a*, b*. Hasil derajat kecerahan ditunjukkan oleh Tabel 4.1.

Tabel 4.1Hasil derajat kecerahan sampel sebelum dilakukan proses bleaching Replikasi Derajat kecerahan (L*) Rata- rata

1 25,95

26,17

2 26,23

(40)

4.2 Pengaruh Variabel Bebas Pada Proses Bleaching Terhadap Derajat Kecerahan Kain Jeans

Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah perbandingan mol [H2O2:CH3COOH], suhu dan waktu. Masing-masing variabel operasi tersebut

akan ditinjau terhadap derajat kecerahan (brightness) dari kain jeans.

4.2.1 Pengaruh perbandingan mol[H2O2:CH3COOH] terhadap derajat kecerahan kain jeans

Proses bleachingdengan asam perasetat dilakukan dengan volume total 100 ml. Dengan variasi perbandingan mol [H2O2:CH3COOH] yaitu 1:34 ; 1:20 ; 1:15 ;

1:10 ; 1:5 ; 1:3 dalam kondisi operasi yang tetap yaitu proses waktu bleaching 60 menit dan suhu 85˚C.

Hasil dari masing-masing kain jeans setelah perlakuan proses bleaching secara visual ditunjukkan pada Gambar 4.2

(41)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 4.2Kain jeans hasil proses bleachingdengan variabel perbandingan mol [H2O2:CH3COOH] : (a) 1:34 (b) 1:20 (c) 1:15 (d) 1:10 (e) 1:5 (f) 1:3

(42)

Tabel 4.2Hasil derajat kecerahan kain jeans dengan perbandingan mol [H2O2:CH3COOH]

1 5 0,04897 95 1,66108 1:34 85 60 83,58

1:10

2 8 0,07835 92 1,60862 1:20 85 60 85,80

3 11 0,107734 89 1,55617 1:15 85 60 88,76

4 15 0,14691 85 1,48623 1:10 85 60 89,77

5 25 0,24485 75 1,31138 1:5 85 60 79,20

6 35 0,34279 65 1,13653 1:3 85 60 73,42

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil optimum bleaching terjadi pada perbandingan mol [H2O2:CH3COOH] sebesar 1:10. Hal ini dibuktikan dengan

(43)

hubungan antara perbandingan mol [H2O2:CH3COOH] dalam proses bleaching

terhadap derajat kecerahan adalah sebagai berikut:

Gambar 4.3 Grafik hubungan perbandingan mol [H2O2:CH3COOH] dengan

derajat kecerahan pada suhu 85˚C dan waktu 60 menit.

Asam perasetat merupakan oksidator kuat dan memiliki bilangan oksidasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bilangan oksidasi dari hidrogen peroksida (Muladi, 2000). Sampel kain jeans bekas didapatkan dari pabrik tekstil di Gresik dimana sampel kain jeans bekas tersebut tidak diketahui secara pasti zat warna yang mengikatnya. Mekanisme reaksi bleaching tidak dapat dijelaskan secara pasti karena tidak diketahuinya zat warna yang mengikat sampel kain jeans tersebut.

(44)

negatif (anion) dengan serat yang bermuatan positif (kation) dan antara zat warna bermuatan positif (kation) dengan serat yang bermuatan negatif (anion).

Kemungkinan apabila zat warna pada kain jeans adalah zat warna yang bermuatan negatif (anion) dan serat pada jeans adalah bermuatan positif (kation), maka mekanisme yang terjadi adalah sebagai berikut:

Pada mekanisme diatas zat warna berwarna biru yang digunakan adalah Alizarin Sky Bluedengan strukturnya yaitu sebagai berikut:

Serat kain jeans diduga adalah campuran selulosa dan nylon. Polimer dari selulosa dan nilon adalah sebagai berikut:

Selulosa Nylon

CO2H

NH3+ A

-CO2H

NH3+ O3S--Dye

Dye-SO3

-O

O

NH2

NH Br

NaO3S

(45)

Kemungkinan apabila zat warna pada kain jeans adalah zat warna yang bermuatan bermuatan positif (kation) dan serat pada jeans adalah negatif (anion), maka mekanisme yang terjadi adalah sebagai berikut:

Pada mekanisme diatas zat warna berwarna biru yang digunakan adalah Cyanine Bluedengan strukturnya yaitu sebagai berikut:

Serat kain jeans diduga dari golongan acrylic. Polimer dari acrylic adalah sebagai berikut:

Kemungkinan yang kedua yaitu zat warna diserang oleh nukleofil asam perasetat sehingga struktur zat warna terpecah menjadi senyawa lain. Diduga mekanisme pemecahan zat warna oleh nukleofil asam perasetat adalah sebagai

+M -O3S

Dye-X+ -O3S

Dye-X+

N

C2H5 CH N C2H5

+

(46)

-O

Asam perasetat berperan sebagai nukleofil yang menyerang sistem aromatis yang kaya akan elektron. Keberadaan asam perasetat dan alkena menyebabkan terbentuknya epoksida. Nukleofil asam perasetat menyebabkan terbukanya cincin epoksida dan membentuk senyawa yang stabil yaitu asam mukonat.

4.2.2 Pengaruh suhu terhadap derajat kecerahan kain jeans

Suhu dalam proses bleaching mempengaruhi derajat kecerahan dari kain. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kecepatan reaksi, dimana semakin tinggi suhu maka reaksi akan berlangsung lebih cepat (Van Daam, 2002). Pada proses bleaching, semakin tinggi suhu maka proses pembentukan nukleofil ion perasetat (CH3COOO-) akan semakin cepat sehingga hal ini akan berpengaruh pada proses

(47)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4.5 Kain jeans hasil proses bleachingdengan variabel suhu: (a) 55˚C (b) 65˚C (c) 75˚C (d) 85˚C

Gambar 4.5 secara visual menunjukkan semakin tinggi suhu maka kain jeans yang dihasilkan semakin cerah yaitu pada suhu 85˚C. Pada kondisi ini

memberikan hasil yang baik dan hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Karmakar (1999) bahwa suhu dalam proses bleaching menggunakan asam perasetat untuk tekstil adalah antara 50-80˚C. Kemudian dilakukan analisis

(48)

Tabel 4.3Hasil derajat kecerahan kain jeans dengan variasi suhu

Grafik hubungan antara suhu dalam proses bleaching terhadap derajat kecerahan adalah sebagai berikut:

Gambar 4.6 Grafik hubungan suhu dengan derajat kecerahan pada perbandingan mol [H2O2:CH3COOH] sebesar 1:10 dan waktu 60 menit

(49)

4.2.3 Pengaruh waktu terhadap derajat kecerahan kain jeans

Waktu dalam proses bleaching mempengaruhi derajat kecerahan pada kain. Pada penelitian ini dilakukan bleaching dengan variasi waktu 45, 60, 75 dan 90 menit. Semakin lama waktu reaksi maka derajat kecerahan yang dihasilkan akan semakin besar pula (Van Daam, 2002). Kain jeans hasil proses bleaching dengan variasi waktu disajikan pada Gambar 4.7

(a) (b)

(c) (d)

(50)

Gambar 4.7 secara visual menunjukkan hasil yang paling optimum yaitu pada waktu selama 60 menit. Kemudian dilakukan analisis derajat kecerahan dengan alat Chromameter CR-400. Dari pengukuran tersebut diperoleh besaran L* (brightness) yang menunjukkan derajat kecerahan dari kain jeans yang ditunjukkan pada Tabel 4.4

Tabel 4.4Hasil derajat kecerahan kain jeans dengan variasi waktu

No

Grafik hubungan antara waktu dalam proses bleaching terhadap derajat kecerahan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.8

(51)

Semakin lama waktu proses bleaching maka derajat kecerahan yang diberikan semakin besar pula. Dari data diatas dapat diketahui bahwa waktu optimum pada proses bleaching adalah selama 60 menit walaupun pada waktu bleaching selama 90 menit tetap mengalami kenaikan. Melalui Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada waktu bleaching selama 45 menit ke 60 menit memberikan hasil derajat kecerahan dengan selisih yang besar yaitu 8,26%, sedangkan pada waktu bleaching60 menit ke 75 menit hanya mengalami kenaikan 0,86% dan dari waktu bleaching 75 menit ke 90 menit mengalami kenaikan sebesar 1,07%. Hal ini menunjukkan bahwa pada proses bleaching menggunakan asam perasetat waktu bleaching yang diperlukan untuk menghasilkan hasil yang cerah dengan mempertimbangkan nilai ekonomis adalah cukup selama 60 menit saja. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Karmakar (1999) bahwa waktu dalam proses bleaching menggunakan asam perasetat untuk tekstil adalah antara 20-60 menit.

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Perbandingan mol [H2O230% : CH3COOH 100%] optimum pada proses

bleaching dengan asam perasetat adalah 1:10, suhu optimum 85˚C dan waktu optimum adalah 60 menit.

5.2 Saran

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Halim, E. S., dan Al-Deyab, S. S., 2011, Low temperature bleaching of cotton cellulose using peracetic acid, Carbohidrat Polymers, 86 : 988-994

Anderson, J. R., 1992, Hydrogen Peroxide Use in Chemical Pulp Bleaching, Bleach Plant Operations Short Course. TAPPI Press

Bajpai, P., 2005, Environmentally Benign Approaches for Pulp Bleaching, Elsevier, India

Barros, D. P., Silva, V. L., Hamalainen, H., Colodette, J. L., 2010, Effect of last stage bleaching with peracetic acid on brightness development and properties of eucalyptus pulp, Bioresources, 5(2) : 881-898

Christie, R. M., 2007, Environmental Aspects of Textile Dyeing, Woodhead Publishing Limited, Cambridge

Dence, C. W dan Reeve, D. W., 1996. Pulp Bleaching: Principle and Practice. Atlanta, san Diego, California. TAPPI Press

Ek, M., Gellerstedt, G., Henriksson, G., 2009, Pulping Chemistry and Technology, De Gruyter, Berlin

Erba, A. D., Falsanisi, D., Liberti, L., Notarnicola, M., Santoro, D., 2007, Disinfection by-products formation during wastewater disinfection with peracetic acid, Desalination, 215 : 177-186

Fessenden, J. R dan J., S. Fessenden, 1992, Kimia Organik Jilid 2, Edisi ketiga, Penerjemah Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta

Heaton., Alan., 1994, The Chemical Industry Second eition, Blackie Academic and Profesional, London

Jones, C. W., 1999,Applications of Hydrogen Peroxide and Derivates, The Royal Society of Chemistry, UK

Karmakar, S. R., 1999, Chemical Technology in the Pre-Treatment Processes of Textile, Elsevier, Amsterdam

Manurung, R., 2004, Perombakan Zat Warna Azo Reaktif Secara Anaerob-Aerob, Skripsi Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara

(54)

Muladi, Kusuma, S. I. W., Orsadchia, O. K., Pratt, R., 2000, The Elementary Chlorine Free Bleacing (ECF) of Some Indonesia Timber Estate Wood Spesies, Proceeding of The Third Wood Science Symposium : 335-340

Onggo, H., Astuti, J. T., 2004, Pengaruh Sodium Hidroksida dan Hidrogen Peroksida terhadap Rendemen dan Warna Pulp dari Serat Daun Nanas, Pusat Penelitian Fisika - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) : Bandung

Shafie, A. E., Fouda, M. M. G., Hashem, M., 2009, One-Step Process for Bio-scouring and Peracetic Acid Bleaching of Cotton Fabric, Carbohidrat Polymers, 78 : 302-308

Suess, H. U., 2010, Pulp Bleaching Today, De Gruyter, Berlin/New York

Tutus, A., 2004, Bleaching of Rice Straw Pulps with Hidrogen Peroxide, Pakistan Journal of Biological Sciences, Vol 8 : 1327-1329

Ulia, H., 2007, Alternatif Penggunaan Hidrogen Peroksida Pada Tahap Akhir Proses Pemutihan Pulp, Thesis Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara

Van Dam, J. E. G., 2002, Coir Processing Technologies: Improvement of Drying, Softening, Belaching and Dyeing Coir Fibre/Yarn and Printing Coir Floor Coverings. Technical Paper, 6, Department of Fibres and Cellulose Agrotechnological Research Institute (ATO bv) Wageningen, Netherlands

Wildan, A., 2010, Studi Proses Pemutihan Serat Kelapa Sebagai Reinforced Fiber, ThesisTeknik Kimia Universitas Diponegoro

Zhao, X., Zhang, T., Zhou, Y., Liu, D., 2007, Preparation of peracetic acid from hydrogen peroxide Part 1: Kinetics for peracetic acid synthesis and hydrolysis, Journal of Molecular Catalysis A: Chemical, 271 : 246-252

(55)

Laporan Hasil Analisa Derajat Kecerahan Kain Jeans pada Variasi Perbandingan mol [H2O2:CH3COOH]

Laporan Hasil Analisa

1. Asal Sampel : Deby Heruwati Maharani (Sarjana Kimia UNAIR) 2. Jenis Sampel : Kain jeans

3. Jumlah Sampel : 4 sampel

4. Kode Sampel : 1:34 ; 1:20 ; 1:15 ;1:10 ; 1:5 ; 1:3

5. Parameter : Warna dengan Chromameter CR-400 Konica Minolta 6. Tgl Penerimaan : 09 Mei 2012

7. Keadaan Sampel : Dalam plastik tertutup rapat 8. Hasil Pengujian :

No Kode L* a* b* ΔL* Δa* Δb* ΔE*

11. 1:10 (2) 90,23 -0,11 0,46 65,82 -0,04 0,82 65,82 12. 1:10 (3) 89,45 -0,02 0,91 65,03 0,05 1,27 85,04

(56)

1. Data pengujian ini hanya berlaku untuk sampel yang diuji pada tanggal penerimaan sampel tersebut.

2. Data pengujian ini dianggap sah apabila menggunakan kertas kop surat yang resmi dan dibubuhi tanda tangan dan stampel yang asli.

Semarang, 10 Mei 2012

Hormat kami, Ka. Balai Penelitian Mutu dan Keamanan Pangan

(57)

Laporan Hasil Analisa Derajat Kecerahan Kain Jeans pada Variasi Suhu

Laporan Hasil Analisa

1. Asal Sampel : Deby Heruwati Maharani (Sarjana Kimia UNAIR) 2. Jenis Sampel : Kain jeans

3. Jumlah Sampel : 4 sampel

4. Kode Sampel : 55˚C ; 65˚C ;75˚C; 85˚C

5. Parameter : Warna dengan Chromameter CR-400 Konica Minolta 6. Tgl Penerimaan : 09 Mei 2012

7. Keadaan Sampel : Dalam plastik tertutup rapat 8. Hasil Pengujian :

No Kode L* a* b* ΔL* Δa* Δb* ΔE*

1. Data pengujian ini hanya berlaku untuk sampel yang diuji pada tanggal penerimaan sampel tersebut.

2. Data pengujian ini dianggap sah apabila menggunakan kertas kop surat yang resmi dan dibubuhi tanda tangan dan stampel yang asli.

Semarang, 10 Mei 2012

(58)

Laporan Hasil Analisa Derajat Kecerahan Kain Jeans pada Variasi Waktu

Laporan Hasil Analisa

1. Asal Sampel : Deby Heruwati Maharani (Sarjana Kimia UNAIR) 2. Jenis Sampel : Kain jeans

3. Jumlah Sampel : 4 sampel

4. Kode Sampel : 45 menit ; 60 menit ; 75 menit ; 90 menit

5. Parameter : Warna dengan Chromameter CR-400 Konica Minolta 6. Tgl Penerimaan : 09 Mei 2012

7. Keadaan Sampel : Dalam plastik tertutup rapat 8. Hasil Pengujian :

No Kode L* a* b* ΔL* Δa* Δb* ΔE*

1. Data pengujian ini hanya berlaku untuk sampel yang diuji pada tanggal penerimaan sampel tersebut.

2. Data pengujian ini dianggap sah apabila menggunakan kertas kop surat yang resmi dan dibubuhi tanda tangan dan stampel yang asli.

Semarang, 10 Mei 2012

Gambar

Grafik hubungan perbandingan mol [H2O2:CH3COOH] dengan
Gambar 2.1 Sintesis asam perasetat (Bajpai, 2005)
Tabel 3.1 Disain eksperimen optimasi perbandingan mol [H2O2:CH3COOH]
Tabel 3.2 Disain eksperimen optimasi suhu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian menunjukkan adanya jumlah atau persentase sumbangan pengaruh kualitas produk, harga dan lokasi secara simultan atau bersama-sama terhadap kepuasan konsumen

Pembelajaran fisika membutuhkan media yang dapat membuat materi fisika lebih menarik untuk dipelajari, untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan menghasilkan

(4) Tahap refleksi, pada tahap ini guru (a) Membahas dan mengevaluasi hasil pembelajaran dari kegiatan 1,2,3, (b) Jika pada siklus I belum menunjukkan

Asrın Sonuna Kadar Türk Edebi Kültür Haya- tı”, Osmanlı Divan Şiiri Üzerine Metinler, Mehmet Kalpaklı (haz.), İstanbul: Yapı Kredi Yayınları, 1999, s. Dursun Yıldırım

Tidak seperti acara lain dimana pengambilan gambar/shooting dilakukan sesuai nazca dan pengarahan sutradara, pada acara berita seorang kameramen harus memiliki inisiatif tinggi

Pengolahan pakan berserat kasar tinggi (jerami padi) dengan meniru lebih jauh proses pengolahan pakan yang terjadi secara holistik di dalam rumen-retikulum dengan perlakuan

Analisis sistem adalah proses kerja untuk menguji sistem informasi yang sudah ada dengan lingkungannya sehingga diperoleh petunjuk berbagai kemungkinan perbaikan

• SDM kesehatan, termasuk tenaga penunjang sebagai Tim PKPR, memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memberikan PKPR secara efektif pada semua tingkat