• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMBIAYAAN

MUDHARABAH

PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)

ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)

DISUSUN OLEH DIANA VIRONIKA

NIM: 201-13-001

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH D III FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)

i

ANALISIS PEMBIAYAAN

MUDHARABAH

PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)

ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN

Disusun Oleh:

DIANA VIRONIKA

NIM: 201-13-001

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga

Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

Gelar Ahli Madya Jurusan D III Perbankan Syariah

(3)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka Tugas Akhir Saudara:

Nama : Diana Vironika

NIM : 201-13-001

Jurusan : D III Perbankan Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Judul :ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA

BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

(BPRS)ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN Telah Kami Setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, Agustus 2016

Pembimbing

Dr. Hikmah Endraswati, S.E., M.Si

(4)

iii

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Faks. 323433 Salatiga 50721 http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN

ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH

PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN

DISUSUN OLEH: DIANA VIRONIKA

NIM. 201-13-001

Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji TUGAS AKHIR Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga, pada tanggal 10 Agustus 2016

dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)

Susunan Panitia Penguji:

Ketua Sidang : Dr. Hikmah Endraswati, S.E.,M.Si ( ____________ )

Sekretaris Sidang : Taufikur Rahman, S.E.,M.Si ( ____________ )

Penguji I : Mochlasin, M.Ag ( ____________ )

Penguji II : Abdul Aziz NP, S.Ag.,M.M ( ____________ )

Salatiga, Agustus 2016 Dekan FEBI IAIN Salatiga

(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Diana Vironika

NIM : 201-13-001

Jurusan : D III Perbankan Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Menyatakan bahwa naskah Tugas Akhir ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Salatiga, Agustus 2016 Saya yang menyatakan,

Diana Vironika NIM: 201-13-001 Materai

(6)

v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Diana Vironika

NIM : 201-13-001

Jurusan : D III Perbankan Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Menyatakan bahwa naskah Tugas Akhir ini secara keseluruhan bebas dari plagiasi.Jika dikemudian hari terbukti melakukan plagiasi maka saya siap ditindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Salatiga, Agustus 2016 Saya yang menyatakan,

Diana Vironika NIM: 201-13-001 Materai

(7)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Mau menjadi baik atau buruk, kau sendiri yang menentukan…!!

Do the BEST…..!!!!

§

PERSEMBAHAN:

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, saya panjatkan kehadirat Allah SWT berkat

Rahmat dan hidayah serta inayyahNya penyusunan Tugas Akhir ini bisa

terselesaikan tepat waktu. Semua ini tak lepas dari dukungan, bantuan, doa dan

bimbingan dari semua pihak yang terlibat dalam penulisan karya ilmiah ini.

Solawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita nabi

Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya nanti di yaumul qiyyamah, amin

Allah humma Amin.

Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat meraih gelar Ahli Madya Ekonomi

Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga dengan judul “ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK PEMBIAYAAN

RAKYAT SYARIAH (BPRS)ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN”.

penulis mengakui bahwa semua ini tak akan terselesaikan tanpa bantuan dari

semua pihak yang terlibat didalam penyusunan karya tulis ini. Karena itu lah

penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Ungkapan terimakasih kadang tidak bisa mewakili kata-kata, hingga kiranya

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Bapak Dr. Anton Bawono,

M.Si.

3. Ketua Jurusan Perbankan Syariah D III Bapak Drs.Alfred L, M. SI

(9)

viii

5. Dosen Pembimbing Tugas Akhir Ibu Dr. Hikmah Endraswati, S.E,. M.Si.

yang senantiasa sabar membimbing penulis dalam segala bentuk keluh

kesah selama penelitian,

6. Seluruh staf dan karyawan di lingkungan IAIN Salatiga, pada Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam pada khususnya atas segala bentuk bantuannya,

7. Orang tua yang senantiasa mendoakan kelancaran dan mendukung

kegiatan ini sepenuhnya,

8. Seluruh karyawan di BPRS Artha Amanah Ummat yang sudah sangat

membantu dalam segala hal,

9. Seluruh teman-teman D III kelas A angkatan 2013,

10.Dan semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam kelancaran

penyusunan laporan penelitian ini.

Semoga Allah Membalas semua amal baik mereka dengan imbalan yang

lebih baik dari yang mereka berikan kepada penulis, dan senantiasa diberikan

kesehatan, keselamtan dan dilindungi Allah dengan cinta Nya.

Serta tak lupa pula kami juga mohon kritik dan saran atas hasil karya tulis

ilmiah ini karena kami menyadari betul bahwa karya tulis kami masih banyak

kekurangan dan kelemahan didalam penyusunan maupun isi.

Akhirnya, penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi

pembaca dan seluruh pihak yang berkepentingan.

Salatiga, Agustus 2016

(10)

ix ABSTRAK

Vironika, Diana. 2016. Analisis Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Artha Amanah Ummat Ungaran. Tugas Akhir, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi D III-Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr. Hikmah Endraswati, S.E,.M.Si.

Kata kunci: Pembiayaan, Mudharabah, BPRS Artha Amanah Ummat, Bagi hasil.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui prosedur dan ketentuan penilaian pembiayaan Mudharabah, kemudian untuk mengetahui bagaimana perhitungan bagi hasil untuk produk pembiayaan Mudharabahserta untuk mengetahui bagaimana tingkat perkembangan nasabah pembiayaan

Mudharabahdi BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran sejak tahun 2011 hingga sekarang.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yaitu hasil analisa yang diperoleh dari pengolahan data primer dan skunder yang diperoleh melalui wawancara, dokumentasi dan kuesioner yang dilakukan di BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran.

Hasil dari penelitian ini adalah Ketentuan dan prosedur pembiayaan mudharabah di BPRS Artha Amanah Ummat tidak jauh berbeda dengan jenis pembiayaan lainnya, yaitu pertama mengajukan permohonan dan melengkapi persyaratan, bersedia di survey dan adanya rapat komite bank untuk menentukan pembiayaan diterima atau ditolak. Dalam memberikan pembiayaan Mudharabah

AO pembiayaan menggunakan faktor analisis 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of economy) untuk membantu menentukan kelayakan pemberian pembiayaan. Terjadi penyimpangan pada penghitungan bagi hasil, metode penghitungan angsuran menggunakan bunga efektif . Pertumbuhan jumlah nasabah yang dialami oleh BPRS Artha Amanah Ummat setiap tahunnya mengalami kenaikan jika dilihat secara jumlah total, tetapi jika jumlah difokuskan hanya pada pembiayaan Mudharabah maka pertumbuhannya bersifat fluktuatif dan setiap tahunnya tidak lebih dari 5 nasabah dalam pembiayaan Mudharabah

ini.

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

BEBAS PLAGIASI ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Metode penelitian ... 10

F. Sistematika penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 15

c. Fungsi pembiayaan... 25

d. Jenis-jenis pembiayaan... 27

(12)

xi

3. Metode menentukan nisbah... 31

4. Pembiayaan Mudharabah ... 35

f. Jaminan Pembiayaan Mudharabah ... 43

g. Alur pembiayaan Mudharabah ... 44

h. Penerapan Mudharabah dalam Perbankan Syariah ... 45

5. Bagi Hasil ... 45

6. Cara menentukan Nisbah Bagi Hasil ... 47

7. Perhitungan Bagi Hasil dalam pembiayaan Mudharabah ... 49

BAB III DESKRIPSI BPRS ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN ... 55

A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ... 55

B. Gambaran Umum Objek ... 58

1. Sejarah dan perkembangan BPRS Artha Amanah Ummat ... 59

2. Struktur pada BPRS Artha Amanah Ummat ... 61

3. Visi, misi, dan tujuan BPRS Artha Amanah Ummat ... 62

C. Produk-Produk BPRS Artha Amanah Ummat ... 64

1. Produk simpanan ... 64

2. Produk pembiayaan ... 67

D. Sarana dan Prasarana di BPRS Artha Amanah Ummat ... 69

E. Data Nasabah ... 70

BAB IV ANALISIS ... 72

A. Prosedur dan Ketentuan Penilaian Nasabah PembiayaanMudharabah di BPRS ArthaAmanah Ummat ... 72

(13)

xii

Artha Amanah Ummat ... 96

BAB V PENUTUP ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Mudharabah ... 44

Gambar 4.1 Perkembangan Jumlah Nasabah Pembiayaan Mudharabah

BPRS Artha Amanah Ummat ... 99

Gambar 4.2 Perkembangan Jumlah Outstanding Pembiayaan Mudharabah

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Proyeksi Pembayaran Mudharabah Dalam Rata-Rata ... 52

Tabel 3.1 Daftar Sarana dan Prasarana di BPRS Artha Amanah Ummat ... 69

Tabel 3.2 Pertumbuhan Jumlah Rekening Nasabah BPRS Artha

Amanah UmmatTahun 2011-2015 ... 70

Tabel 3.3Pertumbuhan Jumalah Outstanding BPRS Artha Amanah Ummat Tahun 2011-2015 ... 71

Tabel 4.1 Pertumbuhan Jumlah Rekening Nasabah BPRS Artha Amanah

Ummat Tahun 2011-2015 ... 79

Tabel 4.2Tabel Angsuran Pembiayaan Mudharabah BPRS Artha

AmanahUmmat ... 91

Tabel 4.3 Proyeksi Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah BPRS

Artha AmanahUmmat ... 94

Tabel 4.4 Pertumbuhan Jumlah Rekening Nasabah BPRS Artha

Amanah UmmatTahun 2011-2015 ... 97

Tabel 4.5Pertumbuhan Jumalah Outstanding BPRS Artha Amanah

Ummat Tahun 2011-2015 ... 97

Tabel 4.6Jumlah dan Nominal Pembiayaan Mudharabah

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga keuangan di Indonesia menurut aturan dalam

Undang-Undang yang dikeluarkan Bank Indonesia terbagi menjadi dua jenis yaitu

lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank.Lembaga

keuangan bank yang diakui di Indonesia ada dua jenis, yaitu bank umum

dan BPR. (Kasmir, 2004:2)

BPR sendiri awal mulanya hanya berupa Bank Perkreditan Rakyat,

namun seiring berkembangnya jaman BPR ada yang di konfersi menjadi

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Menurut Undang-Undang nomor 21

tahun 2008 pasal 1 ayat 9 yang dimaksud dengan Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPRS dalam upaya

operasionalnya memiliki beberapa usaha meliputi penghimpunan dana

dalam bentuk simpanan maupun tabungan serta melakukan penyaluran

dana dalam bentuk pembiayaan. Pembiayaan yang diberikan menurut

Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 yaitu menyalurkan dana melalui

beberapa akad meliputi akad yang berbasis jual beli, akad yang berbasis

jasa dan akad yang berbasis bagi hasil. Salah satu akad yang berbasis bagi

(17)

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak

dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal (100%), sedangkan

pihak lainnya menjadi pengelola.Keuntungan dibagi sesuai kesepakan di

dalam kontrak.Sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal

selama kerugian tersebut tidak disebabkan oleh pengelola (Antonio, 2001:

95).

Mudharabah merupakan salah satu produk pembiayaan yang

menggunakan prinsip bagi-hasil.Namun pembiayaan Mudharabahkurang

diminati oleh bank syariah dibanding dengan produk pembiayaan yang

berprinsip jual-beli. Hal ini diakibatkan bank syariah kurang mengetahui

resiko ketidakpastian untung atau rugi ketika pengusaha mengelola

danaMudharabahnya. Walaupun berbagai prosedur telah digunakan oleh

pihak bank syariah namun risiko ketidakpastian ini tetap kurang bisa

diminimalisir.Masalah risiko ketidakpastian ini merupakan bagian yang

tidak bisa dipisahkan dari keberadaan prinsip bagi-hasil di bank

syariah.Oleh karenanya bank syariah dituntut ekstra hati-hati dalam

mengelola pembiayaan Mudharabah(Supriyadi, 2011: 27).

Jika kita lihat lagi kebelakang, prinsip dasar keuangan syariah yang

telah digembar-gemborkan saat ini adalah pelayanan dengan prinsip non

riba, non bunga, dan mengunggulkan prinsip bagi hasil.Tetapi pada

praktiknya masih banyak bank syariah yang lebih memilih aman dengan

lebih menggencarkan pembiayaan yang menggunakan prinsip jual-beli

(18)

3

pembiayaan yang berprinsip bagi hasil tersebut.Hal tersebut tidak hanya

terjadi di salah satu bank atau lembaga keuangan saja, melainkan hampir

di seluruh lembaga keuangan syariah yang melayani pembiayaan dengan

prinsip bagi hasil Mudharabah di seluruh dunia (Nugroho, 2009:14).

Lebih jauh lagi, fenomena ini terjadi tidak hanya di bank syariah

yang baru atau belum lama berdiri (yang masih dalam masa transisi),

melainkan juga terjadi di bank syariah yang sudah cukup lama berdiri

(yang sudah dianggap established).Namun demikian, menurut Chapra

(2000) tahap-tahap kearah perbaikan telah tampak. Sebagai contoh, dari

data International Association of Islamic Banks atau IAIB tahun 1996,

proporsi murabahah yang sebelumnya mencapai 90% dari total

pembiayaan telah turun menjadi 40,3%. Sementara itu, pembiayaan

Mudharabah dan musyarakah telah meningkat menjadi 7,2% dan 12,7%.

Namun, penggunaan pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah masih

sangat marginal, yang angkanya masih dibawah 20%.Permasalahan

penggunaan pembiayaan bagi hasil yang masih sangat rendah ini

merupakan masalah yang tidak sederhana, bahkan merupakan masalah

yang memiliki multi dimensi.Beberapa pakar telah mencoba

mengidentifikasi sumber-sumber penyebab terjadinya masalah yang

kelihatannya sulit diuraikan ini. Dari berbagai pendapat pakar, penyebab

rendahnya pembiayaan bagi hasil dapat dilihat dari empat sisi, yaitu: 1)

internal bank syariah; 2) nasabah; 3) regulasi; dan 4) pemerintah dan

(19)

Rendahnya pembiayaan mudharabah menggambarkan bahwa

operasi bank syariah belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan apa yang

diharapkan. Bank syariah yang seharusnya memperbesar pangsa

produkMudharabahtersebut, bukan hanya terfokus pada produk

jual-beli.Keunggulan perbankan syariah justru pada produk Mudharabah dan

musyarakah yang dikenal sebagai Quasy Equity Financing yang

memberikan dampak pada kestabilan ekonomi. Namun ternyata bank

syariah kurang berminat untuk menawarkan produk

Mudharabahsepenuhnya, hal ini disebabkan pertama, sumber dana bank

yang sebagian jangka pendek kurang dapat digunakan untuk membiayai

bagi hasil yang biasanya jangka panjang. Kedua, pengusaha cenderung

kurang berminat mengunakan bagi-hasil karena lebih memilih bunga yang

memiliki tingkat keuntungan yang pasti, Ketiga, kebanyakan yang

memilih modal bagi hasil adalah mereka yang berbisnis dengan resiko

tinggi.Keempat, untuk menyakinkan bank bahwa usahanya akan

memberikan keuntungan tinggi, pengusaha terdorong untuk membuat

proyeksi bisnis yang terlalu optimis. Kelima, banyak pengusaha memiliki

dua pembukuan, dimana pembukuan yang diberikan kepada bank tingkat

keuntungan lebih rendah (Nugroho, 2009:14).

Beberapa sebab di atas menjadikan bank sangat berhati-hati dalam

menawarkan pembiayaan Mudharabah.Keadaaan ini menjadikan kesan

bank syariah dalam menjalankan operasi lebih berorientasi pada bisnis,

(20)

5

posisi pembiayaan produk Mudharabahdalam konteks praktek hukum

ekonomi Indonesia yang berhubungan dengan produk bank syariah. Bank

syariah kurang mendapat jaminan dari hukum yang ada, jika terdapat

kecurangan dari pihak pengusaha dalam menggunakan dana. Keadaan ini

berlaku sampai saat ini sehingga bank syariah mengeluarkan dana

didasarkan atas kepercayaan (trust), dimana bank dapat percaya bila

didukung atas kelengkapan administrasi dari pihak pengusaha. Oleh

karena itu, masyarakat yang menggunakan prinsip bagi-hasil memiliki

status orang yang dipercaya oleh bank syariah untuk memutar uang di

sektor riil.Namun dengan kepercayaan ini, tidak berarti bank syariah

membiarkan pengusaha menjalankan usahanya sendiri sebab bank syariah

memiliki fungsi kemaslahatan. Jadi bank syariah memiliki peluang untuk

mengendalikan usaha nasabah, walaupun peluang ini hanya sebatas untuk

menjaga konsistensi nasabah untuk komitmen terhadap kesepakatan

pengunaan dana. Tetapi dalam prateknya bank syariah tidak memiliki

kemampuan untuk mendampingi pengusaha sepenuhnya.Inilah yang

menjadikan bank kurang bisa memprediksi bahkan cenderung berspekulasi

atas perkembangan usaha yang dilakukan pengusaha, apalagi nanti pada

saat penyampaian laporan keuangan bank tidak memiliki kontrol penuh

melakukan visitasi dalam laporan keuangan tersebut (Supriyadi, 2011:28).

Karyawan (a) pada bagian AO pembiayaan, menyebutkan bahwa

secara umum pandangan masyarakat terutama pihak perbankan syariah

(21)

sangatrawan dan berisiko.Hal ini juga ternyata mempengaruhi sikap

kehati-hatian pihak bank dalam memberikan pembiayaan dengan prinsip

bagi hasilnya. Seperti halnya fakta yang terjadi di beberapa lingkungan

perbankan misalnya seperti pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Artha

Amanah Ummat di Ungaran, disana praktik pembiayaan dengan prinsip

bagi hasil cenderung lebih sedikit bila dibandingkan dengan pemberian

pembiayaan dengan prinsip jual beli atau sewa jasa. Hal ini dapat kita lihat

dari jumlah nasabah yang lolos dalam pembiayaan dengan prinsip bagi

hasil yang di berikan oleh BPRS Artha Amanah Ummat dari tahun 2011

hingga tahun 2015.

Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil disini adalah pembiayaan

Mudharabah dan pembiayaan musyarakah. Pembiayaan Mudharabah dari

tahun 2011 dan tahun 2012 hanya berjumlah 1 nasabah, sedangkan tahun

2013 meningkat menjadi 2 nasabah, yang dipercaya mengembangkan

proyek dengan pembiayaan Mudharabah, ditahun 2014 juga masih

berjumlah 2 nasabah, dan pada tahun 2015 jumlah nasabah yang dipercaya

BPRS untuk mengelola pembiayaan dengan prinsip bagi hasil

Mudharabah menjadi 3 nasabah. Perkembangan jumlah nasabah pada

produk pembiayaan Mudharabah ini tidak semata-mata selalu naik, sebab

pada dasarnya bisa juga nasabah yang telah dipercaya mengolah

danaMudharabah ini memperpanjang pinjamannya atau pun memperbarui

pinjamannya sehingga peningkatan nasabah pembiayaan Mudharabahini

(22)

7

Sedikitnya jumlah nasabah pembiayaan Mudharabah di BPRS

Artha Amanah Ummat ini tidak semata-mata karena tidak laku atau pun

karena rendahnya peminat, melainkan bentuk sikap kehati-hatian pihak

bank dalam memberikan pembiayaan. Pasalnya pembiayaan dengan

prinsip bagi hasil ini memang besar sekali risikonya bilamana pihak

penyedia modal atau bank sendiri belum memahami secara benar-benar

terhadap calon pengelola atau proyek yang akan dijalankan pengelola.

Sebab modal yang diberikan bank sebagai shahibul maal adalah 100% dari

proyek yang akan dilakukan dengan risiko yang cukup besar jika memang

proyek tersebut hambatanya bukan berasal dari kesalahan pihak pengelola

proyek atau mudharib, maka kerugian modal akan ditanggung oleh pihak

bank.

Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis tertarik

mengadakan penelitian pada lembaga keuangan syariah BPRS Artha Amanah Ummat di Ungaran, dengan Judul: “ANALISIS PEMBIAYAAN

MUDHARABAH PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

(BPRS) ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN ”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur dan ketentuan penilaianpembiayaan Mudharabah

di BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran?

2. Bagaimana perhitungan bagi hasil untuk produk pembiayaan

(23)

3. Bagaimana tingkat perkembangan nasabah pembiayaan Mudharabah

BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran sejak tahun 2011 hingga

sekarang?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Untuk mengetahui prosedur dan ketentuan penilaian pembiayaan

Mudharabah di BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran.

2. Untuk mengetahui perhitungan bagi hasil untuk produk pembiayaan

Mudharabah di BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran.

3. Untuk mengetahui tingkat perkembangan nasabah pembiayaan

Mudharabah BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran sejak tahun 2011

hingga sekarang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara ilmiah

maupun secara praktis, adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis

1. Menambah pengetahuan tentang Analisis Pembiayaan

Mudharabah Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Artha Amanah Ummat Ungaran.

2. Memberikan pengalaman serta dapat memperluas wawasan

(24)

9

3. Peneliti dapat mengaplikasikan teori-teori yang telah disampaikan

pada kuliah metodologi penelitian secara nyata.

4. Meningkatkan pola berfikir ilmiah.

b. Untuk pembaca dan penulis lain

1. Menambah informasi bermanfaat mengenai Analisis Pembiayaan

Mudharabah Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Artha Amanah Ummat Ungaran.

2. Dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut dengan menambah

permasalahan lain.

c. Untuk program studi perbankan syariah dan kampus tercinta:

1. Informasi tentang hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

referensi dalam perbaikan program studi perbankan syariah

khususnya.

2. Sebagai pengembangan dan perbaikan sistem pembelajaran dan

penyampaian perkuliahan.

3. Akan ada bentuk kerjasama lebih luas dengan pihak-pihak

perbankan syariah dan lembaga keuangan.

d. Untuk Dunia Keilmuan

1. Informasi tentang hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

referensi dalam dunia keimuan khususnya di bidang proyek bagi

hasil.

2. Penelitian ini dapat menggambarkan sedikit realita praktik

(25)

E. Metode penelitian

1. Jenis penelitian dan pendekatan

Metodologi penelitian adalah cara yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data penelitian. Penelitian yang dilakukan

menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data

menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi untuk

mendapatkan keterangan-keterangan secara factual (Emzir,

2011:30).Teknik ini untuk mengetahui tentang bagaimana praktik

secara umum yang diterapkan pada pembiayaan Mudharabah di BPRS

Artha Amanah Ummat mengenai prosedur pembiayaan, ketentuan

umum, teknik perhitungan bagi hasil, tingkat pertumbuhan nasabah,

serta penilaian nasabah yang dilakukan oleh BPRS terhadap nasabah

pembiayaan Mudharabah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif.Dimana lembaga keuangannya adalah sebagai

responden.

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran

Kabupaten Semarang Jawa tengah.

3. Data dan sumber data

b. Sumber data primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung

(26)

11

yang diteliti.Objek dari penelitian ini adalah Customer Service

pada lembaga keuangan yang bersangkutan.

c. Sumber data skunder

Data skunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang

sudah ada,atau data yang diperoleh dari tangan kedua, dari sumber

tidak langsung/pendukung. Sumber diperoleh dari buku-buku yang

berkaitan dengan judul penelitian.

4. Teknik pengumpulan data

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si

penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau

respondendengan alat yang dinamakan interview guide (panduan

wawancara). Adapun objek yang akan diwawancarai adalah

pegawai lembaga keuangan yang bersangkutan.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan dapat didevinisikan sebagai perhatian

yang berfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu. (Emzir,

2011:37)

c. Studi Pustaka

Yaitu penelitian yang mengambil data dari bahan-bahan tertulis

(27)

5. Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memastikan keabsahan data (uji kredibilitas)dilakukan

triangulasi dan diskusi dengan teman sejawat (per grup).triangulasi

dilakukan dengan cara teknik pengumpulan data, sumber data, dan

waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang

sama dengan teknik yang berbeda yaitu dengan wawancara mendalam,

observasi dan dokumentasi. Tiangulasi sumber dilakukan dengan

menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, yakni para

informan peneliti. Triangulasi waktu dilakukan dengan melakukan

pemgumpulan data dan sebagai kesempatan/ beberapa kali bisa pagi,

siang, sore, maupun malam hari.Sedangkan diskusi dengan teman

sejawat (per grup) dilakukan untuk mendiskusikan hasil penelitian

yang sifatnya sementara dengan dosen-dosen di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam. Melalui diskusi sejawat akan diperoleh apresiasi, kritik,

masukan, dan saran.

6. Analisis Data

Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi

informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat

dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab

masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.Dengan demikian,

teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara melaksanakan analisis

terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi

(28)

13

mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah

yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, baik berkaitan dengan

deskripsi data maupun untuk membuat induksi, atau menarik

kesimpulan tentang karakteristik populasi (parameter) berdasarkan

data yang diperoleh dari sampel (Emzir, 2011: 41).

F. Sistematika Penulisan

Pada penelitian ini terdiri dari 5 (lima) Bab. Yang mana setiap Bab

saling berkaitan satu sama lain. Sistematika penulisan dalam penelitian ini

adalah:

BAB I Pendahuluan, bab pendahuluan terdiri dari hal-hal yang

berkaitan dan berhubungan dengan latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan penegasan istilah.

BAB II Landasan Teori, dimaksudkan sebagai bab untuk

mengantarkan pada pembahasan-pembahasan teori yang digunakan dalam

sebuah system ekonomi di masyarakat.

BAB III Metode Penelitian, berupa pemaparan data objek dan

teknik analisis yang digunakan oleh peneliti dalam mengolah hasil data

sebagai bentuk output berupa pemaparan hasil penelitian yang telah

dilakukan.

BAB IV Analisis Data, pada bab ini akan semakin diperjelas lagi

kaitannya dengan bab sebelumnya, sebab data-data yang telah diperoleh

(29)

yang nanti dapat kita tarik sebagai kesimpulan dari hasil penelitian yang

dilakukan.

BAB V Penutup, pada bab ini akan kita bahas secata total atau

menyeluruh hingga kita peroleh sebuah kesimpulan dan menghasilkan

(30)

15 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Mazidah (2010) melakukan penelitian mengenai Tingkat

Perkembangan Pembiayaan Mudharabah pada BMT ANDA Salatiga,

menunjukkan bahwa ternyata pembiayaan Mudharabah di BMT ANDA

Salatiga tidak mengalami peningkatan akan tetapi mengalami penurunan.

Penurunan yang terjadi setiap tahunnya semakin bertambah. Faktor-faktor

yang menjadi penyebab penurunan tersebut adalah pertama, kebutuhan

anggota yang cenderung untuk pembelian barang bukan untuk modal

usaha, dari pihak BMT sendiri pembiayaan Mudharabah mempunyai

risiko yang tinggi karena pada pembiayaan Mudharabah ini bagi hasil

setiap bulannya tidak selalu sama tergantung keuntungan yang diperoleh.

Jika nasabah yang diberi pembiayaan tidak benar-benar orang yang

mempunyai karakter baik maka akan mengakibatkan kerugian bagi BMT.

Bertambahnya pesaing juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi menurunnya jumlah nasabah pembiayaan Mudharabah.

Kedua, berkurangnya dana dari pihak ketiga dan keadaan perekonomian

pada tahun yang bersangkutan juga sedikit banyak mempengaruhi jumlah

pembiayaan Mudharabah. Ketiga, faktor ekternal lain yang tidak kalah

pengaruhnya terhadap pertumbuhan jumlah nasabah Mudharabah adalah

(31)

membuka dua kantor cabang di Karanggede dan Ampel serta satu kantor

kas di Ngablak maka keuangan kantor pada saat itu sedang di fungsikan

sebagian untuk biaya perkantoran dan dengan demikian sedikit banyak

mengurangi dana yang dialokasikan untuk pembiayaan Mudharabah

Penelitian kedua oleh Sutrisno (2011), mengenai prosedur

pembiayaan Mudharabah di BMT Sumber Usaha Tengaran Kab.Semarang

dengan hasil penelitian bahwa pada BMT Sumber Usaha Tengaran

menerapkan sistem penilaian terhadap calon nasabah pembiayaan

Mudharabah dilakukan dengan pengumpulan data yang dikenal dengan

prinsip 5C.Pengajuan pembiayaan Mudharabah nasabah berhak membawa

syarat-syarat yang ditentukan oleh BMT.Pengembalian pembiayaan

Mudharabah pada BMT Sumber Usaha Tengaran dilakukan secara

mengangsur pada tiap bulan dan pembayarannya tidak boleh melebihi

waktu jatuh tempo yang ditentukan. Kemudian untuk proses perhitungan

bagi hasil dalam pembiayaan Mudharabah di BMT Sumber Usaha

Tengaran Menggunakan cara penghitungan flate rate dan anuitas menurun.

Perhitungan flate rate bagi hasil dimulai dari 1,5% s/d 1,8%. Sedangkan

untuk perhitungan anuitas menurun bagi hasil dimulai dari 20% s/d 28%.

Penelitian yang dilakukan oleh Waluyo (2015) mengenai

Implementasi Mudharabah pada pembiayaan di Bank Syariah dapat

menghasilkan kesimpulan bahwa Bank syariah akan lebih ideal apabila

menyalurkan pembiayaan dengan skema bagi hasil kepada nasabahnya

(32)

17

para nasabah penerima pembiayaan, bukan tranfer risk sebagaimana

yang terjadi pada pembiayaan berbasis jual beli. Ada agency problem

dan moral hazard yang melekat pada pembiayaan berbasis bagi hasil.

akan tetapi ada dua perjanjian yang dapat dilakukan untuk mengatasi

agency problem : (i) Mudharib diminta untuk memberikan kontribusi

modal. (ii) Mudharib diminta untuk berbagi dalam kerugian sampai

batas tertentu. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya moral

hazard, maka bank syariah menerapkan batasan-batasan tertentu ketika

menyalurkan pembiayaan kepada mudharib yaitu menerapkan batasan

agar porsi modal dari pihak mudharib-nya lebih besar dan

/mengenakan jaminan, menerapkan syarat agar mudharib melakukan

bisnis yang risiko operasinya lebih rendah, menetapkan syarat agar

mudharib melakukan bisnis dengan arus kas yang transparan, dan

menetapkan syarat agar mudharib melakukan bisnis yang biaya tidak

terkontrolnya rendah.

Susana dan Prasetyanti (2011), tentang Pelaksanaan dan Sistem

Bagi Hasil Pembiayaan Al- Mudharabah pada Bank Syariah memperoleh

hasil bahwa penyaluran pembiayaan Mudharabah pada BMI cabang

Malang pada dasarnya sudah tepat dan sesuai dengan pedoman analisis

pembiayaan yang berdasarkan prinsip syariah. Pengambilan keputusan

pembiayaan ini didasarkan pada analisis 6C (Character, Capacity,

Capital, Collateral, Condition of economy, dan Contains) dan dalam

(33)

terdiri dari analisis terhadap Aspek Legalitas, Aspek Manajemen, Aspek

Teknis, Aspek Pemasaran, dan Aspek Jaminan. Bank Muamalat

berimplementasi pada Kopkar, KPRI, dan BMT.Sehingga tidak secara

langsung melakukan pembiayaan kepada wirausaha untuk meminimalkan

risiko.Untuk mengetahui nisbah bagi hasil dalam suatu pembiayaan

prosentase keuntungan yang diharapkan dalam satu tahun dikalikan

dengan pendapatan rata-rata bulanan mitra kerja dalam satu tahun,

kemudian besarnya taksiran pendapatan atas pembiayaan dibagi dengan

total pembiayaan.Nisbah bagi hasil dapat diketahui dengan cara 100% di

kurangi nisbah bagi hasil bank.

Istahadi (2014), dalam penelitiannya mengenai Investasi Bagi

Hasil dalam Pembiayaan Akad Mudharabah Perbankan Syariah

menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: Operasional investasi

pembiayaan Mudharabah belum dilakukan secara maksimal karena

tingginya risiko pembiayaan pada jenis ini, dibandingkan dengan produk

pembiayaan lainnya. Bank syariah selaku shahibul maal melakukan risk

averse (penghindaran risiko) sebagai tindakan melindungi asetnya

terhadap moral hazard mudharib.Sikap risk averse tersebut merupakan

bentuk ketidakpastian menanggung kerugian terhadap produk investasi

pembiayaan Mudharabah dengan memberlakukan prinsip kehati-hatian,

yang pada dasarnya bank syariah akan menghentikan langkah syariah

hanya sampai pada tahap aman dan tidak beresiko. Sehingga pengaruh

(34)

19

tersirat dibalik aturan-aturan pelaksanaan operasionalisai perbankan

syariah.Bentuk ketidakpastian bank syariah dapat dipahami sebagai infant

industry (dalam tahap pertumbuhan) memiliki sumber daya insani yang

belum memadai dalam menangani produk pembiayaan bagi hasil. Hal

tersebut menimbulkan situasi ketidakjelasan dan ketidakseimbangan dalam

informasi sehingga sulit melihat level usaha mudharib serta terbatasnya

informasi mengenai produktifitas suatu usaha, yang mengakibatkan

absolute riskaversion dilakukan bank syariah.

Proses pengajuan investasi Mudharabah yang berbelit-belit akan

berakibat masyarakat kecil sebagai pangsa pasar potensial akan berpaling

kembali pada bank konvensional.Pemberlakuan jaminan dan pola bagi

hasil dengan sistem bagi hasil revenue sharing yang dilakukan bank-bank

syariah pada skema penyaluran dana khususnya investasi pembiayaan

Mudharabah sebenarnya merupakan suatu cerminan prinsip kehati-hatian

yang masih bernuansa konvensional. Secara keseluruhan dapat diambil

kesimpulan keberadaan bank syariah di Indonesia bersifat taktis strategis

dengan memanfaatkan situasi dan kondisi ekonomi global saat ini sebagai

salah satu cara untuk menggerakan roda perekonomian, sehingga para

pelaku usaha dapat menentukan pilihan diantara dua sistem perbankan

yang berlainan namun pada dasarnya dalam implementasi pelaksanaan

baik perbankan syariah maupun perbankan konvensional tidak jauh

(35)

Yaningwati dan Zahroh (2014), mengenai analisis pengaruh

pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah terhadap tingkat profitabilitas

(Return On Equity) pada Bank umum syariah yang terdaftar di bank

Indonesia periode 2009-2012, hasil penelitiannya menunjukan bahwa

pembiayaan Mudharabah dan musyarakah memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat ROE secara simultan dan pembiayaan

Mudharabah berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat ROE

secara parsial. Pembiayaan Mudharabah merupakan pembiayaan bagi

hasil yang dominan dalam mempengaruhi tingkat ROE, sehingga pihak

bank diharapkan bisa lebih berhati-hati dalam memilih nasabah yang akan

bekerja sama dengan mengguanakan pembiayaan Mudharabah,

dikarenakan pembiayaan ini lebih memiliki risiko yang lebih tinggi dari

pada pembiayaan Musyarakah dan pihak bank juga seharusnya lebih

mengembangkan pembiayaan Mudharabah agar lebih menarik minat

nasabah dalam bekerjasama sehingga mempengaruhi pendapatan bank.

Melihat beberapa referensi diatas mengenai pembiayaan

Mudharabahmaka penulis memutuskan untuk mengkaji ulang pembiayaan

Mudharabahdengan fokus penelitian yang berbeda dengan beberapa hasil

penelitian di atas. Penelitian ini akan terfokus pada praktik penghitungan

bagi hasilnya pada pembiayaan Mudharabahdi BPRS Artha Amanah

(36)

21

B. Kerangka Teoritik 1. Teori Pembiayaan

a. Pengertian Pembiayaan

Pengertian pembiayaan menurut kamus pintar Ekonomi

Syariah, pembiayaan diartikan sebagai penyediaan dana atau

tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: (a) transaksi bagi

hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah; (b) transaksi

sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk

ijarah muntahiyah bit tamlik; (c) transaksi jual beli dalam bentuk

piutang murabahah, salam, dan istishna’ ; (d) transaksi pinjam

meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan (e) transaksi sewa

menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa;

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah serta

atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan

atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut

setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa

imbalan, atau bagi hasil. Pembiayaan atau financing adalah

pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain

untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik

dilakukan sendiri maupun lembaga (Asiyah, 2014: 2-3).

Menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan

sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 10 tahun 1998 tentang

(37)

Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil; (12)

Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina); (13)

Jika dilihat pada bank umum, pembiayaan disebut loan,

sementara di bank syariah disebut financing. Sedangkan balas jasa

yang diberikan atau diterima pada bankumum berupa bunga

(interest loan atau deposit) dalam presentasi pasti.Sementara pada

bank syariah, dengan memberi dan menerima balas jasa

berdasarkan perjanjian (akad) bagi hasil, margin dan jasa (Asiyah,

2014: 3).

Jadi, pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh

suatu pihak kepada pihak lain sesuai dengan syarat dan ketentuan

(38)

23

b. Tujuan pembiayaan

Secara umum pembiayaan dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu: tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan

tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro (Asiyah, 2014: 4-6).

Secara makro dijelaskan bahwa pembiayaan untuk:

1) Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak

dapat akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan

mereka bisa akses ekonomi.

2) Tersediannya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk

pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana

tambahan ini dapat diperoleh melalui aktivitas pembiayaan.

Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak yang

minus dana sehingga dapat digulirkan.

3) Meningkatkan produktivitas, artinya adanya pembiayaan

memberikan peluang bagi masyarakat agar mampu

meningkatkan daya produksinya.

4) Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya

sektor-sektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan,

maka sektor usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja.

5) Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha

produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti

(39)

Menurut Asiyah (2014, 4-6), adapun secara mikro,

pembiayaan bertujuan untuk:

1) Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka

memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha.

Setiap pengusaha menginginkan mampu mencapai laba

maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba maksimal maka

mereka perlu dukungan dana yang cukup.

2) Upaya meminimalkan risiko, usaha yang dilakukan agar

mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus

mampu meminimalkan risiko yang mungkin timbul. Risiko

kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan

pembiayaan.

3) Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya

ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara

sumber daya alam dengan sumber daya manusianya ada, dan

sumber daya modalnya ada, maka dipastikan memerlukan

pembiayaan. Dengan demikian pembiayaan pada dasarnya

dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi.

4) Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan

masyarakat ada pihak yang kelbihan dana, sementara ada pihak

yang kekurangan dana. Dalam kaitan dengan masalahdana

maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam

(40)

25

kelebihan (surplus) kepada pihak yang kekurangfan (minus)

dana.

c. Fungsi pembiayaan

Pembiayaan yang disediakan bank syariah secara umum berfungsi

untuk (Asiyah, 2014: 8-11) :

1. Meningkatkan daya guna uang

Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk

giro, tabungan dan deposito.Uang tersebut dalam presentase

tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna suatu usaha

peningkatan produktifitas.Para pengusaha menikati

pembiaayaan dari bank untuk memperluas / memperbesar

usahanya baik untuk peningkatan produksi, perdagangan

maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun memulai usaha

baru.Secara mendasar melalui pembiayaan terdapat suatu usaha

peningkatan produktivitas secara menyeluruh. Dengan

demikian dana yang mengendap di bank (yang diperoleh dari

para penyimpan uang) tidaklah idle (diam) dan disalurkan

untuk usaha-usaha yang bermanfaat baik kemanfaatan bagi

usaha maupun masyarakat.

2. Meningkatkan daya guna barang

a) Produsen dengan bantuan pembiayaan dari bank dapat

mengubah barang mentah menjadi barang jadi sehingga

(41)

b) Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan

barang dari suatu tempat yang kegunaanya kurang ketempat

yang lebih bermanfaat.

3. Meningkatkan peredaran uang

Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening

koran pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang

giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet, giro, wesel, promes dan

sebagainya. Melalui pembiayaan peredaran uang kartal maupun

giral semakin berkembang, karena pembiayaan menciptakan

suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan

bertambah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

4. Menimbulkan kegairahan berusaha

Pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank kemudian

digunakan untuk memperbesar volume usaha dan

produktivitasnya.

5. Stabilitas ekonomi

Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah

stabilisasi diarahkan pada usaha-usaha:

(a) Pengendalian inflasi

(b) Peningkatan ekspor

(42)

27

(d) Pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat untuk menekan

arus inflasi dan untuk usaha pembangunan ekonomi maka

pembiayaan memegang peran penting.

6. Jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional

Para usahawan memperoleh pembiayaan untuk

meningkatkan usahanya.Peningkatan usaha berarti peningkatan

profit. Bila keuntungan ini secara kumulatif dikembangkan lagi

dalam arti kata dikembalikan lagi kedalam struktur

permodalan, maka peningkatan akan berlangsung secara terus

menerus. Dengan pendapatan yang terus meningkat berarti

panjak semakin bertambah. Dilain pihak pembiayaan yang

disalurkan untuk merangsang pertambahan kegiatan ekspor

akan menambah pertmabahan devisa Negara. Disamping itu

dengan makin efektifnya kegiatan swasembada

kebutuhan-kebutuhan pokok, berarti akan dihemat devisa keuangan

Negara, akan diarahkan pada usaha-usaha kesejahteraan

ataupun ke sector-sektor lain yang lebih berguna.

d. Jenis-jenis pembiayaan

Jenis-jenis pembiayaan bank syariah Karim (2009: 231-254)

adalah:

1) Pembiayaan modal kerja syariah

2) Pembiayaan investasi syariah

(43)

4) Pembiayaan sindikasi

5) Pembiayaan berdasarkan take over

6) Pembiayaan letter of credit

2. Analisis kelayakan pembiayaan

Prinsip analisis pembiayaan merupakan pedoman-pedoman yang

harus diperhatikan oleh pejabat pembiayaan bank syariah pada saat melaksanakan analisis pembiayaan (Rivai’I, 2008: 348), diantaranya:

a. Character

Artinya sifat atau karakter nasabah pengambil pembiayaan.Hal ini

yang perlu ditekankan pada nasabah di bank syariah adalah

bagaimana sifat amanah, kejujuran, kepercayaan seorang

nasabah.Kegunaan nilai karakter adalah untuk mengetahui sejauh

mana kemampuan nasabah untuk memenuhi kewajibannya sesuai

dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Untuk memperoleh

gambaran tentang karakter calon nasabah dapat ditempuh langkah

sebagai berikut:

1) Meneliti riwayat hidup calon Customer

2) Meneliti reputasi calon Customer

3) Meminta Bank to Bank Information

4) Meminta informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha dimana

calon mudharib berada

(44)

29

6) Mencari informasi apakah calon Customer suka berfoya-foya

b. Capacity

Artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usahanya guna

memperoleh laba sehingga dapat mengembalikan pinjaman atau

pembiayaan dari laba yang dihasilkan.Penilaian ini bermanfaat

untuk mengukur sejauh mana mudharib mampu melunasi

utang-utangnya secara tepat waktu, dari hasil usaha yang diperolehnya.

Pengukuran ini dapat dilakukan dengan:

1) Pendekatan historis, yaitu menilai past performance apakah

menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu.

2) Pendekatan financial, menilai latar belakang pendidikan para

pengurus. Hal ini untuk menjamin profesionalitas kerja

perusahaan.

3) Pendekatan yuridis, yaitu secara yurisdis apakah calon

mudharib mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha

untuk melakukan perjanjian pembiayaan dengan bank atau

tidak.

4) Pendekatan manajerial, yaitu untuk menilai sejauh mana

kemampuan atau ketrampilan customer melakukan

fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan.

5) Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana

kemampuan calon mudharib mengelola faktor-faktor produksi,

(45)

administrasi keuangan, industrial relation, sampai dengan

kemampuan merebut pasar.

c. Capital

Artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam.Hal ini juga

termasuk dalam struktur modal, kinerja hasil dari modal bila

debiturnya merupakan perusahaan, dan segi pendapatan bila

debiturnya perorangan. Makin besar modal sendiri dalam

perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan calon mudharib

menjalankan usahanya dan bank akan merasa lebih yakin

memberikan pembiayaan. Kemampuan modal sendiri akan

menjadibenteng yang kuat bagi usahanya tatkala ada goncangan

dari luar, misalnya karenatekanan inflasi. Kemampuan capital

biasanya dimanifestasikan dalam bentuk penyediaan self financial

yang sebaiknya lebih besar dibandingakan dengan pembiayaan

yang diminta.Bentuk self financial tidak harus berupa uang tunai,

melainkan bisa juga berupa tanah, bangunan dan

mesin-mesin.Besar kecilnya capital bisa dilihat dari neraca perusahaan

yaitu komponen owner equity, laba ditahan dll.Untuk perorangan

dapat dilihat dari daftar kekayaan yang bersangkutan setelah

dikurangi utang-utangnya.

d. Collateral

Artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan penjamin

(46)

31

bukti kepemilikan dan status hukumnya.Bentuk collateral tidak

hanya berbentuk kebendaan, melainkan bisa juga berbentuk

jaminan pribadi (borgtocht), letter of guarantee, letter of comfort,

rekomendasi dan avails. Penilaian collateral dapat ditinjau dari dua

segi:

1) Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis barang yang digunakan,

2) Segi yurisdis, yaitu apakah agunan tersebut memenuhi

syarat-syarat yurisdis untuk dipakai sebagai agunan.

e. Condition of economy

Artinya keadaan meliputi kebijakan pemerintah, politik, segi

budaya yang mempengaruhi perekonomian.

Penilaian terhadap kondisi ekonomi dapat dilihat dari:

1) Keadaan konjungtur

2) Peraturan-peraturan pemerintah

3) Situasi, politik dan perekonomian dunia

4) Keadaan lain yang mempengaruhi pemasaran.

3. Metode menentukan nisbah

Nisbah bagi hasil merupaka presentase keuntungan yang akan

diperoleh shohibul maal dan mudharib yang ditentukan berdasarkan

kesepakatan antara keduanya (Asiyah, 2014: 168).

Karakteristik nisbah bagi hasil menurut Asiyah (2014: 169) adalah:

(47)

Nisbah bagi hasil harus dinyatakan dalam prosentase (%), bukan

dalam nominal uang tertentu.

b. Bagi untung dan bagi rugi

Pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakat,

sedangkan pembagian kerugian berdasarkan porsi modal

masing-masing pihak.

c. Jaminan

Jaminan yang akan diminta terkait dengan Character risk yang

dimiliki oleh mudharib karena jika kerugian diakibatkan oleh

keburukan karakter mudharib maka yang akan menanggung adalah

mudharib.Akan tetapi jika kerugian disebabkan oleh business risk,

maka shohibul maal tidak diperbolehkan meminta jaminan pada

mudharib.

d. Besaran Nisbah

Angka besaran nisbah bagi hasil muncul sabagai hasil twar

menawar yang dilandari oleh kata sepakat dari pihak shohibul maal

dan mudharib.

e. Cara menyelesaikan kerugian

Kerugian akan ditanggung dari keuntungan terlebih dahulu karena

keuntungan adalah pelindung modal. Jika kerugian melebihi

keuntungan maka akan diambil dari pokok modal.

Menurut Karim (2009: 286), penetapan nisbah bagi hasil

(48)

33

a. Referensi tingkat (marjin) keuntungan

Yang dimaksud adalah referensi tingkat (margin) keuntungan yang

ditetapkan oleh rapat ALCO (Asset Liability Commite)

b. Perkiraan tingkat keuntungan bisnis/proyek yang dibiayai

Perkiraan keuntungan tingkat bisnis/proyek yang dibiayai dihitung

dengan mempertimbangkan sebagai berikut:

1) Perkiraan penjualan

a. Volume penjualan setiap transaksi atau volume penjualan

setiap bulan

b. Sales turn over atau frekuensi penjualan setiap bualan

c. Fluktuasi harga penjualan

d. Rentang harga penjualan yang daoat dinegosiasikan

e. Keuntungan setiap transaksi

2) Lama cash to cash cycle

a) Lama proses barang

b) Lama persediaan

c) Lama piutang

3) Perkiraan biaya-biaya langsung

Adalah biaya yang langsung berkaitan dengan kegiatan

penjualan seperti biaya pengangkutan, biaya pengemasan dan

(49)

4) Perkiraan biaya-biaya tidak langsung

Adalah biaya yang tidak langsung berkaitan dengan kegiatan

penjualan, seperti biaya sewa kantor, biaya gaji karyawan, dan

biaya-biaya lain yang dikategorikan Overhead Cost (OHC)

5) Delayed Factor

Adalah tambahan waktu yang ditambahkan pada cash to cash

cycle untuk mengantisipasi timbulnya keterlambatan

pembayaran dari nasabah kepada bank.

c. Metode menentukan nisbah bagi hasil pembiayaan:

i. Penentuan nisbah bagi hasil keuntungan

Adalah penentuan nisbah yang didasarkan pada perkiraan

keuntungan yang diperoleh nasabah dibagi dengan referensi

tingkat keuntungan yang ditetapkan dalam rapat ALCO.

ii. Penentuan nisbah bagi hasil pendapatan

Adalah penentuan nisbah yang didasarkan pada perkiraan

pendapatan yang diperoleh nasabah dibagi dengan referensi

tingkat keuntungan yang ditetapkan dalam rapat ALCO.

iii. Penentuan nisbah bagi hasil penjualan

Adalah penentuan nisbah yang didasarkan pada perkiraan

penerimaan penjualan yang diperoleh nasabah yang diperoleh

nasabah dibagi dengan referensi tingkat keuntungan yang

ditetapkan dalam rapat ALCO.

(50)

35

a) Pembiayaan berjangka waktu dibawah satu tahun dapat

dilakukan dengan saat jatuh tempo.

b) Pembiayaan dengan jangka diatas satu tahun dapat diatur

secara proporsional selama jangka waktu pembiayaan.

4. Pembiayaan Mudharabah

a. PengertianMudharabah

Al Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak

dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal (100%),

sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.Keuntungan dibagi

sesuai kesepakan di dalam kontrak.Sedangkan apabila rugi

ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut tidak

disebabkan oleh pengelola (Antonio, 2001: 95).

b. Landasan syariah

1) Q.S an-Nisa’ ayat 29

Artinya:

“ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta kamu di antara kamu dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berdasarkan kerelaan di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh diri kamu,

(51)

2) Hadis Nabi riwayat Thabrani

“Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta

sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya

agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah,

serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu

dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya.

Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar

Rasulullah, beliau membenarkannya.”(HR. Thabrani dari Ibnu

Abbas).

3) Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 7/DSN-MUI/IV/2000

Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Fatwa Dewan

Syariah Nasional nomor 7/DSN-MUI/IV/2000maka diperoleh

ketentuan dalam pembiayaan Mudharabah yaitu meliputi:

a) Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang

disalurkan oleh LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha

(52)

37

b) Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul

maal(pemilik dana) membiayai 100% kebutuhan suatu

proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak

sebagai mudharib atau pengelola usaha.

c) Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan

pembagiankeuntungan ditentukan berdasarkan

kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha).

d) Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha

yang telah disepakati bersama dan sesuai dengan syari’ah; dan LKS tidak ikut serta dalam manajemen

perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak untuk

melakukan pembinaan dan pengawasan.

e) Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas

dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

f) LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian

akibat dari Mudharabah kecuali jika mudharib

(nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau

menyalahi perjanjian.

g) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan Mudharabah tidak

ada jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan

penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari

mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat

(53)

pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati

bersama

h) Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan

mekanisme pembagian keuntungan diatur oleh LKS

dengan memperhatikan fatwa DSN.

i) Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.

j) Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan

kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap

kesepakatan, mudharib berhak mendapat ganti rugi atau

biaya yang telah dikeluarkan.

Rukun dan Syarat Pembiayaan Mudharabah sesuai Fatwa

Dewan Syariah Nasional nomor 7/DSN-MUI/IV/2000:

a) Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib)

harus cakap hukum.

b) Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para

pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam

mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal

berikut:

(1) Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit

menunjukkan tujuan kontrak (akad).

(2) Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat

(54)

39

(3) Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi,

atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi

modern.

c) Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang

diberikan oleh penyedia dana kepada mudharib untuk

tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:

(1) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.

(2) Modal dapat berbentuk uang atau barang yang

dinilai. Jika modal diberikan dalam bentuk aset, maka

aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.

(3) Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus

dibayarkan kepada mudharib, baik secara bertahap

maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

d) Keuntungan Mudharabah adalah jumlah yang didapat

sebagai kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut

ini harus dipenuhi:

e) Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai

perimbangan (muqabil) modal yang disediakan oleh

penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:

(1) Kegiatan usaha adalah hak eksklusif

mudharib,Harus diperuntukkan bagi kedua pihak

(55)

(2) Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak

harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak

disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi

(nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan.

Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.

(3) Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat

dari mudharabah, dan pengelola tidak boleh

menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan

dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran

kesepakatan.

(4) tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia

mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.

(5) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan

pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi

tercapainya tujuan Mudharabah, yaitu keuntungan.

(6) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah

Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan

Mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan yang

berlaku dalam aktifitas itu.

Beberapa Ketentuan Hukum Pembiayaan Mudharabah sesuai

aturan DSN Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor

7/DSN-MUI/IV/2000:

(56)

41

b) Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan

sebuah kejadian di masa depan yang belum tentu terjadi.

c) Pada dasarnya, dalam Mudharabah tidak ada ganti

rugi, karena pada dasarnya akad ini bersifat amanah (yad

al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja,

kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.

d) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya

atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah

pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan

melalui musyawarah.

c. Rukun Mudharabah

Rukun dalam akad Mudharabah menurut Asiyah (2014: 187)

adalah:

1) Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)

Pelaku pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal

(shahibul maal) sedangkan pihak kedua bertindak sebagai

pelaksana usaha (Mudharib).

2) Objek Mudharabah

Pemilik modal menyerahkan modal kerjanya sebagai objek

Mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan

kerjanya sebagai objek Mudharabah.Modal yang diserahkan

(57)

uangnya.Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk

keahlian, ketrampilan, selling skil, management skill, dan

lain-lain.

3) Persetujuan kedua belah pihak (Ijab-Qobuli)

Persetujuan merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin

minkum (sama-sama rela). Kedua belah pihak harus sama rela

bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad Mudharabah.

4) Nisbah keuntungan

Nisbah keuntungan merupakan cermin imbalan yang berhak

diterima oleh kedua belah pihak yang

bermudharabah.Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya,

sedangkan shahibul maal mendapatkan imbalan atas

penyertaan modalnya.

Menurut Muhamad (2004: 72), meliputi:

1) Malik, atau Shahibul maal ialah yang mempunyai modal.

2) Amil, atau mudharib ialah yang akan menjalankan modal.

3) Amal, ialah usahanya.

4) Maal, ialah harta pokok atau modal.

5) Shigot, atau perintah atau usaha dari yang menyuruh berusaha.

6) Hasil.

d. Syarat sahnya Mudharabah

Gambar

Skema Gambar 2.1 Mudharabah
Tabel 3.1 Daftar Sarana dan Prasarana di BPRS Artha Amanah Ummat
Tabel 3.1 di atas adalah daftar sarana dan prasarana yang di sediakan di BPRS
Tabel 3.3
+5

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah,

10 tahun 1998 pasal 1 ayat 13,prinsip Syariah adalah aturan perjanjian Berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana/atau Pembiayaan

aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana, pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan

Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan

Dan nomor 13 : prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan

10 Tahun 1998 menyebutkan tentang pengertian prinsip syariah yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau

berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara