• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo. - Electronic theses of IAIN Ponorogo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo. - Electronic theses of IAIN Ponorogo"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GURU DALAM MENEGAKKAN TATA TERTIB SEKOLAH DI

SMP MA’ARIF 5 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

ROVIANA BUDI ROYANI

NIM: 210314358

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Royani, Roviana Budi. 2018. Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing: M. Harir Muzakki MHI.

Kata Kunci: Peran Guru, Tata Tertib Sekolah.

Tata tertib sekolah adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan mengandung sanksi terhadap pelanggarnya. Tata tertib sekolah dibuat supaya ditaati dan dipatuhi oleh siswa. Tercapainya penerapan untuk menegakkan tata tertib sekolah, tidak terlepas dari peran seorang guru yang selalu mengawasi, memeriksa, dan memberi tindak lanjut kepada siswa yang melanggar peraturan tata tertib sekolah. Memberikan hukuman pada siswa yang melanggar peraturan tata tertib sekolah. Selain mengawasi, memeriksa, dan memberi tindak lanjut, guru juga berperan sebagai penghubung, pembimbing dan membangun komunikasi pihak sekolah dengan orang tua murid, dan juga siswa.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo? (2) Bagaimana peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah?

Pendekatan penelitian yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif. Adapun jenis penelitian adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan: wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data berdasarkan Miles dan Huberman dengan urutan langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tata tertib sekolah merupakan bentuk perwujudan dari norma-norma

yang ada dalam masyarakat, baik norma kesopanan, norma hukum, norma

kesusilaan, dan norma agama. Yaitu peraturan yang harus dipatuhi dan

dilaksanakan oleh setiap komponen sekolah yang diaturnya. Dengan adanya tata

tertib sekolah diharapakan terwujud sebuah keteraturan hidup di lingkungan

sekolah, hingga tujuan mendasar dari sekolah sebagai lembaga pendidikan agar

tercapai dengan baik. Untuk itu diperlukan komitmen dan tanggung jawab yang

besar dari pelajar sebagai subjek utama dalam penegakan tata tertib yang ada.1

Tujuan tata tertib yang dibuat sekolah adalah untuk dapat menciptakan

suasana yang kondusif dalam proses pembelajaran di sekolah, yaitu proses

pengaplikasian ketaatan dan kedisiplinan siswa dalam menjalankan fungsi selaku

peserta didik di lingkungan sekolah yang akhirnya akan berdampak terhadap

kualitas belajar siswa.2 Dengan adanya peraturan yang ditetapkan oleh sekolah,

siswa secara tidak langsung bersedia untuk tunduk dan patuh terhadap peraturan

1 Sri Harnita, Hubungan Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah dengan Perilaku Peserta Didik di Sma Perintis 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017 (Skripsi, Universitas, Lampung).

(6)

tersebut. Dengan demikian, peraturan tentang kedisiplinan dapat mengontrol

tingkah laku dari para siswa tersebut supaya dapat belajar dengan baik.3

Banyaknya pelanggaran yang terjadi di lingkungan sekolah seperti

memakai seragam tidak sesuai dengan aturan sekolah, menggunakan handphone

ketika proses pembelajaran berlangsung, datang terlambat, membolos, berkelahi

dan sebagainya menunjukkan bahwa tingkat pengawasan guru terhadap peserta

didik kurang optimal dan kurang tegasnya pihak sekolah terhadap pelanggaran

tata tertib sekolah. Di sekolah tidak hanya guru bimbingan konseling yang

bertugas mengawasi dan menangani ataupun dalam hal yang berhubungan

dengan pelanggaran tata tertib sekolah, tetapi itu menjadi tugas bagi semua guru

untuk dapat memperhatikan, mengawasi, membimbing, dan mendidik akan

hal-hal yang berhubungan dengan tata tertib sekolah.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik. Guru dan anak didik adalah dwi tunggal. Oleh karena itu dalam

pemikiran guru hanya ada satu prinsip yaitu satu kiat bagaimana mendidik anak

didik agar menjadi manusia dewasa susila yang cakap dan berguna bagi agama,

nusa dan bangsa di masa yang akan datang.4

Dalam pepatah jawa, guru adalah sosok yang digugu dan ditiru kelakuane

(dipercaya ucapannya dan dicontoh tidakannya). Menyandang profesi guru,

3Slameto, 59.

(7)

berarti harus menjaga citra, wibawa, keteladanan, integritas dan kreadibilitasnya.

Ia tidak hanya mengajar di dalam kelas, tetapi juga mendidik, membimbing,

menuntun dan membentuk karakter moral yang baik bagi siswa-siswinya.5

Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan

secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, utama, dan pertama.

Figur yang satu ini akan menjadi sorotan yang strategis ketika berbicara masalah

pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat

menentukan keberhasilan peserta didik terutama dalam kedisiplinan peserta didik

di sekolah. Guru merupakan komponen yang sangat berpengaruh terhadap

terciptanya lingkungan sekolah yang disiplin, teratur, dan kondusif. Oleh karena

itu tingkat pengawasan semua guru di sekolah sangat penting untuk perbaikan

penurunan pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah.

Pelanggaran terjadi karena tingkat pengawasan guru yang kurang optimal,

semakin lemah tingkat pengawasan guru maka akan semakin meningkat

pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh peserta didik, sebaliknya semakin

tinggi tingkat pengawasan guru maka akan semakin berkurang pelanggaran tata

tertib yang dilakukan oleh peserta didik.6

Hal ini mau tidak mau menuntut guru selalu memperhatikan sikap,

tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah

5Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi, danKompetensi Guru) (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 17.

(8)

tetapi di luar sekolah sekalipun. Peserta didik dapat memelihara, mengarahkan,

ketekunan dalam melakukan kegiatan sebagai pelajar. Bagi mereka aturan-aturan

yang diterapkan di sekolah adalah sekumpulan aturan yang dapat begitu saja

dilanggar tanpa mengindahkan guru-guru mereka di sekolah sebagai orang tua

pengganti di dalam proses belajar dan yang mengawasi semua sikap dan perilaku

mereka di lingkungan sekolah. Terlaksananya tata tertib sekolah akan dapat

berjalan dengan baik bila guru, aparat sekolah dan peserta didik telah saling

mendukung terhadap tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan dari

peserta didik akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang

diterapkan disekolah.

Upaya penegakkan tata tertib bukan hal yang mudah, ada kesukaran

dalam meneggakkan tata tertib dengan baik, tetapi ada juga sekolah yang berhasil

menegakkan tata tertib sekolah. Salah satu sekolah yang belum berhasil

menegakkan tata tertib sekolah adalah SMP Ma’arif 5 Ponorogo.7

Dari hasil pengamatan awal di SMP Ma’arif 5 Ponorogo, penerapan tata

tertib sekolah belum optimal karena masih banyak kasus pelanggaran tata tertib

yang berlangsung sehingga seolah anak menjadi terbiasa melakukan pelanggaran.

Pelanggaran terhadap tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo yang terjadi

menunjukkan bahwa siswa kurang patuh terhadap peraturan sekolah. Kasus atau

pelanggaran tata tertib sekolah tersebut salah satunya terkait dengan perbedaan

karakteristik yang dimiliki setiap individu yang dipengaruhi oleh sikap, minat,

(9)

kesadaran, kereligiusan, pengetahuan dan faktor lain yang mempengaruhinya.

Kepatuhan terhadap tata tertib sekolah adalah sebuah kesiapan yang harus

ditanamkan kepada siswa di sekolah agar mempunyai sikap dan perbuatan sesuai

norma-norma yang berlaku di masyarakat. Sehingga tata tertib sekolah dapat

terlaksana dengan baik. Maka dari itu guru sangatlah berpengaruh dalam

membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidup secara

optimal. Sikap dan tingkah laku guru sangat berpengaruh terhadap sikap dan

tingkah laku peserta didik di sekolah. Peran guru sangat penting bagi peserta

didik supaya mereka mematuhi tata tertib sekolah dan tidak melanggar peraturan

yang telah dibuat oleh sekolah, dan guru di harapkan dapat menegakkan tata

tertib sekolah dengan baik.8

Dari uraian diatas peneliti akan melakukan penelitian mengenai tata tertib

sekolah dan peran guru. Maka dari itu peneliti mengangkat judul “Peran Guru

dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti memfokuskan penelitian ini

pada permasalahan peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah di SMP

Ma’arif 5 Ponorogo, meliputi :

1. Penerapan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo

(10)

2. Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5

Ponorogo

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Penerapan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo?

2. Bagaimana Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di SMP

Ma’arif 5 Ponorogo?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan

penelitian yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk Mengetahui Penerapan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5

Ponorogo

2. Untuk Mengetahui Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di

SMP Ma’arif 5 Ponorogo

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis

maupun praktis bagi semua pihak:

(11)

Secara teoritis kegunaan dari hasil penelitian ini adalah diperolehnya

kajian pustaka tentang peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah di

SMP Ma’arif 5 Ponorogo. Serta dapat digunakan sebagai referensi bagi yang

akan melakukan penelitian yang sejenis. Oleh karena itu penelitian ini

diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kajian-kajian dan

teori-teori yang berkaitan dengan persoalan tersebut.

2. Secara Praktis

a. Bagi Sekolah

Diharapkan dapat memberikan masukan yang dapat digunakan dalam

melaksanakan tata tertib sekolah sebagai sarana meningkatkan kedisiplinan

siswa dan meningkatkan kesadaran guru dalam penegakkannya.

b. Bagi Guru

1) Bagi guru SMP Ma’arif 5 Ponorogo dapat digunakan sebagai acuan

pertimbangan dalam usahanya untuk meningkatkan tata tertib sekolah

supaya siswa menjadi disiplin dan tidak melanggar peraturan tata tertib

sekolah. Dan diharapkan guru mampu mendidik dan membimbing

siswa untuk mentaati tata tertib sekolah dengan sebaik-baiknya agar

siswa bisa lebih disiplin dan tata tertib dapat terlaksana dengan baik.

2) Sebagai pijakan guru agar lebih bisa membantu untuk meningkatkan

(12)

c. Bagi siswa

Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan siswa lebih dapat

mentaati tata tertib sekolah dan tidak melanggarnya.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah hasil penelitian diperlukan sebuah sistematika

pembahasan dalam laporan penelitian ini. Penelitian ini dikelompokkan menjadi

6 bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang saling berkaitan satu

sama lainnya. Sistematika ini menguraikan secara garis besar apa yang termaktub

dalam setiap bab. Sistematika pembahasan dalam skripsi ini dirancang untuk di

uraikan dengan sistematika sebagai berikut:

Bab Pertama, Pendahuluan. Yang merupakan ilustrasi skripsi secara

keseluruhan. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, fokus penelitian,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

pembahasan.

Bab Kedua, Kajian Teori. Pada bab ini berfungsi untuk menjelaskan

telaah hasil kajian terdahulu dan kerangka awal teori yang digunakan sebagai

landasan melakukan penelitian yang terdiri dari: definisi guru, peran guru dan

tata tertib sekolah.

Bab Ketiga, Metode Penelitian. Pada bab ini berisi tentang metode

penelitian yang digunakan, diantaranya: pendekatan dan jenis penelitian,

(13)

pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan dan

tahapan-tahapan penelitian.

Bab Keempat, Paparan Data dan Temuan Penelitian. Pada bab ini berisi

tentang data umum yang meliputi: letak geografis, visi dan misi, keadaan guru

dan siswa, dan sarana prasarana di SMP Ma’arif 5 Ponorogo dan data khusus

yang berkaitan dengan rumusan masalah.

Bab kelima, Pembahasan. Merupakan bab yang membahas tentang

analisis data yang diperoleh dalam penelitian yang meliputi analisis tentang

penerapan tata tertib dan peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah di

SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

Bab keenam, Penutup. Ini merupakan bab terakhir dari semua rangkaian

pembahasan dari bab I sampai bab VI. Bab ini dimaksud untuk memudahkan

(14)

10

BAB II

TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN TEORI

A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

Di samping menggunakan buku-buku atau referensi yang relevan, peneliti

juga melihat hasil penelitian terdahulu agar nantinya dapat dilihat persamaan dan

perbedaannya. Dalam telaah penelitian terdahulu ini peneliti menemukan bahwa:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Binti Ila Rohmah, berjudul:

“Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa melalui

Penerapan Tata Tertib Murid (Studi Kasus di MI Ma’arif Patihan Wetan

Babadan Ponorogo)”.1 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa MI Ma’arif

Patihan Wetan Babadan Ponorogo melakukan Tugas kepala sekolah sebagai

manajer, beliau menyerahkan langsung kepada pihak guru dan wali kelas untuk

bertanggung jawab menerapkan tata tertib murid, selain itu juga mengawasi atau

mengontrol para guru dan siswa dalam penerapan tata tertib murid. Tugas kepala

sekolah sebagai leader (pemimpin), beliau mendorong siswa-siswinya untuk

memiliki kemauan kuat dalam mentaati tata tertib murid agar kedisiplinannya

meningkat, dan memberikan bimbingan, arahan, teguran mengenai pelanggaran

yang sifatnya nampak di umum, yang biasanya dilakukan siswa ketika upacara

berlangsung. Tugas kepala sekolah sebagai educator (pendidik), ia memberi

(15)

teladan atau contoh pada siswa seperti datang lebih awal, membuang sampah di

tempatnya, selalu ikut menjalankan shalat berjamaah, dan untuk memberikan

efek jera ia memberi ajaran berupa hukuman pada siswa yang melanggar.

Hambatan yang dihadapi kepala sekolah dalam menerapkan tata tertib murid

untuk meningkatan kedisiplinan siswa di MI Ma’arif Patihan Wetan Babadan

Ponorogo yaitu: kurangnya kepedulian dari pihak guru untuk selalu aktif

menerapkan, menginformasikan atau mensosialisasikan pada siswa-siswi, karena

walaupun sudah ditempelkan di dinding setiap kelas terkadang anak-anak

mungkin tidak membacanya. Selain itu hambatan yang beliau alami yaitu tentang

keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler terkadang ada yang

aktif hadir terkadang juga tidak. Solusi yang dilakukan kepala sekolah untuk

mengatasi hambatan dalam meningkatkan kedisiplinan siswa melalui penerapan

tata tertib murid sebagai berikut:

1. Kepala sekolah segera bertindak tegas untuk mengatasinya dengan selalu

mengingatkan pada pihak guru agar bisa ikut bekerjasama untuk selalu

menerapkan tata tertib murid dengan konsisten, kemudian selalu

menginformasikan atau mensosialisasikan pada siswa supaya siswa selalu

mengingat peraturan tata tertib murid dan bisa meningkatkan perilaku

disiplin pada siswa.

2. Memberikan absen dalam setiap kegiatan ekstrakulikuler supaya siswa lebih

aktif untuk hadir dengan adanya pengabsenan di setiap kegiatan

(16)

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Adapun persamaan

penelitian pertama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah

sama-sama menggunakan penerapan tata tertib. Sedangkan untuk perbedaanya

terletak pada perannya, untuk penelitian ini perannya menggunakan peran kepala

sekolah, sedangkan yang akan peneliti bahas ini tentang peran guru.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Indah Retno, berjudul: “Peran

Guru Dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas IV dan V di SDN

Ngunjung 2 Maospati Magetan”.2 Hasil penelitian ini menunjukkan Peran guru

sebagai pembimbing dalam membentuk karakter disiplin siswa kelas IV dan V

dengan memberi bimbingan dengan bentuk persuasif yang tidak memojokkan

pada kesalahan siswa, dalam pemberian bimbingan guru harus memahami fisik

maupun psikis siswa agar melaksanakan tugas dengan baik. Selain itu, selalu

mengarahkan dengan cara pemberian tugas, upacara bendera serta memasang tata

tertib yang bertujuan untuk melatih siswa agar patuh pada peraturan.

Mengadakan kegiatan yang menunjang kedisiplinan peserta didik seperti

esktrakurikuler pramuka, mengadakan bacaan Asmaul Husna, infaq dan TPA.

Peran guru sebagai penasihat dalam membentuk karakter disiplin siswa kelas IV

dan V selalu memberikan contoh yang baik bagi siswa dan memberikan nasihat

yang selalu dihubungkan dengan agama serta moral. Peran guru sebagai

pengawas dalam membentuk karakter disiplin siswa kelas IV dan V selalu

(17)

melakukan pengamatan serta penilaian pada siswa.Dalam hal pengamatan dan

penilaian guru tidak membeda-bedakan antara siswa laki-laki maupun

perempuan.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Adapun persamaan

penelitian kedua dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah

sama-sama menggunakan peran guru. Sedangkan untuk perbedaanya terletak

pada pembahasannya yaitu tentang peran guru dalam membentuk karakter

disiplin siswa, dan yang akan peneliti bahas ini tentang peran guru dalam

menegakkan tata tertib sekolah.

B. Kajian Teori 1. Peran Guru

a. Pengertian Guru

Dalam bahasa Arab, guru dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz

yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim (tempat

memperoleh ilmu). Artinya, guru adalah seseorang yang memberikan

ilmu. Pendapat klasik mengatakan bahwa guru adalah orang yang

pekerjaannya mengajar (hanya menekankan satu sisi tidak melihat sisi

lain sebagai pendidik dan pelatih). Namun, pada dinamika selanjutnya,

definisi guru berkembang secara luas. Guru disebut pendidik profesional

karena guru itu telah menerima dan memikul beban dari orangtua untuk

(18)

Surat Keputusan (SK), baik dari pemerintah atau swasta untuk

melaksanakan tugasnya, dan karena itu memiliki hak dan kewajiban

untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan

sekolah.

Guru merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus.

Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki

keahlian untuk melakukan pekerjaan sebagai guru. Pekerjaan guru

memerlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional,

yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan pembelajaran dengan

berbagai ilmu pengetahuan. Profesi ini juga perlu pembinaan dan

pengembangan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan

prajabatan.3

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang

memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan

masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di

tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa

juga di masjid, di surau atau mushola, di rumah, dan sebagainya.

Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di

masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati,

sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin

(19)

bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi

orang yang berkepribadian mulia.

Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di pundak

guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat. Mengemban tugas

memang berat, tapi lebih berat lagi mengemban tanggung jawab. Sebab

tanggung jawab guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga di

luar sekolah. Pembinaan yang harus guru berikan pun tidak hanya secara

kelompok (klasikal), tetapi juga secara individual. Hal ini mau tidak mau

menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku, dan

perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah, tetapi di luar

sekolah sekalipun.4

Karena itu, tepatlah apa yang dikatakan oleh Drs.N.A. Ametembun,

bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab

terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun

klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.5

Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator

sehingga siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi dasar dan

kemampuannya secara optimal melalui lembaga pendidikan sekolah, baik

yang didirikan oleh pemerintah atau swasta.6

4Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 31.

5Djamarah, 32.

(20)

Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005

tentang guru dan dosen, Bab 1 pasal 1 ayat 1, bahwa yang dimaksud

dengan guru adalah pendidik profesional yang memiliki tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Orang

yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang

program pembelajaran, serta mampu menata dan mengelola kelas agar

siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat

kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.7

Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan

identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru

harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, mencakup tanggung

jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.8

Jadi guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung

jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik agar

dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan

sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.9

7Suprihatiningrum, Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan Kompetensi Guru), 24.

(21)

b. Peran Guru

Peran adalah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri

khas semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru harus

bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi

belajar-mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil

tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai

prinsip-prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan

kata lain guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar

yang sebaik-baiknya.10

Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, dia menjalankan sesuatu peranan.11 Setiap orang

mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola

pergaulan hidupnya. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan

apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa

yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.

Dalam keseluruhan proses pendidikan, khususnya pendidikan di

sekolah, guru memegang peranan paling sentral. Perilaku guru dalam

proses pendidikan akan memberikan pengaruh yang kuat bagi pembinaan

perilaku dan kepribadian siswa. Oleh karena itu, perilaku hendaknya

(22)

dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan

pengaruh positif dalam terhadap proses dan hasil pendidikan. Psikologi

guru merupakan kajian psikologis terhadap berbagai aspek perilaku guru

dalam proses pendidikan di sekolah dan di luar sekolah. Peran (role) guru

merupakan keseluruhan perilaku yang harus dilakukan guru dalam

melaksanakan tugasnya sebagai guru. Guru mempunyai peranan yang

luas, baik di sekolah, di dalam keluarga, maupun masyarakat.12

Di sekolah ia berperan sebagai perancang pengajaran, pengelola

pengajaran, penilai hasil pembelajaran, pengarah pembelajaran, dan

sebagai pembimbing siswa. Di dalam keluarga guru berperan sebagai

pendidik atau family educator. Sedangkan di masyarakat, guru berperan

sebagai pembina masyarakat (social developer), pendorong masyarakat

(social motivator), penemu masyarakat (social innovator), dan sebagai

agen masyarakat (social agent). Guru yang baik dan efektif adalah guru

yang dapat memainkan semua peranan itu secara baik dan utuh.13

Banyak peran yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau

siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peran yang

diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini:

(23)

a) Korektor

Sebagai korektor guru harus bisa membedakan antara nilai

yang baik dan buruk. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan

dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak

anak didik. Bila guru membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan

peranannya sebagai korektor, yang menilai dan megoreksi semua

sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didik. Koreksi yang harus guru

lakukan terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya di sekolah,

tetapi di luar sekolah pun harus dilakukan. Sebab tidak jarang di luar

sekolah anak didik justru lebih banyak melakukan pelanggaran

terhadap norma-norma susila, moral, sosial, dan agama yang hidup di

masyarakat. Lepas dari pengawasan guru dan kurangnya pengertian

anak didik terhadap perbedaan nilai kehidupan menyebabkan anak

didik mudah larut di dalamnya.14

b) Inspirator

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang

baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah

masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk

(ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti

harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari pengalaman pun

bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang

(24)

penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang

dihadapi oleh anak didik.15

c) Informator

Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Informasi yang baik

dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan dari guru adalah racun

bagi anak didik. Menjadi informasi yang baik dan efektif, penguasaan

bahasalah kuncinya. Ditopang dengan penguasaan bahan yang akan

diberikan kepada anak didik. Informator yang baik adalah guru yang

mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.16

d) Organisator

Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang

diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan

pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah,

menyusun kalender akademik, dan sebagainya.17

e) Motivator

Sebagai motivator, guru hendaknya mendorong anak didik agar

bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru

dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik

malas belajar dan menurun perestasinya di sekolah. Setiap saat guru

15Djamarah, 44.

(25)

harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatif

tidak mustahil ada di antara anak didik yang malas belajar dan

sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan

memperhatikan kebutuhan anak didik. Penganekaragaman cara belajar

memberikan penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan

motivasi pada anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar. Peranan

guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, karena

menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran

sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi

diri.18

f) Inisiator

Dalam peranannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi

pencetus ide-ide kemajuan pendidikan dan pengajaran. Kompetensi

guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media pendidikan dan

pengajaran harus diperbarui sesuai kemajuan media komunikasi dan

informasi abad ini.19

g) Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan

fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik.

Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas

18Djamarah, 45.

(26)

yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang

kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena

itu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga

akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan bagi anak

didik.20

h) Pembimbing

Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar

mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan

masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Murid-murid membutuhkan bantuan guru

dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan,

kesulitan memilih pekerjaan, kesulitan dalam hubungan sosial, dan

interpersonal. Karena itu setiapa guru perlu memahami dengan baik

tentang teknik bimbingan kelompok, penyuluhan individual, teknik

mengumpulkan keterangan, teknik evaluasi, statistik penelitian,

psikologi kepribadian, dan psikologi belajar. Harus dipahami bahwa

pembimbing yang terdekat dengan murid adalah guru. Karena murid

menghadapi masalah di mana guru tak sanggup memberikan bantuan

cara memecahkannya, baru meminta bantuan kepada ahli bimbingan

(27)

(guidance specialist) untuk memberikan bimbingan kepada anak yang

bersangkutan.21

i) Penghubung

Sekolah berdiri diantara dua lapangan yakni disatu pihak

mengemban tugas menyampaikan dan mewariskan ilmu, teknologi,

dan kebudayaan yang terus menerus berkembang dengan lajunya, dan

dilain pihak ia bertugas menampung aspirasi, masalah, kebutuhan,

minat, dan tuntutan masyarakat. Diantara kedua lapangan inilah

sekolah memegang peranannya sebagai penghubung dimana guru

berfungsi sebagai pelaksana. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh

guru untuk menghubungkan sekolah dan masyarakat, antara lain

dengan public relation, buletin, pameran, pertemuan-pertemuan

berkala, kunjungan masyarakat, dan senagainya. Karena itu

keterampilan guru dalam tugas-tugas ini senantiasa perlu

dikembangan.22

j) Pengelola kelas

Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola

kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak

didik dan dalam rangka menerima pelajaran dari guru. Kelas yang

terlalu padat dengan anak didik, pertukaran udara yang kurang, penuh

(28)

kegaduhan, lebih banyak tidak menguntungkan bagi terlaksananya

interaksi edukatif yang optimal. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan

umum dari pengelolaan kelas, yaitu menyediakan dan menggunakan

fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar

mencapai hasil yang baik dan optimal. Jadi, maksud dari pengelolan

kelas adalah agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi

yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya.

k) Mediator

Sebagai mediator guru hendaknya, memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai

bentuk dan jenisnya, baik media non material maupun materil. Media

berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses

interaksi edukatif. Keterampilan menggunakan semua media itu

diharapkan dari guru yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan

pengajaran. Sebagai mediator, guru dapat diartikan sebagai penengah

dalam proses belajar anak didik. Guru harus mampu menjadi sebagai

pengatur dan mencari jalan keluar dari pemecahan masalah.

Bagaimana menganalisis permasalahan agar dapat diselesaikan.23

l) Supervisor

Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu

memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.

(29)

Teknik-teknik supervisor bukan hanya karena posisi atau kedudukan

yang ditempatinya, akan tetapi kerena pengalamannya, pendidikannya,

kecakapannya, atau keterampilan yang dimilikinya atau karena

memiliki kepribadian yang menonjol.

m)Evaluator

Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang

evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang

menyentuh aspek ekstrinsik dan instrinsik. Penilaian terhadap aspek

instrinsik lebih menyentuh pada aspek nilai (values). Penilaian

terhadap kepribadian anak didik tentu lebih diutamakan dari pada

penilaian terhadap jawaban anak didik ketika diberikan tes.24

n) Pengawas

Sebagai pengawas guru harus senantiasa mengawasi seluruh

perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam efektif sekolah,

sehingga kalau terjadi pelanggaran terhadap disiplin harus segera

diatasi.25

o) Penasehat

Guru sebagai penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang

tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat

dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.

24Djamarah, 48.

(30)

Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat

keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Peserta

didik akan menemukan sendiri dan secara mengherankan, bahkan

mungkin menyalahkan apa yang ditemukannya, serta akan mengadu

kepada guru sebagai orang kepercayaannya.26

2. Tata Tertib Sekolah

a. Pengertian Tata Tertib Sekolah

Ditinjau dari bentuk katanya tata tertib berasal dari dua kata yaitu

tata dan tertib yang keduanya mempunyai arti sendiri-sendiri. Tata

menurut kamus umum bahasa Indonesia diartikan aturan, sistem dan

susunan, sedangkan tertib mempunyai arti peraturan. Jadi tata tertib

menurut pengertian etimology adalah sistem atau susunan peraturan

yang harus ditaati atau di patuhi.27

Tata tertib adalah kumpulan aturan-aturan yang dibuat secara

tertulis dan mengikat anggota masyarakat. Tata tertib sekolah

merupakan aturan yang harus dipatuhi setiap warga sekolah tempat

berlangsungnya proses belajar mengajar. Pelaksanaan tata tertib sekolah

akan dapat berjalan dengan baik jika guru, aparat sekolah, dan siswa

saling mendukung tata tertib sekolah, kurangnya dukungan dari siswa

akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang

(31)

diterapkan di sekolah. Tata tertib sekolah merupakan satu kesatuan yang

tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain sebagai aturan

yang berlaku di sekolah agar proses pendidikan dapat berlangsung

secara efektif dan efisien.28

Tata tertib murid adalah bagian dari tata tertib sekolah, di

samping itu masih ada tata tertib guru dan tata tertib tenaga

administratif. Kewajiban menaati tata tertib sekolah adalah hal yang

penting sebab merupakan bagian dari sistem persekolahan dan bukan

sekadar sebagai kelengkapan sekolah.29

Untuk memperoleh ketertiban yang baik, maka diperlukan

pendidikan tentang tata cara sopan santun, nilai moral dan sosial agar

dapat hidup rukun di lingkungan keluarga dan masyarakat. Setiap

pendidikan moral yang bertujuan untuk membantu generasi penerus

untuk mencapai ketertiban dan kedamaian harus memiliki tata tertib

sekolah yang lengkap, yaitu yang menyangkut segala segi kehidupan di

sekolah yang harus dilaksanakan, di taati dan dilindungi bersama oleh

segenap unsur yang ada di sekolah.

(32)

Dengan demikian setiap usaha yang dilakukan dalam pendidikan

tidak lain adalah untuk mengubah tingkah laku yang sedemikian rupa

sehingga menjadi tingkah laku yang diingiinkan.30

Menurut Suharsimi, peraturan tata tertib merupakan sesuatu untuk

mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa.31

1) Peraturan menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya umum

yang harus dipatuhi oleh siswa. Misalnya, peraturan tentang kondisi

yang harus dipenuhi oleh siswa di dalam kelas pada waktu pelajaran

sedang berlangsung.

2) Tata tertib menunjuk pada patokan atau standar untuk aktifitas

khusus. Misalnya, tentang penggunaan seragam, penggunaan

laboratorium, mengikuti upacara bendera, mengerjakan tugas

rumah, pembayaran SPP, dan lain sebagainya.

b. Tujuan Tata Tertib Sekolah

Tata tertib sekolah tidak hanya membantu program sekolah, tapi

juga untuk menunjang kesadaran dan ketaatan terhadap tanggung jawab.

Sebab rasa tanggung jawab inilah yang merupakan inti dari kepribadian

yang sangat perlu dikembangkan dalam diri anak, mengingat sekolah

adalah salah satu pendidikan yang bertugas untuk mengembangkan

potensi manusia yang dimiliki oleh anak agar mampu menjalankan

(33)

tugas-tugas kehidupan manusia, baik secara individu maupun sebagai

anggota masyarakat.32

Adapun secara rinci tujuan tata tertib sekolah dapat dibedakan

menjadi dua bagian, yaitu:

1) Bagi anak didik

a) Menginsafkan anak akan hal-hal yang teratur, baik dan buruk.

b) Mendorong berbuat yang tertib dan baik serta meninggalkan

yang baik atau buruk.

c) Membiasakan akan ketertiban pada hal-hal yang baik.

d) Tidak menunda pekerjaan bila dapat dikerjakan sekarang.

e) Menghargai waktu seefektifitas mungkin.

2) Bagi sekolah

a) Ketenangan sekolah dapat tercipta.

b) Proses belajar mengajar dapat berjalan lancar.

c) Terciptanya hubungan baik antara guru dengan siswa dan

antara siswa yang satu dengan yang lain.

d) Terciptanya apa yang menjadi tujuan dari sekolah tersebut.

c. Unsur-Unsur Tata Tertib di Sekolah

Untuk mewujudkan situasi yang tertib sebuah lembaga

pendidikan guru yang sering bertanggung jawab untuk menyampaikan

(34)

dan mengontrol berlakunya tata tertib. Tata tertib bisa berjalan apabila

ada kerjasama antara guru dan siswa. akan tetapi apabila tata tertib bisa

berjalan maka tata tertib bisa dibagi menjadi dua yaitu: ada yang berlaku

untuk umum (seluruh lembaga pendidikan) maksudnya, sebuah tata

tertib yang diberlakukan untuk semua kalangan yang ada di dalam

sebuah lembaga itu, ada pula yang khusus (hanya untuk dikelas)

maksudnya adalah tata tertib ini diberlakukan untuk siswa saja tidak

berlaku untuk guru atau karyawan. Semua tata tertib, baik yang berlaku

untuk umum maupun untuk khusus meliputi tiga unsur, yaitu:

1) Perbuatan atau perilaku yang diharuskan dan yang dilarang.

Contoh: jika terlambat datang harus melapor ke bagian pengajaran

untuk memperoleh surat keterangan terlambat yang harus

diserahkan kepada guru yang sedang mengajar.

2) Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku atau

pelanggar tata tertib.

Contoh: jika terlambat datang tetapi tidak melapor ke bagian

pengajaran dianggap tidak masuk sekolah, dan setibanya di kelas

tidak diijinkan mengikuti pelajaran.

3) Cara atau prosedur untuk menyampaikan tata tertib kepada subyek

yang dikenai tata tertib tersebut.

Contoh: peraturan tentang keterlambatan datang ke sekolah

(35)

pada waktu mereka mendaftarkan kembali sesudah dinyatakan

diterima di sekolah yang bersangkutan.33

Dalam aspek agama unsur-unsur tata tertib meliputi: Wajib

karena baik untuk individu atau kelompok. Sunnah karena dianggap

baik. Mubah karena boleh dilakukan. Makruh karena dianggap tidak

baik dan haram karena dilarang.34

d. Pentingnya Tata Tertib Sekolah

Adanya pendidikan mempunyai tujuan yaitu untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi manusia.

Tujuan yang ada tersebut sulit tercapai bila lingkungan disekitarnya

tidak mendukung. Oleh karena itu lembaga pendidikan sekolah sebagai

salah satu komponen yang mewujudkan tujuan pendidikan harus

mempunyai tata tertib. Adanya tata tertib sangat membutuhkan karena

sedikit banyak akan menumbuhkan kedisiplinan pada anak. Agar anak

menjadi disiplin, tentunya kedisiplinan ini harus dimulai dari pihak yang

memberikan pengajaran. Dalam menanamkan disiplin pada anak harus

konsisten artinya apa yang diperintahkan oleh subyek disiplin kepada

obyek disiplin (siswa) subyek juga harus menjalankannya.35

33Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, 123-124.

34Hasan Langgulun, Manusia dan Pendiidkan, (Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan) (Jakarta: Pustaka alHusna, 1986), 89.

(36)

J.A. Comunius mengemukakan pentingnya tata tertib sekolah,

yaitu : “suatu sekolah yang tidak mempunyai tata tertib ibarat kincir

yang tidak berair”.36

Berdasarkan dari pedoman tersebut apabila sekolah tidak

mempunyai tata tertib akan menimbulkan ketimpangan dalam proses

belajar mengajar. Oleh karena itu tata tertib sekolah merupakan syarat

mutlak terjaminya kelangsungan hidup suatu kesatuan sosial. Dan

sekolah merupakan salah satu kesatuan sosial yang menjadi wadah

pendidikan.37

1) Bagi pendidik

a) Dengan adanya tata tertib memungkinkan untuk membantu

keamanan sekolah, ketentraman dilingkungan sekolah,

sehingga proses belajar mengajar dapat menjadi lancar.

b) Dengan adanya tata tertib memungkinkan bagi pendidik

membuat suasana pergaulan kearah pendidikan yang baik,

dengan demikian pendidikan akan mudah memperhatikan

kondisi dari anak didik.

36Wasty Sumanto, 142.

(37)

2) Bagi siswa

a) Dengan adanya tata tertib menjadikan suasana belajar lebih

terkendali sehingga memudahkan siswa untuk menangkap

pelajaran.

b) Tata tertib dapat membiasakan anak didik untuk menghormati

hak dan kepentingan orang lain dengan menahan kemauan

mereka.

c) Siswa akan sadar bahwa tata tertib dibuat untuk kebaikan bagi

mereka.38

e. Faktor-faktor penyebab timbulnya pelanggaran tata tertib sekolah

Permasalahan yang dihadapi siswa adalah timbul karena adanya

sebab diantara faktor keluarga, lingkungan sekolah, dan faktor

masyarakat. Berikut akan penjelasan dari ketiga faktor tersebut:

1) Faktor keluarga

Keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam

melaksanakan proses sosialisasi pribadi anak dan juga keluarga

memberikan pengaruh menentukan pembekalan watak kepribadian

anak.

Keluarga merupakan lingkungan terdekat dalam membesarkan,

mendewasakan, dan mendapat pendidikan yang pertama kalinya.

Mulai dari awal lahir dibina atau dididik oleh keluarga sampai

(38)

menginjak usia sekolah baru dititipkan ke lembaga pendidikan

formal.

2) Faktor lingkungan sekolah

Sekolah merupakan pendidikan yang kedua setelah keluarga

bagi anak-anak. Permasalahan yang disebabkan oleh faktor sekolah

adalah:

a) Adanya guru yang kurang simpatik terhadap siswanya.

b) Fasilitas pendidikan yang kurang memadai.

c) Hubungan antaraguru dan siswa yang kurang harmonis.

d) Cara mengajar guru yang membosankan.39

3) Faktor lingkungan masyarakat

Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan

ketiga setelah keluarga dan sekolah. Masyarakat dapat memberi

pengaruh terhadap perilaku anak, membentuk kebiasaan

pengetahuan anak.40

Anak remaja yang sebagai anggota masyarakat selalu

mendapat pengaruh dari keadaan dan lingkungannya baik langsung

mauupun tidak langsung, dan lingkungan sekitar tidak selalu baik

dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak.

(39)

hal yang dapat menyebabkan remaja menajadi nakal dan melanggar

peraturan diantaranya:

a) Persaingan dan perekonomian.

b) Kurangnya saranadan pemanfaatan waktu dengan kegiatan

yang positif bagi para remaja.

c) Pengaruh bagi teman sebaya.

d) Pengaruh media massa.

e) Kurangnya kegiatan atau pendidikan keagamaan dalam

masyarakat.41

(40)

36

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting). Penelitian

kualitatif ini memiliki karakteristik alami karena menggunakan sumber data

langsung, proses lebih dipentingkan dari pada hasil.1 Hal ini disebabkan adanya

hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila

diamati dalam proses. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan

secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial.2 Dalam beberapa

bidang studi, pada dasarnya lebih tepat digunakan jenis penelitian kualitatif,

misalnya penelitian yang berupaya mengungkap sifat atau pengalaman seseorang

dengan fenomena tertentu. Pendekatan kualitatif dapat digunakan untuk

mengungkapkan dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikitpun

belum diketahui.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus,

di mana studi kasus itu sediri adalah suatu deskripsi intensif untuk menganalisis

1Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1998), 31.

(41)

institusi ataupun masyarakat. Peneliti ini mencoba menggambarkan subyek

penelitian didalam keseluruhan tingkahlakunya, yakni tingkah laku itu sendiri

beserta hal-hal yang melingkupinya, hubungan antara tingkah laku dengan

riwayat timbulnya tingkah laku, demikian pula hal-hal lain yang berkaitan

dengan tingkah laku tersebut. Peneliti juga mencoba untuk mencermati individu

atau sebuah unit secara mendalam.3 Studi kasus adalah suatu studi yang bersifat

komprehensif, intens, rinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya

menelaah permasalahan yang bersifat kontemporer.

Keunikan atau keunggulan dari studi kasus secara umum adalah

memberikan peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara

mendalam, detail, intensif dan menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti. Ini

adalah kekuatan utama sebagai karakteristik dasar dari studi kasus. Selain itu

studi kasus juga memiliki keunggulan spesifik lainnya, yakni studi kasus dapat

memberikan informasi penting mengenai hubungan antar-variabel serta

proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas, studi kasus

memberi kesempatan untuk memperoleh konsep-konsep dasar perilaku manusia.

Melalui penyelidikan intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan

hubungan-hubungan yang mungkin tidak diduga sebelumnya, studi kasus dapat

menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar

(42)

besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial. Studi kasus

dalam penelitian ini adalah tentang peran guru dalam menegakkan tata tertib

sekolah.

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai key instrument, yaitu orang

yang membuka kunci, menelaah, dan mengeksplorasi seluruh ruang secara

cermat dan leluasa. Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari

pengamat berperan serta, sebab peran penelitilah yang menentukan keseluruhan

skenarionya. Sehingga peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, yang mana

peneliti merencanakan penelitian, kemudian mencari data yang meliputi

observasi dan wawancara awal tentang penerapan tata tertib sekolah dan peran

guru dalam menegakkan tata tertib sekolah. Selanjutnya mengumpulkan data,

menganalisis dan menulis hasil penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Peneliti memilih tempat di SMP Ma’arif 5 Ponorogo, dengan beberapa

hal yang menjadi pertimbangan, yaitu SMP Ma’arif 5 Ponorogo merupakan

lembaga yang bernaungan pendidikan Islam. Dari tata tertib sekolah yang telah

(43)

tertib sekolah. Dan mengetahui peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah.

D. Data dan Sumber Data

Data yang dicari adalah untuk menjawab rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu tentang bagaimana penerapan tata tertib sekolah di SMP

Ma’arif 5 Ponorogo dan bagaimana peran guru dalam menegakkan tata tertib

sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Berdasarkan

pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa yang dimaksud dengan sumber data

adalah dari mana peneliti akan mengedepankan dan menggali informasi yang

berupa data-data yang diperlukan. Sumber data secara garis besar terdiri orang

(person), tempat (place) dan kertas atau dokumen (paper).4

Sumber data dari penelitian kualitatif ini terdiri dari sumber data manusia

dan non manusia. Dari sumber data manusia datanya berupa kata-kata dan

tindakan. Untuk sumber data non manusia, datanya adalah berupa data tambahan

seperti dokumen, foto dan lainnya.5 Kata-kata dan tindakan informan pada

penelitian ini berasal dari kepala sekolah, guru dan siswa SMP Ma’arif 5

4Arikunto, 99.

(44)

menjadi sumber data utama.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif diskriptif terdapat beberapa metode

pengumpulan data, yaitu:

1. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan

seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara

secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni wawancara tak terstruktur dan

terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara

mendalam.6 Jenis wawancara yang akan digunakan oleh peneliti adalah

wawancara tak terstruktur.

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada :

a. Kepala Sekolah SMP Ma’arif 5 Ponorogo, sebagai penentu kebijakan

dalam sebuah lembaga pendidikan, peneliti mencari informasi mengenai

penerapan tata tertib sekolah dan peran guru dalam menegakkan tata

tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

(45)

penerapan tata tertib sekolah dan bagaimana peran guru dalam

menegakkan tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

c. Siswa SMP Ma’arif 5 Ponorogo, untuk mengetahui bagaimana peran guru

dalam menegakkan tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

2. Observasi

Observasi adalah aktivitas untuk memperhatikan sesuatu dengan

menggunakan alat panca indera, yaitu melalui penglihatan, penciuman,

pendengaran, peraba, dan mengecap.7 Observasi merupakan metode

pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek

penelitian.8 Hasil observasi ini dicatat dalam catatan lapangan karena hal ini

sangat bermanfaat atau penting bagi peneliti. Bahkan dapat dikatakan bahwa

dalam penelitian kualitatif ”jantungnya” adalah catatan lapangan.9 Penelitian

kualitatif mengandalkan pengamatan atau wawancara dalam pengumpulan

data di lapangan. Pada waktu berada di lapangan, peneliti membuat

”catatan”, setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun

”catatan lapangan”.10 Observasi sebagai teknik pengumpulan data

mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain.

7Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, 310. 8Arikunto, 77.

(46)

observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek yang lain.11

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi sekolah,

siswa, penerapan tata tertib sekolah, kondisi guru yang akan diteliti serta

peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5

Ponorogo. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu participant observation (observasi berperan

serta) dan non participant observation (observasi non partisipasi). Dalam

penelitian ini menggunakan non participant observation. Ini berarti peneliti

tidak terlibat langsung dengan aktivitas orang yang sedang diamati. Peneliti

hanya mengamati, mencatat, menganalisis dan selanjutnya membuat

kesimpulan dari apa yang telah dilihatnya.

Pada observasi ini peneliti mengamati bagaimana upaya atau peran

guru dalam menegakkan tata tertib sekolah. Serta bagaimana penerapan tata

tertib sekolah tersebut di terapkan. Apakah sudah terlaksana dengan baik

atau belum. Kemudian melihat bagaimana peran guru supaya tata tertib

sekolah dapat terlaksana dengan baik. Serta mencoba melihat seberapa besar

tingkat keberhasilan dan dampak dari upaya tersebut. Hasil observasi ini

ditulis lengkap dan disajikan dalam transkrip observasi.

(47)

Teknik dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang

menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah

yang akan diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan

berdasarkan perkiraan. Dalam penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari

dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap

bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.12

Teknik ini digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang

gambaran umum sekolah terkait lokasi, visi dan misi, tujuan, keadaan

pendidik dan peserta didik, kondisi sekolah, sarana-prasarana, dan data

terkait tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh dengan berbagai macam teknik pengumpulan data,

maka diperlukan analisis data. Analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

(48)

dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.13

Langkah-langkah analisis data ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar: 3.1 Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman

a. Pengumpulan Data

Pada tahap ini peneliti bekerja untuk memperoleh data

sebanyak-banyaknya dari subyek penelitian dengan wawancara, observasi dan

dokumentasi.

b. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting. Reduksi data bukan hanya sekedar

membuang data yang tidak diperlukan, melainkan merupakan upaya yang

dilakukan oleh peneliti selama analisis data dilakukan dan merupakan langkah

13Suwandi, 334.

Penyajian data Pengumpulan data

Reduksi data

(49)

data terkumpul yakni yang berkaitan dengan masalah tata tertib sekolah

selanjutnya dipilih yang penting dan difokuskan pada pokok permasalahan.

Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama,

melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data.

Pada tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan mengenai

berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta proses-proses

sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok dan

pola-pola data. Kemudian pada tahap terakhir dari reduksi data, peneliti

menyusun rancangan konsep-konsep (mengupayakan konseptualisasi). Dalam

penelitian ini, reduksi data bermanfaat untuk memilah dan memilih data-data

yang sesuai dengan penelitian terkait peran guru dalam menegakkan tata tertib

sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

c. Penyajian Data (data display)

Penyajian data adalah proses penyusunan informasi yang kompleks ke

dalam suatu bentuk yang sistematis. Penyajian data (data display) melibatkan

langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data

yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang

dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan penelitian kualitatif data

biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk maka membantu

(50)

kelompok-dengan kerangka teori yang digunakan.

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

Penyajian data menguraikan data dengan teks yang bersifat deskriptif. Tujuan

penyajian data ini adalah memudahkan pemahaman terhadap apa yang diteliti

dan bisa segera dilanjutkan penelitian ini berdasarkan penyajian yang telah

difahami. Dengan menyajikan data, akan memudahkan peneliti untuk

memahami apa yang terjadi.

d. Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying Conclusions).

Drawing and Verifying Conclusions adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan, peneliti pada dasarnya

mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola

data yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat.14

Kesimpulan dalam penelitian ini mengungkap temuan berupa hasil

deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih kurang jelas dan

apa adanya kemudian diteliti menjadi lebih jelas dan diambil kesimpulan.

Kesimpulan ini untuk menjawab rumusan masalah yang dirumuskan di awal.

(51)

Dalam penelitian kualitatif ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk

mengembangkan validitas data atau mengecek keabsahan data. Dalam penelitian

ini peneliti mengecek keabsahan data dengan teknik triangulasi, yaitu

membandingkan data-data yang sudah diperoleh dari satu sumber kepada sumber

yang lain agar tercapai keabsahan data.15

H. Tahapan-tahapan Penelitian

Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan

ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan

hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah:

1. Tahap Pra Lapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih

lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan

lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan

penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian;

2. Tahap Pekerjaan Lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan

persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan

data;

3. Tahap Analisis Data, yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan

data;

4. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.

(52)

48

BAB IV

DESKRIPSI DATA

A. Deskripsi Data Umum

1. Lokasi SMP Ma’arif 5 Ponorogo

SMP Ma’arif 5 Ponorogo berlokasi di Jalan Seloaji No 25 Ngrumpit, Kec. Jenangan, Kab. Ponorogo. Ini adalah sekolah swasta berbasis Islam dan

lokasi sekolah ini berdampingan dengan sekolah MI Ma’arif Ngrumpit.

2. Visi dan Misi SMP Ma’arif 5 Ponorogo

a. Visi: Berprestasi, terampil dan berbudaya berdasarkan iman dan taqwa.

Indikator visi :

1) Berprestasi dalam kelulusan.

2) Berprestasi dalam kegiatan ekstrakurikuler.

3) Terampil dalam pegembangan kurikulum.

4) Terampil dalam proses pembelajaran.

5) Terampil dalam penilaian prestasi akademik dan non akademik.

6) Terampil dalam kelembagaan dan manajemen sekolah.

7) Berbudaya dalam sarana dan prasarana pendidikan.

(53)

b. Misi

Misi merupakan tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi sekolah

yang telah ditetapakan, dalam mewujudkan visi tersebut antara lain:

1) Menumbuhkembangkan sikap dan amaliyah keagamaan islam.

2) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif dalam upaya

meningkatkan pembelajaran yang berwawasan lingkungan.

3) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh

warga sekolah baik dalam prestasi akademik maupun non

akademik.

4) Meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan.

5) Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir dan

berwawasan kedepan.

6) Mewujudkan pembiayaan pendidikan yang memadai wajar dan adil.

7) Melaksanakan pengembangan model-model penilaian

pembelajaran.

3. Tujuan Sekolah SMP Ma’arif 5 Ponorogo

a. Tersusunnya ktsp dilengkapi silabus tiap mata pelajaran, rencana

pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa dan sistem penilaian.

b. Menghasilkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran

(54)

c. Terlaksananya proses belajar-mengajar yang mengarah pada program

pembelajaran berbasis “kompetensi”.

d. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar

mampu bersaing dan melajutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.

e. Meningkatnya prestasi akademik dan non akademik.

f. Berhasil menjadi 10 besar dalam lomba mata pelajaran di tingkat

kabupaten.

g. Menjadi juara pada lomba olahraga atletik, bola voli, dan tenis meja

tingkat kabupaten.

h. Memperoleh kejuaraan dalam lomba bidang seni karawitan di tingkat

kabupaten.

i. Meningkatnya jumlah siswa yang dapat membaca al-qur’an dengan baik dan benar.

j. Meningkatnya kompetensi professional pendidik dan tenaga

kependidikan.

k. Tersedianya sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai.

l. Terwujudnya pengembangan model-model penilaian pembelajaran.

4. Keadaan Pendidik dan Peserta Didik SMP Ma’arif 5 Ponorogo

a. Keadaan Pendidik

Kepala Sekolah : 1

(55)

Guru Bantu Pusat : 1

Tenaga Administrasi : Laki-laki 1 dan Perempuan 2

b. Keadaan Peserta didik

Di SMP Ma’arif 5 Ponorogo jumlah siswa kelas VII, VIII, IX, dari tiap

tahunnya berbeda-beda, dari tahun:

2012/2013 jumlah siswa keseluruhan adalah 67

2013/2014 jumlah siswa keseluruhan adalah 60

2014/2015 jumlah siswa keseluruhan adalah 48

2015/2016 jumlah siswa keseluruhan adalah 34

5. Kondisi SMP Ma’arif 5 Ponorogo

Peningkatan kondisi di sekolah ini adalah usaha segenap unsur sekolah

yang telah bekerja keras untuk meningkatkan mutu SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

a. Luas Tanah : 2090 m

b. Ruang Kepala Sekolah : 1 Buah

c. Ruang Kantor : 1 Buah

d. Ruang Guru : 1 Buah

e. Ruang Perpustakaan : 1 Buah

f. Ruang Laboraturium IPA : 1 Buah

g. Ruang UKS : 1 Buah

(56)

i. Toilet : 1 Buah

6. Sarana dan Prasarana SMP Ma’arif 5 Ponorogo

Sarana dan prasarana di SMP Ma’arif 5 Ponorogo memadai. Sarana dan prasarana yang masih perlu diperbaiki dan dilengkapi meliputi: ruang

dan buku-buku perpustakaan, ruang media, ruang dan peralatan laboraturium

IPA, peralatan olahraga dan ruang mushola. Hasil analisis menunjukkan

perlunya perhatian dari pemerintah dan komite sekolah untuk melengkapi

sarana dan prasarana yang masih kurang.

7. Data Tata Tertib Sekolah SMP Ma’arif 5 Ponorogo

Jenis-jenis pelanggaran tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo adalah sebagai berikut:

1. Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan pembelajaran

Ketentuan pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran di sekolah diatur

sebagai berikut :

a. Waktu kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran

b. Siswa tidak dibenarkan berada di luar kelas pada saat kegiatan

pembelajaran berlangsung tanpa seizin guru kelas kecuali kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan di lapangan.

c. Siswa tidak dibenarkan keluar ruangan kelas pada jam pelajaran,

Referensi

Dokumen terkait

Kajian DRPs Kasus 13 Diabetes Mellitus tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI...

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan tingkat stres perawat di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD dr. Responden diharapkan

Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu keadaan dimana gigi bebas dari plak dan calkulus serta penyakit mulut lainnya, kebersihan mulut yang bagus akan membuat

bernama Dimas Anggara Ndaru Nirre dengan judul penelitian “Hubungan Faktor Risiko Ergonomi yang Terhadap Risiko Nyeri Punggung Bawah Pada Perawat Bedah Rumah

Sejauh penelusuran terhadap referensi yang telah dilakukan, penelitian mengenai kajian pengetahuan orangtua terhadap penggunaan multivitamin pada anak di Kecamatan

1 Burse Co wishes to calculate its weighted average cost of capital and the following information relates to the company at the current time:.. Number of ordinary shares

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Pamekasan Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pengendalian Mutu dan Perlindungan