• Tidak ada hasil yang ditemukan

REALISASI PENDEKATAN TERPADU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REALISASI PENDEKATAN TERPADU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

REALISASI PENDEKATAN TERPADU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

BERDASARKAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

Makalah disajikan pada Seminar Nasional dengan Tema

“Revitalisasi Peran Pendidikan sebagai Wahana Pembudayaan Bangsa” Sabtu, 19 Februari 2005

Oleh

Sutji Muljani, M.Hum. NIPY 10452571970 (PBSID-FKIP UPS TEGAL)

SEMINAR NASIONAL DALAM RANGKA LUSTRUM V (DIES NATALIS KE-25) UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

(2)

REALISASI PENDEKATAN TERPADU

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK):

Sutji Muljani

ABSTRAK

Berdasarkan SK Mendiknas No. 045/U/2002, Depdiknas menggariskan agar semua jenis pendidikan formal di Indonesia segera menyesuaikan kurikulumnya dengan kurikulum nasional yang disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum merupakan pedoman bagi setiap guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar, termasuk kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia (BI). Kurikulum nasional Bahasa Sastra Indonesia (BSI) berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa. Hakikat pembelajaran bahasa adalah bahwa (1) belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi; dan (2) belajar sastra adalah belajar memahami manusia dan kemanusiaannya. Oleh karena itu, pembelajaran diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam BSI, baik secara lisan maupun tertulis, dan menghargai hasil ciptaan manusia Indonesia. KBK tentang BSI harus diketahui, dilakukan, dan dimahirkan oleh setiap siswa pada tiap tingkatan. Kerangka ini disajikan dalam tiga tingkatan yaitu (1) kompetensi dasar berupa penguasaan materi pokok, (2) hasil belajar, (3) Indikator hasil belajar (IHB) (Depdiknas, 2002). Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran BSI diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam BSI, baik lisan maupun tulisan.Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serat memperluas wawasan. Pembelajaran sastra diarahkan untuk memperbaiki budi dan mempertajam kepekaan perasaan siswa. Siswa tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung, tetapi juga yang disampaikan secara terselubung.

(3)

A. Pendahuluan

Berdasarkan SK Mendiknas No. 045/U/2002, Depdiknas menggariskan agar semua jenis pendidikan formal di Indonesia segera menyesuaikan kurikulumnya dengan kurikulum nasional yang disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Untuk kepentingan itu, diterbitkan seperangkat dokumen yang terdiri atas (1) Kurikulum dan Hasil Belajar; (2) Penilaian Berbasis Kelas; (3) Kegiatan Belajar Mengajar; dan (4) Pengelolaan Kurikulum Berbasis Kelas.

Dalam dokumen ke-4 yaitu Pengelolaan Kurikulum Berbasis Kelas disebutkan bahwa KBK merupakan langkah penting untuk melaksanakan reformasi pendidikan di Indonesia karena dua alasan yaitu (1) berfokus pada standar kompetensi dan hasil belajar dan (2) mendesentralisasikan pengembangan silabus dan pelaksanaannya. Berkaitan dengan Bahasa Indonesia, dalam Pendahuluan KBK Mata Pelajaran Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kurikulum disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia. Fokus hasil pendidikan yang bermutu adalah siswa yang sehat, mandiri, berbudaya, berakhlak mulia, beretos kerja, berpengetahuan dan menguasai teknologi, serta cinta tanah air.

Berkaitan dengan KBK Mata Pelajaran BSI, di sini akan dideskripsikan apa dan bagaimana KBK Mata Pelajaran BSI beserta dengan pendekatan dan pengorganisasiannya.

B. Prinsip-Prinsip Kurikulum Bahasa Indonesia Berdasarkan KBK Kurikulum merupakan pedoman bagi setiap guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar, termasuk kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia (BI). Penyusunan perangkat pembelajaran, seperti Analisis Materi Pelajaran (AMP), Program Satuan Pelajaran (PSP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), penyusunan dan penggunaan buku ajar BI

(4)

dilaksanakan berdasarkan kurikulum atau GBPP. Oleh karena itu, pemahaman terhadap kurikulum atau GBPP BI berdasarkan KBK sangat penting bagi setiap guru yang akan mengajarkan BI.

Kurikulum nasional Bahasa Sastra Indonesia (BSI) berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa. Hakikat pembelajaran bahasa adalah bahwa (1) belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi; dan (2) belajar sastra adalah belajar memahami manusia dan kemanusiaannya. Oleh karena itu, pembelajaran diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam BSI, baik secara lisan maupun tertulis, dan menghargai hasil ciptaan manusia Indonesia. Kurikulum nasional ini dimaksudkan juga agar siswa siap mengakses situasi multi lokal, yang berorientasi pada keterbukaan dan kemasadepanan. Kurikulum ini diarahkan agar siswa terbuka terhadap beragam informasi yang hadir di sekitar kita dan dapat menyaring yang berguna, belajar menjadi diri sendiri, dan menyadari akan eksistensi budayanya sehingga tidak tercabut dari lingkungannya.

Dengan kurikulum nasional ini diharapkan:

1. Siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil budaya dan hasil intelekstual bangsa sendiri;

2. Guru dapat memusatkan perhatian pada pengembangan kompetensi bahasa siswa dengan menyediakan beragam kegiatan berbahasa dan sumber belajar;

3. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswa;

4. Orang tua dan masyarakat terlibat secara aktif dalam pelaksanaan program di sekolah;

5. Sekolah dapat menyusun program pendidikan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar yang tersedia;

6. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah.

(5)

C. Fungsi Pengajaran Bahasa Indonesia dalam KBK

Pengajaran BI merupakan salah satu jalur pembinaan dan pengembangan BI yang paling efektif. Dengan menggunakan program-program pengajaran yang disusun secara sistematis, dapat dilaksanakan pengelolaan proses belajar-mengajar BI di sekolah untuk membina dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan berbahasa Indonesia para siswa siswa. Berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan BI serta sesuai dengan kedudukan dan fungsi BI sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Negara, maka fungsi pengajaran BI adalah sebagai berikut

1. Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa;

2. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya;

3. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

4. Sarana penyebarluasan pemakaian BI yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah;

5. Sarana pengembangan penalaran.

D. Tujuan Pengajaran Bahasa Indonesia dalam KBK 1. Tujuan Umum Pengajaran Bahasa Indonesia

Tujuan umum BI adalah tujuan pengajaran yang akan dicapai siswa pada akhir studinya di satuan jenjang pendidikan tertentu, baik SD, SMP, maupun SMU. Tujuan umum ini diarahkan untuk mencapai tiga ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah keterampilan berbahasa Indonesia serta pembentukan kemampuan penalaran.

Secara rinci, tujuan umum pengajaran BI adalah sebagai berikut. 1) Siswa menghargai dan membanggakan BI sebagai bahasa nasional

(6)

2) Siswa memiliki kemampuan BI dari segi bentuk, makna, fungsi, dan menggunakannya dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan.

3) Siswa memiliki kemampuan menggunakan BI untuk meningkatkan kemampuan intelektual (berpikir kreatif dan disiplin, menggunakan akal sehat, menerapkan pengetahuan yang berguna, memahami dan menekuni konsep abstrak, serta memecahkan masalah), kematangan emosional dan sosial.

4) Siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

2. Tujuan Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia a. Kebahasaan

1) Siswa menguasai aturan ejaan dan tanda baca BI.

2) Siswa menguasai beberapa kemungkinan intonasi kalimat sesuai dengan tujuannya.

3) Siswa menguasai bermacam-macam bentuk, makna, dan fungsi imbuhan.

4) Siswa menguasai penggunaan kata hubung dan kata tugas sesuai dengan alur pikiran.

5) Siswa memahami ciri-ciri frasa.

6) Siswa memahami ciri-ciri kalimat dan pengembangannya (penggabungan dan penambahan).

7) Siswa memahami ciri-ciri paragraf dan cara pengembangannya. 8) Siswa memahami ciri-ciri essai dan pengembangannya.

9) Siswa memahami pengembangan dan perubahan makna.

10) Siswa menguasai bermacam-macam majas, makna ungkapan, dan makna peribahasa.

11) Siswa menguasai ciri-ciri pembentuk puisi, prosa, drama, kritik, dan esai.

(7)

E. Pendekatan dan Pengorganisasian Materi Pengajaran 1. Pendekatan

Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, setiap warga dituntut untuk terampil berbahasa. Jika setiap warga terampil berbahasa, komunikasi akan berjalan dengan baik.

Fungsi utama sastra adalah sebagai sarana penghalus budi, peningkat rasa kemanusiaan, dan kepedulian sosial, penumbuh apresiasi budaya, dan penyalur gagasan, imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif.

2. Pengorganisasian Materi

KBK tentang BSI harus diketahui, dilakukan, dan dimahirkan oleh setiap siswa pada tiap tingkatan. Kerangka ini disajikan dalam tiga tingkatan yaitu (1) kompetensi dasar berupa penguasaan materi pokok, (2) hasil belajar, (3) Indikator hasil belajar (IHB) (Depdiknas, 2002).

Kompetensi Dasar yang dimaksudkan dalam KBK adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak yang dilakukan secara konsisten dan terus-menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten dalam bidang tertentu (Depdiknas, 2002). Kompetensi dasar BSI merupakan uraian tentang materi pembelajaran, khususnya materi BSI, yang memadai atas kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam berkomunikasi lisan (mendengarkan dan berbicara) dan tulis (membaca dan menulis) sesuai dengan kaidah BSI, serta mengapresiasi karya sastra. Kompetensi ini harus dimiliki daan dikembangkan secara maju dan berkelanjutan seiring dengan perkembangan siswa untuk mahir berkomunikasi dan memecahkan masalah.

Materi pokok merupakan struktur keilmuan BSI sebagai alat komunikasi yang dapat berupa keterampilan berbahasa, penguasaan bahasa secara praktis untuk berbagai keperluan, konteks, dan pengertian konseptual yang harus dimiliki dan dikembangkan pada

(8)

diri siswa. Indikator pencapaian hasil belajar merupakan uraian kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam berkomunikasi secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran.

Hasil Belajar merupakan struktur keilmuan bahasa dan sastra Indonesia sebagai alat komunikasi yang bisa berupa keterampilan berbahasa, konteks, dan pengertian konseptual yang harus dimiliki dan dikembangkan pada diri siswa. Aspek yang tercakup di dalamnya adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh setiap siswa yang sedang dikembangkan kompetensi dasarnya.

Indikator Hasil Belajar (IHB) merupakan uraian kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam berkomunikasi secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. IHB yang terdapat pada kurikulum pada dasarnya adalah sub-subhasil belajar yang dipakai sebagai tolak ukur perkembangan pengetahuan dan perubahan sikap serta perilaku siswa setelah mereka selesai mempelajari kompetensi dasar tertentu.

Dengan demikian, hubungan antara kompetensi dasar, hasil belajar, dan IHB seperti hubungan antara materi pembelajaran, tujuan pembelajaran umum, dan tujuan pembelajaran khusus sebagaimana telah dijelaskan di atas.

F. Kompetensi Umum Bahasa dan Sastra Indonesia

1. Berdaya tahan dalam berkonsentrasi mendengarkan dalam berbagai konteks sampai dengan seratus dua puluh menit dan mampu memahami serta peka terhadap gagasan, pandangan, dan perasaan orang lain secara lengkap dalam uraian, khotbah, pidato, ceramah, dialog, pertunjukan, dan film, serta memberikan penilaian terhadapnya.

2. Menyampaikan ceramah, berdiskusi dalam seminar, meyakinkan dan mempengaruhi, memberi petunjuk, menjelaskan suatu proses secara

(9)

rinci, mengaitkan berbagai peristiwa, mengkritik, dan berekspresi dalam berbagai bentuk, konteks, dan keperluan.

3. Membaca berbagai ragam teks, menganalisis informasi dan gagasan, memberikan komentar, menyeleksi, dan mensintetiskan informasi dari berbagai sumber.

4. Menulis karangan fiksi dan nonfiksi dengan menggunakan kosa kata yang bervariasi dan efektif untuk menimbulkan efek dan hasil tertentu. 5. Memahami dan menggunakan kalimat lengkap dan kalimat tidak

lengkap dengan logis, kontekstual dan pragmati, kalimat lebih dari satu klausa, pemarkah hubungan dari berbagai tujuan; imbuhan-imbuhan serapan; berbagai variasi ragam bahasa; kata umum dan kata khusus; peribahasa sesuai dengan konteks; variasi-variasi kalimat dan bahasa; kosa kata termasuk kosa kata serapan sebanyak 12.000 kosa kata untuk berbagai keperluan; pedoman EYD secara lengkap; pemarkah pengembangan paragraf.

6. Mengapresiasi sastra melalui kegiatan mendengarkan, menonton, membaca, dan melisankan hasil sastra berupa puisi, cerita pendek, novel, dan drama; memahami dan menggunakan pengertian teknis kesusasteraan dan sejarah sastra untuk menjelaskan, meresensi, menilai dan menganalisis hasil sastra, dan berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra, memerankan drama, menulis karya cipta berupa puisi, cerpen, novel, dan drama.

G. Hasil Belajar

1. Mendengarkan: uraian, khotbah, pidato, ceramah, dialog, seminar, pertunjukan, diskusi, pembicaraan, nara sumber, berita radio, TV, atau rekaman, gelar wicara, pembacaan puisi, prosa, dan drama.

2. Berbicara: menyampaikan ceramah, petunjuk, penjelasan, peristiwa, pengalaman, berita radio/TV/ surat kabar, keindahan alam, riwayat hidup, laporan, pidato, tokoh drama, isi puisi, isi prosa, nilai-nilai dalam karya sastra, hasil penelitian, karya tulis.

(10)

3. Membaca: teks bacaan, berbagai bentuk dan jenis laporan, petunjuk dari berbagai sumber beberapa teks dengan tema yang sama, kamus, teks berisi tabel atau grafiks, artikel, naskah berita, tajuk rencana, kolom khusus surat kabar, naskah, sambutan atau pidato, esei, puisi, prosa, drama.

4. Menulis: karangan naratif dan nonnaratif, berbagai jenis dan bentuk paragraf, berbagai jenis surat, ulasan buku, formulir, berita, teks pidato, notulen rapat, rangkuman pendapat dan usul, laporan perjalanan, laporan pengamatan dan penelitian, surat lamaran pekerjaan, hasil diskusi atau seminar, makalah, esei, karya tulis, resensi novel, puisi, cerita pendek, dan drama.

5. Sastra: hasil sastra berupa puisi, cerita pendek, novel dan drama, pengertian-pengertian teknis kesusastraan dan sejarah sastra.

6. Kebahasaan: kalimat lengkap dan tidak lengkap, kalimat lebih dari dua klausa (satu induk kalimat dan beberapa anak kalimat), pemarkah hubungan untuk berbagai tujuan, imbuhan yang tinggi frekuensi pemakaiannya, berbagai variasi penggunaan bahasa : ragam bahasa standar, jurnalistik, ilmiah, dan ragam bahasa sastra, kata umum dan khusus, peribahasa sesuai dengan konteks baru dan mutakhir, variasi kalimat dengan makna yang sama, variasi bahasa secara pragmatik, kosa kata serapan, EYD, pemarkah-pemarkah pengembangan paragraf secara narasi, deskripsi, eksposisi dan argumentasi.

H. Rambu-Rambu Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

1) Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran BSI diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam BSI, baik lisan maupun tulisan.

2) Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serat memperluas wawasan. Pembelajaran sastra diarahkan untuk

(11)

memperbaiki budi dan mempertajam kepekaan perasaan siswa. Siswa tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung, tetapi juga yang disampaikan secara terselubung.

3) Kemampuan dasar, materi pokok, indikator pencapaian hasil belajar yang dicantumkan dalam Standar Nasional merupakan bahan minimal yang harus dikuasai siswa. Oleh karena itu, daerah, sekolah, atau guru dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan bahan yang disajikan dengan situasi dan kondisi setempat. Hal ini sesuai dengan PP tahun 2000, pasal 2 ayat 2 yang menyatakan wewenang pusat (Depdiknas) dalam pendidikan dan kebudayaan adalah menetapkan standar kompetensi siswa dan warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional, serta pedoman pelaksanaannya. Wewenang daerah khususnya kabupaten/kota adalah mengembangkan standar kompetensi minimal yang ditetapkan pusat.

4) Kompetensi dasar mencangkup aspek mendengarkan, berbicara, menulis, sastra, dan kebahasaan. Aspek-aspek itu mendapat porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu.

5) Kata menduduki posisi penting dalam sistem bahasa, termasuk pemakaiannya dalam berbahasa, baik lisan maupun tulisan. Oleh karena itu, penguasaan kosa kata seseorang sangat menentukan keberhasilan berkomunikasi. Pembelajaran kosa kata bertujuan untuk memperkaya perbendaharaan kata pada siswa.

6) Pembelajaran sastra bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra. Oleh karena itu, harus diikuti dengan mewajibkan siswa untuk membaca sendiri karya-karya terpilih. Pembelajaran bahasa dan sastra disajikan seimbang. Bahan dapat dikaitkan dengan tema ataupun tanpa tema.

7) Diversifikasi pada kurikulum ini ditunjukkan dengan tanda bintang bagi siswa yang mempunyai kemampuan lebih.

(12)

I. Kelebihan dan Kekurangan KBK Bahasa Sastra Indonesia

Pranowo dalam “KBK, Mana Pembaharuannya?” (2002) mengatakan bahwa KBK BSI tidak ada pembaharuan yang berarti dalam pembelajaran BSI. Letak kebaharuan yang berarti dari KBK BSI adalah adanya semangat ingin agar keluaran (output) pendidikan di Indonesia memiliki nilai kompetitif dan komparatif di tengah-tengah era globalisasi yang didominasi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, jika hanya semangat yang diperbaharui saja tanpa memperbaharui dan mengembangkan substansi kurikulum, tujuan akhir KBK untuk menghasilkan SDM yang meningkat kualitasnya hanyalah bersifat utopia. Hal-hal yang dikomentari oleh Pranowo berkaitan dengan KBK BSI adalah sebagai berikut.

1. Sangat sulit untuk mewujudkan atau mencapai kompetensi berbahasa Indonesia jika materi pembelajaran itu tetap mencangkup aspek mendengarkan, berbicara, menulis, kebahasaan, dan sastra yang semuanya merupakan aktivitas berbahasa.

2. Tidak ada kejelasan fungsi komunikatif mana saja yang akan dikembangkan pada siswa dalam kompetensi dasar KBK

3. KBK bidang studi BSI menjadi tidak sistematis jika terjadi tumpang tindih antara kompetensi di bidang sastra dengan aspek mendengarkan, membaca, dan menulis.

4. Hasil belajar adalah kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa. Jika kompetensi yang dikembangkan sangat terbatas, tentu saja hasil belajar pun akan terbatas. Dengan demikian, jika KBK dalam bidang BSI dimaksudkan untuk memberikan keunggulan kompetitif dan komparatif kepada siswa agar siap menghadapi globalisasi, menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan menjawab kebutuhan zaman, kompetensi yang dimiliki oleh siswa setelah dikembangkan berdasarkan KBK sangat tidak memadai.

(13)

5. Indikator Hasil Belajar (IHB) tidak akan dapat mencerminkan kompetensi ber-BI para siswa karena kompetensi dasar yang dikembangkan sangat terbatas.

6. Tolak ukur keberhasilan kompetensi siswa dari hasil belajar dan IHB belum menjadi jaminan bahwa kompetensi siswa telah mencapai tingkat tertentu. Hal ini dikarenakan belum ada kriteria konkret.

J. Masukan untuk Revisi KBK

Berdasarkan kelemahan-kelemahan KBK BSI tersebut, oleh Pranowo diusulkan beberapa hal untuk merevisi KBK. Usulan atau masukan itu adalah:

1. Memasukkan subfungsi komunikatif BI secara menyeluruh ke dalam kurikulum, baik fungsi informatif, fungsi komisif, fungsi ekspresif, fungsi direktif, fungsi indirektif, fungsi argumentatif, maupun fungsi imajinatif.

2. Mengeksplisitkan pendekatan yang dipakai dalam kurikulum dengan pendekatan kurikulum “berbasis kompetensi” dan pendekatan kebahasaannya adalah pendekatan komunikatif.

3. Menyusun rambu-rambu penulisan buku teks yang jelas untuk mempermudah para guru dalam membelajarkan BSI kepada para siswa.

4. Menyertakan rambu-rambu evaluasi hasil belajar.

5. Menyempurnakan aspek sastra dengan cara (1)mengalokasikan waktu tersendiri dalam pembelajaran sastra tanpa mengesampingkan keterpaduannya dengan bidang bahasa; (2) kompetensi dasar bidang sastra hendaknya dikembangkan menggunakan domain tersendiri berdasarkan sifat-sifat khas sastra sebagai karya fiksi sehingga tidak tumpang tindih dengan domain keterampilan berbahasa nonfiksi. K. Penutup

Meskipun terdapat kelemahan pada KBK BSI, tetapi usaha pembaharuan kurikulum dalam bidang BSI dengan munculnya KBK itu harus disambut dengan semangat untuk mewujudkannya. Karena

(14)

bagaimanapun, KBK itu dimunculkan sebagai upaya pemerintah, dalam hal ini Depdiknas, guna menghasilkan keluaran atau lulusan yang berkompetitif dan berkomparatif dari dunia pendidikan di Indonesia. Tugas untuk menghasilkan keluaran yang berkualitas dari dunia pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab bersama antara pihak sekolah, guru, murid, orang tua, dan lingkungan.

L. Daftar Pustaka

Beeby, C.E. 1987. Pendidikan di Indonesia: Penilaian dan Pedoman Perencanaan. Jakarta: LP3ES.

Depdikbud. 1987. Petunjuk Pelaksanaan Sistem Penilaian. Semarang: Proyek Peningkatan SMA Jawa Tengah.

Depdikbud. 1993. GBPP Mata Pelajaran Bahasa Sastra Indonesia. Jakarta.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data yang disajikan pada bab IV peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut : Pertama, hasil analisis uji t diketahui bahwa kualitas produk (X

Departemen Pendidikan Nasional (2003) Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dan

Departemen Pendidikan Nasional (2003) Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dan Madrasah

Dapat disimpulkan bahwa nilai kekakuan balok sengkang 20 cm ( balok yang menggunakan tulangan bambu ) mempunyai nilai kekakuan rata rata yang paling terbesar di

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model persamaan regresi cox proportional hazard untuk data status gizi balita, mengetahui variabel apa saja yang menyebabkan gizi

Harsono (2015: 59) menjelaskan kelincahan ( aqility ) adalah kemampuan untuk mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa kehilangan keseimbangan dan

Permen merupakan sebuah produk yang dapat dibuat dengan mendidihkan campuran gula dan air bersama dengan bahan pewarna dan pemberi rasa sampai tercapai kadar

Uniknya, BCAS dan BVS yang keduanya sama-sama baru berdiri tahun 2010 mampu mengungkapkan lebih dari sepuluh item dalam variabel ini mengalahkan BMSI yang hanya