• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009

PERTUMBUHAN

EKONOMI

PROVINSI

D.I.

YOGYAKARTA

TAHUN

2008

SEBESAR

5,02

PERSEN

1. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2008

Perekonomian Provinsi DIY pada tahun 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 5,02 persen dibanding tahun 2007. Nilai PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2008 mencapai Rp 19,21 triliun, sedangkan pada tahun 2007 sebesar Rp 18,29 triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDRB tahun 2008 naik sebesar Rp 5,15 triliun, dari Rp 32,92 triliun pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp 38,07 triliun pada tahun 2008.

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

; Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2008 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 meningkat sebesar 5,02 persen terhadap tahun 2007. Semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi 7,81 persen dan terendah di sektor industri pengolahan 1,52 persen.

; Sumber utama pertumbuhan ekonomi DIY adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran 1,18 persen, diikuti sektor pertanian 0,86 persen, sektor jasa-jasa 0,75 persen, dan sektor konstruksi 0,74 persen.

; Besaran PDRB Provinsi DIY pada tahun 2008 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 38,07 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp 19,21 triliun.

; Secara triwulanan, PDRB Provinsi DIY pada triwulan IV 2008 menurun 3,37 persen dibandingkan dengan triwulan III 2008 (q-to-q), dan jika dibandingkan dengan triwulan IV 2007 (y-on-y) tumbuh sebesar 4,91 persen.

; Di sisi penggunaan, sebagian besar PDRB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 47,54 persen, konsumsi pemerintah 25,55 persen, dan pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) atau investasi fisik 34,10 persen.

; Semua komponen PDRB penggunaan mengalami pertumbuhan pada tahun 2008, di mana konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 7,74 persen, diikuti PMTDB 4,27 persen, dan konsumsi rumah tangga 3,25 persen.

; Sumber utama pertumbuhan ekonomi DIY adalah konsumsi pemerintah 1,50 persen, diikuti konsumsi rumah tangga 1,45 persen, dan PMTDB 1,17 persen.

; PDRB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2008 mencapai Rp 10,98 juta (US$ 1,171.14), lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar Rp 9,58 juta (US$ 1,060.88).

(2)

Tabel 1.

Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi DIY menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 dan 2008

Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar rupiah)

Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar rupiah) Laju Pertumbuhan (Persen) Sumber Pertumbuhan (Persen) 2007 2008 2007 2008 2008 2008 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pertanian, Perkebunan, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan 4.941,80 5.848,45 3.333,38 3.490,79 4,72 0,86 2. Pertambangan dan Penggalian 258,76 292,49 138,36 144,77 4,64 0,04 3. Industri Pengolahan 4.475,68 5.069,41 2.528,02 2.566,42 1,52 0,21 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 423,37 488,33 165,77 174,93 5,53 0,05 5. Konstruksi 3.470,71 4.143,62 1.732,94 1.868,26 7,81 0,74 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6.326,70 7.362,64 3.750,36 3.965,38 5,73 1,18 7. Pengangkutan dan Komunikasi 3.318,45 3.738,45 1.875,31 1.999,33 6,61 0,68 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa

Perusahaan 3.188,43 3.714,66 1.695,16 1.790,56 5,63 0,52 9. Jasa-jasa 6.512,83 7.412,90 3.072,20 3.209,34 4,46 0,75 PDRB 32.916,74 38.070,96 18.291,51 19.209,79 5,02 5,02

Selama tahun 2008, semua sektor ekonomi yang membentuk PDRB mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor konstruksi yang mencapai 7,81 persen; diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 6,61 persen; sektor perdagangan, hotel dan restoran 5,73 persen; sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan 5,63 persen; sektor listrik, gas dan air bersih 5,53 persen; sektor pertanian 4,72 persen; sektor pertambangan dan penggalian 4,64 persen; dan sektor jasa-jasa 4,46 persen; sedangkan pertumbuhan terendah di sektor industri pengolahan (1,52 persen).

Grafik 1.

Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Provinsi DIY Tahun 2008 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Persen)

1.52 4.46 5.63 6.61 5.73 7.81 5.53 4.64 4.72 0.86 0.04 0.21 0.05 0.74 1.18 0.68 0.52 0.75 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Perta nian Perta mban gan & Peng galian Indus tri Pe ngola han Listrik , Gas & Air Bersi h Kons truksi Perda gang an, H otel & Resto ran Peng angk utan & Komu nikas i Keua ngan , Rea l Esta t & Ja sa Pe rusah aan Jasa -jasa Andil Laju

(3)

Besarnya sumbangan masing-masing sektor dalam menciptakan laju pertumbuhan ekonomi didominasi oleh sektor-sektor yang memiliki nilai nominal besar, walaupun pertumbuhan sektor yang bersangkutan relatif kecil. Sektor konstruksi mengalami pertumbuhan tertinggi 7,81 persen, tetapi hanya memberikan kontribusi sebesar 0,74 persen terhadap total pertumbuhan DIY; sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh lebih rendah sekitar 5,73 persen mampu menyumbang total pertumbuhan DIY sebesar 1,18 persen. Sumber-sumber pertumbuhan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1 dan Grafik 1.

2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV 2008

Kinerja perekonomian Provinsi DIY pada triwulan IV 2008 yang digambarkan oleh laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurun sebesar 3,37 persen dibanding triwulan

sebelumnya (q-to-q). Penurunan tersebut masih mengikuti pola tahun-tahun yang lalu, yaitu mengalami

kontraksi pada triwulan IV. Pertumbuhan negatif pada triwulan IV 2008 ini terutama disebabkan oleh penurunan produksi sektor pertanian yang sangat signifikan, yaitu minus 21,63 persen karena siklus musiman dan para petani justru mulai menyiapkan lahan untuk ditanami kembali. Sektor lain yang mempunyai andil negatif terhadap pertumbuhan PDRB triwulan IV 2008 adalah sektor jasa-jasa dengan penurunan sebesar 17,22 persen. Hal ini disebabkan oleh penurunan jasa pemerintahan umum sebesar 23,75 persen karena gaji pegawai bulan Oktober 2008 sudah dibayarkan pada triwulan sebelumnya (akhir bulan September 2008). Sektor industri pengolahan juga terkontraksi sebesar 1,43 persen terutama dipicu oleh penurunan permintaan hasil industri makanan setelah Hari Raya Lebaran (5,49%); penurunan pesanan barang-barang dari kayu (3,55%); penurunan industri percetakan (1,15%); dan penurunan industri parafin (3,41%). Disamping itu, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan menurun sebesar 0,28 persen karena penurunan nilai tambah subsektor bank sebesar 7,51 persen.

Tabel 2.

Laju Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi DIY menurut Lapangan Usaha (Persen)

Lapangan Usaha Triw III 2008 thd. Triw II 2008 (q-to-q) Triw IV 2008 thd. Triw III 2008 (q-to-q) Triw IV 2008 thd. Triw IV 2007 (y-on-y) Sumber Pertumbuhan PDRB Triw IV 2008 (q-to-q) Sumber Pertumbuhan PDRB Triw IV 2008 (y-on-y) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 23,57 -21,63 8,58 -3,89 1,21

2. Pertambangan dan Penggalian 8,36 4,89 13,85 0,04 0,10 3. Industri Pengolahan 4,97 -1,43 -1,54 -0,19 -0,22 4. Listrik, Gas dan Air Bersih -0,29 2,77 5,42 0,02 0,05

5. Konstruksi 18,71 32,17 26,43 3,12 2,91

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,77 1,07 5,13 0,22 1,09 7. Pengangkutan dan Komunikasi 2,28 4,09 7,05 0,41 0,75 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan -0,77 -0,28 1,75 -0,03 0,17

9. Jasa-jasa 4,39 -17,22 -6,73 -3,07 -1,16

(4)

Sedangkan sektor-sektor lainnya, di luar keempat sektor tersebut di atas, memberi andil positif terhadap pertumbuhan ekonomi DIY selama triwulan IV 2008. Sektor konstruksi memberikan andil positif terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi DIY dengan laju pertumbuhan sebesar 32,17 persen, karena proyek prasarana fisik yang didanai oleh APBN/APBD sebagian besar diselesaikan pada akhir tahun anggaran. Demikian pula sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 4,89 persen karena permintaan sektor konstruksi yang relatif cukup tinggi. Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 4,09 persen ditunjang oleh kenaikan jasa angkutan udara dan angkutan darat terkait dengan meningkatnya permintaan perjalanan bisnis dan wisata. Kemudian, sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh 2,77 serta sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 1,07 persen.

Selanjutnya, perekonomian DIY pada triwulan IV 2008 bila dibandingkan dengan triwulan IV

2007 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 4,91 persen. Pertumbuhan tersebut terjadi pada semua

sektor ekonomi, kecuali sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa yang mengalami kontraksi masing-masing 1,54 persen dan 6,73 persen. Sektor konstruksi mencapai pertumbuhan tertinggi sebesar 26,43 persen; sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 13,85 persen; sektor pertanian tumbuh 8,58 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 7,05 persen; sektor listrik, gas, dan air bersih tumbuh 5,42 persen; sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh 5,13 persen; serta sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan tumbuh 1,75 persen.

3. Nilai PDRB atas dasar Harga Berlaku dan Konstan Triwulan IV 2008

Pada triwulan IV 2008, nilai nominal PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp 9,91 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan III 2008 yang mencapai Rp 10,09 triliun. Bila PDRB tersebut dinilai dengan harga pada tahun dasar 2000, maka nilai riil PDRB triwulan IV 2008 mencapai Rp 4,80 triliun, menurun 3,37 persen dibanding triwulan sebelumnya sebesar Rp 4,96 triliun.

Sektor yang menunjukkan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku terbesar pada triwulan IV 2008 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai Rp 1,96 triliun, atau mempunyai kontribusi sebesar 19,79 persen terhadap total PDRB DIY. Sektor jasa-jasa memberi kontribusi terbesar kedua, yaitu 17,65 persen terhadap total PDRB (Rp 1,75 triliun). Sektor-sektor berikutnya yang memiliki nilai tambah mencapai lebih dari Rp 1 triliun adalah sektor konstruksi yang mencapai Rp 1,46 triliun; sektor industri pengolahan sebesar Rp 1,34 triliun dan sektor pertanian Rp 1,23 triliun.

Atas dasar harga konstan 2000, sektor-sektor yang memberi kontribusi relatif besar antara lain: sektor perdagangan, hotel dan restoran Rp 1,02 triliun; sektor jasa-jasa Rp 773,20 miliar; sektor pertanian Rp 700,27 miliar; sektor industri pengolahan Rp 650,53 miliar; sektor konstruksi Rp 636,41 miliar dan sektor pengangkutan dan komunikasi Rp 523,78 miliar. Sektor-sektor lainnya masing-masing menghasilkan nilai tambah bruto di bawah Rp 500,00 miliar (Tabel 3).

(5)

Nilai PDRB Provinsi DIY menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000

(Juta Rupiah)

Lapangan Usaha Triw. III 2008 Harga Berlaku Triw. IV 2008 Triw. III 2008 Harga Konstan 2000 Triw. IV 2008

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian 1.519.691 1.226.059 893.512 700.274 2. Pertambangan dan Penggalian 77.994 82.313 37.483 39.315 3. Industri Pengolahan 1.343.327 1.336.247 659.935 650.527 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 125.300 132.846 43.650 44.860 5. Konstruksi 1.096.763 1.458.559 481.514 636.408 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.904.823 1.961.211 1.009.770 1.020.578 7. Pengangkutan dan Komunikasi 977.213 999.131 503.215 523.783 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 959.443 964.738 450.025 448.758 9. Jasa-jasa 2.089.685 1.749.063 885.705 733.202 PDRB 10.094.239 9.910.167 4.964.810 4.797.705

4. Struktur PDRB menurut Lapangan Usaha Triwulan IV 2008 dan Triwulan IV 2007

Distribusi PDRB menurut sektor ekonomi atau lapangan usaha atas dasar harga berlaku menunjukkan peranan dan perubahan struktur ekonomi dari satu periode waktu (triwulan/semester/tahun) ke waktu (triwulan/semester/tahun). Tiga sektor utama dalam perekonomian DIY pada triwulan IV 2007 yaitu sektor jasa-jasa, perdagangan, dan industri pengolahan mempunyai peranan sebesar 54,22 persen. Sedangkan pada triwulan IV 2008 terjadi pergeseran struktur yakni sektor perdagangan, jasa-jasa, dan konstruksi dengan kontribusi sebesar 52,16 persen.

Struktur PDRB Provinsi DIY pada triwulan IV 2008, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2007, menunjukkan bahwa beberapa sektor peranannya meningkat, yaitu: sektor konstruksi; sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; serta sektor listrik, gas dan air bersih. Peranan sektor konstruksi meningkat sangat signifikan, yaitu dari 12,08 persen pada triwulan IV 2007 menjadi 14,72 persen pada triwulan IV 2008 karena adanya proyek pembangunan jalan lintas selatan wilayah DIY. Demikian pula peran sektor pertanian meningkat dari 11,56 persen pada triwulan IV 2007 menjadi 12,37 persen pada triwulan IV 2008, karena pengaruh musim yang kembali normal dan intensifnya program P2BN. Sektor pertambangan dan penggalian mengalami peningkatan peran sebesar 8 basis poin karena persediaan yang relatif melimpah dan didukung tingginya permintaan. Peran sektor listrik, gas dan air bersih meningkat pula sebesar 4 basis poin karena semakin ramainya aktivitas perayaan Idul Fitri dan Idul Adha 1429H, Natal serta Tahun Baru.

Sebaliknya, sektor-sektor yang peranannya menurun adalah: sektor jasa-jasa; sektor industri pengolahan; sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan; sektor pengangkutan dan komunikasi; serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Peran sektor jasa-jasa mengalami penurunan yang tertinggi, yaitu dari 20,24 persen pada triwulan IV 2007 menjadi 17,65 persen pada triwulan IV 2008. Penurunan peran tersebut karena pembayaran gaji PNS dan TNI/POLRI bulan Oktober 2008 dilakukan pada akhir bulan September 2008. Kemudian, peran sektor industri pengolahan menurun 67 basis poin karena anjloknya

(6)

permintaan produk tekstil, barang dari kayu dan barang cetakan. Peran sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan turun 15 basis poin; sektor pengangkutan dan komunikasi turun 12 basis poin; serta sektor perdagangan, hotel dan restoran turun 4 basis poin. Hal ini terkait oleh peningkatan peran sektor lainnya yang lebih dominan.

Tabel 4.

Struktur PDRB dan Perubahannya menurut Lapangan Usaha Triwulan IV 2007-2008 (Persen)

Lapangan Usaha Triw. IV 2007 Triw. IV 2008 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian 11,56 12,37 0,81

2. Pertambangan dan Penggalian 0,75 0,83 0,08 3. Industri Pengolahan 14,15 13,48 -0,67

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,30 1,34 0,04

5. Konstruksi 12,08 14,72 2,64

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 19,83 19,79 -0,04

7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,20 10,08 -0,12 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 9,88 9,73 -0,15

9. Jasa-jasa 20,24 17,65 -2,59

PDRB 100,00 100,00 -

5. PDRB menurut Penggunaan

Dilihat dari sisi penggunaan, PDRB Provinsi DIY dirinci menurut komponen-komponen pengeluaran: konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB), dan komponen lainnya (gabungan dari ekspor, impor, konsumsi lembaga nirlaba, perubahan inventori, dan diskrepansi statistik).

PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2008 senilai Rp 38,07 triliun sebagian besar digunakan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar Rp 18,10 triliun. Komponen pembentukan modal tetap bruto menggunakan Rp 12,98 triliun, dan komponen konsumsi pemerintah menggunakan Rp 9,73 triliun.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY sebesar 5,02 persen didukung oleh semua komponen penggunaan, yakni konsumsi rumah tangga tumbuh 3,25 persen, konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 7,74 persen, dan pembentukan modal tetap bruto meningkat 4,27 persen.

Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sebesar 5,02 persen terutama berasal dari konsumsi pemerintah sebesar 1,50 persen, diikuti oleh konsumsi rumah tangga 1,45 persen, dan pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) 1,17 persen.

Tabel 5.

Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi DIY menurut Penggunaan Tahun 2007 dan 2008

(7)

Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar rupiah)

Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar rupiah) Laju Pertumbuhan (Persen) Sumber Pertumbuhan (Persen) 2007 2008 2007 2008 2008 2008 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Konsumsi Rumah tangga 15.674,78 18.100,62 8.132,03 8.396,64 3,25 1,45 2. Konsumsi Pemerintah 7.980,67 9.727,10 3.537,96 3.811,94 7,74 1,50 3. Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto (PMTDB) 10.834,67 12.983,26 4.997,31 5.210,71 4,27 1,17

4. Lainnya*) -1.573,39 -2.740,03 1.624,21 1.790,50 10,24 0,91

PDRB 32.916,74 38.070,96 18.291,51 19.209,79 5,02 5,02

*) Termasuk Ekspor, Impor, Konsumsi Lembaga Nirlaba, Perubahan Inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual).

Pertumbuhan PDRB tahunan tersebut merupakan pertumbuhan kumulatif dari PDRB triwulanan

yang terbentuk pada tahun yang bersangkutan. Memasuki triwulan IV 2008 (q-to-q), hampir semua

komponen PDRB menurut penggunaan menunjukkan pertumbuhan positif, kecuali komponen lainnya. PMTDB yang merepresentasikan investasi fisik mencatat pertumbuhan terbesar yaitu 17,66 persen. Kemudian diikuti oleh pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar 1,39 persen. Pertumbuhan kedua komponen penggunaan tersebut terjadi karena pada triwulan IV 2008 adalah momen tutup anggaran, sehingga banyak proyek prasarana baik fisik maupun non fisik yang diselesaikan pada triwulan ini. Adapun komponen konsumsi rumah tangga mencatat pertumbuhan sebesar 1,28 persen pada triwulan IV 2008, lebih lambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,24 persen. Hal ini dapat dimaklumi karena pada triwulan sebelumnya banyak pengeluaran baik makanan maupun non makanan yang dilakukan rumah tangga dalam mempersiapkan perayaan hari raya Lebaran/Idul Fitri 1429H dan pada triwulan IV 2008 ini konsumsi kembali normal. Kondisi ini bersifat musiman, di mana masyarakat masih melestarikan budaya saling bersilaturahmi dalam memperingati hari raya tersebut.

Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (y-on-y), secara umum pada

triwulan IV 2008 ini semua komponen penggunaan menunjukkan peningkatan, kecuali komponen lainnya. Tingkat pertumbuhan terjadi pada komponen konsumsi rumah tangga sebesar 3,54 persen; konsumsi pemerintah 5,19 persen; dan PMTDB 18,21 persen. Pertumbuhan komponen-komponen penggunaan tersebut menunjukkan bahwa daya beli masyarakat dan pemerintah semakin bergairah (Tabel 6).

Tabel 6.

Laju Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Penggunaan (Persen)

Komponen Penggunaan Triw III 2008 thd Triw II 2008 (q to q) Triw IV 2008 thd Triw III 2008 (q to q) Triw IV 2008 thd Triw IV 2007 (y-on-y) (1) (2) (3) (4)

1. Konsumsi Rumah tangga 3,24 1,28 3,54

2. Konsumsi Pemerintah 4,41 1,39 5,19

3. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) 13,08 17,66 18,21

4. Lainnya*) 22,19 -93,73 -82,91

PDRB 7,64 -3,37 4,91

*) Termasuk Ekspor, Impor, Konsumsi Lembaga Nirlaba, Perubahan Inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual).

Dilihat dari pola distribusi PDRB penggunaan pada Tabel 7, tampak bahwa konsumsi rumah tangga masih merupakan penyumbang terbesar dalam penggunaan PDRB Provinsi DIY pada triwulan IV 2008; yaitu mencapai Rp 4,85 triliun atau 48,90 persen terhadap total PDRB. Kemudian diikuti komponen

(8)

pembentukan modal tetap bruto sebesar Rp 4,10 triliun atau 41,41 persen; dan konsumsi pemerintah sebesar Rp 2,58 triliun atau 26,06 persen terhadap total PDRB.

Tabel 7.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Konstan dan Distribusi Persentase menurut Komponen Penggunaan Triwulan IV 2008

Komponen Penggunaan PDRB ADH Berlaku (Juta Rupiah) PDRB ADH Konstan 2000 (Juta Rupiah) Persentase Distribusi (%)

(1) (2) (3) (4)

1. Konsumsi Rumah tangga 4.845.939 2.154.325 48,90

2. Konsumsi Pemerintah 2.582.164 1.020.116 26,06

3. Pembentukan Modal Tetap Domestik

Bruto (PMTDB) 4.104.194 1.593.354 41,41

4. Lainnya*) -1.622.129 29.909 -16,37

PDRB 9.910.167 4.797.705 100,00

*) Termasuk Ekspor, Impor, Konsumsi Lembaga Nirlaba, Perubahan Inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual). 6. PDRB Per Kapita

PDRB per kapita merupakan nilai PDRB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 2008 nilai nominal PDRB per kapita Provinsi DIY diperkirakan mencapai Rp 10,98 juta (US$ 1,171.14) dengan laju peningkatan 14,53 persen dibandingkan dengan nilai PDRB per kapita tahun 2007 sebesar Rp 9,58 juta (US$ 1.060.88). Sedangkan nilai riil PDRB per kapita tahun 2008 diperkirakan mencapai Rp 5,54 juta (US$ 590.93) dengan laju peningkatan 3,99 persen dibandingkan dengan nilai PDRB per kapita tahun 2007 sebesar Rp 5,33 juta (US$ 589.52).

Tabel 8.

Nilai PDRB Per Kapita Provinsi DIY Tahun 2007 dan 2008

R i n c i a n 2007 2008

(1) (2) (3)

PDRB per kapita atas dasar harga berlaku

- Nilai (juta rupiah) 9,58 10,98

- Peningkatan (persen) 10,77 14,53

- Nilai (US$) 1,060.88 1,171.14

PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000

- Nilai (juta rupiah) 5,33 5,54

- Peningkatan (persen) 3,26 3,99

- Nilai (US$) 589.52 590,93

(9)

PENJELASAN TEKNIS

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah :

a. Jumlah nilai tambah (produk barang dan jasa) yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;

b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, dan

pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan inventori / stok dan ekspor neto

(ekspor dikurangi impor) suatu daerah;

c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal & kewiraswastaan/entrepreneurship) plus penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;

Æ dalam jangka waktu tertentu (satu triwulan/semester/tahun).

Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan:

a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha) Æ Supply side b. Penggunaan (Pengeluaran) Æ Demand side

c. Pendapatan Æ Income side

Penyajian PDRB:

a. Atas dasar harga berlaku Æ harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan. b. Atas dasar harga konstan Æ harga komoditas barang dan jasa pada tahun dasar referensi 2000.

Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan

PDRB atas dasar harga berlaku Æuntuk melihat struktur ekonomi.

Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung

berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan Æ untuk melihat perubahan volume (kuantum) produksi.

Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to quarter economic growth).

Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan dengan

triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth).

Pertumbuhan ekonomi c-to-c : PDRB harga konstan kumulatif sampai dengan suatu triwulan dibandingkan

dengan kumulatif sampai dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (cumulative to cumulative

economic growth).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa,

dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah tangga (termasuk lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga) selama periode tertentu (triwulan/semester/tahun).

Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan

belanja barang (termasuk biaya perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang bersifat rutin) baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama periode tertentu (triwulan/ semester/tahun), tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah tetapi dikonsumsi oleh masyarakat.

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah

tangga, pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun pembelian barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar negeri (impor) dikurangi dengan penjualan barang modal bekas pada suatu periode tertentu (triwulan/semester/tahun). Investasi fisik dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun usaha), infrastruktur, mesin dan perlengkapan, alat angkutan, serta barang modal lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan-komunikasi, yakni sebesar 11,42 persen, kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 7,29 persen, sektor

Pertumbuhan terbesar terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh sebesar 7,92 persen, kemudian diikuti Sektor Jasa-Jasa sebesar 7,40 persen, Sektor Perdagangan, Hotel

 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara dengan sumbangan sebesar 2,56 persen, diikuti sektor jasa-jasa

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan-komunikasi, yakni sebesar 11,4 persen, kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 7,4 persen, sektor

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi, yakni sebesar 10,8 persen, kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 7,1 persen, lalu

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi, yakni sebesar 14,60 persen, kemudian diikuti oleh sektor bangunan sebesar 7,65 persen, sektor listrik, gas,

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan-komunikasi, yakni sebesar 15,65 persen, kemudian diikuti oleh sektor konstruksi sebesar 6,25 persen, sektor

Pada triwulan III-2013 ini, sektor pertanian memberikan sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu 1,12 persen (q-to-q), sektor perdagangan, hotel, dan restoran