PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN
DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN GURU DAN JENJANG
SEKOLAH
Survei: Guru SD, SMP dan SMA Negeri dan Swasta di Kecamatan Wates
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
D
Oleh :
Fransiska Setyowati
041334017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN
DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN GURU DAN JENJANG
SEKOLAH
Survei: Guru SD, SMP dan SMA Negeri dan Swasta di Kecamatan Wates
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
D
Oleh :
Fransiska Setyowati
041334017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Yesus kristus dan Bunda Maria…
Bapak dan Ibu tersayang…
Kakakku Atik, Tutut, dan Wiwid…
v
MOTTO
Masa Depan,…...
Bukan Sekedar Impian
Perubahan,………
Bukan Sekedar Pembicaraan
Kemenangan,………
Bukan Sekedar Penantian
Semua adalah Kenyataan yang berproses di kehidupan
Dari DIA, oleh DIA, Untuk DIA di dalam Kita.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Mahakasih karena skripsi ini telah selesai
tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan program Studi Pendidikan Akuntansi
penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai
masukkan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1.
Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2.
Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3.
Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma.
4.
Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji I yang telah
meluangkan waktu, memberikan kritik, saran dan masukan sehingga skripsi ini
menjadi lebih baik.
5.
Ibu B.Indah nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku dosen penguji II yang telah
meluangkan waktu, memberi kritik, saran dan masukan sehingga skripsi ini
menjadi lebih baik.
ix
7.
Dinas Pendidikan Kulon Progo Unit I dan II yang selama ini memberikan data
yang saya butuhkan untuk kelancaran penulisan skripsi ini.
8.
BAPEDA Kulon Progo yang memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di
Kecamatan Wates.
9.
Kepala Sekolah SD, SMP dan SMA Negeri dan Swasta Se-Kecamatan Wates
yang telah memberikan ijin kepada saya untuk melakukan penelitian disekolah
yang Bapak/Ibu pimpin.
10.
Bapak Sumulyo
dan
ibu Sunarti
yang selama ini memberikan
bantuan materiil dan moril hingga saya selesai menjadi sarjana.
Pak…bu iyak dah
jadi sarjana…
11.
Mas Tono dan Mbak Wiwid yang memberikan materiil dan semangat sampai
lulus seperti sekarang. Matur Nuwun ya Mas aku tiap hari dikasih sangu…
12.
Mbak Tutut yang memberiku semangat disaat penulis butuh bimbingan seorang
kakak pada adiknya.
13.
Mbak Atik yang mendorongku untuk segera lulus…sekarang aku udah lulus
mbak.
14.
Adikku Ambar yang selalu terima ocehanku disaat aku capek cari data-data
skripsi.
15.
‘Laras’, ‘Abel’, ‘Ega’, ‘Nata’ dan ‘Albin’ yang membuat diriku ceria meski
capek mengerjakan skripsi.
16.
Keluarga Besar
Mbah Selo Wisastro
x
18.
Angela, Tantri, Venti, Emi, Wina, Lasmi, Maryati makasih atas persahabatan
yang indah ini. Mari kita berjuang untuk langkah selanjutnya.
19.
Mas Erik Aji yang selalu jadi dokter komputerku. Jasamu tak bisa kulupakan.
20.
Mas Dwi Widiyanto dengan kesabaran mengajari olah data. Nuwun banget ya
mas….
21.
Semua teman-teman angkatan 2004. Semangat….
22.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
dukungan dan bantuan pada penulis.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat
diharapakan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Yogyakarta, 18 Agustus 2009
Penulis
xi
ABSTRAK
PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN
DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN DAN JENJANG SEKOLAH
Survai: Guru-guru SD, SMP dan SMA se- Kecamatan Wates, Kabupaten
Kulon Progo
Fransiska Setyowati
Universitas Sanata Dharma
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru
terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian dan (2)
perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari
jenjang sekolah. Penelitian ini dilaksanakan di 33 sekolah yaitu SD, SMP, dan
SMA baik negeri maupun swasta yang berada di Kecamatan Wates. Waktu
penelitian bulan juni sampai Agustus 2008.
Penelitian ini merupakan penelitian survai. Populasi penelitian ini adalah
seluruh guru SD, SMP dan SMA se- Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo
yang berjumlah 535 orang. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner dan
wawancara. Teknik analisis data menggunakan
Analysis of Variance
(ANOVA).
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru
terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian (F
hitung=,6,303 > F
tabel= 2,622); (2) ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru
xii
ABSTRACT
TEACHERS’ PERCEPTION TOWARDS TEACHER’ CERTIFICATION
PERCEIVED FROM OCCUPATION STATUS AND SCHOOL GRADE
A Survey on Elementary School, Junior High School and Senior High School
teachers in Wates,Kulon Progo Regency
Fransiska Setyowati
Sanata Dharma University
2009
This study aims at revealing (1) the difference of teachers’ perception
toward teachers’ certification perceived from their occupation status and (2) the
difference of the teachers’ perception toward the teachers’ certification perceived
from the school grade. This study was conducted in 33 schools of private and
public Elementary School, Junior High School, and Senior High School. This
study was done fom June to August 2008.
This is a survey research. Populations of this research are 535 teachers of
Elementary School, Junior High School and Senior High School in Wates, Kulon
Progo. Data were collected by using questionnaire and interview. These data were
analyzed by using Analysis Of Variance (ANOVA).
The result of study shows that (1) there is a different perception toward
teachers certification perceived from their occupation status (F
coun t= 6,303 > F
tablexiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
... i
HALAMAN PENGESAHAN
... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
... iii
MOTTO
... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
... v
KATA PENGANTAR
... vi
ABSTRAK
...
vii
ABSTRACT
... viii
DAFTAR ISI
... ix
DAFTAR TABEL
... xii
DAFTAR LAMPIRAN
... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ... 1
B.
Batasan Masalah ... 4
C.
Rumusan Masalah ... 4
D.
Tujuan Penelitian ... 5
E.
Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Persepsi ... 6
1.
Pengertian Persepsi ... 6
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ... 7
B.
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan ... 8
xiv
1.
Pengertian Guru Tetap dan Guru Tidak Tetap ... 12
D.
Jenjang Sekolah ... 15
E.
Kerangka Berpikir ... 17
F.
Hipotesis Penelitian ... 20
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian ... 21
B.
Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
C.
Subyek dan Obyek Penelitian ... 21
D.
Populasi Penelitian ... 22
E.
Operasionalisasi Variabel ... 24
F.
Teknik Pengumpulan Data ... 28
G.
Pengujian Instrumen Penelitian ... 28
H.
Teknik Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data ... 37
B.
Analisa Data ... 43
C.
Pembahasan Hasil Penelitian ... 48
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan ... 53
xv
C.
Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Nama Sekolah, Status Sekolah dan Jumlah Guru ... 22
Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru terhadap Sertifikasi
Guru dalam Jabatan ... 24
Tabel 3.3. Skoring Berdasarkan Skala Likert ... 26
Tabel 3.4. Bobot skor untuk Status Kepegawaian ... 27
Tabel 3.5. Bobot Skoring untuk jenjang Sekolah ... 28
Tabel 3.6. Rangkuman Uji Validitas untuk Persepsi Guru terhadap
Sertifikasi Guru dalam Jabatan ... 30
Tabel 4.1. Sebaran Responden Penelitian ... 37
Tabel 4.2. Status Kepegawaian ... 39
Tabel 4.3. Jenjang Sekolah ... 39
Tabel 4.4. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru dalam Jabatan ... 40
Tabel 4.5. Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru dalam Jabatan
ditinjau dari Status Kepegawaian ... 41
Tabel 4.6. Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru dalam Jabatan
ditinjau dari Jenjang Sekolah ... 42
Tabel 4.7. Hasil Pengujian Normalitas Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi
Guru Dalam Jabatan ditinjau dari Status Kepegawaian ... 43
Tabel 4.8. Hasil Pengujian Normalitas Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi
Guru Dalam Jabatan ditinjau dari Jenjang Sekolah ... 44
xvii
Tabel 4.10. Anova Persepsi guru terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
ditinjau dari Status Kepegawaian ... 46
Tabel 4.11. Anova Persepsi guru terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 58
Lampiran 2. Data Validitas dan Reliabilitas ... 65
Lampiran 3. Data Induk Penelitian ... 70
Lampiran 4. Analisa Data ... 102
Lampiran 5. Tabel F dan r ... 108
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan
menduduki peranan penting sehingga perlu mendapatkan prioritas yang tinggi
dalam pendidikan. Melalui pendidikan, seseorang diberikan bekal agar
potensinya berkembang sehat, wajar, optimal, dan bersifat adaptif, sehingga
sifat dasar manusia yang eksploratif dan kreatif dapat berkembang dan
menemukan artikulasi dalam wadah pendidikan (Pudjo Suharso, 1993:7).
Pendidikan adalah suatu usaha untuk menumbuhkan potensi sumber daya
manusia. Kegiatan pendidikan tersebut diselenggarakan pada semua satuan
dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar 9 tahun, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi (Muhibin,1995). Secara umum, satuan
pendidikan secara formal tersebut diselenggarakan di sekolah. Di sekolah,
guru adalah salah satu komponen dalam proses belajar mengajar, yang ikut
berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di
bidang pembangunan (Sardiman, 1985:123). Oleh karena itu, guru yang harus
berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga
profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.
Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak
Sejak lama profesi guru kurang diperhatikan oleh pemerintah meskipun
peranan guru sangat besar dalam membentuk peserta didik menjadi manusia
yang berkualitas. Sejauh ini pemerintah lebih menitikberatkan pembangunan
fisik daripada pendidikan. Hal ini tampak dari jumlah anggaran pendidikan
yang lebih kecil dari anggaran bidang lainnya. Belajar dari negara lain yang
berkembang dengan pesat di segala bidang karena negara–negara tersebut
menitikberatkan pembentukan sumber daya manusia melalui sistem
pendidikan yang bermutu, pemerintah tersadar untuk memperbaikinya.
Pemerintah saat ini telah berusaha mengalokasikan dana yang cukup besar
pada bidang pendidikan khususnya untuk meningkatkan mutu guru dengan
memperhatikan kompentensi yang harus ada pada setiap guru. Dengan
memiliki guru yang berkompetensi, maka diharapkan pembentukan sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Pengalokasian dana yang cukup besar pada peningkatan kompetensi guru
memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan kesejahteraan para guru. Dengan
memperbaiki kesejahteraan guru di harapkan guru mempunyai motivasi
dalam bekerja. Motivasi bekerja yang tinggi penting dalam diri seorang guru
mengingat guru adalah tokoh sentral dalam pendidikan.
UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen mengamanatkan bahwa
untuk menjadi guru seseorang harus berkualifikasi minimal sarjana (S-1) atau
diploma empat (D-IV) dan memiliki sertifikat pendidik. Selain itu, para guru
dituntut memiliki kompetensi yang menjadi standar dalam pendidikan, yaitu
kompetensi sosial. Untuk memastikan guru yang memiliki kompetensi di atas,
maka pemerintah mengadakan uji kompetensi. Bagi guru yang lulus uji
kompetensi maka akan memperoleh sertifikat pendidik. Selanjutnya guru yang
bersangkutan pada tahun berikutnya akan memperoleh tunjangan profesi
sebesar satu kali gaji pokok.
Program sertifikasi guru dalam jabatan ini memberikan kesempatan yang
sama bagi guru tetap maupun guru tidak tetap, tetapi guru tetap dan guru tidak
tetap memiliki tingkat dukungan yang berbeda terhadap sertifikasi guru dalam
jabatan. Guru tetap lebih positif menanggapi sertifikasi guru dalam jabatan
karena mereka berpeluang lebih besar untuk mengikuti sertifikasi sebab
mereka lebih dapat memenuhi persyaratan sertifikasi guru daripada guru tidak
tetap.
Jenjang sekolah dapat menjadi sumber perbedaan persepsi guru terhadap
sertifikasi guru dalam jabatan. Guru yang ingin mengikuti sertifikasi guru
dalam jabatan harus memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana atau
Diploma IV yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen
pembelajaran. Dengan adanya persyaratan tersebut yang menyebabkan
persepsi mereka berbeda, dilihat dari tingkat pendidikan guru SD, SMP, dan
SMA/SMK. Guru SD paling berat untuk memenuhi kualifikasi akademik yang
disyaratkan sebab banyak guru SD yang umumnya belum memiliki ijazah S-1,
pada umumnya mereka hanya memiliki ijazah SPG atau D-2. Konsekuensi
logis dari persyaratan ini tentu saja para guru harus melanjutkan kependidikan
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai “
PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI
GURU DALAM JABATAN DITINJAU DARI STATUS
KEPEGAWAIAN GURU DAN JENJANG SEKOLAH”.
Penelitian ini
merupakan survai pada guru SD, SMP, dan SMA Negeri dan Swasta di
Kecamatan Wates.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi
guru dalam jabatan. Ada banyak faktor yang berhubungan dengan persepsi
guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan. Dalam penelitian ini penulis
akan membatasi pada persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan
ditinjau dari status kepegawaian guru dan jenjang sekolah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penelitian ini dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1.
Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam
jabatan ditinjau dari status kepegawaian guru?
2.
Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi
guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian guru.
2.
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi
guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Hasil penelitian diharapkan sebagai wahana sosialisasi sertifikasi bagi
guru yang belum mengetahui tentang sertifikasi.
2. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini digunakan untuk memetakan guru-guru yang
memenuhi kualifikasi sertifikasi guru dalam jabatan yang dilakukan
pemerintah.
3.
Bagi Universitas Sanata Dharma
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Pengertian Persepsi Istilah persepsi digunakan untuk mengetahui
bagaimana proses mengetahui sesuatu dari sekitar dengan mempergunakan
alat-alat indra (Dakir, 1967:67). Proses berarti bahwa seseorang dapat
mengetahui sesuatu dari hasil pengamatan yang dilakukan dengan
menggunakan indera (pendengaran, penglihatan, peraba, pencium, perasa)
sehingga akan didapat sesuatu yang dimaksud.
Menurut Davidoff (1988:232), persepsi adalah proses yang
mengorganisir dan menggabungkan data-data indra kita (pengindraan)
untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari
sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri. Sementara menurut Thoha
(1988:138), persepsi adalah proses pemahaman yang dialami oleh setiap
orang dalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat
penginderaan, penglihatan, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci
untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi
itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan,
yaitu merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus oleh individu
(obyek, kualitas hubungan antar gejala maupun peristiwa) sampai
rangsangan itu disadari dan dimengerti disebut persepsi (Irwanto dkk,
1988:71).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa persepsi adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan
dan menginterpretasikan rangsangan dari lingkungannya melalui panca
indera, sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang
diinderakan.
1.
Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Thoha (1988:149-156), ada berbagai macam faktor yang
mempengaruhi persepsi yang berasal dari dalam maupun dari luar, Adapun
faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor-faktor dari Luar
1)
Intensitas
Prinsip intensitas dari perhatian dapat dinyatakan bahwa semakin
besar intensitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar pula hal
itu dipahami.
2)
Ukuran
Faktor ini menyatakan bahwa semakin besar untuk obyek semakin
mudah untuk bisa diketahui atau dipahami.
3)
Pengulangan
Dalam prinsip ini dikemukakan bahwa stimulus dari luar yang
diulang akan memberi perhatian yang lebih besar dibanding dalam
sekali lihat.
4)
Gerakan
Prinsip gerakan ini antara lain menyatakan bahwa orang akan
memberikan banyak perhatian terhadap obyek yang bergerak dalam
jangkauan pandangannya dibandingkan dari obyek yang diam.
5) Baru dan familiar
Prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru
maupun yang sudah dikenal dapat dipergunakan sebagai penarik
perhatian.
b. Faktor-faktor dari Dalam
1) Proses belajar (
learning
) dari dalam yang membentuk adanya
perhatian kepada suatu obyek sehingga menimbulkan adanya
persepsi adalah didasarkan dari kekomplekan kejiwaannya.
Kekomplekan kejiwaan ini selaras dengan proses pemahaman atau
belajar dan motivasi yang di punyai masing-masing
2) Motivasi
Selain proses belajar dapat membentuk persepsi diri dalam lainnya
yang juga menentukan terjadinya persepsi antara lain motivasi dan
kepribadian pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari proses
belajar, tetapi keduanya juga mempunyai dampak yang sangat
penting dalam proses pemilihan persepsi.
3) Kepribadian
Unsur ini sangat erat hubungannya dengan proses belajar dan
motivasi mempunyai akibat tentang apa yang diperhatikan dalam
menghadapi suatu situasi
B. Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
Menurut Peraturan Menteri No 18 tahun 2007 tentang sertifikasi
bagi guru dalam jabatan, sertifikasi guru dalam jabatan adalah proses
pemberian sertifikat pendidik untuk guru dalam jabatan. Sertifikasi adalah
proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Dasar hukum tentang
perlunya sertifikasi guru dinyatakan dalam pasal 8 Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2004 tentang guru dan dosen, bahwa guru harus
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Mengenai apa itu sertifikat pendidik dapat kita lihat
dalam pasal 1 ayat (12), bahwa sertifikat pendidik adalah bukti formal
sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga
profesional. Sedangkan pada pasal 11 ayat (2), menyatakan sertifikat
Untuk itu, guru dapat memperoleh sertifikasi pendidik jika telah
memenuhi dua syarat, yaitu kualifikasi pendidikan minimum yang telah
ditentukan Sarjana (S1) atau Diploma Empat (D4) dan terbukti telah
menguasai 4 kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Kedua hal
tersebut dapat dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Mengingat peserta
sertifikasi tiap tahun terbatas dan jumlah guru yang memenuhi kualifikasi
minimal bervariasi maka juga perlu mempertimbangkan (1) masa
kerja/pengalaman mengajar, (2) usia, (3) pangkat/golongan (bagi PNS),
(4) beban mengajar, (5) jabatan/tugas tambahan dan (6) prestasi kerja.
Penyelenggara sertifikasi ini telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu oleh
perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.
Dalam buku pedoman sertifikasi guru dalam jabatan dijelaskan
bahwa pelaksanaan sertifikasi guru melibatkan berbagai institusi.
Standarisasi kualitas proses dan hasil sertifikasi guru diperlukan institusi
berbentuk konsorsium, yaitu Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG). Sesuai
dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.056/P/2007
keanggotaan KSG terdiri atas berbagai institusi yang terkait dengan
penyelenggaraan sertifikasi guru tersebut, sebagai berikut :
1.
Direktur Jenderal pendidikan Tinggi Depdiknas.
2.
Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan tenaga
3.
Sekretaris Jenderal Departemen Agama.
4.
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hadayatullah.
5.
Rektor Universitas Pendidikan Indonesia.
6.
Rektor Universitas Negeri Makasar.
7.
Rektor IKIP PGRI Semarang.
8.
Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.
9.
Rektor Universitas Katholik Sanata Dharma Yogyakarta.
10.
Rektor Universitas Negeri Padang.
11.
Dekan FKIP Universitas Palangkaraya.
Dalam sertifikasi bagi guru dalam jabatan, guru akan memperoleh
sertifikat pendidik apabila lalui uji kompetensi. Uji kompetensi yang
dilakukan dalam bentuk portofolio, yaitu kumpulan dokumen yang
mencerminkan kompetensi guru. Portofolio juga berfungsi sebagai: (1)
wahana guru untuk menampilkan dan atau membuktikan unjuk kerja yang
meliputi produktivitas, kualitas, dan relevansi melalui karya-karya utama
dan pendukung, (2) informasi atau data dalam memberikan pertimbangan
tingkat kelayakan kompetensi seorang guru bila dibandingkan dengan
standar yang ditetapkan, (3) dasar menentukan kelulusan seorang guru
yang mengikuti sertifikasi dan (4) dasar memberikan rekomendasi bagi
peserta yang belum lulus untuk menentukan kegiatan lanjutan sebagai
representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan guru. Komponen
penilaian portofolio mencakup (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
1.
Kualifikasi akademik.
2.
Pendidikan dan pelatihan.
3. Pengalaman mengajar.
3.
Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
4.
Penilaian dari atasan dan pengawas.
5.
Prestasi akademik.
6.
Karya pengembangan profesi.
7.
Keikutsertaan dalam forum ilmiah.
8.
Keikutsertaan dalam forum ilmiah
9.
Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial
10.
Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
Guru yang belum lulus uji kompetensi akan diberikan kesempatan
untuk mengulang ujian materi pendidikan dan pelatihan yang belum lulus,
sesuai dengan prosedur. Apabila sampai pengulangan penilaian guru
tersebut tidak lulus juga , maka guru tersebut wajib mengikuti pendidikan
dan pelatihan (diklat) profesi guru untuk meningkatkan kompetensi guru
sesuai dengan persyaratan sebagai guru profesional yang telah ditetapkan
oleh undang-undang. Diklat ini akan dilaksanakan oleh perguruan tinggi
yang telah ditetapkan oleh meteri pendidikan nasional. Penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan profesi guru ini diakhiri dengan ujian yang
mencakup ujian tulis dan ujian kinerja (praktek mengajar). Ujian tulis
untuk mengungkapkan kompetensi profesional, sedangkan ujian praktik
kepribadian. Keempat kompetensi tersebut juga bisa dinilai selama proses
pelatihan berlangsung.
Bagi yang lulus, kesejahteraan guru akan terjamin karena mereka
akan mendapatkan tunjangan profesi pendidik sebesar satu kali gaji pokok
yang dibayarkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Banyak
harapan yang ungin diwujudkan dari program sertifikasi guru ini, bukan
hanya kesejahteraan saja yang ingin dicapai, tetapi diharapkan juga dengan
adanya sertifikasi ini ada banyak lulusan sekolah menengah yang menjadi
tenaga pendidik. Dulu guru dianggap pekerjaan yang gajinya kecil , tetapi
sekarang tidak lagi karena profesi guru sangat menjanjikan
kesejahteraannya dengan adanya tunjangan satu kali gaji pokok.
C. Status Kepegawaian Guru
Status kepegawaian tenaga pendidikan pada suatu lembaga
pendidikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu guru tetap dan guru tidak
tetap. Adapun pengertian guru tetap dan guru tidak tetap sebagai berikut
(M.S. Suwondo, 2003:439) :
1.
Pengertian Guru Tetap dan Guru Tidak Tetap
a.
Guru Tetap adalah guru yang diangkat menjadi pegawai tetap pada
suatu instansi pendidikan yang berkewajiban mengajar 24 jam per
minggu dan melaksanakan tugas administrasi lainnya. Guru tetap
dapat berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau bukan
b.
Guru Tidak Tetap adalah guru yang belum diangkat menjadi
pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan, baik instansi
pendidikan negeri maupun swasta. Guru tidak tetap dapat berstatus
sebagai guru bantu. Pengadaan guru bantu dapat dilakukan melalui
ikatan kerja dengan sistem kontrak yang sebelumnya proses seleksi
yang berorientasi pada standar kompetensi guru dan dilaksanakan
secara terpadu melalui kerjasama antara pemerintah pusat, propinsi
dan kabupaten/kota.
2.
Pengertian Guru menurut (Piet A. Sahertian, 1994:13):
a.
Guru negeri adalah guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu
instansi milik pemerintah, guru yang dipekerjakan di suatu instansi
swasta tetapi tetap digaji pemerintah.
b. Guru swasta adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu
dan digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta masih
dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti :
1.
Guru Honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh
yayasan atau lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan tersebut
tetapi belum mengajar penuh.
2.
Guru Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh
yayasan dan sudah berstatus sebagai guru tetap yayasan.
c.
Guru Tetap adalah guru yang diangkat menjadi pegawai tetap pada
minggu dan melaksanakan tugas administrasi lainnya. Guru tetap
berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
d.
Guru Tidak Tetap adalah guru yang belum diangkat menjadi
pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan, baik instansi
pendidikan negeri maupun swasta. Guru tidak tetap dapat berstatus
sebagai guru bantu. Pengadaan guru bantu dapat dilakukan melalui
ikatan kerja dengan sistem kontrak yang sebelumnya proses seleksi
yang berorientasi pada standar kompetensi guru dan dilaksanakan
secara terpadu melalui kerjasama antara pemerintah pusat, propinsi
dan kabupaten/kota.
Undang – Undang Guru tahun 2005 menyebutkan bahwa :
Guru tetap adalah guru yang dipekerjakan secara permanen oleh
pemerintah, pemerintah daerah, BHP atau badan hukum lainnya yang
menyelenggarakan satuan pendidikan.
Guru Tetap Pegawai Negeri Sipil adalah guru tetap yang diangkat sebagai
pegawai negeri sipil oleh pemerintah dan/ pemerintah daerah berdasar
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Guru tetap Non PNS adalah guru tetap yang diangkat oleh BHP, atau
badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan,
berdasarkan perjanjian kerja.
Guru Tidak Tetap adalah guru yang diangkat sementara oleh pemerintah,
pemerintah daerah, BHP atau badan hukum lainnya yang
menyelenggarakan satuan pendidikan, berdasarkan perjanjian kerja.
D. Jenjang Sekolah
1. Tingkat Sekolah
Menurut Subroto (1984:7), jenjang sekolah terdiri dari :
b.
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
c.
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
d.
Perguruan Tinggi (PT)
Menurut Nawawi (1982:54), jenjang sekolah terdiri dari :
a.
Taman Kanak-Kanak (TK)
b.
Sekolah Dasar (SD)
c.
Sekolah Lanjutan terdiri dari dua tingkat yaitu Tingkat Pertama
dan Sekolah Lanjutan Atas
d.
Perguruan Tinggi (PT)
Menurut Nawawi (1982:56) setiap jenjang sekolah memiliki tujuan
yang berbeda adapun tujuan masing-masing jenjang sekolah adalah
sebagai berikut :
a.
Tujuan pendidikan Sekolah Dasar
Menurut PP 28/1990 tujuan pendidikan Sekolah Dasar untuk
memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,
warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta
didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
b.
Tujuan pendidikan Sekolah Lanjutan
Menurut Nawawi (1982:62), tujuan pendidikan sekolah lanjutan
adalah:
1)
Mengembangkan integritas kepribadian murid.
2)
Menyalurkan dan memenuhi kebutuhan setiap murid.
3)
Mengarahkan dorongan melakukan eksplorasi sesuai dengan
minat, bakat dan kemampuan masing-masing.
4)
Menumbuhkan kesadaran terhadap minat dan bakat masing
masing.
5)
Membantu mengembangkan cara belajar yang efisien.
7)
Membantu untuk memperoleh pengetahuan secara sistematik dan
mengembangkan kemampuan penggunaannya secara praktis.
c.
Tujuan Pendidikan Perguruan Tinggi
Menurut Nawawi (1982:66), tujuan pendidikan perguruan tinggi
untuk:
1)
Memberikan kesempatan perkembangan individual secara
maksimal dalam berbagai kemampuan guna menjalankan
tugas-tugas kehidupannya.
2)
Membantu pewarisan kebudayaan kepada generasi muda yang
berkewajiban mengembangkannya di masa yang akan datang.
3)
Meningkatkan penguasaan pengetahuan melalui pengembangan
kemampuan melakukan penelitian dan berbagi kegiatan yang
kreatif.
4)
Membantu mempergunakan hasil belajar dalam kehidupan nyata
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.
E. Kerangka Berpikir
1.
Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status
kepegawaian guru.
Status kepegawaian tenaga kependidikan dapat dibedakan menjadi
dua yaitu guru tetap dan guru tidak tetap. Meskipun status kepegawaian
mereka berbeda namun tugas mereka sama yaitu mendidik. Mengingat
peran guru sangat besar dalam proses pembelajaran, maka mutu guru
harus ditingkatkan. Peningkatan mutu guru ini diselenggarakan melalui
sertifikasi guru yang nantinya dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan
guru. Untuk mendapatkan sertifikasi, seorang guru harus mengikuti uji
kompetensi. Para guru harus memenuhi syarat untuk melakukan uji
kompetensi yang dilakukan dalam bentuk portofolio. Adapun komponen
portofolio mencakup: 1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan
pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi
akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum
ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan
(10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Dilihat dari komponen penilaian portofolio diatas, status
kepegawaian tidak termasuk dalam penilaian. Tetapi, bila ditelusuri lebih
lanjut ada yang membuat persepsi antara guru tetap dan guru tidak tetap
akan berbeda. Pernyataan ini muncul di dukung dengan adanya pedoman
dalam buku 1 yang menyatakan bahwa hanya guru negeri (PNS) dan guru
tetap yayasan (GTY) saja yang dapat menjadi peserta sertifikasi guru jadi
mereka lebih positif menyikapi adanya sertifikasi. Berbeda dengan guru
yang memiliki status guru tidak tetap, guru honorer dan guru bantu mereka
cenderung memiliki tanggapan negatif karena mereka tidak bisa mengikuti
sertifikasi guru. Dengan demikian diduga ada perbedaan persepsi guru
terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian
guru.
2.
Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang
sekolah.
Pendidikan harus di tempuh seseorang secara berjenjang. Dimulai
dari TK, SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Jenjang pendidikan ini
harus ditempuh secara urut karena tiap-tiap jenjang sekolah memiliki
tujuan yang berbeda-beda. Pendidikan di SD merupakan bekal untuk dapat
melanjutkan ke SMP dan begitu seterusnya sampai pada perguruan tinggi.
Dari tujuan itulah, para guru dituntut untuk memiliki kemampuan dan
kreatif. Maka dari itu, pemerintah akan memberikan kesejahteraan yang
lebih bagi guru pada setiap jenjang sekolah atas kemampuan dan
kreatifitasnya.
Pemerintah tidak memberikan tambahan kesejahteraan begitu saja.
Para guru harus lulus uji kompetensi yang berbentuk portofolio.
Komponen portofolio mencakup (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan
pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi
akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum
ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan
(10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Dilihat dari tujuan tiap-tiap jenjang sekolah yang berbeda-beda,
maka sangat mungkin karakter dari para guru yang berbeda-beda pula.
Tingkat pendidikan guru juga mempengaruhi persepsi mereka terhadap
sertifikasi, sebab guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik
minimal sarjana atau Diploma IV (S1/D-IV) untuk mengikuti sertifikasi
guru dalam jabatan. Kenyataannya masih banyak guru SD yang memiliki
kualifikasi pendidikan belum S-I mereka kebanyakan lulusan SPG atau
D2. Padahal kualifikasi akademik untuk S-1 merupakan syarat untuk
mengikuti sertifikasi guru dalam jabatan. Dengan kata lain bagi guru SD
yang belum S-I harus melanjutkan kependidikan S-I dan hal itu
membutuhkan waktu untuk menyelesaikannya. Sedangkan untuk guru
SMP dan SMA mengutamakan keikutsertaan guru yang masa pengabdian
atau masa kerjanya yang sudah lama dan masih banyak guru yang harus
melanjutkan S-I. Secara umum proporsi guru SMA yang sudah memenuhi
kualifikasi jenjang pendidikan S-I lebih banyak di banding guru pada
jenjang SMP. Berdasarkan uraian tersebut di atas diduga ada perbedaan
persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang
F. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis
merupakan
jawaban sementara dari permasalahan penelitian yang
diteliti. Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka perumusan
hipotesisnya adalah sebagai berikut :
1.
Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan
ditinjau dari status kepegawaian.
2. Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survei. Menurut Van Dalen
dituliskan dalam bukunya (Arikunto,2006:110), survei bukanlah hanya
bermaksud mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud menentukan
kesamaan status dengan cara membandingkan dengan standar yang sudah
dipilih atau ditentukan. Hasil atau kesimpulan yang ditarik dari penelitian
tidak bisa digeneralisasikan ditempat lain.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD, SMP, SMA negeri dan swasta di Kecamatan Wates.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2008
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang-orang yang terlibat penelitian. Dalam hal ini
yang menjadi subyek penelitian adalah guru-guru SD, SMP, dan SMA
negeri dan swasta di Kecamatan Wates.
Obyek penelitian adalah persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam
jabatan, status kepegawaian guru, dan jenjang sekolah.
D. Populasi Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,
2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SD, SMP, dan
SMA negeri dan swasta di Kecamatan Wates. Jumlah populasi penelitian
ini adalah 637 guru. Rincian populasi penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.1
Nama Sekolah, Status Sekolah dan Jumlah Guru
No Jenjang
Sekolah Status Sekolah
Jumlah guru
1
SD Wates II
Negeri
10 Orang
2
SD Wates IV
Negeri
23 Orang
3
SD Beji
Negeri
11 Orang
4
SD Percobaan IV
Negeri
17 Orang
5
SD Pepen
Negeri
9 Orang
6
SD Sanggrahan
Negeri
10 Orang
7
SD Bendungan I
Negeri
8 Orang
8
SD Bendungan IV
Negeri
10 Orang
9
SD Bendungan V
Negeri
10 Orang
10 SD Punukan
Negeri
10 Orang
12 SD Giripeni
Negeri
8 Orang
13 SD Kedungdowo
Negeri
10 Orang
14 SD Conegaran
Negeri
14 Orang
15 SD Wates V
Negeri
12 Orang
16 SD Kanisius Wates
Swasta
10 Orang
17 SD Muh Mutian
Swasta
24 Orang
18 SD Muh Kedunggong
Swasta
14 Orang
19 SD Muh Ngestiharjo
Swasta
12 Orang
20 SD BOPKRI Wates I
Swasta
10 Orang
21 SMP 1 Wates
Negeri
52 Orang
22 SMP 2 Wates
Negeri
31 Orang
23 SMP 3 Wates
Negeri
31 Orang
24 SMP 4 Wates
Negeri
37 Orang
25 SMP 5 Wates
Negeri
36 Orang
26 SMP BOPKRI 1 Wates
Swasta
14 Orang
27 SMP BOPKRI 2 Wates
Swasta
12 Orang
28 SMP Kanisius Wates
Swasta
12 Orang
29 SMP Muh 1 Wates
Swasta
25 Orang
30 SMA 1 Wates
Negeri
60 Orang
31 SMA 2 Wates
Negeri
40 Orang
32 SMA BOPKRI Wates
Swasta
19 Orang
E. Operasionalisasi Variabel
1. Variabel Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan adalah proses
pemahaman, menerima, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan
sertifikasi guru dalam jabatan melalui panca indera. Dimensi persepsi guru
terhadap sertifikasi guru dalam jabatan terdiri dari kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Berikut ini tabel operasionalisasi variabel persepsi guru terhadap
sertifikasi guru dalam jabatan :
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru
dalam jabatan
No
Dimensi Indikator
Pernyataan
1. Kompetensi
Pedagogik
1.
Menguasai karakteristik peserta
didik dari aspek fisik, moral,
emosional, dan intelektual.
2.
Menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
3.
Mengembangkan kurikulum yang
terkait dengan mata
pelajaran/bidang pengembangan
yang diampu.
4.
Menyelenggarakan pembelajaran
yang mendidik.
5.
Memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
potensi yang dimiliki.
7.
Berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan peserta
didik.
8.
Menyelenggarakan penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar.
9.
Memanfaatkan hasil penilaian dan
evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
10.
Melakukan tindakan reflektif
untuk peningkatan kualitas
pembelajaran
8,30
12
13
14,27
2. Kompetensi
Kepribadian
1.
Bertindak sesuai dengan norma
agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia.
2.
Menampilkan diri sebagai pribadi
yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan
masyarakat.
3.
Menampilkan diri sebagai pribadi
yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa.
4.
Menunjukan etos kerja, tanggung
jawab yang tinggi, rasa bangga
manjadi guru, dan rasa percaya diri.
5.
Menjunjung tinggi kode etik profesi
guru.
16
17
18
19,31
20
3. Kompetensi
Sosial
1.
Bersikap inklusif, bertindak
objektif, serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin,
agama, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, dan satus sosial
ekonomi.
2.
Berkomunikasi secara efektif ,
empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua, dan masyarakat.
3.
Beradaptasi di tempat bertugas di
seluruh wilayah RI yang memiliki
keragaman budaya.
4.
Berkomunikasi dengan komunitas
profesi lain secara lisan dan tulisan
atau bentuk lain.
21
22,30
23
24,30
4 Kompetensi
Profesional
1.
Menguasai materi, struktur, konsep,
dan pola keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang
diampu
2.
Menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran
atau bidang pengembangan yang
diampu
3.
Mengembangkan materi
pembelajaran yang diampu secara
kreatif.
4.
Mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
5.
Memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan
mengembangkan diri.
9
15
28
4
Pengukuran variabel persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam
jabatan didasarkan pada indikator-indikatornya. Skala yang digunakan
adalah skala Liker. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang
tentang fenomena sosial. Berikut ini disajikan tabel skoring berdasarkan
Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3.3
Skoring berdasarkan Skala Likert
Kriteria jawaban
Pernyataan Positif Pernyataan
Negatif
Sangat setuju (SS)
4
1
Setuju (S)
3
2
Tidak setuju (TS)
2
3
2.
Status Kepegawaian Guru
Status kepegawaian tenaga pendidikan pada lembaga pendidikan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu guru tetap dan guru tidak tetap. Guru tetap
adalah guru yang diangkat pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan
yang berkewajiban mengajar 24 jam per minggu dan melaksanakan tugas
administrasi lainnya sedangkan guru tidak tetap adalah guru yang belum
diangkat menjadi pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan, baik
instansi pendidikan negeri dan swasta Pemberian bobot skor untuk status
kepegawaian adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4
Bobot skor untuk status kepegawaian
Status kepegawaian
Skor
Guru Tetap (PNS)
5
Guru Tetap Yayasan (GTY)
4
CPNS 3
Guru Bantu
2
Guru Honorer
1
3.
Jenjang Sekolah
Merupakan tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan
yang dikembangkan. Pemberian skor untuk variabel jenjang sekolah adalah
Tabel 3.5
Bobot skor untuk jenjang sekolah
Jenjang Sekolah
Skor
Sekolah Dasar (SD)
1
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
2
Sekolah Menengah Atas (SMA)
3
F. Teknik Pengumpulan Data
1.
Kuesioner
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan membuat daftar
pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada responden untuk memperoleh
data tentang identitas dan penilaian responden (dalam hal ini
respondennya adalah guru) tentang persepsi mereka terhadap sertifikasi
guru dalam jabatan, status kepegawaian guru, dan jenjang sekolah.
2.
Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan
pertanyaan secara langsung atau lisan kepada responden. Teknik
pengumpulan data ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang
gambaran umum sekolah dan data lain sebagai pelengkap.
G. Pengujian Instrumen Penelitian
1.
Pengujian Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur dan dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto,
2002:146). Pengujian validitas penelitian ini didasarkan pada rumus
korelasi
product moment
dari pearson seperti tampak sebagai berikut :
}
(
)}{
(
{
)
)(
(
) 2 2 22
X
N
Y
Y
X
N
Y
X
XY
N
r
xy∑
−
∑
∑
−
∑
∑
∑
−
∑
=
Dimana :
r
xy= koefisien korelasi
product moment
X = skor total tiap item
Y = skor total dari total item
N = jumlah sampel
Butir dikatakan valid apabila koefisien korelasi hitung r
hitungbernilai positif
dan lebih besar atau sama dengan r
tabeldengan taraf signifikansi 5%.
Sebaliknya dikatakan tidak valid apabila koefisien korelasi r
hitunglebih
kecil dari r
tabeldengan taraf signifikansi 5%.
Uji validitas dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel
persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan dilakukan pada
guru-guru sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas
di luar yang menjadi populasi penelitian ini. Rangkuman uji validitas
untuk variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan adalah
sebagai berikut (lampiran II, hal 68).
Tabel 3.6
Butir
No
r
hitung
r
tabel
Status
1
0,391
0,279 Valid
2
0,503
0,279 Valid
3
0,449
0,279 Valid
4
0,284
0,279 Valid
5
0,562
0,279 Valid
6
0,606
0,279 Valid
7
0,707
0,279 Valid
8
0,584
0,279 Valid
9
0,722
0,279 Valid
10
0,539
0,279 Valid
11
0,625
0,279 Valid
12
0,721
0,279 Valid
13
0,717
0,279 Valid
14
0,736
0,279 Valid
15
0,726
0,279 Valid
16
0,617
0,279 Valid
17
0,722
0,279 Valid
18
0,678
0,279 Valid
19
0,552
0,279 Valid
20
0,628
0,279 Valid
21
0,711
0,279 Valid
22
0,728
0,279 Valid
23
0,568
0,279 Valid
24
0,662
0,279 Valid
25
0,592
0,279 Valid
26
0,739
0,279 Valid
27
0,592
0,279 Valid
28
0,642
0,279 Valid
29
0,295
0,279 Valid
30
0,368
0,279 Valid
31
0,663
0,279 Valid
Tabel di atas memperlihatkan bahwa seluruh item pertanyaan variabel
persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan menunjukkan bahwa
keputusan ini dilakukan dengan membandingkan nilai–nilai koefisien r
hitung
masing-masing butir dengan nilai koefisien r
tabel.Dengan jumlah data
sebanyak (n) sebanyak 50 responden dan derajat keyakinan 5% atau 0,05
maka diperoleh nilai r
tabelsebesar 0,279. Dari hasil pengujian diperoleh
bahwa keseluruhan koefisien nilai r
hitunglebih besar daripada r
tabel(r
hitung>
0,279). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keseluruhan butir
pertanyaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan adalah
valid.
2.
Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang reliabel
mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu
mengungkapkan data yang bisa dipercaya (Arikunto, 2002:171). Tingkat
reliabilitas kuesioner diuji dengan menggunakan koefisien Alpha rumus
Alpha :
⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜
⎝
⎛
∑
−
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
−
=
2 1 2 111
1
α
α
bk
k
r
Keterangan :
r
11= Reliabilitas instrumen
k = Jumlah butir pertanyaan
2
b
α
∑
= Jumlah varian butir
2 1
α
= Varian total
Tingkat reliabilitas kuesioner diuji pada taraf signifikansi 5%. Untuk
maka ketentuannya sebagai berikut, Jika nilai r hitung > 0,60, maka
instrumen penelitian dikatakan reliabel. Sebaliknya jika nilai r hitung <
0,60, maka dikatakan instrumen penelitian dikatakan tidak reliabel
(Nunnaly, dalam Imam Gozali, 2001:42).
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus
Alpha Cronbach
dan dikerjakan dengan rumus SPSS
for Windows
versi 13,00. Dari tiga
puluh satu butir pertanyaan variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru
dalam jabatan diperoleh nilai koefisien alpha (r
tt) sebesar 0,947.
Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai
koefisien alpha dengan 0,60. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai
koefisien alpha lebih besar dari pada nilai 0,60. Hal ini berarti bahwa
instrumen persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan dapat
dikatakan reliabel.
H. Teknik Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data hasil
pengumpulan data yang sudah didapat dan penelitian lapangan yang
meliputi responden, variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam
jabatan, status kepegawaian guru dan jenjang sekolah. Untuk keperluan
deskripsi data, maka disusun tabel distribusi frekuensi untuk data setiap
variabel.
a.
Pengujian Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data yang
digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Teknik
yang digunakan untuk uji normalitas dengan menggunakan analisis
One-Sample Kolmogorov Smirnov
(Sugiyono, 1999:255). Rumusnya
sebagai berikut :
D = Maksimum [ Fo(X
i) – S
n(X
i) ]
Keterangan :
D
= Deviasi atau penyimpangan maksimum
F
o(X
i) = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan
S
n(X
i)
= Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi
Selanjutnya untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi
masing-masing variabel normal atau tidak dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
Jika nilai probabilitas lebih besar dari
α
= 0,05 berarti sebaran data
normal dan jika nilai probabilitas lebih kecil dari
α
= 0,05 berarti
sebaran data tidak normal.
b.
Uji Homogenitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji kesamaan varians populasi yang
berdistribusi normal, berdasarkan sampel yang diambil dari populasi.
Ada beberapa metode untuk melakukan pengujian ini pengujian yang
dipakai dalam penelitian ini menggunakan ANOVA. Dalam rangka
pengujian dengan ANOVA, maka dicari varians data dengan rumus
n
X
X
n i i∑
==
1 __1
1 2 __−
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
−
=
∑
=n
X
X
S
n i iSelanjutnya penggujian homogenitas varians diuji dengan uji F
Terkecil
Varians
Terbesar
Varians
F
...
...
=
Harga F tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel,
dengan dk pembilang
η
a- 1 dan dk penyebut
η
c-1. Apabila F
hitung< F
tabel(0,05);(dk pembilang n-1;dk penyebut n-1)
, maka dapat disimpulkan bahwa varians
data yang akan dianalisis homogen, dan apabila F
hitung≥
F
tabel (0,05);(dkpembilang n-1;dk penyebut n-1)
, maka dapat disimpulkan bahwa varians data
yang akan dianalisis tidak homogen.
3.
Pengujian Hipotesis
a.
Rumusan Hipotesis
Ho
1= Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru
dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian.
Ha
1= Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam
jabatan ditinjau dari status kepegawaian.
b.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan berdasarkan Uji F (ANOVA)
k
N
nj
T
X
k
N
T
T
F
n i k j k j j ij k j j j−
−
−
−
=
∑∑
∑
∑
= = = =1 1 1 2 2 1 2 2
1
Keterangan:
X
ij= Nilai individu ke i dari sampel j.
K
= Banyaknya sampel (sampel 1, sampel 2,….,sampel k).
N
j= Banyaknya individu (ukuran) sampel j.
T
j= T
1+T
2+T
3N
= Banyaknya semua sampel
c.
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan F
hitungdengan F
tabeladalah :
Jika F
hitung≤
F
tabelmaka Ho diterima
Jika F
hitung> F
tabelmaka Ho ditolak
Pengambilan keputusan berdasarkan pada nilai probabilitas yaitu:
Jika nilai probabilitas (Sig.) > taraf nyata (0,05), maka Ho
diterima.
Jika nilai probabilitas (Sig.) < taraf nyata (0,05), maka Ho
ditolak
Catatan :
Perumusan dan pengujian hipotesis 2 dilakukan dengan cara yang
36
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus
2008. Subyek penelitian ini adalah guru-guru di SD, SMP dan SMA baik
negeri maupun swasta se-Kecamatan Wates.Keseluruhan sekolah tempat
penelitian ini adalah sebagai berikut SDN Wates II, SDN Wates IV, SDN
Beji, SDN Percobaan IV, SDN Pepen, SDN Sanggrahan, SDN Bendungan I,
SDN Bendungan IV, SDN Bendungan V, SDN Punukan, SDN Gadingan,
SDN Giripeni, SDN Kedungdowo, SDN Conegaran, SDN Wates V, SD
Kanisius Wates, SD Muh Mutian, SD Muh Kedunggong, SD Muh
Ngestiharjo, SD Bopkri Wates I, SMPN 1 Wates, SMPN 2 Wates, SMPN 3
Wates, SMPN 4 Wates, SMPN 5 Wates, SMP Bopkri 1 Wates, SMP Bopkri 2
Wates, SMP Kanisius Wates, SMP Muh 1 Wates, SMAN 1 Wates, SMAN 2
Wates, SMA Bopkri Wates, SMA Muh Wates. Kuesioner yang disampaikan
kepada guru sebagai responden penelitian ini sebanyak 637 buah. Jumlah
kuesioner yang diisi dengan lengkap oleh responden adalah sebanyak 535.
Dengan demikian
response rate
pengembalian kuesioner sebesar 84,12%.
Tabel 4.1
Sebaran Responden Penelitian
Nama Sekolah
Tersebar
Kembali
Tdk
kembali
Rusak Respon
SDN Wates II
10
10
-
-
10
SDN Wates IV
23
22
1
-
22
SDN Beji
11
10
1
-
10
SDN Percobaan IV
17
16
1
-
16
SDN Pepen
9
9
-
-
9
SDN Sanggrahan
10
10
-
-
10
SDN Bendungan I
8
8
-
-
8
SDN Bendungan IV
10
9
1
-
9
SDN Bendungan V
10
10
-
-
10
SDN Punukan
10
10
-
-
10
SDN Gadingan
10
9
1
-
9
SDN Giripeni
8
8
-
-
8
SDN Kedungdowo
10
10
-
-
10
SDN Conegaran
14
12
2
-
12
SDN Wates V
12
10
2
-
10
SD Kanisius Wates
10
9
1
-
9
SD Muh Mutian
24
15
9
-
15
SD Muh
Kedunggong
14 14 - - 14
SD Muh Ngestiharjo
12
7
5
-
7
SD Bopkri Wates I
10
8
2
-
8
SMPN 1 Wates
52
42
10
-
42
SMPN 2 Wates
31
30
1
-
30
SMPN 3 Wates
31
13
18
-
13
SMPN 4 Wates
37
30
7
-
30
SMPN 5 Wates
36
35
1
-
35
SMP Bopkri 1 Wates
14
11
3
-
11
SMP Bopkri 2 Wates
12
10
2
-
10
SMP Kanisius Wates
12
12
-
-
12
SMP Muh 1 Wates
25
9
16
-
9
SMAN 1 Wates
60
56
4
-
56
SMAN 2 Wates
40
31
9
-
31
SMA Bopkri Wates
19
18
1
-
18
SMA Muh Wates
26
22
4
-
22
1. Deskripsi Responden Penelitian
a. Status Kepegawaian
Tabel 4.2
Status Kepegawaian
No Status
Kepegawaian
F
Fr(%)
1 PNS
390
72,90
2 GTY
23
4,30
3 CPNS
38
7,10
4 Guru
Bantu
0
0
5 Guru
Honorer
84
15,70
Total
535
100
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden yang berstatus guru PNS
sebanyak 390 guru atau 72,90 %, berstatus GTY sebanyak 23 atau 4,30%,
berstatus CPNS sebanyak 38 atau 7,10%, berstatus guru bantu tidak ada atau
0%, dan berstatus guru honorer 84 atau 15,70%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini berstatus pegawai
negeri sipil (PNS).
b. Jenjang Sekolah
Tabel.4.3
Jenjang Sekolah
No Jenjang
Sekolah
F
Fr(%)
1 SD
213
39,81
2 SMP
192
35,89
3 SMA
130
24,30
Total
535
100
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang mengajar di Sekolah
Dasar sebanyak 213 atau 39,81%, mengajar di SMP sebanyak 192 atau
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini mengajar di
Sekolah Dasar.
2. Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan dapat dijelaskan
dalam tabel seperti berikut (lampiran IV, hal 103):
Tabel 4.4
Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
Skor F Fr(%)
Interpretasi
106-124 213 39,81
Sangat
Positif
92-105 199 37,20
Positif
83-91 106 19,81
Cukup
Positif
74-82 12 2,24
Negatif
31-73 5 0,93
Sangat
Negatif
Jumlah 535
100
Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap sertifikasi guru
dalam jabatan pada guru SD, SMP dan SMA baik swasta maupun negeri di
Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo dikategorikan sangat positif