• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADAPTASI SOSIAL ORANGTUA ANAK TUNARUNGU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ADAPTASI SOSIAL ORANGTUA ANAK TUNARUNGU"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

“ADAPTASI SOSIAL ORANGTUA ANAK

TUNARUNGU”

“Studi Tentang Makna dan Adaptasi Anak Tuna Rungu di

Kalangan Orangtua”

Di susun oleh:

NADILLA PUTRI AGYANA NIM: 071411431072

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

ADAPTASI SOSIAL ORANGTUA ANAK TUNARUNGU

“Studi Tentang Makna dan Adaptasi Anak Tuna Rungu di Kalangan Orangtua”

Nadilla Putri Agyana

NIM : 071411431072

Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Airlangga

Email :nadillaputria@yahoo.comataunadillaputri41@gmail.com Semester Genap 2017/2018

Abstrak

Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna dari anak tunarungu bagi orangtua dan juga untuk mengidentifikasi cara orangtua beradaptasi dengan anak tunarungu. Studi ini akan dilakukan di Sekolah Luar Biasa (SLB-B) Karya Mulia Surabaya.

Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini digunakan Teori Adaptasi oleh W.A. Gerungan dan TeoriSocial Supportoleh Cohen dan Willis. Penelitian ini menggunakan paradigma definisi sosial dengan tekniksnowballuntuk menentukan informan. Informan subjek dalam penelitian ini adalah orangtua dari anak tunarungu. Pengambilan data dilakukan melalui observasi yaitu dengan cara datang ke SLB-B Karya Mulia Surabaya untuk melihat proses belajar mengajar, interaksi antar anak tunarungu dan juga sosialisasi yang dilakukan para orangtua, lalu melakukan wawancara mendalam dan juga observasi. Analisis data dilakukan melalui proses pengumpulan data, reduksi data, kategorisasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

(3)

kondisi anak kepada lingkungan dan juga sosialisasi yang harus dilakukan serta cara mensosialisasikan anak dengan lingkungan sekitar.

Kata kunci : Anak berkebutuhan khusus, anak tunarungu, adaptasi, social support

A. Pembahasan

Studi ini di awali dari

keadaan keluarga penulis yang

memiliki keluarga anak

berkebutuhan khusus. Selain itu juga

karena dengan banyaknya anak

berkebutuhan khusus atau di sebut

difabel yang salah satunya adalah

tunarungu. Sekolah Luar Biasa

sendiri terdiri atas beberapa

golongan, tidak hanya tunarungu

saja. Golongan-golongan tersebut

adalah SLB-A adalah sekolah luar

biasa khusus untuk anak-anak

dengan gangguan penglihatan atau

yang biasa disebut dengan

Tunanetra, lalu SLB-B adalah untuk

anak-anak yang mengalami

gangguan pendengaran atau biasa

disebut dengan tunarungu, SLB-C

adalah sekolah untuk anak-anak

dengan intelegensi (kecerdasan)

dibawah rata-rata atau biasa disebut

dengan tuna grahita, lalu SLB-D

adalah sekolah bagi anak-anak yang

mengalami hambatan dalam

perkembangunan motoriknya atau

biasa disebut dengan tuna daksa,

SLB-E adalah sekolah khusus bagi

anak-anak dengan hambatan atau

penyimpangan perilaku yang biasa

disebut dengan tuna laras, SLB-F

untuk anak-anak penderita autis,

SLB-G adalah sekolah khusus bagi

anak-anak dengan hambatan ganda

atau lebih dari satu dan disebut

(4)

ditujukan bagi anak-anak hiperaktif

dengan sebutan ADHD, SLB-I bagi

anak-anak dengan kecerdasan

istimewa, SLB-J untuk anak-anak

yang memiliki bakat istimewa dan

yang terakhir adalah SLB-K bagi

anak-anak yang memiliki

kemampuan indigo atau kemampuan

khusus.

Para siswa yang bersekolah

sebagian besar tetap ditemani oleh

orangtua masing-masing. Hal itu

menunjukkan bahwa anak

berkebutuhan khusus selalu

membutuhkan orangtuanya dalam

bersosialisasi dengan

lingkungannya, demikian pula

orangtua harus melakukan sesuatu

agar mampu beradaptasi dengan

keadaan dirinya sebagai orangtua

anak berkebutuhan khusus maupun

dalam membantu anaknya

bersosialisasi.

Dalam penelitian ini

difokuskan pada orangtua anak

berkebutuhan khusus yang memiliki

gangguan pendengaran atau biasa

disebut tunarungu. Tunarungu

adalah sebutan untuk orang-orang

yang memiliki kekurangan di bagian

pendengaran. Seorang anak yang

disebut tunarungu adalah anak

dengan kerusakan atau tidak

berfungsinya satu atau lebih dari

fungsi pendengaran yang

mengakibatkan tidak dapat

meneruska suatu getaran yang

menjadi awal dari adanya suara.

Ketunarunguan dibedakan

menjadi dua kategori, yaitu tuli

(deaf) dan kurang dengar (hard of

hearing). “Tuli adalah mereka yang

indera pendengarannya mengalami

kerusakan dalam taraf berat

sehingga pendengarannya tidak

(5)

dengar adalah mereka yang indera

pendengarannya mengalami

kerusakan, tetapi masih dapat

berfungsi untuk mendengar, baik

dengan maupun tanpa menggunakan

alat bantu dengar (hearing

aids)”(Dwidjosumarto, Andreas.

1990).

Menurut Helmer R.

Myklebust, sikap orangtua dengan

anak tunarungu memiliki empat

kemungkinan yaitu sikap

memanjakan yang selalu menolong

dan berada di sisi anak sepanjang

waktu sehingga menjadikan sang

anak menjadi kurang memiliki rasa

tanggung jawab dan membuat sang

anak terbiasa untuk ‘dilayani’dan

akibat dari hal tersebut menjadikan

tidak berkembangnya sifat percaya

diri pada anak. Lalu ada pula sifat

orangtua yang terlalu berkeinginan

dimana orangtua sulit untuk

menerima keadaan anak yang

merupakan penyandang tunarungu

sehingga sering kecewa dan

memngharapkan sesuatu yang tidak

mungkin, hal ini menyebabkan anak

menjadi sombong. Lalu sikap

orangtua yang tidak peduli yang

membuat anak menjadi pemurung

atau justru bahkan sering membuat

masalah untuk menarik perhatian

orangtua dan yang terakhir adalah

sikap menerima dan menganggap

masalah tersebut adalah hal yang

wajar dan bukan menjadi beban

orangtua maupun anak itu sendiri.

Adaptasi adalah suatu

penyesuaian pribadi terhadap

lingkungan. Penyesuaian berarti

mengubah diri pribadi sesuai

dengan keadaan lingkungan, juga

dapat berarti mengubah lingkungan

sesuai dengan keadaan keinginan

(6)

pada awalnya dalam menerima

anaknya yang merupakan

penyandang tunarungu, karena

semua anak adalah impian setiap

orangtua. Dan menurut Malecki &

Demaray dukungan sosial

merupakan persepsi seseorang

terhadap dukungan yang diberikan

orang lain dalam jaringan sosialnya

(misalnya keluarga dan teman) yang

membantu meningkatkan

kemampuan diri untuk bertahan dari

pengaruh-pengaruh yang

merugikan. Dukungan sosial

meliputi dukungan emosional,

informasi atau materi alat bantu

yang diberikan.1

Dalam beradaptasi, orangtua

anak tunarungu atau anak

berkebutuhan khusus dan sang anak

sendiri tentulah membutuhkan

dukungan dari lingkungan sekitar

1

Nurul Hidayati.Dukungan Sosial Bagi Keluarga Anak Berkebutuhan Khusus.2011

yang dimana salah satunya adalah

guru atau tenaga pengajar di sekolah

yang khusus menangani anak

berkebutuhan khusus tersebut.

Dikatakan penting karena para guru

tersebut tentunya diharapkan dan

sudah pasti lebih mengetahui apa

yang dibutuhkan oleh para orangtua

dan anak tunarungu juga didikan

yang tepat dengan kondisi anak

tunarungu. Tujuan dari pendidikan

bagi anak tunarungu disamping

mereka memiliki hak yang sama

dalam mendapatkan ilmu, tujuan

lainnya adalah anak-anak tunarungu

menyadari kondisi yang dialaminya

dan dapat bersikap positif atas hal

tersebut.

Kondisi atau keadaan psikologis

ini dapat mempengaruhi

respon-respon dan perilaku

individu sehingga berpengaruh

(7)

secara umum seperti yang

diutarakan oleh Bishop. Dengan

adanya social support dapat

memberikan semangat dan rasa

nyaman. Menurut Smet, terdapat

empat bentuk social support yaitu

dukungan emosional, dukungan

penghargaan, dukungan

instrumental, dukungan informatif.

Social support atau

dukungan sosial pada dasarnya

adalah asumsi atau sesuatu dan

perlakuan pada seseorang

berdasarkan hal-hal tertentu yang

mereka butuhkan dan setiap

individu akan membutuhkan jenis

dukungan sosial yang berbeda-beda

pula. Bagi teori teoretis lainnya,

social support atau dukungan sosial

adalah kebutuhan yang terbatas atau

lebih spesifik. Terbatas dalam hal

waktu yang timbul sebagai akibat

dari kejadian atau kelalaian yang

merugikan.

Social support atau dukungan

sosial adalah faktor atau suatu hal

yang di perkirakan yang utama yang

dapat mendasari konseptualisasi

dukungan sosial sebagai pemenuhan

kebutuhan sosial yang

berkelanjutan. Di

konseptualisasikan lah fungsi-fungsi

ini sebagai ketentuan yang

dibutuhkan untuk kesejahteraan

termasuk keterikatan (hubungan

dekat yang menyediakan keamanan

dan keselamatan), integrasi sosial

(rasa memiliki sekelompok orang

dengan minat dan juga kepentingan

yang sama), kepastian asistensi

(pengakuan dan informasi), aliansi

yang andal (pengetahuan bahwa

pihak lain akan menawarkan

bantuan tanpa syarat pada saat

(8)

menyediakan bantuan (merasa

dibutuhkan untuk kesejahteraan

orang lain).

Dalam penelitian ini akan

menggunakan dua teori yakni teori

adaptasi dan teori social support.

Teori Adaptasi menurut W.A

Gerungan (1996) adalah

Penyesuaian diri mengubah diri

sesuai dengan keadaan lingkungan,

tetapi juga mengubah lingkungan

sesuai dengan keadaan (keinginan

diri). Dalam beradaptasi, kunci

utama yang diperlukan oleh

individu adalah melakukan interaksi

sosial dan sosialisasi. Keterkaitan

Teori Adaptasi dengan pendekatan

konstruktivisme dapat dilihat dari

salah satu usur di tiga dialektika,

yaitu internalisasi. Internalisasi

adalah awal dari terbentuknya suatu

pemahaman mengenai orang lain

dan pemahaman makna atas

kenyataan sosial. Internalisasi

adalah tahap dalam pemahaman

secara langsung dari suatu peristiwa

yang bersifat objektif sebagai

pengungkapan makna yang dapat

diartikan sebagai suatu manifestasi

dari proses subyektif orang lain

yang memiliki makna subjektif bagi

individu tersebut. Internalisasi

terbentuk melalui adanya proses

sosialisasi primer dan sekunder.

Teori Social Support oleh

Cohen dan Wills social support

adalah pertolongan dan dukungan

yang diperoleh seseorang dari

interaksinya dengan orang

lain.Social supporttimbul oleh

adanya persepsi bahwa terdapat

orang-orang yang akan membantu

apabila terjadi suatu keadaan atau

(9)

menimbulkan masalah dan bantuan

tersebut dirasakan dapat

meningkatkan perasaan positif serta

meningkatkan harga diri. “Orangtua

yang memiliki anak disabilitas

menghadapi tantangan yang besar

dalam mengasuh dan membesarkan

mereka. Anak yang memiliki

disabilitas membutuhkan dukungan

dan perhatian individual yang akan

menyita sumber daya keluarga”

Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan makna anak

tunarungu bagi orangtua dan untuk

mengidentifikasi cara orangtua

beradaptasi dengan anak tunarungu.

Paradigma yang digunakan dalam

penelitian ini paradigma definisi

sosial. Paradigma definisi sosial

merupakan pemikiran seorang

individu dalam masyarakat akan

mempengaruhi struktur yang ada di

dalam masyarakat. Penelitian ini di

lakukan di SLB-B Karya Mulia

yang terletak di Jl. Wonokromo

Surabaya. SLB-B Karya Mulia

Surabaya adalah satu-satunya

sekolah luar biasa khusus untuk

penderita tunarungu yang ada di

Surabaya sesuai dengan kode “B”

yang ada di belakang kata SLB.

Penentuan informan menggunakan

teknik snowball. Dihasilkan dua

kriteria informan yakni informan

kunci yang adalah pihak yang

mengerti segalanya mengenai pihak

yang menjadi subyek penelitian

yang dalam hal ini yang di tetapkan

sebagai informan kunci adalah

guru-guru dari anak berkebutuhan

khusus. Sedangkan infoman Subyek

adalah pihak yang di jadikan obyek

atau focus dalam penelitian, dalam

hal ini adalah orangtua anak

(10)

Pengumpulan data dalam suatu

penelitian memiliki dua jenis

berdasarkan sumber atau cara

memperolehnya, yaitu data primer

dan data sekunder yang didapatkan

melalui wawancara, observasi dan

studi dokumentasi.

Penelitian ini menghasilkan

bahwa orangtua memiliki perbedaan

waktu dalam mengetahui bahwa

anak memiliki kekurangan dalam

pendengaran atau yang biasa

disebut dengan tunarungu.

Perbedaan waktu itu adalah pada

saat usia anak satu hingga 1.5 tahun

yang diketahui dari lambatnya

perkembangan pada anak. Lalu

orangtua yang mengetahui atau

merasa bahwa sang anak memiliki

kekurangan sejak masih dalam

kandungan yang disebabkan oleh

virus yang menjadi penyebab

tunarungu. Orangtua mengetahui

karena sebelumnya terkena penyakit

seperti flu atau melakukan check up

rutin.

Dari adanya perbedaan waktu

tersebut, berkaitan dengan makna

yang dirasakan oleh orangtua anak

tunarungu. Orangtua yang

mengetahui bahwa anaknya

mengalami tunarungu saat

menginjak usia satu hingga 1.5

tahun memiliki makna sedih, tidak

terima, kecewa dengan keadaan

anaknya yang tunarungu. Adaptasi

yang dilakukan pun menjadi lebih

sulit karena diketahui saat anak

sudah mulai harus belajar

berkomunikasi, adaptasi yang

dilakukan adalah berkonsultasi

dengan dokter spesialis, berusaha

mengikutkan anak dalam

terapi-terapi khusus anak tunarungu,

(11)

tunarungu. Berbeda dengan

orangtua yang mengetahui bahwa

anaknya memiliki kekurangan saat

masih dalam kandungan, makna

yang dirasakan adalah pasrah, tidak

kaget dan mensyukuri keadaan.

Bagi orangtua teersebut biasanya

tidak mengalami perbedaan adaptasi

yang berarti. Orangtua juga tidak

melakukan upaya pengobatan dan

pasrah dengan yang ada. Namun

dengan berjalannya waktu semua

orangtua dapat menerima dan tidak

membeda-bedakan dengan anak

yang lain.

Sama halnya dengan orangtua

yang menjadi informan subjek,

pasangan pun juga merasakan sedih.

Namun bagi pasangan akan

cenderung lebih tenang dan

menerima keadaan walaupun ada

pula pasangan yang tidak dapat

menerima dan menangisi keadaan.

Pasangan juga menyalahkan

keadaan dan informan subjek atas

apa yang terjadi.

Cara penyampaian keadaan

anak yang memiliki kekurangan

terhadap lingkungan dan keluarga

juga terdapat perbedaan. Bagi

orangtua yang memutuskan untuk

menceritakan secara khusus

keadaan anak kepada lingkungan

dan keluarga besar dengan harapan

agar lingkungan dapat memahami

dan dapat membantu jika

membutuhkan pertolongan, juga

berharap bahwa lingkungan dapat

menerima serta memberikan

dukungan. Namun ada bagi

orangtua yang memlih membiarkan

lingkungan dan keluarga menilai

dan melihat sendiri keadaan anak

yang memiliki kekurangan juga

memiliki alasan tersendiri yakni

(12)

dapat menerima dan tidak mau

memaksakan keadaan.

Usaha pengobatan yang

dilakukan orangtua adalah dengan

mengikutkan anak ke dalam terapi

khusus bagi anak tunarungu seperti

terapi wicara dengan dokter khusus,

hal ini dilakukan oleh orangtua yang

mengetahui bahwa anaknya memiliki

kekurangan ketika telah menginjak

usia satu hingga 1.5 tahun.

Sedangkan bagi orangtua yang

mengetahui anaknya memiliki

kekurangan ketika masih dalam

kandungan memilih tidak melakukan

upaya pengobatan karena

menganggap bahwa tunarungu

bukanlah suatu penyakit dan tidak

bisa disembuhkan kecuali dengan

bantuan alat bantu dengar yang

hanya berfungsi sebagai penunjang

dan juga lebih memilih menyiapkan

operasi bagi anak.

Sosialisasi yang dilakukan oleh

orangtua selain menyesuaikan

dirinya sendiri dengan keadaan anak

yang memiliki kekurangan adalah

dengan melakukan konsultasi ke

dokter ahli pendengaran, berdiskusi

dengan sesama oranngtua anak

tunarungu mencari informasi

mengenai pengasuhan anak

tunarungu karena pasti akan

memiliki perbedaan walaupun tidak

banyak, juga cara dalam

penyampaian keadaan anak terhadap

lingkungan dan juga

mensosialisasikan anak dengan

lingkungannya agar tidak merasa

minder.

Orangtua mengatakan bahwa

dalam pengasuhan anak tunarungu

dengan anak lainnya tidak memiliki

perbedaan yang berarti. Bagi

orangtua yang merasa terdapat

(13)

terletak pada tingkat kesabaran yang

harus lebih tinggi dalam memahami

dan mengajari anak akan sesuatu,

cara berkomunikasi yang sudah pasti

berbeda karena anak tunarungu

hambatannya terletak pada

mendengar dan cara berkomunikasi

yang dimana komunikasi harus

melakukan face to face

menggunakan bahasa isyarat dan

gerakan bibirserta penyampaian

materi yang yang harus lebih visual

seperti melalui gambar, video dan

lain sebagainya. Sedangkan bagi

orangtua yang tidak merasakan

adannya perbedaan akan

memberikan pengasuhan anak

tunarungu sama dengan anak-anak

lainnya. Sebagaimana yang

disampaikan guru-guru sekolah anak

tunarungu sebagai informan kunci

bahwa penyampaian materi di

sekolah menggunakan sistem

KOMTAL atau komunikasi total

yang meliputi gerakan bibir gerakan

tangan dan peragaan gambar dengan

tujuan anak tunarungu akan lebih

memahami dan menangkap maksud

yang diberikan oleh guru.

Mensosialisasikan anak pada

lingkungan dan keluarga orangtua

memiliki perbedaan cara. Orangtua

yang memilih untuk membiarkan

anak bermain dan bersosialisasi

sendiri memiliki keyakinan bahwa

anak mampu bersosialisasi sendiri

dan tidak mau menjadikan anak

menjadi tergantung dengan

keberadaan orangtua. Sedangkan

orangtua yang memilih untuk

menemani dan menuntun anak di

lingkungan karena awalnya merasa

ragu dan pesimis akan lingkungan

yang akan dapat menerima atau tidak

(14)

satunya adalah mengajak anak ke

tempat-tempat keramaian.

Dukungan dari keluarga besar

yang dirasakan oleh orangtua adalah

melalui bagaimana keluarga dapat

menerima keadaan anak yang

memiliki kekurangan dengan apa

adanya dan juga bagaimana keluarga

besar mau ikut merawat serta mau

ikut belajar bahasa isyarat yang

merupakan kunci utama dalam

komunikasi bagi anak tunarungu.

Dukungan tersebut tidak terjadi

begitu saja karena ada orangtua yang

awalnya mengalami penolakan dari

keluarga khususnya keluarga

pasangan yang sempat tidak

menerima keadaan anak yang

berkebutuhan khusus.

Dalam pemilihan sekolah di

SLB yang merupakan sekolah

khusus bagi anak-anak tunarungu

dengan alasan agar anak lebih

nyaman dan mudah bergaul.

Orangtua mendapatkan saran atau

informasi mengenai SLB dari dokter

tempat orangtua berkonsultasi

mengenai anak tunarungu, lalu ada

orangtua yang mendapatkan

informasi dari sekolah sebelumnya

dikarenakan mengusahakan anak

dapat bersekolah di sekolah umum

dan melalui media cetak. Terdapat

orangtua yang pada awalnya lebih

dulu mencoba memasukkan anak ke

sekolah umum dengan harapan anak

akan berkembang dan mampu,

namun hal tersebut justru membuat

anak dan juga teman sekelasnya sulit

saling menoleransi dan beradaptasi

hingga akhirnya orangtua memilih

menyekolahkan di SLB khusus anak

tunarungu karena di SLB, metode

pembelajaran, lingkungan, kegiatan

serta cara berkomunikasi akan

(15)

kebutuhan anak sebagai anak tunarungu.

Daftar Pustaka

Buku

Berger, Peter L& Luckman, Thomas. 1990.Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Pembangunan, diterjemahkan dari buku asli The Social Construction of Realityoleh Hasan Basri: Jakarta: LP3ES

(16)

Hartono, Andreas. 2009. EQ Parenting (Cara Praktis Menjadi Orangtua Pelatih Emosi).Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama

Ritzer, George. 2013.Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda: Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sastrawinata, Emon. Salim, Mufti & Sugiarto. 1977. Pendidikan Anak-anak Tunarungu.Bandung: N.V. “Masa Baru”

Soekanto, Soerjono. 2000.Sosiologi : Suatu Pengantar / Oleh Soerjono Soekanto:

Jakarta: Rajawali Pers

Suyanto, Bagong & Sutinah. 2007.Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan.Jakarta: Kencana

Wirawan, IB. 2012. Teori-teori Sosial dalam tiga paradigma: fakta sosial. Definisi sosial dan perilaku sosial. Jakarta: Kencana

E-Book

Moores, David F. 1993.Educational and Developmental Aspects of Deafness.

Boston: HougtohMiflin Company. [Diakses pada 26-01-2018:15.50]

Jurnal

Andriani, Susi & Jatiningsih, Oksiana. 2015. Strategi Adaptasi Sosial Siswa Papua di Kota Lamongan.Universitas Surabaya

Asmaningrum, Nurfika. Wijaya, Dodi &Permana, Chandra Aji. Dukungan Sosial Keluarga Sebagai Upaya Pencegahan Stres Pada Lansia dengan Andropause di Desa Gebang Wilayah Kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember.Universitas Jember

Henawati, Tuti. 2007. Pengembangan Kemampuan Berbahasa dan Berbicara Anak Tunarungu.Universitas Pendidikan Indonesia

Karunia, Ni Nyoman Mika Putri, Wahyu Budi Nugroho, Gede Kamajaya.

Tinjauan Fenomenologi atas Stigmatisasi Sosial Penyandang Disabilitas Tunarungu

Artikel

Warsito, Machsunah. 2015. Selayang Pandang Sekolah Luar Biasa Tunarungu Karya Mulia Surabaya.

Skripsi

(17)

Hidayati, Nurul. 2011. Dukungan Sosial Bagi Keluarga Anak Berkebutuhan Khusus.

Indriyani, Faridah. 2004. Pengasuhan Orangtua Terhadap Anak Tunarungu. Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Maziyah, Fa’izatul. 2015. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Mengerjakan Skripsi Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Nu Tuban. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang

Prisilia, Fini Dewi. 2014. Konstruksi Sosial Keluarga Tanpa Anak.

Tanjung, Mila Febriana. 2014. Interaksi Sosial Anak Tunarungu di SD Negeri 4 Bejen Karanganyar.Universitas Negeri Yogyakarta

Web

digilib.uinsby.ac.id[Diakses pada 09-10-2017]

http://disdik.depok.go.id/?p=1261[Diakses pada 16-11-2-17:17.01]

http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103806/potongan/S2-2016-339738-in troduction.pdf[Diakses pada 10-10-2017:21.45]

https://husadaindah.wordpress.com/tag/pengertian-anak-tunarungu/ [Diakses pada 17-11-2017:03.45]

https://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus[Diakses pada 09-10-2017:19.13]

https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Pendidikan,_Keilmuan,_dan_Kebudayaa n_PBB.[Diakses pada 26-01-2018;15:14]

https://news.okezone.com/read/2015/12/03/65/1260354/jenis-jenis-sekolah-luar-bi asa[Diakses pada 26-01-2018:14.26]

https://terapianak.com/apa-itu-cerebral-palsy-cp [Diakses pada 26-01-2018; 18:03]

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/02/sekolah-inklusi-dan-pembangun an-slb-dukung-pendidikan-inklusi[Diakses pada 10-10-2017:20.58]

Referensi

Dokumen terkait

Analisis regresi multilinear antara deskriptor fragmental dengan entalpi penguapan 94 senyawa organik memberikan hasil ringkasan parameter statistik pada tabel 2 menyajikan 9 model

Pada hari ini, ...(tanggal ... tahun ...) masing-masing pihak telah sepakat mengadakan kontrak kerjasama (selanjutnya disebut Kontrak), Kedua belah pihak (selanjutnya disebut

penelitian dapat disimpulkan bahwa yogurt berbasis air kelapa gading, bulan, hijau dan tanpa air kelapa memiliki aktivitas antimikroba berspektrum luas (menghambat bakteri gram

Berdasarkan kegiatan observasi awal berupa wawancara bersama kepala SDN Pandanrejo 1 dan wali kelas V, pada saat guru menyampaikan materi dengan cara konvensional hanya

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan secara positif yang berarti semakin tinggi kualitas pelayanan yang

Besaran pertumbuhan ini lebih besar dari pertumbuhan sektor pertanian sebesar 2,0 persen; (2) usaha sapi potong memberikan porsi terbesar dari rumah tangga yang terlibat langsung

Namun, untuk sebuah usaha kecil menengah dengan kebutuhan beberapa jasa jaringan seperti e-mail , web server dan sejenisnya untuk menggunakan beberapa alamat protokol (IP

Pembelajaran sejarah menggunakan media berbasis nilai-nilai etika dan moral dalam Serat Wedhatama diharapkan akan: (1) lebih menarik perhatian siswa,