• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP WANITA KARIER DI INDONESIA TERHADAP EMANSIPASI WANITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SIKAP WANITA KARIER DI INDONESIA TERHADAP EMANSIPASI WANITA"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

EMANSIPASI WANITA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Felicia Citra Wibawa

NIM : 079114114

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta,

Penulis,

(7)

vii

SIKAP WANITA KARIER DI INDONESIA TERHADAP EMANSIPASI WANITA

Felicia Citra Wibawa

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap wanita karier di Indonesia terhadap emansipasi wanita. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita karier dengan rentang usia antara 22 – 55 tahun yang berjumlah 70 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang disusun sendiri oleh peneliti. Keseluruhan aitem berjumlah 40 aitem. Skala yang digunakan telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Estimasi reliabilitas dilakukan dengan menggunakan tekhnik Alpha Cronbach menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0,940. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan nilai maksimum, nilai minimum, mean empirik, mean teoritik, dan standar deviasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa wanita karier di Indonesia memiliki sikap positif yang signifikan terhadap emansipasi wanita. Hal ini didukung dengan adanya data bahwa mean empirik lebih besar dari mean teoritik (136,09 > 100) dengan p=0,000 (p<0,05). Lebih lanjut, hasil analisis menurut aspek sikap memperlihatkan hasil bahwa wanita karier memiliki aspek perilaku yang negatif terhadap emansipasi wanita, sedangkan aspek kognitif dan afektifnya adalah positif.

(8)

viii

THE ATTITUDE OF CAREER WOMEN IN INDONESIA TOWARDS THE EMANCIPATION OF WOMEN

Felicia Citra Wibawa

ABSTRACT

The purpose of this study was to determined the attitude of career women in Indonesia towards the emancipation of women. The research method used in this study was descriptive quantitative. Subjects in this study are career women with age ranged between 22-55 years, amounting to 70 people. The instrument used in this study was a scale compiled by researcher. All items were 40 items. Scale that used have been tested for validity and reliability. Reliability estimation was done using Cronbach Alpha technique produces reliability coefficient of 0.940. Data analysis methods used in this research was descriptive statistical method which includes the presentation of data through tables, calculating the maximum value, minimum value, mean empirical, theoretical mean and standard deviation. Results of data analysis showed that career women in Indonesia have significant positive attitude towards the emancipation of women. This result supported by the comparison result expressing the empirical mean that is greater than the theoretical mean (136.09> 100) with p = 0.000 (p <0,05). Furthermore, according to the analysis on the attitude aspects, its showed that career women have negative behavioral aspects of attitude towards the emancipation of women, while the cognitive and affective aspects of attitude towards the emancipation of women were positive.

(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Felicia Citra Wibawa

Nomor Mahasiswa : 079114114

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Sikap Wanita Karier di Indonesia Terhadap Emansipasi Wanita

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 22 Agustus 2013

Yang menyatakan,

( Felicia Citra Wibawa )

(10)

x

KATA PENGANTAR

Tidak ada kata yang lebih tepat kecuali hatur sembah nuhun kepada Sang Hyang

Widhi Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, peneliti menyadari

bahwa tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan

sampai pada penyusunan skripsi, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan

tugas akhir ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

1.

Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S. selaku dosen pembimbing skripsi yang

selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dengan saran dan pendapat yang

sangat bermanfaat bagi penelitian ini. Terimakasih atas bimbingan, kesabaran dan

diskusi yang mengantarkan pemikiran dan penalaran dalam mengembangkan pola

pikir.

2.

Bapak Agung Santoso, M.A. yang telah membantu menjelaskan kembali metode

SPSS kepada peneliti, thank you very much, sir. It means a lot.

3.

Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah

mendidik dan mengajar peneliti selama proses perkuliahan.

4.

Segenap staf kesekretariatan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Mas

Gandung, Bu Nanik dan Pak Gie yang membantu peneliti dalam pengurusan

(11)

xi

5.

Papa dan mama yang selalu memberikan dukungan moral dan telah sabar

mendampingi peneliti selama proses penulisan skripsi.

6.

Ko Brian yang sudah sangat membantu proses pengumpulan data.

7.

Tiok6strings.

It’s been a long way and a ridiculously complex road. But in the

end I got here. Thanx for the discussion and bearing with me.

8.

Mas Gendel, mas Bruno, mas Ndaru, mas Catax, mas Beni. Terimakasih atas

diskusi-diskusi filosofisnya.

9.

Ray yang setia mengantarkan peneliti kemana saja.

10.

Nyowo, Jumpes, Sukun, Lia “D-FIN”, you guys are wonderfull friends, thanx for

all the cheering me up.

11.

Semua subjek yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi skala

peneliti, baik pada proses try-out maupun proses penelitian.

12.

Semua pihak yang senantiasa memberikan dukungan dan doa untuk keberhasilan

peneliti dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sebagai mahasiswa, yang

tidak dapat disebutkan satu persatu dalam tulisan ini.

Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maya Esa berkenan membalas segala

kebaikan dan kemurahan hati semua pihak yang telah memberi bantuan, dukungan

dan doanya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki keterbatasan dan

kekurangan. Oleh karena itu, saran, tanggapan dan kritik dari para pembaca sangat

(12)

xii

membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang

Psikologi.

Yogyakarta, Juni 2013

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.

Latar Belakang Masalah ... 1

B.

Rumusan Masalah ... 6

C.

Tujuan Penelitian ... 7

D.

Manfaat Penelitian ... 7

(14)

xiv

2.

Manfaat Praktis ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A.

Wanita Karier ... 8

1.

Pengertian Wanita Karier ... 8

2.

Konsep Peran Wanita menurut Budaya di Indonesia ... 9

3.

Alasan Wanita Melakukan Karier ... 10

4.

Hambatan Wanita Melakukan Karier... 11

B.

Emansipasi Wanita ... 12

1.

Pengertian Emansipasi Wanita ... 12

2.

Sejarah Emansipasi Wanita ... 13

3.

Indikator Emansipasi Wanita ... 16

C.

Sikap (

Attitude

) ... 18

1.

Pengertian Sikap... 18

2.

Komponen Sikap ... 19

3.

Pembentukan Sikap ... 19

4.

Fungsi Sikap ... 21

D.

Sikap Wanita Karier di Indonesia terhadap Emansipasi Wanita ... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 28

A.

Desain Penelitian ... 28

(15)

xv

C.

Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 28

D.

Subjek Penelitian ... 29

E.

Alat Ukur ... 30

F.

Uji Coba Penelitian ... 31

G.

Validitas dan Reliabilitas ... 32

1.

Validitas ... 32

2.

Seleksi Aitem ... 32

3.

Reliabilitas ... 34

H.

Metode Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

A.

Persiapan Penelitian ... 36

B.

Pelaksanaan Penelitian ... 36

C.

Hasil Penelitian ... 38

1.

Karakteristik Subjek Penelitian ... 38

2.

Uji Normalitas ... 40

3.

Deskripsi Data Penelitian ... 40

4.

Uji t ... 41

D.

Analisis Khusus ... 42

1.

Aspek Sikap... 42

2.

Indikator Emansipasi Wanita ... 44

(16)

xvi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A.

Kesimpulan ... 51

B.

Saran ... 52

1.

Bagi wanita karier di Indonesia... 52

2.

Bagi Peneliti Selanjutnya ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1:

Blue-print

Skala Sikap Wanita Karier di Indonesia

terhadap Emansipasi Wanita ... 31

Tabel 2: Distribusi Aitem Skala Sikap Wanita Karier di Indonesia

terhadap Emansipasi Wanita ... 34

Tabel 3: Koefisien Reliabilitas Skala Sikap Wanita Karier di Indonesia

terhadap Emansipasi Wanita ... 34

Tabel 4: Usia Subjek ... 38

Tabel 5: Pendidikan Terakhir Subjek ... 38

Tabel 6: Agama Subjek ... 39

Tabel 7: Status Pernikahan Subjek ... 39

Tabel 8: Pekerjaan Subjek ... 39

Tabel 9: Uji Normalitas ... 40

Tabel 10: Deskripsi Data Penelitian ... 41

Tabel 11: Uji t ... 42

Tabel 12: Statistik Aspek Sikap ... 42

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A: Skala Sikap Wanita Karier di Indonesia

terhadapEmansipasi Wanita (

Try Out

) ... 55

LAMPIRAN B: Data

Try Out

... 69

LAMPIRAN C: Uji Reliabilitas

Try Out

... 82

LAMPIRAN D: Skala Sikap Wanita Karier di Indonesia

terhadap Emansipasi Wanita ... 87

LAMPIRAN E: Data Penelitian ... 99

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bekerja pada masa sekarang ini adalah sebuah aktifitas atau kegiatan yang tidak asing lagi bagi manusia. Tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa manusia perlu bekerja demi kelangsungan hidupnya. Kegiatan bekerja sebenarnya selalu menyertai perkembangan hidup manusia. Pada jaman purbakala, manusia sudah harus bekerja agar bisa makan, yaitu dengan berburu. Lalu jaman berkembang, dan manusia mulai mencoba bercocok tanam untuk bisa makan. Kegiatan bekerja terus berkembang sehingga menjadi suatu kegiatan yang vital bagi tiap manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerja berarti sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Ada banyak jenis pekerjaan yang bisa dijalani seseorang, baik dalam hal jasa seperti dokter, guru, konselor, dan lain-lain, serta ada juga pekerjaan dalam bidang produksi, seperti petani, penulis, musisi, dan lain-lain. Tiap orang disarankan untuk memilih pekerjaan sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

(20)

Tidak jarang ada wanita yang bekerja sebagai buruh pabrik ataupun kuli angkut barang di pasar. Dahulu wanita lebih dikenal dalam peran sebagai ibu rumah tangga (peran domestik), sehingga bila seorang wanita bekerja, maka pekerjaannya biasanya ada hubungannya dengan pekerjaan-pekerjaan di sekitar rumah tangganya. Rendahnya tingkat partisipasi wanita dalam pekerjaan disebabkan motivasi kerja wanita sering diwarnai oleh faktor-faktor sosial budaya yang akan membentuk sikap tertentu dalam bekerja, masih adanya anggapan bahwa wanita lebih baik melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga saja, serta kurangnya kesediaan masyarakat mengakui dan menghargai kemampuan wanita dalam pekerjaannya (Yuwana, 1984).

(21)

Perubahan peran wanita ini tentu saja tidak terjadi secara tiba-tiba. Proses ini telah dimulai sejak abad ke-18, oleh para pemikir awal feminis. Awalnya dimulai dengan munculnya para penulis wanita, dimana pada masa itu wanita dinilai tidak pantas untuk menulis buku, berpuisi, atau bermain drama. Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan oleh para pria aristokrat. Proses ini lalu dikenal dengan sebutan emansipasi wanita, yang bertujuan kesetaraan antara pria dan wanita, baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain (Hollows, 2000). Gerakan emansipasi wanita tidak berhenti hanya sebatas untuk memberikan wanita kebebasan dalam menulis dan berpikir. Semenjak masa revolusi industri di Inggris pada tahun 1876, wanita juga diberikan kesempatan untuk bekerja, walaupun pada masa itu dengan upah yang lebih rendah daripada pria. Seiring dengan perkembangan jaman, kondisi wanita bekerja kini telah jauh berubah. Wanita yang bekerja kini memperoleh upah yang setara dengan pria dan telah adanya cuti-cuti khusus yang diberikan pada wanita, seperti cuti kehamilan dan cuti datang bulan, perkembangan yang seperti ini adalah contoh dari faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah wanita bekerja pada masa kini.

(22)

dengan menghayati serta menerima bahwa pekerjaannya itu merupakan jalan untuk mengembangkan kemampuan dirinya (Masdani, 1981).

Bertentangan dengan apa yang pernah menjadi kepercayaan umum, sebagian besar wanita bekerja tidak hanya untuk “keluar dari rumah” atau memenuhi kebutuhan psikologisnya. Seperti halnya pria, alasan wanita bekerja bermacam-macam, namun utamanya adalah karena kebutuhan ekonomi (Bohlander , 2004). Dengan berkarier (bekerja) wanita bisa menyumbangkan hasil jerih payahnya untuk meningkatkan standar kehidupan keluarganya. Meskipun wanita karier bisa mendapatkan keuntungan sosial ekonomi, wanita tersebut dituntut tetap bijaksana dalam mengurus rumah tangga. Ketidakmampuan mengurus rumah tangga bisa menyebabkan ketidakharmonisan keluarga (Aminatun, 2008).

Ada juga ibu yang berperan sebagai wanita karier bukan sekedar karena situasi ekonomi atau demi mengejar pendapatan, melainkan juga mengangkat status dirinya sebagai wanita yang mampu berprestasi di tengah-tengah kehidupan keluarga dan masyarakat (Aminatun, 2008). Motivasi wanita karier tidaklah semata-mata demi mendapatkan keuntungan materi, tetapi juga mempunyai ciri khas aspek profesional dan idealisme. Aspek yang paling penting adalah adanya ambisi untuk maju dalam pekerjaan dengan meningkatkan jenjang-jenjang yang ada, dan keinginan melakukan pekerjaan seumur hidup dengan bekerja secara full-time (Aminatun,2008). Kehadiran wanita dalam dunia kerja sebagai suatu

(23)

mendesak. Sebagai wanita karier, wanita cenderung memiliki wawasan yang lebih luas, terbuka, dan bijaksana menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah keluarga dan masyarakat (Yuwana, 1984).

Apabila tugas seorang wanita yang telah berkeluarga hanya dibatasi mengurus rumah tangga dan mengasuh keluarga, bisa menyebabkan seorang wanita merasakan kejenuhan akan rutinitas hidup yang dijalani, karena pada kenyataannya tidak semua wanita hidup bahagia dalam lingkungan rumah tangga (Aminatun, 2008). Walaupun Harriet Taylor berpendapat bahwa secara psikologis, bekerja itu amat penting bagi wanita, dia juga mengisyaratkan dalam bukunya yang berjudul Enfranchisement, bahwa seorang wanita harus memilih antara fungsi

sebagai istri dan ibu, atau bekerja di luar rumah (Tong, 1998).

Di sisi lain, banyak juga ditemukan wanita karier yang mengalami konflik peran antara berkarier dan ibu rumah tangga. Sebagai ibu rumah tangga mereka memiliki peran domestik sebagai ibu dari anak-anaknya, sebagai istri dari suaminya, dan sebagai anggota masyarakat. Sedangkan di dunia kerja mereka harus selalu berorientasi pada kinerja yang profesional. (Aminatun, 2008). Ketidakseimbangan dalam menjalani peran sebagai wanita karier atau ibu rumah tangga dapat menyebabkan ketidakharmonisan keluarga.

(24)

Budaya membentuk suatu pola tersendiri di masyarakat, dan wanita karier sebagai bagian dari masyarakat diharapkan untuk mengikuti pola yang ada ini.

Dengan menepis segala rintangan yang ada, baik dari sisi kepercayaan masyarakat umum maupun kemampuan individu, wanita bekerja telah menjadi hal yang lumrah di masa kini. Banyak wanita bekerja tak lagi sekedar “bekerja”, tetapi mereka telah bergerak ke arah mengejar karir, hingga wanita karir menjadi trend masa kini.

Ucapan “kan sekarang jamannya emansipasi wanita” tak jarang terdengar, diutarakan oleh para wanita bekerja. Kondisi di mana wanita mampu bekerja bahkan berkarier memang adalah hasil dari perjuangan panjang program kesetaraan gender yang dikenal dengan nama emansipasi wanita. Akan tetapi, apakah para wanita yang bekerja tersebut benar-benar memiliki sikap positif terhadap emansipasi wanita? Sementara emansipasi wanita itu sendiri masih menjadi pokok pembicaraan yang kontradiktif dari sudut pandang budaya dan agama. Oleh karena itu peneliti hendak melihat dengan pasti, apakah para wanita yang melakukan kerja karier itu benar-benar memiliki sikap positif terhadap emansipasi wanita.

B. Rumusan Masalah

(25)

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui sikap wanita karir di Indonesia terhadap emansipasi wanita.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan dasar untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai konflik yang dialami wanita karier.

2. Manfaat Praktis

(26)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Wanita Karier

1. Pengertian Wanita Karier

Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Jaringan (KBBI Daring,

2008) menjabarkan wanita sebagai perempuan dewasa, sedangkan

perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai alat genital vagina,

dapat mestruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui.

Dalam KBBI Daring (2008) disebutkan bahwa karier adalah

perkembangan dan kemajuan di kehidupan, pekerjaan, jabatan, dan

sebagainya. Selain itu karier juga dapat diartikan sebagai pekerjaan yang

memberikan harapan untuk maju. Martaniah (1998 dalam Aminatun,

2008) menambahkan bahwa kerja karier adalah kerja yang berjenjang,

orang yang bekerja memiliki kemungkinan untuk mencapai jenjang yang

lebih tinggi.

Masdani (dalam Aminatun, 2008) menyebutkan wanita karier

adalah wanita yang bekerja pada pekerjaan yang berjenjang sehingga

memiliki kemungkinan mencapai jenjang yang lebih tinggi dan

menghayati serta menerima bahwa pekerjaannya itu merupakan jalan

(27)

2. Konsep Peran Wanita menurut Budaya di Indonesia

Indonesia memiliki banyak ragam budaya, salah satu budaya yang

mayoritas adalah budaya Jawa. Budaya Jawa memiliki istilah yang

menyebutkan wanita sebagai “kanca wingking” atau teman di garis

belakang, sebagai teman dalam mengelola urusan rumah tangga,

khususnya urusan anak, memasak, mencuci, dan lain-lain. Hardanti (2002)

mengatakan bahwa secara tradisional, peranan wanita selalu dikaitkan

dengan rumah, dapur, dan anak.

Fausia & Nasyiah (dalam Dewanti, 2008) membedakan peranan

wanita menjadi tiga kategori:

a. Peranan produktif

Peranan produktif adalah peranan yang dikerjakan oleh wanita

untuk memperoleh upah secara tunai atau menghasilkan

barang-barang yang tidak dikonsumsi sendiri. Contohnya bekerja di sektor

dormal dan informal

b. Peranan reproduktif

Peranan reproduktif adalah peranan yang berhubungan dengan

tanggung jawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik yang

dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja

yang menyangkut kelangsungan keluarga. Contohnya melahirkan,

memasak, mengasuh anak, mencuci, membersihkan rumah, dan

(28)

c. Peranan pengelolaan masyarakat dan politik

Peranan pengelolaan masyarakat (kegiatan sosial) mencakup

kegiatan yang sifatnya menjalin kebersamaan, solidaritas antar

masyarakat seperti arisan, upacara adat, sukarelawan, dan tanpa upah.

Sedangkan pengelolaan politik adalah peranan yang dilakukan pada

tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat formal secara politik,

biasanya dibayar dan meningkatkan status/kekuasaan.

3. Alasan Wanita Melakukan Karier

Tidak seperti apa yang pernah menjadi kepercayaan umum,

sebagian besar wanita memutuskan untuk bekerja tidak hanya karena

merasa jenuh berada di rumah atau demi memenuhi kebutuhan

psikologisnya. Seperti halnya pria, wanita memiliki bermacam-macam

alasan untuk bekerja, namun yang utama adalah karena kebutuhan

ekonomi (Bohlander , 2004).

Hardanti (2002) menyimpulkan, secara umum ada tiga hal yang

menyebabkan wanita melakukan karier, yaitu: tuntutan ekonomi, dorongan

keinginan membentuk karier, serta pembangunan memerlukan tenaga kerja

dan wanita sebagai sumber daya pembangunan (Saljo, 1983; Suratiyah

(29)

4. Hambatan Wanita Melakukan Karier

Yuwana (1984 dalam Aminatun, 2008) mengatakan rendahnya

tingkat partisipasi wanita dalam bidang pekerjaan disebabkan motivasi

kerja wanita sering diwarnai oleh faktor-faktor sosial budaya yang akan

membentuk sikap tertentu dalam bekerja, misalnya masih adanya

anggapan bahwa wanita lebih baik melakukan tugasnya sebagai ibu rumah

tangga saja, serta kurangnya kesediaan masyarakat mengakui dan

menghargai kemampuan wanita dalam pekerjaannya.

Aminatun (2008) menambahkan, wanita mengalami berbagai

faktor penghambat dalam meniti jenjang karier yang lebih tinggi. Berbagai

faktor penghambat tersebut diantaranya:

a. Masih adanya persepsi/ anggapan di kalangan masyarakat bahwa

wanita yang meniti karier sering menjadi biang keladi dari setiap

keretakan keluarga dan ketidakharmonisan suami dan anak

b. Tidak semua wanita karier mampu melakukan pembagian waktu antara

keluarga dan karier.

Berdasarkan seluruh keterangan di atas, wanita karier bisa didefinisikan

sebagai manusia perempuan yang memiliki pekerjaan yang memberikan harapan

untuk maju dan berkemungkinan untuk mencapai jenjang yang lebih tinggi.

Dalam melaksanakan pekerjaannya wanita tersebut telah melalui seluruh

hambatan yang muncul (persepsi masyarakat ataupun pembagian waktu antara

(30)

tuntutan pembangunan) menjalani pekerjaannya dengan pemahaman bahwa

pekerjaannya itu adalah jalan untuk mengembangkan kemampuan dirinya.

B. Emansipasi Wanita

1. Pengertian Emansipasi Wanita

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan (KBBI

Daring, 2008), emansipasi memiliki dua pengertian. Pertama adalah

pembebasan dari perbudakan; kedua, persamaan hak di berbagai aspek

kehidupan masyarakat.

KBBI Daring (2008) kemudian menjelaskan emansipasi wanita

sebagai proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi

yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan

untuk berkembang dan untuk maju.

Munthe (2003) menyatakan, di Indonesia gerakan emansipasi

dilakukan oleh organisasi-organisasi wanita berlandaskan pada gagasan

Kartini. Kartini menuntut pendidikan bagi kaum wanita, berarti

orientasinya lebih ditekankan pada tingkatan kecerdasan secara individual.

Sasaran yang lebih jauh ingin dicapai adalah mengangkat martabat

kaumnya, sehingga sejajar dengan martabat kaum pria. Dengan demikian,

maka gerakan emansipasi yang dilakukan oleh kaum wanita Indonesia

dapat diartikan sebagai gerakan pembebasan kaum wanita dari

ketergantungan pada orang lain, terutama pada kaum laki-laki. Tujuan

(31)

hak-haknya seperti halnya yang berlaku pada kaum laki-laki, sehingga mereka

tidak lagi menyandang sebutan “warga negara kelas dua”.

Emansipasi wanita pada intinya adalah upaya yang dilakukan kaum

perempuan untuk mengejar ketertinggalannya dari kaum laki-laki,

termasuk di dalamnya upaya untuk memperoleh kesamaan hak, peran, dan

fungsi dalam berbagai aspek kehidupan (Murfitriati dan Sopari, 2009).

2. Sejarah Emansipasi Wanita

Kesadaran kaum wanita atas kondisi sosial yang semakin tidak

memihak kaum wanita memunculkan perjuangan wanita. Kaum wanita

menyadari bahwa ketertinggalannya dari kaum laki-laki sangat merugikan

diri mereka, dan kondisi tersebut tidak terjadi dengan sendirinya. PBB

kemudian menanggapi isu ini dengan memasukkan konsep emansipasi

sebagai bagian dari Hak-hak Azasi Manusia (HAM), yang kemudian

dideklarasikan pada tahun 1948 (Murfitriati dan Sopari, 2009).

Dalam modul Isu Global Gender Pusat Pelatihan Gender dan

Peningkatan Kualitas Perempuan, BKKBN yang diterbitkan pada tahun

2009 diceritakan secara singkat sejarah emansipasi wanita. Perjuangan

yang dimulai sejak deklarasi HAM ini berlanjut pada 12 Juli 1963, dengan

munculnya gerakan global yang dipelopori oleh gerakan kaum wanita.

Gerakan ini berhasil mendeklarasikan suatu resolusi melalui Badan

Ekonomi dan Sosial PBB (ECOSOK) nomor 861 F. resolusi ini

(32)

dibentuknya Komite Nasional kedudukan Wanita Indonesia (SK Menteri

Negara Kesra No. 34/KPTS/Kesra/1968).

Untuk menjalankan konsep emansipasi tersebut dikembangkan

berbagai program pemberdayaan perempuan (Women Empowerment

Programs). Pada tahun 1975 di Mexico City, PBB menyelenggarakan

World Conference International Year of Women. Selanjutnya pada tahun

1980 di Kopenhagen, diselenggarakan World Conference UN Decade of

Women. Konferensi ini mengesahkan konvensi tentang peniadaan seluruh

bentuk diskriminasi terhadap perempuan (Convention on the Elimination

of all Form of Discrimination Against Women, CEDAW). Dalam

konferensi ini, Indonesia hadir diwakili oleh Menteri Urusan Peranan

Wanita. Pada tahun 1984, pemerintah Indonesia meratifikasi hasil

konvensi tersebut.

Dalam ICPD Kairo tahun 1994 dilakukan penyamaan konsep,

yakni bahwa pemberdayaan perempuan merupakan kondisi dasar untuk

stabilisasi kependudukan dan pembangunan yang berkelanjutan.

Kesepakatan ICPD ini memberikan kontribusi penting dalam banyak

konferensi yang diadakan selanjutnya, seperti Konferensi Puncak Sedunia

tentang Pembangunan Sosial dan Konferensi Wanita Sedunia keempat di

Beijing. FWCW di Beijing pada tahun 1995 menyatakan harus adanya

komitmen pemerintah untuk meningkatkan status perempuan.

Pada tahun 2000 wakil dari 187 negara berkumpul atas prakarsa

(33)

dengan Millenium Development Goals (MDG’s). MDG’s adalah

kesepakatan bersama untuk mengubah kehidupan masyarakat dunia,

termasuk mengurangi separuh dari jumlah masyarakat yang hidup di

bawah garis kemiskinan. Kesepakatan ini kemudian menjadi acuan dalam

pelaksanaan pembangunan di seluruh negara berkembang, termasuk

Indonesia. Di Indonesia, kesepakatan ini dikenal dengan nama delapan

tujuan pembangunan millenium, antara lain:

a. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan

b. Memenuhi standar pendidikan dasar

c. Meningkatkan keadilan dan kesetaraan gender dan pemberdayaan

perempuan

d. Mengurangi angka kematian bayi

e. Meningkatkan kesehatan ibu

f. Memerangi HIV dan AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya

g. Mengelola lingkungan hidup secara berkelanjutan

h. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

Dari paparan di atas alur perkembangan konsep dan program

(34)

Bagan 1

Bagan Perkembangan Konsep dan Program Gender

(Modul Isu Kesetaraan Gender, 2009)

3. Indikator Emansipasi Wanita

Pada awal milenium, istilah emansipasi wanita sudah jarang

digunakan, isu-isu emansipasi wanita berubah menjadi isu kesetaraan

gender (Daulay, 2007). Dalam buku Parameter Kesetaraan Gender dalam

Pembentukan Peraturan Perundangan (2011), indikator kesetaraan gender

diuraikan menjadi:

a. Akses

Adanya kesempatan yang setara antara pria dan wanita

untuk memiliki/memperoleh sumber daya dalam segala bidang

(misalnya pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan lain-lain).

b. Partisipasi

Adanya kesempatan yang setara antara pria dan wanita

untuk ikut andil dalam melaksanakan hak dan kewajibannya pada

(35)

c. Kontrol

Adanya relasi kekuasaan yang setara antara pria dan wanita.

d. Manfaat

Adanya kesetaraan manfaat yang diterima baik oleh pria

maupun wanita dalam semua aspek kehidupan.

Berdasarkan empat indikator diatas, terdapat kemiripan antara

indikator akses dan indikator partisipasi, sehingga kedua indikator ini

dapat digabungkan. Kemiripan tersebut dapat dilihat dari penjabaran

indikator akses, dimana pria dan wanita memiliki kesempatan yang setara

untuk memiliki/ memperoleh sumber daya dalam segala bidang.

Penjabaran ini sudah mencakup penjabaran indikator partisipasi dimana

pria dan wanita memiliki kesempatan yang setara untuk melaksanakan

haknya. Oleh karena aspek sumber daya juga merupakan bagian dari

indikator partisipasi, maka kedua indikator ini dapat diukur dengan

menggunakan aitem yang sama.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa emansipasi wanita adalah

sebuah proses perjuangan panjang yang dilakukan tidak hanya oleh para wanita,

bertujuan mencapai kesetaraan antara pria dan wanita dalam berbagai aspek

kehidupan. Kemudian istilah ini mengalami perubahan istilah menjadi kesetaraan

(36)

C. Sikap (Attitude)

1. Pengertian Sikap

Ostrom (dalam Roeckelein, 1998) mengatakan ada lebih dari 30

perumusan teoritis yang berbeda yang dijelaskan dalam buku-buku teks

mengenai teori sikap. Secara sederhana, sikap adalah kecenderungan untuk

menyukai atau tidak menyukai sesuatu (Hewstone, Fincham, & Foster.

2005). Lebih lanjut lagi, Rokeach (dalam Gross, 2005) mendefinisikan

sikap sebagai orientasi atau kecenderungan yang dipelajari, terhadap suatu

objek atau situasi, yang menyediakan sebuah kecenderungan untuk

merespon objek atau situasi tersebut secara positif (favourably) atau

negatif (unfavourably).

Definisi lainnya menyebutkan sikap sebagai sebuah kecenderungan

yang dipelajari untuk merespon objek tertentu secara kognitif, afektif dan

perilaku (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 2000). Wolman (dalam

Roeckelein, 1998) mendefinisikan sikap sebagai sebuah kecenderungan

yang dipelajari untuk mengevaluasi atau bereaksi secara konsisten dengan

cara tertentu, baik secara positif ataupun negatif, terhadap orang, tempat,

konsep, atau benda tertentu.

Objek dari kecenderungan-kecenderungan ini sering disebut objek

sikap (attitude object). Sikap secara langsung atau tidak langsung

mempengaruhi perilaku dalam hampir tiap interaksi sosial (Hewstone,

(37)

2. Komponen Sikap

Para psikolog sosial secara umum sepakat, ada tiga komponen

sikap (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 2000), yaitu:

a. Komponen Kognitif

Komponen kognitif terdiri dari pikiran-pikiran dan

kepercayaan-kepercayaan individu mengenai objek sikap.

b. Komponen Afektif

Komponen afektif meliputi perasaan dan emosi yang dirasakan

individu mengenai objek sikap.

c. Komponen Perilaku (Behavioural)

Komponen perilaku terdiri dari kecenderungan untuk bertindak

dengan cara-cara tertentu terhadap sebuah objek sikap.

3. Pembentukan Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut

Azwar (2011) adalah sebagai berikut:

a. Pengalaman pribadi

Apa yang dialami individu akan membentuk dan

mempengaruhi penghayatan individu terhadap stimulus sosial.

Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk

memiliki tanggapan dan penghayatan, seseorang harus memiliki

pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Apabila seorang

(38)

psikologis, individu tersebut akan cenderung membentuk sikap negatif

terhadap objek tersebut (Middlebrook dalam Azwar, 2011).

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar individu merupakan salah satu diantara

komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap individu. Seseorang

yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya,

seseorang yang tidak ingin dikecewakan, atau seseorang yang berarti

khusus bagi individu; akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap

individu terhadap sesuatu.

c. Pengaruh budaya

Budaya dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Tanpa disadari budaya

telah menanamkan garis pengaruh sikap individu terhadap berbagai

masalah. Budaya telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena

budayalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang

menjadi anggota kelompok masyarakat.

d. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

memiliki pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan

seseorang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,

media massa membawa pesan-pesan berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu

(39)

terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh

informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif

dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem

memiliki pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya

meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

f. Pengaruh faktor emosional

Terkadang suatu bentuk sikap adalah pernyataan yang didasari

oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyalur frustasi atau

pengalihan untuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat

merupakan sikap sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah

hilang.

4. Fungsi Sikap

Hogg & Vaughan (dalam Gross, 2005) mengatakan bahwa tanpa

konsep sikap, individu akan mengalami kesulitan dalam menjelaskan dan

bereaksi terhadap kejadian-kejadian tertentu, membuat keputusan, dan

melakukan interaksi sosial. Gross (2005) menyimpulkan bahwa sikap

menyediakan reaksi siap-pakai, dan interpretasi dari kejadian-kejadian

bagi individu, seperti halnya aspek-aspek kognitif lainnya dalam diri

(40)

Smith et al (dalam Haddock & Maio, 2004) menyatakan bahwa

sikap dapat berfungsi sebagai penilai-objek (object-appraisal),

penyesuaian sosial (social-adjustment), dan/atau eksternalisasi

(externalization). Fungsi sebagai penilai objek meliputi kemampuan sikap

untuk menyimpulkan katakter positif dan negatif dari objek-objek yang

ada di lingkungan individu. Fungsi penyesuaian sosial adalah fungsi sikap

yang membantu individu untuk mengenali individu lain yang dinilai baik

dan menjauhkan diri dari individu lain yang tidak disukai. Fungsi

eksternalisasi adalah fungsi sikap yang melindungi diri individu dari

konflik internal.

Katz (dalam Gross, 2005) membagi fungsi sikap dalam empat

kategori utama:

a. Fungsi Pengetahuan (Knowledge Fuction)

Sikap memberikan makna dan arahan pada pengalaman,

menyediakan kerangka referensi untuk menilai kejadian, objek, dan

orang.

b. Fungsi Penyesuaian (Adjustive Function)

Individu menerima respon positif dari individu lain dengan

menunjukkan sikap yang diterima secara sosial, sehingga individu

tersebut mendapatkan ganjaran (reward) penting, misalnya penerimaan

(41)

c. Fungsi Menyatakan-nilai (Value-expressive Function)

Ganjaran (reward) yang diterima individu mungkin bukan

berupa persetujuan sosial, tetapi konfirmasi terhadap aspek positif dari

konsep diri individu, terutama integritas personalnya.

d. Fungsi Pertahanan-ego (Ego-defensive Function)

Sikap membantu melindungi individu dari mengakui

kekurangan personalnya. Pertahanan-ego sering berarti penghindaran

dan penyangkalan pengetahuan diri (self-knowledge).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah

sebuah kecenderungan yang dipelajari, terbentuk dari gabungan antara

pengalaman pribadi, pengaruh orang lain dan budaya, media massa, lembaga

pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosional. Sikap terdiri dari 3

komponen, yaitu komponen kognitif, afektif, dan prilaku. Sikap digunakan

untuk mengevaluasi atau bereaksi secara konsisten dengan cara tertentu

terhadap objek sikap, baik secara positif ataupun negatif.

D. Sikap Wanita Karier di Indonesia terhadap Emansipasi Wanita

Setelah melalui perjuangan panjang, wanita akhirnya mendapatkan

persamaan hak dengan kaum pria dalam hampir segala bidang.

Perkembangan yang paling menonjol akhir-akhir ini adalah meningkatnya

jumlah wanita yang meniti karir. Kesetaraan yang dinikmati oleh kaum

wanita saat ini merupakan hasil dari sebuah perjuangan yang berawal dengan

(42)

Wanita pada masa kini lebih bebas untuk bekerja, akan tetapi mereka

tetap bersalah bila “meninggalkan” keluarga dan rumah tangganya. Hal ini

dikarenakan masih kuatnya pengaruh peran budaya mengenai peran

tradisional wanita, dimana secara tradisional wanita selalu dikaitkan dengan

rumah, dapur, dan anak (Hardanti, 2002). Pada kenyataannya, masih banyak

wanita Indonesia yang mengalami kesulitan untuk melepaskan diri dari

perspektif tradisional ini.

Wanita karier adalah wanita yang bekerja dengan pemahaman dan

harapan bahwa pekerjaannya itu merupakan jalan untuk mengembangkan

kemampuan dirinya (Masdani, 1981 dalam Aminatun, 2008). Mereka tentu

memiliki sikap tertentu terhadap emansipasi wanita. Istilah emansipasi wanita

sendiri saat ini telah berubah menjadi kesetaraan gender (Daulay, 2007).

Indikator dari kesetaraan gender adalah partisipasi dan akses, kontrol, dan

manfaat.

Sikap (attitude) adalah sebuah kecenderungan yang dipelajari untuk

mengevaluasi atau bereaksi secara konsisten dengan cara tertentu, baik secara

positif ataupun negatif, terhadap orang, tempat, konsep, atau benda tertentu

(Wolman, 1973 dalam Roeckelein, 1998). Secara umum telah disepakati

bahwa sikap memiliki komponen kognitif, afektif dan perilaku (Huffman,

Vernoy, & Vernoy, 2000). Ketiga komponen ini mempengaruhi bagaimana

sikap seseorang terhadap sesuatu. Komponen kognitif terdiri dari pikiran dan

kepercayaan individu mengenai objek sikap. Komponen afektif meliputi

(43)

Komponen perilaku terdiri dari kecenderungan individu untuk bertindak

terhadap objek sikap. Pembentukan sikap dipengaruhi oleh pengalaman

pribadi, pengaruh orang lain dan budaya, media massa, lembaga pendidikan

dan lembaga agama, serta faktor emosional.

Sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita adalah bentuk

evaluasi atau reaksi perasaan positif atau negatif wanita karier terhadap

emansipasi wanita. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan indikator

sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita (kesetaraan gender) adalah:

1. Komponen Kognitif

a. Meyakini bahwa pria dan wanita memiliki hak dan kewajiban yang

setara untuk terlibat/ berpartisipasi dalam melaksanakan hak dan

kewajiban mereka.

b. Adanya keyakinan bahwa pria ataupun wanita memiliki relasi

kekuasaan yang setara.

c. Memiliki keyakinan bahwa baik pria maupun wanita harus

memperoleh manfaat yang sama dari segala aspek kehidupan.

2. Komponen Afektif

a. Sebagai wanita, merasa bahwa dirinya memiliki hak dan kewajiban

yang setara dengan pria, untuk berpartisipasi melaksanakan hak dan

kewajibannya.

b. Sebagai wanita, tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah

(44)

c. Merasa bahwa adanya manfaat yang setara bagi pria dan wanita

dalam setiap aspek kehidupan adalah hal yang wajar.

3. Komponen perilaku (behavioural)

a. Baik pria maupun wanita melaksanakan hak dan kewajibannya tanpa

ada halangan dari salah satu pihak.

b. Tidak bertindak semena-mena terhadap lawan jenis dan tidak

merendahkan diri di hadapan lawan jenis.

(45)

Skema II. 1

Skema Sikap Wanita Karier di Indonesia terhadap Emansipasi Wanita

Sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita

 Pengalaman pribadi

 Pengaruh orang lain yang dianggap penting

 Pengaruh budaya

 Media massa

 Lembaga pendidikan dan lembaga agama

 Pengaruh faktor emosional

Wanita Karier Emansipasi Wanita

 Partisipasi dan Akses

 Kontrol

(46)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian

kuantitatif deskriptif adalah penelitian non-eksperimen yang bertujuan untuk

menggambarkan suatu fenomena dengan angka-angka. (Kerlinger, 2006).

B.

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitan ini adalah sikap wanita karier terhadap

emansipasi wanita.

C.

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita adalah bentuk evaluasi

atau reaksi perasaan positif atau negatif wanita karier terhadap emansipasi

wanita.

(47)

1.

Aspek Kognitif : pikiran-pikiran dan kepercayaan-kepercayaan wanita

karier mengenai emansipasi wanita.

2.

Aspek afektif : perasaan dan emosi yang dirasakan wanita karier

mengenai emansipasi wanita.

3.

Aspek perilaku : kecenderungan wanita karier untuk bertindak dengan

cara-cara tertentu terhadap emansipasi wanita.

Emansipasi wanita adalah upaya yang dilakukan kaum perempuan

untuk mengejar ketertinggalannya dari kaum laki-laki, termasuk di dalamnya

upaya untuk memperoleh kesamaan hak, peran, dan fungsi dalam berbagai

aspek kehidupan (Murfitriati dan Sopari, 2009). Istilah emansipasi wanita

sendiri saat ini telah berubah menjadi kesetaraan gender (Daulay, 2007).

Indikator dari kesetaraan gender adalah:

1.

Partisipasi dan Akses : adanya kesempatan yang setara antara pria dan

wanita untuk mendapatkan hak dan melaksanakan kewajibannya dalam

setiap aspek kebijakan dan program pembangunan pemerintah.

2.

Kontrol : adanya relasi kekuasaan yang setara antara pria dan wanita.

3.

Manfaat : adanya kesetaraan manfaat yang diterima baik oleh pria maupun

wanita dalam semua aspek kehidupan.

D.

Subjek Penelitian

(48)

untuk maju dan berkemungkinan untuk mencapai jenjang yang lebih tinggi.

Subejek dalam penelitian ini berjumlah 70 orang dengan batasan usia 22-55

tahun, yaitu usia produktif wanita. Pemilihan usia produktif wanita karena

dimaksudkan bahwa wanita usia produktif adalah wanita yang masih mampu

bekerja secara aktif. Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan pada

penelitian ini adalah

random sampling

. Dengan menggunakan tekhnik ini

setiap individu dalam populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk

dipilih (Creswell, 2010).

E.

Alat Ukur

Penelitian ini menggunakan satu alat ukur yaitu skala sikap wanita

karier terhadap emansipasi wanita. Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan

3 indikator kesetaraan gender yang diuraikan lagi berdasarkan 3 komponen

sikap, hingga akhirnya dihasilkan 9 indikator sikap wanita karier terhadap

emansipasi wanita. Berdasarkan masing-masing indikator sikap wanita karier

terhadap emansipasi wanita disusun 3 aitem

favorable

dan 3 aitem

unfavorable

. Sehingga skala ini berisi 54 aitem yang terdiri dari 27 aitem

(49)

Skala ini bertujuan untuk mengetahui sikap wanita karier terhadap

emansipasi wanita. Metode pengisiannya menggunakan model skala Likert

dengan alternatif jawaban ”sangat tidak setuju (STS)” , ”tidak setuju (TS)”,

”setuju (S)”, dan ”sangat setuju (SS)”. Dengan pemberian skor 1 (untuk STS)

– 4 (untuk SS) pada aitem

favorable

, dan skor 1 (untuk SS) – 4 (untuk STS)

pada aitem

unfavorable

.

Tabel 1

Blue-print Skala Sikap Wanita Karier di Indonesia

terhadap Emansipasi Wanita

Afektif

Kognitif

(Behavioural)

Perilaku

(50)

G.

Validitas dan Reliabilitas

1.

Validitas

Validitas untuk alat ukur menggunakan validitas isi. Validitasi isi

merupakan validitas yang diestimasikan lewat pengujuan terhadap isi tes

dengan analisis rasional dan penilaian dari individu yang dianggap pakar

dalam bidangnya (

professional judgement

) (Azwar, 2008). Dalam hal ini

adalah dosen pembimbing, sehingga aitem – aitem dalam alat ukur dinilai

telah mencakup seluruh objek penelitian yang hendak diukur.

2.

Seleksi Aitem

(51)

dianggap buruk karena dapat diinterpretasikan sebagai item yang

memiliki daya diskriminasi rendah sehingga tidak dimasukkan dalam

item yang digunakan dalam penelitian atau dinyatakan gugur

(Nurgiyantoro, dkk, 2002). Penyeleksian aitem dilakukan dengan

komputer menggunakan program

SPSS for windows 17

.

(52)

Tabel 2

Distribusi Aitem Skala Sikap Wanita Karir di Indonesia

terhadap Emansipasi Wanita

Kognitif Afektif Perilaku

Favor

Reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

pendekatan konsistensi, yaitu pengujian akan konsistensi antar bagian atau

konsistensi antar aitem tes. Suatu tes dinyatakan reliabel jika memiliki

konsistensi yang tinggi di antara komponen – komponen yang membentuk

tes secara keseluruhan (Azwar, 2008). Skala yang memiliki nilai di atas

0,500 dianggap memiliki reliabilitas yang memuaskan (Azwar, 2012).

Pengukuran koefisien reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik

Alpha Cronbach

program

SPSS for windows 17

,

reliabilitas skala yang diperoleh sebesar 0,941 sehingga diketahui bahwa

reliabilitas memuaskan.

Tabel 3

Koefisien Reliabilitas Skala Sikap Wanita Karier

di Indonesia terhadap Emansipasi Wanita

Koefisien Alpha Cronbach

N Item

N Subjek

(53)

H.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel,

perhitunhan nilai maksimum, nilai minimum, mean teoritis, mean empiris,

dan standar deviasi.

(54)

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

Proses penelitian dimulai dengan penyebaran skala dalam

situs-situs jejaring sosial sebagai uji coba penelitian. Uji coba penelitian

dilakukan pada tanggal 10 Juni 2012 hingga 15 Juli 2012. Subjek

penelitian adalah wanita karier yang berusia 22-55 tahun. Jumlah subjek

yang digunakan dalam uji coba penelitian berjumlah 50 orang. Uji coba

penelitian memerlukan waktu yang lama untuk memenuhi kuota jumlah

subjek penelitian. Jumlah aitem skala pada skala uji coba berjumlah 54

aitem, yang terdiri dari 27 aitem favorable dan 27 aitem unfavorable.

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 20 September 2012

hingga tanggal 10 November 2012. Skala penelitian terdiri dari 40 aitem

dengan distribusi 23 aitem favorable dan 17 aitem unfavorable. Subjek penelitian adalah wanita karier yang berusia 22-50 tahun. Jumlah subjek

dalam penelitian ini adalah 70 orang.

Penyebaran skala dilakukan secara online dengan menggunakan

(55)

beberapa keunggulan dibandingkan dengan situs penyedian layanan survey online lainnya. Google Docs memberikan layanan tanpa batas secara gratis, sementara beberapa situs memberikan batasan jumlah aitem skala

dan/atau jumlah subjek penelitian. Google Docs juga mudah untuk disusun dan disebarkan. Google Docs menampilkan hasil skala secara lengkap dalam format Microsoft Excel, sehingga memudahkan peneliti pada saat proses akhir pengumpulan data.

Penyusunan skala pada Google Docs sederhana dan mudah karena

Google Docs memberikan pilihan lengkap tentang bagaimana aitem skala hendak disajikan. Pilihan tersebut berupa multiple choices, pada pilihan ini berarti aitem skala hanya dapat dijawab dengan menggunakan satu

jawaban. Pilihan selanjutnya adalah checkboxes, pilihan ini berarti aitem skala dapat dijawab dengan lebih dari satu jawaban. Selain itu juga ada

pilihan text, pada pilihan ini subjek dapat mengisi sendiri jawaban mereka terhadap aitem skala.

Setiap aitem skala yang disusun Google Docs memberikan pilihan pada penyusun skala apakah aitem tersebut wajib diisi atau tidak, sehingga

saat subjek melewatkan satu aitem yang wajib diisi Google Docs secara otomatis akan mengingatkan subjek dengan memberikan peringatan dan

mewarnai merah kotak yang berisi aitem yang terlewatkan. Kelemahan

penggunaan Google Docs adalah penyusunan aitem memakan waktu yang lama. Ketika menulis aitem baru penyusun skala harus mengatur pilihan

(56)

dari aitem sebelumnya. Apabila penyusun menggunakan pilihan copy-paste, maka pada saat penampilan data dalam format Microsoft Excel

aitem skala akan tampil secara acak.

C. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Subjek Penelitian

Berdasarkan data identitas pada skala penelitian yang diperoleh,

maka dibuat rangkuman gambaran subjek penelitian.

a. Usia Subjek

Tabel 4

Usia Subjek

Usia Jumlah Presentase

22 – 30 37 53%

30 – 40 21 30%

> 40 12 17%

b. Pendidikan Terakhir Subjek

Tabel 5

Pendidikan Terakhir Subjek

Pendidikan Terakhir Jumlah Presentase

SMA 4 6%

D3 15 21%

S1 44 63%

(57)

c. Agama Subjek

Tabel 6

Agama Subjek

Agama Jumlah Presentase

Islam 28 40%

Status Pernikahan Jumlah Presentase

Sudah menikah 33 47%

Belum menikah 37 53%

e. Pekerjaan Subjek

Tabel 8

Pekerjaan Subjek

Jenis Pekerjaan Subjek Jumlah Presentase

Staff 38 54%

Manager 9 13%

Kepala Bagian dan Supervisor 6 9%

HRD 5 7%

Administrasi dan Resepsionis 4 6%

Asisten Manager dan sekretaris 3 4%

Pimpinan Proyek dan

Coorperate Affair 3 4%

Lektor Kepala 1 1%

(58)

2. Uji Normalitas

Normal Parametersa,,b Mean 136.09

Std. Deviation 11.579

Most Extreme Differences Absolute .091

Positive .091

Negative -.089

Kolmogorov-Smirnov Z .760

Asymp. Sig. (2-tailed) .611

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Uji normalitas dilakukan dengan mnggunakan tekhnik

Kolmogorov-Smirnov yang menyatakan bahwa jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (P > 0,05) maka sebaran data adalah normal.

Berdasarkan analisis tekhnik Kolmogorov-Smirnov menggunakan program SPSS for windows 17 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,611. Nilai ini menunjukkan bahwa sampel yang diambil berasal dari

sebuah distribusi normal.

3. Deskripsi Data Penelitian

(59)

perbedaan mean, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum sikap

wanita karier terhadap emansipasi wanita adalah positif.

Tabel 10

Deskripsi Data Penelitian

Keterangan Teoritik Empirik

N 70

Minimum 40 109

Maksimum 160 158

Mean 100 136,09

SD 20 11,579

Median 134,50

Modus 131

Range 49

Varians 134,080

4. Uji t

Untuk lebih memperkuat hasil dari perbedaan mean, maka

dilakukan uji t. Uji t atau uji perbedaan dilakukan untuk melihat

signifikansi pernedaan antara mean empirik dan mean teoritik. Jika p ≥

0,05 maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara mean empirik

dan mean teoritik. Sebaliknya, jika p < 0,05 maka terdapat perbedaan

(60)

Tabel 11

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara mean empirik

dan mean teoritik. Artinya sikap wanita karier positif secara signifikan

terhadap emansipasi wanita.

D. Analisis Khusus 1. Aspek Sikap

Tabel 12

Statistik Aspek Sikap

N Mean Empirik Mean Teoritik

ST_Kognitif 70 57.81 35

ST_Afektif 70 41.46 27.5

ST_Perilaku 70 36.81 37.5

Jumlah aitem aspek kognitif dalam skala adalah 14 aitem

(35%), skor minimum teoritik yang mungkin diperoleh subjek dari

aspek kognitif adalah 14, dan skor maksimum teoritik yang

(61)

teoritik aspek kognitif adalah (56+14)/2=35. Mean empirik aspek

kognitif adalah 36,63. Berdasarkan perbandingan mean diketahui

bahwa aspek kognitif sikap wanita karier terhadap emansipasi

wanita adalah positif.

Jumlah aitem aspek afektif dalam skala adalah 11 aitem

(27,5%), skor minimum teoritik yang mungkin diperoleh subjek

dari aspek afektif adalah 11, dan skor maksimum teoritik yang

mungkin diperoleh subjek dari aspek afektif adalah 44. Mean

teoritik aspek afektif adalah (44+11)/2=27,5. Mean empirik aspek

afektif adalah 41,46. Berdasarkan perbandingan mean diketahui

bahwa aspek afektif sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita

adalah positif.

Jumlah aitem aspek perilaku dalam skala adalah 15 aitem

(37,5%), skor minimum teoritik yang mungkin diperoleh subjek

dari aspek perilaku adalah 15, dan skor maksimum teoritik yang

mungkin diperoleh subjek dari aspek perilaku adalah 60. Mean

teoritik aspek perilaku adalah (60+15)/2=37,5. Mean empirik aspek

perilaku adalah 36,81. Berdasarkan perbandingan mean diketahui

bahwa aspek perilaku sikap wanita karier terhadap emansipasi

(62)

2. Indikator Emansipasi Wanita

Tabel 13

Statistik Indikator Emansipasi Wanita

N Mean Empirik Mean Teoritik

ST_PA 70 49.13 42.5

ST_K 70 36.63 30

ST_M 70 50.33 27.5

Jumlah aitem indikator partisipasi dan akses dalam skala

adalah 17 aitem (42,5%), skor minimum teoritik yang mungkin

diperoleh subjek dari indikator partisipasi dan akses adalah 17, dan

skor maksimum teoritik yang mungkin diperoleh subjek dari

indikator partisipasi dan akses adalah 68. Mean teoritik indikator

partisipasi dan akses adalah (68+17)/2=42,5. Mean empirik

indikator partisipasi dan akses adalah 49,13. Berdasarkan

perbandingan mean diketahui bahwa sikap wanita karier positif

terhadap indikator partisipasi dan akses emansipasi wanita.

Jumlah aitem indikator kontrol dalam skala adalah 12 aitem

(30%), skor minimum teoritik yang mungkin diperoleh subjek dari

indikator kontrol adalah 12, dan skor maksimum teoritik yang

mungkin diperoleh subjek dari indikator kontrol adalah 48. Mean

teoritik indikator kontrol adalah (48+12)/2=30. Mean empirik

indikator kontrol adalah 36,63. Berdasarkan perbandingan mean

diketahui bahwa sikap wanita karier positif terhadap indikator

(63)

Jumlah aitem indikator manfaat dalam skala adalah 11

aitem (27,5%), skor minimum teoritik yang mungkin diperoleh

subjek dari indikator manfaat adalah 11, dan skor maksimum

teoritik yang mungkin diperoleh subjek dari indikator manfaat

adalah 44. Mean teoritik indikator manfaat adalah (44+11)/2=27,5.

Mean empirik indikator manfaat adalah 50,33. Berdasarkan

perbandingan mean diketahui bahwa sikap wanita karier positif

terhadap indikator manfaat emansipasi wanita.

E. Pembahasan

Berdasarkan uji perbandingan mean dan melalui uji-t, maka dapat

diketahui bahwa wanita karier di Indonesia secara signifikan memiliki

sikap positif terhadap emansipasi wanita. Sikap positif berarti, wanita

karier di Indonesia merasa setuju dan mendukung tehadap emansipasi

wanita (kesetaraan gender).

Faktor-faktor yang mempengaruhi subjek memiliki sikap positif

terhadap emansipasi wanita antara lain adalah usia, pendidikan terakhir,

agama, dan status pernikahan. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita

karier dengan rentang usia 22 – 55 tahun, berdasarkan hasil analisis data,

subjek memiliki sikap yang positif terhadap emansipasi wanita. Hal ini

mungkin disebabkan oleh usia yang semakin matang, sehingga subjek

telah mendapatkan informasi-informasi dari berbagai media tentang

(64)

juga telah memiliki pengalaman meniti karier sehingga telah lebih

memahami mengenai emansipasi wanita. Sehingga melalui informasi dan

pengalaman yang telah mereka dapatkan mereka mampu membentuk sikap

positif terhadap emansipasi wanita. Faktor pendidikan terakhir juga

mempengaruhi subjek dalam menentukan sikapnya terhadap emansipasi

wanita. Di dalam lembaga pendidikan juga ditekankan betapa pentingnya

wanita untuk menjadi lebih proaktif dalam kehidupannya, sehingga wanita

yang meniti karier mampu bersikap positif terhadap emansipasi wanita

yang memungkinkan mereka untuk melakukan hal tersebut. Faktor status

pernikahan juga membentuk sikap positif wanita karier terhadap

emansipasi wanita, karena melalui berkarier, wanita bisa menyumbangkan

hasil jerih payahnya untuk meningkatkan standar kehidupan keluarga

(Aminatun, 2008). Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa tidak

ada perbedaan yang signifikan antara subjek yang sudah menikan dengan

subjek yang belum menikah.

Sikap positif yang dimiliki subjek terbentuk dari tiga aspek yang

saling berhubungan, yaitu aspek kognitif, afektif, dan perilaku. Hasil

analisis terhadap aspek kognitif menunjukkan bahwa mean empirik lebih

besar daripada mean teoritik (36,63 > 35), yang artinya wanita karier

memiliki sikap positif terhadap emansipasi wanita, pada konsep

pemikirannya dan apa yang mereka percayai serta yakini, mereka setuju

(65)

Aspek kognitif berarti bahwa wanita karier telah memiliki

pengetahuan yang cukup tentang emansipasi wanita. Subjek mendapatkan

informasi dari berbagai media yang menjelaskan mengenai emansipasi

wanita dan dampaknya, sehingga subjek mampu membentuk sikap yang

positif.

Aspek selanjutnya dari sikap adalah aspek afektif. Aspek ini

mengungkap dimensi emosional dari sikap (Azwar, 2011). Hasil uji

perbandingan mean menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari

mean teoritik (41,46 > 27,5), artinya wanita karier memiliki perasaan

positif terhadap emansipasi wanita.

Aspek afektif menandakan bahwa subjek memiliki hubungan emosi

yang kuat terhadap emansipasi wanita shingga mereka membentuk sikap

yang positif. Setelah mendapatkan informasi-informasi mengenai

emansipasi wanita, dan juga nilai moral yang telah tertanam dalam diri

subjek, subjek memiliki hubungan emosi yang kuat terhadap emansipasi

wanita, sehingga mereka merasakan bahwa emansipasi wanita merupakan

hal yang penting dan dibutuhkan terlebih untuk pengembangan diri mereka

masing-masing.

Aspek terakhir dari sikap adalah aspek perilaku. Aspek ini

memberikan gambaran mengenai kecenderungan berperilaku dalam diri

seseorang. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa mean empirik lebih

kecil daripada mean teoritik (36,81 < 37,5). Hal ini berarti bahwa wanita

(66)

Aspek perilaku merupakan tindakan yang dilakukan oleh subjek

untuk menunjukkan sikap mereka terhadap emansipasi wanita. Pada aspek

ini tampak bahwa wanita memiliki sikap negatif terhadap emansipasi

wanita, hal ini berarti bahwa wanita masih belum mencerminkan konsep

emasipasi wanita dalam tindakannya sehari-hari. Menurut Azwar (2011)

budaya mempengaruhi pembentukan sikap, dalam hal ini sikap negatif

dalam aspek perilaku ini mungkin disebabkan karena adanya norma

masyarakat dan kebudayaan yang scara tidak langsung telah tertanam

dalam diri subjek. Wanita sekarang lebih bebas untuk bekerja, akan tetapi

mereka tetap merasa bersalah bila “meninggalkan” keluarga dan rumah

tangganya. Mayoritas wanita Indonesia mengalami kesulitan untuk

melepaskan diri dari perspektif tradisional yang ada dalam masyarakat.

Terkadang wanita karier tidak mendapatkan dukungan dari keluarga

maupun masyarakat untuk berkembang (Hardanti, 2002).

Berdasarkan data pekerjaan subjek juga dapat dilihat bahwa data

diperoleh sangat beragam, dan banyak dari jenis pekerjaan yang ditekuni

subjek memiliki tuntutan berat, baik dari segi waktu maupun tenaga

pikiran. Hal ini dapat menyebabkan wanita karier secara kognitif dan

afektif setuju terhadap emansipasi wanita. Akan tetapi saat menghadapi

situasi nyata, dimana mereka harus mengorbankan waktu untuk kehidupan

pribadi mereka demi pekerjaannya, mereka merasa tidak siap dan

Gambar

Tabel 1 Blue-print Skala Sikap Wanita Karier di Indonesia
Tabel 3 Koefisien Reliabilitas Skala Sikap Wanita Karier
Tabel 4 Usia Subjek
Tabel 6 Agama Subjek
+5

Referensi

Dokumen terkait

Subbagian Akademik Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Kendari, 2015.. dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

Masyarakat yang berada pada usaha perikanan laut di Kabupaten Minahasa Selatan terdiri dari pembu- didaya ikan, nelayan, dan pengelolah hasil perikanan..

Kepada guru agar dapat menerapkan teknik pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads

Treatmen merupakan proses pemberian bantuan terhadap konseli. Peneliti sudah menentukan terapi yang cocok untuk digunakan dalam mengurangi kecemasan karir masa depan

Kota Kudus merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang kaya dengan budaya dan peninggalan sejarah baik sejarah islam maupun sejarah industri kretek yang memang tidak

Dengan dapat diketahuinya data nasabah, tentu kita dapat melakukan penyaringan untuk mencari model-model pembayaran yang dilakukan oleh nasabah terkait sehingga dapat

Dengan simulasi numerik aliran fluida, menghasilkan visualisasi perambatan gelombang tsunami yang baik untuk wilayah perairan laut Aceh dalam bentuk dua dimensi.

Kanal Pilot sering disebut dengan Up dan Down link. Digunakan oleh pesawat pelanggan untuk mendapatkan inisial sistem sinkronisasi dan membedakan cell site yaitu mengenal