ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN TERMOREGULASI: HIPERTERMI PADA TN. J DI RUANG DAHLIA
RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh: ANNA SEPTI RUSDIAN
A01301724
iv Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTI, Juli 2016
Anna Septi Rusdian1, Bambang Utoyo2,S,Kep, Ners M.Kep
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN TERMOREGULASI : HIPERTERMI PADA TN. J DI RUANG DAHLIA
RSUD dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
Latar belakang: Kebutuhan termoregulasi: hipertermi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang perlu dipenuhi, karena jika tidak dipenuhi akan terjadi komplikasi yang dapat terjadi yaitu dehidrasi, kekurangan oksigen, demam di atas 420C, dan kejang demam, hingga kematian.
Tujuan : penulisan karya ilmiah yaitu memperoleh gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan termoregulasi: hipertermi pada Tn. J di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
Pembahasan : masalah keperawatan yang muncul adalah hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi. Intervensi dan implementasi yaitu memonitor TTV, TD 120/70 mmHg, suhu 38,70C , RR 19x/menit, N 89x/menit, memberikan kompres hangat, melakukan injeksi ranitidin, ciprofloxacin.
Hasil evaluasi keperawatan untuk diagnosa hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi sudah teratasi.
Kata kunci:asuhan keperawatan kebutuhan termoregulasi, hipertermi
v
DIPLOMA III OF NURSING PROGRAM
MUHAMMADIYAH HEALTH SCIENCE INSTITUTE OF GOMBONG Nursing Care Report, July 2016
Anna Septi Rusdian1, Bambang Utoyo2,S,Kep, Ners M.Kep
ABSTRACT
NURSING CARE OF FULFILLING THERMOREGULATION NEED (HYPERTERMIA) TO Mr. J AT DAHLIA WARD, Dr. SOEDIRMAN STATE
HOSPITAL OF KEBUMEN
Background: Thermoregulation need of hyperthermia is one of the basic human needs needed to fulfill. Complications may occur if it is not handled very well. They are dehydration, lack of oxygen, fever above 420C, febrile seizures, and finally death.
Objective: to describe nursing care of fulfilling thermoregulation need (hypertermia) to Mr. J At Dahlia Ward, Dr. Soedirman State Hospital of Kebumen.
Discussions: The main nursing diagnosis was hyperthermia associated with infection process by salmonella thypi. Interventions and implementations were monitoring vital signs: blood pressure (BP) 120/70 mmHg , temperature 38,70C , respiration rate (RR) 19 tpm, pulse 89 bpm; providing warm compress, injection of ranitidine and ciprofloxacin.
Results: The evaluation showed that the nursing diagnose above had been successfuly resolved.
Keywords:nursing care, thermoregulation need, hyperthermia
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil Alamin, Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat meneyelesaikan laporan akhir komprehensif dengan judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Termoregulasi: Hipertermi pada Tn. J di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen”.
Adapun maksud dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Pendidikan Diploma III keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong. Penyusunan laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan semua pihak. Oleh karena melalui kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Madkhan Anis M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
2. Bapak Sawiji, S.Kep., Ns., M.Sc. selaku Ketua Prodi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong. 3. Bapak Bambang Utoyo, M.Kep., Ns. selaku Dosen Pembimbing KTI.
4. Bapak Wawan Kurniawan, S.Kep.Ns dan Bapak Hari Cahyono, S.Kep.Ns, di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen yang telah rendah hati membantu penulis dalam memberikan bimbingannya dalam ujian komprehensif.
5. Ibu Tumiarti tersayang dengan segala usaha, pengorbanan serta doa yang selalu engkau panjatkan tanpa henti dan adikku tersayang Dicky Alfian yang membuatku semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. 6. Kakek Timan dan Nenek Juminten tersayang yang sudah membesarkan saya
vii
7. Kakek Toyo, Tante Sri Munarsih dan Tante Supiyah S.Pd yang telah memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. 8. Teman-teman seperjuangan mba fitrianingsih dan sahabat yang telah banyak
memberi motivasi.
Penulis menyadari betul bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan diperbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dikemudian hari. Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberi manfaat kepada pembacanya dan khususnya kepada diri saya pribadi serta dapat menjadi masukan kepada semua pihak.
Gombong 02 Agustus 2016
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii
ABSTRAK ... iv-v KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Tujuan Penulisan ... 4
C. Manfaat Penulisan ... 5
BAB II KONSEP DASAR ... 6
A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Termoregulasi... 6
B. Konsep Dasar Inovasi melalui pemberian minuman jahe... 12
BAB III RESUME KEPERAWATAN... 15
A. Pengkajian ... 15
B. Analisa Data ... 16
C. Intervensi, Implementasi, Evaluasi ... 18
BAB IV PEMBAHASAN ... 19
A. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi ... 19
B. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ... 22
C. Analisa tindakan... 24
BAB V PENUTUP ... 28
A. KESIMPULAN ... 29
B. SARAN ... 30 DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hipertermi yaitu kondisi kegagalan pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
akibat ketidakmampuan tubuh melepaskan / mengeluarkan panas (misal pada heat stroke) atau produksi panas yang berlebihan oleh tubuh dengan pelepasan panas dalam laju yang normal. Hipertermia berhubungan ketika sistem kontrol suhu normal
tubuh tidak dapat secara efektif mengatur suhu internal. Biasanya, pada suhu tinggi
tubuh akan mendinginkan melalui penguapan keringat. Namun, dalam kondisi
tertentu (suhu udara di atas 950F atau 350C dan dengan kelembaban yang tinggi), mekanisme pendinginan ini menjadi kurang efektif. Ketika kelembaban udara tinggi,
keringat tidak akan menguap dengan cepat, mencegah tubuh dari melepaskan panas
dengan cepat. Selanjutnya, tanpa asupan cairan yang cukup, kehilangan cairan yang
berlebihan dan ketidakseimbangan elektrolit juga dapat terjadi menyebabkan
dehidrasi. Dalam kasus tersebut, suhu tubuh seseorang meningkat cepat. Suhu tubuh
yang sangat tinggi dapat merusak otak dan organ vital lainnya (Librianty, 2014).
Hipertermi dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek
perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam disebut
pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein , pecahan protein , dan zat lain.
Terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang
dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan
sakit (Gussastrawan, 2014). Dampak hiperterima yaitu mengalami kelesuhan
(lethargy), mengantuk, dan depresi. Bisa juga timbul kebingungan, rasa bermusuhan
atau gejala intoksikasi. Apabila terjadi dehidrasi dapat menyebabkan mual, muntah,
pusing kepala dan tekanan darah menurun. Hal ini berakibat pusing atau bahkan
2
mengalami kejang. Pada akhirnya organ tubuh dapat gagal sehingga berakibat tidak
sadar bahkan kematian (Mutriningsih, 2013).
Secara garis besar terdapat dua penyebab hipertermia yaitu hipertermia
noninfeksi adalah hipertermia yang bukan disebabkan masuknya bibit penyakit ke
dalam tubuh, contohnya karena stress. Sedangkan hipertermia infeksi adalah
hipertermia yang disebabkan oleh masuknya pathogen misalnya kuman, bakteri atau
virus (Mutriningsih, 2013). Salah satu kasus hipertermia yang disebabkan oleh infeksi
yaitu demam tifoid (typhoid fever). Jenis penyakit yang berkaitan dengan demam karena adanya infeksi bakteri yang menyebar ke seluruh tubuh dan mempengaruhi
banyak organ. Tanpa pengobatan yang tepat maka penyakit ini dapat menyebabkan
komplikasi serius dan bisa berakibat fatal. Orang awan menyebutnya dengan demam
tifus atau tipes, disebabkan oleh bakteri yang disebut Salmonella typhi, juga
berhubungan dengan bakteri yang menyebabkan keracunan makanan salmonella
(Jevuska, 2012).
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yakni dikenal dengan 5 F yaitu : food (makanan), fingers (jari tangan), fomitus (Muntah), fly
(lalat), dan feces. Kuman salmonella masuk bersama makanan/minuman. Setelah berada dalam usus halus kemudian mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus
(teutama Plak Peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan
peradangan dan nekrose setempat, kuman lewat pembuluh limfe masuk ke aliran
darah (terjadi bakteremi primer) menuju ke organ-organ terutama hati dan limfa.
Kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak dalam hati dan limfa sehingga
organ tersebut membesar disertai nyeri pada perabaan (Listiaferdinand, 2012).
Angka kejadian typhoid menurut WHO (2012) di seluruh dunia mencapai 17 juta kasus. Data surveilans saat ini memperkirakan di Indonesia ada 600.000 – 1,3 juta kasus tiap tahunnya dengan lebih dari 20.000 kematian. Rata- rata di Indonesia,
orang yang berusia 3-19 tahun memberikan angka sebesar 91% terhadap kasus
3
pada tahun 2015-2016 sebanyak 817 kasus, dan di bangsal Dahlia sendiri sebanyak
370 kasus (Data laporan RSUD Dr. Soedirman Kebumen, 2016).
Hipertermi pada kasus demam typhoid memperlukan penanganan serius, khususnya pada penanganan masalah keperawatan kebutuhan termoregulasi. Hal ini
karena dampak tidak dilakukan penanganan dengan baik dan benar akan terjadi
komplikasi yang dapat terjadi yaitu dehidrasi, kekurangan oksigen, demam di atas
420C, dan kejang demam (Sarasvati, 2010 dikutip oleh Aroem, 212). Tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah hipetermia dapat dilakukan secara
farmakologis dan non farmakologi. Tindakan non farmakologi dapat dilakukan
kompres hangat, maupun pemberian seduhan zahe hagat. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Mohamad (2015) tindakan kompres hangat efektif dalam menurunkan
demam pada pasien thypoid abdominalis. Menurut penelitian Hernani dan Christina
Winarti (2015) jahe (Zingiber officinale) efektif menurunkan demam.
Pada kasus Tn.J tindakan dalam penanganan kebutuhan termoregulasi karena
hipertermia yaitu pamasangan infuse. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan atau
mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan
kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral, mengoreksi dan mencegah
gangguan cairan dan elektrolit, memperbaiki keseimbangan asam basa, memberikan
tranfusi darah, menyediakan medium untuk pemberian obat intravena, dan membantu
pemberian nutrisi parenteral.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengangkat kasus ini
dalam suatu asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Termoregulasi: Hipertermi pada Tn. J di Ruang Dahlia RSUD Dr.
4
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum Penulisan
Untuk memperoleh gambaran nyata tentang asuhan keperawatan
pemenuhan kebutuhan termoregulasi: hipertermi pada Tn. J di Ruang Dahlia
RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
2. Tujuan Khusus Penulisan
a. Mendeskripsikan pengkajian pada pasien pemenuhan kebutuhan
termoregulasi: hipertermi pada Tn. J di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman
Kebumen
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pemenuhan kebutuhan termoregulasi:
hipertermi pada Tn. J di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen
c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan pemenuhan kebutuhan
termoregulasi: hipertermi pada Tn. J di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman
Kebumen
d. Mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan
termoregulasi: hipertermi pada Tn. J di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman
Kebumen
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pemenuhan kebutuhan termoregulasi:
hipertermi pada Tn. J di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen
f. Mendeskripsikan analisa tindakan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan
termoregulasi: hipertermi pada Tn. J di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman
Kebumen
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi / Pendidikan
a. Untuk menambah khasanah kepustakaan bidang ilmu keperawatan.
b. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi dosen dan mahasiswa Prodi
5
2. Bagi Rumah Sakit
Laporan kasus ini dapat menjadi masukan dalam melakukan pelayanan
peningkatan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa kebutuhan
termoregulasi: hipertermi
3. Bagi Klien
Memperoleh pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan termoregulasi:
DAFTAR PUSTAKA
Ali et al. (2008). Some Phytochemical, Pharmacological And Toxicological
Properties Of Ginger (Zingiber Officinale Roscoe). A review of recent
research. Food and Chemical Toxicology. 46 : 409–420.
Ardiansyah. (2015). Pengaruh Kompres Hangat Rebusan Jahe Terhadap Nyeri Pada Penderita Osteoarthritis Lutut Di Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta. Naskah Publikasi Program Studi S1 Fisioterapi Transfer
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Darmawan. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika.
Fink, et al. (2013). Fever Control And Application Of Hypothermia Using
Intravenous Cold Saline. Health International Journal diaskes di
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3638805/
Gentara. (2013). Manfaat dan Khasiat Jahe Bagi Kesehatan. Artikel Kesehatan diakes di http://www.gen22.net
Gussastrawan. (2014). Hipertermi. Artikel Kesehatan diakses di https://gussastrawan.com
Hernani dan Christina Winarti. (2015). Kandungan Bahan Aktif Jahe Dan
Pemanfaatannya Dalam Bidang Kesehatan. Status Teknologi Hasil
Penelitian Jahe Bogor: 125-34
Herdman. (2014). Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi 2012-2014. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC
Hidayat. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Jevuska. (2012). Demam Tifoid (Typhoid Fever): Pengertian, Gejala &
Pengobatan. Artikel Kesehatan diakses di https://www.jevuska.com
Librianty. (2014). Hipertermia. Artikel Kesehatan diakses di http://www.kerjanya.net/faq/6243-hipertermia.html
Listiaferdinand. (2012). Tanda dan Gejala Penyakit Tifus (Tifoid). Artikel Kesehatan diakses di http://artikeltentangkesehatan.com/tanda-dan-gejala-penyakit-tifus-tifoid.html
Karim, et al. (2013). Malaria: Treatment Through Nature. Wyno Academic Journal of Biological Sciences Vol. 1(6), PP. 30-34 June, 2013. ISSN: 2315-9170
Mutriningsih. (2013). Asuhan Keperawatan Hipertermia pada An.R dengan Obs. DHF di Ruang Anggrek RSUD. Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Soekarta
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification, 2015–2017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell.
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental : Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta : EGC
RSUD Dr. Soedirman Kebumen. (2016). Data laporan RSUD Dr. Soedirman
Kebumen. KabupatenKebumen: RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
Sulaksono. (2013). Khasiat Manfaat Jahe untuk Kesehatan. Artikel kesehatan diakses di http://www.carakhasiatmanfaat.com
Suriadi & Rita Y. (2011). Demam. Artikel Kesehatan diakses di http://catatanharianiceu.co.id
Susanti (2011). Pengertian Defisiensi pengetahuan. Artikel diakses di
http://www.google.co.id
Tamsuri. (2006). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
T.Heather Herman. (2012). Diagnosis Keperawatan dan Klasifikasi. (2012-2014). Jakarta : EGC.
Sarasvati, 2010 dikutip oleh Aroem. (2012). Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan Kemananan atau Perlindungan: Termoregulasi
(Hipertermia) pada An.A dengan Obs. Febris di Ruang Flamboyan
RSUD Soekarjo. Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Soekarta
World Health Organization. (2012). Background Doc: The Diagnosis, Treatment
and Prevention of Typhoid Fever. Geneva, Swizerland.
LAPORAN PENDAHULUAN THYPOID
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Program
Disusun Oleh ANNA SEPTI RUSDIAN
A01301724
A. DEFINISI
Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella ( Brunner and Sudart,2008 ).
Typhus abdominalis ataudemam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), padausia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak (5%-10%). (Mansjoer, Arif.2007).
B. ETIOLOGI
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan salmonella parathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah dan debu. Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, pasien membuat antibodi atau aglutinin yaitu
1. Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2. Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3. Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
C. PATOFISIOLOGI
Menurut (Suriadi, 2006) :
a. Kuman masuk melalui mulut, sebagian kumanakan dimusnahkan dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus (terutama di ileum bagian distal), kejaringan limfoid dan berkembangbiak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk keperedaran darah (bakterimia primer), dan mencapaisel-selretikula endotelial, hati, limpadan organ-organ lainnnya. b. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikula
endotelial melepaskan kuman kedalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk keduakalinya. Selanjutnya kuman masuk kebeberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.
c. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus.Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plakspeyer.Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkans ikatrik.Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus.Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.
d. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus.
D. MANIFESTASI KLINIS
Masatunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selamainkubasiditemukangejala prodromal (gejalaawaltumbuhnyapenyakit/gejala yang tidakkhas) (Mansjoer, Arif, 2007):
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
F. PENATALAKSANAAN mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus.
b) Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
c) Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan dekubitus.
d) Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi konstipasi dan diare.
e) Diet
v Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein. v Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
v Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim v Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
G. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
a) Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi Observasi suhu tubuh klien
Kompres dengan air hangat
Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang dapat menyerap keringat Kolaborasi pemberian obat
b) Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi atau informasi yang tidak adekuat
Kaji tingkat pengetahuan klien
DAFTAR PUSTAKA
Aru W. Sudoyo. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 2009. Ed V.Jilid III. Jakarta: interna
publishing
Saunder W.B (2006) kamus kedokteran.ed 2 Jakarta : EGC
Linda Juall,2007,Diagnosa Keperawatan,EGC,Jakarta
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( S A P )
THYPOID
Materi : Thypoid
Hari/ tanggal : Selasa 31 Mei 2016 Waktu pertemuan : 25 menit
Tempat : RSUD Dr.SOEDIRMAN Kebumen
Sasaran : Tn.J
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penkes 1 kali pertemuan ini diharapkan klien mengetahui dan memahami tentang penyakit thypoid dan mengetahui hal yang harus dilakukan jika terkena thypoid serta cara mengatasi masalah tersebut.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penkes selama 1 kali pertemuan, klien dapat menjelaskan kembali tentang :
a. Pengertian Thypoid b. Nutrisi Thypoid
B. Metode
No Kegiatan penyuluhan Waktu Respon peserta
1 2
3
Pre Interaksi
Memberi salam dan memperkenalkan diri Menjelaskan tujuan penyuluhan dan tema penyuluhan
Apersepsi dengan menanyakan gejala dan pengetahuan Tn. J mengenai penyakit thypoid
5 Menit
Menjelaskan materi penyuluhan mengenai pengertian, Penyebab thypoid,nutrisi thypoid, makanan yang dianjurkan,makanan yang tidak dianjurkan dan pencegahan thypoid
Memberikan kesempatan kepada komunikan untuk bertanya tentang materi yang disampaikan
10 Menit
Memberikan pertanyaan akhir sebagai evaluasi Menyimpulkan bersama-sama hasil kegiatan penkes
Menutup penyuluhan dan mengucapkan salam
5Menit
Menjawab Mendengarkan
E. Evaluasi
1. Prosedur : Akhir penyuluhan 2. Waktu : 5 menit
3. Bentuk Soal : Tanya jawab 4. Jumlah Soal : 2 soal
Lampiran Materi A. Definisi
Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella ( Brunner and Sudart,2008 ).
B. Nutrisi untuk thypoid
nutrisi thypoid adalah diet yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan makan penderita thypoid dalam bentuk makanan lunak rendah serat
C. Makanan yang harus dianjurkan
Beras dibubur/tim,daging empuk, hati, ayam, ikan direbus,tahu,tempe ditim,sayuran berserat rendah dan sedang seperti kacang panjang,buah segar yang matang (tanpa
kulit dan biji) margarin, mentega. D. Makanan yang tidak dianjurkan
Beras ketan, beras tumbuk/merah,daging berserat kasar (liat) Kacang merah serta kacang-kacangan kering
sayuran yang bersera tinggi,buah-buahan yang dimakan dengan kulit seperti apel,kelapa dan santan,minuman yang mengandung soda dan alcohol,cabe dan merica.
E. Pencegahan
1) Makanlah makanan dan minuman yang sudah pasti matang 2) Lindungi makanan dari lalat, kecoa dan tikus ataupun hewan
peliharaan
Penyuluhan Kesehatan 2009
THYPOID
By :
ANNA SEPTI RUSDIAN
A01301724
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Gombong
2016
Thypoid
1.
Pengertian thypoid
Typhoid adalah penyakit
infeksi akut usus halus yang
disebabkan oleh kuman
salmonella thypi
2.
nutrisi untuk thypoid
nutrisi thypoid adalah diet
yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan makan
penderita thypoid dalam
bentuk makanan lunak rendah
serat
3.
Makanan yang dianjurkan
beras dibubur/tim
daging empuk, hati, ayam,
ikan direbus
tahu, tempe ditim
sayuran berserat rendah dan
sedang seperti kacang panjang
buah segar yang matang (tanpa
kulit dan biji)
margarin, mentega
teh encer, sirup
kunyit, kuncir dalam
Penyuluhan Kesehatan 2009
dimakan dengan kulit seperti apelkelapa dan santan minuman yang mengan- dung soda dan alcohol cabe dan merica
5.
Pencegahan
-
Makanlah makanan danminuman yang sudah pasti
matang
-
Lindungi makanan dari lalat,kecoa dan tikus ataupun
hewan peliharaan
-
Hindari jajan ditempat yangkurang bersih
-
Cucilah tangan dengan sabunsetelah beraktivitas
-
Pastikan banyak minum airputih
THYPOID
APA ITU THYPOID?
LALU APA SAJA TANDA & GEJALANYA?
1.
Demam
2.
Mual Muntah
3. Lidah Kotor
4.
Diare
LALU APA PENCEGAHANNYA?