• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIAPAN GURU DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI MADRASAH IBTIDAIYAH SE KOTA SALATIGA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KESIAPAN GURU DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI MADRASAH IBTIDAIYAH SE KOTA SALATIGA SKRIPSI"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI MADRASAH

IBTIDAIYAH SE KOTA SALATIGA

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban Dan Melengkapi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah

ATINA AMALIA SIIULIIA

NIM: 111 04 013

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)

W ebsite : www.stainsalatiaa.ac.id E -m a il: administrasi@stainsalatiga.ac.id

DEKLARASI

\

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah

diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang

lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup

mempertanggung jaw abkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang

munaqosah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

(3)

W ebsite : www.stainsalatiga.ac.id E -m a il: administrasi@stainsalatiga.ac.id

Saudari ATINA A M A LIA SHULHA

Kepada

Yth. Ketua STAIN Salatiga

di Salatiga

A ssalam u'alaikunu Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka

bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi sau d a ri:

Nama : A TIN A A M A LIA SH U LH A

NIM

: 111 04 013

Jurusan / Progdi : T a rb iy ah / Pendidikan A gam a Islam

Judul : K ESIA PA N GURU DALAM PELAKSANAAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

(KTSP) DI MADRASAH IBTIDAIYAH SE-KOTA

SALATIGA

Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera

dimunaqosyahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

W assalam u'alaikum , wr, wb

Salatiga, 30 M aret 2009

Pembimbing

->Q

N I P . 130299493

(4)

Website : www.stainsalatiga.ac.id E -m a il: administrasi@stainsalatiga.ac.id

P E N G E S A H A N

Skripsi Saudari : A TINA A M A LIA SH U LH A dengan Nomor Induk Mahasiswa

: 111 04 013 yang berjudul : "K ESIA PA N GU RU DALAM PELAKSANAAN

K U R IK U LU M T IN G K A T SATUAN PEN D ID IK A N D I M ADRASAH

IB TID A IY A H SE-K O TA SA L A T IG A ", Telah dimunaqasahkan dalam sidang

panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga

pada hari: Sabtu, 27 J u n i 2009 yang bertepatan dengan tanggal 04 R ajab 1430 H

dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar

Satjana dalam Ilmu Tarbiyah.

27 Juni 2009 M

Salatiga,

---04 Rajab 1430 H

Panitia Ujian

Suw ardi, S.Pd, M .Pd M . G u fro n , M.Ag

NIP. 19670121 199903 1 002 NIP. 19720814 200312 1 001

(5)

S em angat...

Jan g a n pern ah m enyerah...!!!!

B eru b ah lah u n tu k m aju

Sam pai su atu saat nanti kau kan genggam hari

(6)

S em an g at...

J a n g a n p ern ah m e n y e ra h ... !!!!

B eru b ah lah u n tu k m a ju

S am p ai su atu s a a t n a n ti k au k an genggam hari

^

IjSj

1

(7)

1. (Bapak, dan J4fm. Ibunda tercinta, terfasih,

tersayang

yang

selalu

membimbing,

mendo'akgn dan memberikan segalanya

baiki

m oral

maupun

sprituaC

bagi

kelancaran

studyku,

semoga

AkCah

senantiasa meridhoinya

2. K akak, (M as ZuCfa dan M bak, A na, M as

Z id n i dan A d ik k u

Itta q i

tersayang

senantiasa

memberikan

dorongan

dan

m otivasi

3. Keponakanku (aline, fa z a , si kembar Shovin

Hrvin) jangan pernah lelah berproses

u n tu k,ja d i y anH terbaik, dan menjadi anak,

yang shoCeh dan shoCehah

(8)

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan

junjungan nabi agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan

kebenaran dan keadilan.

Maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu

persyaratan guna mencapai Gelar Sarjana Program Studi Ilmu Agama Islam

STAIN Salatiga.

Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak yang telah turut membantu dan mendorong kelancaran

penyelesaian tulisan ini. Oleh karena itu, melalui ruang ini penulis menghaturkan

penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak,

khususnya :

1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Salatiga.

2. Jaka Siswanta, M.Pd selaku Dosen Pembimbing, yang senantiasa sabar

memberikan koreksi dan pengarahan hingga selesainya penulisan skripsi ini

sehingga penulis tidak akan melupakan masa-masa perjuangan yang cukup

(9)

masa akhir studi.

4. Para bapak ibu guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah membantu memberikan

data penelitian sehingga penulis dapat menyusun penelitan ini.

5. Bapak dan Aim. Ibunda tercinta, terkasih, tersayang yang selalu membimbing,

mendo’akan dan memberikan segalanya baik moral maupun spritual bagi

kelancaran studiku, semoga Allah senantiasa meridhoinya.

6. Kakak (Mas Zulfa dan M bak Ana, Mas Zidni dan A dikku Ittaqi tersayang

senantiasa memberikan dorongan dan motivasi

7. Keponakanku (Aline, Faza, si kembar Shovin & Ervin) jangan pernah lelah

berproses untuk jadi yang terbaik dan menjadi anak yang sholeh dan sholehah

8. Sahabat-sahabatku tercinta dan tersayang terutam a GANK YA YANK (Mbak

Yoh, M bak Pix, Jeng lir, Fatih legender, Azizah, Fuad) bersama kalian hari-

hari kita lalui.

9. Teman temanku KKN ( Cherry, Elok, Absor, Mas Say, Alie Demek)

10. Keluarga besar dot.com ( Pak Dhe Syam, Lek Aries) yang telah membantu

hingga terselesainya skripsi ini

11. Sayang Ku M. Shaunan Fahmi tercinta yang selalu memberikan semangat,

dukungan dan kasih sayang kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan moral dan material hingga selesainya proses belajar

13. Pergerakan M ahasiswa Islam Indonesia Salatiga yang telah memberikan

banyak pelajaran tentang berorganisasi

v iii

(10)

masa akhir studi.

4. Para bapak ibu guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah membantu memberikan

data penelitian sehingga penulis dapat menyusun penelitan ini.

5. Bapak dan Aim. Ibunda tercinta, terkasih, tersayang yang selalu membimbing,

mendo'akan dan memberikan segalanya baik moral maupun spritual bagi

kelancaran studiku, semoga Allah senantiasa meridhoinya.

6.

Kakak (Mas Zulfa dan M bak Ana, Mas Zidni dan A dikku Ittaqi tersayang

senantiasa memberikan dorongan dan motivasi

7. Keponakanku (Aline, Faza, si kembar Shovin & Ervin) jangan pem ah lelah

berproses untuk jadi yang terbaik dan menjadi anak yang sholeh dan sholehah

8. Sahabat-sahabatku tercinta dan tersayang terutama GANK Y A YANK (Mbak

Yoh, Mbak Pix, Jeng lir, Fatih legender, Azizah, Fuad) bersam a kalian hari-

hari kita lalui.

9. Teman temanku KKN ( Cherry, Elok, Absor, Mas Say, Alie Demek)

10. Keluarga besar dot.com ( Pak Dhe Syam, Lek Aries) yang telah membantu

hingga terselesainya skripsi ini

11. Sayang Ku M. Shaunan Fahmi tercinta yang selalu memberikan semangat,

dukungan dan kasih sayang kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan moral dan material hingga selesainya proses belajar

13. Pergerakan M ahasiswa Islam Indonesia Salatiga yang telah memberikan

banyak pelajaran tentang berorganisasi

(11)

HALAMAN JUDUL... i

DEKLARASI... ii

HALAM AN NOTA PEMBIM BING... iii

HALAM AN PEN GESA H A N ... iv

HALAMAN M O T TO ... v

HALAM AN PERSEM BAHAN... vi

HALAM AN KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR I S I ... ... x

DAFTAR TABEL... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang M asalah... 1

B. Rumusan M asalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Penjelasan Istilah ... 6

F. Metode Penelitian... 7

G. Sistematika P enulisan... 12

B A B U KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Kesiapan Guru Dalam Pelaksanaan K TSP... 13

L Pemahaman Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan

(12)

2. Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Kurikulum

Tingkat SatuanPendidikan (K TSP)... 14

3. Kesiapan Guru Dalam Melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (K TSP)... 18

B. Kajian Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 20

1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 20

2. Sejarah Perkembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 24

3. Komponen-komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 25

4. Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 31

5. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 34

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... 41

B. Gambaran Umum M adrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga... 48

C. Pemahaman guru terhadap K T S P... 66

D. Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan K T S P ... 70

E. Kesiapan Guru Dalam Pelaksanaan K T S P ... 73

(13)

BAB V KESIMPULAN SARAN-SARAN PENUTUP

A. Kesimpulan... 89

B. S aran ... 90

C. Penutup... 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(14)

Tabel 3.1 : Distribusi Penduduk M enurut Umur Dan Jenis K elam in... 46

Tabel 3.2 : Distribusi Penduduk M enurut Mata Pencaharian... 47

Tabel 3.3 : Nilai Pendapatan Per Kapita di Kota Salatiga... 48

Tabel 3.4 : Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 49

Tabel 3.5 : Siswa Madrasah Tahun Pelajaran 2007/2008... 68

(15)

A. L atar Belakang

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu. Kurikulum merupakan kunci dalam suatu proses pendidikan, yang

sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu pendidikan. Kurikulum juga

harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, tanpa kurikulum yang

sesuai dan tepat akan sulit sekali untuk mencapai tujuan dan sasaran

pendidikan yang diinginkan, maka tidak mengherankan apabila kurikulum

selalu dirombak dan ditinjau kembali agar sesuai dengan kebutuhan zaman

yang menuntut pengetahuan lebih.

Seiring dengan kemajuan zaman, menuntut manusia untuk selalu

mengembangkan diri dalam berbagai bidang melalui pendidikan manusia

dapat mengembangkan sebagian besar potensi atau kemampuan yang ada pada

diri manusia. Oleh karena itu, pendidikan mempunyai peran yang sangat besar

untuk mewujudkan manusia yang berkualitas, kreatif, mandiri, memiliki

akhlaq dan moral yang baik, menguasai tekhnologi, berintelektual tinggi, serta

mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi. Dalam Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tujuan

pendidikan, yaitu:

(16)

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudKan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”1

Kelahiran UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional

ini merupakan awal reformasi di bidang pendidikan yang demokratisasi

utamanya ditandai dengan peran serta masyarakat yang diharapkan semakin

besar, serta perubahan etika birokrasi yang semula terpusat menjadi otonomi

daerah2. Tanda demokratisasi inilah yang menjadi salah satu pemicu

perubahan sistem kurikulum dalam peijalanannya.

Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan

perubahan dan perbaikan kurikulum yang tujuannya sudah tentu untuk

menyesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan zaman, dan merupakan

konsekuensi logis dari teijadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,

ekonomi, dan IPTEK dalam masyarakat berbangsa dan bernegara, kurikulum

sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis

sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.

Kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu

Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan

pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya guna mencapai hasil

yang maksimal. Dalam peijalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum

pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947,1952,

1 Anwar Ari fin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas,

Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2003.

(17)

1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan terakhir 2006 atau yang lebih

dikenal dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).3

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum

operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan

pendidikan, penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan

memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar

yang dikembangkan BSNP.4

Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan kurikulum

berbasis kompetensi sebelumnya (versi 2002 dan 2004), bahwa sekolah diberi

kewenangan penuh menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada

standar-standar yang telah ditetapkan, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur

dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan, hingga

pengembangan silabusnya5. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan

pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan

bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu: menekankan pada

ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal,

berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman,

penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang

bervariasi,sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar

3 R. B ambang A. Soekisno, Bagaimana Perjalanan Kurikulum Nasaonal (pada pendidikan dasar dan menengah), http://rbarvans.wordpress.com/. 2007,

4 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007.

(18)

lainnya yang memenuhi unsur edukatif, penilaian menekankan pada proses

dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi”

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini sangat menuntut

kesiapan guru dan sekolah dalam menghadapinya. Karena sebaik apapun

sebuah kurikulum, jika tidak didukung oleh kesiapan guru dan sekolah tidak

akan mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan awal. Lingkup hasil

studi pendahuluan tentang keadaan pelaksanaan KTSP, menunjukkan bahwa

semua guru MI dan SD telah mendapatkan sosialisasi tentang pelaksanaan

operasional KTSP tingkat Kecamatan dan dilanjutkan dengan forum kecil

KKG yang membahas tentang operasional dalam kelas.

Kegiatan-kegiatan ini merupakan usaha sosialisasi program KTSP

yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dengan kurikulum saat ini

seperti sekolah, dinas pendidikan, Depag dan sebagainya dalam usahanya

mengimplementasikan kurikulum agar program kurikulum terbaru ini dapat

berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang maksimal. Tapi apakah dengan

sosialisasi- sosialisasi kecil ini para guru sudah siap menghadapi pelaksanaan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini dengan baik, karena tidak

sedikit pula guru yang merasa kesulitan dengan keadaan kurikulum saat ini

karena guru belum terbiasa mengembangkan standar kompetensi dan

kompetesi dasar dari pusat menjadi silabus dan RPP. Akan tetapi adapula sisi

baiknya karena guru dapat lebih fleksibel dan bisa mengadopsi kepentingan

lokal, sebab dengan kurikulum sebelumnya yang berpusat dan seragam 6

(19)

seluruh Nasional, didapati ada daerah-daerah yang tidak sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian yang berjudul “KESIAPAN GURU DALAM PELAKSANAAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI MADRASAH

IBTIDAIYAH SE-KOTA SALATIGA)”.

B. Rumusan M asalah

1. Bagaimanakah pemahaman guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidian (KTSP)?

2. Apakah kendala yang dihadapi dalam melaksanakan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) dan bagaimana cara menghadapi kendala

tersebut ?

3. Bagaimanakah kesiapan guru dalam melaksanakan Kurikulum Tingkat

Satuaan Pendidikan (KTSP) ?

C. Tujuan penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pemahaman guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

2. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan

pendidikan

(20)

D. M anfaat Penelitian

L Dapat memberi masukan kepada tenaga pendidik dan sekolah dalam

rangka meningatan kualitas pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP)

2. Dapat memberikan motivasi kepada tenaga pendidik untuk memberikan

yang terbaik kepada peserta didik, karena pada dasarnya salah satu

penentu keberhasilan penyempurnaan kurikulum adalah pendidik itu

sendiri

3. Dapat memberi masukan kepada stakeholder pendidikan bahwa

keberhasilan pelaksanaan pendidikan tergantung pada partisipasi semua

stakeholder dalam ikut serta mengatasi kendala yang dihadapi

E. Penjelasan Istilah

1. Kesiapan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kesiapan merupakan kata benda

dari kata keija “siap” yang berarti kesediaan.

Kesiapan dalam hal ini maksudnya adalah segala sesuatu yang berkaitan

dengan perangkat yang harus disediakan dalam pelaksanaan proses belajar

mengajar.

2. Guru

Orang yang pekeijaan (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.

Sebagai pendidik formal disekolah sebenarya menjadi seorang guru

(21)

tugas, peranan dan tanggung jawab tinggi dangan berbagai persyaratan

yang meliputi fisik, psychis, mental, moral, dan intelektual.

3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum

operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan

pendidikan.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis penelitian

Untuk mendapatkan pemahaman yang menyeluruh tentang

permasalahan yang dikaji, maka dalam penelitian ini penulis

menggunakan pendekatan kualitatif, Menurut Soedarsa (1998:4) penelitian

kualitatif adalah penelitian yang informasi atau data yang dikumpulkan

tidak berwujud angka-angka dan analisisnya berdasarkan prinsip logika,

adapun asumsi dari metode ini karena pendekatan kualitatif mempunyai

kemampuan mengungkap data yang tersirat dan terselubung dengan

memahami kerangka acuan dari pelaku perbuatan itu sendiri. Adapun jenis

penelitian yang digunakan penulis disini adalah jenis penelitian deskriptif,

yakni penelitian yang berusaha menuturkan pemecahan masalah yang ada

sekarang berdasarkan data-data dengan meyajikan data tersebut untuk

dianalisis dan diinterprestasikan.untuk menggambarkan situasi dan

kejadian atau peristiwa, penelitian deskriptif ini juga berusaha

memberikan gambaran dengan sistematis, cermat dari fakta-fakta yang

(22)

Menurut Suharsismi Arikunto (1999: 291) penelitian deskriptif

kualitatif tidak menguji hipotesis melainkan menyajikan data melalui

ungkapan verbal yang dapat menggambarkan sebagaimana kondisi yang

sebenarnya.7 Penelitian deskriptif menitikberatkan pada observasi dan

suasana alamiah (naturalistic setting). Peneliti dalam hal ini bertindak

sebagai pengamat yang hanya membuat kategori perilaku, mengamati

gejala dan mencatat dalam buku, serta menggunakan metode penelitian

yang bersifat studi kasus, yakni mempelajari secara intensif tentang latar

belakang keadaan sekarang, dan interaksi sosial, individu, kelompok,

lembaga atau masyarakat.

2. Lokasi Penelitian

Dalam hal ini penulis memilih Madrasah Ibtidaiyah sebagai obyek

lokasi penelitian yang sebagian besar statusnya adalah swasta dan jarang

memiliki status negeri seperti Sekolah Dasar (SD) yang lebih banyak

ditemukan berlokasi pada tempat yang strategis dengan status negerinya

beserta sarana prasarana yang lengkap.

Alasan mendasar yang lain adalah karena lembaga Islam tingkat

dasar (Madrasah) akhir-akhir ini dihadapkan pada soal kualitas, kurangnya

tenaga guru, minimnya sarana prasarana, sedikitnya murid, rendahnya etos

keija pendidik serta berdampak pada rendahnya partisipasi masyarakat dan

muaranya adalah pada semakin rendahnya mutu pendidikan di Madrasah.

(23)

Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kota Salatiga baik negeri maupun

swasta berjumlah 12 sekolah, adapun sekolah-sekolah yang dipilih sebagai

lokasi penelitian adalah Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Kauman Kidul,

Madrasah Ibtidaiyah Asas Islam Kalibening, Madrasah Ibtidaiyah

Islamiyah Kutowinangun, Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran

3. Subyek penelitian

Dalam konteks operasionalisasi Perm en No. 24 tahun 2006, guru

dituntut professional, yaitu mampu :

1) Menguasai kurikulum,

2) Menguasai semua materi pembelajaran,

3) Terampil menggunakan metode dan model pembelajaran,

4) Pengelolaan pembelajaran di kelas

5) Memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya,

6) Memiliki kedisiplinan dalam arti yang seluas-luasnya.

Dalam hal ini penulis menetapkan guru kelas 4-6 Madrasah

Ibtidaiyah sebagai subyek penelitian. Penentuan subyek penelitian

dilakukan secara

purposif

kepada pilihan sekolah dan

informan

guru yang

mengajar di kelas 4-6 Madrasah Ibtidaiyah.

4. T ek n ik pengum pulan d a ta

Dalam penelitian hal ini peneliti menggunakan teknik wawancara

(24)

a. Wawancara

M enurut Sutrisno Hadi, menyatakan wawancara adalah proses

tanya jawab, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara

fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan

dengan telinga sendiri suaranya.

Teknik wawancara ini penulis gunakan untuk mendapatkan

penjelasan dan informasi data dari para subyek penelitian atau

responden mengenai keadaan pelaksanaan kurikulum saat ini.

b. Dokumentasi

M enurut Sukandar Rumidi, dokumentasi digunakan untuk

mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan buku, surat kabar,

notulen, agenda dan sebagainya.

Dalam hal ini teknik dokumentasi digunakan untuk

mendapatkan data tentang silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang sedang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran saat

ini dan data guru Madrasah Ibtidaiyah se-kota Salatiga pada tahun

2007-2008

5. Analisis d ata

Lexy J. Moleong dalam bukunya yang berjudul "Metode Penelitian

K ualitatif' disebutkan analisis data adalah proses mengorganisasikan dan 8

(25)

mengurutkan data kedalam pola kategori dan susunan uraian dasar,

sehingga dapat menentukan hipotesis keija yang disarankan oleh data.9

Dalam analisis data ada beberapa tekhnik yang dilakukan secara

bertahap. Secara prosedural data yang diperoleh dengan mengoptimalkan

metode penelitian yang digunakan, yang kemudian direduksi, disajikan,

disimpulkan, dan diverifikasikan.

a. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data

kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.10

Hasil dari reduksi data tersebut kemudian diverbalkan dan

dipilah-pilah menurut kategori datanya.

b. Penyajian data

Dalam tahap ini peneliti menyajikan data yang telah direduksi

dengan rapi dan runtut sehingga peneliti mampu melakukan tindakan

lanjut untuk analisa data

c. Menarik kesimpulan dan verifikasi

Penarikan kesimpulan merupakan tahap terakhir setelah

reduksi dan data disajikan dan kesimpulan yang masih meragukan

akan diverifikasi dengan data-data baru sehingga sampai pada

keyakinan tingkat validitas yang memadai

9 Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998, Hal. 108.

(26)

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, maka disusun

sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, penjelasan

istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan

sistematika penelitian

BAB II Kajian Pustaka

Kajian pustaka disini menguraikan tentang pengertian guru, indikator

guru yang profesional, esensi perubahan kurikulum, prinsip-prinsip

pengembangan KTSP

BAB III Laporan Hasil Penelitian

Laporan hasil penelitian menguraikan tentang gambaran umum

guru-guru MI se- kota Salatiga, masalah-masalah yang dihadapi oleh

guru, sarana pendukung dan stake holder dalam menghadapi

perubahan kurikulum

BAB IV Analisis Data

Analisis data berisi penyajian dan analisis data hasil penelitian

berdasarkan tujuan penelitian

BAB V Penutup

Dalam bab ini penulis menyampaikan tentang beberapa kesimpulan

dan beberapa saran, serta pada akhir penulisan ini dilengkapi dengan

(27)

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Kesiapan G uru Dalam Pelaksanaan KTSP

1. Pemahaman guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Pemahaman berasal dari kata dasar “paham” yang dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia berarti pengertian; mengerti benar; tahu benar.

Sedangkan Istilah “guru” sering pula disebut dengan pendidik, dalam

pengertian yang sederhana guru adalah orang yang memberikan ilmu

pengetahuan kepada anak didik. Dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional

ditegaskan bahwa:

“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”

Guru adalah tenaga pendidik yang memiliki tugas utama mengajar,

dalam arti mengembangkan ranah cipta, rasa dan karsa siswa sebagai

implementasi konsep ideal mendidik. Karakteristik kepribadian guru

meliputi: fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Guru

diharapkan mampu berkompetisi dan bekerja secara profesional.

Kompetensi guru adalah kemampuan dan kewenangan guru dalam

melaksanakan profesi, sedangkan profesionalisme berarti kualitas dan

perilaku khusus yang menjadi ciri khas guru profesional.

Guru diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dalam mengajar

(28)

dan juga lebih dewasa dalam bersikap dan berpikir, sehingga mempunyai

daya kompetensi dan psikilogis yang stabil.'

2. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih menekankan

pada kompetensi (competency-based curriculum) dengan

mempertimbangkan lebih banyak pada aspek afektif dan psikomotor, di

samping kognitif. Setelah dilakukan sosialisasi dan pelatihan guru,

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan telah mulai diterapkan secara

bertahap di sekolah-sekolah yang sudah siap melaksanakan KTSP mulai

tahun ajaran 2006/2007 di seluruh Indonesia. Bagi sekolah-sekolah yang

belum siap, dapat mulai melaksanakan KTSP paling lambat tahun ajaran

2009/2010. Namun demikian, sebagian besar guru menyatakan bahwa

mereka masih mengalami kendala untuk mengimplementasikan KTSP

serta melakukan penilaian yang dikenal dengan istilah portofolio

assessment yang lebih menekankan pada proses dan mengembangkan

lebih banyak pada aspek afektif dan psikomotor. Sekolah banyak

menemukan kendala dalam pelaksanaan KTSP, diantaranya adalah

kesulitan dalam penyusunan, kendala mengenai sumber daya di sekolah,

dan kendala alokasi dana khusus dalam penyusunan kurikulum ini.

(29)

a. Kesulitan dalam penyusunan KTSP

Penyusunan KTSP merupakan bagian perencanaan sekolah

atau madrasah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat keija atau loka

karya sekolah atau madrasah yang diselenggarakan dalam jangka

waktu sebelum tahun ajaran baru yang meliputi ; penyiapan dan

penyusunan draft, review dan revisi serta finalisasi, pemantapan dan

penilaian.

Kegiatan penyusunan KTSP ini sekolah masih menemukan

beberapa kendala, berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya

yang berpusat pada pemerintah pusat. Model penyusunan ini

merupakan hal yang baru dimana sebuah sekolah berdasarkan tingkat

satuan pendidikan dan komite sekolah mendapatkan otonomi untuk

menyusun dan mengembangkan kurikulum dan silabus sendiri,

berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi

lulusan.

b. Kendala mengenai sumber daya di sekolah

Dalam pengembangan KTSP, desain kurikulum yang meliputi

sasaran atau tujuan kurikulum, materi atau isi kurikulum, model

pembelajaran dan penilaian hasil belajar disesuaikan dengan

kebutuhan, tantangan, karakteristik, dan tahap perkembangan sekolah

dan masyarakat dimana sekolah berada. Kurikulum menjadi lebih

bermakna, karena bertolak dari situasi dan kondisi setempat dan

(30)

setempat. Pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan akan

menghasilkan desain kurikulum yang beragam, akan tetapi lebih

mudah dipahami, dikuasai dan dilaksanakan oleh guru sebab mereka

sendiri yang mengembangkan, minimal ikut serta dalam

pengembangan.

Pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan selain

memiliki beberapa kebaikan atau kelebihan dan juga beberapa

kelemahan dan kekurangan. Kebaikan atau kelebihan kurikulum

tersebut, adalah:

1) Kurikulum sesuai dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, dan

perkembangan satuan pendidikan dan masyarakat setempat,

sehingga satuan pendidikan secara langsung atau tidak langsung

dapat membantu perkembangan masyarakat;

2) Lebih mudah dilaksanakan karena desain kurikulum disusun oleh

guru-guru sendiri dengan mempertimbangkan faktor-faktor

pendukung pelaksanaan yang ada di sekolah dan masyarakat

sekitar.

Pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan juga

memiliki beberapa kelemahan dan kekurangan, yakni:

1) Tidak semua guru memiliki keahlian atau kecakapan dalam

pengembangan kurikulum, tidak semua satuan pendidikan

memiliki guru atau orang yang ahli dan cakap dalam

(31)

2) Kurikulum dapat bersifat lokal, sehingga kelulusan kurang

memiliki kemampuan atau daya saing secara nasional;

3) Desain kurikulum sangat beragam, dapat menimbulkan kesulitan

dalam pengawasan dan evaluasi kurikulum serta evaluasi hasil

belajar secara nasional;

4) Kepindahan peserta didik dari satu sekolah atau daerah ke sekolah

atau daerah lain dapat menimbulkan kesulitan,

c. Kendala alokasi dana dalam penyusunan KTSP

Untuk meningkatkan kualitas sekolah atau madrasah agar

proses dan penyelenggaraan pendidikan memenuhi harapan para

stakeholder, maka membutuhkan pengelolaan biaya yang professional

dalam penggalian sumber dana maupun pendistribusian dana. Untuk

itu sekolah harus memenuhi standar pembiayaan minimal.

Pembiayaan yang terdiri atas biaya infestasi, biaya operasi dan

biaya personal. Biaya infestasi meliputi biaya penyediaan sarana dan

prasarana, pengembangan sumber daya manusia dan modal keija

tetap. Adapun biaya personal mencakup biaya yang dikeluarkan oleh

peserta didik untuk bisa mengikuti kegiatan pembelajaran secara

teratur dan berkelanjutan. Standar biaya sekolah atau madrasah

ditetapkan dengan peraturan menteri berdasarkan usulan BSNP. Biaya

operasi sekolah atau madrasah, mencakup:

1) Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang

(32)

2) Bahan atau alat pendidikan habis pakai

3) Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa

telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,

transportasi, komunikasi, pajak, asuransi dan lain-lain.

3. Kesiapan guru dalam melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan

Pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan, guru dituntut

mempunyai kesiapan secara personal dan kesiapan terhadap perubahan

lingkungan sekitar. Termasuk pula mengenai kesiapan guru menghadapi

kendala dalam penyusunan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu.

Pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dituntut

untuk merencanakan kurikulum sendiri, guru sebagai salah satu pihak

pelaksana kurikulum juga dituntut untuk bisa menyiapkan program

pengajaran kelas. Berkaitan dengan hal ini, guru harus bisa menciptakan

suasana pembelajaran aktifi siswa berperan aktif dalam proses

pembelajaran. Untuk itu harus dituntut kreatifitas untuk bisa menyajikan

materi yang merangsang kreatifitas siswa. Selain itu, pelaksanaan

kurikulum ini siswa juga dituntut berperan aktif dalam proses

(33)

Namun dalam pelaksanaan kurikulum ini, masih banyak kendala

yang dialami karena pemberlakuan kurikulum tingkat satuan pendidikan

secara otomatis guru harus mengetahui semua perangkat KTSP dan

mengetahui bagaimana pelaksanaan. Ada beberapa hal yang menjadi

kendala bagi guru, adalah:

a. Guru-guru masih kekurangan informasi dan juga stimulus mengenai

pengembangan kurikulum berbasis sekolah.

b. Masih banyak guru-guru yang berpersepsi sebagai penerima-pasif

pengambilan keputusan kurikulum.

c. Persoalan keahlian pengembangan kurikulum warga sekolah, dimana

masih banyak guru yang masih kurang pengetahuan dan pengalaman

tentang pengembangan kurikulum.

d. Para guru masih kesulitan untuk mendapatkan materi sebagai bahan

ajar.

Beberapa kendala di atas disebabkan oleh informasi yang

dibutuhkan guru mengenai perolehan materi untuk bahan ajar dan juga

informasi megenai pelaksanaan secara teknis kurikulum ini masih kurang.

Untuk mengatasi hal ini perlu adanya komunikasi antara guru dengan

pihak yang sudah mengetahui banyak tentang pelaksanaan KTSP. Selain

itu, yang menjadi kendala bagi siswa adalah siswa membutuhkan sumber

yang bisa memberikan banyak informasi. Sedangkan informasi yang

disediakan sekolah lewat buku-buku perpustakaan dirasakan masih sangat

(34)

B. Kajian Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Istilah “kurikulum” memiliki banyak sekali tafsiran bermacam-

macam yang dikemukakan oleh para pakar pengembangan kurikulum.

Istilah “kurikulum” berasal dari bahasa Latin yaitu “curriculae”, artinya

jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu pengertian

kurikulum adalah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh

siswa yang bertujuan memperoleh ijasah. Dengan kata lain, kurikulum

dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir

dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan ijasah tertentu.2

Kurikulum merupakan sesuatu yang direncanakan sebagai

pegangan guna mencapai tujuan pendidikan, apa yang direncanakan

bersifat idea, suatu cita-cita tentang manusia atau warga negara yang akan

dibentuk.3

Abdul Qadir Yusuf dalam kitabnya At-Tarbiyyah Wal M ujtam i’

mendefinisikan kurikulum sebagai berikut:

A

uij

A

a

II

jLijI CLtiu (JliLVl

“Kurikulum adalah sejumlah pengalaman dan uji coba dalam proses belajar mengajar siswa dibawah bimbingan lembaga (sekolah)

Dari beberapa definisi kurikulum yang telah disebutkan di atas

dapat disimpulkan, bahwa kurikulum merupakan pengalaman peserta

2 Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007; Hal. 77

(35)

didik, baik di sekolah maupun luar sekolah. Kurikulum tidak hanya

terbatas pada mata pelajaran, tapi segala sesuatu yang dapat

mempengaruhi peserta didik, dan bisa menentukan arah dan antisipasi

yang akan teijadi. Dengan kata lain kurikulum harus menunjukkan kepada

apa kebenaran yang harus dipelajari oleh peserta didik.4

Pasal 1 ayat 15 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19

tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, berbunyi:

"Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan".

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan minimal terdiri dari tujuan

pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum

tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus. Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan merupakan kurikulum yang dikembangkan

sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah, daerah, karakteristik

sekolah atau daerah, sosial budaya masyarakat setempat, karakteristik

peserta didik.5 Kunandar, mengemukakan bahwa KTSP adalah operasional

yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.

Lebih lanjut beliau menambahkan, KTSP adalah kurikulum yang

merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga dapat

meningkatkan potensi siswa secara utuh.6

4 Khaeruddin dan Mahfud Junaedi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Konsep dan Implementasinya di Madrasah, Nuansa Aksara, Jogjakarta, 2007, him. 27

5 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, him. 8

(36)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mempunyai kelebihan dan

kekurangan serta persamaan dan perbedaan dengan kurikulum-kurikulum

sebelumnya, diantaranya:

a. Kelebihan

1) Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan

pendidikan.

2) Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen

sekolah untuk semakin meningkatkan kreatifitas dalam

penyelenggaraan program-program pendidikan.

3) KTSP memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan

dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang aspektabel bagi

kebutuhan siswa.

4) KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan

memberatkan kurang lebih 20%.

5) KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-

sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan

kebutuhan.

b. Kekurangan

1) SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada

kebanyakan satuan pendidikan yang ada masih kurang.

2) Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai

(37)

3) Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara

komprehensif baik konsep, penyusunan maupun praktek di

lapangan.

4) Penerapan KTSP merekomendasikan pengurangan jam pelajaran

akan berdampak pada pendapatan guru berkurang.

Perbedaan dan Persamaan KTSP dengan kurikulum sebelumnya:

a. Perbedaan KTSP dengan kurikulum sebelumnya adalah

No.

; KTSP Kurikulum Sebelumnya

1. Dibuat oleh sekolah Dibuat oleh pusat

2. Berbasis kompetensi Berbasis kontens

3. Siswa aktif Guru aktif

A Berdasar Standar Belum ada Standar

4.

f Nasional Nasional

b. Perbedaan KTSP dengan KBK ( kurikulum 2004)

KBK KTSP

Kurang operasional Lebih operasional

Guru cenderung tidak kreatif Guru lebih kreatif

Guru menjabarkan kurikulum

yang dibuat Depdiknas

Guru membuat kurikulum

sendiri

Sekolah kurang diberi

kewenangan untuk

mengembangkan kurikulum

Sekolah diberi keleluasaan untuk

(38)

K B K K T S P

Kurang relevan dengan otonomo

daerah

Lebih relevan

c. Persamaan KTSP dengan KBK

1) Menekankan pada aspek kompetensi yang harus dimiliki oleh

siswa.

2) Merupakan kurikulum yang bersifat otonomi daerah di mana setiap

daerah diberikan kesempatan yang luas untuk mengembangkan.

3) Adanya persamaan dalam rancangan pembelajaran berupa adanya

standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pencapaian.

4) Adanya sistem evaluasi dalam penentuan hasil belajar sisiwa.

5) Adanya kebebasan dalam pengembangan yang dilakukan oleh guru

walaupun di KTSP guru diberikan kebebasan yang lebih.

6) Berorientasi pada prinsip pendidikan sepanjang hayat.

7) Memerlukan sarana dan prasarana yang memadai.7

2. Sejarah perkembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan

Dalam peijalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan

nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964,

1968, 1975, 1984, 1994, dan direncanakan pada tahun 2004. Perubahan

tersebut merupakan konsekuensi logis dari perubahan sistem politik, sosial

budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.

(39)

25

dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang

teijadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan

landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaan pada

penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam

merealisasikan.

3. Komponen-komponen kurikulum tingkat satuan pendidikan

a. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dirumuskan

mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.

1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih

lanjut sesuai dengan kejuruan. 7

(40)

b. Acuan operasional penyusunan ktsp

Kurikulum tingkat satuan pendidikan disusun dengan

memperhatikan:

1) Peningkatan iman dan takwa;

2) Peningkatan akhlak mulia;

3) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemampuan peserta didik;

4) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan;

5) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;

6) Tuntutan dunia kerja;

7) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

8) Agama;

9) Dinamika perkembangan global;

10) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan;

11) Kondisi sosial budaya masyarakat setempat, dan

12) Karakteristik satuan pendidikan.

c. Struktur dan muatan KTSP

Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

memperhatikan kelompok mata pelajaran sebagai berikut:

1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;

3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

(41)

5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Mendasarkan pada Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kelompok mata

pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan

pembelajaran. Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan meliputi

sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalaman merupakan

beban belajar peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu

materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke

dalam isi kurikulum.

1) Mata pelajaran

Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat

satuan pendidikan tertera pada struktur kurikulum yang tercantum

dalam standar isi.

2) Muatan lokal

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk

mengembangkan kompetensi yang sesuai dengan ciri khas dan

potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materi tidak

dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi

muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

3) Kegiatan pengembangan diri

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang

harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan

(42)

mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat

setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan

pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor,

guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk

kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan

melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan

masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan

pengembangan karir peserta didik.

Khusus untuk SMK/MAK pengembangan diri terutama

ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karir.

Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus menekankan

pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan

kebutuhan khusus peserta didik

4) Pengaturan beban belajar

Untuk mengetahui keberhasilan pendidikan maka hendaknya

mengetahui indikator-indikator yang berkaitan pengaturan beban

belajar, antara lain :

a) Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan

pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB baik kategori

standar maupun mandiri, dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK

kategori standar.

Beban belajar dalam sistem satuan kredit semester (SKS) dapat

digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri dan oleh

(43)

Beban belajar dalam sistem satuan kredit semester (SKS)

digunakan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori

mandiri.

b) Jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket

dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum.

Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum 4

(empat) jam pelajaran per minggu secara keseluruhan.

Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan

kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.

c) Alokasi untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak

terstruktur dalam sistem paket untuk SD/ MI/ SDLB 0% - 40%,

SMP/ MTs/ SMPLB 0% - 50% dan S MA/ MA/ SMALB/

SMK/ MAK 0% - 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata

pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu

tersebut mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam

mencapai kompetensi.

d) Alokasi untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah

setara dengan 1 jam tatap muka, 4 jam praktik di luar sekolah

setara dengan 1 jam tatap muka.

e) Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan

kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan

SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan sistem SKS

(44)

Satu SKS pada SMK/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka,

20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak

terstruktur. Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45

menit tata muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan

mandiri tidak terstruktur.

5) Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan

Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan mengacu kepada

Standar Penilaian yang dikembangkan oleh BNSP.

6) Pendidikan kecakapan hidup

Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,

SMA/MA/ SMALB, SMK/SMAK dapat memasukkan pendidikan

kecakapan hidup yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan

sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional.

Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian dari

pendidikan semua mata pelajaran. Pendidikan kecakapan hidup

dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang

bersangkutan dan atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau

nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.

7) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global

a) Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat

memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.

b) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat

(45)

c) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat

diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang

bersangkutan dan atau dari satuan pendidikan formal lain

dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.

8) Kalender pendidikan

Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai

dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta

didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan

sebagaimana tercantum dalam Standar Isi.

4. Prinsip pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang pendidikan dasar

dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah yang

berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan

penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BNSP, dengan memperhatikan

prinsip-prinsip sebagai berikut:8

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik

dan lingkungan

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik

memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensi agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

(46)

Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan

kompetensi peserta didik disesuaikan potensi, perkembangan,

kebutuhan dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.

b. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman

karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis

pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat,

serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi

komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan

diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan

berkesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan

seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kasadaran bahwa ilmu

pengetahuan, tekhnologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh

karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk

mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu

pengetahuan, tekhnologi dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan memangku

kepentingan {stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan

dengan kebutuhan pendidikan, termasuk dalam kehidupan

(47)

pengembangan ketrampilan pribadi, ketrampilan berpikir, ketrampilan

sosial, ketrampilan akademik, dan ketrampilan vokasional merupakan

keniscayaan.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi, kompetensi,

bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan

disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pemberdayaan,

peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum

mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, non

formal, dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan

lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia

seutuhnya.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional

dan kepentingan daerah untuk membangun kepentingan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah

harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto

Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

(48)

5. Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan

Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan

pembelajaran perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien

sehingga memperoleh hasil maksimal.9 Implementasi KTSP dilaksanakan

dengan beberapa tahapan yakni penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi.

a. Penyusunan

Penyusunan KTSP merupakan bagian kegiatan dari perencanaan

sekolah atau madrasah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat keija atau

lokakarya sekolah yang dilaksanakan dalam jangka waktu sebelum

tahun ajaran baru. Tahap penyusunan KTSP secara garis besar

meliputi; penyiapan dan penyusunan draft, review dan revisi serta

fmalisasi, pemantapan dan penilaian. Langkah yang lebih rinci dari

masing-masing kegiatan diatur dan diselenggarakan oleh tim

penyusun.

b. Pelaksanaan

Berdasarkan panduan penyusunan KTSP, kegiatan pembelajaran

terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan

kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar yang menerapkan

sistem paket, beban belajar dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan

bahwa satu jam pelajaran tingkat SMA terdiri dari 45 menit tatap

(49)

muka untuk tugas terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur

memanfaatkan 0% - 60% dari waktu kegiatan tatap muka.10

1) Kegiatan tatap muka

Untuk sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan

tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik ekspositori

maupun discoveri inquiri. Metode yang digunakan seperti ceramah

interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok,

pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen,

observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet,

tanya jawab, atau simulasi

Untuk sekolah yang menerapkan sistem SKS, kegiatan

tatap muka lebih disarankan dengan strategi ekspositori. Namun

demikian tidak menutup kemungkinan menggunakan strategi

dicoveri inquiri. Metode yang digunakan seperti ceramah

interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya jawab, atau demonstrasi.

2) Kegiatan tugas terstruktur

Sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas

terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun

dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP (Rancangan

Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu, pembelajaran

dilakukan dengan strategi discoveri inquiri. Metode yang

digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.

(50)

Bagi sekolah yang menerapkan sistem SKS, kegiatan tugas

terstruktur dirancang dan dicantumkan dalam jadwal pelajaran

meskipun alokasi waktunya lebih sedikit dibandingkan dengan

kegiatan tatap muka. Kegiatan tugas terstruktur merupakan

kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar

peserta didik, peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar.

Strategi yang disarankan adalah discovert inquiri dan tidak

disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan

seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif,

demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan

kajian pustaka atau internet, atau simulasi.

3) Kegiatan mandiri tidak terstruktur

Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan

pembelajaran yang dirancang oleh guru, namun tidak dicantumkan

dalam jadwal pelajaran baik untuk sistem paket maupun sistem

SKS. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah diskoveri

inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi lingkungan,

atau proyek,

c. Evaluasi

Penilaian hasil belajar dalam KTSP dapat dilakukan dengan

penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan

(51)

1) Penilaian kelas

Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian,

ulangan umum dan ujian akhir. Ulangan harian dilakukan setiap

selesai proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu.

Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus

dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang

berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian

ini ditujukan untuk memperbaiki program pembelajaran, tetapi

tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan-tujuan lain,

misalnya sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai

bagi para peserta didik.

Ulangan umum dilaksanakan setiap akhir semester,

dengan bahan yang diujikan sebagai berikut:

a) Ulangan umum semester pertama soalnya diambil dari

materi semester pertama.

b) Ulangan umum semester kedua soalnya merupakan

gabungan dari materi semester pertama dan kedua, dengan

penekanan pada materi semester kedua.

Ulangan umum dilaksanakan secara bersama untuk

kelas-kelas paralel, dan pada umumnya dilakukan ulangan

umum bersama, baik tingkat rayon, kecamatan, kabupaten

(52)

untuk meningkatkan pemerataan mutu pendidikan dan untuk

menjaga keakuratan soal-soal yang diujikan.

Ujian akhir dilaksanakan pada akhir program

pendidikan. Bahan-bahan yang diujikan meliputi seluruh

kompetensi dasar yang telah diberikan, dengan penekanan pada

kompetensi dasar yang dibahas pada kelas-kelas tinggi. Hasil

evaluasi ujian akhir ini terutama digunakan untuk menetukan

kelulusan bagi setiap peserta didik, dan layak tidak untuk

melanjutkan pada tingkat di atas.

Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui

kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan

belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan proses

pembelajaran, dan penetuan kenaikan kelas.

2) Tes kemampuan dasar

Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui

kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan

dalam rangka memperbaiki program pembelajaran {program

remidial). Tes kemampuan dasar dilakukan pada setiap akhir

tahun kelas III.

3) Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi

Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran

diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan

(53)

belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Untuk

keperluan sertifikasi dan hasil belajar yang dicantumkan dalam

surat tanda tamat belajar tidak semata-mata didasarkan atas hasil

penilaian pada akhir jenjang sekolah.

4) Benchmarking.

Benchmarking merupakan suatu standar yang mengukur

kineija yang sedang beijalan, proses, dan hasil untuk mencapai

suatu keunggulan yang memuaskan. Ukuran keunggulan dapat

ditentukan di tingkat sekolah, daerah, atau nasional. Penilaian

dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga peserta didik

dapat mencapai satuan tahap keunggulan pembelajaran yang

sesuai dengan kemampuan usaha dan keuletan.

Untuk dapat memperoleh data dan informasi tentang

pencapaian benchmarking tertentu dapat diadakan penilaian

secara nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan.

Hasil penilaian tersebut dapat dipakai untuk melihat

keberhasilan kurikulum dan pendidikan secara keseluruhan, dan

dapat digunakan untuk memberikan peringkat kelas, tetapi tidak

untuk memberikan nilai akhir peserta didik. Hal ini

dimaksudkan sebagai salah satu dasar untuk pembinaan guru

(54)

5) Penilaian Program.

Penilaian program dilakukan oleh Departemen

Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan secara kontinu dan

berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk

mengetahui kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsi, dan tujuan

pendidikan nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan

perkembangan masyarakat, dan kemajuan zaman.11

(55)

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Letak Geografis Kota Salatiga

Kota Salatiga, Propinsi Jawa Tengah secara administrasi berada di

tengah-tengah wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang dan

terletak antara 110°.27I.56,81n - 110°.32I.4,64n BT dan 007°.17l -

007°.23I LS dan dibatasi beberapa desa yang semuanya adalah wilayah

Kabupaten Semarang. Batas-batas tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara.

1) Kecamatan Pabelan: Desa Pabelan, Desa Bejaten.

2) Kecamatan Tuntang: Desa Kesongo, Desa Watu Agung.

b. Sebelah Timur

1) Kecamatan Pabelan: Desa Ujung-ujung, Desa Sukoharjo, Desa

Glawan

2) Kecamatan Tengaran: Desa Bener, Desa Tegal Waton, Desa

Nyamat.

c. Sebalah Selatan

1) Kecamatan Getasan: Desa Somogawe, Desa Samirono, Desa Jetak.

2) Kecamatan Tengaran: Desa Patemon, Desa Karang Duren.

(56)

d. Sebelah Barat.

1) Kecamatan Tuntang: Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa

Gedongan.

2) Kecamatan Getasan: Desa Polobogo.

Pada awalnya wilayah administrasi Kota Salatiga hanya

memiliki satu kecamatan yaitu kecamatan perwakilan Kota Salatiga.

Setelah dilakukan pemekaran wilayah Kota Salatiga pada tahun 1993,

wilayah Kota Salatiga dibagi menjadi 4 (empat) kecamatan dan 22 (dua

puluh dua) Kelurahan, yaitu :

1) Kecamatan Sidomukti yang terdiri dari 4 (empat) kelurahan yaitu

Kelurahan Kecandran, Kelurahan Dukuh, Kelurahan Mangunsari,

dan Kelurahan Kalicacing.

2) Kecamatan Sidorejo yang terdiri dari 6 (enam) kelurahan, yaitu

Kelurahan Blotongan, Kelurahan Sidorejo Lor, Kelurahan Bugel,

Kelurahan Kauman Kidul, Kelurahan Salatiga dan Kelurahan

Pulutan.

3) Kecamatan Tingkir yang terdiri dari 6 (enam) kelurahan, yaitu

Kelurahan Kutowinangun, Kelurahan Gendongan, Kelurahan

Kalibening, Kelurahan Sidorejo Kidul dan Kelurahan Tingkir Lor,

Kelurahan Tingkir Tengah.

4) Kecamatan Argomulyo yang terdiri dari 6 (enam) kelurahan, yaitu

Noborejo, Ledok, Tegalrejo, Kumpulrejo, Randuacir dan

(57)

Secara administratif Kota Salatiga mempunyai luas 5678,119

Ha terdiri dari 817,721 Ha tanah sawah, 4664,646 Ha tanah kering dan

195,743 Ha tanah lain. Jumlah curah hujan selama tahun 2008 tercatat

3.021 Mm dengan jumlah hari hujan 133 hari. Salatiga merupakan

daerah topografi bergelombang antara lain sebagai berikut:

1) Daerah bergelombang lebih kurang 60% terdiri dari: kelurahan

Dukuh, Ledok, Kutowinangun, Salatiga, Sidorejo Lor dan

Gedongan.

2) Daerah miring lebih kurang 25% terdiri dari: Kelurahan Tegalrejo,

Mangunsari dan Sidorejo Lor.

3) Daerah datar lebih kurang 10% terdiri dari: Kelurahan Kalicacing.

2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Kota Salatiga pada tahun 2008 adalah 144.639

jiwa dengan laju pertumbuhan 0,11% bila dibandingkan dengan tahun

sebelumnya dan tingkat kepadatan penduduk 2.547 jiwa/km2. Dilihat dari

rasio jenis kelamin yang tercatat 94 atau lebih kecil dari 100 dapat

diketahui bahwa penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk

laki-laki. Jumlah rumah tangga tahun 2008 ada 30,2 ribu sedikit meningkat

bila dibandingkan tahun 1998 yang beijumlah 3,01 ribu.

Dari 144,639 orang penduduk, 111.915 orang atau 77,38%

diantaranya adalah dewasa dan 32,724 atau 22,62% adalah anak-anak, bila

dilihat dari status kewarganegaraan hanya 0,19% merupakan warga negara

Gambar

Tabel 3.1 Distribusi Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin
Tabel 3.2 Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Tabel 3.3 Nilai Pendapatan Perkapita di Kota Salatiga selama Tahun
Tabel 3.4. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil kuesioner didapat bahwa penggunaan bahasa Inggris dalam iklan Wafer Tango ini membawa dampak positif bagi brand image Wafer Tango.. Penggunaan bahasa Inggris dalam

City development can not be separated its from population growth, like Bekasi city with till the end reached about 1.708.337 people. The high population growth caused appear of

Daftar semua asumsi selalu ada pertanyaan dimana user tidak dapat menjawab dengan tepat, dan hanya dapat menjawab yang bersifat sementara jika asumsi tersebut mempunyai pengaruh

Untuk keperluan itu jaringan harus bebas air dahulu (dehidrasi) dan karena parafin tidak dapat bercampur dengan alkohol harus diganti dengan bahan lain yang dapat tercampur

“Saya adalah seorang sarjana pendidikan teknik, yang berasal dari Prodi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Jurusan Pendidikan Teknik Elektro,

Sistem akuntansi penjualan kredit yang diterapkan pada koperasi Duta Banua Banjarmasin yaitu kegiatan penjualan kredit hanya dapat dilakukan apabila pembeli adalah

MAKIN GROUP belum tuntas terselesaikan, sehingga permasalahan yang tersisa masih harus diperhatikan oleh pihak Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur untuk dicarikan

[r]