• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Butir Soal Ujian Akhir Sekolah (UAS) Mata Pelajaran Matematika pada Tahun 2016 SMP Negeri 36 Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis Butir Soal Ujian Akhir Sekolah (UAS) Mata Pelajaran Matematika pada Tahun 2016 SMP Negeri 36 Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH (UAS) MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA TAHUN AJARAN

2015/2016 SMP NEGERI 36 MAKASSAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Jurusan Pendidikan Matematika pada

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh

ANDI SURAHMA HALIK NIM: 20700113120

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Al Hamdulillahi Rabbil’Alamin. Itulah kalimat yang paling pantas penulis

haturkan untuk menggambarkan rasa syukur kehadirat Allah swt atas rahmat, kesehatan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Salam dan shalawat semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabiullah Muhammad S.A.W, yang menjadi obor dalam menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Perjuangan dan ketulusan beliau mempertaruhkan jiwa dan raganya demi membawa

kita semua ke masa dimana kita bisa melihat peradaban yang diterangi oleh iman dan

pengetahuan.

Melalui tulisan ini pula, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya terkhusus kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Muh. Khalik L dan Ibunda Buana, serta segenap keluarga besar yang telah memberi

semangat, membimbing dan membantu penulis selama menempuh pendidikan, sampai selesainya skripsi ini, kepada beliau penulis senantiasa memanjatkan doa semoga Allah swt mengasihi, memberikan rahmat, berkah, hidayah, dan inayah-Nya serta mengampuni dosanya. Aamiin Ya Robbal Alaamiin Ya Allah.

(6)

v

Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan seperti yang diharapkan. Oleh karena itu penulis juga patut menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Musafir Pabbabari, M.S., selaku Rektor UIN Alauddin Makasar beserta wakil rektor I, II, III, dan IV.

2. Dr. H. Muhammad Amri, Lc., M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar beserta wakil dekan I, II, dan III.

3. Dr. Sitti Mania, S.Ag., M.Ag dan Fitriani Nur, S.Pd.I., M.Pd selaku Pembimbing I dan II.

4. Dr. Andi Halimah, M.Pd dan Sri Sulasteri, S.Si., M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika UIN Alauddin Makassar.

5. Para dosen, karyawan dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang secara konkrit memberikan bantuannya baik langsung maupun tak langsung. 6. Nurchalis, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 36 Makassar dan Aras

(7)

vi

7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa pendidikan matematika angkatan 2013 yang telah memberikan kebersamaan dan keceriaan kepada penulis selama di bangku perkuliahan.

8. Rekan-rekan tentor LBB Gadjahmada khususnya tentor matematika yang selalu memberikan semangat dalam penyelesaian studi.

9. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan sumbangsih kepada penulis selama kuliah hingga penulisan skripsi ini.

Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis serahkan segalanya, semoga semua pihak yang membantu penulis mendapat pahala di sisi Allah swt.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan karya selanjutnya. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Makassar, November 2017 Penulis,

(8)

vii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1-11 A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIK... 12-40 A. Evaluasi Pendidikan ... 12

B. Tes ... 15

C. Teori Analisis Butir ..………... 17

1. Klasik ... 17

2. Modern ... 19

D. Kualitas Butir Soal ... 20

1. Tingkat Kesukaran ... 22

2. Daya Pembeda ... 27

3. Efektifitas Pengecoh ... 32

(9)

viii

F. Kajian Penelitian yang Relevan ... 34

G. Kerangka Pikir ... 39

H. Hipotesisi Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41-48 A. Pendekatan, Jenis, dan Desain Penelitian ... 41

B. Lokasi Penelitian ... 42

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Instrumen Penelitian ... 43

G. Teknik analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49-60 A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 49

B. Hasil Uji Hipotesis ... 52

C. Pembahasan ... 53

BAB V PENUTUP ... 61-63 A. Kesimpulan ... 61

B. Implikasi Penelitian ... 61

C. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ………. ... 63

(10)

ix

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kesukaran Soal Ujian Akhir Sekolah Mata Pelajaran Matematika pada Tahun Ajaran 2015/2016 SMP Negeri 36 Makassar ... 50 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Daya Pembeda Soal Ujian Akhir

Sekolah Mata Pelajaran Matematika pada Tahun Ajaran 2015/2016 SMP Negeri 36 Makassar ... 50 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Efektifitas Opsi Soal Ujian Akhir

Sekolah Mata Pelajaran Matematika pada Tahun Ajaran 2015/2016 SMP Negeri 36 Makassar ... 51 Tabel 4.4 Hasil Analisis Butir Soal Ujian Akhir Sekolah Mata Pelajaran Matematika

pada Tahun Ajaran 2015/2016 SMP Negeri 36 Makassar ... 65 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kualitas Butir Soal Ujian Akhir

(11)

xi Matematika pada Tahun 2016 SMP Negeri 36 Makassar”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas butir soal ujian akhir sekolah (UAS) mata pelajaran matematika pada tahun 2016 SMP Negeri 36 Makassar dilihat dari segi tingkat kesukaran, daya beda, dan keefektifan pengecoh.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat evaluasi dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 36 Makassar dengan sampel sebanyak 258 lembar jawaban siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan bantuan aplikasi Anates versi 4.09.

Hasil penelitian menggunakan aplikasi Anates versi 4.09 menunjukkan bahwa: (1) Berdasarkan kriteria tingkat kesukaran soal diperoleh soal sangat mudah 2 butir (5%), sedang 24 butir (60%), sukar 12 butir (30%), dan sangat sukar 2 butir (5%). (2) Berdasarkan kriteria daya beda soal diperoleh soal dengan daya beda sangat jelek 3 butir (7,5%), jelek 12 butir (30%), cukup 14 butir (35%), dan baik 11 butir (27,5%). (3) Berdasarkan keefektifan pengecoh diperoleh 28 butir (70%) dalam kategori sangat baik, 9 butir (22,5%) dalam kategori baik, dan 3 butir (7,5%) dalam kategori buruk.

(12)

1

Pendidikan adalah perbuatan/cara mendidik yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran,1 sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya.2 Selain dari pengertian tersebut, masih banyak pengertian lain tentang pendidikan yang diutaran oleh para ahli, dengan maksud dan tujuan yang sama yaitu menjadikan anak mencapai kedewasaannya dan bertanggung jawab.

Pendidikan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua Negara menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan Negara.3 Pendidikan yang dilakukan dapat dikatakan baik apabila hasil yang diperoleh baik. Sebaliknya pendidikan dikatakan kurang baik atau bahkan buruk apabila hasilnya buruk. Untuk mengetahui hal tersebut perlu dilakukan evaluasi terhadap pendidikan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi

1Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa, 2008), h. 352

2 Abu Ahmadi, dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003), h. 69 3Muslikah Purwanti, “Analisis Butir Soal Ujian Akhir Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan

(13)

2

dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaran pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan.4 Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai. Evaluasi juga merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan, dan mengomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambilan keputusan.5 Evaluasi juga merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam proses pembelajaran.6 Evaluasi merupakan proses sangat penting dalam kegiatan pendidikan formal. Bagi guru evaluasi dapat menentukan efektivitas kinerjanya selama ini, sedangkan bagi pengembang kurikulum evaluasi dapat memberikan informasi untuk perbaikan kurikulum yang sedang berjalan.7 Jadi, evaluasi sangat perlu dilakukan demi pendidikan yang lebih baik.

Proses evaluasi harus sesuai dengan tipe tujuan yang biasanya dinyatakan dalam bahasa perilaku, dikarenakan tidak semua perilaku dapat dinyatakan dengan alat evaluasi yang sama, maka evaluasi menjadi salah satu hal yang sulit dan menantang yang harus disadari oleh para guru.8 Guru perlu mengetahui hal-hal yang dijadikan alat evaluasi.

Ralph Tyler dalam Suharsimi menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian

4 Sukardi, Evaluasi Pendidikan (cet.2 ; Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h. 1 5 Sukardi, Evaluasi Pendidikan, h. 1

6Suryawati dan Yulfikar, “Kualitas Tes dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP

Negeri Banda Aceh Tahun Pelajaran 2011/2012”, Jurnal Peluang 1, no1 (Oktober 2012): h. 73

7Aliati dan Muchtar Ibrahim, “Kualitas Tes Ujian Nasional Matematika Siswa SMP Negeri di

Kabupaten Buton Utara Tahun Ajaran 2011/2012”, Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika 1, no 1 (Mei 2013): h. 2

(14)

mana tujuan pendidikan sudah tercapai,9 sedangkan menurut Cronbach dan Stufflebeam dalam Suharsimi proses evaluasi bukan sekadar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.10 Berdasarkan pengertian evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu proses menilai dan mengukur sejauh mana tujuan pendidikan tercapai, dan dengan hal tersebut dapat dilakukan suatu pengambilan keputusan.

Proses mencapai tujuan atau keberhasilan yang telah ditetapkan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor guru terhadap peserta didik dalam proses belajar mengajar di kelas, peserta didik yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, minat peserta didik terhadap suatu pelajaran, kegiatan pembelajaran, strategi penggunaan metode pembelajaran, fasilitas yang tersedia, suasana evaluasi serta alat evaluasi dan bahan evaluasi yang baik sehingga peserta didik dapat diketahui hasil belajarnya tinggi atau rendah.11 Semua faktor yang disebutkan menjadi pertimbangan saat melakukan evaluasi.

Teknik dalam mengevaluasi hasil belajar siswa di sekolah ada dua, yaitu evaluasi dengan teknik tes dan non tes.12 Pada kegiatan evaluasi, dibutuhkan instrumen untuk mengevaluasi suatu proses pembelajaran. Instrumen tersebut dapat berupa tes maupun non tes. Teknik non tes diantaranya skala bertingkat, kuisioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan, dan riwayat hidup, sedangkan teknik tes

9 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Ed. Revisi, cet. 11 Jakarta : Bumi Aksara, 2010), h. 3

10 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h. 3

11 Suryawati dan Yulfikar, “Kualitas Tes dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII

SMP Negeri Banda Aceh Tahun Pelajaran 2011/2012”,h. 72

12Muslikah Purwanti, “Analisis Butir Soal Ujian Akhir Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan

(15)

4

berdasarkan segi kegunaan untuk mengukur siswa diantaranya tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif.13 Biasanya instrumen yang digunakan pada kebanyakan sekolah adalah instrumen tes.

Menurut Amir Daien Indrakusuma dalam Suharsimi tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat, sedangkan Muchtar Bukhori menyatakan bahwa tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid.14 Tes adalah cara dalam mengukur dan menilai di bidang pendidikan dalam bentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, sehingga dapat diketahui nilai prestasi siswa. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh siswa lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.15 Jadi, tes adalah alat evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang.

Ketika mengontruksi atau memilih tes atau instrumen evaluasi, pertanyaan yang sering muncul dari pemikiran seorang guru adalah pada kondisi apakah interpretasi skor yang dihasilkan dari penggunaan instrumen tepat, bermanfaat, dan dapat digunakan pada keadaan sekolah yang ada? Ada banyak tes dan bervariasi pula kegunaannya bergantung dari tujuan yang hendak dicapai. Tanpa melihat jenis instrumen dan kemampuan guru dalam memilih jenis tes dalam melakukan evaluasi terhadap siswa, semua instrumen yang disebutkan tersebut perlu memenuhi

13 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h. 26 & 33 14 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h. 32

15Tutut Kurniawan, “Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran IPS

(16)

karakteristik tertentu agar memiliki kemampuan mengevaluasi.16 Salah satu karakteristik yang harus dipenuhi adalah kesesuaian materi dengan yang dievaluasi.

Tindakan dalam pengaturan pendidikan adalah tindakan yang dilakukan oleh guru untuk menganalisis data kelas dan efektifitas proses belajar mengajar.17 Salah satu hal yang dilakukan seorang guru untuk mengevaluasi hasil belajar siswa adalah dengan memberikan tes berupa ujian, baik ujian harian, bulanan, tengah semester, semester, hingga ujian akhir sekolah. Tes yang dibuat harus mampu mengukur kemampuan setiap siswa sehingga tes tersebut dibuat sesuai dengan kriteria pembuatan soal tes.

Tes dikatakan baik sebagai alat ukur apabila memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki : validitas, reliabilitas, objektifitas, praktisibilitas dan ekonomis. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Tes dikatakan dapat dipercaya apabila memberikan hasil yang tepat apabila diteskan berkali-kali. Susunan tes dikatakan objektif apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki praktisibilitas tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis yaitu mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya dan dilengkapi petunjuk-petunjuk yang jelas, sedangkan persyaratan ekonomis artinya bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.18 Tes yang baik dapat diketahui dengan melakukan analisi butir soal tes. Informasi yang diperoleh dari

16 Sukardi, Evaluasi Pendidikan, h. 29

17Heba Bakr Khoshaim dan Saima Rashid, “Assessment of the Assessment Tool : Analysis of

Items in a Non-MCQ Mathematics Exam”, International Journal of Instruction 9, no 1 (Januari 2016): h. 122

(17)

6

kegiatan tersebut meliputi tingkat kesukaran, daya beda, dan efektifitas pengecoh.19 Tingkat kesukaran diperoleh dari menghitung persentase siswa yang dapat menjawab benar soal tersebut. Semakin banyak siswa yang dapat menjawab benar suatu soal semakin mudah soal itu. Sebaliknya, semakin banyak siswa yang tidak dapat menjawab suatu soal maka semakin sukar soal itu. Tingkat kesukaran dihitung melalui indeks kesukaran (difficulty index) yaitu angka yang menunjukkan proporsi siswa yang menjawab benar soal tersebut. Semakin tinggi angka indeks kesukaran maka semakin mudah soal tersebut. Sebaliknya semakin kecil angka indeks kesukaran maka semakin sukar soal tersebut.20 Agar butir soal dapat membedakan kemampuan siswa yang pintar dan kurang pintar setelah diadakannya tes maka soal tersebut perlu dianalisis indeks daya bedanya.21 Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah pengecoh itu berfungsi atau tidak. Karena, pengecoh atau opsi yang diberikan dapat menjadi pilihan bagi siswa ketika melakukan proses penyelesaian soal. Opsi yang menjadi pengecoh dicantumkan dalam pembuatan soal harus karena salah konsep, salah hitung, atau salah prosedur.22 Tingkat kesukaran, daya beda, dan efektifitas opsi dalam melakukan analisis butir soal perlu dilakukan untuk mengetahui soal/tes tersebut baik atau tidak.

Daya pembeda adalah kemampuan item tes membedakan siswa pandai dan siswa yang tidak pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini

19Surekha Kashyap, “Item Analysis of Multiple Choice Questions”,International Journal of

Current Research 7 (Desember 2015): h.1

20 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika (Ed. 1, Cet. 1, Jakarta : Rajawali Pers, 2014), h. 244

(18)

memungkinkan adanya tanda negatif ketika suatu tes terbalik menunjukkan kualitas tes yaitu anak pandai disebut kurang pandai dan anak kurang pandai disebut pandai.23 Tingkat kesukaran merupakan indikasi sejauh mana kesukaran soal untuk peserta. Tingkat kesukaran butir soal ditentukan dengan persentase peserta ujian terhadap soal yang diberikan.24 Rentang nilai dari 0% sampai 100%.25 Efektifitas opsi adalah bagaimana opsi memberikan umpan kepada peserta untuk dipilih karena opsi tersebut mendekati jawaban sebenarnya. Opsi yang efektif harus seimbang, masuk akal, dan logis.26 Tiga karakteristik ini memiliki rentang nilai masing-masing dalam penentuan kategori suatu soal.

Pada Penelitian yang dilakukan oleh Noor Hamidah pada tahun 2011 dengan judul “Analisis Butir Soal Ujian Nasional Matematika Tahun 2010 pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kota Banjarmasin”. Hasil penelitian sebagai berikut : (1) Tingkat kesukaran soal dalam kategori sukar sebanyak 3 butir (7,50%), sedang sebanyak 35 butir (87,50%), dan mudah sebanyak 2 butir (5,0%). Artinya soal dalam kategori baik sebanyak 87,50%. (2) Soal memiliki daya pembeda baik sebanyak 16 butir (40,00%), cukup sebanyak 20 butir (50,00%), dan jelek sebanyak 5 butir (10,00%). Artinya soal tersebut dapat membedakan kemampuan siswa yang pandai dan kurang pandai dikarenakan 40% dengan daya pembeda baik dan 50% cukup baik.

23 Syamsuddin, Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes

(Analisis Butir Soal)”, At-Tajdid 1, no. 2 (Juli 2012): h. 188

24 Evroro and Edhereveno Sylvanus, “Item Analysis of Test of Number Operations”, Asian

Journal of Educational research 3, no 1 (2015): h. 18-19

25 C. Boopathiraj and K. Chellamani, “Analysis of Test Items on Difficulty Level and

Discrimination Index in the Test for Research in Education”, International Journal of Social Science & Interdisciplinary Research 2, no 2 (Februari 2013): h. 190

26 Surekha Kashyap, “Item Analysis of Multiple Choice Questions”,International Journal of

(19)

8

(3) Efektifitas pilihan dalam kategori berfungsi efektif sebesar 95,00%, tidak berfungsi efektif sebesar 3,75%, dan menyesatkan 1,25%. Artinya soal sangat baik karena mampu dipahami oleh siswa, hal ini ditunjukkan dari kecilnya opsi yang menyesatkan yaitu 1,25%. (4) validitas soal dalam kategori valid sebanyak 36 butir (90%) dan tidak valid sebanyak 4 butir (10%). Artinya soal tersebut dapat dinyatakan valid dikarenakan hanya 10% yang tidak valid yang disebabkan tidak berfungsinya opsi pengecoh. (5) Reliabilitas butir soal sebesar 100%.27 Artinya soal tersebut dinyatakan reliabel. Penelitian yang dilakukan oleh Noor Hamidah dan penulis memiliki persamaan, yakni keduanya menganalisis soal mata pelajaran Matematika pada tingkat SMP. Sementara itu, perbedaannya penelitian ini menganalisis butir soal secara kuantitatif dan kualitatif.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Inayahtur Rofiqoh pada tahun 2011 dengan judul “Analisis Butir Soal Ujian Madrasah Mata Pelajaran Fisika

Menggunakan Taksonomi Bloom Ranah Kognitif Kelas XII MA Negeri Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian sebagai berikut : (1) Validitas soal dalam kategori valid sebanyak 16 butir (40%) dan tidak valid sebanyak 24 butir (60%). Artinya soal tersebut tidak dapat dikatakan valid karena 60% tidak valid. (2) Reliabilitas mencapai 0,69 yang berarti tingkat reliabel tinggi. (3) Tingkat kesukaran butir soal dalam kategori mudah 100%. Artinya soal dapat dikatakan tidak baik karena terlalu mudah. (4) Daya pembeda butir soal dalam kategori baik sebanyak 4 butir (10,00%), cukup sebanyak 10 butir (25,00%), jelek sebanyak 25 butir (62,50%),

27 Noor Hamidah, “Analisis Butir Soal Ujian Nasional Matematika Tahun 2010 Pada

(20)

dan dibuang sebanyak 1 butir (2,50%).28 Artinya soal tidak dapat membedakan siswa yang pandai dan kurang pandai.

Penelitian yang dilakukan oleh Suryawati dan Zulfikar dengan judul “Kualitas

Tes dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2011/2012” menghasilkan; (1) 28% soal pilihan ganda tergolong

sukar dan 72% tergolong sedang. Hal ini berarti soal dapat dikatakan baik. (2) 32% daya beda tergolong jelek, 20% tergolong cukup, 16% tergolong baik, dan 28% tergolong sangat jelek dengan daya beda bertanda negatif.29 Hal ini berarti soal tidak dapat membedakan siswa pandai dan kurang pandai.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru matematika di SMP Negeri 36 Makassar bahwa di sekolah tidak pernah melakukan analisis terhadap soal ujian akhir sekolah (UAS) melainkan hanya pada ulangan harian. Kepala Sekolah juga tidak mendesak atau mengharuskan guru melakukan analisis terhadap soal UAS, padahal untuk dapat mengetahui kualitas soal yang diujikan kepada siswa perlu dilakukan analisis. Selain itu, kurangnya pengetahuan akan kegiatan analisis butir soal juga menjadi penyebab tidak dilakukannya hal tersebut. Hasil dari ujian siswa juga tidak memberikan gambaran jelas apakah soal-soal tersebut sukar, sedang, atau mudah dan guru juga tidak dapat membedakan siswa yang pintar dan kurang pintar, sehingga sangat perlu dilakukan analisis terhadap soal UAS agar dapat diketahui soal tersebut sukar atau tidak dan soal tersebut dapat

28 Inayahtur Rofiqoh, Analisis Butir Soal Ujian Madrasah Mata Pelajaran Fisika

Menggunakan Taksonomi Bloom Ranah Kognitif Kelas XII MA Negeri Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011”,Skripsi (Semarang: Fak. Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2011), h. 61-62

29 Suryawati dan Yulfikar, “Kualitas Tes dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII

(21)

10

dijadikan bahan rujukan untuk pembuatan soal berikutnya.30 Pada umumnya, setiap kegiatan pendidikan yang telah dilakukan diakhiri dengan melakukan evaluasi, salah satunya adalah dengan mengevaluasi soal ujian akhir sekolah yang telah diujikan.

Berdasarkan uraian masalah yang ada di SMP Negeri 36 Makassar, penulis tertarik untuk melakukan “Analisis Butir Soal Ujian Akhir Sekolah (UAS) Mata Pelajaran Matematika pada Tahun 2016 SMP Negeri 36 Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kesukaran soal ujian akhir sekolah mata pelajaran matematika pada tahun 2016 SMP Negeri 36 Makassar ?

2. Bagaimana daya beda soal ujian akhir sekolah mata pelajaran matematika pada tahun 2016 SMP Negeri 36 Makassar ?

3. Bagaimana efektifitas opsi soal ujian akhir mata pelajaran matematika pada tahun 2016 SMP Negeri 36 Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal ujian akhir sekolah mata pelajaran matematika pada tahun 2016 SMP Negeri 36 Makassar

2. Untuk mengetahui daya beda soal ujian akhir sekolah mata pelajaran matematika pada tahun 2016 SMP Negeri 36 Makassar

(22)

3. Untuk mengetahu efektifitas opsi soal ujian akhir sekolah mata pelajaran matematika pada tahun 2016 SMP Negeri 36 Makassar

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan khususnya dalam evaluasi hasil belajar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai tugas akhir pendidikan strata satu (S1).

b. Bagi Mahasiswa, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan materi, bacaan, atau referensi apabila melakukan penelitian yang sama.

c. Bagi Guru, penelitian ini bermanfaat sebagai alat atau cara untuk mengetahui apakah soal yang dibuat berkualitas baik yang dilihat dari segi tingkat kesukaran, daya beda, dan efektifitas opsi serta sebagai bahan rujukan untuk menggunakan kembali soal tes yang sudah dievaluasi apabila soal itu baik.

(23)

12

BAB II

TINJAUAN TEORITIK

A. Evaluasi Pendidikan

Evaluasi adalah proses penilaian. Evaluasi dapat diartikan sebagai proses pengukuran akan efektivitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan.1 Evaluasi merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam proses pembelajaran.2 Evaluasi merupakan bagian dari proses dan secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran.3 Berdasarkan uraian tersebut evaluasi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Selain itu evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau mengenai hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Grounland dalam Ali Hamzah menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan program telah tercapai.4 Jadi, evaluasi adalah proses penilaian untuk mengetahui hasil dari tujuan pendidikan.

Tujuan evaluasi dari segi siswa adalah dapat mengetahui apakah hasil kerja siswa tersebut memuaskan. Dilihat dari segi guru adalah untuk menentukan apakah siswa yang dievaluasi sudah memenuhi syarat untuk melanjutkan pendidikan

1 “Evaluasi”, Wikipedia Ensiklopedia Bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Evaluasi (26 Januari 2017)

2Suryawati dan Yulfikar, “Kualitas Tes dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Banda Aceh Tahun Pelajaran 2011/2012”, Peluang 1, no1 (Oktober 2012): h. 77-78

3Tutut Kurniawan, “Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran IPS

Sekolah Dasar”, Journal of Elementary Education 4, no 1 (2015): h. 2

(24)

selanjutnya, apakah metode yang digunakan sudah tepat, dan apakah materi yang diajarkan sudah baik. Dilihat dari segi sekolah adalah untuk mengetahui kondisi pembelajaran di sekolah.5 Tujuan evaluasi tersebut mencakup subjek pendidikan pada umumnya.

Tujuan dilaksanakannya evaluasi pendidikan adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang diperoleh peserta didik sehingga dapat diketahui tingkat kecerdasannya. Selain untuk mengevaluasi peserta didik, kegiatan evaluasi juga dapat mengevaluasi pendidik yaitu sejauh mana ia bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan. Sekolah juga dapat mengetahui kondisi pembelajaran yang terjadi disekolah.

Gilbert Sax dalam Zainal Arifin menyatakan bahwa tujuan evaluasi dan pengukuran untuk menyeleksi, menempatkan, mendiagnosis dan memperbaiki, umpan baliknya meliputi dijadikan sebagai referensi, motivasi dan bimbingan belajar, program dan perbaikan kurikulum, evaluasi formatif dan sumatif, dan pengembangan teori.6 Jadi, ada banyak tujuan dari evaluasi yang nantinya jadi referensi perbaikan kedepannya.

Scriven dalam Zainal Arifin menyatakan bahwa fungsi evaluasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian besar bagian kurikulum yang sedang dikembangkan, sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan penyimpulan

5 “Pengertian, Fungsi, dan Tujuan serta Proses Evaluasi Pendidikan,”

www.dosenpendidikan.com (22 Desember 2016)

(25)

14

mengenai kebaikan dari sistem secara keseluruhan, dan fungsi ini baru dapat dilaksanakan apabila pengembangan suatu kurikulum telah dianggap selesai.7 Hal ini berarti fungsi evaluasi berupa fungsi sumatif dapat terlaksana setelah fungsi formatif terlaksana.

Fungsi evaluasi berdasarkan pada pemberian instrumen jenis tes dibagi menjadi fungsi penempatan, formatif, diagnostik, dan sumatif.8 Fungsi evaluasi juga adalah untuk keperluan Bimbingan dan Konseling (BK).9 Cronbach dalam Zainal Arifin menyatakan fungsi evaluasi adalah untuk meningkatkan konstribusi pada pendidikan dengan mengevaluasi hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan yang telah dilakukan.10 Jadi, fungsi evaluasi sangat penting untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menerima pembelajaran dan untuk memberikan konstribusi pada pendidikan.

Alat evaluasi adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata “alat” biasa disebut juga dengan istilah “instrumen”. Dengan demikian,

alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi.11 Instrumen evaluasi adalah alat ukur yang digunakan dalam rangka kegiatan mengumpulkan dan mengolah informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.12 Jadi alat evaluasi adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu pencapaian.

7 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, h. 16

8 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, h. 56

9Perpus Kampus, “Fungsi Evaluasi dalam Proses Belajar Mengajar”, BlogPerpus Kampus. http://www.perpuskampus.com/2012/04/fungsi-evaluasi-dalam-proses-belajar.html (26 Januari 2017)

10 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, h. 16

(26)

Alat atau instrumen yang digunakan dalam kegiatan evaluasi berupa tes dan non tes. Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.

B. Tes

Tes merupakan alat ukur yang paling sering digunakan guru untuk mengukur hasil belajar siswa. Guru dapat mengetahui sejauh mana tujuan tercapai dari hasil tes yang telah didapatkan. Tes dapat mengukur hasil dengan tepat jika dikembangkan dengan benar. Tes dapat dikatakan berarti bila terdiri dari butir-butir soal yang menguji tujuan penting dari pengadaan tes dan mewakili seluruh bahan yang diujikan.13 Tes adalah cara dalam mengukur dan menilai di bidang pendidikan dalam bentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, sehingga dapat diketahui nilai prestasi siswa. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh siswa lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.14 Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah

13Muslikah Purwanti, “Analisis Butir Soal Ujian Akhir Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan

menggunakan Microsofy Office Excel 2010”, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesi 7, no 1 (2014): h. 82

14Tutut Kurniawan, “Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran IPS

(27)

16

ditemukan.15 Berdasarkan uraian tersebut, tes merupakan alat untuk mengukur hasil belajar siswa.

Tes harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Masing-masing jenis tes memiliki karakteristik tertentu, baik dari segi bentuk soal, tingkat kesukaran, maupun cara pengolahan dan pendekatannya.16 Tes yang biasa digunakan sekolah untuk menguji hasil belajar siswa ada dua tipe, yaitu tes dalam bentuk soal esai dan soal pilihan ganda. Tes dalam bentuk soal esai biasanya adalah soal ulangan harian, sedangkan dalam bentuk soal pilihan ganda adalah soal ujian akhir semester ataupun ujian akhir sekolah.

Tes pilihan ganda merupakan jenis tes objektif yang paling banyak digunakan. Konstruksi tes pilihan ganda terdiri atas dua bagian, yaitu pokok soal dan alternatif jawaban. Satu diantara alternatif jawaban tersebut adalah jawaban yang benar atau yang paling benar (kunci jawaban), sedangkan alternatif jawaban yang lain berfungsi sebagai pengecoh. Pokok soal dapat dibuat dalam dua bentuk, yaitu dalam pernyataan tidak selesai atau dalam bentuk kalimat tanya. Jumlah alternatif jawaban yang dibuat terdiri atas empat atau lima opsi jawaban.17 Keunggulan dari soal pilihan ganda yaitu mengukur berbagai jenjang kognitif; penskorannya mudah, cepat, objektif, dan dapat mencakup ruang lingkup bahan/materi/kompetensi dasar yang luas; bentuk ini sangat tepat untuk ujian yang pesertanya sangat banyak. Keterbatasannya yaitu memerlukan

15 Suryawati dan Yulfikar, “Kualitas Tes dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Banda Aceh Tahun Pelajaran 2011/2012”, Jurnal Peluang 1, no1 (Oktober 2012): h. 72-73

16 Sitti Mania, Pengantar Evaluasi Pengajaran (Makassar : Alauddin University Press, 2012), h. 49-50

(28)

waktu yang relatif lama untuk membuat soalnya, sulit membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi; terdapat peluang untuk menebak kunci jawaban.18 Soal pilihan ganda adalah soal yang memiliki keunggulan dan juga keterbatasan.

Soal pilihan ganda sangat efektif untuk mengukur kemampuan seperti kemampuan dalam pengetahuan, pemahaman dan penggunaan konsep. Selain itu, soal pilihan ganda juga dapat mengukur kemampuan mengenal istilah, fakta, prinsip, metode dan prosedur, mengidentifikasi penggunaan fakta dan prinsip, menginterpretasi hubungan sebab akibat, serta menilai metode dan prosedur.19 Tes bentuk objektif berupa pilihan ganda bertujuan untuk mengukur hasil belajar secara kompleks serta yang berhubungan dengan aspek ingatan, definisi, analisis, aplikasi, sintesis, dan evaluasi.20 Berdasarkan uraian tersebut soal pilihan ganda mampu mengukur beberapa kemampuan peserta tes.

C. Teori Analisis Butir

Ada dua teori analisis butir soal secara kuantitatif, yaitu teori analisis klasik dan teori analisis modern.

1. Klasik

Teori analisis butir yang pertama kali digunakan adalah teori klasik analisis butir. Menurut teori tes klasik, skor tampak/amatan merupakan penjumlahan dari skor

18 Endang Mulyani, “Kaidah Penulisan Soal”, naskah presentasi http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.%20Endang%20Mulyani,%20M.Si./EVALUASI %20-%20Kaidah%20Penulisan%20Soal.pdf (19 Januari 2017)

19 Sitti Mania, Pengantar Evaluasi Pengajaran, h. 63-64

20 Putri Eka Desvia Miastutie, “Survey tentang Penggunaan Alat Evaluasi pada Mata

(29)

18

sebenarnya dan skor kesalahan pengukuran. Pernyataan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk matematis : 21

X = T + E dengan :

X : skor tampak T : skor sebenarnya

E : skor kesalahan pengukuran

Menurut teori tes klasik, ada tiga parameter butir yang diestimasi yaitu tingkat kesukaran, daya beda dan dugaan (guessing). Ketiga parameter tersebut dapat digunakan untuk melakukan analisis butir soal dengan menghitung tingkat kesukaran, dan daya beda. Soal yang berbentuk pilihan ganda dapat diteruskan dengan menghitung jumlah respon testee terhadap opsi yang disediakan atau dengan istilah lain dengan melakukan analisis terhadap berfungsi tidaknya pengecoh.22 Berdasarkan teori tes klasik, analisis butir soal yang dilakukan akan memberikan perhitungan berupa tingkat kesukaran, daya beda, dan efektifitas opsi.

Kelebihan analisis butir soal secara klasik adalah murah, dapat dilaksanakan sehari-hari dengan cepat menggunakan komputer, sederhana, dan dapat menggunakan data dari beberapa peserta didik atau sampel kecil.23 Kelebihan ini dapat memudahkan guru untuk melakukan analisis.

21“Evaluasi Pendidikan : Teknik Analisis Butir Tes”, rohmadqomari.blogspot.co.id (06 Agustus 2017)

22 “Evaluasi Pendidikan : Teknik Analisis Butir Tes”, rohmadqomari.blogspot.co.id (06 Agustus 2017)

(30)

2. Modern

Teori respon butir merupakan teori pengukuran modern yang biasanya digunakan dalam analisis butir soal. Pengembangan teori respon butir didasarkan pada dua postulat. Pertama, kemampuan subyek pada suatu butir dapat diprediksi oleh seperangkat faktor yang disebut traits, latent traits atau abilities. Trait adalah dimensi kemampuan seseorang seperti kemampuan verbal, kemampuan psikomotor, kemampuan kognitif, dan sebagainya. Kedua, hubungan antara kemampuan peserta tes pada suatu butir dan perangkat kemampuan laten yang mendasarinya dapat digambarkan melalui kurva karakteristik butir.24 Hasil dari teori respon butir berupa kurva yang bergantung pada kemampuan peserta tes.

Ada empat macam model teori respon butir, mulai dari model satu parameter, dua parameter, tiga parameter, hingga 4 parameter.25 Model satu parameter untuk menganalisis data pada tingkat kesukaran. Model dua parameter untuk menganalisis data pada tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Model tiga parameter untuk menganalisis data pada tingkat kesukaran, daya pembeda, dan menebak (guessing). Model empat parameter yaitu untuk menganalisis tingkat kesukaran, daya pembeda, menebak, dan penyebab lain.

24Arie Anggreyani, “Penerapan Teori Uji Klasik dan Teori Respon Butir dalam Mengevaluasi Butir Soal (Studi Kasus : Soal Ujian Akhir Semester Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian

(31)

20

D. Kualitas Butir Soal

Analisis butir soal adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai.26 Analisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas soal yang telah ditulis.27 Analisis kualitas tes merupakan tahap yang harus ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas suatu tes, baik tes secara keseluruhan maupun butir soal yang menjadi bagian tes.28 Jadi, analisis butir soal adalah kegiatan yang harus dilakukan guru terhadap pertanyaan-pertanyaan tes yang telah ditulis agar diperoleh perangkat tes yang memiliki kualitas yang baik.

Item analysis is a systematic procedure designed to obtain specific information about each item of a test. It is dsigned primarily for use with objective test. In item analysis, the test contructor is concerned with item, difficulty level, the discriminative power of the item and effectiveness of the distracters.29

Analisis butir soal merupakan analisis yang dilakukan untuk mengidentifikasi soal yang baik, kurang baik, atau jelek. Hasil yang diperoleh adalah informasi tentang kualitas soal yang dibuat untuk dilakukan perbaikan seperlunya.30 Perbaikan soal akan dilakukan oleh guru atau pun sekolah yang bersangkutan.

26 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 135

27 Tutut Kurniawan, Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran IPS

Sekolah Dasar”,Journal of Elementary Education 4, no 1 (2015): h. 2

28Muslikah Purwanti, “Analisis Butir Soal Ujian Akhir Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan

menggunakan Microsofy Office Excel 2010”, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesi 7, no 1 (2014): h. 83

29 Evroro and Edhereveno Sylvanus, “Item Analysis of Test of Number Operations”, Asian

Journal of Educational research 3, no 1 (2015): h. 18

30 M. Zuhdi Rachman, “Kajian Butir Soal Ujian Sekolah Matematika SMA Negeri 1

(32)

Analisis butir soal pada umumnnya dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal. Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal digunakan. Aspek yang diperhatikan dalam analisis kualitatif mencakup materi, konstruksi, bahasa atau budaya, dan kunci jawaban. Analisis kuantitatif dilaksanakan berdasarkan bukti empirik.31 Aspek yang diperhatikan dalam analisis kuantitatif adalah sejauh mana butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Jadi, analisis kualitatif dilakukan sebelum butir soal digunakan, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan setelah butir soal digunakan.

Salah satu jenis tes yang harus dianalisis adalah tes sumatif. Tes ini merupakan tes yang dilaksanakan pada akhir unit program. Tes sumatif terdiri dari tes objektif dan tes subjektif yang berbentuk uraian. Tes objektif yang digunakan adalah tes pilihan ganda.32 Tes objektif adalah pengukuran yang berdasarkan pada penilaian atas kemampuan siswa dengan soal memilih jawaban yang telah disediakan.33 Tes pilihan ganda adalah model tes yang biasa digunakan pada tes atau ujian sekolah.

Analisis butir soal yang mencakup analisis tingkat kesukaran dan daya beda soal merupakan analisis klasik yang sekarang sudah jarang dilakukan. Namun, dengan tidak melakukan analisis butir soal, maka kualitas butir soal yang diujikan menjadi tidak terukur dan belum jelas kelayakannya. Hal ini disebabkan oleh

31Didik Setyawarno, “Penggunaan Aplikasi Software Iteman (Item and Test Analysis) untuk

Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Berdasarkan Teori Tes Klasik”, Artikel (Fak. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta): h. 2

32Muslikah Purwanti, “Analisis Butir Soal Ujian Akhir Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan

menggunakan Microsofy Office Excel 2010”, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesi 7, no 1 (2014): h. 83

(33)

22

pengembangan kualitas butir soal yang tidak didasari perhitungan yang baik.34 Analisis butir soal dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan. Soal dikatakan baik apabila memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas untuk analisis butir soal secara kualitatif, serta tingkat kesukaran, daya pembeda, dan keefektifan pilihan untuk analisis butir soal secara kuantitatif.

1. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.35 Tingkat kesukaran merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui mudah atau sukarnya suatu soal.36 Tingkat kesukaran menunjukkan tingkat kesulitan suatu soal. Tingkat kesukaran diwakili oleh suatu indeks. Indeks setiap butir soal diperoleh dari jumlah skor siswa terhadap butir tersebut dibandingkan dengan jumlah siswa yang menjawab item tersebut.37 Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran soal adalah cara untuk mengetahui suatu soal termasuk mudah atau sukar sesuai dengan indeks yang diperoleh dari jumlah siswa yang

34Higuita Santos, “Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Butir-butir Soal Ujian Akhir Semester

(UAS) Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Batu Tahun Ajaran 2011/2012”, Artikel (Juli 2012): h. 2 35Aliati dan Muchtar Ibrahim, “Kualitas Tes Ujian Nasional Matematika Siswa SMP Negeri

Di Kabupaten Buton Utara Tahun Ajaran 2011/2012”, Jurnal Pendidikan Matematika 1, no. 1 (Mei 2013): h. 5

36 Antonius Ade Prayudi Ardiyanto, “Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Ulangan Akhir Semester Genap Tahun 2014/2015 Mata Pelajaran IPS Kelas III SD di Kecamatan Depok”, Skripsi

(Yogyakarta: Fak. Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, 2016), h. 34

37Anizam Zein, “Hubungan antara Validitas Butir, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal Ujian Semester Genap Bidang Studi Biologi Kelas XI SMA/MA Negeri di Kota Padang

(34)

menjawab benar butir soal tersebut dibandingkan dengan jumlah siswa yang mengikuti tes.

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.38 Menganalisis tingkat kesukaran butir soal berarti mengkaji soal-soal tersebut termasuk kategori sukar, sedang atau mudah. Butir soal hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir soal yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar atau tidak terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran butir soal itu termasuk kategori sedang atau cukup.39 Jadi, soal yang baik haruslah tidak sukar dan tidak terlalu mudah.

Difficulty index can range between 0.0 and 1.0. The higher value indicates that a greater proportion of examinees responded to the quetion correctly, or in the other words the higher the value the easier the question is.40

Tingkat kesukaran diperoleh dari menghitung persentase siswa yang dapat menjawab benar soal tersebut. Semakin banyak siswa yang dapat menjawab benar suatu soal semakin mudah soal itu. Sebaliknya, semakin banyak siswa yang tidak dapat menjawab suatu soal maka semakin sukar soal itu. Tingkat kesukaran dihitung melalui indeks kesukaran (difficulty index) yaitu angka yang menunjukkan proporsi siswa yang menjawab benar soal tersebut. Semakin tinggi angka indeks kesukaran

38 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h. 207

39 Supandi, “Analisis Butir Soal Matematika pada Instrumen Uji Coba Materi Segitiga”,

Artikel : h. 74

40 Helena Borozova dan Jan Rydval, “Analysis Of Exam Result Of The Subject ‘Applied

(35)

24

maka semakin mudah soal tersebut. Sebaliknya semakin kecil angka indeks kesukaran maka semakin sukar soal tersebut. Indeks kesukaran disingkat D.41 Indeks tingkat kesukaran diperoleh dari jumlah skor benar dibandingkan dengan jumlah tester. Semakin sedikit jumlah skor benar menunjukkan semakin kecil tester yang mampu menjawab dengan benar butir soal tersebut. Inilah yang menunjukkan bahwa butir soal tersebut sukar. Semakin kecil jumlah skor benar, semakin kecil indeks kesukaran yang diperoleh.42 Taraf kesukaran butir ditentukan berdasarkan proporsi jawaban benar dengan jumlah peserta tes, sehingga semakin banyak peserta yang menjawab benar maka proporsi itu juga besar. Hal ini berarti butir soal semakin mudah. Indeks kesukaran dapat berada pada rentang 0,0 dan 1,0.

Prosedur mencari indeks kesukaran dimulai setelah lembar jawaban siswa diperiksa dan diberi skor. Langkah-langkahnya sebagai berikut :43

1. Susunlah lembar jawaban mulai dari yang mendapat skor paling tinggi sampai dengan paling rendah.

2. Buatlah dua kelompok dari lembar jawaban yang telah disusun yaitu kelompok atas dan kelompok bawah. Kelompok atas adalah kelompok siswa yang memiliki nilai tertinggi, sedangkan kelompok bawah adalah kelompok siswa yang memiliki nilai terendah. Jika jumlah lembar jawaban tidak lebih dari 100, maka kelompok atas dan kelompok bawah diperoleh dengan membagi dua jumlah lembar jawaban tersebut. Jika jumlah lembar jawaban lebih dari 100, maka

41 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, h. 244

42Anizam Zein, “Hubungan antara Validitas Butir, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal Ujian Semester Genap Bidang Studi Biologi Kelas XI SMA/MA Negeri di Kota Padang

(36)

kelompok atas dan kelompok bawah berjumlah masing-masing 27% atau 33% dari seluruh lembar jawaban yang ada. Lembar jawaban yang tidak termasuk kelompok atas dan kelompok bawah tetap digunakan.

3. Untuk tiap butir soal, hitunglah jumlah siswa yang menjawab benar. 4. Hitunglah indeks kesukaran soal dengan menggunakan rumus berikut.

𝐷 =𝐵𝑎 + 𝐵𝑏𝐽𝑎 + 𝐽𝑏 Keterangan :

D : Indeks kesukaran soal

Ba : Jumlah yang menjawab betul soal tersebut dari kelompok atas Bb : Jumlah yang menjawab betul soal tersebut dari kelompok bawah Ja : Jumlah lembar jawaban kelompok atas

Jb : Jumlah lembar jawaban kelompok bawah Rumus menghitung indeks kesukaran yaitu : 44

𝑃 =𝐽𝑠𝐵 Keterangan

P : Indek kesukaran soal

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Indeks kesukaran suatu butir soal diinterpretasikan dalam kriteria sebagai berikut :45

44 Syamsuddin, Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes

(Analisis Butir Soal)”, At-Tajdid 1, no. 2 (Juli 2012): h. 193

45 Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan

(37)

26

Tabel 2.1 Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran

P Interpretasi

P = 0,00 Terlalu Sukar

0,00 < P ≤ 0,30 Sukar

0,30 < P ≤ 0,70 Sedang

0,70 < P < 1,00 Mudah

P = 1,00 Terlalu Mudah

Ada pendapat bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Alasannya, soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatkan usaha memecahkan soal tersebut sedangkan soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa karena pemecahan soal itu berada di luar kemampuannya kemudian tidak lagi bersemangat mencobanya. Mereka yang beranggapan soal yang tingkat kesukarannya terlalu mudah harus dibuang dan diganti dengan soal yang tingkat kesukarannya sedang dianggap keliru karena akan mengorbankan soal yang baik yang dapat dijawab oleh semua siswa.46 Jadi soal yang terlalu mudah tidak mutlak harus diganti dengan soal yang tingkat kesukarannya sedang.

Item soal sebaiknya tidak terlalu mudah juga tidak terlalu sukar. Hal tersebut dimaksudkan soal terlalu mudah dan atau terlalu sukar kurang memiliki fungsi akademik yang layak. Apabila soal terlalu mudah kurang merangsang dan menarik minat belajar, sebaliknya apabila soal terlalu sukar sangat memungkinkan murid tidak selera untuk belajar bahkan menjadi putus asa.47 Tes seharusnya tidak membuat siswa

46Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, h. 249

(38)

enggan belajar lebih jauh dan tes seharusnya tidak terlalu sulit atau terlalu mudah.48 Jadi, soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

Pada kenyataannya ada bahan atau materi yang esensial dan sukar, ada materi yang sukar tapi tidak esensial. Maka dalam membuat alat ukur seperti tes bahan tersebut dirancang sebagai soal tes. Melihat pentingnya bahan yang sukar dan esensial itu diajarkan sampai siswa mengerti dalam konsep dan penerapan soalnya. Harapannya ketika siswa mengerjakan soal yang materinya sukar maka mereka bisa mengerjakan dengan baik. Dengan demikian, kedudukan jenis soal dengan materi yang sukar dan esensial harus tetap diberikan agar mutu pendidikan berkembang. Bila setiap ada kesempatan soal-soal materi yang sukar dan esensial senantiasa diketengahkan maka tidak mustahil pada akhirnya kita mempunyai siswa-siswa yang pemahaman matematikanya kelas tinggi.49 Oleh karena itu, soal yang sulit dikarenakan materi yang diujikan memang harus dengan pemahaman yang tinggi.

2. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan.50 Daya pembeda adalah kemampuan tes dapat membedakan siswa yang pandai dan yang kurang pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi.

48 Helena Borozova dan Jan Rydval, “Analysis Of Exam Result Of The Subject ‘Applied

Mathematics For IT’”, Journal on Efficiency and Responsibility in Education and Science 7, no. 3-4 (2014): h. 59

49Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, h. 249

(39)

28

Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai 1,00.51 Menurut Barnard dalam Sukardi, indeks pembeda adalah angka yang memberikan informasi tentang pembeda secara individual, terutama membedakan antara siswa yang pencapaiannya tinggi dengan siswa yang pencapaiannya rendah dalam suatu tes pencapaian hasil belajar.52 Indeks daya beda juga dapat bernilai negatif, hal ini berarti kelompok siswa berkemampuan rendah yang menjawab benar soal tertentu lebih banyak dari kelompok siswa berkemampuan tinggi.53 Berdasarkan hal ini, dapat terjadi kemungkinan kebalikan kualitas.

Item discrimination or the discriminating power of a test item refers to the degree to which success or failure on an item indicates possession of the ability being measured.This value ranges between 0,0 and 1.00. Higher the value, more discrimination of the item is a highly discriminating item indicates that the students who had high tests scores got the item correct where as students who had low test scores got the item incorrect. 54

Agar butir soal dapat membedakan kemampuan siswa yang pintar dan kurang pintar setelah diadakannya tes maka soal tersebut perlu dianalisis indeks daya bedanya.55 Penyusunan butir soal seperti tes sebaiknya ada sifat yang menunjukkan

52 Sukardi, Evaluasi Pendidikan (Cet. 2 ; Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h. 138 53 Sitti Mania, Pengantar Evaluasi Pengajaran, h. 179

54 C. Boopathiraj and K. Chellamani, “Analysis of Test Items on Difficulty Level and

Discrimination Index in the Test for Research in Education”, International Journal of Social Science & Interdisciplinary Research 2, no 2 (Februari 2013): h. 190

(40)

2. Soal dapat dijawab benar oleh siswa kelompok atas tetapi tidak dapat dijawab oleh siswa kelompok bawah.

3. Soal dapat dijawab benar oleh siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah.

Apabila nomor 2 terjadi, maka dikatakan soal mempunyai daya pembeda. Artinya, butir soal itu dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Konsep daya pembeda mengharuskan ada siswa yang menjawab salah soal tersebut. Konsekuensinya soal-soal yang mudah dinilai sebagai soal-soal yang tidak baik. Kita ketahui soal yang dijawab benar oleh siswa belum tentu soal yang tidak baik malah justru sebaliknya yang sering terjadi. Karena materi untuk soal-soal seperti itu dinilai esensial dan guru mengajarkan sedemikian sampai semua siswa mengerti. Penguasaan materi membuat semua siswa dapat menjawab soal tersebut, sehingga menjadi dasar penilaian soal itu mempunyai tingkat kesukaran yang sangat rendah dan tidak memiliki daya pembeda. Namun demikian, butir soal semacam itu tidak boleh dibuang. Apabila ada butir soal yang dijawab tidak benar oleh siswa maka dibuat analisis butir soal untuk menetapkan daya pembedanya.57 Jadi, soal tersebut harus dianalisis dengan melakukan perhitungan daya pembeda dan nilai yang diperoleh dari perhitungan dapat diinterpretasikan untuk mengetahui daya pembeda soal.

Daya pembeda instrumen seperti tes adalah kemampuan dari tes tersebut dalam memisahkan antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang pandai. Mencari daya beda subjek peserta tes dalam hal ini daya beda soal dengan

(41)

30

menggunakan rumus. Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda setiap butir tes adalah :58

𝐷 =𝐵𝑎𝐽𝑎 −𝐵𝑏𝐽𝑏 = 𝑃𝑎 − 𝑃𝑏 Dimana

D = daya pembeda butir

Ba = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar Bb = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar Ja = banyaknya subjek kelompok atas

Jb = banyaknya subjek kelompok bawah

Pa = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar Pb = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Sebelum melakukan perhitungan indeks daya beda, buat dua kelompok dari seluruh peserta tes menjadi kelompok atas dan kelompok bawah. Pembagian kelompok ini didasarkan atas hasil jawaban benar oleh peserta tes terhadap keseluruhan tes. Peserta tes diurutkan dari yang jumlah jawaban benar tertinggi hingga jumlah jawaban benar terendah. Apabila jumlah seluruh peserta tes kurang dari atau sama dengan 100, pembagian kelompok dapat dilakukan dengan membagi seluruh peserta tes menjadi dua (masing-masing kelompok 50% dari jumlah peserta), sedangkan jika peserta tes berjumlah lebih dari 100, maka pengelompokan dibagi menjadi masing-masing 27% atau 33% dari jumlah peserta untuk kelompok atas dan kelompok bawah.59 Misalnya, jumlah peserta tes sebanyak 40 orang maka kelompok

58 Syamsuddin, Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes (Analisis Butir Soal)”, At-Tajdid 1, no 2 (2012) h. 190

(42)

atas sebanyak 20 orang dan kelompok bawah sebanyak 20 orang, sedangkan jika peserta tes sebanyak 200 orang maka kelompok atas sebanyak 54 (27% dari 200) atau 66 (33% dari 200) dan kelompok bawah 54 atau 66. Setelah dua kelompok terbentuk, hitunglah jumlah benar dari tiap kelompok untuk tiap butir soal yang dianalisis. Kemudian, gunakan rumus di atas untuk mencari daya pembeda soal.

Indeks pembeda suatu butir soal dapat diinterpretasikan berdasarkan kriteria sebagai berikut :60

Tabel 2.2 Kriteria Indeks Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Interpretasi

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,00 < DP ≤ 0,20 Buruk

DP ≤ 0,00 Sangat Buruk

Manfaat daya pembeda butir soal adalah untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya dan untuk mengetahui seberapa jauh butir soal tersebut mampu membedakan kemampuan siswa.61 Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan kemampuan siswa, maka ada beberapa kemungkinan yang terjadi pada butir soal tersebut. Misalnya, kunci jawaban tidak tepat atau memiliki dua kunci jawaban yang benar, pengecoh tidak berfungsi, atau materi yang diujikan terlalu sulit sehingga jawaban merupakan tebakan.

60 Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan

Matematika, h. 217

61 Eri Djanuarsih, “Validitas dan Reliabilitas Butir Soal”, E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota

(43)

32

3. Efektifitas Opsi

Berfungsi tidaknya jawaban yang tersedia dalam soal pilihan ganda dapat diketahui dengan menganalisis distribusi jawaban.62 Pengecoh atau opsi yang diberikan dapat menjadi pilihan bagi siswa ketika melakukan proses penyelesaian soal. Opsi yang menjadi pengecoh dicantumkan dalam pembuatan soal harus karena salah konsep, salah hitung, atau salah prosedur.63 Sebuah pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi peserta tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai materi.64 Jadi, pengecoh harus diperhatikan dalam pembuatan opsi sehingga dapat berfungsi dengan baik.

Penyebaran pilihan jawaban dijadikan dasar dalam menganalisis soal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya jawaban yang tersedia. Suatu pilihan jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi apabila pengecoh paling tidak dipilih oleh 5% peserta tes atau lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yang belum paham materi.65 Jika salah satu dari dua keadaan tersebut terpenuhi, maka opsi dapat dikatakan efektif.

Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan efektifitas pengecoh butir soal sebagai berikut :

62Didik Setyawarno, “Penggunaan Aplikasi Software Iteman (Item and Test Analysis) untuk

Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Berdasarkan Teori Tes Klasik”, Artikel (Fak. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta): h. 5

63 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, h. 252

64Muslikah Purwanti, “Analisis Butir Soal Ujian Akhir Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan

menggunakan Microsoft Office Excel 2010”, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia 7, no 1 (2014): h. 89

(44)

a. Apabila semua pengecoh pada butir soal berfungsi, maka soal tersebut dikatakan sangat baik dan dapat disimpan dalam bank soal.

b. Apabila terdapat satu pengecoh pada butir soal tidak berfungsi, maka soal tersebut dikatakan baik dan dapat disimpan dalam bank soal dengan syarat opsi yang tidak berfungsi direvisi.

c. Apabila terdapat dua pengecoh pada butir soal tidak berfungsi, maka soal tersebut dikatakan buruk dan tidak dapat disimpan dalam bank soal. Soal tersebut harus direvisi sampai memenuhi kriteria soal yang baik.

d. Apabila terdapat tiga atau lebih pengecoh pada butir soal yang tidak berfungsi, maka soal tersebut dikatakan sangat buruk dan tidak dapat disimpan dalam bank soal. Soal tersebut harus direvisi sampai memenuhi kriteria soal yang baik atau soal tersebut dibuang dan diganti dengan soal yang baru.

E. Ujian Akhir Sekolah

Ujian akhir sekolah (UAS) merupakan bagian dari bentuk evaluasi yang bertujuan untuk mengukur dan menilai kompetensi peserta didik sehingga guru bisa menentukan apakah siswa dapat melanjutkan pembelajaran pada tingkat yang lebih tinggi atau perlu adanya pengujian. Tujuan dilaksanakannya UAS adalah sebagai bentuk tes hasil belajar yang mengukur pencapaian hasil belajar siswa setelah mempelajari kompetensi.66 Jadi, UAS biasa diujikan pada peserta didik pada jangka waktu yang telah ditentukan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa.

66Higuita Santos, “Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Butir-butir Soal Ujian Akhir Semester

(45)

34

Ujian akhir sekolah merupakan salah satu ujian yang sangat menentukan lulus atau tidaknya siswa dalam pendidikan.67 Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 4 tahun 2010 pasal 1, Ujian Sekolah/Madrasah adalah kegiatan penilaian dalam bentuk ujian tulis dan/atau praktik untuk mengetahui pencapaian standar kompetensi lulusan pada semua mata pelajaran yang tidak diujikan dalam ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) dan ujian nasional (UN).68 Ujian sekolah merupakan salah satu penentu kelulusan siswa dari setiap jenjang pendidikan. Ujian sekolah dilakukan masing-masing sekolah. Penyusun ujian akhir adalah guru atau kelompok guru mata pelajaran.69 Ujian akhir sekolah (UAS) dalam bentuk tes biasanya disajikan dalam bentuk soal pilihan ganda dengan banyak pilihan jawaban disesuaikan pada tingkatan sekolah.

F. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Noor Hamidah pada tahun 2011 dengan judul “Analisis Butir Soal Ujian Nasional Matematika Tahun 2010 pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kota Banjarmasin”. Hasil penelitian sebagai berikut : (1)

Tingkat kesukaran soal dalam kategori sukar sebanyak 3 butir (7,50%), sedang sebanyak 35 butir (87,50%), dan mudah sebanyak 2 butir (5,0%). (2) Soal memiliki daya pembeda baik sebanyak 16 butir (40,00%), cukup sebanyak 20 butir (50,00%), dan jelek sebanyak 5 butir (10,00%). (3) Efektifitas pilihan dalam kategori berfungsi

67 http://sman87jkt.sch.id/info-79-tips-menghadapi-ujian-akhir-sekolah-uas-.html (15

September 2016)

68 Menteri Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 4 Tahun

2010 Tentang Ujian Sekolah/Madrasah Tahun Pelajaran 2009/2010 (15 September 2016), h. 2 69 M. Zuhdi Rachman, “Kajian Butir Soal Ujian Sekolah Matematika SMA Negeri 1

(46)

efektif sebesar 95,00%, tidak berfungsi efektif sebesar 3,75%, dan menyesatkan 1,25%. (4) validitas soal dalam kategori valid sebanyak 36 butir (90%) dan tidak valid sebanyak 4 butir (10%). (5) Reliabilitas butir soal sebesar 100%.70 Penelitian yang dilakukan oleh Noor Hamidah dan penulis memiliki persamaan yakni keduanya mengenai analisis butir soal mata pelajaran matematika. Sementara itu, perbedaannya penelitian ini menganalisis soal ujian akhir sekolah.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Suryawati dan Zulfikar dengan judul “Kualitas Tes dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2011/2012” menghasilkan; 28% soal pilihan ganda tergolong

sukar dan 72% tergolong sedang; 32% daya beda tergolong jelek, 20% tergolong cukup, 16% tergolong baik, dan 28% tergolong sangat jelek dengan daya beda bertanda negatif.71 Penelitian yang dilakukan oleh Suryawati dan Zulfikar memiliki kesamaan penelitian dengan penulis yakni mengenai analisis butir soal. Sementara itu, perbedaannya penelitian ini menganalisis butir soal ujian akhir sekolah.

Penelitian yang dilakuakan oleh Adinda Titis Kumudaswara pada tahun 2016 dengan judul “Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Ulangan Akhir Semester Genap

Tahun Pelajaran 2014/2015 Mata Pelajaran Matematika Kelas V SD di Kecamatan Depok” menunjukkan bahwa (1) 100% butir soal valid, (2) Tingkat kesukaran soal adalah 20% mudah, 66,67% sedang, dan 13,33% sulit, (3) Daya pembeda butir soal adalah 63,33% sangat baik, 16,67% cukup baik, 13,33% sedang, dan 6,67% buruk, (4) Efektifitas pengecoh berfungsi pada 24 butir soal (80%) dan tidak berfungsi pada

70 Noor Hamidah, Analisis Butir Soal Ujian Nasional Matematika Tahun 2010 Pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kota Banjarmasin”,Skripsi (2011)

Gambar

Tabel 4.4   Hasil Analisis Butir Soal Ujian Akhir Sekolah Mata Pelajaran Matematika
Tabel 2.1 Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran
Tabel 2.2 Kriteria Indeks Daya Pembeda
gambar.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Fisika jurusan Pendidikan Hatematika dan llmu.. Pengetahuan Alam Fakkultas Keguruan dan llmu

Berdasarkan hasil pengolahan, ekstraksi citra dan klasifikasi citra diperoleh kesimpulan bahwa karakteristik backscatter citra ALOS PALSAR dengan moda fine beam

Maka berdasarkan latar belakang masalah diatas,penulis termotifasi untuk mengadakan penelitian terhadap kompetensi profesional guru rumpun Pendidikan Agama Islam di

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung nilai evapotranspirasi tanaman acuan (ETo) di dalam maupun di luar rumah kaca, menghitung nilai evapotranspirasi

Dilihat dari kinerja bank secara keseluruhan yang diwakili oleh variabel “Kinerja” terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dibandingkan dengan

rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul penelitian “ PENENTUAN UMUR SIMPAN DAN KARAKTERISTIK SIMPLISIA DAN SERBUK KUNYIT ( Curcuma domestica

frekuensi kelas eksperimen yang sudah diberikan perlakuan sehingga hal ini dapat simpulkan bahwan pemberian perlakuan terhadap kelas eksperimen memberikan dampak positif

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu