• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies Gigi 1. Pengertian Karies Gigi - Okta Fajar Silviana BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies Gigi 1. Pengertian Karies Gigi - Okta Fajar Silviana BAB II"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karies Gigi

1. Pengertian Karies Gigi

Karies dalam bahasa Indonesia, sebenarnya bukan istilah untuk lubang gigi. Dalam sebuah situs kedokteran gigi dijelaskan bahwa “Karies adalah istilah untuk penyakit infeksi”, dimana karies yang terjadi pada gigi

disebut karies gigi. (Mumpuni, Pratiwi, 2013).

Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Menurut Zelvya (2003) dalam Uji Kawuryan (2008) penyakit gigi dan mulut yang paling banyak terjadi adalah karies gigi. Kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya, sehingga akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala awal suatu penyakit seringkali tidak diperhatikan atau dianggap tidak terlalu penting. Kecenderungan ini juga terjadi pada penyakit gigi termasuk penyakit karies gigi. Karies gigi ini adalah penyakit infeksi yang telah dikenal sejak dulu. Penyakit ini merusak struktur gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Bahkan dapat menyebabkan nyeri, gigi tanggal, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan kematian.

(2)

kariogenik dengan kejadian karies gigi. Mengingat pentingnya fungsi gigi maka sejak dini kesehatan gigi anak-anak perlu diperhatikan. Selain faktor makanan, menggosok gigi juga merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam rangka tindakan pencegahan karies gigi. Walaupun kegiatan menggosok gigi merupakan kegiatan yang sudah umum namun masih ada kekeliruan baik dalam pengertiannya maupun dalam pelaksanaannya (John Besford, 2006).

Karies gigi ini banyak terjadi pada anak-anak karena anak-anak cenderung lebih menyukai makanan manis-manis yang bisa menyebabkan terjadinya karies gigi. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman, tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang mengetahui. Mulut merupakan bagian yang penting dari tubuh kita dan dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin dari kesehatan gigi karena banyak penyakit umum mempunyai gejala-gejala yang dapat dilihat dalam mulut. Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk dan anak lebih banyak makan makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa. Anak-anak umumnya senang gula-gula, apabila anak terlalu banyak makan gula-gula dan jarang membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang mengalami karies (Machfoedz dan Zein, 2005).

(3)

air ludah yang banyak serta konsisitensinya kental, sangat mudah terserang karies. Mikroorganisme penyebab karies adalah bakteri dari jenis

Streptococcus dan Lactobacillus. Makanan yang kariogenik adalah

makanan yang lengket menempel di gigi seperti gula-gula (permen) dan cokelat,dan makanan inilah yang dapat menyebabkan kerusakan pada gigi atau karies gigi (John Besford, 2006).

(4)

sorbrinus adalah bakteri penting dalam perkembangan karies gigi. Kedua bakteri ini siap menghasilkan asam organik dari gula makanan dan seperti kebanyakan bakteri aciduric dapat mensintesis matriks plak yang tidak larut polimer (dextran ekstraselular) dari gula makanan dengan faktor yang membantu kolonisasi bakteri pada permukaan gigi. Pertumbuhan streptokokus ini membutuhkan kehadiran monosakarida difermentasi. Mutans streptokokus invertase membagi sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, yang dapat dimetabolisme untuk menghasilkan terutama laktat tetapi juga lainnya asam termasuk asam asetat dan formiat. Hasilnya rendah pH mengubah ekologi plak. PH rendah dalam plak sangat ideal untuk bakteri aciduric seperti streptococci, lactobacilli dan bifidobacteria karena ini lebih kompetitif pada pH rendah dari bakteri yang tidak terkait dengan karies gigi (Moyhan, P., & Petersen, P.E, 2001).

2. Mekanisme Karies Gigi

(5)

permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat.

Pada karies dentin yang baru mulai yang terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/ tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi.

Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima (Suryawati, 2010).

3. Jenis-Jenis Karies

Ada beberapa jenis karies gigi. Menurut Widya (2008), jenis karies gigi berdasarkan tempat terjadinya:

a. Karies Insipiens

Merupakan karies ringan yang terjadi pada permukaan email gigi (lapisan terluar dan terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat pada email.

b. Karies Superfisialis

(6)

c. Karies Media

Merupakan karies cukup berat yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya terasa sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis.

d. Karies Profunda

Merupakan karies berat yang telah mendekati atau bahkan telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa.Biasanya terasa sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan apapun. Apabila tidak segera diobati dan ditambal maka gigi akan mati, dan untuk perawatan selanjutnya akan lebih lama dibandingkan pada karies-karies lainnya.

4. Klasifikasi Karies

a. Klasifikasi Karies Menurut Dr. G.V. Black

Gambar 2.1 Klasifikasi karies gigi menurut G.V.Black

(7)

1. Kelas I

Karies yang terjadi pada pit dan fissure semua gigi, baik anterior maupun posterior.

2. Kelas II

Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi posterior. Kavitas ini biasa terdapat pada permukaan halus dibawah titik kontak yang sulit dibersihkan. Bentuk lesi pada kelas ini biasanya berbentuk elips.

3. Kelas III

Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi anterior. Karies bisa terjadi pada permukaan mesial atau distal dari incisivus atau kaninus. Bentuk lesi pada kelas ini biasanya berbentuk bulat dan kecil.

4. Kelas IV

Kelas ini merupakan lanjutan dari karies kelas III. Karies yang meluas ke incisal sehingga melemahkan sudut incisal edgenya dan dapat menyebabkan fraktur pada gigi.

5. Kelas V

Karies yang terjadi pada permukaan servikal gigi. Lesi ini bisa terjadi pada permukaan fasial atau labial, namun lebih dominan terjadi pada permukaan fasial gigi. Kavitas pada kelas ini bisa mengenai sementum gigi.

6. Kelas VI

(8)

b. Klasifikasi Karies Menurut G.J. Mount

Menurut G.J. Mount, karies diklasifikasikan berdasarkan lesi yang terjadi pada permukaaan gigi beserta ukuran kavitasnya, yang terdiri atas 3 site, yaitu:

1. Site 1 - Karies pada pit dan fissure di permukaan oklusal gigi anterior maupun posterior.

2. Site 2 - Karies pada permukaan aproksimal gigi anterior maupun posterior.

3. Site 3 - Karies pada 1/3 mahkota dari akar (servikal) sejajar dengan gingiva.

Pembagian 5 ukuran dari kemajuan proses terbentuknya lesi, yaitu: 1. Size 0 - Lesi paling awal yang diidentifikasikan sebagai tahap awal

dari demineralisasi berupa white spot.

2. Size 1 - Kavitas permukaan minimal. Masih dapat disembuhkan dengan peningkatan remineralisasi struktur gigi.

3. Size 2 - Kavitas yang sedikit melibatkan dentin. Kavitas yang terbentuk berukuran sedang dan masih menyisakan struktur email yang didukung dengan baik oleh dentin dan cukup kuat untuk menyokong restorasi.

4. Size 3 - Kavitas yang lebih luas dari size 2. Struktur gigi yang tersisa lemah dan cusp atau incisal edgenya telah rusak sehingga tidak dapat beroklusi dengan baik dan kurang mampu menyokong restorasi. 5. Size 4 - Karies meluas dan hampir semua struktur gigi hilang seperti

(9)

c. Klasifikasi Karies Berdasarkan Kedalamannya Menurut ICDAS, karies terbagi atas 6, yaitu:

1. D1 - Dalam keadaan gigi kering, terlihat lesi putih pada permukaan gigi.

2. D2 - Dalam keadaan gigi basah, sudah terlihat adanya lesi putih pada permukaan gigi.

3. D3 - Terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi.

4. D4 - Lesi email lebih dalam. tampak bayangan gelap dentin atau lesi sudah mencapai bagian dentino enamel Junction (DEJ).

5. D5 - Lesi telah mencapai dentin. 6. D6 - Lesi telah mencapai pulpa.

d. Klasifikasi Karies Berdasarkan Banyaknya Permukaan Gigi yang Mengalami Karies.

1. Karies sederhana

Karies yang hanya terjadi pada satu permukaan saja. 2. Karies Compound

Karies yang terjadi pada dua permukaan. 3. Karies Kompleks

Karies yang terjadi pada tiga permukaan atau lebih (Langlais,2013)

5. Faktor Pembentukan Karies Gigi

(10)

plak yang menempel pada gigi. Plak ini biasanya sangat mudah menempel pada permukaan kunyah gigi, sela-sela gigi, keretakan pada permukaan gigi, dan batasan antara gigi dan gusi. Proses hilangnya mineral dari struktur gigi dinamakan demineralisasi, sedangkan bertambahnya mineral dari struktur gigi dinamakan remineralisasi. Kerusakan gigi terjadi apabila demineralisasi lebih besar dari pada proses remineralisasi.

Asam yang merusak dalam bentuk plak menyerang mineral pada permukaan luar email gigi. Erosi yang ditimbulkan plak akan menciptakan lubang kecil pada permukaan email yang awalnya tidak terlihat. Bila email berhasil ditembus, maka dentin yang lunak dibawahnya dapat terkena. Bila bakteri sampai ke pulpa yang sensitif maka terjadi peradangan pulpa. Pembuluh darah dalam pulpa akan membengkak, sehingga timbul rasa nyeri. (Ramadhan, 2010).

6. Faktor Penyebab Karies Gigi Pada Anak

(11)

7. Tanda dan Gejala Karies Gigi

Tanda awal dari lesi karies adalah bercak putih pada permukaan gigi, ini menunjukkan area demineralisasi enamel, dan dapat berubah menjadi cokelat tapi akhirnya akan berubah menjadi sebuah kavitasi (rongga). Sebuah lesi yang muncul cokelat dan mengkilat menunjukkan karies gigi pernah hadir tapi proses demineralisasi telah berhenti, meninggalkan noda. Sebuah bercak cokelat yang kusam dalam penampilan mungkin tanda karies aktif. Setelah pembusukan melewati email, dentin, yang memiliki bagian-bagian ke saraf gigi, dapat menyebabkan sakit gigi serta linu pada gigi yang berlubang apabila gigi tersebut terkena ransangan dingin, panas, makanan asin dan manis. Rasa sakit dan linu akan menghilang sekitar 1 sampai 2 detik setelah ransangan dihilangkan. Gigi karies juga dapat menyebabkan bau mulut. (Hongini, Aditiawarman, 2012).

Tanda dan gejala karies gigi beraneka ragam, tergantung dari luas, kedalaman, dan juga lokasinya. Ketika karies gigi baru mulai terjadi maka biasanya tidak ada gejala yang menyertai. Namun jika karies gigi mulai merusak gigi, maka ada beberapa tanda dan gejala yang bisa muncul seperti:

a. Sakit gigi. b. Gigi sensitif.

(12)

d. Adanya lubang yang terlihat pada gigi.

e. Adanya bercak kecoklatan, kehitaman atau berwarna putih pada permukaan gigi.

f. Nyeri saat mengunyah makanan.

Karies gigi sudah mulai terbentuk, penting untuk memeriksakan kondisi gigi secara rutin ke dokter. Periksalah secara rutin setiap enam bulan sekali, gunanya untuk deteksi awal dan tindakan penanganan yang tepat. Namun jika mengalami sakit gigi, maka tak perlu mengikuti jadwal rutin, segeralah periksakan diri ke dokter gigi (Mediskus, 2018).

8. Faktor Penyebab Karies Gigi

a. Host (Gigi)

Gigi sebagai tuan rumah untuk hidupnya mikroorganisme yang ada dalam mulut. Sembilan puluh enam persen dari enamel gigi terdiri dari mineral, mineral ini terutama hidroksiapit, akan menjadi larut bila terkena lingkungan asam. Pada gigi produksi saliva memainkan peranan penting terhadap kemungkinan terjadinya karies gigi. Kuman akan menempel pada permukaan gigi dan bagian yang tidak dapat dibersihkan dengan air liur. Jika gigi kesulitan dibersihkan oleh air liur maka bakteri akan diubah menjadi asam yang dapat membentuk lubang kecil pada permukaan gigi.

b. Bakteri

Mulut mengandung berbagai bakteri mulut, tetapi hanya beberapa

(13)

Streptococcus Mutans dan Lactobacillus diantara mereka.

Lactobacillus Acidopilus, Actynomices Piscoccus, Nocardia spp, dan

Streptococcus Mutans yang paling dekat hubungannya dengan karies. Bakteri akan memanfaatkan makanan terutama yang mengandung tinggi gula untuk energi dan menghasilkan asam.

c. Substrat atau makanan

Dalam kehidupan sehari-hari kita makan-makanan yang bermacam-macam.Makanan seperti nasi, sayuran, kacang-kacangan. Selain itu juga jenis makanan yang lengket, lunak, dan mudah terselip di gigi dan sisa makanan yang tertinggal pada permukaan gigi bila tidak segera dibersihkan maka akan menimbulkan bakteri sehingga merusak gigi. Frekuensi makan lebih dari tiga kali sehari, seperti 20 menit 1 kali makan makanan manis sehingga kerusakan gigi akan lebih cepat.

d. Waktu

(14)

9. Proses Pembentukan Karies Gigi

Karies gigi adalah proses kerusakan yang dimulai dari email berlanjut ke dentin. Karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor yang saling memepengaruhi. Terdapat empat etiologi penyebab karies, yaitu host, agent, substrat dan waktu. Faktor tersebut merupakan faktor utama, dimana bila terdapat keempat faktor utama tersebut yang saling berinteraksi dan dalam waktu tertentu maka terjadilah karies. Selain faktor tersebut diatas ada juga beberapa faktor resiko seseorang terkena karies, antara lain penggunaan fluor, oral hygiene, saliva,pola makan, keturunan, ras dan jumlah bakteri.

(15)

Pada kondisi ini proses supersaturasi fisikokimia akan terjadi berulang kali dalam mulut dan akan kecenderungan email untuk mendapatkan Ca dan P dari dalam rongga mulut dalam upaya untuk mengganti elemen yang hilang pada proses demineralisasi. Bila proses tersebut tercapai maka menghasilkan keadaan yang disebut remineralisasi email. Karies sebagai akibat ketidakseimbangan demineralisasi dan remineralisasi yang terjadi pada gigi. Jika gigi dapat dipertahankan kebersihannya dari plak dan konsumsi gula dikurangi, maka proses remineralisasi pada daerah tersebut dapat terjadi dengan adanya deposit kristal dari mineral-mineral yang terdapat pada saliva. Dengan kata lain ada aliran mineral keluar dari gigi. Namun jika lebih banyak kristal mineral yang larut pada suartu bagian permukaan gigi dapat rusak. Apabila hal ini terjadi proses remineralisasi tidak mungkin terjadi dan lubang pada gigi mulai terlihat.

(16)

Waktu berlangsungnya bercak putih menjadi kavitas tergantung pada mulut dan kondisi individu. Biasanya kavitas di dalam email tidak menyebabkan nyeri, email tidak sensitif dalam rangsangan nyeri. Nyeri baru timbul apabila sudah mencapai dentin, dimana dentin memiliki serabut syaraf dan saluran-saluran yang sangat halus, yang rentan terhadap asam yang dihasilkan oleh fermentasi karbohidrat.

Pada tahap akhir adalah saat kerusakan gigi sudah mencapai lapisan email dan dentin kemudian mencapai bagian syaraf ditenggah gigi yaitu pulpa. Sewaktu bakteri dan plak mencapai pulpa, bakteri tersebut menyebarkan infeksi kumannya dan gigi mulai terasa sakit. Rasa sakit itu disebabkan oleh adanya peradangan pada pulpa yang menyebabkan peningkatan tekanan di dalam ruang pulpa. Tekanan tersebut menyebabkan pembuluh darah di dalam pulpa rusak sehingga rasa sakit bertambah. Karies yang timbul sampai pulpa menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.( (Ramadhan, 2010)

10.Pencegahan Karies Gigi Pada Anak

(17)

Usaha – usaha pencegahan karies gigi: a) Penyuluhan diet

Diet merupakan salah satu faktor yang penting dalam melakukan pencegahan karies.Untuk anak–anak dengan masalah karies yang berat, dokter gigi harus mengevaluasi semua faktor etiologi termasuk pola makan dan diet. (Achmad, 2012: 19).

b) Pemberian fluor

Pemberian fluor merupakan hal yang efektif dalam mencegah karies karena kombinasi dalam penggunaannya untuk tujuan yang sama. Tujuan utama pemberian fluor adalah untuk meningkatkan remineralisasi email gigi dan meningkatkan resistensi email terhadap demineralisasi serta menurunkan produksi asam di dalam plak. Tambahan pemberian flour dapat berupa tetes atau tablet.Obat ini biasanya dikumurkan dalam mulut sekitar 30 detik kemudian dibuang.

c) Pemeliharaan oral hygiene

Pemeliharaan oral hygiene sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya karies gigi.Tujuan dari kebersihan mulut adalah untuk meminimalkan penyakit etiologi di mulut. (Achmad, 2010: 20).

d) Penyuluhan kesehatan gigi di sekolah

(18)

terjadinya penyakit gigi dan mulut setelah dilaksankan penyuluhan di sekolah, serta mampu mengambil tindakan yang tepat apabila ada gejala–gejala pada kelainan pada gigi dan mulutnya. Peningkatan pemahaman kesehatan gigi dan mulut siswa dapat diwujudkan dengan mendirikan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Kegiatan dari UKGS meliputi pendidikan, pencegahan, dan pengobatan akan tetapi dapat juga menghadirkan seorang dokter gigi yang melakukan kunjungan rutin ke sekolah tersebut bila diperlukan. (Achmad, 2010).

Menurut Mansjoer (2009), penatalaksanaan pencegahan karies gigi dilakukan dengan:

a. Perawatan mulut

Perawatan mulut dilakukan dengan mempraktekkan instruksi berikut:

1) Sikatlah gigi sekurang – kurangnya dua kali sehari pada waktu – waktu yang tepat yaitu waktu sesudah makan, sebelum tidur, ditambah dengan sesudah bangun tidur. 2) Pilihlah sikat gigi yang berbulu halus, permukaan datar dan

kepala sikat kecil.

3) Gunakan dental gloss (benang gigi) sedikinya satu kali sehari.

(19)

5) Untuk anak yang masih kecil dan belum dapat menggunakan sikat gigi dengan benar, dapat digunakan kain pembersih yang tidak terlalu tipis untuk membersihkan bagian depan dan belakang gigi, gusi serta lidah. Cara mempergunakan yaitu dengan melilitkan pada jari kemudian digosokkan pada gigi.

6) Kunjungi dokter gigi sedikitnya 6 bulan sekali atau bila mengalami pengelupasan gigi, luka oral yang menetap lebih dari dua minggu atau sikat gigi.

b. Diet

Karies dapat dicegah dengan menurunkan jumlah gula dalam makanan yang dikonsumsi.Hindari kebiasaan makan makanan yang merusak gigi (permen, coklat dan lain sebagainya) dan membiasakan mengkonsumsi makanan yang menyehatkan gigi (buah dan sayur).

c. Flouridasi

(20)

11.Penanggulangan Karies Secara Operatif

Anak yang mengalami karies gigi dapat dilakukan beberapa cara antara lain preparasi kavitas danpencabutan gigi. Preparasi kavitas yaitu pengambilan integrasi jaringan secara permanen yang berfungsi untuk menutup lubang pada gigi sehingga sisa-sisa makanan tidak masuk ke dalam lubang yang sulit dijangkau oleh pembersih gigi (Edwiana,2013).

Cara kedua yaitu pencabutan gigi, apabila kerusakan gigi telah mencapai pulpa maka harus dilakukan pengangkatan pulpa atau pencabutan gigi yang rusak. Cara ini dilakukan untuk mencegah terjadinya proses inflamasi pulpa yang mengakibatkan rasa nyeri (Erwana Ferry Agam. (2013).

12.Pencegahan dan Penatalaksanaan

Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya karies gigi (Ramadhan, 2010) antara lain adalah menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung flour, menjaga kebersihan gigi dengan ,menyikat gigi yang benar, fissuresealant atau menutup celah gigi.

Penatalaksanaan karies gigi antara lain : a. Menutup lubang gigi

b. Pencabutan gigi

c. Pulp Coping atau pemberian kalsium hidrogsida untuk mempertebal lapisan dentil

(21)

B. Perilaku Gosok Gigi

1. Perilaku

Perilaku adalah respon atau reaksi individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar atau dari dalam dirinya (Ali, 2010). Pengertian perilaku menurut Skiner dalam (Notoatmodjo, 20010), perilaku kesehatan secara umum adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan.

Becker (1979) dalam (Notoatmodjo, 2007) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan dan membedakan menjadi 3, yaitu:

a. Perilaku hidup sehat (Healthy Behavior)

Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan usaha seseorang untuk meningkatkan kesehatanya, dengan cara: Makan dengan menu seimbang (appropriat diet), olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stres, perilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan.

b. Perilaku sakit (Illness Behavior) Perilaku sakit merupakan respon seseorang terhadap penyakit. Perilaku ini mencakup: pengetahuan mengenai penyebab penyakit, pengobatan penyakit.

c. Perilaku peran sakit (The Sick Role Behavior)

(22)

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi menurut Notoatmodjo (2010) meliputi:

a. Faktor predisposisi

Faktor yang melatar belakangi perubahan perilaku yang memotivasi terbentuknya suatu perilaku. Faktor ini meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, dan nilai.

b. Faktor pendukung

Faktor pendukung adalah faktor yang memfasilitasi perilaku individu atau kelompok termasuk keterampilan. Faktor ini meliputi ketersediaan, keterjangkauan sumber daya pelayanan kesehatan, prioritas dan komitmen masyarakat dan pemerintah dan tindakan yang berkaitan dengan kesehatan.

c. Faktor pendorong

Faktor pendorong adalah faktor yang mendorong sehingga memperkuat terjadinya perilaku. Faktor penguat ini terdiri dari tokoh masyarakat, petugas kesehatan, guru, dan keluarga.

(23)

menggosok gigi, sebaliknya perilaku pemeliharaan kesehatan gigi negatif, misalnya menggosok gigi secara tidak teratur sehingga menyebabkan kesehatan gigi dan mulut menurun dengan dampak antara lain gigi mudah berlubang (Warni, 2009).

Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah seperti menyikat gigi dua kali sehari sesudah sarapan dan sebelum tidur, mengurangi makanan dan minuman yang manis, dan persepsi seseorang mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut tersebut sehingga dapat mendorong seseorang melakukan pemeliharaan gigi dan mulutnya merupakan segala aktivitas dan keputusan seseorang untuk melakukan pencegahan dan deteksi dini terhadap kesehatan gigi dan mulutnya (Delta, 2010). Kebiasaan seseorang yang paling berpengaruh dalam meningkatkan resiko terjadinya karies adalah mengonsumsi makanan dan minuman manis. Terjadinya karies bukan bergantung pada jenis makanan dan minuman manis yang dikonsumsi tetapi bergantung pada frekuensi komsumsi makanan dan minuman manis tersebut (Cobisco, 1995).

C. Gigi

1. Pengertian

(24)

saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi. Namun demikian, gigi merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan.Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan dalam tubuh manusia. (Irma, Intan, 2013).

Manusia mempunyai 2 macam gigi dalam hidupnya yaitu gigi susu (gigi primer) dan gigi tetap (gigi permanen). Gigi susu yaitu gigi yang tumbuh mulai usia 6 bulan yang jumlahnya 20 buah. Sedangkan gigi permanen (sekunder) yaitu gigi yang berangsur–angsur tanggal, berjumlah 32 buah yang terjadi muncul usia 6 tahun sampai 14 tahun. Gigi terakhir (molar 3) akan bererupsi pada masa usia 17 sampai 21 tahun. (Isro’in, Andarmoyo, 2012).

Adapun macam – macam gigi antara lain: 1) Gigi Seri (Incisivus)

Gigi ini letaknya berada di depan, bentuknya seperti pahat dan berfungsi untuk memotong makanan (mastikasi) dan mengiris makanan. Jumlahnya ada 8, dengan pembagian 4 berada di rahang atas dan 4 berada di rahang bawah. Gigi seri susu mulai tumbuh pada bayi usia 4–6 bulan, kemudian diganti dengan gigi seri permanen pada usia 5–6 tahun pada rahang bawah dan pada usia 7–8 tahun pada rahang atas.

2) Gigi Taring (Caninus)

(25)

rongga mulut.Fungsinya adalah untuk mengiris makanan.Jumlahnya ada 4, dengan pembagian 2 ditiap rahang, 1 di kiri dan 1 di kanan. Gigi susu caninus ini diganti dengan gigi caninus permanen pada usia 11– 13 tahun.

3) Gigi Geraham Kecil (Premolar)

Gigi ini jumlahnya 8, dengan pembagian 4 ditiap rahang, 2 di kiri dan 2 di kanan.Gigi ini hanya ada pada gigi dewasa, dan letaknya berada di belakang caninus. Tumbuh pada usia 10–11 tahun dan menggantikan posisi dari gigi molar susu. Bersama gigi molar, gigi ini berfungsi untuk melumatkan makanan.

4) Gigi Geraham (Molar)

Gigi molar susu berjumlah 8 seperti gigi premolar, kemudian lepas pada usia 10–11 tahun dan digantikan oleh gigi premolar. Sedangkan gigi molar permanen tumbuh di belakang gigi premolar setelah gigi molar susu lepas dan digantikan oleh gigi premolar. Jumlah dari gigi molar permanen adalah 12, dengan pembagian 6 di tiap rahang, 3 di tiap sisi kanan dan kiri.

2. Bagian Gigi

Bagian-bagian gigi meliputi :

(26)

b) Dentin, yaitu bagian yang terletak di bawah email, merupakan bagian terbesar dari seluruh gigi. Dentin lebih lunak dari email. Dentin tersusun atas 13,2 % air, 17 % bahan organik, dan 69 % bahan anorganik.

c) Jaringan pulpa, jaringan benak gigi/sum-sum gigi, yaitu jaringan lunak yang terdapat di dalam kamar pulpa/ ruang dan seluruh saluran akar. Jaringan ini terdiri dari jaringan limfe, pembuluh darah arteri/ vena, dan urat syaraf.

d) Sementum, merupakan lapisan terluar pada agar gigi yang membatasi gigi dengan jaringan pendukungnya. Bahan anorganik pada sementum sama dengan tulang 40 %. Bila terjadi rangsangan, dan pada sisi berlawanan terbentuk sementum baru. Fungsi sementum adalah sebagai pelindung gigi pada bagian akar, sebagai penyangga gigi terdapat jaringan pendukung disekitarnya dan memberi nutrisi utama pada gigi (Donna Pratiwi,2007).

3. Periode Pertumbuhan Gigi

Gigi manusia tumbuh di 3 periode gigi: a) Periode gigi susu

(27)

b) Periode gigi bercampur

Ditandai dengan keadaan dimana gigi susu mulai tanggal dan gigi tetap mulai tumbuh. Dalam kondisi gigi baik (tidak berlubang) gigi susu akan tanggal dengan sendirinya mulai usia 5-6 tahun, diikuti pertumbuhan gigi tetapnya mulai usia 6-7 tahun. Pada periode ini sering terjadi gingsul atau kesundulan dalam bahasa Jawa, diakibatkan gigi susu sudah saatnya tanggal, namun gigi tersebut masih kuat, dan gigi tetapnya sudah tumbuh, dalam bahasa kedokteran gigi disebut prolong retention decidui. Selain itu, kondisi yang sering muncul adalah gigi susu sudah tanggal sebelum waktunya, namun gigi tetap tidak kunjung tumbuh atau disebut premature loss decidui , hal ini disebabkan gigi tetap yang tumbuh kehilangan arahnya untuk erupsi. Kesehatan gigi susu haruslah sangat diperhatikan, karena tidak sehatnya gigi susu dapat menyebabkan pertumbuhan gigi tetap menjadi tidak beraturan. Gigi tetap tumbuh dengan gigi susu sebagai arah pertumbuhannya.

c) Periode gigi tetap

(28)

gigi, benturan, trauma, dan harus dilakukan pencabutan, gigi tetap ini tidak akan ada gigi penggantinya yang akan tumbuh. Untuk mengatasi masalah ini hanya dapat dilakukan perawatan ortodontik untuk dapat merapikan gigi-gigi yang tidak rapi dan prostetik yaitu mengganti dengan gigi tiruan (Permatasi Indah, 2014).

4. Karakteristik Gigi Anak Usia Sekolah

Secara fisiologis, gigi sulung atau gigi susu akan tanggal pada usia sekitar 6-7 tahun, dimana pada umur tersebut anak-anak rerata sudah berada dikelas 1 sekolah dasar. Gigi susu yang tanggal tersebut akan digantikan gigi tetap dengan urutan tumbuh, yaitu gigi seri bawah, gigi seri atas, gigi taring bawah, gigi geraham kecil bawah, gigi geraham kecil atas, gigi geraham besar bawah, gigi geraham besar atas, dan terakhir gigi taring atas. Sekitar usia 14-15 tahun, semua gigi susu telah tanggal dan semua gigi yang ada dalam mulut adalah gigi tetap. Satu hal yang perlu diketahui orang tua bahwa tumbuhnya gigi geraham besar bawah dan atas pertama itu tidak menggantikan gigi susu manapun. Gigi geraham ini tumbuh secara diam-diam. Karena karakteristik tumbuhnya yang diam-diam, biasanya gigi geraham ini rawan sekali terjadi kerusakan dan sering kali harus dikorbankan dengan cara dicabut (Hamada, 2008).

(29)

mulut anaknya. Orang tua perlu mengajarkan cara gosok gigi yang benar, memfasilitasi perawatan gigi pada anak, memberikan makanan yang tepat dan bergizi, serta membawa anaknya melakukan pemeriksaan gigi ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali. Apabila anak sudah dibiasakan melakukan perawatan gigi dan mulut yang baik dan benar sejak usia sekolah, maka diharapkan dapat terbentuk pola perilaku perawatan kesehatan gigi dan mulut yang baik dalam kehidupan anak (Suryawati, 2010).

5. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi

Kesehatan gigi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : a. Gizi makanan

Perlu kita ketahui bahwa benih gigi sudah terbentuk waktu janin (embrio) berusia ½ bulan dalam kandungan. Makanan-makanan ini sudah tercakup dalam empat sehat lima sempurna (Palupi, 2005). b. Pengaruh selama pembentukan gigi

Zat kapur merupakan bahan utama dalam pembentukan enamel, di samping vitamin C, D dan lain-lain (Palupi, 2005).

c. Bila gigi sudah tumbuh

(30)

d. Jenis makanan

Makanan yang mudah lengket dan menempel digigit seperti permen dan coklat, makanan ini sangat disukai oleh anak anak.dan tanpa disadari dapat mengakibatkan gangguan. Makanan tadi mudah tertinggal dan melekat pada gigi, sehingga bila terlalu sering dan lama, maka berakibat tidak baik. Makanan yang manis dan lengket tersebut akan bereaksi di mulut dan asam yang merusak email gigi (Asmawati, 2007).

e. Kebersihan gigi

Kebiasaan dan perilaku membersihkan gigi sangat mempengaruhi kebersihan gigi, dan kebersihan gigi sangat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut secara umum (Asmawati, 2007).

f. Kepekatan air ludah

Pada orang-orang yang mempunyai air ludah sangat pekat dan sedikit akan lebih mudah giginya menjadi berlubang dibandingkan dengan air ludah yang encer dan banyak, sebab pada orang yang berair ludah pekat dan sedikit maka sisa makanan akan mudah menempel pada permukaan gigi (Asmawati, 2007).

6. Ciri-Ciri Gigi yang Sehat

(31)

Menurut WHO, gigi dan mulut dikatakan sehat apabila :

a. Gigi berwarna putih kekuningan dengan mahkota gigi utuh, b. Leher gigi tidak kelihatan,

c. Kondisi gusi dan mukosa mulut sehat, dan

d. Tidak ada keluhan sakit dan bau mulut (PDGI, 2009).

D. Makanan Kariogenik

1. Pengertian Makanan Kariogenik

Menurut Setiowati dan Furqnita (2007) makanan kariogenik adalah makanan manis yang lengket yang dapat menyebabkan karies gigi.

2. Jenis Makanan Kariogenik

Delapan jenis makanan dan minuman yang dapat merusak gigi adalah sebagai berikut:

a. Kopi

Kopi telah menjadi minuman favorit bagi kebanyakan orang. Namun, kopi ternyata memiliki kandungan asam yang sangat tinggi. Jika mengonsumsinya secara berlebihan, tidak hanya dapat membuat lambung menjadi sakit, gigipun bisa menjadi rusak.

b. Buah-Buahan Asam

(32)

c. Minuman Soda

Minuman soda memiliki kandungan asam yang tinggi sehingga dapat merusak gigi.

d. Cuka dan Yogurt

Cuka dan yogurt memiliki kandungan asam tinggi yang dapat merusak gigi. Karena itu, sangat tidak dianjurkan untuk mengonsumsi dua makanan tersebut secara berlebihan.

e. Roti, Biskuit, Keripik dan Buah kering

Roti, biskuit, keripik serta buah kering adalah makanan yang menjadi lengket di gigi setelah dikonsumsi. Karena itu, jika tidak lekas dibersihkan, bisa menimbulkan karang gigi. Selain itu, makanan-makanan tersebut merupakan karbohidrat olahan yang dapat memecah diri menjadi gula dengan cepat. Kemudian, bakteri memakan gula tersebut sehingga menghasilkan asam yang menyebabkan erosi enamel dan kerusakan gigi.

f. Es

Minuman yang terlalu dingin atau es dapat membuat gigi menjadi sensitif. Terlebih lagi bagi yang memiliki kebiasaan mengunyah es batu, akan membuat gigi menjadi rentan goyah dan juga dapat merusak lapisan enamel gigi.

g. Minuman Isotonik

(33)

h. Permen

(34)

lebih dari 3 kali sehari. Ada banyak macam makanan yang dijual bebas sebagai makanan cemilan, akan tetapi ada jenis makanan tertentu yang dapat menyebabkan karies gigi makanan manis yang banyak mengandung gula atau sukrosa. Makanan-makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi seperti: permen, coklat, biskuit dan lain sebagainya. Gula adalah istilah umum untuk karbohidrat yang punya sifat khas misalnya larut dalam air dan manis. Dalam arti sempit disebut sukrosa akan tetapi dalam arti luas merupakan monosakarida dan disakarida yakni: glukosa atau gula tebu atau gula pasir, maltose atau gula gandum, fruktosa atau gula buah bisa juga terdapat dalam madu, laktosa atau gula susu dan gula inverse atau campuran 50:50 glukosa dan fruktosa yang diperoleh dari hidrolisis sukrosa, tingkat kemanisan gula inverse ini 130% lebih tinggi dibandingkan dengan sukrosa (Tarigan, 2013).

Menurut Sutrisna dan Rizal (2007) jika tingkat kemanisan sukrosa diberi angka 100 makan kandungan masing-masing tingkat kemanisan gula adalah sebagai berikut:

Table 2.1 Tingkat kemanisan gula

No. Jenis Gula Tingkat kemanisan

1. Fruktosa 173

2. Gula inverse 130

3. Sukrosa 100

4. Glukosa 74

5. Maltose 33

(35)

Percobaan pada tikus tahun 1954 yakni dengan memberikan beberapa makanan yang mengandung sukrosa, fruktosa, maltose, glukosa, laktosa dan galaktosa pada hewan yang berbeda. Pada percobaan ini hewan tersebut mengalami karies. Semua makanan tersebut dapat menyebabkan karies gigi, akan tetapi yang paling kariogenik adalah fruktosa. Akan tetapi sintesa polisakarida dari sukrosa lebih cepat dibandingkan glukosa, fruktosa dan laktosa. Oleh karena itu sukrosa merupakan gula kariogenik yang paling berperan dalam pembentukan karies gigi, walaupun gula yang lainya juga berbahaya. Dan oleh karena sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi maka gula jenis sukrosa ini penyebab karies paling utama (Edwina dan Sally, 2004).

3. Kariogenitas suatu makanan tergantung dari :

a. Bentuk Fisik

Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya karies dibanding bentuk fisik lain, karbohidrat seperti ini misalnya kue-kue, roti, es krim, susu, permen dan lain-lain. Dalam percobaan in

vitro bahwa susu kental lebih menyebabkan demineralisasi

(36)

mengencerkan serta menetralisasi zat-zat asam yang ada. Makanan berserat menimbulkan efek seperti sikat dan tidak melekat pada gigi. Titik-titik positif pada buah segar adalah kadar vitamin, kadar mineral, kaya akan serabut kasar dan air serta sifat-sifat yang merangsang fungsi pengunyahan dan sekresi ludah. Buah yang mempunyai sifat sebagi pembersih alami seperti apel, benkoang, pir, jeruk.

b. Jenis

Pada umumnya para ahli sependapat bahwa karbohidrat yang berhubungan dengan proses karies adalah polisakarida, disakarida, monosakarida dan sukrosa terutama mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme asidogenik dibanding karbohidrat lain. Sukrosa dimetabolisme dengan cepat untuk menghasilkan zat-zat asam. Makanan manis dan penambahan gula dalam minuman seperti air teh atau kopi bukan merupakan satu-satunya sukrosa dalam diet seseorang.

c. Frekuensi Konsumsi

Frekuensi makan dan minuman tidak hanya menentukan timbulnya erosi tetapi juga kerusakan karies. Intake gula harian lebih besar korelasinya dibanding dengan frekuensi makan gula. Hubungan gula dalam snack dengan karies lebih besar dari total diet karena snack

(37)

1) Komposisi gula yang meningkat akan meningkatkan aktivitas karies.

2) Kemampuan gula dalam menimbulkan karies akan bertambah jika dikonsumsi dalam bentuk yang lengket.

3) Aktivitas karies juga meningkat jika jumlah konsumsi makan makanan yang manis dan lengket ditingkatkan.

4) Aktivitas karies akan menurun jika ada variasi makanan.

5) Karies akan menurun jika menghilangkan kebiasaan makanmakanan manis yang lengket dari bahan makanan. (Edwina dan Sally, 2004)

E. Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berada pada usia-usia sekolah dasar. Masa usia sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 hingga kira-kira usia 12 tahun. Karakteristik utama usia sekolah adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, diantaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam

kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik (Wong, 2009).

(38)

berusaha untuk dapat membuat sesuatu sebaik-baiknya, ingin sempurna dalam segala hal.Pada masa ini anak menjalani sebagian besar dari kehidupannya di sekolah yaitu di Sekolah Dasar.pada masa ini dikatakan pula sebagai masa

konsolidasi. Masa usia sekolah dasar sering pula disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian sekolah. Pada masa keserasian sekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik dari pada sebelumnya dan sesudahnya. Masa ini dapat dirinci lagi menjadi 2 fase, yaitu masa kelas-kelas rendah sekolah dasar kira-kira umur 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun, dan masa kela-kelas tinggi sekolah dasar kira-kira umur 9 tahun 10 tahun sampai kira-kira umur 12 atau 13 tahun (Wong,2009).

F. Tindakan

Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang telah di ketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekan. Suatu sikap belum otomatis tewujud dalam suatu tindakan. Agar terwujud sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain (Notoatmodjo, 2010).

Tindakan terdiri dari beberapa tingkat (Notoatmodjo 2010), yaitu :

1. Presepsi, yaitu mekanisme mengenal dan memilih berbagai objek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon Terpimpin, yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

(39)

4. Adopsi, Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu telah dimodifikasikan tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut

G. Menggosok Gigi

1. Pengertian menggosok gigi

Menggosok gigi atau menyikat gigi adalah membersihkan gigi dari partikel makanan, plak, bakteri, dan mengurangi ketidaknyamanan dari bau dan rasa yang tidak nyaman.Kebiasaan menyikat gigi merupakan suatu kegiatan atau rutinitas dalam hal membersihkan gigi dari sisa–sisa makanan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut (Tamrin, Afrida, Jamaluddin, 2014).

2. Waktu menggosok gigi

(40)

3. Lamanya Menggosok Gigi

Biasanya rata-rata lama menyikat gigi adalah kira-kira 1 menit.Lamanya seseorang menyikat gigi dianjurkan minimal 5 menit, tetapi umumnya orang menyikat gigi maksimum selama 2-3 menit. Penentuan waktu ini tidak sama pada setiap orang terutama pada orang yang sangat memerlukan program kontrol plak. Bila menyikat gigi dilakukan dalam waktu yang singkat, maka hasilnya tidak begitu baik daripada bila menyikat gigi dilakukan dalam waktu yang lebih lama, mengingat banyaknya permukaan gigi yang harus dibersihkan. (Panjaitan,1995).

4. Manfaat Menggosok Gigi

Manfaat menggosok gigi adalah sebagai berikut: 1) Gigi menjadi bersih dan sehat.

2) Mencegah timbulnya caries atau karang gigi, lubang gigi dan penyakit lainnya.

3) Memberikan perasaan segar dalam mulut.

4) Mencegah bau nafas tidak sedap. (Ariningrum, 2000)

5. Frekuensi menggosok gigi

(41)

menempel pada gigi. Penelitian menunjukkan bahwa jika semua plak dibersihkan dengan cermat tiap 48 jam,penyakit gusi pada kebanyakan orang dapat dikendalikan. Tetapi untuk kerusakan gigi harus lebih sering lagi. Banyak para ahli berpendapat bahwa menyikat gigi 2 kali sehari sudah cukup (Ariningrum, 2000).

Kebiasaan menggosok gigi adalah hal yang penting dalam Islam karena Islam sangat menekankan pentingnya menjaga kebersihan.Mulai dari hal yang sederhana sampai yang sangat serius,sebut saja anjuran yang disunahkan untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi. Hal ini terdapat dalam hadits riwayat Bukhari dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya: ” Jika aku tidak menjadikan berat umatku, maka sungguh aku perintahkan bersiwak (menggosok gigi) setiap hendak

shalat”. (HR Bukhari). Imam Syafi’ii r.a mengatakan: “Dalam hadits

tersebut ada dalil bahwa siwak tidaklah wajib. Seseorang diberi pilihan. Karena jika hukumnya wajib niscaya Rasulullah S.A.W akan memerintahkan mereka baik mereka merasa berat ataupun tidak”.

Kekhawatiran memberatkan umat merupakan sebab yang mencegah Nabi S.A.W untuk mewajibkan bersiwak ini.

(42)

hadits yang berbicara tentang siwak sehingga Ibnul Mulaqqin r.a dalam Al Badrul Munir mengatakan: “Telah disebutkan dalam maalah siwak lebih dari seratus hadits ” Oleh karena perkara bersiwak ini disenangi oleh Rasul

kita yang mulia S.A.W dan tidak pernah beliau tinggalkan sampai menjelang ajal sementara kita diperintah dlm Al-Qur`an untuk menjadikan beliau sebagai contoh suri teladan maka pembahasan tentang siwak tidak patut kita abaikan. Ditambah lagi bersiwak ini termasuk sunnah wudhu dan termasuk thaharah yang kita dianjurkan utk melakukannya. Rasulullah S.A.W pernah melihat sebagian sahabatnya yang mengabaikan kebersihan gigi mereka, sehingga warnanya menguning. Rasulullah S.A.W berkata kepada mereka: “Ada apa dengan kalian ketika menghadapku dengan gigi

yang kuning? Bersiwaklah semoga Allah merahmati kalian.” Dan dalam

hadits yang diriwayatkan Aisyah r.ah yang berkata bahwa Nabi bersabda artinya: ”Bersiwak membersihkan mulut ,diridhai oleh Tuhan.” (H.R

Imam Ahmad, Ibnu Huzaimah, Ath Thabrani, An Nasa’i)./

6. Pemilihan Sikat Gigi

(43)

7. Pemilihan Pasta Gigi

Ketika menggosok gigi, ada alat bantu lain yang diperlukan yaitu pasta gigi, yang berfungsi membersihkan dan memoles permukaan gigi serta membuat nafas menjadi segar. Saat ini, banyak ditemukan berbagai macam merk pasta gigi dengan berbagai warna dan rasa. Dalam pasta gigi terkandung zat-zat sebagai berikut :

a. Bahan detergen, yang membuat pasta gigi berbuih ketika menggosok gigi.

b. Bahan Abrasif, zat yang berperan membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi.

c. Bahan cair, zat yang membuat pasta gigi ketika menggosok gigi

d. Bahan padat, zat yang membuat pasta gigi menjadi padat lunak sebelum digunakan

e. Bahan pemberi rasa dan pengharum, sebagai penyegar

f. Bahan penguat gigi, zat yang berfungsi sebagai therapeutic / pengobatan seperti penambahan Flour dan zat lain (John Besford,2006).

8. Tata Cara Menggosok Gigi

(44)

a. Teknik penyikatan gigi yang dipakai sedapat mungkin membersihkan semua permukaan gigi dan gusi serta dapat menjangkau daerah saku gusi (antara gigi dan gusi) serta daerah interdental (daerah diantara 2 gigi).

b. Pergerakan sikat gigi tidak boleh menyebabkan kerusakan jaringan gusi dan abrasi gusi .

c. Teknik penyikatan harus sederhana, tepat, efisien dalam waktu serta efektif.Menyikat gigi dengan arah yang tidak benar dengan tekanan yang terlalu keras dapat menyebabkan ausnya gigi serta turunnya gusi (resesi gusi) (Ariningrum, 2000).

Penerapan cara menggosok gigi yang benar sama pentingnya dengan memeriksakan diri ke dokter gigi secara teratur. Menurut Soegeng Santoso (2009), cara menggosok gigi yang benar adalah sebagai berikut :

1) Menggosok gigi rahang bawah

Cara meletakkan sikat gigi: Tangkai sikat gigi diletakkan sejajar dengan dataran pengunyah. Perhatikan ujung-ujung bulu sikat terletak pada perbatasan gigi dengan gusi. Sikat gigi kemudian dimiringkan sedikit sehingga bulu sikat terarah pada perbatasan gigi dengan gusi. 2) Menggosok permukaan gusi yang menghadap ke pipi/bibir

(45)

dengan memperhatikan letak sikat gigi. Gosoklah gigi dengan arah bawah ke atas.

3) Menggosok permukaan gigi yang menghadap ke lidah Pegang sikat gigi dengan posisi horisontal dan gerakkan ke depan dan ke belakang secara bergantaian.

4) Menggosok dataran pengunyah dari gigi-gigi rahang atas maupun bawah digosok dengan maju mundur

(46)

H. Kerangka Teori Penelitian

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Sumber : Notoatmodjo (2003), Setiowati & Furqnita (2007), Hongini &

Aditiawarman (2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi meliputi:

a. Faktor perilaku terhadap

predisposisi (yang meliputi

pengetahuan, sikap, keyakinan, dan nilai)

Penyebab karies gigi : a. Host (Gigi dan

Saliva) b. Mikroorgani

sme/bakteri

Streptococc

us Mutan

dan Lactobacillu s c. Substrat atau makanan d. Waktu (lamanya makanan manis yang menempel digigi dalam beberapa hari, minggu,mel ainkan dalam bulan dan tahunan. Karies gigi Konsumsi Makanan Kariogenik (permen, coklat, es, aromanis, biskui, kue,snack,cu ka) b. Faktor pendukung

(yang meliputi ketersediaan, keterjangkauan sumber daya pelayanan kesehatan, prioritas dan komitmen masyarakat dan pemerintah dan tindakan yang berkaitan dengan kesehatan.

(47)

I. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.4 Kerangka Konsep penelitian

J. Hipotesis

Ha (Hipotesis alternatif): Ada hubungan Perilaku Menggosok Gigi dan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi pada Siswa Kelas Satu di SDN Wiradadi Kecamatan Sokaraja.

Ho (Hipotesis nihil/nol) : Tidak ada hubungan Perilaku Menggosok Gigi dan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi pada Siswa Kelas Satu di SDN Wiradadi Kecamatan Sokaraja.

Perilaku menggosok gigi

Karies gigi

Gambar

Gambar 2.1 Klasifikasi karies gigi menurut G.V.Black
Table 2.1 Tingkat kemanisan gula
Gambar 2.2 Cara Menggosok Gigi
Gambar 2.3 Kerangka Teori
+2

Referensi

Dokumen terkait

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di

Anak usia sekolah adalah anak yang berumur 6 – 12 tahun yang masih sekolah pada tingkat sekoah dasar (SD), anak usia sekolah sangat rentan terkena karies gigi

berasal dari susu sapi maupun susu formula; sehingga yang penting.. adalah bukan berapa banyak kandungan zat nutrisi di dalam suatu.. makanan bayi, tetapi berapa persen

Gangguan panik merupakan suatu gagasan cemas yang ditandai dengan kecemasan yang spontan dan episodik. Gangguan ini lebih sering dialami wanita daripada pria. Perempuan

dengan keadaan dalam kehamilan pada waktu ini .buah dada.. belum mengandung susu

minggu saja yang ditandai dengan penurunan berat badan yang cepat.Keadaan yang diakibatkan oleh kekurangan zat gizi sering disebut dengan istilah gizi kurang atau gizi

Seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang penumpatan karies gigi yang baik diharapkan dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan penumpaan pada karies gigi

Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting susu, selanjutnya