TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI MADRASAH
IBTIDAIYAH SE KOTA SALATIGA
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban Dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah
ATINA AMALIA SIIULIIA
NIM: 111 04 013
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
W ebsite : www.stainsalatiaa.ac.id E -m a il: administrasi@stainsalatiga.ac.id
DEKLARASI
\
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran
orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup
mempertanggung jaw abkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang
munaqosah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
W ebsite : www.stainsalatiga.ac.id E -m a il: administrasi@stainsalatiga.ac.id
Saudari ATINA A M A LIA SHULHA
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
di Salatiga
A ssalam u'alaikunu Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi sau d a ri:
Nama : A TIN A A M A LIA SH U LH A
NIM
: 111 04 013
Jurusan / Progdi : T a rb iy ah / Pendidikan A gam a Islam
Judul : K ESIA PA N GURU DALAM PELAKSANAAN
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
(KTSP) DI MADRASAH IBTIDAIYAH SE-KOTA
SALATIGA
Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera
dimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
W assalam u'alaikum , wr, wb
Salatiga, 30 M aret 2009
Pembimbing
->Q
N I P . 130299493
Website : www.stainsalatiga.ac.id E -m a il: administrasi@stainsalatiga.ac.id
P E N G E S A H A N
Skripsi Saudari : A TINA A M A LIA SH U LH A dengan Nomor Induk Mahasiswa
: 111 04 013 yang berjudul : "K ESIA PA N GU RU DALAM PELAKSANAAN
K U R IK U LU M T IN G K A T SATUAN PEN D ID IK A N D I M ADRASAH
IB TID A IY A H SE-K O TA SA L A T IG A ", Telah dimunaqasahkan dalam sidang
panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga
pada hari: Sabtu, 27 J u n i 2009 yang bertepatan dengan tanggal 04 R ajab 1430 H
dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar
Satjana dalam Ilmu Tarbiyah.
27 Juni 2009 M
Salatiga,
---04 Rajab 1430 H
Panitia Ujian
Suw ardi, S.Pd, M .Pd M . G u fro n , M.Ag
NIP. 19670121 199903 1 002 NIP. 19720814 200312 1 001
S em angat...
Jan g a n pern ah m enyerah...!!!!
B eru b ah lah u n tu k m aju
Sam pai su atu saat nanti kau kan genggam hari
S em an g at...
J a n g a n p ern ah m e n y e ra h ... !!!!
B eru b ah lah u n tu k m a ju
S am p ai su atu s a a t n a n ti k au k an genggam hari
^
IjSj
1
1. (Bapak, dan J4fm. Ibunda tercinta, terfasih,
tersayang
yang
selalu
membimbing,
mendo'akgn dan memberikan segalanya
baiki
m oral
maupun
sprituaC
bagi
kelancaran
studyku,
semoga
AkCah
senantiasa meridhoinya
2. K akak, (M as ZuCfa dan M bak, A na, M as
Z id n i dan A d ik k u
Itta q i
tersayang
senantiasa
memberikan
dorongan
dan
m otivasi
3. Keponakanku (aline, fa z a , si kembar Shovin
e£
Hrvin) jangan pernah lelah berproses
u n tu k,ja d i y anH terbaik, dan menjadi anak,
yang shoCeh dan shoCehah
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan
junjungan nabi agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan
kebenaran dan keadilan.
Maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratan guna mencapai Gelar Sarjana Program Studi Ilmu Agama Islam
STAIN Salatiga.
Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak yang telah turut membantu dan mendorong kelancaran
penyelesaian tulisan ini. Oleh karena itu, melalui ruang ini penulis menghaturkan
penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak,
khususnya :
1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Salatiga.
2. Jaka Siswanta, M.Pd selaku Dosen Pembimbing, yang senantiasa sabar
memberikan koreksi dan pengarahan hingga selesainya penulisan skripsi ini
sehingga penulis tidak akan melupakan masa-masa perjuangan yang cukup
masa akhir studi.
4. Para bapak ibu guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah membantu memberikan
data penelitian sehingga penulis dapat menyusun penelitan ini.
5. Bapak dan Aim. Ibunda tercinta, terkasih, tersayang yang selalu membimbing,
mendo’akan dan memberikan segalanya baik moral maupun spritual bagi
kelancaran studiku, semoga Allah senantiasa meridhoinya.
6. Kakak (Mas Zulfa dan M bak Ana, Mas Zidni dan A dikku Ittaqi tersayang
senantiasa memberikan dorongan dan motivasi
7. Keponakanku (Aline, Faza, si kembar Shovin & Ervin) jangan pernah lelah
berproses untuk jadi yang terbaik dan menjadi anak yang sholeh dan sholehah
8. Sahabat-sahabatku tercinta dan tersayang terutam a GANK YA YANK (Mbak
Yoh, M bak Pix, Jeng lir, Fatih legender, Azizah, Fuad) bersama kalian hari-
hari kita lalui.
9. Teman temanku KKN ( Cherry, Elok, Absor, Mas Say, Alie Demek)
10. Keluarga besar dot.com ( Pak Dhe Syam, Lek Aries) yang telah membantu
hingga terselesainya skripsi ini
11. Sayang Ku M. Shaunan Fahmi tercinta yang selalu memberikan semangat,
dukungan dan kasih sayang kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan moral dan material hingga selesainya proses belajar
13. Pergerakan M ahasiswa Islam Indonesia Salatiga yang telah memberikan
banyak pelajaran tentang berorganisasi
v iii
masa akhir studi.
4. Para bapak ibu guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah membantu memberikan
data penelitian sehingga penulis dapat menyusun penelitan ini.
5. Bapak dan Aim. Ibunda tercinta, terkasih, tersayang yang selalu membimbing,
mendo'akan dan memberikan segalanya baik moral maupun spritual bagi
kelancaran studiku, semoga Allah senantiasa meridhoinya.
6.
Kakak (Mas Zulfa dan M bak Ana, Mas Zidni dan A dikku Ittaqi tersayangsenantiasa memberikan dorongan dan motivasi
7. Keponakanku (Aline, Faza, si kembar Shovin & Ervin) jangan pem ah lelah
berproses untuk jadi yang terbaik dan menjadi anak yang sholeh dan sholehah
8. Sahabat-sahabatku tercinta dan tersayang terutama GANK Y A YANK (Mbak
Yoh, Mbak Pix, Jeng lir, Fatih legender, Azizah, Fuad) bersam a kalian hari-
hari kita lalui.
9. Teman temanku KKN ( Cherry, Elok, Absor, Mas Say, Alie Demek)
10. Keluarga besar dot.com ( Pak Dhe Syam, Lek Aries) yang telah membantu
hingga terselesainya skripsi ini
11. Sayang Ku M. Shaunan Fahmi tercinta yang selalu memberikan semangat,
dukungan dan kasih sayang kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan moral dan material hingga selesainya proses belajar
13. Pergerakan M ahasiswa Islam Indonesia Salatiga yang telah memberikan
banyak pelajaran tentang berorganisasi
HALAMAN JUDUL... i
DEKLARASI... ii
HALAM AN NOTA PEMBIM BING... iii
HALAM AN PEN GESA H A N ... iv
HALAMAN M O T TO ... v
HALAM AN PERSEM BAHAN... vi
HALAM AN KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR I S I ... ... x
DAFTAR TABEL... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang M asalah... 1
B. Rumusan M asalah... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 6
E. Penjelasan Istilah ... 6
F. Metode Penelitian... 7
G. Sistematika P enulisan... 12
B A B U KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Kesiapan Guru Dalam Pelaksanaan K TSP... 13
L Pemahaman Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan
2. Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Kurikulum
Tingkat SatuanPendidikan (K TSP)... 14
3. Kesiapan Guru Dalam Melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (K TSP)... 18
B. Kajian Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 20
1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 20
2. Sejarah Perkembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 24
3. Komponen-komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 25
4. Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 31
5. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 34
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... 41
B. Gambaran Umum M adrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga... 48
C. Pemahaman guru terhadap K T S P... 66
D. Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan K T S P ... 70
E. Kesiapan Guru Dalam Pelaksanaan K T S P ... 73
BAB V KESIMPULAN SARAN-SARAN PENUTUP
A. Kesimpulan... 89
B. S aran ... 90
C. Penutup... 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Tabel 3.1 : Distribusi Penduduk M enurut Umur Dan Jenis K elam in... 46
Tabel 3.2 : Distribusi Penduduk M enurut Mata Pencaharian... 47
Tabel 3.3 : Nilai Pendapatan Per Kapita di Kota Salatiga... 48
Tabel 3.4 : Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 49
Tabel 3.5 : Siswa Madrasah Tahun Pelajaran 2007/2008... 68
A. L atar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum merupakan kunci dalam suatu proses pendidikan, yang
sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu pendidikan. Kurikulum juga
harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, tanpa kurikulum yang
sesuai dan tepat akan sulit sekali untuk mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan yang diinginkan, maka tidak mengherankan apabila kurikulum
selalu dirombak dan ditinjau kembali agar sesuai dengan kebutuhan zaman
yang menuntut pengetahuan lebih.
Seiring dengan kemajuan zaman, menuntut manusia untuk selalu
mengembangkan diri dalam berbagai bidang melalui pendidikan manusia
dapat mengembangkan sebagian besar potensi atau kemampuan yang ada pada
diri manusia. Oleh karena itu, pendidikan mempunyai peran yang sangat besar
untuk mewujudkan manusia yang berkualitas, kreatif, mandiri, memiliki
akhlaq dan moral yang baik, menguasai tekhnologi, berintelektual tinggi, serta
mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi. Dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tujuan
pendidikan, yaitu:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudKan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”1
Kelahiran UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
ini merupakan awal reformasi di bidang pendidikan yang demokratisasi
utamanya ditandai dengan peran serta masyarakat yang diharapkan semakin
besar, serta perubahan etika birokrasi yang semula terpusat menjadi otonomi
daerah2. Tanda demokratisasi inilah yang menjadi salah satu pemicu
perubahan sistem kurikulum dalam peijalanannya.
Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan
perubahan dan perbaikan kurikulum yang tujuannya sudah tentu untuk
menyesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan zaman, dan merupakan
konsekuensi logis dari teijadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,
ekonomi, dan IPTEK dalam masyarakat berbangsa dan bernegara, kurikulum
sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis
sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu
Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan
pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya guna mencapai hasil
yang maksimal. Dalam peijalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum
pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947,1952,
1 Anwar Ari fin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas,
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2003.
1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan terakhir 2006 atau yang lebih
dikenal dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).3
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan, penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan
memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar
yang dikembangkan BSNP.4
Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan kurikulum
berbasis kompetensi sebelumnya (versi 2002 dan 2004), bahwa sekolah diberi
kewenangan penuh menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada
standar-standar yang telah ditetapkan, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur
dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan, hingga
pengembangan silabusnya5. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan
pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan
bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu: menekankan pada
ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal,
berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman,
penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi,sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
3 R. B ambang A. Soekisno, Bagaimana Perjalanan Kurikulum Nasaonal (pada pendidikan dasar dan menengah), http://rbarvans.wordpress.com/. 2007,
4 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007.
lainnya yang memenuhi unsur edukatif, penilaian menekankan pada proses
dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi”
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini sangat menuntut
kesiapan guru dan sekolah dalam menghadapinya. Karena sebaik apapun
sebuah kurikulum, jika tidak didukung oleh kesiapan guru dan sekolah tidak
akan mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan awal. Lingkup hasil
studi pendahuluan tentang keadaan pelaksanaan KTSP, menunjukkan bahwa
semua guru MI dan SD telah mendapatkan sosialisasi tentang pelaksanaan
operasional KTSP tingkat Kecamatan dan dilanjutkan dengan forum kecil
KKG yang membahas tentang operasional dalam kelas.
Kegiatan-kegiatan ini merupakan usaha sosialisasi program KTSP
yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dengan kurikulum saat ini
seperti sekolah, dinas pendidikan, Depag dan sebagainya dalam usahanya
mengimplementasikan kurikulum agar program kurikulum terbaru ini dapat
berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang maksimal. Tapi apakah dengan
sosialisasi- sosialisasi kecil ini para guru sudah siap menghadapi pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini dengan baik, karena tidak
sedikit pula guru yang merasa kesulitan dengan keadaan kurikulum saat ini
karena guru belum terbiasa mengembangkan standar kompetensi dan
kompetesi dasar dari pusat menjadi silabus dan RPP. Akan tetapi adapula sisi
baiknya karena guru dapat lebih fleksibel dan bisa mengadopsi kepentingan
lokal, sebab dengan kurikulum sebelumnya yang berpusat dan seragam 6
seluruh Nasional, didapati ada daerah-daerah yang tidak sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian yang berjudul “KESIAPAN GURU DALAM PELAKSANAAN
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI MADRASAH
IBTIDAIYAH SE-KOTA SALATIGA)”.
B. Rumusan M asalah
1. Bagaimanakah pemahaman guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidian (KTSP)?
2. Apakah kendala yang dihadapi dalam melaksanakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dan bagaimana cara menghadapi kendala
tersebut ?
3. Bagaimanakah kesiapan guru dalam melaksanakan Kurikulum Tingkat
Satuaan Pendidikan (KTSP) ?
C. Tujuan penelitian
Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pemahaman guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
2. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan
pendidikan
D. M anfaat Penelitian
L Dapat memberi masukan kepada tenaga pendidik dan sekolah dalam
rangka meningatan kualitas pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
2. Dapat memberikan motivasi kepada tenaga pendidik untuk memberikan
yang terbaik kepada peserta didik, karena pada dasarnya salah satu
penentu keberhasilan penyempurnaan kurikulum adalah pendidik itu
sendiri
3. Dapat memberi masukan kepada stakeholder pendidikan bahwa
keberhasilan pelaksanaan pendidikan tergantung pada partisipasi semua
stakeholder dalam ikut serta mengatasi kendala yang dihadapi
E. Penjelasan Istilah
1. Kesiapan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kesiapan merupakan kata benda
dari kata keija “siap” yang berarti kesediaan.
Kesiapan dalam hal ini maksudnya adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan perangkat yang harus disediakan dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar.
2. Guru
Orang yang pekeijaan (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.
Sebagai pendidik formal disekolah sebenarya menjadi seorang guru
tugas, peranan dan tanggung jawab tinggi dangan berbagai persyaratan
yang meliputi fisik, psychis, mental, moral, dan intelektual.
3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis penelitian
Untuk mendapatkan pemahaman yang menyeluruh tentang
permasalahan yang dikaji, maka dalam penelitian ini penulis
menggunakan pendekatan kualitatif, Menurut Soedarsa (1998:4) penelitian
kualitatif adalah penelitian yang informasi atau data yang dikumpulkan
tidak berwujud angka-angka dan analisisnya berdasarkan prinsip logika,
adapun asumsi dari metode ini karena pendekatan kualitatif mempunyai
kemampuan mengungkap data yang tersirat dan terselubung dengan
memahami kerangka acuan dari pelaku perbuatan itu sendiri. Adapun jenis
penelitian yang digunakan penulis disini adalah jenis penelitian deskriptif,
yakni penelitian yang berusaha menuturkan pemecahan masalah yang ada
sekarang berdasarkan data-data dengan meyajikan data tersebut untuk
dianalisis dan diinterprestasikan.untuk menggambarkan situasi dan
kejadian atau peristiwa, penelitian deskriptif ini juga berusaha
memberikan gambaran dengan sistematis, cermat dari fakta-fakta yang
Menurut Suharsismi Arikunto (1999: 291) penelitian deskriptif
kualitatif tidak menguji hipotesis melainkan menyajikan data melalui
ungkapan verbal yang dapat menggambarkan sebagaimana kondisi yang
sebenarnya.7 Penelitian deskriptif menitikberatkan pada observasi dan
suasana alamiah (naturalistic setting). Peneliti dalam hal ini bertindak
sebagai pengamat yang hanya membuat kategori perilaku, mengamati
gejala dan mencatat dalam buku, serta menggunakan metode penelitian
yang bersifat studi kasus, yakni mempelajari secara intensif tentang latar
belakang keadaan sekarang, dan interaksi sosial, individu, kelompok,
lembaga atau masyarakat.
2. Lokasi Penelitian
Dalam hal ini penulis memilih Madrasah Ibtidaiyah sebagai obyek
lokasi penelitian yang sebagian besar statusnya adalah swasta dan jarang
memiliki status negeri seperti Sekolah Dasar (SD) yang lebih banyak
ditemukan berlokasi pada tempat yang strategis dengan status negerinya
beserta sarana prasarana yang lengkap.
Alasan mendasar yang lain adalah karena lembaga Islam tingkat
dasar (Madrasah) akhir-akhir ini dihadapkan pada soal kualitas, kurangnya
tenaga guru, minimnya sarana prasarana, sedikitnya murid, rendahnya etos
keija pendidik serta berdampak pada rendahnya partisipasi masyarakat dan
muaranya adalah pada semakin rendahnya mutu pendidikan di Madrasah.
Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kota Salatiga baik negeri maupun
swasta berjumlah 12 sekolah, adapun sekolah-sekolah yang dipilih sebagai
lokasi penelitian adalah Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Kauman Kidul,
Madrasah Ibtidaiyah Asas Islam Kalibening, Madrasah Ibtidaiyah
Islamiyah Kutowinangun, Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran
3. Subyek penelitian
Dalam konteks operasionalisasi Perm en No. 24 tahun 2006, guru
dituntut professional, yaitu mampu :
1) Menguasai kurikulum,
2) Menguasai semua materi pembelajaran,
3) Terampil menggunakan metode dan model pembelajaran,
4) Pengelolaan pembelajaran di kelas
5) Memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya,
6) Memiliki kedisiplinan dalam arti yang seluas-luasnya.
Dalam hal ini penulis menetapkan guru kelas 4-6 Madrasah
Ibtidaiyah sebagai subyek penelitian. Penentuan subyek penelitian
dilakukan secara
purposif
kepada pilihan sekolah daninforman
guru yangmengajar di kelas 4-6 Madrasah Ibtidaiyah.
4. T ek n ik pengum pulan d a ta
Dalam penelitian hal ini peneliti menggunakan teknik wawancara
a. Wawancara
M enurut Sutrisno Hadi, menyatakan wawancara adalah proses
tanya jawab, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara
fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan
dengan telinga sendiri suaranya.
Teknik wawancara ini penulis gunakan untuk mendapatkan
penjelasan dan informasi data dari para subyek penelitian atau
responden mengenai keadaan pelaksanaan kurikulum saat ini.
b. Dokumentasi
M enurut Sukandar Rumidi, dokumentasi digunakan untuk
mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan buku, surat kabar,
notulen, agenda dan sebagainya.
Dalam hal ini teknik dokumentasi digunakan untuk
mendapatkan data tentang silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang sedang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran saat
ini dan data guru Madrasah Ibtidaiyah se-kota Salatiga pada tahun
2007-2008
5. Analisis d ata
Lexy J. Moleong dalam bukunya yang berjudul "Metode Penelitian
K ualitatif' disebutkan analisis data adalah proses mengorganisasikan dan 8
mengurutkan data kedalam pola kategori dan susunan uraian dasar,
sehingga dapat menentukan hipotesis keija yang disarankan oleh data.9
Dalam analisis data ada beberapa tekhnik yang dilakukan secara
bertahap. Secara prosedural data yang diperoleh dengan mengoptimalkan
metode penelitian yang digunakan, yang kemudian direduksi, disajikan,
disimpulkan, dan diverifikasikan.
a. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.10
Hasil dari reduksi data tersebut kemudian diverbalkan dan
dipilah-pilah menurut kategori datanya.
b. Penyajian data
Dalam tahap ini peneliti menyajikan data yang telah direduksi
dengan rapi dan runtut sehingga peneliti mampu melakukan tindakan
lanjut untuk analisa data
c. Menarik kesimpulan dan verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan tahap terakhir setelah
reduksi dan data disajikan dan kesimpulan yang masih meragukan
akan diverifikasi dengan data-data baru sehingga sampai pada
keyakinan tingkat validitas yang memadai
9 Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998, Hal. 108.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, maka disusun
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, penjelasan
istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika penelitian
BAB II Kajian Pustaka
Kajian pustaka disini menguraikan tentang pengertian guru, indikator
guru yang profesional, esensi perubahan kurikulum, prinsip-prinsip
pengembangan KTSP
BAB III Laporan Hasil Penelitian
Laporan hasil penelitian menguraikan tentang gambaran umum
guru-guru MI se- kota Salatiga, masalah-masalah yang dihadapi oleh
guru, sarana pendukung dan stake holder dalam menghadapi
perubahan kurikulum
BAB IV Analisis Data
Analisis data berisi penyajian dan analisis data hasil penelitian
berdasarkan tujuan penelitian
BAB V Penutup
Dalam bab ini penulis menyampaikan tentang beberapa kesimpulan
dan beberapa saran, serta pada akhir penulisan ini dilengkapi dengan
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Kesiapan G uru Dalam Pelaksanaan KTSP
1. Pemahaman guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Pemahaman berasal dari kata dasar “paham” yang dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia berarti pengertian; mengerti benar; tahu benar.
Sedangkan Istilah “guru” sering pula disebut dengan pendidik, dalam
pengertian yang sederhana guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional
ditegaskan bahwa:
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”
Guru adalah tenaga pendidik yang memiliki tugas utama mengajar,
dalam arti mengembangkan ranah cipta, rasa dan karsa siswa sebagai
implementasi konsep ideal mendidik. Karakteristik kepribadian guru
meliputi: fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Guru
diharapkan mampu berkompetisi dan bekerja secara profesional.
Kompetensi guru adalah kemampuan dan kewenangan guru dalam
melaksanakan profesi, sedangkan profesionalisme berarti kualitas dan
perilaku khusus yang menjadi ciri khas guru profesional.
Guru diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dalam mengajar
dan juga lebih dewasa dalam bersikap dan berpikir, sehingga mempunyai
daya kompetensi dan psikilogis yang stabil.'
2. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih menekankan
pada kompetensi (competency-based curriculum) dengan
mempertimbangkan lebih banyak pada aspek afektif dan psikomotor, di
samping kognitif. Setelah dilakukan sosialisasi dan pelatihan guru,
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan telah mulai diterapkan secara
bertahap di sekolah-sekolah yang sudah siap melaksanakan KTSP mulai
tahun ajaran 2006/2007 di seluruh Indonesia. Bagi sekolah-sekolah yang
belum siap, dapat mulai melaksanakan KTSP paling lambat tahun ajaran
2009/2010. Namun demikian, sebagian besar guru menyatakan bahwa
mereka masih mengalami kendala untuk mengimplementasikan KTSP
serta melakukan penilaian yang dikenal dengan istilah portofolio
assessment yang lebih menekankan pada proses dan mengembangkan
lebih banyak pada aspek afektif dan psikomotor. Sekolah banyak
menemukan kendala dalam pelaksanaan KTSP, diantaranya adalah
kesulitan dalam penyusunan, kendala mengenai sumber daya di sekolah,
dan kendala alokasi dana khusus dalam penyusunan kurikulum ini.
a. Kesulitan dalam penyusunan KTSP
Penyusunan KTSP merupakan bagian perencanaan sekolah
atau madrasah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat keija atau loka
karya sekolah atau madrasah yang diselenggarakan dalam jangka
waktu sebelum tahun ajaran baru yang meliputi ; penyiapan dan
penyusunan draft, review dan revisi serta finalisasi, pemantapan dan
penilaian.
Kegiatan penyusunan KTSP ini sekolah masih menemukan
beberapa kendala, berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya
yang berpusat pada pemerintah pusat. Model penyusunan ini
merupakan hal yang baru dimana sebuah sekolah berdasarkan tingkat
satuan pendidikan dan komite sekolah mendapatkan otonomi untuk
menyusun dan mengembangkan kurikulum dan silabus sendiri,
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi
lulusan.
b. Kendala mengenai sumber daya di sekolah
Dalam pengembangan KTSP, desain kurikulum yang meliputi
sasaran atau tujuan kurikulum, materi atau isi kurikulum, model
pembelajaran dan penilaian hasil belajar disesuaikan dengan
kebutuhan, tantangan, karakteristik, dan tahap perkembangan sekolah
dan masyarakat dimana sekolah berada. Kurikulum menjadi lebih
bermakna, karena bertolak dari situasi dan kondisi setempat dan
setempat. Pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan akan
menghasilkan desain kurikulum yang beragam, akan tetapi lebih
mudah dipahami, dikuasai dan dilaksanakan oleh guru sebab mereka
sendiri yang mengembangkan, minimal ikut serta dalam
pengembangan.
Pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan selain
memiliki beberapa kebaikan atau kelebihan dan juga beberapa
kelemahan dan kekurangan. Kebaikan atau kelebihan kurikulum
tersebut, adalah:
1) Kurikulum sesuai dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, dan
perkembangan satuan pendidikan dan masyarakat setempat,
sehingga satuan pendidikan secara langsung atau tidak langsung
dapat membantu perkembangan masyarakat;
2) Lebih mudah dilaksanakan karena desain kurikulum disusun oleh
guru-guru sendiri dengan mempertimbangkan faktor-faktor
pendukung pelaksanaan yang ada di sekolah dan masyarakat
sekitar.
Pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan juga
memiliki beberapa kelemahan dan kekurangan, yakni:
1) Tidak semua guru memiliki keahlian atau kecakapan dalam
pengembangan kurikulum, tidak semua satuan pendidikan
memiliki guru atau orang yang ahli dan cakap dalam
2) Kurikulum dapat bersifat lokal, sehingga kelulusan kurang
memiliki kemampuan atau daya saing secara nasional;
3) Desain kurikulum sangat beragam, dapat menimbulkan kesulitan
dalam pengawasan dan evaluasi kurikulum serta evaluasi hasil
belajar secara nasional;
4) Kepindahan peserta didik dari satu sekolah atau daerah ke sekolah
atau daerah lain dapat menimbulkan kesulitan,
c. Kendala alokasi dana dalam penyusunan KTSP
Untuk meningkatkan kualitas sekolah atau madrasah agar
proses dan penyelenggaraan pendidikan memenuhi harapan para
stakeholder, maka membutuhkan pengelolaan biaya yang professional
dalam penggalian sumber dana maupun pendistribusian dana. Untuk
itu sekolah harus memenuhi standar pembiayaan minimal.
Pembiayaan yang terdiri atas biaya infestasi, biaya operasi dan
biaya personal. Biaya infestasi meliputi biaya penyediaan sarana dan
prasarana, pengembangan sumber daya manusia dan modal keija
tetap. Adapun biaya personal mencakup biaya yang dikeluarkan oleh
peserta didik untuk bisa mengikuti kegiatan pembelajaran secara
teratur dan berkelanjutan. Standar biaya sekolah atau madrasah
ditetapkan dengan peraturan menteri berdasarkan usulan BSNP. Biaya
operasi sekolah atau madrasah, mencakup:
1) Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
2) Bahan atau alat pendidikan habis pakai
3) Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, komunikasi, pajak, asuransi dan lain-lain.
3. Kesiapan guru dalam melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
Pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan, guru dituntut
mempunyai kesiapan secara personal dan kesiapan terhadap perubahan
lingkungan sekitar. Termasuk pula mengenai kesiapan guru menghadapi
kendala dalam penyusunan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dituntut
untuk merencanakan kurikulum sendiri, guru sebagai salah satu pihak
pelaksana kurikulum juga dituntut untuk bisa menyiapkan program
pengajaran kelas. Berkaitan dengan hal ini, guru harus bisa menciptakan
suasana pembelajaran aktifi siswa berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Untuk itu harus dituntut kreatifitas untuk bisa menyajikan
materi yang merangsang kreatifitas siswa. Selain itu, pelaksanaan
kurikulum ini siswa juga dituntut berperan aktif dalam proses
Namun dalam pelaksanaan kurikulum ini, masih banyak kendala
yang dialami karena pemberlakuan kurikulum tingkat satuan pendidikan
secara otomatis guru harus mengetahui semua perangkat KTSP dan
mengetahui bagaimana pelaksanaan. Ada beberapa hal yang menjadi
kendala bagi guru, adalah:
a. Guru-guru masih kekurangan informasi dan juga stimulus mengenai
pengembangan kurikulum berbasis sekolah.
b. Masih banyak guru-guru yang berpersepsi sebagai penerima-pasif
pengambilan keputusan kurikulum.
c. Persoalan keahlian pengembangan kurikulum warga sekolah, dimana
masih banyak guru yang masih kurang pengetahuan dan pengalaman
tentang pengembangan kurikulum.
d. Para guru masih kesulitan untuk mendapatkan materi sebagai bahan
ajar.
Beberapa kendala di atas disebabkan oleh informasi yang
dibutuhkan guru mengenai perolehan materi untuk bahan ajar dan juga
informasi megenai pelaksanaan secara teknis kurikulum ini masih kurang.
Untuk mengatasi hal ini perlu adanya komunikasi antara guru dengan
pihak yang sudah mengetahui banyak tentang pelaksanaan KTSP. Selain
itu, yang menjadi kendala bagi siswa adalah siswa membutuhkan sumber
yang bisa memberikan banyak informasi. Sedangkan informasi yang
disediakan sekolah lewat buku-buku perpustakaan dirasakan masih sangat
B. Kajian Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Istilah “kurikulum” memiliki banyak sekali tafsiran bermacam-
macam yang dikemukakan oleh para pakar pengembangan kurikulum.
Istilah “kurikulum” berasal dari bahasa Latin yaitu “curriculae”, artinya
jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu pengertian
kurikulum adalah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh
siswa yang bertujuan memperoleh ijasah. Dengan kata lain, kurikulum
dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir
dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan ijasah tertentu.2
Kurikulum merupakan sesuatu yang direncanakan sebagai
pegangan guna mencapai tujuan pendidikan, apa yang direncanakan
bersifat idea, suatu cita-cita tentang manusia atau warga negara yang akan
dibentuk.3
Abdul Qadir Yusuf dalam kitabnya At-Tarbiyyah Wal M ujtam i’
mendefinisikan kurikulum sebagai berikut:
A
uij
A
a
II
jLijI CLtiu (JliLVl
“Kurikulum adalah sejumlah pengalaman dan uji coba dalam proses belajar mengajar siswa dibawah bimbingan lembaga (sekolah)
Dari beberapa definisi kurikulum yang telah disebutkan di atas
dapat disimpulkan, bahwa kurikulum merupakan pengalaman peserta
2 Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007; Hal. 77
didik, baik di sekolah maupun luar sekolah. Kurikulum tidak hanya
terbatas pada mata pelajaran, tapi segala sesuatu yang dapat
mempengaruhi peserta didik, dan bisa menentukan arah dan antisipasi
yang akan teijadi. Dengan kata lain kurikulum harus menunjukkan kepada
apa kebenaran yang harus dipelajari oleh peserta didik.4
Pasal 1 ayat 15 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, berbunyi:
"Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan".
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan minimal terdiri dari tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan merupakan kurikulum yang dikembangkan
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah, daerah, karakteristik
sekolah atau daerah, sosial budaya masyarakat setempat, karakteristik
peserta didik.5 Kunandar, mengemukakan bahwa KTSP adalah operasional
yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
Lebih lanjut beliau menambahkan, KTSP adalah kurikulum yang
merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga dapat
meningkatkan potensi siswa secara utuh.6
4 Khaeruddin dan Mahfud Junaedi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Konsep dan Implementasinya di Madrasah, Nuansa Aksara, Jogjakarta, 2007, him. 27
5 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, him. 8
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mempunyai kelebihan dan
kekurangan serta persamaan dan perbedaan dengan kurikulum-kurikulum
sebelumnya, diantaranya:
a. Kelebihan
1) Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan.
2) Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen
sekolah untuk semakin meningkatkan kreatifitas dalam
penyelenggaraan program-program pendidikan.
3) KTSP memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan
dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang aspektabel bagi
kebutuhan siswa.
4) KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan
memberatkan kurang lebih 20%.
5) KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-
sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan.
b. Kekurangan
1) SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada
kebanyakan satuan pendidikan yang ada masih kurang.
2) Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai
3) Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara
komprehensif baik konsep, penyusunan maupun praktek di
lapangan.
4) Penerapan KTSP merekomendasikan pengurangan jam pelajaran
akan berdampak pada pendapatan guru berkurang.
Perbedaan dan Persamaan KTSP dengan kurikulum sebelumnya:
a. Perbedaan KTSP dengan kurikulum sebelumnya adalah
No.
; KTSP Kurikulum Sebelumnya
1. Dibuat oleh sekolah Dibuat oleh pusat
2. Berbasis kompetensi Berbasis kontens
3. Siswa aktif Guru aktif
A Berdasar Standar Belum ada Standar
4.
f Nasional Nasional
b. Perbedaan KTSP dengan KBK ( kurikulum 2004)
KBK KTSP
Kurang operasional Lebih operasional
Guru cenderung tidak kreatif Guru lebih kreatif
Guru menjabarkan kurikulum
yang dibuat Depdiknas
Guru membuat kurikulum
sendiri
Sekolah kurang diberi
kewenangan untuk
mengembangkan kurikulum
Sekolah diberi keleluasaan untuk
K B K K T S P
Kurang relevan dengan otonomo
daerah
Lebih relevan
c. Persamaan KTSP dengan KBK
1) Menekankan pada aspek kompetensi yang harus dimiliki oleh
siswa.
2) Merupakan kurikulum yang bersifat otonomi daerah di mana setiap
daerah diberikan kesempatan yang luas untuk mengembangkan.
3) Adanya persamaan dalam rancangan pembelajaran berupa adanya
standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pencapaian.
4) Adanya sistem evaluasi dalam penentuan hasil belajar sisiwa.
5) Adanya kebebasan dalam pengembangan yang dilakukan oleh guru
walaupun di KTSP guru diberikan kebebasan yang lebih.
6) Berorientasi pada prinsip pendidikan sepanjang hayat.
7) Memerlukan sarana dan prasarana yang memadai.7
2. Sejarah perkembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan
Dalam peijalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994, dan direncanakan pada tahun 2004. Perubahan
tersebut merupakan konsekuensi logis dari perubahan sistem politik, sosial
budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
25
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang
teijadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan
landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaan pada
penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikan.
3. Komponen-komponen kurikulum tingkat satuan pendidikan
a. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dirumuskan
mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruan. 7
b. Acuan operasional penyusunan ktsp
Kurikulum tingkat satuan pendidikan disusun dengan
memperhatikan:
1) Peningkatan iman dan takwa;
2) Peningkatan akhlak mulia;
3) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik;
4) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan;
5) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
6) Tuntutan dunia kerja;
7) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
8) Agama;
9) Dinamika perkembangan global;
10) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan;
11) Kondisi sosial budaya masyarakat setempat, dan
12) Karakteristik satuan pendidikan.
c. Struktur dan muatan KTSP
Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
memperhatikan kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Mendasarkan pada Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kelompok mata
pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan
pembelajaran. Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan meliputi
sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalaman merupakan
beban belajar peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu
materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke
dalam isi kurikulum.
1) Mata pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat
satuan pendidikan tertera pada struktur kurikulum yang tercantum
dalam standar isi.
2) Muatan lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang sesuai dengan ciri khas dan
potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materi tidak
dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi
muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
3) Kegiatan pengembangan diri
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang
harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat
setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor,
guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan
melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan
masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan
pengembangan karir peserta didik.
Khusus untuk SMK/MAK pengembangan diri terutama
ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karir.
Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus menekankan
pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan
kebutuhan khusus peserta didik
4) Pengaturan beban belajar
Untuk mengetahui keberhasilan pendidikan maka hendaknya
mengetahui indikator-indikator yang berkaitan pengaturan beban
belajar, antara lain :
a) Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan
pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB baik kategori
standar maupun mandiri, dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK
kategori standar.
Beban belajar dalam sistem satuan kredit semester (SKS) dapat
digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri dan oleh
Beban belajar dalam sistem satuan kredit semester (SKS)
digunakan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori
mandiri.
b) Jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket
dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum.
Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum 4
(empat) jam pelajaran per minggu secara keseluruhan.
Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan
kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
c) Alokasi untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur dalam sistem paket untuk SD/ MI/ SDLB 0% - 40%,
SMP/ MTs/ SMPLB 0% - 50% dan S MA/ MA/ SMALB/
SMK/ MAK 0% - 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata
pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu
tersebut mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam
mencapai kompetensi.
d) Alokasi untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah
setara dengan 1 jam tatap muka, 4 jam praktik di luar sekolah
setara dengan 1 jam tatap muka.
e) Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan sistem SKS
Satu SKS pada SMK/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka,
20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur. Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45
menit tata muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur.
5) Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan
Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan mengacu kepada
Standar Penilaian yang dikembangkan oleh BNSP.
6) Pendidikan kecakapan hidup
Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/ SMALB, SMK/SMAK dapat memasukkan pendidikan
kecakapan hidup yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan
sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional.
Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian dari
pendidikan semua mata pelajaran. Pendidikan kecakapan hidup
dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang
bersangkutan dan atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau
nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.
7) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
a) Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat
memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
b) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat
c) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat
diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang
bersangkutan dan atau dari satuan pendidikan formal lain
dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.
8) Kalender pendidikan
Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai
dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta
didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan
sebagaimana tercantum dalam Standar Isi.
4. Prinsip pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang pendidikan dasar
dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah yang
berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan
penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BNSP, dengan memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut:8
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik
dan lingkungan
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensi agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan potensi, perkembangan,
kebutuhan dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat,
serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi
komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan
diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
berkesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan
seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kasadaran bahwa ilmu
pengetahuan, tekhnologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh
karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk
mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu
pengetahuan, tekhnologi dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan memangku
kepentingan {stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan
dengan kebutuhan pendidikan, termasuk dalam kehidupan
pengembangan ketrampilan pribadi, ketrampilan berpikir, ketrampilan
sosial, ketrampilan akademik, dan ketrampilan vokasional merupakan
keniscayaan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi, kompetensi,
bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pemberdayaan,
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, non
formal, dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan
lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional
dan kepentingan daerah untuk membangun kepentingan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah
harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto
Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
5. Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan
Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan
pembelajaran perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien
sehingga memperoleh hasil maksimal.9 Implementasi KTSP dilaksanakan
dengan beberapa tahapan yakni penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi.
a. Penyusunan
Penyusunan KTSP merupakan bagian kegiatan dari perencanaan
sekolah atau madrasah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat keija atau
lokakarya sekolah yang dilaksanakan dalam jangka waktu sebelum
tahun ajaran baru. Tahap penyusunan KTSP secara garis besar
meliputi; penyiapan dan penyusunan draft, review dan revisi serta
fmalisasi, pemantapan dan penilaian. Langkah yang lebih rinci dari
masing-masing kegiatan diatur dan diselenggarakan oleh tim
penyusun.
b. Pelaksanaan
Berdasarkan panduan penyusunan KTSP, kegiatan pembelajaran
terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar yang menerapkan
sistem paket, beban belajar dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan
bahwa satu jam pelajaran tingkat SMA terdiri dari 45 menit tatap
muka untuk tugas terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur
memanfaatkan 0% - 60% dari waktu kegiatan tatap muka.10
1) Kegiatan tatap muka
Untuk sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan
tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik ekspositori
maupun discoveri inquiri. Metode yang digunakan seperti ceramah
interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok,
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen,
observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet,
tanya jawab, atau simulasi
Untuk sekolah yang menerapkan sistem SKS, kegiatan
tatap muka lebih disarankan dengan strategi ekspositori. Namun
demikian tidak menutup kemungkinan menggunakan strategi
dicoveri inquiri. Metode yang digunakan seperti ceramah
interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya jawab, atau demonstrasi.
2) Kegiatan tugas terstruktur
Sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas
terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun
dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP (Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu, pembelajaran
dilakukan dengan strategi discoveri inquiri. Metode yang
digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.
Bagi sekolah yang menerapkan sistem SKS, kegiatan tugas
terstruktur dirancang dan dicantumkan dalam jadwal pelajaran
meskipun alokasi waktunya lebih sedikit dibandingkan dengan
kegiatan tatap muka. Kegiatan tugas terstruktur merupakan
kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar
peserta didik, peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar.
Strategi yang disarankan adalah discovert inquiri dan tidak
disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan
seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif,
demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan
kajian pustaka atau internet, atau simulasi.
3) Kegiatan mandiri tidak terstruktur
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan
pembelajaran yang dirancang oleh guru, namun tidak dicantumkan
dalam jadwal pelajaran baik untuk sistem paket maupun sistem
SKS. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah diskoveri
inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi lingkungan,
atau proyek,
c. Evaluasi
Penilaian hasil belajar dalam KTSP dapat dilakukan dengan
penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan
1) Penilaian kelas
Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian,
ulangan umum dan ujian akhir. Ulangan harian dilakukan setiap
selesai proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu.
Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus
dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang
berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian
ini ditujukan untuk memperbaiki program pembelajaran, tetapi
tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan-tujuan lain,
misalnya sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai
bagi para peserta didik.
Ulangan umum dilaksanakan setiap akhir semester,
dengan bahan yang diujikan sebagai berikut:
a) Ulangan umum semester pertama soalnya diambil dari
materi semester pertama.
b) Ulangan umum semester kedua soalnya merupakan
gabungan dari materi semester pertama dan kedua, dengan
penekanan pada materi semester kedua.
Ulangan umum dilaksanakan secara bersama untuk
kelas-kelas paralel, dan pada umumnya dilakukan ulangan
umum bersama, baik tingkat rayon, kecamatan, kabupaten
untuk meningkatkan pemerataan mutu pendidikan dan untuk
menjaga keakuratan soal-soal yang diujikan.
Ujian akhir dilaksanakan pada akhir program
pendidikan. Bahan-bahan yang diujikan meliputi seluruh
kompetensi dasar yang telah diberikan, dengan penekanan pada
kompetensi dasar yang dibahas pada kelas-kelas tinggi. Hasil
evaluasi ujian akhir ini terutama digunakan untuk menetukan
kelulusan bagi setiap peserta didik, dan layak tidak untuk
melanjutkan pada tingkat di atas.
Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui
kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan
belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan proses
pembelajaran, dan penetuan kenaikan kelas.
2) Tes kemampuan dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan
dalam rangka memperbaiki program pembelajaran {program
remidial). Tes kemampuan dasar dilakukan pada setiap akhir
tahun kelas III.
3) Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran
diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan
belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Untuk
keperluan sertifikasi dan hasil belajar yang dicantumkan dalam
surat tanda tamat belajar tidak semata-mata didasarkan atas hasil
penilaian pada akhir jenjang sekolah.
4) Benchmarking.
Benchmarking merupakan suatu standar yang mengukur
kineija yang sedang beijalan, proses, dan hasil untuk mencapai
suatu keunggulan yang memuaskan. Ukuran keunggulan dapat
ditentukan di tingkat sekolah, daerah, atau nasional. Penilaian
dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga peserta didik
dapat mencapai satuan tahap keunggulan pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan usaha dan keuletan.
Untuk dapat memperoleh data dan informasi tentang
pencapaian benchmarking tertentu dapat diadakan penilaian
secara nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan.
Hasil penilaian tersebut dapat dipakai untuk melihat
keberhasilan kurikulum dan pendidikan secara keseluruhan, dan
dapat digunakan untuk memberikan peringkat kelas, tetapi tidak
untuk memberikan nilai akhir peserta didik. Hal ini
dimaksudkan sebagai salah satu dasar untuk pembinaan guru
5) Penilaian Program.
Penilaian program dilakukan oleh Departemen
Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan secara kontinu dan
berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk
mengetahui kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsi, dan tujuan
pendidikan nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan
perkembangan masyarakat, dan kemajuan zaman.11
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Letak Geografis Kota Salatiga
Kota Salatiga, Propinsi Jawa Tengah secara administrasi berada di
tengah-tengah wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang dan
terletak antara 110°.27I.56,81n - 110°.32I.4,64n BT dan 007°.17l -
007°.23I LS dan dibatasi beberapa desa yang semuanya adalah wilayah
Kabupaten Semarang. Batas-batas tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara.
1) Kecamatan Pabelan: Desa Pabelan, Desa Bejaten.
2) Kecamatan Tuntang: Desa Kesongo, Desa Watu Agung.
b. Sebelah Timur
1) Kecamatan Pabelan: Desa Ujung-ujung, Desa Sukoharjo, Desa
Glawan
2) Kecamatan Tengaran: Desa Bener, Desa Tegal Waton, Desa
Nyamat.
c. Sebalah Selatan
1) Kecamatan Getasan: Desa Somogawe, Desa Samirono, Desa Jetak.
2) Kecamatan Tengaran: Desa Patemon, Desa Karang Duren.
d. Sebelah Barat.
1) Kecamatan Tuntang: Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa
Gedongan.
2) Kecamatan Getasan: Desa Polobogo.
Pada awalnya wilayah administrasi Kota Salatiga hanya
memiliki satu kecamatan yaitu kecamatan perwakilan Kota Salatiga.
Setelah dilakukan pemekaran wilayah Kota Salatiga pada tahun 1993,
wilayah Kota Salatiga dibagi menjadi 4 (empat) kecamatan dan 22 (dua
puluh dua) Kelurahan, yaitu :
1) Kecamatan Sidomukti yang terdiri dari 4 (empat) kelurahan yaitu
Kelurahan Kecandran, Kelurahan Dukuh, Kelurahan Mangunsari,
dan Kelurahan Kalicacing.
2) Kecamatan Sidorejo yang terdiri dari 6 (enam) kelurahan, yaitu
Kelurahan Blotongan, Kelurahan Sidorejo Lor, Kelurahan Bugel,
Kelurahan Kauman Kidul, Kelurahan Salatiga dan Kelurahan
Pulutan.
3) Kecamatan Tingkir yang terdiri dari 6 (enam) kelurahan, yaitu
Kelurahan Kutowinangun, Kelurahan Gendongan, Kelurahan
Kalibening, Kelurahan Sidorejo Kidul dan Kelurahan Tingkir Lor,
Kelurahan Tingkir Tengah.
4) Kecamatan Argomulyo yang terdiri dari 6 (enam) kelurahan, yaitu
Noborejo, Ledok, Tegalrejo, Kumpulrejo, Randuacir dan
Secara administratif Kota Salatiga mempunyai luas 5678,119
Ha terdiri dari 817,721 Ha tanah sawah, 4664,646 Ha tanah kering dan
195,743 Ha tanah lain. Jumlah curah hujan selama tahun 2008 tercatat
3.021 Mm dengan jumlah hari hujan 133 hari. Salatiga merupakan
daerah topografi bergelombang antara lain sebagai berikut:
1) Daerah bergelombang lebih kurang 60% terdiri dari: kelurahan
Dukuh, Ledok, Kutowinangun, Salatiga, Sidorejo Lor dan
Gedongan.
2) Daerah miring lebih kurang 25% terdiri dari: Kelurahan Tegalrejo,
Mangunsari dan Sidorejo Lor.
3) Daerah datar lebih kurang 10% terdiri dari: Kelurahan Kalicacing.
2. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk di Kota Salatiga pada tahun 2008 adalah 144.639
jiwa dengan laju pertumbuhan 0,11% bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya dan tingkat kepadatan penduduk 2.547 jiwa/km2. Dilihat dari
rasio jenis kelamin yang tercatat 94 atau lebih kecil dari 100 dapat
diketahui bahwa penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk
laki-laki. Jumlah rumah tangga tahun 2008 ada 30,2 ribu sedikit meningkat
bila dibandingkan tahun 1998 yang beijumlah 3,01 ribu.
Dari 144,639 orang penduduk, 111.915 orang atau 77,38%
diantaranya adalah dewasa dan 32,724 atau 22,62% adalah anak-anak, bila
dilihat dari status kewarganegaraan hanya 0,19% merupakan warga negara