• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN METODE DPPH (1,1- DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL) DAN PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOLIK BAWANG DAUN ( Allium fistulosum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN METODE DPPH (1,1- DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL) DAN PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOLIK BAWANG DAUN ( Allium fistulosum L.)"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOLIK BAWANG DAUN (Allium fistulosumL.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOLIK BAWANG DAUN (Allium fistulosumL.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOLIK BAWANG DAUN (Allium fistulosumL.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

(2)

i

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN METODE DPPH (1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL) DAN PENETAPAN

KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOLIK BAWANG DAUN (Allium fistulosumL.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN METODE DPPH (1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL) DAN PENETAPAN

KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOLIK BAWANG DAUN (Allium fistulosumL.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN METODE DPPH (1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL) DAN PENETAPAN

KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOLIK BAWANG DAUN (Allium fistulosumL.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Kita tidak tahu bagaimana hari esok, yang bisa

kita lakukan adalah berbuat sebaik-baiknya dan

berbahagia hari ini.”

(Samuel Taylor Coleridge)

Skripsi ini aku persembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

sebagai ungkapan rasa syukurku

Ibu, Bapak, dan keluargaku

tanda hormat dan bhaktiku atas kasih sayang yang kalian berikan

tak lupa untuk almamaterku yang aku banggakan

“TUHAN adalah gembalaku,

(6)
(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Valentinus Widyawan

Nomor Mahasiswa : 08 8114 068

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN METODE DPPH

(1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL) DAN PENETAPAN KANDUNGAN

FENOLIK TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOLIK BAWANG DAUN (Allium fistulosumL.)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenamya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 6 Februari 2012 Yang menyatakan

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil) dan Penetapan

Kandungan Fenolik Total Fraksi Etil Asetat Ekstrak Metanolik Bawang

Daun (Allium fistulosumL.)” sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farnasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari begitu banyak bantuan dan dukungan dari semua pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Prof. Dr. CJ. Soegihardjo, Apt. Sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan serta ilmu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. sebagai Dosen Penguji atas pengarahan dan kesediaannya menguji skripsi ini.

4. Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. sebagai Dosen Penguji atas pengarahan dan kesediaannya menguji skripsi ini.

(9)

viii

6. Segenap laboran Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, khususnya Mas Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia dan juga Mas Bimo selaku laboran Laboratorium Kimia Analisis Instrumen atas segala bantuan selama penulis melakukan penelitian.

7. Sahabat seperjuangan Angela Natalia Meta Karvitasaria, Rollando, Louis Aldo Sahala, Antonius Pandu Wilakartika, terimakasih atas bantuan dan kerjasama yang telah dilewati bersama dalam penelitian ini.

8. Ayesa Syenina, atas kasih dan segala perhatian, dukungan juga doanya.

9. Semua sahabat-sahabat terbaikku, atas segala pengalaman tak terlupakan yang telah kita jalani.

10.Teman-teman Farmasi kelas B angkatan 2008, dan FST 2008 terimakasih atas dukungan dan kebersamaan kita.

11.Semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan yang tidak dapat desebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran dan kritik guna perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga penelitian dan penyusunan skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan menjadi sumbangan kecil bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, Januari 2012

(10)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...vi

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 5

A. Bawang Daun... 5

1. Morfologi tanaman... 5

2. Kandungan kimia bawang daun... 6

3. Kegunaan bawang daun... 6

B. Senyawa Fenolik... 7

C. Ekstraksi... 8

(11)

x

E. Antioksidan... 15

F. Metode DPPH... 17

G. Spektrofotometri... 18

H. Validasi Metode Analisis... 20

I. Landasan Teori... 22

J. Hipotesis... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 24

A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 24

B. Variabel... 24

C. Definisi Operasional... 24

D. Bahan dan Alat Penelitian... 25

E. Tata Cara Penelitian... 26

1. Determinasi tanaman... 26

2. Pengumpulan bahan... 26

3. Preparasi bawang daun...27

4. Pembuatan larutan pembanding dan uji... 28

5. Uji pendahuluan... 29

6. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan... 30

7. Uji aktivitas antioksidan... 31

8. Optimasi metode penetapan kandungan fenolik total... 32

9. Penetapan kandungan fenolik total... 32

F. Analisis Hasil... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 36

A. Hasil Determinasi Tanaman... 36

B. Hasil Pengumpulan Bahan... 36

C. Hasil Preparasi Sampel... 38

D. Hasil Uji Pendahuluan... 42

1. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan... 42

2. Uji pendahuluan fenolik... 43

E. Hasil Optimasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan... 44

(12)

xi

2. Penentuan panjang gelombang maksimum... 46

F. Hasil Validasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan... 47

1. Akurasi... 49

2. Presisi... 52

3. Linearitas... 52

4. Spesifitas... 53

G. Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan dengan Radikal DPPH... 54

H. Hasil Optimasi Metode Penetapan Kandungan Fenolik Total... 60

1. Penentuanoperating time (OT)... 60

2. Penentuan panjang gelombang maksimum... 61

I. Hasil Validasi Metode Penetapan Kandungan Fenolik Total... 62

1. Akurasi... 64

2. Presisi... 65

3. Liniearitas... 65

4. Spesifitas... 65

J. Hasil Penentuan Kandungan Fenolik Total... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 69

A. Kesimpulan... 69

B. Saran... 69

DAFTAR PUSTAKA... 70

LAMPIRAN... 74

(13)

xii

DAFTAR TABEL

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Reaksi radikal DPPH dengan antioksidan (Windono,2001)

...17

Gambar 2. Diagram Skematis Spektrofotometer UV-Vis (Sastrohamidjojo, 2001) ...20

Gambar 3. Skema jalannya penelitian... 35

Gambar 4. Hasil Uji pendahuluan uji aktivitas antioksidan ( A = Larutan DPPH; B = Larutan DPPH + rutin; C = Larutan DPPH + fraksi etil asetat ekstrak metanol bawang daun ... 43

Gambar 5. Hasil Uji pendahuluan uji fenolik ( A = pereaksi Follin Ciocalteu + fraksi etil asetat ekstrak metanol bawang daun; B = pereaksi Follin Ciocalteu + asam galat; C = blanko)... 44

Gambar 6. Grafik penentuan OT rutin... 45

Gambar 7. Grafik penentuan OT etil asetat... 45

Gambar 8. Spektra λ maksimum DPPH pada tiga seri konsentrasi Keterangan : konsentrasi A = 0,080 mM; konsentrasi B = 0,040 mM; konsentrasi C = 0,020 mM... 47

Gambar 9. Kurva persamaan regresi linear aktivitas antioksidan rutin...48

Gambar 10. Kurva persamaan regresi linear aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak metanolik bawang daun... 49

Gambar 11. Resonansi DPPH... 54

Gambar 12. Struktur Rutin... 55

Gambar 13. Donasi proton senyawa antioksidan pada radikal DPPH... 58

Gambar 14. Grafik penentuan OT asam galat... 60

Gambar 15. Spektra λ maksimum hasil scanning pada tiga seri konsentrasi asam galat (Keterangan : konsentrasi asam galat A = 50 µg/mL; B = 100 µg/mL; C = 150 µg/mL)... 61

Gambar 16. Reaksi senyawa fenolik dengan pereaksi Follin-Ciocalteu... 66

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat pengesahan determinasi tanaman bawang daun...74

Lampiran 2. Gambar tanaman bawang daun dari daerah Wukirsari, Cangkringan, Sleman ...75

Lampiran 3. Perhitungan rendemen...75

Lampiran 4. Data penimbangan bahan... 76

Lampiran 5. Data perhitungan konsentrasi DPPH, larutan pembanding dan larutan uji... 77

Lampiran 6. Scanningpengkoreksi... 79

Lampiran 7. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan... 82

Lampiran 8. Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal DPPH... 84

Lampiran 9. Perhitungan nilai IC50 fraksi etil asetat ekstrak metanol bawang daun dan rutin... 85

Lampiran 10. Uji statistik aktivitas antioksidan dengan SPSS 17.0... 85

Lampiran 11. Penimbangan untuk uji kandungan fenolik total... ..86

Lampiran 12. Optimasi penentuan kandungan fenolik total... ..87

(16)

xv

INTISARI

Radikal bebas merupakan salah satu faktor berbahaya yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pada tubuh. Untuk mengurangi atau menangkal efek buruk yang ditimbulkan oleh radikal bebas dibutuhkan suatu antioksidan. Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menetralkan reaksi radikal bebas dalam tubuh. Di dalam tumbuhan terdapat suatu senyawa fenolik dan flavonoid yang merupakan salah satu sumber antioksidan alami. Bawang daun merupakan salah satu tumbuhan yang biasanya digunakan untuk pelengkap sayuran namun ternyata memiliki kandungan flavonoid dan senyawa-senyawa golongan fenol.

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan aktivitas antioksidan dan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak metanolik bawang daun. Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan radikal DPPH (1,1-diphenyl -2-picryl-hydrazyl), dan dinyatakan dengan nilai IC50 (Inhibition Concentration). Adanya senyawa antioksidan dapat menyebabkan perubahan warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning dan terjadi penurunan absorbansi DPPH yang dapat diukur menggunakan spektrofotometer pada λ maksimum DPPH yaitu 515,8 nm. Penetapan kandungan fenolik total menggunakan metode Follin-Ciocalteu dan dinyatakan dengan nilai massa ekivalen asam galat per g fraksi etil asetat ekstrak metanolik bawang daun. Senyawa fenolik dioksidasi oleh pereaksi fenol Follin-Ciocalteu dalam suasana basa sehingga terbentuk larutan berwarna biru yang memiliki λ maksimum 750 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat ekstrak metanolik bawang daun memiliki nilai IC50 sebesar (188 ± 5,22) µg/mL dan tergolong memiliki aktivitas antioksidan lemah. Kandungan fenolik total sebesar (1,7 ± 0,04) mg ekivalen asam galat per g fraksi etil asetat.

(17)

xvi ABSTRACT

Free radical is a dangerous factor that can cause various diseases in the body. To decrease or avoid the negative effects of free radicals there is a need for antioxidants. Antioxidants are compounds that can neutralize the reaction of free radicals inside the body. In plants there are phenolic and flavonoid compounds which is a source of natural antioxidants, Welsh onion, a plant that is generally used as a complementary vegetable, turns out to possess an amount of flavonoid and compounds from the phenol group.

This research was executed to determine the antioxidant activity and the total amount of phenolic in the ethyl acetate fraction of the methanolic extract of Welsh onions. The antioxidant activity was tested using DPPH (1,1- diphenyl-2-picryl-hydrazyl) radical, and was indicated with a value of IC50 (Inhibition Concentration). The existence of antioxidant compounds can cause a change of colour in the DPPH solution from purple to yellow and a decline in the absorption of DPPH which can be measured using a spectrophotometer with the maximum wavelength of DPPH at 515.8 nm. The determination of the total phenolic amount was done using the Follin-Ciocalteu method and indicated with the equivalent mass value of gallic acid per gram ethyl acetate fraction of the methanolic extract of Welsh onions. The phenolic compound was oxidized with the phenol reactant Follin-Ciocalteu in an alkali environment, thus a blue solution was formed with a maximum wavelength of 750 nm. The results of this research showed that the ethyl acetate fraction of the methanolic extract of Welsh onions has an IC50value of (188 ± 5,22) µg/mL and is classified to have a weak antioxidant activity. The total phenolic amount is (1,7 ± 0,04) mg equivalent mass value of gallic acid per gram ethyl acetate fraction of the methanolic extract of Welsh onions.

(18)

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat

reaktif karena memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital

terluarnya. Untuk mengembalikan kesetimbangannya, radikal bebas akan

berusaha mendapatkan elektron dari molekul lain atau melepas elektron yang

tidak berpasangan yang dimilikinya. Reaksi ini akan berlangsung terus menerus

dalam tubuh, dan akan sangat berbahaya jika jumlahnya berlebihan dalam tubuh

karena dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti jantung, penuaan dini,

kanker, serta penyakit degeneratif lainnya. Radikal bebas terbentuk di dalam

tubuh akibat produk sampingan metabolisme atau karena paparan radikal bebas

dari luar melalui pernapasan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu antioksidan, yaitu

suatu substansi yang mampu menangkap radikal bebas tersebut sehingga tidak

dapat menginduksi suatu penyakit. Senyawa antioksidan akan menyerahkan satu

atau lebih elektronnya pada radikal bebas sehingga dapat menghentikan kerusakan

yang disebabkan oleh radikal bebas (Dalimartha & Soedibyo, 1998; Sibuea,

2003).

Sebenarnya tubuh manusia sudah menghasilkan senyawa antioksidan,

tetapi jumlahnya seringkali tidak mencukupi untuk dapat menetralkan radikal

bebas yang masuk dalam tubuh. Kekurangan antioksidan di dalam tubuh

(19)

radikal bebas dalam tubuh dapat dijaga dan mencegah stres oksidatif dan penyakit

penyakit kronis yang ditimbulkannya (Sofia, 2006).

Terdapat dua macam antioksidan, yaitu antioksidan alami dan antioksidan

sintetik. Namun antioksidan alami lebih dikembangkan dalam masyarakat

dibandingkan antioksidan sinetetik karena timbul kekhawatiran adanya efek

samping yang dapat ditimbulkan oleh antioksidan sintetik (Rohdiana, 2001).

Antioksidan alami dapat diperoleh dari berbagai sumber tumbuhan seperti

sayuran, buah-buahan dan juga rempah-rempah. Kebanyakan antioksidan yang

terdapat pada tumbuhan merupakan senyawa fenolik atau polifenolik. Senyawa

tersebut merupakan golongan flavonoid, dimana flavonoid telah terbukti memiliki

kemampuan untuk merubah atau menangkal radikal bebas (Sarastani, dkk., 2002;

Giorgio, 2000).

Salah satu sumber antioksidan alami adalah sayuran. Bawang daun (Allium

fistulosum L.) merupakan sayuran yang biasa digunakan sebagai penyedap dan

pelengkap aneka masakan. Bawang daun berkhasiat menghilangkan lendir dalam

kerongkongan, menyembuhkan reumatik, dan kurang darah (Wahyuningsih,

2010). Hasil penapisan terhadap simplisia bawang daun menunjukkan adanya

senyawa golongan flavonoid, saponin, steroid dan triterpenoid (Fransisca,

Fidrianny, Ruslan, 2006). Menurut penelitian bawang daun memiliki aktivitas

antioksidan karena mengandung senyawa flavonoid seperti kuersetin dan

kaempferol (Aoyama dan Yamamoto, 2007; Feng dan Liu, 2011).

Untuk mengetahui besar aktivitas antioksidan dari Bawang daun dilakukan

(20)

dikerjakan, mudah, cepat dan peka. Aktivitas antioksidan dari suatu senyawa

dapat diketahui dari penurunan absorbansi DPPH yang terjadi akibat penambahan

senyawa tersebut (Zuhraet al., 2008).

Berdasarkan hal-hal diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

besar aktivitas antioksidan dari bawang daun menggunakan metode DPPH yang

besar nilai aktivitas antioksidannya dinyatakan dengan IC50. Dan mengetahui

seberapa besar kandungan fenolik total yang terdapat dalam bawang daun yang

berperan dalam menghasilkan aktivitas antioksidannya.

B. Perumusan Masalah

a. Berapa nilai aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak bawang daun

dengan menggunakan radikal bebas DPPH yang dinyatakan dengan IC50?

b. Berapakah kandungan fenolik total fraksi etil asetat bawang daun yang

dinyatakan dengan massa ekivalen asam galat?

C. Keaslian penelitian

Uji aktivitas antioksidan pada penelitian ini berbeda dengan penelitian

sebelumnya. Perbedaannya terletak pada sampel yang digunakan, yaitu fraksi etil

asetat bawang daun. Berdasarkan pengamatan penulis, uji aktivitas antioksidan

(21)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengetahuan mengenai aktivitas antioksidan yang dimiliki bawang daun, sehingga

hasil penelitian dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi penelitian lebih

lanjut maupun masyarakat luas mengenai potensi bawang daun sebagai salah satu

sumber antioksidan alami.

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah menguji aktivitas antioksidan

menggunakan radikal bebas DPPH dan menentukan kandungan fenolik total fraksi

etil asetat ekstrak metanolik bawang daun.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui nilai aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak metanolik

bawang daun dengan menggunakan radikal bebas DPPH yang

dinyatakan dengan IC50.

b. Mengetahui kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak metanolik

(22)

5

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Bawang daun

Bawang daun ( Allium fistulosum L.) berasal dari Siberia, dengan umbi

memanjang, putih, serta kurang terkembang dan berdaun geronggang berwarna

hijau. Dalam bahasa Inggris disebut Welsh onion, dalam bahasa Indonesia adalah

bawang daun, di Jawa disebutbawang oncang(Heyne, 1987).

1. Morfologi tanaman

Struktur tubuh tanaman bawang daun terdiri atas : akar, batang semu, dan

daun. Di samping itu, pada stadium reproduktif dapat menghasilkan bunga dan

biji. Bawang daun termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk

rumput. Sistem perakarannya termasuk akar serabut yang terpencar kesemua arah

pada kedalaman antara 15-30 cm (Rukmana, 1995).

Batang semu terbentuk dan tersusun dari pelepah-pelepah daun yang

saling menutupi. Bagian batang semu yang tertimbun tanah umumnya berwarna

putih bersih, sedangkan batang semu dipermukaan tanah berwarna hijau

keputihan. Sifat hidup tanaman ini merumpun, yakni membentuk anak-anakan

yang baru (Rukmana, 1995).

Bentuk daun dari bawang daun dibedakan atas dua macam, yaitu bulat

panjang didalamnya berlubang seperti pipa. Panjang pipih tidak berlubang. Warna

(23)

antara 18-30 cm atau lebih, tergantung dari varieties dan kesuburan

pertumbuhannya (Rukmana, 1995).

Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya

antara 30-90 cm. Secara keseluruhan, bentuk bunga bawang daun seperti paying

(umbrella). Bunga bawang daun dapat menyerbuk sendiri ataupun silang dengan

bantuan serangga lalat-hijau ataupun dengan bantuan manusia, sehingga

menghasilkan buah dan biji (Rukmana, 1995).

Bentuk biji bawang daun umumnya agak pipih dan berwarna hitam. Biji

ini dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif

(Rukmana, 1995).

2. Kandungan kimia bawang daun

Bawang daun memiliki kandungan kuersetin dan juga kaempferol

(Aoyama dan Yamato, 2007; Feng dan Liu, 2011).Daun ini memiliki kandungan

vitamin A dan C tinggi, kalsium, protein, lemak, karbohidrat, serat dan kalori

(Wahyuningsih, 2010). Bawang daun mengandung saponin, tanin serta daunnya

juga mengandung minyak atsiri (Udechi, 2011). Hasil penapisan fitokimia bawang

daun menunjukkan kandungan senyawa golongan flavonoid, steroid, triterpenoid,

dan saponin (Fransisca, dkk., 2006).

3. Kegunaan bawang daun

Kebanyakan bawang daun digunakan sebagai sayuran dan berfungsi

sebagai penyedap dan pelengkap aneka masakan. Daun ini mengandung

unsur-unsur aktif yang memiliki daya bunuh bakteri (sebagai antibiotik) serta dapat

(24)

menghilangkan lendir dalam kerongkongan, menyembuhkan reumatik, dan kurang

darah (Wahyuningsih, 2010). Bawang daun bersifat diuretik, diaforetik dan

antiradang (Udechi, 2011). Bawang daun juga berguna bagi tubuh anatara lain

untuk memudahkan pencernaan, menghilangkan lendir-lendir dalam

kerongkongan, dan diduga dapat mendorong napas panjang (Rukmana, 1995).

B. Senyawa Fenolik

Senyawa fenolik merupakan substansi organik, terdiri dari senyawa

aromatik yang terikat dengan satu atau lebih substituen hidroksil (-OH). Senyawa

utamanya adalah fenol namun kebanyakan fenolik merupakan polifenol. Sumber

fenolik yang paling besar pada tumbuhan, dan diantara banyaknya senyawa

polifenol yang telah diketahui, paling banyak adalah golongan flavonoid (Mann,

Davidson, Hobss, Banthorpe, Harborne, 1994).

Golongan fenolik yang terbanyak adalah flavonoid. Flavonoid memiliki

sejumlah gugus hidroksil yang tidak tersubstitusi, atau suatu gula, sehingga

flavonoid merupakan senyawa polar yang cukup larut dalam senyawa polar

seperti metanol, etanol, butanol, aseton , dan air. (Markham,1988). Flavonoid

biasanya terdapat dalam dua jenis, yaitu flavonoid bentuk aglikon dan flavonoid

yang terikat gula (glikosida). Flavonoid yang terikat gula akan lebih larut dalam

air sedangkan flavonoid aglikon akan lebih larut dalam etil asetat (Robinson,

1995).

Senyawa fenolik meliputi beraneka ragam senyawa yang berasal dari

(25)

mengandung satu atau dua penyulih hidroksil. Senyawa fenolik cenderung mudah

larut dalam air karena umumnya berikatan dengan gula sebagai glikosida. Semua

senyawa fenol berupa senyawa aromatik sehingga semuanya menunjukkan

serapan di daerah spectrum UV. Selain itu. Senyawa fenolik menunjukkan

geseran batokrom pada spektrumnya bila ditambahkan basa. Oleh sebab itu,

senyawa fenolik dapat di identifikasi dan dianalisis secara kuantitatif

menggunakan spektrofotometer (Harborne, 1987).

Efek antioksidan terutama disebabkan karena adanya senyawa fenol

seperti flavonoid dan asam fenolat. Biasanya senyawa-senyawa yang memiliki

aktivitas antioksidan adalah senyawa fenol yang mempunyai gugus hidroksi yang

tersubstitusi pada posisi orto dan para terhadap gugus –OH dan -OR (Waji dan

Sugrani, 2009)

Fenolik memiliki aktivitas antioksidan kuat, hampir semua tanaman

memiliki polifenol, sehingga penentuan fenolik ini dilakukan. Metode standar

yang digunakan adalah Folin Ciocalteu. Untuk senyawa standar yang digunakan

adalah asam galat. Metode ini terbukti memiliki spesifitas yang baik untuk

berbagai ekstrak tanaman dan tidak terdapat masalah yang berarti dengan prinsip

analisis (Saifudin, Rahayu, Teruna, 2011).

C. Ekstraksi

Ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah

obat dan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan dapat

(26)

tidak perlu diproses lebih lanjut kecuali dikumpulkan atau dikeringkan. Tiap-tiap

bahan mentah obat disebut ekstrak, tidak mengandung hanya satu unsur saja tetapi

berbagai unsur, tergantung pada obat yang digunakan dan kondisi dari ekstraksi

(Ansel, 1989).

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani dengan menggunakan

pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hamper semua pelarut diuapkan dan

massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi

baku yang telah ditetapkan (BPOM RI, 2005).

Maserasi (maserace = mengairi, melunakkan) adalah cara ekstraksi yang

paling sederhana. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai syarat-syarat farmakope

(umumnya terpotong-potong atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan

pengekstraksi. Selanjutnya, rendaman tersebut disimpan terlindungi dari cahaya

langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan warna) dan

dikocok kembali. Waktu maserasi pada umumnya 5 hari. Setelah waktu tersebut,

artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel

dengan yang masuk dalam cairan telah tercapai. Dengan pengocokan dijamin

keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih cepat dalam cairan. Keadaan

diam selama maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Makin

besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan makin banyak

(27)

Beberapa modifikasi dapat dilakukan pada metode maserasi, yakni:

1. Digesti

Merupakan maserasi dengan pemanasan lemah pada suhu 400-500C. Maserasi seperti ini hanya digunakan untuk zat aktif yang tahan terhadap

pemanasan.

2. Maserasi dengan mesin pengaduk

Adanya penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus dapat

mempersingkat waktu maserasi terjadi 6-24 jam.

3. Remaserasi

Merupakan maserasi dengan cairan penyari yang ada dua. Serbuk

simplisia dimaserasi dengan cairan pertama, dienapkan tuangkan dan diperas,

kemudia dimaserasi kembali dengan cairan yang kedua.

4. Maserasi melingkar

Merupakan proses maserasi dengan cairan penyari yang selalu bergerak

dan menyebar, dengan demikian proses maserasi akan menjadi lebih baik. Cairan

penyari dipompa dari bawah bejana penyari, melalui pipa penghubung dan

kemudian masuk kembali ke bejana penyari dengan cara diemburkan oleh alat

penyembur ke permukaan serbuk simplisia. Proses tersebut dilakukan secara

berulang hingga cairan penyari menjadi jenuh oleh zat aktif (Ansel, 1989).

Ekstrak kasar perlu difraksinasi untuk memisahkan golongan utama

kandungan yang satu dari golongan utama lainnya. Salah satu caranya adalah

dengan metode ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair merupakan suatu teknik

(28)

(biasanya pelarut organik), sehingga menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat

terlarut ke dalam pelarut yang kedua. Pada prinsipnya, kedua pelarut yang

digunakan tidak saling tercampurkan. Metode ektrasksi cairan-cairan yang sering

digunakan adalah menggunakan alat corong pisah, dimana kedua pelarut yang

tidak saling campur dimasukkan ke dalam corong pisah dan dilakukan

penggojogan selama beberapa menit (Bassett,et al., 1991).

D. Radikal Bebas

Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun

molekul yang tidak stabil san sangat reaktif karena memiliki satu atau lebih

elektron tidak berpasangan pada lapisan atau orbital terluarnya. Merupakan juga

suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu

atau lebih elektron bebas (Droge, 2002).

Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan

bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron.

Reaksi ini akan berlangsung terus menerus dalam tubuh dan bila tidak dihentikan

akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan

dini, dan penyakit degeneratif lainnya. Oleh karena itu, tubuh memerlukan suatu

substansi yang penting, yaitu antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas

tersebut sehingga tidak dapat menginduksi suatu penyakit (Waji dan Sugrani,

(29)

Secara umum tahapan reaksi pembentukan radikal bebas mirip dengan

rancidity oxidative,yaitu melalui 3 tahapan reaksi berikut.

a. Tahap inisiasi, yaitu awal pembentukan radikal bebas. Misalnya :

Fe+++ H2O Fe++++ OH-+ OH R1-H + OH R1 + H2O

b. Tahap propagasi, yaitu pemanjangan rantai radikal.

R2-H + OH R2 + R1-H R3H + R2 R3 + R2-H

c. Tahap terminasi, yaitu bereaksinya senyawa radikal dengan radikal

lain atau dengan penangkap radikal, sehingga potensi propagasinya

rendah.

Radikal bebas yang ada ditubuh manusia berasal dari 2 sumber :

a. Sumber endogen

(30)

(Fe II) juga dapat kehilangan elektronnya melalui oksigen untuk membuat

superoksida dan Fe III melalui proses autoksidasi (Droge, 2002).

2. Oksidasi enzimatik

Beberapa jenis sistem enzim mampu menghasilkan radikal bebas

dalam jumlah yang cukup bermakna, meliputi xanthine oxidase (activated in

ischemia-reperfusion), prostaglandin synthase, lipoxygenase, aldehyde oxidase,

dan amino acid oxidase. Enzim myeloperoxidase hasil aktifasi netrofil,

memanfaatkan hidrogen peroksida untuk oksidasi ion klorida menjadi suatu

oksidan yang kuat asam hipoklor (Inoue, 2001).

3. Respiratory burst

Merupakan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan proses

dimana sel fagositik menggunakan oksigen dalam jumlah yang besar selama

fagositosis. Lebih kurang 70-90 % penggunaan oksigen tersebut dapat

diperhitungkan dalam produksi superoksida. Fagositik sel tersebut memiliki

sistem membran bound flavoprotein cytochrome-b-245 NADPH oxidase.

Enzim membran sel seperti NADPH-oxidase keluar dalam bentuk inaktif.

Paparan terhadap bakteri yang diselimuti imunoglobulin, kompleks imun,

komplemen 5a, atau leukotrien dapat mengaktifkan enzim NADPH-oxidase.

Aktifasi tersebut mengawali respiratory burst pada membran sel untuk

memproduksi superoksida. Kemudian H2O2 dibentuk dari superoksida dengan

cara dismutasi bersama generasi berikutnya dari OH dan HOCl oleh bakteri

(31)

b. Sumber eksogen

1. Obat-obatan

Beberapa macam obat dapat meningkatkan produksi radikal bebas dalam

bentuk peningkatan tekanan oksigen. Bahan-bahan tersebut bereaksi bersama

hiperoksia dapat mempercepat tingkat kerusakan. Termasuk didalamnya

antibiotika kelompok quinoid atau berikatan logam untuk aktifitasnya

(nitrofurantoin), obat kanker seperti bleomycin, anthracyclines (adriamycin), dan

methotrexate, yang memiliki aktifitas pro-oksidan. Selain itu, radikal juga berasal

dari fenilbutason, beberapa asam fenamat dan komponen aminosalisilat dari

sulfasalasin dapat menginaktifasi protease, dan penggunaan asam askorbat

dalam jumlah banyak mempercepat peroksidasi lemak (Proctor and Reynold,

1984).

2. Radiasi

Radioterapi memungkinkan terjadinya kerusakan jaringan yang

disebabkan oleh radikal bebas. Radiasi elektromagnetik (sinar X, sinar gamma)

dan radiasi partikel (partikel elektron, photon, neutron, alfa, dan beta)

menghasilkan radikal primer dengan cara memindahkan energinya pada

komponen seluler seperti air. Radikal primer tersebut dapat mengalami reaksi

sekunder bersama oksigen yang terurai atau bersama cairan seluler (Droge,

2002).

3. Asap rokok

Oksidan dalam rokok mempunyai jumlah yang cukup untuk memainkan

(32)

oksidan asap tembakau menghabiskan antioksidan intraseluler dalam sel paru (in

vivo) melalui mekanisme yang dikaitkan terhadap tekanan oksidan. Diperkirakan

bahwa tiap hisapan rokok mempunyai bahan oksidan dalam jumlah yang sangat

besar, meliputi aldehida,epoxida, peroxida, dan radikal bebas lain yang mungkin

cukup berumur panjang dan bertahan hingga menyebabkan kerusakan alveoli.

Bahan lain seperti nitrit oksida, radikal peroksil, dan radikal yang mengandung

karbon ada dalam fase gas. Juga mengandung radikal lain yang relatif stabil

dalam fase tar. Contoh radikal dalam fase tar meliputi semiquinone moieties

dihasilkan dari bermacam-macam quinone dan hydroquinone. Perdarahan kecil

berulang merupakan penyebab yang sangat mungkin dari desposisi besi dalam

jaringan paru perokok. Besi dalam bentuk tersebut meyebabkan pembentukan

radikal hidroksil yang mematikan dari hidrogen peroksida. Juga ditemukan bahwa

perokok mengalami peningkatan netrofil dalam saluran napas bawah yang

mempunyai kontribusi pada peningkatan lebih lanjut konsentrasi radikal bebas

(Droge, 2002).

E. Antioksidan

Antioksidan merupakan zat yang dapat menetralkan radikal bebas, atau

suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi tubuh dari efek yang

merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan oksidasi

yang berlebihan (Hariyatmi, 2004).

Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan

(33)

dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stress oksidatif. Ada

beberapa bentuk antioksidan, diantaranya vitamin, mineral, dan fitokimia.

Berbagai tipe antioksidan bekerja bersama dalam melindungi sel normal dan

menetralisir radikal bebas. Antioksidan adalah suatu inhibitor yang bekerja

menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif

membentuk radikal bebas tak reaktif yang relatif lebih stabil (Waji dan Sugrani,

2009).

Berdasarkan titik tangkap dari aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas

maka antioksidan digolongkan menjadi 3, yaitu antioksidan primer, sekunder,

tersier. Antioksidan primer bekerja dengan menghalangi pembentukan radikal

bebas baru, contohnya adalah katalase. Antioksidan sekunder bekerja menekan

terjadinya reaksi rantai, biasa disebut penangkap radikal, misalnya vitamin E.

Sedangkan sntioksidan tersier bekerja memperbaiki kerusakan-kerusakan yang

terjadi akibat serangan radikal bebas. Termasuk golongan ini adalah enzim yang

memperbaiki DNA dan metionin sulfoksida reduktase (Hertiani, 2000).

Aktivitas senyawa polifenol sebagai antioksidan meliputi tiga

mekanisme, yaitu sebagai berikut.

1) Aktivitas penangkapan radikal bebas dengan proses transfer elektron melalui

atom hidrogen,

2) mencegah spesies senyawa reaktif memproduksi katalisis melalui reaksi

khelasi metal (pengkelatan logam), dan

3) interaksi dengan antioksidan lain untuk meningkatkan aktivitasnya, seperti

(34)

F. Metode DPPH

Molekul 1,1-diphenyl-2-picryl-hydrazyl (DPPH) merupakan suatu radikal

bebas yang stabil dan dapat bereaki dengan senyawa yang dapat mendonorkan

atom hidrogen, sehingga berguna untuk pengujian suatu aktivitas antioksidan dari

suatu senyawa (Dinis, Maderia, dan Almeida, 1994).

Metode DPPH dapat digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan

didasarkan pada kemampuan suatu antioksidan untuk mengurangi intensitas

warna ungu radikal DPPH. Interaksi antara antioksidan dan radikal DPPH adalah

dengan donasi atom hidrogen pada DPPH akan menetralkan radikal bebas dari

DPPH. Perubahan warna dari ungu menjadi kuning terang menandakan bahwa

elektron pada radikal bebas DPPH telah menjadi berpasangan (Molyneux,2004).

Pengujian menggunakan metode DPPH yaitu menggunakan 1,1-diphenyl

-2-picryl-hydrazyl (DPPH) yang merupakan radikal bebas, yang jika direaksikan

dengan ekstrak tumbuhan yang mengandung antioksidan maka akan terjadi reaksi

penangkapan hidrogen dari antioksidan oleh radikal bebas DPPH (berwarna ungu)

yang kemudian akan berubah menjadi 1,1-diphenyl-2-picryl-hydrazin (berwarna

kuning).

(35)

Metode DPPH merupakan salah satu metode yang akurat untuk mengukur

aktivitas antioksidan pada buah dan ekstrak sayur (Kwok, 2003). Pengukurannya

menggunakan spektrofotometri visible, karena DPPH memberikan serapan kuat

pada 517 nm, absorbsinya menurun saat elektron yang dimilikinya menjadi

berpasangan ketika ada suatu penangkap radikal bebas. Larutan DPPH berubah

dari ungu menjadi kuning ketika terdapat suatu senyawa antioksidan yang dapat

menangkap radikal bebas yang dimilikinya (Dehpouret. al,2009)

G. Spektrofotometri

Spektrofotometri UV-visibel merupakan teknik spektroskopik yang

memakai sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-380 nm) dan

sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. (Mulja

dan Suharman, 1995).

Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk

terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian, spektra ultraviolet dan spektra

tampak dikatakan sebagai spektra elektronik. Keadaan energi yang paling rendah

disebut dengan keadaan dasar (ground state). Transisi-transisi elektronik akan

meningkatkan energi molekuler dari keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat

energi tereksitasi. Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi elektromagnetik

maka molekul tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik yang energinya

sesuai. Interaksi antara molekul dengan radiasi elektromagnetik ini akan

meningkatkan energi potensial elektron pada tingkat keadaan tereksitasi. Apabila

(36)

macam gugus yang terdapat pada molekul, maka hanya akan terjadi satu absorbsi

yang merupakan garis spektrum (Gandjar dan Rohman, 2007).

Spektra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan juga

digunakan untuk analisis kuantitatif. Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi

dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang

diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan

membandingkan intensitas yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap

jika tidak ada spesies penyerap lainnya. Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya

sebanding dengan jumlah foton perdetik yang melalui satu satuan luas

penampang. Serapan dapat terjadi jika foton/radiasi yang mengenai cuplikan

memiliki energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan

terjadinya perubahan tenaga. Kekuatan radiasi juga mengalami penurunan dengan

adanya penghamburan dan pemantulan cahaya, akan tetapi penurunan karena hal

tersebut sangat kecil dibandingkan dengan proses penyerapan (Gandjar dan

Rohman, 2007).

Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh

larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan.

= ε bc

Harga ε adalah karakteristik untuk molekul atau ion penyerap dalam pelarut

tertentu dan pada panjang gelombang tertentu. Harga ε tidak tergantung pada

konsentrasi dan panjang lintasan radiasi. Pada persamaan menunjukkan bahwa

penentuan absorbansi atau transmitan akan menghasilkan konsentrasi jika ε dan b

(37)

Spektofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum

ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan

menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800

nm (Gandjar dan Rohman, 2007).

Gambar 2. Diagram Skematis Spektrofotometer UV-Vis (Sastrohamidjodjo, 2001)

Sumber radiasi terlihat biasanya digunakan lampu filament tungsten.

Monokromator merupakan rangkaian alat optik yang menguraiakan radiasi

polikromatik menjadi jalur-jalur yang efektif/panjang gelombang-gelombang

tunggalnya dan memisahkan panjang gelombang-gelombang tersebut menjadi

jalur-jalur yang sangat sempit. Cahaya monokromatis dilewatkan pada sel

penyerap atau tempat sampel. Sampel biasanya diletakkan pada kuvet,terbuat dari

gelas atau kuarsa transparan. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang

diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik. Meter/pencatat

akan menangkap besarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor

(Sastrohamidjojo, 2001).

H. Validasi Metode Analisis

Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap

parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita,

(38)

Paramater-parameter validasi metode analisis yang diperlukan untuk

menilai kesahihan metode analisis antara lain meliputi akurasi, presisi, linearitas,

dan spesifisitas.

Akurasi metode analisis adalah ukuran yang menunjukkan derajat

kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan

dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan.

Kriteria kecermatan sangat bergantung kepada konsentrasi analit dalam matriks

sampel dan pada keseksamaan metode (RSD). Akurasi ditentukan dengan %

recovery. (Harmita, 2004).

Tabel 1. Rentang kesalahan yang diperbolehkan (Harmita, 2004)

Analit pada matrik

Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil

uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika

prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari

campuran yang homogen (Harmita, 2004).

Presisi dinyatakan dalam standar deviasi atau koefisien variasi, dan tabel

(39)

Tabel 2. RentangCVyang masih dapat diterima (Harmita, 2004) Analit pada matrik

sampel (%)

KV (%)

>1 2,5

0,001 5

0,000.1 (1ppm) 16

0,0000.000.1 (1ppb) 32

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon

yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,

proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel (Harmita, 2004).

Sebagai parameter adanya hubungan linear digunakan koefisien korelasi

r pada analisis regresi linear. Hubungan linear yang ideal dicapai jika nilai b=0

dan r=+1 atau -1 tergantung arah garis (Harmita, 2004).

Selektifitas atau spesifitas merupakan kemampuan dari metode untuk

mendeteksi dan menganalisa analit dalam sebuah matriks tanpa gangguan dari

komponen lain yang berada dalam matriks tersebut (Ahuja dan Rasmussen, 2007).

I. Landasan Teori

Bawang daun (Allium fistulosumL.) yang dalam keseharian dimanfaatkan

sebagai salah satu pelengkap masakan ternyata memiliki kandungan vitamin A

dan C yang cukup tinggi dan juga menurut penelitian memiliki kandungan

flavonoid yang sperti telah diketahui memiliki aktivitas antioksidan. Adanya

gugus –OH fenolik pada senyawa flavonoid bertanggung jawab terhadap aktivitas

(40)

yang dapat menangkal radikal bebas yang dapat menimbulkan suatu efek buruk

pada tubuh.

Metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl-hydrazyl) merupakan suatu metode

yang relatif sederhana dan akurat untuk mengukur suatu aktivitas antioksidan dari

suatu senyawa. Metode ini biasanya digunakan untuk pengujian aktivitas

antioksidan dari senyawa yang berasal dari suatu bahan alam. Besarnya aktivitas

antioksidan ditunjukkan dengan nilai IC50yang dihasilkan pada pengukuran.

Pengujian besarnya fenolik total berhubungan dengan besarnya daya

antioksidan yang dimiliki senyawa tersebut. Kandungan fenolik total akan

berbanding lurus dengan besarnya aktivitas antioksidan yang ditunjukkan oleh

senyawa yang diuji. Kandungan fenolik total ditentukan dengan metode

Folin-Ciocalteu.

J. Hipotesis

Fraksi etil asetat ekstrak metanolik bawang daun mempunyai aktivitas

antioksidan yang ditunjukkan oleh besarnya nilai IC50 melalui pengujian

menggunakan metode DPPH dan kandungan fenolik total dalam fraksi etil asetat

(41)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental rancangan acak

sederhana karena subjek uji diberi perlakuan.

B. Variabel

1. Variabel bebas berupa konsentrasi fraksi etil asetat ekstrak metanolik bawang

daun .

2. Variabel tergantung berupa aktivitas antioksidan dan kandungan fenolik total

fraksi etil asetat ekstrak metanolik bawang daun .

3. Variabel pengacau terkendali berupa tempat tumbuh tanaman, waktu

pemanenan, umur daun yang dipanen, cara panen, cara pengeringan dan

pembuatan simplisia, dan jumlah (g) daun segar yang digunakan. cahaya

matahari

4. Variabel pengacau tak terkendali berupa, cuaca atau musim, dan curah hujan,

kelembaban ruangan.

C. Definisi Operasional

1. Bawang daun adalah keseluruhan bagian tanaman bawang daun kecuali akar

yang dipanen dari hasil budidaya tanaman organik di daerah Wukirsari,

(42)

2. Ekstrak bawang daun adalah ekstrak kental yang diperoleh dari hasil maserasi

dengan metanol.

3. Fraksi etil asetat adalah hasil fraksi ekstak metanol bawang daun dengan

menggunakan etil asetat.

4. Persen inhibition concentration (%IC) adalah persen yang menyatakan

kemampuan fraksi etil asetat ekstrak metanolik bawang daun untuk menangkap

radikal DPPH.

5. Persen inhibition concentration 50 (IC50) adalah nilai konsentrasi fraksi etil

asetat ekstrak metanolik bawang daun yang menghasilkan penangkapan 50%

radikal DPPH.

D. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: bawang daun

(Allium fistulosum L.) yang berasal dari lahan budidaya tanaman organik daerah

Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Bahan kima

kualitas farmasetis (CV. General Labora) berupa akuades. Bahan kimia kualitas

pro analitik (E.Merck) meliputi Silika gel GF254 , metanol. Bahan kualitas pro

analitik Sigma Chem. Co., USA meliputi rutin, DPPH , reagen Folin-Ciocalteu,

asam galat. Bahan kualitas teknis Brataco Chemica, yaitu: metanol, wasbensin,

(43)

2. Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa vortex (junke &

kunkel), spektrofotometer UV-VIS (Perkin Elmer Lamda 20), blender, corong,

Buchner, oven, mikropipet 10-1000 µL; 1-10 mL (Acura 825, Socorex), neraca

analitik (Scaltec SBC 22, BP 160P), vacuum rotary evaporator (Junke &

Kunkel), waterbath (labo-tech, Heraceus), tabung reaksi bertutup, dan alat-alat

gelas yang lazim digunakan di laboratorium analisis (Pyrex-Germany dan Iwaki).

E. Tatacara Penelitian

1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman bawang daun dilakukan di Laboratorium

Farmakognosi-Fitokimia, Fakultas farmasi Universitas Sanata Dharma menurut

buku Flora of Java volume I dan III karangan Backer dan Bakhuizen van den

Brink (1968).

2. Pengumpulan bahan

Bawang daun diperoleh dari ahan budidaya tanaman organik daerah

Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Pengumpulan pada bulan September. Pemanenan dilakukan pada tanaman yang

(44)

3. Preparasi bawang daun

Sebanyak 1 kg bawang daun segar, dibersihkan ,kemudian dihaluskan

dengan blender. Ketika dihaluskan, daun tersebut ditambah sedikit cairan penyari

(metanol). Simplisia yang telah dihaluskan ditimbang dan dituang kedalam

bejana maserasi, ditambah metanol sampai terendam sempurna, dan dicampur

homogen. Campuran dimasersi pada suhu ruangan selama dua hari. Filtrat

diperoleh melalui penyaringan dengan corong Buchner. Ampas penyaringan

diremaserasi dengan metanol secukupnya selama 2 hari. Kemudian disaring. Lalu

hasil penyaringan filtat diuapkan pelarutnya mengguanganrotary evaporator dan

dilanjutkan dengan waterbath sehingga diperoleh ekstrak metanol bawang daun

hingga mencapai bobot tetap.

Ekstrak metanol bawang daun ditambahkan atau dilarutkan dengan air

hangat dan di ekstraksi cair-cair menggunakan wasbensin dengan perbandingan

larutan ekstrak dan washbensin (1:1 v/v), kemudian didiamkan sampai terpisah

sempurna. Fase air akan berada pada paling bawah, sedangkan fase wasbensin

berada pada bagian atas.

Dari hasil partisi diperoleh dua fraksi, yaitu fraksi wasbensin dan fraksi

air. Selanjutnya fraksi air diekstraksi cair-cair lagi menggunakan etil asetat dengan

perbandingan larutan fraksi air-etil asetat (1:1 v/v) sehingga didapatkan fraksi air

dan etil asetat. Kemudian fraksi air dan fraksi etil asetat dipisahkan. Setelah

dipisahkan fraksi etil asetat diuapkan dengan vacum rotary evaporator dan

(45)

sehingga didapatkan fraksi kental etil asetat bawang daun. Lalu hasil fraksi etil

asetat tersebut digunakan analisis lebih lanjut.

4. Pembuatan larutan pembanding dan uji

a. Pembuatan larutan DPPH

Sejumlah DPPH dilarutkan ke dalam metanol p.a sehingga diperoleh

larutan DPPH dengan konsentrasi 0,4 mM. Larutan tersebut ditutup dengan

alumunium foil dan harus selalu dibuat baru.

b. Pembuatan larutan stok rutin

Sebanyak 2,5 mg rutin dilarutkan dengan metanol p.a sampai 10,0

mL.

c. Pembuatan larutan pembanding

Diambil sebanyak 0,5 mL larutan stok rutin, ditambah metanol p.a

sampai 10,0 mL menjadi larutan intermediet. Kemudian diambil sebanyak 0,5;

1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mL larutan intermediet, lalu ditambahkan metanol p.a

sampai 10,0 mL, sehingga diperoleh konsentrasi larutan standar rutin sebesar

2,5; 5,0; 7,5; 10,0; dan 12,5 μg/mL.

d. Pembuatan larutan uji

i. Larutan uji untuk aktivitas antioksidan

Sejumlah 25,0 mg fraksi etil asetat ditimbang dan ditambah metanol

p.a sampai 25,0 mL. Diambil sebanyak 1,0 mL larutan tersebut, kemudian

ditambahkan metanol p.a sampai 10,0 mL menjadi larutan intermediet.

Kemudian diambil 2,0 mL; 3,0 mL; 4,0 mL; 5,0 mL; 6,0 mL sehingga

(46)

ii. Larutan uji untuk penentuan kandungan fenolik total

Sebanyak 15 mg fraksi etil asetat ditimbang, lalu ditambahkan

methanolp.asampai diperoleh konsentrasi larutan uji sebesar 1500,0 µg/mL.

e. Pembuatan larutan asam galat

Dibuat larutan asam galat dengan konsetrasi 500 µg/mL dalam akuades

: methanol p.a (1:1). Diambil sebanyak 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mL larutan

tersebut, kemudian ditambahkan akuades : methanolp.a(1:1) sampai 10,0 mL,

sehingga diperoleh konsentrasi larutan baku asam galat sebesar 25; 50; 75;

100; dan 125 µg/mL.

5. Uji pendahuluan

a. Uji fenolik

Sejumlah 0,5 mL larutan uji 1500,0 µg/mL dan larutan pembanding

asam galat 125,0 µg/mL ditambahkan 2,5 mL pereaksi fenol Folin-Ciocalteu

yang telah diencerkan dengan akuades (1:10 v/v) kedalam tabung reaksi.

Diamkan selama 10 menit. Tambahkan 7,5 mL larutan natrium karbonat 1 M.

Kemudian amati warna larutan tersebut.

b. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan

Sebanyak 1 mL larutan DPPH dimasukan ke dalam masing-masing

tabung reaksi. Ditambahkan masing-masing dengan 1 mL metanol p.a, larutan

pembanding rutin 7,5 μg/mL , dan larutan uji 60,0 μg/mL. Selanjutnya larutan

(47)

divortex selamam 30 detik. Setelah 30 menit, amati warna pada larutan

tersebut.

6. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan

a. Penentuanoperating time(OT)

Sebanyak 1 mL larutan DPPH dimasukan kedalam masing-masing tiga

labu ukur 10 mL, ditambahkan masing-masing dengan 1 mL larutan

pembanding rutin 2,5; 7,5 dan 12,5 μg/mL. Selanjutnya larutan tersebut

ditambahkan dengan metanol p.a hingga tanda batas. Larutan tersebut

kemudian divortex selama 30 detik. Setelah itu dibaca absorbansinya denga

spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 517 nm selama 1 jam.

Dilakukan demikian juga untuk larutan uji 20; 40; 60 μg/mL.

b. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum

Pada 3 labu ukur 10 mL, dimasukan masing-masing 0,5; 1,0; 1,5 mL

larutan DPPH. Ditambahkan larutan tersebut dengan metanol p.a hingga tanda

batas sehingga konsentrasi DPPH menjadi 0,020; 0,040; dan 0,080. Larutan

tersebut kemudian divortex selama 30 detik. Diamkan selama OT. Lalu

dilakukan scanning panjang gelombang serapan maksimum dengan

(48)

7. Uji aktivitas antioksidan

Uji aktivitas antioksidan ditentukan dengan menggunakan metode

spoktrofotometri sesuai dengan penelitian Nusarini (2007).

a. Pengukuran absorbansi larutan DPPH (kontrol)

Pada labu ukur 10 mL, dimasukan sebanyak 2 mL larutan DPPH.

Ditambahan larutan tersebut dengan metanolp.ahingga tanda batas. Kemudian

larutan tersebut dibaca absorbansinya pada saat OT dan panjang gelombang

maksimum. Pengerjaan dilakukan sebanyak 5 kali. Larutan ini digunakan

sebagai kontrol untuk menguji larutan pembanding dan uji.

b. Pengukuran absorbansi larutan pembanding dan uji

Sebanyak 1 mL larutan DPPH dimasukkan ke dalam tabung reaksi

bertutup kemudian ditambah dengan 1 mL larutan pembanding dan uji pada

berbagai seri konsentrasi telah dibuat. Selanjutnya larutan tersebut ditambah

dengan metanol p.a hingga tanda batas. Larutan tersebut kemudian divortex

selama 30 detik dan diamkan selamaOT. Larutan dibaca absorbansinya dengan

spektrofotometer visibel pada panjang gelombang maksimum hasil optimasi.

Pengujian dilakukan dengan 5 kali replikasi.

c. Validasi metode uji aktivitas antioksidan

Hasil dari prosedur 7 a dan b, divalidasi akurasi (% recovery), presisi

(%CV) spesipisitas (spektra kontrol), dan linearitas (nilai r).

%Recovery= x 100%

(49)

d. Estimasi aktivitas antioksidan

Hasil dari prosedur 7 a dan b, dihitung nilai %ICdanIC50untuk rutin dan

fraksi etil asetat ekstrak metanolik bawang daun.

8. Optimasi metode penetapan kandungan fenolik total

Optimasi metode penetapan kandungan fenolik total ditentukan dengan

menggunakan metode spektrofotometri sesuai dengan penelitian Nusarini ( 2007).

a. PenentuanOT

Sebanyak 0,5 mL larutan asam galat 25; 75; dan 125 μg/mL ditambahkan

dengan 5 mL reagen Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan air (1:10 v/v).

Larutan selanjutnya ditambahkan dengan 4,0 mL natrium karbonat 1 M. Setelah

itu dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer visibel pada panjang

gelombang 750 nm selama 30 menit.

b. Penentuan panjang gelombang maksimum

Sebanyak 0,5 mL larutan asam galat 25; 75; dan 125 μg/mL ditambahkan

dengan 5 mL reagen Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan air (1:1 v/v).

Larutan selanjutnya ditambahkan dengan 4,0 mL natrium karbonat 1 M. Diamkan

selama OT, absorbansinya dibaca pada λ maksimum dengan spektrofotometer

visibel pada panjang gelombang 600-800 nm.

9. Penetapan kandungan fenolik total

a. Pembuatan kurva baku asam galat

Sebanyak 0,5 mL larutan asam galat 25; 50; 75; 100; dan 125 μg/mL

ditambah dengan 5 mL reagen Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan air

(50)

SetelahOT,absorbansinya dibaca pada λ maksimum terhadap blanko yang terdiri

atas akuades : metanol p.a (1:1), reagen Folin-Ciocalteu dan larutan natrium

karbonat 1M. Pengerjaan dilakukan 5 kali.

b. Validasi metode penetapan kandungan fenolik total

Hasil dari prosedur 9 a , divalidasi akurasi (%recovery), presisi (%CV),

spesipisitas (spektra kontrol), dan linearitas (nilai r).

%Recovery= x 100%

%CV= ( ) x 100%

c. Estimasi kandungan fenolik total larutan uji

Diambil 0,5 mL larutan uji 1500 μg/mL, lalu masing-masing dimasukan

ke dalam labu takar 10,0 mL dan dilanjutkan sebagaimana perlakuan pada

pembuatan kurva baku asam galat . Kandungan fenolik total dinyatakan sebagai

gram ekivalen asam galat (mg ekivalen asam galat per g fraksi etil asetat).

(51)

F. Analisis Hasil

Aktivitas penangkapan radikal DPPH (%) dihitung dengan rumus :

Absorbansi (larutan kontrol) – Absorbansisampel (larutan pembanding/uji) X 100%

Absorbansilarutan kontrol

Data aktivitas tersebut dianalisis dan dihitung nilai IC50 mengunakan

persamaan regresi linear dengan sumbu x adalah konsentrasi larutan uji maupun

pembanding, sedangkan sumbu y adalah %IC. Lalu dianalisis secara statistik

untuk menentukan ada atau tidak adanya perbedaan bermakna antara IC50 larutan

pembanding dan larutan uji.

Uji kandungan fenolik total menghasilkan nilai mg ekivalen asam galat

dalam per g fraksi etil asetat. Nilai tersebut didapatkan dari analisis regresi linier

(52)

Gambar 3. Skema jalannya penelitian

Pembuatan ekstrak metanolik bawang daun

0

Ekstraksi cair-cair dengan washbensin dan air

Fraksi washbensin Fraksi air

Ekstraksi cair-cair dengan etil asetat

(53)

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman bertujuan untuk mengetahui dan memastikan

kebenaran identitas tanaman tanaman yang akan digunakan dalam penelitian.

Maka determinasi merupakan hal yang terpenting sebagai langkah awal dalam

penelitian yang menggunakan bahan tanaman. Determinasi dilakukan untuk

kepentingan dalam analisis fitokimia, yaitu agar tidak terjadi kesalahan dalam

pengambilan sampel yang akan digunakan. Hasil determinasi yang menyatakan

kebenaran bahwa tanaman tersebut adalah bawang daun (Allium fistulosum L.)

dapat dilihat pada lampiran 1.

B. Hasil Pengumpulan Bahan

Tanaman bawang daun diperoleh dari daerah Desa Wukirsari, Kecamatan

Cangkringan, Kabupaten Sleman. Tanaman bawang daun yang digunakan

merupakan hasil budidaya secara organik dan dipanen pada bulan September

2011. Tanaman bawang daun yang digunakan merupakan hasil budidaya secara

organik sehingga baik digunakan sebagai bahan penelitian dibandingkan dengan

tanaman liar atau tanaman yang tidak dibudidaya secara organik. Hal ini

dikarenakan tanaman hasil budidaya organik memiliki kelebihan yaitu dapat

mengurangi kesalahan pada pengambilan jenis tanaman, pada tanaman budidaya

(54)

perlakuan, dan kondisi pada tanaman juga sama sehingga dapat diperkirakan

bahwa kandungan metabolit sekunder pada tanaman relatif sama. Menurut

penelitian kandungan fenolik pada tanaman bayam, kubis, dan bawang daun yang

ditanam secara organik memiliki 20-50 % aktivitas antioksidan lebih besar jika

dibandingkan dengan tanaman yang ditanam secara konvensional atau non

organik (Renet al., 2001).

Pemanenan bawang daun dilakukan saat tanaman berumur 2,5-5 bulan,

dan dilakukan pada pagi hari. Hal ini dikarenakan pada saat umur tersebut

kandungan metabolit sekunder dari tanaman bawang daun berada pada jumlah

yang maksimal, sedangkan jika sudah berbunga kandungan metabolit sekundernya

akan berkurang. Pemanenan dilakukan pada pagi hari, hal ini dilakukan untuk

menjaga kandungan metabolit sekunder pada bawang daun relatif masih sama.

Jika pemanenan dilakukan pada siang atau sore hari akan mempengaruhi

kandungan metabolit sekundernya karena pada saat tersebut tanaman memperoleh

sinar matahari dengan intensitas yang tidak menentu sehingga fotosintesis untuk

menghasilkan energi pada tanaman juga mengalami fluktuasi. Energi yang

dihasilkan pada fotosintesis tersebut akan dipakai untuk jalannya metabolisme

pada tanaman, sehingga hasil metabolitnya secara tidak langsung juga tergantung

pada jumlah energi yang dipakai untuk metabolisme tanaman.

Bawang daun yang diperoleh segera dilakukan preparasi saat masih dalam

keadaan segar. Preparasi dilakukan secepat mungkin karena dikhawatirkan

terjadinya peristiwa browning yaitu terjadinya respon polifenol oksidase terhadap

(55)

mengoksidasi senyawa fenolik menjadi senyawa radikal untuk menutup luka

tersebut sehingga aktivitas antioksidan senyawa fenolik pada tanaman akan

berkurang.

C. Hasil Preparasi Sampel

Pada preparasi sampel untuk mendapatkan fraksi etil asetat ekstrak

metanolik bawang daun digunakan tanaman yang masih segar dan belum layu.

Bagian tanaman yang digunakan adalah seluruh bagian tanaman bawang daun

kecuali bagian akar. Dalam penelitian ini digunakan bahan yang masih segar dan

bukan simplisia kering karena terkait kestabilan senyawa flavonoid yang

terkandung didalamnya. Senyawa flavonoid, yang merupakan golongan fenolik

ini merupakan komponen utama yang penting dalam penelitian ini. Jika bahan

yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dikhawatirkan adanya degradasi atau

kerusakan senyawa flavonoid.

Tanaman bawang daun yang akan digunakan dipilih yang masih baik dan

segar, kemudian dicuci dengan air mengalir untuk membersihkannya dari

pengotor-pengotor atau kontaminan yang menempel. Setelah dicuci dan

dibersihkan, tanaman bawang daun diangin-anginkan untuk menghilangkan air

yang masih tersisa dari proses pencucian. Sebelum dimaserasi, bawang daun

tersebut diblender dengan tujuan untuk memperkecil ukuran permukaan tanaman

sehingga akan semakin luas kontak antara bahan tanaman dan penyari, proses

(56)

Proses maserasi dilakukan dengan penyari metanol dan menggunakan

bantuan alat shaker. Metode maserasi dipilih karena memiliki kelebihan

dibanding metode lainnya. Selain sederhana dan mudah dilakukan, metode ini

juga menguntungkan untuk sampel yang digunakan karena proses maserasi ini

tidak membutuhkan panas sehingga stabilitas senyawa fenolik yang terekstraksi

dari sampel dapat terjaga. Alat shaker digunakan bertujuan untuk membantu

proses masrasi yang lebih efektif karena dengan alat tersebut penyari lebih dapat

kontak langsung ke dalam sel-sel daripada jika didiamkan saja. Maserasi

dilakukan selama dua hari, dan setelah itu cairan penyari dipisahkan dari

ampasnya menggunakan corong Buchner yang dilapisi kertas saring dan dengan

bantuan pompa vakum untuk mempercepat dan memaksimalkan hasil

penyaringan. Ampas hasil penyarian kemudian dilakukan penyarian lagi

menggunakan metanol. Proses ini merupakan remaserasi yang bertujuan untuk

memaksimalkan hasil penyarian. Senyawa-senyawa yang kemungkinan belum

tersari karena sudah jenuhnya penyari dapat tersari pada proses remaserasi ini

sehingga akan dihasilkan lebih banyak senyawa-senyawa yang tersari dari sampel.

Penyari yang digunakan dalam proses maserasi penelitian ini adalah

metanol yang merupakan pelarut universal. Metanol memiliki polaritas yang mirip

dengan etanol namun metanol memilki viskositas yang lebih rendah sehingga

akan lebih mudah untuk penetrasi maupun berdifusi ke dalam sel-sel tanaman dan

tingkat pembasahannya lebih besar, sehingga metanol lebih dipilih sebagai

(57)

Sari metanol yang diperoleh diuapkan pelarutnya menggunakan alat

vacuum rotary evaporator sampai hampir semua metanol menguap. Prinsip alat

ini yaitu penguapan dengan pengurangan tekanan. Jika tekanan uap suatu cairan

sama dengan tekanan atmosfer di sekelilingnya maka cairan tersebut akan

mendidih, sehingga dengan adanya pengurangan tekanan pada alat di bawah

tekanan atmosfer akan menyebabkan cairan mendidih di bawah titik didih

normalnya. Setelah itu, dilanjutkan pemanasan di atas waterbath dan dihembus

dengan bantuan kipas angin untuk memperoleh ekstrak kental metanolik bawang

daun sampai pada bobot tetap.

Ekstrak kental metanolik bawang daun yang didapat kemudian dilarutkan

dengan air hangat, karena jika digunakan air dingin akan lebih susah melarutkan

ekstrak metanolik. Lalu dipartisi menggunakan pelarut washbensin, sehingga

fraksi air berada di bagian bawah dan fraksi washbensin berada di bagian atas. Hal

tersebut dikarenakan berat jenis air (b.j. air sebesar 0,996) lebih besar daripada

berat jenis washbensin (b.j.washbensin sebesar 0,730) (Anonim, 1995). Proses

partisi atau ekstraksi cair-cair ekstrak metanolik ini dilakukan secara

berulang-ulang sebanyak tiga kali agar lebih efektif sampai lapisan washbensin terlihat

bening yang menandakan tidak ada lagi senyawa yang tertarik ke dalam

washbensin. Partisi ini dilakukan dengan perbandingan pelarut air : washbensin

1:1 v/v. Bagian yang polar akan cenderung larut dalam air sedangkan bagian yang

non polar akan larut dalam washbensin. Dalam fraksi washbensin akan diperoleh

senyawa-senyawa kimia yang tidak diinginkan seperti lipid dan klorofil sehingga

Gambar

Gambar tanaman
Gambar 1. Reaksi radikal DPPH dengan antioksidan (Windono,2001)
Gambar 2. Diagram Skematis Spektrofotometer UV-Vis (Sastrohamidjodjo, 2001)
Tabel 1. Rentang kesalahan yang diperbolehkan (Harmita, 2004)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Surabaya merupakan institusi pendidikan di Surabaya yang dalam perkembangannya mengambil ャ。ョァセ。ィ@ kerja-sama dalam bidang jasa pemesinan

[9] yang merupakan penghasil arus yang andingkan dengan koil standar, sehingga akan diperoleh suhu bunga api busi yang tinggi yang dapat membantu proses pembakaran dalam

Uji normalitas menggunakan bantuan komputer dengan menggunakan paket program SPSS ( Statistical Product and Service Solutions ) 16.0 for Windows sebagaimana

seperti Matrade dan MITI  Berhubung maklumat dan promosi produk serta perkhidmatan perdagangan..  Kerjasama

iqbybM;al'bdd&oMoGrt.[r]

[r]

hrnadod.

ABSTRACT.