• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian guru dan jenjang sekolah : survei guru SD, SMP, dan SMA negeri dan swasta di Kecamatan Wates - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian guru dan jenjang sekolah : survei guru SD, SMP, dan SMA negeri dan swasta di Kecamatan Wates - USD Repository"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN

DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN GURU DAN JENJANG

SEKOLAH

Survei: Guru SD, SMP dan SMA Negeri dan Swasta di Kecamatan Wates

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

D

Oleh :

Fransiska Setyowati

041334017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN

DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN GURU DAN JENJANG

SEKOLAH

Survei: Guru SD, SMP dan SMA Negeri dan Swasta di Kecamatan Wates

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

D

Oleh :

Fransiska Setyowati

041334017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Yesus kristus dan Bunda Maria…

Bapak dan Ibu tersayang…

Kakakku Atik, Tutut, dan Wiwid…

(6)

v

MOTTO

Masa Depan,…...

Bukan Sekedar Impian

Perubahan,………

Bukan Sekedar Pembicaraan

Kemenangan,………

Bukan Sekedar Penantian

Semua adalah Kenyataan yang berproses di kehidupan

Dari DIA, oleh DIA, Untuk DIA di dalam Kita.

(7)
(8)
(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Mahakasih karena skripsi ini telah selesai

tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan program Studi Pendidikan Akuntansi

penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai

masukkan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1.

Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2.

Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3.

Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma.

4.

Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji I yang telah

meluangkan waktu, memberikan kritik, saran dan masukan sehingga skripsi ini

menjadi lebih baik.

5.

Ibu B.Indah nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku dosen penguji II yang telah

meluangkan waktu, memberi kritik, saran dan masukan sehingga skripsi ini

menjadi lebih baik.

(10)

ix

7.

Dinas Pendidikan Kulon Progo Unit I dan II yang selama ini memberikan data

yang saya butuhkan untuk kelancaran penulisan skripsi ini.

8.

BAPEDA Kulon Progo yang memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di

Kecamatan Wates.

9.

Kepala Sekolah SD, SMP dan SMA Negeri dan Swasta Se-Kecamatan Wates

yang telah memberikan ijin kepada saya untuk melakukan penelitian disekolah

yang Bapak/Ibu pimpin.

10.

Bapak Sumulyo

dan

ibu Sunarti

yang selama ini memberikan

bantuan materiil dan moril hingga saya selesai menjadi sarjana.

Pak…bu iyak dah

jadi sarjana…

11.

Mas Tono dan Mbak Wiwid yang memberikan materiil dan semangat sampai

lulus seperti sekarang. Matur Nuwun ya Mas aku tiap hari dikasih sangu…

12.

Mbak Tutut yang memberiku semangat disaat penulis butuh bimbingan seorang

kakak pada adiknya.

13.

Mbak Atik yang mendorongku untuk segera lulus…sekarang aku udah lulus

mbak.

14.

Adikku Ambar yang selalu terima ocehanku disaat aku capek cari data-data

skripsi.

15.

‘Laras’, ‘Abel’, ‘Ega’, ‘Nata’ dan ‘Albin’ yang membuat diriku ceria meski

capek mengerjakan skripsi.

16.

Keluarga Besar

Mbah Selo Wisastro

(11)

x

18.

Angela, Tantri, Venti, Emi, Wina, Lasmi, Maryati makasih atas persahabatan

yang indah ini. Mari kita berjuang untuk langkah selanjutnya.

19.

Mas Erik Aji yang selalu jadi dokter komputerku. Jasamu tak bisa kulupakan.

20.

Mas Dwi Widiyanto dengan kesabaran mengajari olah data. Nuwun banget ya

mas….

21.

Semua teman-teman angkatan 2004. Semangat….

22.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

dukungan dan bantuan pada penulis.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh

dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat

diharapakan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Yogyakarta, 18 Agustus 2009

Penulis

(12)

xi

ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN

DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN DAN JENJANG SEKOLAH

Survai: Guru-guru SD, SMP dan SMA se- Kecamatan Wates, Kabupaten

Kulon Progo

Fransiska Setyowati

Universitas Sanata Dharma

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru

terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian dan (2)

perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari

jenjang sekolah. Penelitian ini dilaksanakan di 33 sekolah yaitu SD, SMP, dan

SMA baik negeri maupun swasta yang berada di Kecamatan Wates. Waktu

penelitian bulan juni sampai Agustus 2008.

Penelitian ini merupakan penelitian survai. Populasi penelitian ini adalah

seluruh guru SD, SMP dan SMA se- Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo

yang berjumlah 535 orang. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner dan

wawancara. Teknik analisis data menggunakan

Analysis of Variance

(ANOVA).

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru

terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian (F

hitung

=,6,303 > F

tabel

= 2,622); (2) ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru

(13)

xii

ABSTRACT

TEACHERS’ PERCEPTION TOWARDS TEACHER’ CERTIFICATION

PERCEIVED FROM OCCUPATION STATUS AND SCHOOL GRADE

A Survey on Elementary School, Junior High School and Senior High School

teachers in Wates,Kulon Progo Regency

Fransiska Setyowati

Sanata Dharma University

2009

This study aims at revealing (1) the difference of teachers’ perception

toward teachers’ certification perceived from their occupation status and (2) the

difference of the teachers’ perception toward the teachers’ certification perceived

from the school grade. This study was conducted in 33 schools of private and

public Elementary School, Junior High School, and Senior High School. This

study was done fom June to August 2008.

This is a survey research. Populations of this research are 535 teachers of

Elementary School, Junior High School and Senior High School in Wates, Kulon

Progo. Data were collected by using questionnaire and interview. These data were

analyzed by using Analysis Of Variance (ANOVA).

The result of study shows that (1) there is a different perception toward

teachers certification perceived from their occupation status (F

coun t

= 6,303 > F

table
(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

... i

HALAMAN PENGESAHAN

... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN

... iii

MOTTO

... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

... v

KATA PENGANTAR

... vi

ABSTRAK

...

vii

ABSTRACT

... viii

DAFTAR ISI

... ix

DAFTAR TABEL

... xii

DAFTAR LAMPIRAN

... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ... 1

B.

Batasan Masalah ... 4

C.

Rumusan Masalah ... 4

D.

Tujuan Penelitian ... 5

E.

Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.

Persepsi ... 6

1.

Pengertian Persepsi ... 6

2.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ... 7

B.

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan ... 8

(15)

xiv

1.

Pengertian Guru Tetap dan Guru Tidak Tetap ... 12

D.

Jenjang Sekolah ... 15

E.

Kerangka Berpikir ... 17

F.

Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian ... 21

B.

Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

C.

Subyek dan Obyek Penelitian ... 21

D.

Populasi Penelitian ... 22

E.

Operasionalisasi Variabel ... 24

F.

Teknik Pengumpulan Data ... 28

G.

Pengujian Instrumen Penelitian ... 28

H.

Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Data ... 37

B.

Analisa Data ... 43

C.

Pembahasan Hasil Penelitian ... 48

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan ... 53

(16)

xv

C.

Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Nama Sekolah, Status Sekolah dan Jumlah Guru ... 22

Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru terhadap Sertifikasi

Guru dalam Jabatan ... 24

Tabel 3.3. Skoring Berdasarkan Skala Likert ... 26

Tabel 3.4. Bobot skor untuk Status Kepegawaian ... 27

Tabel 3.5. Bobot Skoring untuk jenjang Sekolah ... 28

Tabel 3.6. Rangkuman Uji Validitas untuk Persepsi Guru terhadap

Sertifikasi Guru dalam Jabatan ... 30

Tabel 4.1. Sebaran Responden Penelitian ... 37

Tabel 4.2. Status Kepegawaian ... 39

Tabel 4.3. Jenjang Sekolah ... 39

Tabel 4.4. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru dalam Jabatan ... 40

Tabel 4.5. Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru dalam Jabatan

ditinjau dari Status Kepegawaian ... 41

Tabel 4.6. Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru dalam Jabatan

ditinjau dari Jenjang Sekolah ... 42

Tabel 4.7. Hasil Pengujian Normalitas Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi

Guru Dalam Jabatan ditinjau dari Status Kepegawaian ... 43

Tabel 4.8. Hasil Pengujian Normalitas Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi

Guru Dalam Jabatan ditinjau dari Jenjang Sekolah ... 44

(18)

xvii

Tabel 4.10. Anova Persepsi guru terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan

ditinjau dari Status Kepegawaian ... 46

Tabel 4.11. Anova Persepsi guru terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 58

Lampiran 2. Data Validitas dan Reliabilitas ... 65

Lampiran 3. Data Induk Penelitian ... 70

Lampiran 4. Analisa Data ... 102

Lampiran 5. Tabel F dan r ... 108

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan

menduduki peranan penting sehingga perlu mendapatkan prioritas yang tinggi

dalam pendidikan. Melalui pendidikan, seseorang diberikan bekal agar

potensinya berkembang sehat, wajar, optimal, dan bersifat adaptif, sehingga

sifat dasar manusia yang eksploratif dan kreatif dapat berkembang dan

menemukan artikulasi dalam wadah pendidikan (Pudjo Suharso, 1993:7).

Pendidikan adalah suatu usaha untuk menumbuhkan potensi sumber daya

manusia. Kegiatan pendidikan tersebut diselenggarakan pada semua satuan

dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar 9 tahun, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi (Muhibin,1995). Secara umum, satuan

pendidikan secara formal tersebut diselenggarakan di sekolah. Di sekolah,

guru adalah salah satu komponen dalam proses belajar mengajar, yang ikut

berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di

bidang pembangunan (Sardiman, 1985:123). Oleh karena itu, guru yang harus

berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga

profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.

Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak

(21)

Sejak lama profesi guru kurang diperhatikan oleh pemerintah meskipun

peranan guru sangat besar dalam membentuk peserta didik menjadi manusia

yang berkualitas. Sejauh ini pemerintah lebih menitikberatkan pembangunan

fisik daripada pendidikan. Hal ini tampak dari jumlah anggaran pendidikan

yang lebih kecil dari anggaran bidang lainnya. Belajar dari negara lain yang

berkembang dengan pesat di segala bidang karena negara–negara tersebut

menitikberatkan pembentukan sumber daya manusia melalui sistem

pendidikan yang bermutu, pemerintah tersadar untuk memperbaikinya.

Pemerintah saat ini telah berusaha mengalokasikan dana yang cukup besar

pada bidang pendidikan khususnya untuk meningkatkan mutu guru dengan

memperhatikan kompentensi yang harus ada pada setiap guru. Dengan

memiliki guru yang berkompetensi, maka diharapkan pembentukan sumber

daya manusia (SDM) yang berkualitas dapat dilakukan dengan lebih mudah.

Pengalokasian dana yang cukup besar pada peningkatan kompetensi guru

memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan kesejahteraan para guru. Dengan

memperbaiki kesejahteraan guru di harapkan guru mempunyai motivasi

dalam bekerja. Motivasi bekerja yang tinggi penting dalam diri seorang guru

mengingat guru adalah tokoh sentral dalam pendidikan.

UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen mengamanatkan bahwa

untuk menjadi guru seseorang harus berkualifikasi minimal sarjana (S-1) atau

diploma empat (D-IV) dan memiliki sertifikat pendidik. Selain itu, para guru

dituntut memiliki kompetensi yang menjadi standar dalam pendidikan, yaitu

(22)

kompetensi sosial. Untuk memastikan guru yang memiliki kompetensi di atas,

maka pemerintah mengadakan uji kompetensi. Bagi guru yang lulus uji

kompetensi maka akan memperoleh sertifikat pendidik. Selanjutnya guru yang

bersangkutan pada tahun berikutnya akan memperoleh tunjangan profesi

sebesar satu kali gaji pokok.

Program sertifikasi guru dalam jabatan ini memberikan kesempatan yang

sama bagi guru tetap maupun guru tidak tetap, tetapi guru tetap dan guru tidak

tetap memiliki tingkat dukungan yang berbeda terhadap sertifikasi guru dalam

jabatan. Guru tetap lebih positif menanggapi sertifikasi guru dalam jabatan

karena mereka berpeluang lebih besar untuk mengikuti sertifikasi sebab

mereka lebih dapat memenuhi persyaratan sertifikasi guru daripada guru tidak

tetap.

Jenjang sekolah dapat menjadi sumber perbedaan persepsi guru terhadap

sertifikasi guru dalam jabatan. Guru yang ingin mengikuti sertifikasi guru

dalam jabatan harus memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana atau

Diploma IV yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen

pembelajaran. Dengan adanya persyaratan tersebut yang menyebabkan

persepsi mereka berbeda, dilihat dari tingkat pendidikan guru SD, SMP, dan

SMA/SMK. Guru SD paling berat untuk memenuhi kualifikasi akademik yang

disyaratkan sebab banyak guru SD yang umumnya belum memiliki ijazah S-1,

pada umumnya mereka hanya memiliki ijazah SPG atau D-2. Konsekuensi

logis dari persyaratan ini tentu saja para guru harus melanjutkan kependidikan

(23)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian mengenai “

PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI

GURU DALAM JABATAN DITINJAU DARI STATUS

KEPEGAWAIAN GURU DAN JENJANG SEKOLAH”.

Penelitian ini

merupakan survai pada guru SD, SMP, dan SMA Negeri dan Swasta di

Kecamatan Wates.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi

guru dalam jabatan. Ada banyak faktor yang berhubungan dengan persepsi

guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan. Dalam penelitian ini penulis

akan membatasi pada persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan

ditinjau dari status kepegawaian guru dan jenjang sekolah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penelitian ini dirumuskan

masalah sebagai berikut :

1.

Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam

jabatan ditinjau dari status kepegawaian guru?

2.

Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam

(24)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1.

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi

guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian guru.

2.

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi

guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang sekolah.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Hasil penelitian diharapkan sebagai wahana sosialisasi sertifikasi bagi

guru yang belum mengetahui tentang sertifikasi.

2. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini digunakan untuk memetakan guru-guru yang

memenuhi kualifikasi sertifikasi guru dalam jabatan yang dilakukan

pemerintah.

3.

Bagi Universitas Sanata Dharma

(25)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Pengertian Persepsi Istilah persepsi digunakan untuk mengetahui

bagaimana proses mengetahui sesuatu dari sekitar dengan mempergunakan

alat-alat indra (Dakir, 1967:67). Proses berarti bahwa seseorang dapat

mengetahui sesuatu dari hasil pengamatan yang dilakukan dengan

menggunakan indera (pendengaran, penglihatan, peraba, pencium, perasa)

sehingga akan didapat sesuatu yang dimaksud.

Menurut Davidoff (1988:232), persepsi adalah proses yang

mengorganisir dan menggabungkan data-data indra kita (pengindraan)

untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari

sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri. Sementara menurut Thoha

(1988:138), persepsi adalah proses pemahaman yang dialami oleh setiap

orang dalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat

penginderaan, penglihatan, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci

untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi

itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan,

yaitu merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus oleh individu

(26)

(obyek, kualitas hubungan antar gejala maupun peristiwa) sampai

rangsangan itu disadari dan dimengerti disebut persepsi (Irwanto dkk,

1988:71).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa persepsi adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan

dan menginterpretasikan rangsangan dari lingkungannya melalui panca

indera, sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang

diinderakan.

1.

Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Thoha (1988:149-156), ada berbagai macam faktor yang

mempengaruhi persepsi yang berasal dari dalam maupun dari luar, Adapun

faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor-faktor dari Luar

1)

Intensitas

Prinsip intensitas dari perhatian dapat dinyatakan bahwa semakin

besar intensitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar pula hal

itu dipahami.

2)

Ukuran

Faktor ini menyatakan bahwa semakin besar untuk obyek semakin

mudah untuk bisa diketahui atau dipahami.

3)

Pengulangan

Dalam prinsip ini dikemukakan bahwa stimulus dari luar yang

diulang akan memberi perhatian yang lebih besar dibanding dalam

sekali lihat.

4)

Gerakan

Prinsip gerakan ini antara lain menyatakan bahwa orang akan

memberikan banyak perhatian terhadap obyek yang bergerak dalam

jangkauan pandangannya dibandingkan dari obyek yang diam.

5) Baru dan familiar

Prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru

maupun yang sudah dikenal dapat dipergunakan sebagai penarik

perhatian.

(27)

b. Faktor-faktor dari Dalam

1) Proses belajar (

learning

) dari dalam yang membentuk adanya

perhatian kepada suatu obyek sehingga menimbulkan adanya

persepsi adalah didasarkan dari kekomplekan kejiwaannya.

Kekomplekan kejiwaan ini selaras dengan proses pemahaman atau

belajar dan motivasi yang di punyai masing-masing

2) Motivasi

Selain proses belajar dapat membentuk persepsi diri dalam lainnya

yang juga menentukan terjadinya persepsi antara lain motivasi dan

kepribadian pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari proses

belajar, tetapi keduanya juga mempunyai dampak yang sangat

penting dalam proses pemilihan persepsi.

3) Kepribadian

Unsur ini sangat erat hubungannya dengan proses belajar dan

motivasi mempunyai akibat tentang apa yang diperhatikan dalam

menghadapi suatu situasi

B. Sertifikasi Guru Dalam Jabatan

Menurut Peraturan Menteri No 18 tahun 2007 tentang sertifikasi

bagi guru dalam jabatan, sertifikasi guru dalam jabatan adalah proses

pemberian sertifikat pendidik untuk guru dalam jabatan. Sertifikasi adalah

proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Dasar hukum tentang

perlunya sertifikasi guru dinyatakan dalam pasal 8 Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2004 tentang guru dan dosen, bahwa guru harus

memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat

jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. Mengenai apa itu sertifikat pendidik dapat kita lihat

dalam pasal 1 ayat (12), bahwa sertifikat pendidik adalah bukti formal

sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga

profesional. Sedangkan pada pasal 11 ayat (2), menyatakan sertifikat

(28)

Untuk itu, guru dapat memperoleh sertifikasi pendidik jika telah

memenuhi dua syarat, yaitu kualifikasi pendidikan minimum yang telah

ditentukan Sarjana (S1) atau Diploma Empat (D4) dan terbukti telah

menguasai 4 kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Kedua hal

tersebut dapat dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Mengingat peserta

sertifikasi tiap tahun terbatas dan jumlah guru yang memenuhi kualifikasi

minimal bervariasi maka juga perlu mempertimbangkan (1) masa

kerja/pengalaman mengajar, (2) usia, (3) pangkat/golongan (bagi PNS),

(4) beban mengajar, (5) jabatan/tugas tambahan dan (6) prestasi kerja.

Penyelenggara sertifikasi ini telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu oleh

perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pengadaan tenaga

kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.

Dalam buku pedoman sertifikasi guru dalam jabatan dijelaskan

bahwa pelaksanaan sertifikasi guru melibatkan berbagai institusi.

Standarisasi kualitas proses dan hasil sertifikasi guru diperlukan institusi

berbentuk konsorsium, yaitu Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG). Sesuai

dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.056/P/2007

keanggotaan KSG terdiri atas berbagai institusi yang terkait dengan

penyelenggaraan sertifikasi guru tersebut, sebagai berikut :

1.

Direktur Jenderal pendidikan Tinggi Depdiknas.

2.

Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan tenaga

(29)

3.

Sekretaris Jenderal Departemen Agama.

4.

Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hadayatullah.

5.

Rektor Universitas Pendidikan Indonesia.

6.

Rektor Universitas Negeri Makasar.

7.

Rektor IKIP PGRI Semarang.

8.

Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.

9.

Rektor Universitas Katholik Sanata Dharma Yogyakarta.

10.

Rektor Universitas Negeri Padang.

11.

Dekan FKIP Universitas Palangkaraya.

Dalam sertifikasi bagi guru dalam jabatan, guru akan memperoleh

sertifikat pendidik apabila lalui uji kompetensi. Uji kompetensi yang

dilakukan dalam bentuk portofolio, yaitu kumpulan dokumen yang

mencerminkan kompetensi guru. Portofolio juga berfungsi sebagai: (1)

wahana guru untuk menampilkan dan atau membuktikan unjuk kerja yang

meliputi produktivitas, kualitas, dan relevansi melalui karya-karya utama

dan pendukung, (2) informasi atau data dalam memberikan pertimbangan

tingkat kelayakan kompetensi seorang guru bila dibandingkan dengan

standar yang ditetapkan, (3) dasar menentukan kelulusan seorang guru

yang mengikuti sertifikasi dan (4) dasar memberikan rekomendasi bagi

peserta yang belum lulus untuk menentukan kegiatan lanjutan sebagai

representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan guru. Komponen

penilaian portofolio mencakup (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(30)

1.

Kualifikasi akademik.

2.

Pendidikan dan pelatihan.

3. Pengalaman mengajar.

3.

Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

4.

Penilaian dari atasan dan pengawas.

5.

Prestasi akademik.

6.

Karya pengembangan profesi.

7.

Keikutsertaan dalam forum ilmiah.

8.

Keikutsertaan dalam forum ilmiah

9.

Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial

10.

Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan

Guru yang belum lulus uji kompetensi akan diberikan kesempatan

untuk mengulang ujian materi pendidikan dan pelatihan yang belum lulus,

sesuai dengan prosedur. Apabila sampai pengulangan penilaian guru

tersebut tidak lulus juga , maka guru tersebut wajib mengikuti pendidikan

dan pelatihan (diklat) profesi guru untuk meningkatkan kompetensi guru

sesuai dengan persyaratan sebagai guru profesional yang telah ditetapkan

oleh undang-undang. Diklat ini akan dilaksanakan oleh perguruan tinggi

yang telah ditetapkan oleh meteri pendidikan nasional. Penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan profesi guru ini diakhiri dengan ujian yang

mencakup ujian tulis dan ujian kinerja (praktek mengajar). Ujian tulis

untuk mengungkapkan kompetensi profesional, sedangkan ujian praktik

(31)

kepribadian. Keempat kompetensi tersebut juga bisa dinilai selama proses

pelatihan berlangsung.

Bagi yang lulus, kesejahteraan guru akan terjamin karena mereka

akan mendapatkan tunjangan profesi pendidik sebesar satu kali gaji pokok

yang dibayarkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Banyak

harapan yang ungin diwujudkan dari program sertifikasi guru ini, bukan

hanya kesejahteraan saja yang ingin dicapai, tetapi diharapkan juga dengan

adanya sertifikasi ini ada banyak lulusan sekolah menengah yang menjadi

tenaga pendidik. Dulu guru dianggap pekerjaan yang gajinya kecil , tetapi

sekarang tidak lagi karena profesi guru sangat menjanjikan

kesejahteraannya dengan adanya tunjangan satu kali gaji pokok.

C. Status Kepegawaian Guru

Status kepegawaian tenaga pendidikan pada suatu lembaga

pendidikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu guru tetap dan guru tidak

tetap. Adapun pengertian guru tetap dan guru tidak tetap sebagai berikut

(M.S. Suwondo, 2003:439) :

1.

Pengertian Guru Tetap dan Guru Tidak Tetap

a.

Guru Tetap adalah guru yang diangkat menjadi pegawai tetap pada

suatu instansi pendidikan yang berkewajiban mengajar 24 jam per

minggu dan melaksanakan tugas administrasi lainnya. Guru tetap

dapat berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau bukan

(32)

b.

Guru Tidak Tetap adalah guru yang belum diangkat menjadi

pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan, baik instansi

pendidikan negeri maupun swasta. Guru tidak tetap dapat berstatus

sebagai guru bantu. Pengadaan guru bantu dapat dilakukan melalui

ikatan kerja dengan sistem kontrak yang sebelumnya proses seleksi

yang berorientasi pada standar kompetensi guru dan dilaksanakan

secara terpadu melalui kerjasama antara pemerintah pusat, propinsi

dan kabupaten/kota.

2.

Pengertian Guru menurut (Piet A. Sahertian, 1994:13):

a.

Guru negeri adalah guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu

instansi milik pemerintah, guru yang dipekerjakan di suatu instansi

swasta tetapi tetap digaji pemerintah.

b. Guru swasta adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu

dan digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta masih

dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti :

1.

Guru Honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh

yayasan atau lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan tersebut

tetapi belum mengajar penuh.

2.

Guru Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh

yayasan dan sudah berstatus sebagai guru tetap yayasan.

c.

Guru Tetap adalah guru yang diangkat menjadi pegawai tetap pada

(33)

minggu dan melaksanakan tugas administrasi lainnya. Guru tetap

berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).

d.

Guru Tidak Tetap adalah guru yang belum diangkat menjadi

pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan, baik instansi

pendidikan negeri maupun swasta. Guru tidak tetap dapat berstatus

sebagai guru bantu. Pengadaan guru bantu dapat dilakukan melalui

ikatan kerja dengan sistem kontrak yang sebelumnya proses seleksi

yang berorientasi pada standar kompetensi guru dan dilaksanakan

secara terpadu melalui kerjasama antara pemerintah pusat, propinsi

dan kabupaten/kota.

Undang – Undang Guru tahun 2005 menyebutkan bahwa :

Guru tetap adalah guru yang dipekerjakan secara permanen oleh

pemerintah, pemerintah daerah, BHP atau badan hukum lainnya yang

menyelenggarakan satuan pendidikan.

Guru Tetap Pegawai Negeri Sipil adalah guru tetap yang diangkat sebagai

pegawai negeri sipil oleh pemerintah dan/ pemerintah daerah berdasar

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Guru tetap Non PNS adalah guru tetap yang diangkat oleh BHP, atau

badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan,

berdasarkan perjanjian kerja.

Guru Tidak Tetap adalah guru yang diangkat sementara oleh pemerintah,

pemerintah daerah, BHP atau badan hukum lainnya yang

menyelenggarakan satuan pendidikan, berdasarkan perjanjian kerja.

D. Jenjang Sekolah

1. Tingkat Sekolah

Menurut Subroto (1984:7), jenjang sekolah terdiri dari :

(34)

b.

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

c.

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)

d.

Perguruan Tinggi (PT)

Menurut Nawawi (1982:54), jenjang sekolah terdiri dari :

a.

Taman Kanak-Kanak (TK)

b.

Sekolah Dasar (SD)

c.

Sekolah Lanjutan terdiri dari dua tingkat yaitu Tingkat Pertama

dan Sekolah Lanjutan Atas

d.

Perguruan Tinggi (PT)

Menurut Nawawi (1982:56) setiap jenjang sekolah memiliki tujuan

yang berbeda adapun tujuan masing-masing jenjang sekolah adalah

sebagai berikut :

a.

Tujuan pendidikan Sekolah Dasar

Menurut PP 28/1990 tujuan pendidikan Sekolah Dasar untuk

memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk

mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,

warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta

didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

b.

Tujuan pendidikan Sekolah Lanjutan

Menurut Nawawi (1982:62), tujuan pendidikan sekolah lanjutan

adalah:

1)

Mengembangkan integritas kepribadian murid.

2)

Menyalurkan dan memenuhi kebutuhan setiap murid.

3)

Mengarahkan dorongan melakukan eksplorasi sesuai dengan

minat, bakat dan kemampuan masing-masing.

4)

Menumbuhkan kesadaran terhadap minat dan bakat masing

masing.

5)

Membantu mengembangkan cara belajar yang efisien.

(35)

7)

Membantu untuk memperoleh pengetahuan secara sistematik dan

mengembangkan kemampuan penggunaannya secara praktis.

c.

Tujuan Pendidikan Perguruan Tinggi

Menurut Nawawi (1982:66), tujuan pendidikan perguruan tinggi

untuk:

1)

Memberikan kesempatan perkembangan individual secara

maksimal dalam berbagai kemampuan guna menjalankan

tugas-tugas kehidupannya.

2)

Membantu pewarisan kebudayaan kepada generasi muda yang

berkewajiban mengembangkannya di masa yang akan datang.

3)

Meningkatkan penguasaan pengetahuan melalui pengembangan

kemampuan melakukan penelitian dan berbagi kegiatan yang

kreatif.

4)

Membantu mempergunakan hasil belajar dalam kehidupan nyata

untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.

(36)

E. Kerangka Berpikir

1.

Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status

kepegawaian guru.

Status kepegawaian tenaga kependidikan dapat dibedakan menjadi

dua yaitu guru tetap dan guru tidak tetap. Meskipun status kepegawaian

mereka berbeda namun tugas mereka sama yaitu mendidik. Mengingat

peran guru sangat besar dalam proses pembelajaran, maka mutu guru

harus ditingkatkan. Peningkatan mutu guru ini diselenggarakan melalui

sertifikasi guru yang nantinya dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan

guru. Untuk mendapatkan sertifikasi, seorang guru harus mengikuti uji

kompetensi. Para guru harus memenuhi syarat untuk melakukan uji

kompetensi yang dilakukan dalam bentuk portofolio. Adapun komponen

portofolio mencakup: 1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan

pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi

akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum

ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan

(10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

Dilihat dari komponen penilaian portofolio diatas, status

kepegawaian tidak termasuk dalam penilaian. Tetapi, bila ditelusuri lebih

lanjut ada yang membuat persepsi antara guru tetap dan guru tidak tetap

akan berbeda. Pernyataan ini muncul di dukung dengan adanya pedoman

(37)

dalam buku 1 yang menyatakan bahwa hanya guru negeri (PNS) dan guru

tetap yayasan (GTY) saja yang dapat menjadi peserta sertifikasi guru jadi

mereka lebih positif menyikapi adanya sertifikasi. Berbeda dengan guru

yang memiliki status guru tidak tetap, guru honorer dan guru bantu mereka

cenderung memiliki tanggapan negatif karena mereka tidak bisa mengikuti

sertifikasi guru. Dengan demikian diduga ada perbedaan persepsi guru

terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian

guru.

2.

Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang

sekolah.

Pendidikan harus di tempuh seseorang secara berjenjang. Dimulai

dari TK, SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Jenjang pendidikan ini

harus ditempuh secara urut karena tiap-tiap jenjang sekolah memiliki

tujuan yang berbeda-beda. Pendidikan di SD merupakan bekal untuk dapat

melanjutkan ke SMP dan begitu seterusnya sampai pada perguruan tinggi.

Dari tujuan itulah, para guru dituntut untuk memiliki kemampuan dan

kreatif. Maka dari itu, pemerintah akan memberikan kesejahteraan yang

lebih bagi guru pada setiap jenjang sekolah atas kemampuan dan

kreatifitasnya.

Pemerintah tidak memberikan tambahan kesejahteraan begitu saja.

Para guru harus lulus uji kompetensi yang berbentuk portofolio.

Komponen portofolio mencakup (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan

(38)

pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi

akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum

ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan

(10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

Dilihat dari tujuan tiap-tiap jenjang sekolah yang berbeda-beda,

maka sangat mungkin karakter dari para guru yang berbeda-beda pula.

Tingkat pendidikan guru juga mempengaruhi persepsi mereka terhadap

sertifikasi, sebab guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik

minimal sarjana atau Diploma IV (S1/D-IV) untuk mengikuti sertifikasi

guru dalam jabatan. Kenyataannya masih banyak guru SD yang memiliki

kualifikasi pendidikan belum S-I mereka kebanyakan lulusan SPG atau

D2. Padahal kualifikasi akademik untuk S-1 merupakan syarat untuk

mengikuti sertifikasi guru dalam jabatan. Dengan kata lain bagi guru SD

yang belum S-I harus melanjutkan kependidikan S-I dan hal itu

membutuhkan waktu untuk menyelesaikannya. Sedangkan untuk guru

SMP dan SMA mengutamakan keikutsertaan guru yang masa pengabdian

atau masa kerjanya yang sudah lama dan masih banyak guru yang harus

melanjutkan S-I. Secara umum proporsi guru SMA yang sudah memenuhi

kualifikasi jenjang pendidikan S-I lebih banyak di banding guru pada

jenjang SMP. Berdasarkan uraian tersebut di atas diduga ada perbedaan

persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari jenjang

(39)

F. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis

merupakan

jawaban sementara dari permasalahan penelitian yang

diteliti. Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka perumusan

hipotesisnya adalah sebagai berikut :

1.

Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan

ditinjau dari status kepegawaian.

2. Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan

(40)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survei. Menurut Van Dalen

dituliskan dalam bukunya (Arikunto,2006:110), survei bukanlah hanya

bermaksud mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud menentukan

kesamaan status dengan cara membandingkan dengan standar yang sudah

dipilih atau ditentukan. Hasil atau kesimpulan yang ditarik dari penelitian

tidak bisa digeneralisasikan ditempat lain.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SD, SMP, SMA negeri dan swasta di Kecamatan Wates.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2008

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang-orang yang terlibat penelitian. Dalam hal ini

yang menjadi subyek penelitian adalah guru-guru SD, SMP, dan SMA

negeri dan swasta di Kecamatan Wates.

(41)

Obyek penelitian adalah persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam

jabatan, status kepegawaian guru, dan jenjang sekolah.

D. Populasi Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,

2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SD, SMP, dan

SMA negeri dan swasta di Kecamatan Wates. Jumlah populasi penelitian

ini adalah 637 guru. Rincian populasi penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.1

Nama Sekolah, Status Sekolah dan Jumlah Guru

No Jenjang

Sekolah Status Sekolah

Jumlah guru

1

SD Wates II

Negeri

10 Orang

2

SD Wates IV

Negeri

23 Orang

3

SD Beji

Negeri

11 Orang

4

SD Percobaan IV

Negeri

17 Orang

5

SD Pepen

Negeri

9 Orang

6

SD Sanggrahan

Negeri

10 Orang

7

SD Bendungan I

Negeri

8 Orang

8

SD Bendungan IV

Negeri

10 Orang

9

SD Bendungan V

Negeri

10 Orang

10 SD Punukan

Negeri

10 Orang

(42)

12 SD Giripeni

Negeri

8 Orang

13 SD Kedungdowo

Negeri

10 Orang

14 SD Conegaran

Negeri

14 Orang

15 SD Wates V

Negeri

12 Orang

16 SD Kanisius Wates

Swasta

10 Orang

17 SD Muh Mutian

Swasta

24 Orang

18 SD Muh Kedunggong

Swasta

14 Orang

19 SD Muh Ngestiharjo

Swasta

12 Orang

20 SD BOPKRI Wates I

Swasta

10 Orang

21 SMP 1 Wates

Negeri

52 Orang

22 SMP 2 Wates

Negeri

31 Orang

23 SMP 3 Wates

Negeri

31 Orang

24 SMP 4 Wates

Negeri

37 Orang

25 SMP 5 Wates

Negeri

36 Orang

26 SMP BOPKRI 1 Wates

Swasta

14 Orang

27 SMP BOPKRI 2 Wates

Swasta

12 Orang

28 SMP Kanisius Wates

Swasta

12 Orang

29 SMP Muh 1 Wates

Swasta

25 Orang

30 SMA 1 Wates

Negeri

60 Orang

31 SMA 2 Wates

Negeri

40 Orang

32 SMA BOPKRI Wates

Swasta

19 Orang

(43)

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan

Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan adalah proses

pemahaman, menerima, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan

sertifikasi guru dalam jabatan melalui panca indera. Dimensi persepsi guru

terhadap sertifikasi guru dalam jabatan terdiri dari kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Berikut ini tabel operasionalisasi variabel persepsi guru terhadap

sertifikasi guru dalam jabatan :

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru

dalam jabatan

No

Dimensi Indikator

Pernyataan

1. Kompetensi

Pedagogik

1.

Menguasai karakteristik peserta

didik dari aspek fisik, moral,

emosional, dan intelektual.

2.

Menguasai teori belajar dan

prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik.

3.

Mengembangkan kurikulum yang

terkait dengan mata

pelajaran/bidang pengembangan

yang diampu.

4.

Menyelenggarakan pembelajaran

yang mendidik.

5.

Memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi untuk kepentingan

pembelajaran.

(44)

potensi yang dimiliki.

7.

Berkomunikasi secara efektif,

empatik, dan santun dengan peserta

didik.

8.

Menyelenggarakan penilaian dan

evaluasi proses dan hasil belajar.

9.

Memanfaatkan hasil penilaian dan

evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran.

10.

Melakukan tindakan reflektif

untuk peningkatan kualitas

pembelajaran

8,30

12

13

14,27

2. Kompetensi

Kepribadian

1.

Bertindak sesuai dengan norma

agama, hukum, sosial, dan

kebudayaan nasional Indonesia.

2.

Menampilkan diri sebagai pribadi

yang jujur, berakhlak mulia, dan

teladan bagi peserta didik dan

masyarakat.

3.

Menampilkan diri sebagai pribadi

yang mantap, stabil, dewasa, arif,

dan berwibawa.

4.

Menunjukan etos kerja, tanggung

jawab yang tinggi, rasa bangga

manjadi guru, dan rasa percaya diri.

5.

Menjunjung tinggi kode etik profesi

guru.

16

17

18

19,31

20

3. Kompetensi

Sosial

1.

Bersikap inklusif, bertindak

objektif, serta tidak diskriminatif

karena pertimbangan jenis kelamin,

agama, ras, kondisi fisik, latar

belakang keluarga, dan satus sosial

ekonomi.

2.

Berkomunikasi secara efektif ,

empatik, dan santun dengan sesama

pendidik, tenaga kependidikan,

orang tua, dan masyarakat.

3.

Beradaptasi di tempat bertugas di

seluruh wilayah RI yang memiliki

keragaman budaya.

4.

Berkomunikasi dengan komunitas

profesi lain secara lisan dan tulisan

atau bentuk lain.

21

22,30

23

24,30

4 Kompetensi

Profesional

1.

Menguasai materi, struktur, konsep,

dan pola keilmuan yang

(45)

mendukung mata pelajaran yang

diampu

2.

Menguasai standar kompetensi dan

kompetensi dasar mata pelajaran

atau bidang pengembangan yang

diampu

3.

Mengembangkan materi

pembelajaran yang diampu secara

kreatif.

4.

Mengembangkan keprofesionalan

secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

5.

Memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi untuk

berkomunikasi dan

mengembangkan diri.

9

15

28

4

Pengukuran variabel persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam

jabatan didasarkan pada indikator-indikatornya. Skala yang digunakan

adalah skala Liker. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang

tentang fenomena sosial. Berikut ini disajikan tabel skoring berdasarkan

Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.3

Skoring berdasarkan Skala Likert

Kriteria jawaban

Pernyataan Positif Pernyataan

Negatif

Sangat setuju (SS)

4

1

Setuju (S)

3

2

Tidak setuju (TS)

2

3

(46)

2.

Status Kepegawaian Guru

Status kepegawaian tenaga pendidikan pada lembaga pendidikan dapat

dibedakan menjadi dua yaitu guru tetap dan guru tidak tetap. Guru tetap

adalah guru yang diangkat pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan

yang berkewajiban mengajar 24 jam per minggu dan melaksanakan tugas

administrasi lainnya sedangkan guru tidak tetap adalah guru yang belum

diangkat menjadi pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan, baik

instansi pendidikan negeri dan swasta Pemberian bobot skor untuk status

kepegawaian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4

Bobot skor untuk status kepegawaian

Status kepegawaian

Skor

Guru Tetap (PNS)

5

Guru Tetap Yayasan (GTY)

4

CPNS 3

Guru Bantu

2

Guru Honorer

1

3.

Jenjang Sekolah

Merupakan tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat

perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan

yang dikembangkan. Pemberian skor untuk variabel jenjang sekolah adalah

(47)

Tabel 3.5

Bobot skor untuk jenjang sekolah

Jenjang Sekolah

Skor

Sekolah Dasar (SD)

1

Sekolah Menengah Pertama (SMP)

2

Sekolah Menengah Atas (SMA)

3

F. Teknik Pengumpulan Data

1.

Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan membuat daftar

pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada responden untuk memperoleh

data tentang identitas dan penilaian responden (dalam hal ini

respondennya adalah guru) tentang persepsi mereka terhadap sertifikasi

guru dalam jabatan, status kepegawaian guru, dan jenjang sekolah.

2.

Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan

pertanyaan secara langsung atau lisan kepada responden. Teknik

pengumpulan data ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang

gambaran umum sekolah dan data lain sebagai pelengkap.

G. Pengujian Instrumen Penelitian

1.

Pengujian Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih

(48)

apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur dan dapat

mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto,

2002:146). Pengujian validitas penelitian ini didasarkan pada rumus

korelasi

product moment

dari pearson seperti tampak sebagai berikut :

}

(

)}{

(

{

)

)(

(

) 2 2 2

2

X

N

Y

Y

X

N

Y

X

XY

N

r

xy

=

Dimana :

r

xy

= koefisien korelasi

product moment

X = skor total tiap item

Y = skor total dari total item

N = jumlah sampel

Butir dikatakan valid apabila koefisien korelasi hitung r

hitung

bernilai positif

dan lebih besar atau sama dengan r

tabel

dengan taraf signifikansi 5%.

Sebaliknya dikatakan tidak valid apabila koefisien korelasi r

hitung

lebih

kecil dari r

tabel

dengan taraf signifikansi 5%.

Uji validitas dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel

persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan dilakukan pada

guru-guru sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas

di luar yang menjadi populasi penelitian ini. Rangkuman uji validitas

untuk variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan adalah

sebagai berikut (lampiran II, hal 68).

Tabel 3.6

(49)

Butir

No

r

hitung

r

tabel

Status

1

0,391

0,279 Valid

2

0,503

0,279 Valid

3

0,449

0,279 Valid

4

0,284

0,279 Valid

5

0,562

0,279 Valid

6

0,606

0,279 Valid

7

0,707

0,279 Valid

8

0,584

0,279 Valid

9

0,722

0,279 Valid

10

0,539

0,279 Valid

11

0,625

0,279 Valid

12

0,721

0,279 Valid

13

0,717

0,279 Valid

14

0,736

0,279 Valid

15

0,726

0,279 Valid

16

0,617

0,279 Valid

17

0,722

0,279 Valid

18

0,678

0,279 Valid

19

0,552

0,279 Valid

20

0,628

0,279 Valid

21

0,711

0,279 Valid

22

0,728

0,279 Valid

23

0,568

0,279 Valid

24

0,662

0,279 Valid

25

0,592

0,279 Valid

26

0,739

0,279 Valid

27

0,592

0,279 Valid

28

0,642

0,279 Valid

29

0,295

0,279 Valid

30

0,368

0,279 Valid

31

0,663

0,279 Valid

Tabel di atas memperlihatkan bahwa seluruh item pertanyaan variabel

persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan menunjukkan bahwa

(50)

keputusan ini dilakukan dengan membandingkan nilai–nilai koefisien r

hitung

masing-masing butir dengan nilai koefisien r

tabel.

Dengan jumlah data

sebanyak (n) sebanyak 50 responden dan derajat keyakinan 5% atau 0,05

maka diperoleh nilai r

tabel

sebesar 0,279. Dari hasil pengujian diperoleh

bahwa keseluruhan koefisien nilai r

hitung

lebih besar daripada r

tabel

(r

hitung

>

0,279). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keseluruhan butir

pertanyaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan adalah

valid.

2.

Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang reliabel

mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu

mengungkapkan data yang bisa dipercaya (Arikunto, 2002:171). Tingkat

reliabilitas kuesioner diuji dengan menggunakan koefisien Alpha rumus

Alpha :

⎟⎟

⎜⎜

=

2 1 2 11

1

1

α

α

b

k

k

r

Keterangan :

r

11

= Reliabilitas instrumen

k = Jumlah butir pertanyaan

2

b

α

= Jumlah varian butir

2 1

α

= Varian total

Tingkat reliabilitas kuesioner diuji pada taraf signifikansi 5%. Untuk

(51)

maka ketentuannya sebagai berikut, Jika nilai r hitung > 0,60, maka

instrumen penelitian dikatakan reliabel. Sebaliknya jika nilai r hitung <

0,60, maka dikatakan instrumen penelitian dikatakan tidak reliabel

(Nunnaly, dalam Imam Gozali, 2001:42).

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus

Alpha Cronbach

dan dikerjakan dengan rumus SPSS

for Windows

versi 13,00. Dari tiga

puluh satu butir pertanyaan variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru

dalam jabatan diperoleh nilai koefisien alpha (r

tt

) sebesar 0,947.

Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai

koefisien alpha dengan 0,60. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai

koefisien alpha lebih besar dari pada nilai 0,60. Hal ini berarti bahwa

instrumen persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan dapat

dikatakan reliabel.

H. Teknik Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data hasil

pengumpulan data yang sudah didapat dan penelitian lapangan yang

meliputi responden, variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam

jabatan, status kepegawaian guru dan jenjang sekolah. Untuk keperluan

deskripsi data, maka disusun tabel distribusi frekuensi untuk data setiap

variabel.

(52)

a.

Pengujian Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data yang

digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Teknik

yang digunakan untuk uji normalitas dengan menggunakan analisis

One-Sample Kolmogorov Smirnov

(Sugiyono, 1999:255). Rumusnya

sebagai berikut :

D = Maksimum [ Fo(X

i

) – S

n

(X

i

) ]

Keterangan :

D

= Deviasi atau penyimpangan maksimum

F

o

(X

i

) = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan

S

n

(X

i

)

= Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi

Selanjutnya untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi

masing-masing variabel normal atau tidak dilakukan dengan ketentuan sebagai

berikut:

Jika nilai probabilitas lebih besar dari

α

= 0,05 berarti sebaran data

normal dan jika nilai probabilitas lebih kecil dari

α

= 0,05 berarti

sebaran data tidak normal.

b.

Uji Homogenitas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji kesamaan varians populasi yang

berdistribusi normal, berdasarkan sampel yang diambil dari populasi.

Ada beberapa metode untuk melakukan pengujian ini pengujian yang

dipakai dalam penelitian ini menggunakan ANOVA. Dalam rangka

pengujian dengan ANOVA, maka dicari varians data dengan rumus

(53)

n

X

X

n i i

=

=

1 __

1

1 2 __

=

=

n

X

X

S

n i i

Selanjutnya penggujian homogenitas varians diuji dengan uji F

Terkecil

Varians

Terbesar

Varians

F

...

...

=

Harga F tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel,

dengan dk pembilang

η

a

- 1 dan dk penyebut

η

c-1. Apabila F

hitung

< F

tabel

(0,05);(dk pembilang n-1;dk penyebut n-1)

, maka dapat disimpulkan bahwa varians

data yang akan dianalisis homogen, dan apabila F

hitung

F

tabel (0,05);(dk

pembilang n-1;dk penyebut n-1)

, maka dapat disimpulkan bahwa varians data

yang akan dianalisis tidak homogen.

3.

Pengujian Hipotesis

a.

Rumusan Hipotesis

Ho

1

= Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru

dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian.

Ha

1

= Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam

jabatan ditinjau dari status kepegawaian.

b.

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan berdasarkan Uji F (ANOVA)

(54)

k

N

nj

T

X

k

N

T

T

F

n i k j k j j ij k j j j

=

∑∑

= = = =

1 1 1 2 2 1 2 2

1

Keterangan:

X

ij

= Nilai individu ke i dari sampel j.

K

= Banyaknya sampel (sampel 1, sampel 2,….,sampel k).

N

j

= Banyaknya individu (ukuran) sampel j.

T

j

= T

1

+T

2

+T

3

N

= Banyaknya semua sampel

c.

Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan F

hitung

dengan F

tabel

adalah :

ƒ

Jika F

hitung

F

tabel

maka Ho diterima

ƒ

Jika F

hitung

> F

tabel

maka Ho ditolak

Pengambilan keputusan berdasarkan pada nilai probabilitas yaitu:

ƒ

Jika nilai probabilitas (Sig.) > taraf nyata (0,05), maka Ho

diterima.

ƒ

Jika nilai probabilitas (Sig.) < taraf nyata (0,05), maka Ho

ditolak

Catatan :

Perumusan dan pengujian hipotesis 2 dilakukan dengan cara yang

(55)

36

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus

2008. Subyek penelitian ini adalah guru-guru di SD, SMP dan SMA baik

negeri maupun swasta se-Kecamatan Wates.Keseluruhan sekolah tempat

penelitian ini adalah sebagai berikut SDN Wates II, SDN Wates IV, SDN

Beji, SDN Percobaan IV, SDN Pepen, SDN Sanggrahan, SDN Bendungan I,

SDN Bendungan IV, SDN Bendungan V, SDN Punukan, SDN Gadingan,

SDN Giripeni, SDN Kedungdowo, SDN Conegaran, SDN Wates V, SD

Kanisius Wates, SD Muh Mutian, SD Muh Kedunggong, SD Muh

Ngestiharjo, SD Bopkri Wates I, SMPN 1 Wates, SMPN 2 Wates, SMPN 3

Wates, SMPN 4 Wates, SMPN 5 Wates, SMP Bopkri 1 Wates, SMP Bopkri 2

Wates, SMP Kanisius Wates, SMP Muh 1 Wates, SMAN 1 Wates, SMAN 2

Wates, SMA Bopkri Wates, SMA Muh Wates. Kuesioner yang disampaikan

kepada guru sebagai responden penelitian ini sebanyak 637 buah. Jumlah

kuesioner yang diisi dengan lengkap oleh responden adalah sebanyak 535.

Dengan demikian

response rate

pengembalian kuesioner sebesar 84,12%.

(56)

Tabel 4.1

Sebaran Responden Penelitian

Nama Sekolah

Tersebar

Kembali

Tdk

kembali

Rusak Respon

SDN Wates II

10

10

-

-

10

SDN Wates IV

23

22

1

-

22

SDN Beji

11

10

1

-

10

SDN Percobaan IV

17

16

1

-

16

SDN Pepen

9

9

-

-

9

SDN Sanggrahan

10

10

-

-

10

SDN Bendungan I

8

8

-

-

8

SDN Bendungan IV

10

9

1

-

9

SDN Bendungan V

10

10

-

-

10

SDN Punukan

10

10

-

-

10

SDN Gadingan

10

9

1

-

9

SDN Giripeni

8

8

-

-

8

SDN Kedungdowo

10

10

-

-

10

SDN Conegaran

14

12

2

-

12

SDN Wates V

12

10

2

-

10

SD Kanisius Wates

10

9

1

-

9

SD Muh Mutian

24

15

9

-

15

SD Muh

Kedunggong

14 14 - - 14

SD Muh Ngestiharjo

12

7

5

-

7

SD Bopkri Wates I

10

8

2

-

8

SMPN 1 Wates

52

42

10

-

42

SMPN 2 Wates

31

30

1

-

30

SMPN 3 Wates

31

13

18

-

13

SMPN 4 Wates

37

30

7

-

30

SMPN 5 Wates

36

35

1

-

35

SMP Bopkri 1 Wates

14

11

3

-

11

SMP Bopkri 2 Wates

12

10

2

-

10

SMP Kanisius Wates

12

12

-

-

12

SMP Muh 1 Wates

25

9

16

-

9

SMAN 1 Wates

60

56

4

-

56

SMAN 2 Wates

40

31

9

-

31

SMA Bopkri Wates

19

18

1

-

18

SMA Muh Wates

26

22

4

-

22

(57)

1. Deskripsi Responden Penelitian

a. Status Kepegawaian

Tabel 4.2

Status Kepegawaian

No Status

Kepegawaian

F

Fr(%)

1 PNS

390

72,90

2 GTY

23

4,30

3 CPNS

38

7,10

4 Guru

Bantu

0

0

5 Guru

Honorer

84

15,70

Total

535

100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden yang berstatus guru PNS

sebanyak 390 guru atau 72,90 %, berstatus GTY sebanyak 23 atau 4,30%,

berstatus CPNS sebanyak 38 atau 7,10%, berstatus guru bantu tidak ada atau

0%, dan berstatus guru honorer 84 atau 15,70%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini berstatus pegawai

negeri sipil (PNS).

b. Jenjang Sekolah

Tabel.4.3

Jenjang Sekolah

No Jenjang

Sekolah

F

Fr(%)

1 SD

213

39,81

2 SMP

192

35,89

3 SMA

130

24,30

Total

535

100

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang mengajar di Sekolah

Dasar sebanyak 213 atau 39,81%, mengajar di SMP sebanyak 192 atau

(58)

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini mengajar di

Sekolah Dasar.

2. Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan

Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan dapat dijelaskan

dalam tabel seperti berikut (lampiran IV, hal 103):

Tabel 4.4

Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan

Skor F Fr(%)

Interpretasi

106-124 213 39,81

Sangat

Positif

92-105 199 37,20

Positif

83-91 106 19,81

Cukup

Positif

74-82 12 2,24

Negatif

31-73 5 0,93

Sangat

Negatif

Jumlah 535

100

Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap sertifikasi guru

dalam jabatan pada guru SD, SMP dan SMA baik swasta maupun negeri di

Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo dikategorikan sangat positif

sebanyak 213 guru atau 39,81 %, dik

Gambar

Tabel 4.11. Anova Persepsi guru terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
Tabel 3.1 Nama Sekolah, Status Sekolah dan Jumlah Guru
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru
Tabel 3.3                    Skoring berdasarkan Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

(peNakilan tetap) dari berbagai negara anggota van8 berasal dari organissi ini telah berkenb g Misinisinya, Pada unuhnva, scbagai. p€nghnbug &amp;taJa negara negara

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang

mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ethical leadership berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi di panti asuhan yang berada di bawah Dinas Sosial

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian isolasi dan uji aktivitas antibakteri dari fraksi nonpolar spon laut Axinella carteri terhadap bakteri penyebab penyakit layu

Bahwa rapat Panitia Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Jalur Intake DIII universitas Anda-las tanggal 12 Juni 2017,

Dengan pengembangan model yang dilakukan yaitu koordinasi rantai pasok desentralisasi untuk lead time yang terkontrol dengan menggunakan mekanisme revenue sharing akan

[r]