• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI DAN PERMASALAHANNYA I. PENDAHULUAN - PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI DAN PERMASALAHANNYA I. PENDAHULUAN - PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI

DAN PERMASALAHANNYA

I. PENDAHULUAN

Pesatnya perkembangan penduduk dan industri terutama di Jawa, menyebabkan

keseimbangan antara penyediaan dan pemanfaatan air menjadi terganggu. Di satu

pihak ketersediaan air dari sumbernya mengalami penurunan sebagai akibat dari

perubahan/terganggunya cathment area dan dilain pihak kebutuhan akan air semakin

meningkat dengan penggunaan yang beraneka ragam (pertanian, industri,perumahan,

penggelontoran kota dan sebagainya).

Meningkatnya erosi tanah sehingga kandungan lumpur dalam air sungai juga

meningkat, yang mengakibatkan pendangkalan, baik di jaringan irigasi maupun di

sungai itu sendiri menjadi semakin cepat pula. Hal tersebut sangat berpengaruh pada

pengelolaan dan fungsi pelayanan dari jaringan irigasi.

Peningkatan usaha-usaha intensifikasi pertanian dan diversifikasi tanaman yang

akhir-akhir ini digalakkan, memerlukan pula dukungan penyediaan air secara tepat

baik dalam segi waktu, ruang, jumlah maupun mutunya.

Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas, diperlukan usaha-usaha berupa

pengelolaan jaringan irigasi yang baik, yaitu operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi

sehingga jaringan irigasi dapat berfungsi dan memberikan pelayanan sebagaimana

mestinya, untuk jangka waktu yang telah direncanakan.

II. PENGERTIAN

Pembangunan di bidang Sumber Daya Air khususnya irigasi, baik berupa

pembangunan baru, peningkatan maupun rehabilitasi jaringan irigasi dalam rangka

menunjang peningkatan produksi pangan oleh Pemerintah Indonesia telah dilaksanakan

dengan cukup berhasil , baik investasi dari rupiah APBN dan dana bantuan luar negeri.

(2)

jaringan irigasi yang lebih dikenal dengan sebutan Pengelolaan jaringan irigasi, yang terdiri dari :

Operasi Jaringan Irigasi

Sesuai dengan ketentuan umum Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2006,

tentang irigasi, operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan

pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi,

menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana

pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data,

memantau dan mengevaluasi.

Dalam pengertian luas, operasi jaringan irigasi adalah kesatuan proses

penyadapan air dari sumber air ke petak-petak sawah serta pembuangan air yang

berlebihan sehingga :

- Air yang tersedia digunakan dan dimanfaatkan secara efektif dan efisien ;

- Air yang tersedia dibagi secara adil dan merata ;

- Air diberikan ke petak-petak sawah secara tepat sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman (tepat caranya, tepat waktunya dan tepat jumlahnya) ;

- Akibat-akibat negatif yang mungkin ditimbulkan oleh air dapat dihindarkan.

Jika ditinjau dari segi pertanian, maka operasi jaringan irigasi adalah usaha

pengaturan air sedemikian rupa agar petak-petak sawah terjadi kombinasi yang

tepat sehingga cocok untuk pertumbuhan tanaman yang dapat menghasilkan

produksi maksimal.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas, maka jelas bahwa operasi

jaringan irigasi harus dapat menciptakan keberhasilan usaha peningkatan

produksi pangan dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat tani, baik secara individu maupun secara keseluruhan.

Kegiatan Operasi Meliputi :

- Pengumpulan data ;

- Penyediaan air irigasi ;

(3)

- Menyusun sistem golongan ;

- Menyusun rencana pembagian air ;

- Pemberian air irigasi ;

- Membuka menutup pintu;

- Kalibrasi ;

- Monitoring dan evaluasi.

2.1.1. Pengumpulan Data(Tugas Dinas Irigasi Kab/Kota,Prov,Balai WS) Adapun data yang harus dikumpulkan untuk keperluan operasi yang baik

dan benar serta kesinambungannya, meliputi data :

1) Data hidrologi antara lain data debit air tersedia ;

2) Data agroklimatologi antara lain kebutuhan air tanaman;

3) Data jenis tanaman, macam dan arealnya.

2.1.2. Penyediaan Air Irigasi (Tugas Dinas Irigasi Kab/Kota,Prov, Balai WS dan KOMIR)

Penyediaan dan pengaturan air irigasi dimulai dari air yang tersedia

untuk memenuhi kebutuhan tanaman yang berasal dari :

1) Air hujan yang jatuh di daerah yang bersangkutan ;

2) Air irigasi dari sumber air (sungai, waduk, mata air dan air tanah

yang dipompa).

Penyediaan air irigasi ditujukan untuk mendukung produktifitas

lahan dalam rangka meningkatkan produksi pertanian yang

maksimal dengan tetap memperhatikan kepentingan lainnya, tetapi

penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan

irigasi bagi pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada

merupakan prioritas utama penyediaan sumber daya air di atas

semua kebutuhan.

Air irigasi di Indonesia umumnya diambil dari sumber air sungai

(4)

dari total areal irigasi, sedangkan yang sudah didukung waduk baru

sekitar ± 11% dari total areal irigasi.

Air yang tersedia di sungai selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu,

karenanya perlu ditentukan besarnya debit air yang tersedia, yang

diharapkan agak secara pasti dapat terjadi, yang dapat dipergunakan

sebagai dasar perencanaan untuk mengatur rencana pembagian air

dan menentukan rencana tata tanam.

Disamping itu debit tersedia tidak dapat dimanipulir, dalam arti

disimpan dulu, tetapi semua kegiatan yang berkaitan dengan

memanfaatkan irigasi harus menyesuaikan dengan debit tersedia,

baik waktu pemanfaatan dan jumlahnya. Waktu tersedianya juga

cenderung makin pendek sebagai akibat rusaknya hutan daerah

tangkapan air dibagian hulu, sebaliknya jumlah tersedianya melebihi

yang dibutuhkan, dimana terjadi banjir dan tidak dapat dimanfaatkan.

Rencana tahunan penyediaan air irigasi pada setiap daerah irigasi

disusun oleh Dinas kabupaten/kota atau Dinas Provinsi yang

membidangi irigasi sesuai dengan kewenangannya berdasarkan

usulan perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan atau pemakai air

irigasi lainnya. Rencana tahunan penyediaan air irigasi tersebut harus

dibahas dan disepakati dalam Komisi Irigasi.

2.1.3. Menyusun Rencana Tata Tanam (Tugas KOMIR), Partisipasi P3A/GP3A

Rencana tanam tahunan secara garis besar berisi pola dan jadwal

tanam dalam satu tahun untuk setiap jenis tanaman dengan luas

tanam masing-masing. Pola tanam merupakan gambaran mengenai

pergiliran penanaman untuk jenis tanaman yang berbeda selama satu

tahun, misalnya padi-padi-palawija. Sedang jadwal tanam

(5)

mulai dari pengolahan tanah sampai panen. Secara lengkap Rencana

Tata Tanam Tahunan berisi:

a. Luas lahan yang akan ditanami ;

b. Tanggal dimulainya pemberian air irigasi;

c. Pembagian golongan tanam;

d. Jumlah golongan dalam satu DI;

e. Tanggal dimulainya masa pengolahan tanah dalam setiap

golongan;

f. Luas tanaman padi gadu yang disepakati dalam satu golongan;

g. Luas tanam palawija dan tebu yang akan ditanam setiap

golongan.

Rencana tata tanam tahunan disusun sebelum masa tanam dimulai.

Penyusunan rencana tata tanam tahunan dilakukan berdasarkan

prinsip partisipatif dengan melibatkan peran aktif masyarakat

petani. Pada penyusunan rencana tata tanam partisipatif ini, petani

secara aktif mendiskusikan komoditas yang akan ditanam bersama

dengan petani lain dalam P3A maupun dengan kelompok P3A

lainnya. Sementara itu pemerintah bertindak dan berperan sebagai

pembimbing atau penasehat yang memberi masukan-masukan dan

pertimbangan-pertimbangan berkaitan dengan ketersediaan air

yang mungkin bisa dipergunakan untuk pertanian. Sebelum

dilakukan penyusunan rencana terlebih dahulu Dinas PU Pengairan

menghitung dan mengevaluasi debit andalan yang ada untuk

digunakan sebagai masukan pada saat penyusunan rencana tata

tanam oleh P3A maupun GP3A.

2.1.4. Menyusun Sistem Golongan (Tugas Dinas & Pertambangan KOMIR), partisipasi P3A/GP3A.

Apabila debit tersedia sudah diketahui, langkah selanjutnya adalah

mengatur perlu tidaknya menyusun sistem golongan, hal ini

(6)

diperlukan air sangat banyak, terutama bagi tanaman musim hujan

yang justru harus dimulai pada akhir musim kemarau, dimana debit

sungai umumnya masih kecil dan curah hujan masih sedikit. Oleh

karena itu untuk pengaturan air irigasi perlu dilakukan dengan sistem

golongan, dimana awal pengolahan tanah seluruh daerah irigasi tidak

serentak.

Caranya daerah irigasi tersebut dibagi-bagi menjadi beberapa bagian

(3-5 bagian/golongan), dimana awal pemberian air untuk

masing-masing bagian tidak sama. Pada umumnya berjarak 10 atau 15 hari

antara golongan yang satu dengan golongan berikutnya. Cara ini

disebut pembagian air secara golongan, masing-masing bagian daerah

irigasi tersebut dinamakan golongan. Dengan sistem golongan ini

terdapat keuntungan berupa dapat diperkecilnya dimensi saluran dan

bangunan, akibat dapat diperkecilnya puncak kebutuhan air.

2.1.5. Rencana Pembagian Air (Tugas Dinas Irigasi Kab/Kota,Prov,Balai WS)

Rencana tahunan pembagian air irigasi disusun oleh Dinas

Kabupaten/kota, maupun Dinas Provinsi yang membidangi irigasi

sesuai dengan kewenangannya berdasarkan rencana tahunan

penyediaan air irigasi, usulan perkumpulan petani pemakai air (P3A)

dan pemakai air untuk kepentingan lainnya.

Rencana pembagian air irigasi ditetapkan oleh Bupati/walikota atau

Gubernur sesuai dengan kewenangan dan atau penyelenggaraan

wewenang yang dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah yang

bersangkutan, sedangkan rencana tahunan pemberian air pada daerah

irigasi lintas Provinsi dan strategis nasional yang belum dilimpahkan

kepada Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten /kota disusun

oleh instansi tingkat pusat yang membidangi irigasi dan disepakati

bersama dalam forum koordinasi komisi irigasi atau yang disebut

(7)

air untuk irigasi yang telah ditentukan atau kebutuhan air irigasi yang

diperlukan berdasarkan usulan petani.

2.1.6. Pemberian Air Irigasi(tugas Dinas Irigasi Kab/kota, Balai WS) Rencana pemberian air irigasi disusun oleh Dinas Kabupaten/kota atau

Dinas Provinsi yang membidangi irigasi sesuai dengan

kewenangannya berdasarkan rencana tahunan penyediaan air irigasi,

usulan perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan pemakai air untuk

kepentingan lainnya. Rencana pemberian air irigasi harus disepakati

oleh Komisi Irigasi Kabupaten/kota atau komisi irigasi Provinsi sesuai

dengan cakupan tugasnya berdasarkan :

1) Kebutuhan air irigasi yang diperlukan;

2) Kesepakatan dengan perkumpulan petani pemakai air (P3A)

Ada beberapa cara pemberian air irigasi ke petak tersier yaitu : 1) Kondisi debit lebih besar dari 70% debit rencana.

Air irigasi dari saluran primer dan sekunder dialirkan secara terus

menerus (continuous flow) ke petak-petak tersier melalui pintu

sadap tersier. Dalam petak tersier air tetap mengalir dari petak

sawah yang lebih tinggi ke petak sawah yang lebih rendah. Jika

ada kelebihan air maka air dari petak sawah yang terendah akan

masuk kesaluran pembuang.

2) Kondisi debit kurang dari 70 % sampai dengan 50 % dari debit

rencana.

Apabila kondisi debit tersedia kurang dari 70 % sampai dengan

50 % dari debit rencana, maka pelaksanaan pemberian air ke

petak-petak tersier dilakukan dengan rotasi. Pelaksanakan rotasi

dapat diatur antar sekunder, misal suatu jaringan irigasi

mempunyai 2 (dua) sekunder yaitu sekunder A dan sekunder B,

maka selama 3 (tiga) hari air irigasi dialirkan ke sekunder A dan

(8)

dilakukan pergantian sampai suatu saat debitnya kembali normal

dan pemberian air berubah menjadi continuous flow.

Rotasi juga dapat dilakukan antar petak tersier, dimana

petak-petak tersier sudah diberi nomor 1,2,3 dan pada umumnya tidak

lebih dari 4 maka, tiap (tiga) hari pertama air dialirkan ke

petak-petak tersier yang bernomor ganjil dan 3 (tiga) hari berikutnya

dialirkan ke petak-petak tersier yang bernomor genap.

3) Cara Pemberian Air Intermitten

Cara pemberian air Intermitten biasanya dilaksanakan kalau

jaringan irigasi mempunyai sumber air waduk, atau dari sistem

irigasi pompa, dimana misalnya 1 (satu) minggu air waduk

dialirkan ke jaringan irigasi dan 1 (satu) minggu kemudian

waduknya ditutup demikian seterusnya sehingga setiap minggu

dapat air dan satu minggu kemudian tidak dapat air. Pada sistem

irigasi pompa, juga demikian misalnya 1 (satu) hari pompa

dihidupkan dan 1 (satu) hari kemudian tidak dihidupkan.

2.1.7. Membuka dan Menutup Pintu (Tugas Dinas Irigasi kab/kota, Prov, Balai WS)

Kegiatan membuka dan menutup pintu meliputi :

1) Pintu dibendung, setiap bendung harus dilengkapi dengan

manual operasi bendung;

2) Pintu bangunan bagi di saluran primer dipergunakan untuk

membagi air dari saluran primer ke saluran sekunder;

3) Pintu bangunan bagi di sekunder dipergunakan untuk membagi

air petak tersier.

2.1.8. Kalibrasi(Tugas Dinas Irigasi Kab/Kota, Prov, Balai WS)

Kegiatan kalibrasi dimaksudkan untuk menera kebenaran debit yang

keluar baik dari pintu bendung, bangunan bagi sekunder. Penerapan

(9)

2.1.9. Monitoring dan Evaluasi(Tugas Dinas Irigasi Kab/Kota, Prov, Balai WS)

Kegiatan monitoring dan evaluasi adalah sangat penting untuk

perencanaan operasi pada tahun mendatang, yang meliputi monitoring

dan evaluasi ketersediaan air, waktu pembagian air, tata tanam dan

sistem golongan.

Catatan :

1) Operasi jaringan irigasi adalah semua kegiatan yang berkaitan

dengan air irigasi.

2) Hampir semua kegiatan operasi jaringan irigasi tidak dapat

dilaksanakan dengan partisipasi P3A/GP3A, kaitannya Permen

PU No.30/PRT/M/2007.

Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Sesuai dengan ketentuan umum Peraturan Pemerintah No.20 tahun 2006 tentang

Irigasi, pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya mejaga dan mengamankan

jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar

pelaksanaan operasi , dan mempertahankan kelestariannya.

Jaringan irigasi dapat cepat rusak karena adanya hujan/air, sengatan sinar dan

panas matahari secara langsung, hewan/manusia, tanaman liar atau karena

rancangan dan konstruksi fasilitas dan jaringan yang kurang baik, sehingga :

- Sinar matahari yang panas akan mengakibatkan keretakan yang memudahkan badan saluran terkikis;

- Hujan lebat akan menekankan dan menerpa badan bangunan sehingga mudah tergerus dan tererosi;

- Air yang mengalir deras melebihi kecepatan rencana, akan mengikis badan saluran sehingga proses penggerusan dan erosi akan terjadi sangat mudah;

- Keberadaan hewan yang dilepas secara liar di sekitar bangunan dan fasilitas irigasi akan dapat merusak fasilitas tersebut apabila tidak ditangani secara

(10)

- Bagian dari tanaman liar (daun, batang,akar) akan mengganggu kelancaran pengaliran air;

- Ukuran, letak, spesifikasi dan kualitas bangunan yang tidak tepat akan berpengaruh negatif terhadap pemeliharaan jaringan;

- Sementara itu, perbuatan manusia yang seringkali kurang sadar dan kurang memahami pentingnya upaya pembagian air, dengan sendirinya akan

banyak berpengaruh terhadap tidak efektifnya fungsi jaringan irigasi.

Kegiatan Pemeliharaan Meliputi :

1) Pengamanan/pencegahan

2) Pemeliharaan rutin

3) Pemeliharaan berkala

4) Pemeliharaan darurat

2.2.1. Pengamanan Jaringan Irigasi

Sesuai Peraturan Pemerintah No.20 tahun 2006, tentang Irigasi, pasal 59

menyebutkan bahwa pengamanan jaringan bertujuan untuk mencegah

kerusakan jaringan irigasi yang diakibatkan oleh hewan, manusia atau

daya rusak alam.

Jaringan irigasi (antara lain bangunan sadap, bangunan ukur, bangunan

bagi, saluran dan semacamnya) perlu diamankan agar fungsi dan

kondisinya dapat terus terjaga. Kondisi fisik jaringan irigasi yang baik

belum tentu fungsinya juga baik, demikian juga sebaliknya fungsinya

bisa berlangsung secara baik meskipun kondisi fisiknya hanya berupa

jaringan dan bangunan yang sederhana saja, Untuk menjaga jaringan

irigasi tersebut, maka perlu dilakukan usaha-usaha pengamanan, yang

tidak saja dilakukan oleh petugas Pemerintah namun juga harus

dilakukan oleh petani pemakai air.

Untuk dapat melakukan pengamanan jaringan irigasi yang memadai

secara fisik maupun fungsinya, perlu diketahui hal-hal yang harus

dihindarkan yang berkaitan dengan jaringan irigasi tersebut. Hal-hal

(11)

terhadap kemampuan jaringan sedemikian rupa untuk mampu secara

efisien menyalurkan air ke petak-petak sawah. Namun demikian, apabila

masyarakat tani dengan secara dialogis sepakat bahwa hal tersebut tidak

perlu dilarang dengan resiko yang ada, maka hal tersebut dengan

sendirinya dapat dibenarkan secara intern dilingkungan mereka.

Konsekuensi terhadap pelanggaran terhadap hal-hal yang seharusnya

dapat dihindari tapi masih dilakukan oleh beberapa petani, akan

mengakibatkan permasalahan yang berbuntut perselisihan, baik antar

anggota P3A atau antar P3A dengan organisasi lain yang

setidak-tidaknya memerlukan upaya dan waktu untuk mengatasinya.

Termasuk kegiatan pencegahan antara lain :

1) Menetapkan garis sepadan .

2) Memasang tanda larangan membuang sampah di

saluran/bangunan.

3) Memasang portal pada jalan inspeksi, untuk mencegah

kendaraan berat roda 4 masuk jalan inspeksi.

2.2.2 Pemeliharaan Rutin

Pemeliharaan rutin adalah kegiatan perawatan pada jaringan irigasi yang

biasanya dilaksanakan setiap tahun seperti :

1) Membersihkan sampah, lumpur dan pintu air;

2) Memotong rumput dan tumbuhan pengganggu di sepanjang

saluran;

3) Mengoptimalkan penampang saluran;

4) Menutup bocoran kecil;

5) Memberikan pelumas pintu air.

Diharapkan perkumpulan petani pemakai air dapat berpartisipasi dalam

pemeliharaan rutin yang akan dibahas lebih lanjut pada pengelolaan

(12)

2.2.3 Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan perbaikan berkala adalah kegiatan perbaikan pada jaringan

irigasi yang biasanya dilaksanakan lebih dari 1 tahun, misalnya :

1) Mengecat pintu air dan mengganti skot balk yang lapuk ;

2) Menggali endapan lumpur;

3) Memperbaiki sayap bangunan dan tembok saluran;

4) Memperbaiki dan mengecat rumah bangunan bagi;

5) Meninggikan tanggul saluran;

6) Memperbaiki bendung (sayap, pintu air dan lain-lain);

7) Mengganti pintu air yang rusak;

8) Memperbaiki kerusakan akibat bencana alam secara pemanen,

setelah lebih dulu sudah dilaksanakan dengan perbaikan darurat.

2.2.4 Kegiatan Pemeliharaan Darurat

Adalah perbaikan sebagai akibat bencana alam, dimana asal air irigasi

dapat mengalir, agar fungsi jaringan irigasi dapat melayani daerah irigasi

dan dilaksanakan dalam waktu yang cepat.

Tergantung pada tingkat kerusakannya, maka pelaksana kegiatan

pemeliharaan (kondisi seperti ini dengan sendirinya memerlukan

musyawarah untuk kesepakatan).

Catatan :

1) Pemeliharaan jaringan irigasi adalah semua kegiatan yang berkaitan

dengan phisik jaringan irigasi.

2) Hampir semua kegiatan pemeliharaan dapat dilaksanakan dengan

partisipasi P3A/GP3A, kaitannya Permen PU No.30/PRT/M/2007.

Rehabilitasi

Sesuai dengan ketentuan umum Peraturan Pemerintah No.20 tahun 2006 tentang

Irigasi, rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi

(13)

irigasi meskipun dioperasikan dan dipelihara sebaik-baiknya, pada suatu saat

akan sampai pada batas masa pelayanannya. Panjang atau pendeknya masa

pelayanan suatu jaringan irigasi akan tergantung kepada :

- Keadaan sumber airnya;

- Konstruksi bangunan (permanen, semi permanen atau sederhana);

- Pelaksanaan O&P nya;

- Keadaan alamnya (jenis tanah, kemiringan tanah, curah hujan, tumbuh-tumbuhan, bencana alam dan sebagainya).

Diharapkan masa pelayanan dari suatu jaringan irigasi mencapai 25 tahun

sampai 30 tahun setelah pembangunan dan atau biasanya fungsi pelayanan

jaringan irigasi turun kurang 60 %, sedangkan kerusakan bangunan-bangunan

dan saluran irigasi lebih dari 40 %.

Dari pengertian rehabilitasi tersebut diatas maka rehabilitasi adalah perbaikan

baik bangunan maupun saluran seluruh jaringan irigasi dalam satu daerah irigasi,

namun demikian dalam prakteknya akhir-akhir ini suatu bendung yang

mercunya rusak dan kolap, perbaikan mercu bendung tersebut masuk kategori

rehabilitasi.

Catatan :

1) Rehabilitasi berkaitan dengan fisik jaringan irigasi

2) Sebagian pekerjaan/kegiatan rehabilitasi dapat di dilaksanakan dengan

partisipasi P3A/GP3A, kaitannya Permen PU No. 30/PRT/M2007.

Hubungan antara Pelaksanaan OP, masa pelayanan dan rehabilitasi.

Suatu DI sekalipun di OP dengan biaya cukup, personil juga cukup dan manual

lengkap, tetap akan memerlukan rehabilitasi, tetapi masa pelayanannya sesuai

dengan waktu yang direncanakan.

Dibawah ini akan diberikan ilustrasi secara grafis, hubungan antara pelaksanaan

OP dengan masa pelayanan, rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi

(14)

Grafik Hubungan antara Pelaksanaan OP, Masa Pelayanan dan Rehabilitasi

Keterangan:

- Kondisi I, terjadi pada Daerah Irigasi yang biaya OP-nya kurang, personil (SDM) kurang memadai ditambah masalah pelumpuran, maka jaringan

irigasi pada DI tersebut kurang dari 15 tahun fungsinya sudah menurun

dibawah 60 % dan segera memerlukan rehabilitasi.

- Kondisi II, terjadi pada Daerah Irigasi yang biaya OP-nya cukup, personil (SDM) memadai. Dilengkapi dengan Panduan/Manual OP yang benar,

sekalipun ada masalah pelumpuran, maka jaringan irigasi pada DI tersebut

dapat dipertahankan fungsi pelayanannya sampai dengan sekitar 20 tahun,

baru memerlukan rehabilitasi.

- Kondisi III, terjadi pada Daerah Irigasi yang biaya OP-nya cukup, personil (SDM) memadai, dilengkapi dengan Panduan/Manual OP yang benar,

ditambah DI tersebut didukung oleh waduk, maka fungsi pelayanannya bisa .

(15)

III.

KEWENANGAN PENGELOLAAN IRIGASI

Pengelolaan jaringan irigasi yang terdiri dari kegiatan operasi, pemeliharaan dan

rehabilitasi jaringan irigasi, kewenangan pengelolaannya selain didasarkan pada

keberadaan jaringan irigasi tersebut terhadap wilayah administrasi juga

didasarkan pada strata luasannya sesuai dengan ketentuan didalam

Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, penjelasan Pasal 41, dan

PP Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, penjelasan pasal 16,17 dan 18 diatur

sebagai berikut.

Pemerintah Pusat

Bertanggungjawab atas pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder pada

daerah irigasi yang luasnya lebih dari 3000 ha atau pada daerah irigasi lintas

provinsi, lintas negara, dan strategis nasional, dengan penjelasan pelaksanaan

pengelolaan sebagai berikut :

a. Dapat melaksanakan pengelolaan irigasi dari Dana Pengelolaan Irigasi

APBN untuk DI lintas Provinsi, strategis nasional, dan lintas negara

dengan membentuk unit pelaksana teknis Pemerintah Pusat.

b. Dapat memberikan tugas pembantuan kepada Gubernur untuk

melaksankan DPI APBN untuk provinsi dengan luasan daerah irigasi

tertentu sesuai dengan kondisi, karakteristik dan kemampuan daerah

provinsi.

c. Dapat memberikan tugas pembantuan kepada Bupati/walikota untuk

melaksanakan DPI APBN dengan luasan daerah irigasi tertentu sesuai

dengan kondisi, karakteristik dan kemampuan daerah kabupaten/kota.

Pemerintah Provinsi

Bertanggungjawab atas pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder pada

daerah irigasi yang luasnya 1.000 ha sampai dengan 3.000 ha atau pada daerah

irigasi <dari 1.000 ha yang bersifat lintas kabupaten/kota. Dengan penjelasan

(16)

a. Melaksanakan sendiri Dana Pengelolaan Irigasi APBD Provinsi untuk DI

lintas kabupaten/kota, melalui balai PSDA.

b. Dapat melaksanakan tugas pembantuan dari Pemerintah pusat sesuai butir

3.1.b diatas.

c. Dapat memberikan tugas pembantuan kepada Bupati/walikota untuk

melaksanakan DPI APBD Provinsi yang luas DI-nya 1.000-3.000 ha.

Pemerintah Kabupaten/kota

Bertanggungjawab atas pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder pada

daerah irigasi dalam satu Kabupaten/kota yang luasnya kurang dari 1.000 ha.

Dengan penjelasan pelaksanaan pengelolaan sebagai berikut :

a. Melaksanakan sendiri DPI APBD Kabupaten/kota yang berada dalam

Kabupaten/kota untuk DI yang luasnya <1.000 ha.

b. Dapat melaksanakan tugas pembantuan dari Pemerintah Provinsi, sesuai

butir 3.2.c diatas.

c. Dapat melaksanakan tugas pembantuan dari Pemerintah pusat untuk

Kabupaten/kota dengan luasan daerah irigasi tertentu sesuai dengan

kondisi, karakteristik dan kemampuan daerah Kabupaten/Kota sesuai butir

3.1.c diatas.

Pemerintah Desa

Wewenang dan tanggungjawab Pemerintah desa atau yang disebut dengan nama

lain meliputi :

a. Melaksanakan peningkatan dan/atau pengelolaan sistem irigasi yang

dibangun oleh Pemerintah desa.

b. Menjaga efisiensi, efektivitas, dan ketertiban pelaksanaan pengembangan

sistem irigasi pada daerah irigasi yang dibangun oleh Pemerintah desa.

c. Menjaga efisiensi, efektivitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan

(17)

Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)

Bertanggungjawab atas pengelolaan jaringan irigasi tersier. Namun demikian

P3A dapat ikut serta dalam pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya dibidang kelembagaan, teknis dan

pembiayaan. Dalam hal P3A/ masyarakat petani tidak mampu melakukan

rehabilitasi jaringan irigasi tersier yang menjadi tanggungjawabnya, maka

Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/kota dapat

diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/kota, atau

Pemrintah desa sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

Badan Usaha, badan Sosial dan Perseorangan

Bertanggungjawab atas pengelolaan jaringan irigasi yang dimilikinya.

Khusus Pemberdayaan P3A

Pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/kota dengan

pembiayaan sesuai dengan kewenangannya. Tanggungjawab pengelolaan tersebut

mengharuskan Pemerintah dan pemerintah daerah, Kabupaten/kota Provinsi, dan

P3A serta badan usaha, badan sosial dan perseorangan pemilik jaringan irigasi

untuk mengalokasikan Dana Pengelolaan Irigasi (DPI) tertentu didalam APBN,

APBD Kabupaten/kota, anggaran P3A dan anggaran badan usaha, badan sosial

dan perseorangan yang bersangkutan.

IV.

PERMASALAHAN PENGELOLAAN IRIGASI

Prasarana Fisik Jaringan Irigasi

Berdasarkan kelengkapan dan jenis konstruksinya, jaringan irigasi di Indonesia

dapat dibedakan atas tiga kelas jaringan irigasi yaitu teknis, semi teknis dan

sederhana. Disamping kelas jaringan dan kelengkapannya, yang penting

diperhatikan dalam prasarana fisik irigasi adalah kondisinya. O&P jaringan

(18)

keadaan baik yaitu mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang

direncanakan.

Untuk mengetahui lebih rinci keadaan masing-masing jaringan irigasi, perlu

dilakukan kegiatan inventarisasi termasuk kondisinya secara rutin sesuai dengan

peraturan perundangan yang berlaku.

Fasilitas Penunjang Peralatan Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi dapat dilaksanakan baik dengan

cara diborongkan maupun dengan cara swakelola. Pekerjaan pemeliharaan

yang diborongkan sebagai pelaksanaannya adalah kontraktor. Dengan

demikian bahan peralatan dan tenaga kerja disediakan oleh kontraktor

yang bersangkutan. Untuk kegiatan pemeliharaan yang rutin dan ringan

dikerjakan secara swakelola untuk itu peralatan kegiatan pemeliharaan

tersebut harus disediakan oleh Pemerintah Dinas SDA Kabupaten/kota,

alat-alat berat seperti pengeruk lumpur, buldozer dan lain-lain dapat juga

dipergunakan, tetapi terbatas pada daerah-daerah irigasi yang bebas

dengan dimensi saluran cukup besar.

Pengangkutan /Mobilitas

- Dinas SDA Kabupaten/kota pada umumnya mengelola daerah irigasi 15.000 s/d ± 30.000 ha, sedang fasilitas angkutan yang dipergunakan

untuk melaksanakan pengawasan dan pembinaan di lapangan adalah

Jeep. Disamping kendaraan Jeep untuk tugas operasional lapangan, perlu

dilengkapi dengan kendaraan pick-up/light truck untuk mengangkut

bahan-bahan dari Dinas SDA Kabupaten/kota.

- Cabang Dinas SDA Kabupaten/kota di Kecamatan umumnya mengelola daerah irigasi ± 3.000 s/d 6.000 ha. Fasilitas angkutan yang diperlukan

adalah sepeda motor. Agar O&P jaringan irigasi dapat dilaksanakan

dengan baik ditingkat cabang Dinas SDA, maka fasilitas angkutan

(19)

dipergunakan untuk angkutan bahan/material ke tempat lokasi pekerjaan

yang letaknya tersebar, serta untuk mengangkut tenaga-tenaga kerja ke

tempat lokasi yang bersangkutan.

- Juru pengairan mengelola daerah irigasi 750-1.500 ha. Fasilitas untuk mobilitas juru pengairan adalah sepeda, sedangkan kegiatan juru

meliputi antara lain kegiatan operasi (mengatur pintu air, mencatat

keadaan tanaman maupun debit setiap hari, pemeliharaan, inventarisasi

jaringan irigasi, pembinaan P3A dan sebagai tenaga pembimbing petani.

- Penjaga Pintu Air (PPA) mempunyai tugas untuk mengatur sejumlah pintu air yang jaraknya cukup jauh, sedangkan alat transportasi tidak ada.

Apabila membuka/menutup pintu air pada bangunan-bangunan bagi

sadap yang jarak antara satu dengan lainnya berjauhan maka PPA

tersebut harus berjalan kaki, sehingga membutuhkan waktu cukup lama

dan merupakan suatu hambatan. Untuk itu PPA seharusnya diberikan

sepeda sebagai alat penunjang untuk mempercepat pengaturan pintunya.

- Penjaga Bendung diberi tugas untuk mengatur pintu-pintu dibangunan utama masih banyak yang belum mempunyai sepeda. Mereka biasanya

enggan menempati rumah yang disediakan disekitar bendung karena

lokasinya banyak yang jauh dari kampung, sehingga bilamana terjadi

banjir (sering pada malam hari) sulit untuk mengatur pintu secepatnya.

Maka untuk para penjaga soyogiyanya juga perlu disediakan sepeda

untuk memperlancar tugasnya.

Kantor dan Peralatannya

Kantor Dinas SDA Kabupaten/kota memfasilitasi antara lain untuk

merencanakan pekerjaan pemeliharaan jaringan irigasi baik yang

swakelola maupun yang diborongkan, menindak lanjuti hasil rapat

komisi irigasi untuk menentukan tata tanam sesuai debit yang

diandalkan, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaaan O&P jaringan

irigasi dan lain-lain. Untuk itu kantor Dinas SDA Kabupaten/kota perlu

(20)

lain-lain yang dianggap sangat penting guna menunjang pelaksanaan

O&P.

Peralatan Komunikasi

Kegiatan O&P jaringan irigasi yang rutin mencakup pencatatan debit

sungai dan saluran, curah hujan dan keadaan luas tanam dan lain-lain.

Data tersebut perlu dilaporkan ke Dinas SDA Kabupaten/kota oleh juru

pengairan setiap 2 (dua) minggu sekali pada rapat di tingkat cabang

Dinas SDA Kabupaten/kota dan kemudian diteruskan ke kantor Dinas

SDA kabupaten/kota setelah dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya di

kantor cabang Dinas SDA. Laporan keadaan banjir dan kerusakan tanam

kadang-kadang terlambat karena jaringan komunikasi antara penjaga

bendung dengan kepala cabang Dinas SDA kabupaten/kota maupun

kepala Dinas SDA belum memadai, untuk itu adanya jaringan

komunikasi yang memadai sangat diperlukan.

Rumah jaga

Rumah jaga juga ada dilapangan dirasa sangat kurang dan biasanya letak

bangunannya jauh dari bendung maupun bangunan bagi, sehingga dalam

mengoperasikan pintu-pintu air kurang efisien. Seharusnya

rumah-rumah jaga ini dibangun pada lokasi yang tepat misalnya dekat bendung

dan bangunan bagi, tetapi tidak terpencil dari perkampungan agar PPA

mau menempati sehingga dalam mengoperasikan pintu-pintu air bisa

lebih efisien.

Gudang

Gudang biasanya untuk menyimpan skote balok dan

peralatan/bahan-bahan untuk pekarjaan swakelola. Kebanyakan gudang yang ada pada

saat ini letaknya berjauhan/terpisah dengan rumah jaga sehingga

mengakibatkan skote balok dan peralatan banyak yang hilang. Jumlah

(21)

dibuat sesuai dengan kebutuhan dan dekat rumah jaga, agar mudah

dalam mengontrol barang-barang yang disimpan digudang tersebut.

Organisasi dan Personalia O&P a. Organisasi

Sehubungan dengan era desentralisasi, organisasi pelaksana O&P

kabupaten/kota akan dilaksanakan oleh Dinas SDA kabupaten/kota. Yang

menjadi masalah apakah semua kabupaten/kota di Indonesia nantinya

menjadi Dinas SDA kabupaten/kota atau Dinas SDA/Pengairan

kabupaten/kota.

b. Personalia

Dengan dilaksanakannya otonomi daerah, personil dibidang SDA/irigasi

di Dinas SDA kabupaten/kota sangat memprihatinkan. Kualitas personil

pengelola jaringan irigasi di kantor Dinas SDA kabupaten/kota perlu

ditingkatkan melalui latihan-latihan/kursus-kursus O&P jaringan irigasi

serta latar belakang pendidikan yang memadai.

Manual dan Prosedur O&P Jaringan Irigasi

Setiap daerah irigasi biasanya mempunyai banguanan pengambilan utama dan

sistem jaringan yang berbeda-beda berdasarkan sumber air, luas daerah irigasi,

tata tanam, topographi, jenis tanah, kebutuhan air dan sebagainya, sehingga cara

O&P jaringannya juga bervariasi. Mengingat hal tersebut di atas, untuk

pengoperasian maupun pemeliharaan jaringan irigasi yang baik dan benar

diperlukan dasar irigasi bermacam peta dan skema jaringan dan manual

(pedoman) O&P, termasuk prosedurnya.

Data dasar yang diperlukan mencakup data tentang jenis tanah, debit sungai,

curah hujan, kebutuhan air sawah, kehilangan air dan sebagainya untuk analisa

neraca air dan penyusunan rencana pembagian air. Permasalahan yang sering

dijumpai mengenai data tersebut, khusus untuk data curah hujan dan debit

sungai, yaitu kualitas dan kontinuitas dalam seri waktu tertentu misalnya 5

(22)

Khusus mengenai peta masing-masing peta tersier yang menggambarkan

batas-batas pemilikan sawah, manfaatnya cukup besar dan dapat digunakan oleh

berbagai pihak, yaitu bagi juru pengairan untuk keperluan P3A dan untuk

menyusun, memonitor dan mengevaluasi wilayah kerjanya juga untuk

mengetahui dengan pasti lokasi sawah masing-masing pemilik/penggarap dari

anggota P3A yang bersangkutan, untuk pengelolaan air ditingkat jaringan tersier,

serta untuk memonitor perkembangan realisasi tanam yang harus dilaporkan

oleh P3A kepada juru pengairan, bagi Dinas Pendapatan Daerah untuk

kepentingan pemungutan Pajak bumi dan Bangunan (PBB) dan Iuran Pelayanan

Irigasi.

Sumber Air dan Pemanfaatannya

Sebagaimana disebutkan dimuka, sumber air irigasi dapat terdiri dari waduk,

sungai, mata air, pompa dan lain-lain, yang menjadi masalah yaitu air yang

tersedia disumber tersebut, terutama dari sungai, umumnya tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan sepanjang tahun. Terlebih-lebih dengan merosotnya

kondisi catchment area dan penggunaan air yang bermacam-macam serta faktor

iklim.

Disamping itu ada kecenderungan petani dibagian hulu menggunakan air secara

berlebihan sehingga petani yang dibagian hilir merasa kekurangan air.

Masyarakat Tani dengan P3A nya

Sesuai dengan UU No.07 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air, pasal 64 ayat

(6), menyatakan :

a. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi primer dan sekunder

menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah

Daerah sesuai dengan kewenangannya.

b. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi tersier menjadi hak

dan tanggung jawab masyarakat petani pemakai air.

Untuk melaksanakan butir (b), para petani dalam suatu petak tersier

(23)

Permasalahan pada P3A ini antara lain :

- Kepemilikan tanah yang rata-rata kecil (± 0,3 ha di Jawa) maka tiap P3A mempunyai anggota cukup banyak, sehingga sulit untuk berkembang.

- Petani belum menyadari atau merasakan manfaat anggota P3A.

- Perbedaan kepentingan antara petani yang memiliki/menggarap sawah di hulu dengan yang di hilir dari jaringan tersier. Petani yang di hulu karena

dekat dengan pintu sadap mereka merasa sudah kecukupan air dan merasa

tidak perlu menjadi anggota P3A.

- Batas wilayah kerja P3A ada yang berdasarkan batas hidrolus yaitu petak tersier dan ada yang batasnya wilayah administrasi Pemerintah Desa.

- Masih kurangnya pembinaan dari instansi terkait (PEMDA,PU dan DIPERTA).

Dana Pengelolaan Irigasi

Untuk pelaksanaan O&P yang baik dan benar harus disediakan anggaran yang

memadai dan perhitungannya sesuai dengan kebutuhan nyata dilapangan bagi

masing-masing jaringan irigasi. Kenyataan tingkat pembiayaan yang

dialokasikan untuk masing-masing daerah irigasi masih belum mencukupi. Hal

ini mengakibatkan pelaksanaan sejumlah pekerjaan pemeliharaan menjadi

tertunda dengan demikian dalam beberapa tahun akan terjadi kumulatif

Referensi

Dokumen terkait

Untuk pengujian, diambil sampel sebanyak 50 dokumen dari seluruh dokumen yang ada di basisdata. Selanjutnya, dilakukan proses cek potensi plagiarisme dari 50 dokumen tersebut

[3.3] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah

[r]

Rincian perlakuan ...7 Tabel 4.1.Hasil analisis perhitungan laju penurunan rata-rata kehilangan. berat materi organik ...17 Tabel 4.2.Hasil analisis Hasil analisis CCA antara

tentang apa yang akan mereka dapatkan pada mata Sekolah ini. Untuk membuat deskripisi mata pelajaran, pilih ‘ Create and edit course description ’ , pilih item menu, isi

Kendala- kendala yang dialami oleh SMK RSBI dalam penyelenggaraan program pendidikan sesuai standar RSBI antara lain: (a) belum diperolehnya akreditasi dari sekolah mitra

A.V.Dicey, mengidentifikasi unsur – unsur Rule of Law dalam demokrasi konstitusional sebagai berikut : Supremasi aturan – aturan hukum ( Supremacy of the Law),

[r]