Analisis Pengaruh Pemeriksaan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak,
dan Penambahan Jumlah Wajib Pajak Terdaftar terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan Badan Di Lingkungan Kanwil
DJP Jakarta Selatan*
Zakiah Muhammad Syahab
Abstraksi
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis: 1) kondisi Pemeriksaan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, Penambahan Wajib Pajak Badan Terdaftar dan penerimaan pajak penghasilan badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Selatan, dan 2) pengaruh Pemeriksaan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Penambahan Wajib Pajak Badan Terdaftar baik secara simultan maupun secara parsial terhadap penerimaan pajak penghasilan badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu akuntansi khususnya auditing dan pelaporan keuangan. Jenis penelitian adalah deskriptif dan verifikatif, sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus.Teknik penarikan sampel yang
digunakan adalah penentuan objek penelitian dengan menggunakan populasinya, dengan mengambil semua KPP yang berada di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Selatan dengan periode pengamatan yaitu mulai tahun 2004 sampai dengan 2008. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis Jalur.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) Pemeriksaan pajak di setiap KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat secara umum sudah dilakukan sesuai dengan prosedur dan tata cara tindakan pemeriksaan, Kepatuhan Wajib Pajak secara umum masih rendah, dan penambahan jumlah wajib pajak badan terdaftar secara umum juga masih rendah 2) Dalam kurun waktu selama 5 (lima) tahun yaitu tahun 2004 sampai dengan 2008, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Badan di KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat
PENDAHULUAN
Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang penerimaan dalam negeri adalah untuk menggali, mendorong, dan mengembangkan sumber-sumber penerimaan dari dalam negeri agar jumlahnya meningkat sesuai dengan k e b u t u h a n p e m b a n g u n a n . Pertumbuhan populasi dunia usaha di Indonesia yang pesat merupakan indikator peningkatan potensi penerimaan pemerintah dari sektor p a j a k m e s k i p u n b e l u m m e n c e r m i n k a n k o n d i s i y a n g diinginkan. Karena itu kebijaksanaan sektor perpajakan diarahkan untuk mendorong perekonomian.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dalam negeri dari sektor pajak, antara lain dengan merubah sistem pemungutan pajak dari official assessment system
menjadi self assessment system yang mulai diterapkan sejak reformasi sistem perpajakan tahun 1983 yang sangat berpengaruh bagi wajib pajak dengan memberikan kepercayaan k e p a d a w a j i b p a j a k u n t u k menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak
yang seharusnya terutang. Perubahan s i s t e m p e r p a j a k a n t e r s e b u t dimaksudkan untuk menjadikan w a j i b p a j a k s e b a g a i s u b j e k “Mandiri” dalam pemenuhan hak untuk turut serta berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan dan penyederhanaan serta peningkatan efisiensi administrasi di bidang perpajakan. Dalam self assessment system juga mengharuskan wajib paja k untuk s ia p m engha da pi pengujian kepatuhan atas pajak yang dilaporkan, yakni menghadapi pemeriksaan.
Tujuan utama dari dilaksanakannya pemeriksaan pajak adalah untuk menumbuhkan perilaku ke patuhan wajib pa jak da lam memenuhi kewajiban perpajakan (tax compliance) yaitu dengan jalan penegakkan hukum (law enforcement) sehingga akan berdampak pada peningkatkan penerimaan pajak pada KPP yang akan masuk dalam kas negara. Dengan demikian, pemeriksaan pajak merupakan pagar penjaga agar w a j i b p a j a k t e t a p m e m a t u h i kewajibannya.
HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditetapkan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Secara simultan tingkat pemeriksaan pajak, kepatuhan Wajib Pajak dan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar akan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan.
2. Secara parsial tingkat pemeriksaan pajak, kepatuhan Wajib Pajak dan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar akan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan.
METODE PENELITIAN
Dari seluruh KPP Pratama di
dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh langsung dari KPP Pratama di Lingkungan Kanwil DJP Jakarta Selatan untuk tahun pajak 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008 berupa :
1. Data realisasi penerimaan pajak penghasilan badan per tahun mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2008
2. Data realisasi penerimaan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan per tahun mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2008
3. Data realisasi jumlah Wajib Pajak Badan efektif per tahun mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2008
5. Data realisasi penerimaan PPh terutang menurut SPT per tahun mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2008
Variabel dan Pengukuran
Dari 13 KPP tersebut diteliti peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP sebagai v a r i a b e l t e r i k a t ( Y ) d i u k u r berdasarkan perbandingan antara besarnya pajak penghasilan yang terealisasi dengan target pajak penghasilan dalam tahun pajak berjalan yang merupakan skala rasio, tingkat pemeriksaan pajak sebagai v a r i a b e l b e b a s ( X1) d i u k u r
berdasarkan persentase perbandingan jumlah koreksi fiskal dan PPh terutang menurut SPT Tahunan PPh Badan, kepatuhan wajib pajak sebagai variabel bebas (X2) diukur
berdasarkan persentase perbandingan jumlah penyampaian SPT Tahunan wajib pajak badan dengan jumlah wajib pajak badan terdaftar yang merupakan skala rasio, penambahan jumlah wajib pajak terdaftar sebagai v a r i a b e l b e b a s ( X3) d i u k u r
berdasarkan persentase perbandingan
antara penambahan jumlah Wajib Pajak Terdaftar dengan Jumlah Wajib Pajak Badan Efektif.
Alat Analisis
1. Analisis Deskriptif, tabel ya ng be r hubunga n d e nga n permasalahanuntuk
menganalisis, seperti tabel statistik deskriptif (descriptive statistics).
2. Analisis Kuantitatif : a. Uji Normalitas dengan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
b. Uji Asumsi Klasik :
- Uji Multikolinearitas dengan melihat nilai VIF, a p a b i l a V I F > 5 m a k a t e r j a d i g e j a l a multikolinearitas.
-Uji Heteroskedastisitas
X2
P
yx2= 0,264
X3Pyx3= 0,280
Grafik Regresi
melihat penyebaran dari varians residual.
p e n y e b a r a n v a r i a n s residual membentuk pola t e r te n t u m a ka te r ja d i gejala heteroskedastisitas.
- Uji Autokeralasi dengan
melakukan uji Durbin Watson.
3.Analisis Jalur, dengan rumus:
X1
P
yx1= 0,327
Pye
Regresi yaitu melihat penyebaran dari
residual. Jika p e n y e b a r a n v a r i a n s residual membentuk pola t e r te n t u m a ka te r ja d i gejala heteroskedastisitas. Uji Autokeralasi dengan
melakukan uji
Durbin-Analisis Jalur, dengan rumus:
Keterangan :
Y = Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pada KPP
α
= KonstantaX1 = Tingkat Kepatuhan
Wajib Pajak Badan X2= Pemeriksaan Pajak
X3= Paja k Pe ngha silan
Terutang
β
1, β
2,β
3,β
4= Koefesien Regresiε
= Error Y = 0,7338 HASIL PENELITIAN Dari penelitiandihasilkan data yang diolah dengan SPSS 17.0 sebagai berikut :
Y = Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pada KPP
= Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan
= Pemeriksaan Pajak = Paja k Pe ngha silan
= Koefesien
tersebut dihasilkan data yang diolah dengan SPSS 17.0 sebagai berikut :
ANOVAb
Model Sum of Squaresdf Mean Square Sig.
1.980 6.015 7.996 3 6 .660 .099 6.693 .001a a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y
Tabel 1. Hasil Uji F antara variabel- variabel dalam penelitian
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics
Std. Error Beta Tolerance
.279 .140 1.986 .052
.055 .019 .327 2.933 .005 .991 1.009
1.327 .565 .264 2.347 .022 .977 1.023
3.706 1.493 .280 2.483 .016 .969 1.032
a. Dependent Variable: Y
Tabel 2. Hasil Uji t antara variabel- variabel dalam penelitian
PEMBAHASAN
Tabel 1 digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang p e r t a m a , d i m a n a T i n g k a t Pemeriksaan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak dan Penambahan Jumlah Wajib Pajak Terdaftar secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan Pada KPP Pratama di Lingkungan Kanwil DJP Jakarta Selatan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji F yang diketahui bahwa besarnya p-value sebesar 0.001 lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak.
selanjutnya, dimana dengan melihat
coefficients dapat diketahui bahwa nilai signifikan untuk Tingkat Pemeriksaan Wajib Pajak adalah 0.005, nilai tersebut dinyatakan signifikan karena lebih kecil dari alpha 0.05 maka Ho1ditolak, artinya
terdapat pengaruh antara tingkat P e m e r i k s a a n P a j a k t e r h a d a p peningkatan penerimaan pajak pe n gha s ila n ba da n pa da K PP Pratama di Lingkungan Kanwil DJP Jakarta Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel pemeriksaan pajak terhadap variabel penerimaan pajak penghasilan badan adalah searah dimana apabila jumlah p e m e r i k s a a n p a j a k s e m a k i n meningkat maka akan semakin meningkat pula jumlah penerimaan pajak penghasilan badan. Dari p e n j e l a s a n t e r s e b u t d a p a t disimpulkan bahwa hipotesis yang
menyebutkan bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh secara parsial terhadap penerimaan pajak badan pa da Ka ntor Pe la yana n Paja k Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Selatan adalah terbukti. Penelitian ini juga diperkuat oleh Rudiyanto (2006) dan Pabuaran (2005) tentang pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan.
Apabila hasil penelitian ini menunjukkan signifikan, maka variabel ini harus ditangani secara serius oleh DJP dalam hal ini adalah KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Selatan, karena dengan tertanganinya permasalahan pemeriksaan pajak m a k a a k a n m e n i n g k a t k a n penerimaan pajak penghasilan badan. P a d a d a s a r n y a , u p a y a u n t u k m e n i n g k a t k a n p e n e r i m a a n perpajakan tidak hanya dapat
ditempuh melalui kegiatan penyuluhan kepada Wajib Pajak, namun juga dapat dilaksanakan melalui penerapan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan pada tataran operasional bagi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Usaha ya n g di te m p uh da l a m r a ng ka mencapai hal tersebut salah satunya a da la h de n ga n m e la ks a na ka n k e g ia ta n pe m e r i ks a a n pa ja k . Mengingat sampai saat ini, tingkat penerimaan pajak Indonesia sudah memenuhi target dari rencana penerimaan yang direncanakan, upaya pemeriksaan pajak merupakan la ng ka h un tu k m e ni ng ka t ka n pe ne r im a a n pa ja k kh us us n ya
Kepatuhan Wajib Pajak adalah 0,022, nilai tersebut dinyatakan tidak signifikan karena lebih besar dari alpha 0.05 maka Ho2 diterima,
artinya terdapat pengaruh antara keatuhan wajib pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak pe n gha s ila n ba da n pa da K PP Pratama di Lingkungan Kanwil DJP Jakarta Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh antara kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan badan adalah searah dimana apabila kepatuhan Wajib Pajak meningkat maka akan meningkatkan penerimaan pajak penghasilan badan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyebutkan bahwa variabel kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan badan adalah
terbukti. Penelitian ini juga diperkuat o l e h P r a s e t y o ( 1 9 9 9 ) y a n g menyatakan bahwa faktor manusia, faktor law enforcement, dan faktor organisasi mempengaruhi perilaku kepatuhan Wajib Pajak dan pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan penerimaan pajak.
K e p a t u h a n p a j a k p a d a perusahaan-perusahaan di Indonesia masih rendah bila dibandingkan de nga n ne ga ra - ne gar a lain di kawasan Asia, seperti Jepang, Malaysia, dan Singapura. Untuk m er a ngsa ng a ga r wa jib pa ja k mematuhi ketentuan perpajakan diperlukan pendekatan persuasif dengan memberikan kemudahan t e r t e n t u . D e n g a n d e m i k i a n , diharapkan makin banyak wajib pajak yang mematuhi ketentuan perpajakan.
Tabel 2 menunjukkan penambahan wajib pajak terdaftar sebagai variabel bebas bahwa nilai signifikan untuk penambahan wajib pajak terdaftar adalah 0.016, nilai tersebut dinyatakan signifikan karena lebih kecil dari alpha 0.05 maka Ho3
ditolak, artinya terdapat pengaruh antara penambahan wajib pajak terdaftar terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP Pratama di Lingkungan Kanwil DJP Jakarta Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh antara kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan badan adalah searah dimana apabila kepatuhan Wajib Pajak meningkat m a k a a k a n m e n i n g k a t k a n penerimaan pajak penghasilan badan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang m e nye butka n ba hw a va r ia be l
kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh t e r h a d a p p e n e r i m a a n p a j a k penghasilan badan adalah terbukti. Penelitian ini juga diperkuat oleh Prasetyo (1999) yang menyatakan bahwa faktor manusia, faktor law enforcement, dan faktor organisasi mempengaruhi perilaku kepatuhan Wajib Pajak dan pada akhirnya akan be r dam pa k pa da pe ningka ta n penerimaan pajak.
Kepatuhan pajak pada perusahaan-perusahaan di Indonesia masih rendah bila dibandingkan de nga n ne ga ra - ne gar a lain di kawasan Asia, seperti Jepang, Malaysia, dan Singapura. Untuk m er a ngsa ng a ga r wa jib pa ja k mematuhi ketentuan perpajakan diperlukan pendekatan persuasif
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut :
1.Pemeriksaan pajak di setiap KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Selatan secara umum sudah d i l a k u k a n s e s u a i d e n g a n prosedur dan tata cara tindakan pemeriksaan yang rata-rata pelaksanaanya mencapai 64%. Kepatuhan Wajib Pajak secara um um mas ih re ndah yaitu sebesar 22% dan penambahan jum la h wa jib pa jak ba da n terdaftar secara umum juga masih rendah yaitu 1,2%. Dalam kurun waktu selama 5 (lima) tahun yaitu tahun 2004 sampai d e n g a n 2 0 0 8 , j u m l a h penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Badan di KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Selatan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun
peningkatan tersebut belum dicapai secara optimal. Hal ini t e r l i h a t d a r i r e a l i s a s i dibandingkan target penerimaan pajak penghasilan badan. Rata-r a t a p e n e Rata-r i m a a n P a j a k Penghasilan Badan adalah 74%. Perbandingan realisasi dengan target penerimaan PPh Badan tertinggi dicapai oleh KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama dengan rata-rata 117% dan penerimaan terendah dicapai oleh KPP Pratama Jakarta Setia Budi Dua dengan rata-rata 12,4%.
2. Dari ke 3 (tiga) variabel ini m e m b e r i k a n k o n t r i b u s i
6,97% dan disposisi sebesar 0,74% dan penambahan jumlah wajib pajak badan terdaftar sebesar 7,84%. Adapun variabel yang paling besar memberikan kontribusi pengaruh terbesar terhadap penerimaan PPh Badan adalah pemeriksaan pajak.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini disampaikan saran- saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pihak- pihak yang memerlukan khususnya Direktorat Jenderal Pajak dan para peneliti selanjutnya sebagai berikut :
1. Ditjen Pajak hendaknya dapat meningkatkan pengetahuan perpajakan melalui pendidikan formal dan informal terutama dari jenjang Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dan
2. Untuk meningkatkan adanya pengaruh kepatuhan wajib pajak badan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan maka hendaknya Ditjen Pajak melakukan pemeriksaan pajak secara konsisten dan merata, penegakkan hukum yang adildan transparan, dan memberikan kompensasi yang lebih baik kepada wajib pajak.
3. Ditjen Pajak hendaknya melakukan fokus pemeriksaan terhadap wajib pajak badan secara lebih merata karena banyaknya wajib pajak badan yang berusaha untuk menghindar dan menggelapkan pajak agar pemeriksaan pajak dapat meningkatkan penerimaan pajak penghasilan badan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Asri Harahap. 2004.
Paradigma Baru Perpajakan Indonesia : Perspektif Ekonomi-Politik, Integrita Dinamika Press, Jakarta. Adinur Prasetyo. Analisis Terhadap
Faktor-Faktor Dalam Sistem Administrasi Pajak yang
M e m p e n g a r u h i T i n g k a t Kepatuhan Wajib Pajak.
2003. Tesis. Universitas I n d o n e s i a . T i d a k Dipublikasikan.
Arens, Alvin A., Elder, Randel J. and Beasle y, Mar k S. 2005.
Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach, (Tenth Edition), P e a r s o n , P r e n t i c e H a l l International Inc.
Chairuddin Syah Nasution. 2002.
A n a l i s i s P o t e n s i D a n Pertumbuhan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Di Indonesia Periode 1990-2000, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol.7, No.2. Djazoeli Sadani. 2001. Pemeriksaan
d a n P e n y i d i k a n P a j a k, Lokakarya Sasono Mulya Ballroom, Le Meridien Hotel, Jakarta. Gunadi. 2002 Panduan Komprehensif Ketentuan Umum Perpajakan 2000, P e n e r b i t M u l t i U t a m a Consultindo, Jakarta.
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-01/PJ.7/2003, Tentang Kebijakan Pemeriksaan Pajak.
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-05/PJ.7/2004, Tentang Aktivitas Pendukung Pemeriksaan Pajak.
Surrey, Stanley, S & McDaniel, Paul R . 2 0 0 0 . I n t e r n a t i o n a l Aspects of Tax Expenditures: A C o m p a r a t i v e S t u d y. Deventer: Kluwer Law and Taxation Publishers. Page 51–53.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang K e t e n t u a n U m u m Perpajakan.
Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983, sebagaimana telah d i u b a h t e r a k h i r d e n g a n Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008, Tentang Pajak Penghasilan.
Surat Keputusan Menteri Keuangan
R I N o m o r
545/KMK.04/2000, Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak. Wahid Sulaiman. Analisis Regresi
Menggunakan SPSS. Andi Offset. Yogyakarta.
Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. 2003.
P e r p a j a k a n I n d o n e s i a, Jakarta, Penerbit Salemba Empat.
Wirawan B Ilyas dan Richard Burton. 2004. Hukum Pajak. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.