• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Bab IV Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan

Analisis dilakukan untuk membuktikan hubungan antar variabel bebas dan terikat serta antar variabel bebas. Mekanisme pembuktian hipotesis mengikuti kaidah yang telah dipaparkan dalam sub bab II.11. Analisis data dilakukan berdasarkan data yang diolah dari kuesioner yang dikembalikan oleh responden.

Dalam analisis data digunakan analisis korelasi dan regresi ganda, yang terlebih dahulu data perlu dilakukan uji persyaratan analisis antara lain dilakukan pengujian persyaratan analisis terhadap asumsi-asumsi bahwa data harus homogenitas, normalitas, dan linieritas.

IV.1.Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

Pengujian validitas dilakukan dalam dua tahap yaitu analisis faktor dan analisis item. Analisis faktor dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor masing-masing indikator dengan skor total variabel. Analisis item dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing-masing item dengan skor total variabel. Korelasi menggunakan korelasi pearson product moment.

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik internal consistency teknik belah dua yang dianalisis dengan menggunakan rumus Spearman Brown, sebagai berikut : rb rb r + = 1 2 11 (IV.1) Dimana : r11 = reliabilitas

(2)

Uji coba instrumen sebaiknya dilakukan di luar jangkauan daerah yang akan diteliti agar mendapatkan hasil yang valid dan reliabel. Hasil uji coba dilakukan pada 10 responden pada Dinas Pendidikan, disebar secara acak. Hasil uji coba sebagai berikut:

(1) Jumlah item uji coba variabel kesiapan Internet (ketersediaan infrastruktur TIK) (X1) adalah 14 buah. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan

reliabilitas, maka tidak terdapat item yang gugur, karena semua item valid dan reliabel. Dengan demikian, jumlah item yang akan disebar pada responden adalah tetap 14 buah.

(2) Jumlah item uji coba variabel pemanfaatan TIK (X2) adalah 16 buah.

Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka terdapat item yang gugur yaitu item no : A10d, A10e, A10f, dan A10g. Dengan demikian, jumlah item yang akan disebar pada responden adalah 12 buah. (3) Jumlah item uji coba variabel usaha pencapaian kecakapan TIK (X3)

adalah 7 buah. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka tidak terdapat item yang gugur. Dengan demikian, jumlah item yang akan disebar pada responden adalah tetap 7 buah.

(4) Jumlah item uji coba variabel usaha tingkat kecakapan TIK (X4) adalah 7

buah. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka tidak terdapat item yang gugur. Dengan demikian, jumlah item yang akan disebar pada responden adalah tetap 7 buah.

(5) Jumlah item uji coba variabel kesenjangan digital (Y) adalah 4 buah. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka tidak terdapat item yang gugur. Dengan demikian, jumlah item yang akan disebar pada responden adalah tetap 4 buah.

Perhitungan uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran C.

IV.2.Uji Persyaratan Analisis

Uji persyaratan analisis ini adalah untuk menguji apakah data memenuhi persyaratan kondisi analisis korelasi dan regresi atau tidak, yaitu bahwa data harus homogenitas, normalitas, dan lineritas.

(3)

IV.2.1.Uji Homogenitas dan Normalitas Distribusi

Pengujian homogenitas dapat dilihat pada tabel hasil perhitungan di bawah ini. Tabel IV.1 Tabel hasil uji homogenitas

Levene

Statistic df1 df2 Sig. X1 Based on Mean .339 4 95 .851 Based on Median .276 4 95 .893 Based on Median and with adjusted df .276 4 91.145 .893 Based on trimmed mean .312 4 95 .869 X2 Based on Mean .239 4 95 .916 Based on Median .160 4 95 .958 Based on Median and with adjusted df .160 4 92.484 .958 Based on trimmed mean .245 4 95 .912 X3 Based on Mean 1.369 4 95 .251 Based on Median 1.229 4 95 .304 Based on Median and with adjusted df 1.229 4 89.083 .304 Based on trimmed mean 1.428 4 95 .231 X4 Based on Mean .158 4 95 .959 Based on Median .125 4 95 .973 Based on Median and with adjusted df .125 4 93.034 .973 Based on trimmed mean .152 4 95 .962

Hasil yang ditunjukkan oleh Tabel IV.1 di atas adalah untuk menguji apakah sampel yang diambil mempunyai varians yang sama (homogen). Pedoman mengambil keputusan adalah :

(1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, data berasal dari populasi yang memiliki varians tidak sama.

(2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, data berasal dari populasi yang memiliki varians sama.

Pada hasil di atas, terlihat bahwa signifikansi mean (rata-rata) seluruh variabel (X1, X2, X3 dan X4) berada di atas 0,05 (misal Sig. mean X1= 0,851). Demikian

pula jika dasar pengukuran dari median data, angka Sig. keempat variabel bebas berada di atas 0,05 (misal sig median X1 = 0,893). Maka bisa dikatakan bahwa

data berasal dari populasi yang memiliki varians sama atau disebut homogen.

Sedangkan pengujian normalitas distribusi dengan menggunakan Plot (Q-Q Plot) dapat dilihat pada gambar di lampiran E. Pada lampiran D, gambar Q-Q Plot dibuat untuk seluruh variabel bebas X1, X2, X3 dan X4. Pada gambar Q-Q Plot

(4)

sekeliling garis. Garis itu berasal dari nilai skor z. Dari gambar, terlihat bahwa seluruh data pada variabel bebas tersebar di sekeliling garis. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa distribusi adalah normal. Kesimpulan dari uji analisis ini adalah analisis korelasi maupun regresi dapat dilanjutkan.

IV.2.2.Uji Linieritas Regresi

Pada bagian ini akan dilakukan pengujian linieritas regresi. Berikut adalah hasil pengujian linieritas regresi seperti yang ditunjukkan pada Tabel IV.2 di bawah ini.

Tabel IV.2 Tabel ANOVA untuk regresi linier

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 17.150 4 4.287 6.186 .000(a) Residual 65.840 95 .693

Total 82.990 99 a Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1

b Dependent Variable: Y

Analisis dari uji Anava atau F test yang ditunjukkan pada Tabel IV.2 di atas, didapat F hitung adalah 6,186 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi variabel terikat Y atau variabel pengurangan kesenjangan digital.

IV.3.Analisis Data

Pada bagian ini akan dilakukan serangkaian pengujian terhadap hipotesis dengan menggunakan teknik analisis statistik yang sudah ditentukan semula, yaitu analisis korelasi, regresi baik sederhana maupun ganda akan diuraikan pada bagian selanjutnya.

(5)

IV.3.1.Analisis Korelasi untuk Kesiapan Internet (X1) terhadap Pengurangan Kesenjangan Digital (Y)

Pengaruh variabel kesiapan internet (X1) terhadap variabel pengurangan

kesenjangan digital (Y) dengan menggunakan uji T, sedangkan besarnya pengaruh diketahui berdasarkan angka Beta atau Standadized Coefficients. seperti yang digambarkan dalam Tabel IV.3 di bawah ini.

Tabel IV.3 Hasil analisis korelasi X1 terhadap Y

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.648 1.681 .980 .329 X1 .231 .089 .254 2.599 .011 a Dependent Variable: Y

Hubungan linier antara kesiapan internet (X1) terhadap pengurangan kesenjangan

digital (Y) dapat ditentukan sebagai berikut: (1) Penentuan hipotesis

H0 = tidak ada hubungan linier antara kesiapan internet (X1) terhadap

pengurangan kesenjangan digital.

H1 = ada hubungan linier antara kesiapan internet (X1) terhadap

pengurangan kesenjangan digital.

(2) Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan cara membandingkan nilai angka t penelitian dengan angka t tabel. Jika t penelitian > t tabel maka H0

ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis

SPSS (Tabel IV.3) maka angka t penelitian sebesar 2,599, sedangkan angka t tabel sebesar 1,98 (nilai derajat kebebasan 100-2 = 98, taraf signifikansi 0,05).

(3) Maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima artinya terdapat

hubungan linier antara kesiapan internet terhadap pengurangan kesenjangan digital. Besar pengaruhnya adalah 25,4%.

(6)

IV.3.2.Analisis Korelasi untuk Pemanfaatan TIK (X2) terhadap Pengurangan Kesenjangan Digital (Y)

Pengaruh variabel pemanfaatan TIK (X2) terhadap variabel pengurangan

kesenjangan digital (Y) dengan menggunakan uji T, sedangkan besarnya pengaruh diketahui berdasarkan angka Beta atau Standadized Coefficients. seperti yang digambarkan dalam Tabel IV.4di bawah ini.

Tabel IV.4 Hasil analisis korelasi X2 terhadap Y

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2.795 1.145 2.441 .016 X2 .185 .066 .274 2.816 .006 a Dependent Variable: Y

Hubungan linier antara pemanfaatan TIK (X2) terhadap kesenjangan digital (Y)

dapat ditentukan dengan cara yang sama dengan cara di atas. (1) Penentuan hipotesis

H0 = tidak ada hubungan linier antara pemanfaatan TIK (X2) terhadap

pengurangan kesenjangan digital.

H1 = ada hubungan linier antara pemanfaatan TIK (X2) terhadap

pengurangan kesenjangan digital.

(2) Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan cara membandingkan nilai angka t penelitian dengan angka t tabel. Jika t penelitian > t tabel maka H0

ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis

SPSS (Tabel IV.4) maka angka t penelitian sebesar 2,816, sedangkan angka t tabel sebesar 1,98 (nilai derajat kebebasan 100-2 = 98, taraf signifikansi 0,05).

(3) Maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima artinya terdapat

hubungan linier antara pemanfaatan TIK terhadap pengurangan kesenjangan digital. Besar pengaruhnya adalah 27,4%.

(7)

IV.3.3.Analisis Korelasi Upaya Pencapaian Kecakapan TIK (X3) terhadap Pengurangan Kesenjangan Digital (Y)

Pengaruh variabel usaha pencapaian kecakapan TIK (X3) terhadap variabel

pengurangan kesenjangan digital (Y) dengan menggunakan uji T, sedangkan besarnya pengaruh diketahui berdasarkan angka Beta atau Standadized Coefficients. seperti yang digambarkan dalam Tabel IV.5 di bawah ini.

Tabel IV.5 Hasil analisis korelasi antara X3 terhadap Y

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 3.477 .846 4.109 .000 X3 .233 .077 .291 3.009 .003 a Dependent Variable: Y

Hubungan linier antara usaha pencapaian kecakapan TIK (X3) terhadap

pengurangan kesenjangan digital (Y) dapat ditentukan dengan cara yang sama dengan cara di atas.

(1) Penentuan hipotesis

H0 = tidak ada hubungan linier antara usaha pencapaian kecakapan

TIK (X3) terhadap pengurangan kesenjangan digital.

H1 = ada hubungan linier antara usaha pencapaian kecakapan TIK

(X3) terhadap pengurangan kesenjangan digital.

(2) Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan cara membandingkan nilai angka t penelitian dengan angka t tabel. Jika t penelitian > t tabel maka H0

ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis

SPSS (Tabel IV.5 maka angka t penelitian sebesar 3,009, sedangkan angka t tabel sebesar 1,98 (nilai derajat kebebasan 100-2 = 98, taraf signifikansi 0,05).

(3) Maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima artinya terdapat

hubungan linier antara usaha pencapaian kecakapan TIK terhadap pengurangan kesenjangan digital. Besar pengaruhnya adalah 29,1%.

(8)

IV.3.4.Analisis Korelasi Tingkat Kecakapan TIK (X4) terhadap Pengurangan Kesenjangan Digital (Y)

Pengaruh variabel tingkat kecakapan TIK (X4) terhadap variabel pengurangan

kesenjangan digital (Y) dengan menggunakan uji T, sedangkan besarnya pengaruh diketahui berdasarkan angka Beta atau Standadized Coefficients. seperti yang digambarkan dalam Tabel IV.6 di bawah ini.

Tabel IV.6 Hasil analisis korelasi antara X4 terhadap Y

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2.413 .921 2.619 .010 X4 .401 .102 .368 3.922 .000 a Dependent Variable: Y

Hubungan linier antara tingkat kecakapan TIK (X4) terhadap kesenjangan digital

(Y) dapat ditentukan dengan cara yang sama dengan cara di atas. (1) Penentuan hipotesis

H0 = tidak ada hubungan linier antara tingkat kecakapan TIK (X4)

terhadap pengurangan kesenjangan digital.

H1 = ada hubungan linier antara tingkat kecakapan TIK (X4) terhadap

pengurangan kesenjangan digital.

(2) Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan cara membandingkan nilai angka t penelitian dengan angka t tabel. Jika t penelitian > t tabel maka H0

ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis

SPSS (Tabel IV.6 maka angka t penelitian sebesar 3,922, sedangkan angka t tabel sebesar 1,98 (nilai derajat kebebasan 100-2 = 98, taraf signifikansi 0,05).

(3) Maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima artinya terdapat

hubungan linier antara tingkat kecakapan TIK terhadap pengurangan kesenjangan digital. Besar pengaruhnya adalah 36,8%.

(9)

IV.3.5.Analisis Korelasi antar Variabel X1 terhadap X2, X3, X4

Korelasi antar variabel bebas dapat dilihat dalam Tabel IV.7

Tabel IV.7 Hasil analisis korelasi bivariate antar variabel Correlations X1 X2 X3 X4 Pearson Correlation 1 .626(**) .547(**) .436(**) Sig. (2-tailed) . .000 .000 .000 X1 N 100 100 100 100 Pearson Correlation .626(**) 1 .340(**) .156 Sig. (2-tailed) .000 . .001 .122 X2 N 100 100 100 100 Pearson Correlation .547(**) .340(**) 1 .247(*) Sig. (2-tailed) .000 .001 . .013 X3 N 100 100 100 100 Pearson Correlation .436(**) .156 .247(*) 1 Sig. (2-tailed) .000 .122 .013 . X4 N 100 100 100 100 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan Tabel IV.7 relasi X1 dengan X2, X3 adalah sebesar 0,626, 0,547, Hal

ini menunjukkan korelasi yang cukup kuat (karena di atas 0,5) dan signifikan. Sedangkan korelasi X1 dengan X4 (0,436), korelasi X2 dengan X3, X4 (0,340,

0,156) dan korelasi X3 dan X4 (0,247) menunjukkan korelasi yang lemah (karena

di bawah 0,5).

IV.3.6.Analisis Korelasi dan Regresi Ganda X1, X2, X3X4 secara Gabungan dengan Pengurangan Kesenjangan Digital (Y)

Analisis data pada bagian ini adalah pengolahan nilai besar pengaruh variabel-variabel bebas (X1, X2, X3, dan X4) secara bersama-sama terhadap pengurangan

(10)

Tabel IV.8 Hasil analisis korelasi X1, X2, X3, X4 terhadap Y Correlations Y X1 X2 X3 X4 Y 1.000 .254 .274 .291 .368 X1 .254 1.000 .626 .547 .436 X2 .274 .626 1.000 .340 .156 X3 .291 .547 .340 1.000 .247 Pearson Correlation X4 .368 .436 .156 .247 1.000 Y . .001 .003 .002 .000 X1 .001 . .000 .000 .000 X2 .003 .000 . .000 .061 X3 .002 .000 .000 . .007 Sig. (1-tailed) X4 .000 .000 .061 .007 . Y 100 100 100 100 100 X1 100 100 100 100 100 X2 100 100 100 100 100 X3 100 100 100 100 100 N X4 100 100 100 100 100

Tabel IV.9 Hasil analisis korelasi ganda X1, X2, X3, X4 terhadap Y

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R Square the Estimate Std. Error of 1 .466(a) .217 .184 .827 a Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1

b Dependent Variable: Y

Tabel IV.10 Hasil ringkasan Anova untuk uji signifikan

ANOVA(b)

Model Squares Sum of df Mean Square F Sig. 1 Regression 18.041 4 4.510 6.597 .000(a) Residual 64.949 95 .684

Total 82.990 99 a Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1

b Dependent Variable: Y

Tabel IV.11 Hasil analisis regresi ganda X1, X2, X3, X4 terhadap Y

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .734 1.588 .462 .645 X1 .162 .130 .178 1.250 .214 X2 .174 .080 .258 2.181 .032 X3 .171 .087 .213 1.969 .052 X4 .385 .112 .353 3.451 .001 a Dependent Variable: Y

(11)

IV.4.Interpretasi Data

Membahas hasil penelitian yaitu melakukan penafsiran terhadap pengujian hipotesis. Walaupun hasil analisis statistik itu sendiri sudah merupakan suatu kesimpulan, tetapi belum memadai tanpa ada pembahasan yang dikaitkan dengan rumusan masalah. Pembahasan pengujian hipotesis diuraikan sebagai berikut.

Berdasarkan nilai R square yang menunjukkan besarnya pengaruh secara gabungan variabel korelasi kesiapan internet (X1), pemanfaatan TIK (X2), upaya

pencapaian kecakapan TIK (X3), dan tingkat kecakapan TIK(X4) (lihat tabel

IV.9), maka dapat dihitung nilai koefisien determinasi dengan rumus sebagai berikut :

KD = R square (r2) x 100% (IV.2)

= 21,7%

Angka tersebut berarti bahwa variabel kesiapan internet (X1), pemanfaatan TIK

(X2), upaya pencapaian kecakapan TIK (X3), dan tingkat kecakapan TIK (X4)

mempengaruhi pengurangan kesenjangan digital sebesar 21,7%. Sisanya sebesar 78,3% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model yang dikembangkan.

Uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan kebenaran pengaruh variabel X1, X2,

X3, dan X4 terhadap Y. Uji hipotesis menggunakan uji angka F dengan

menggunakan hasil pengolahan data dalam tabel IV.10. Hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

H0 = tidak ada hubungan linier antara variabel X1, X2, X3, dan X4 terhadap Y

H1 = ada hubungan linier antara variabel X1, X2, X3, dan X4 terhadap Y

Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai F penelitian dengan nilai F tabel. Berdasarkan perhitungan SPSS maka didapatkan nilai F penelitian adalah 6,186. Nilai F tabel dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 dan derajat kebebasan dengan ketentuan numerator : jumlah variabel – 1 atau 4 dan denumerator sebesar

(12)

sampel-4 atau 96, maka didapatkan nilai F tabel sebesar 2,46. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau terdapat

hubungan linier antara kesiapan internet (X1), pemanfaatan TIK (X2), usaha

pencapaian kecakapan TIK (X3), dan tingkat kecakapan TIK (X4) terhadap

pengurangan kesenjangan digital (Y).

Persamaan regresi ganda dari rumus II.4 adalah

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 (IV.1)

= 0,734 + 0,178 X1 + 0,258X2 + 0,213X3 + 0,353X4

Dimana :

X1 = kesiapan internet

X2 = pemanfaatan TIK

X3 = upaya pencapaian kecakapan TIK

X4 = tingkat kecakapan TIK

Y = pengurangan kesenjangan digital

Konstanta sebesar 0,734 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel kesiapan internet (X1), pemanfaatan TIK (X2), upaya pencapaian

kecakapan TIK (X3), dan tingkat kecakapan TIK (X4), maka nilai pengurangan

kesenjangan digital (Y) adalah sebesar 0,734. Koefisien regresi dari nilai kesiapan internet sebesar 0,178 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu skor akan memberikan peningkatan skor sebesar 0,178, dan begitu seterusnya untuk variabel-variabel lainnya.

Berdasarkan Tabel IV.10 dari uji anova atau Ftes, ternyata didapat Fhitung adalah

6,597 dengan tingkat signifikan 0,000 karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 sehingga model regresi dapat dipakai untuk memprediksi pengurangan kesenjangan digital. Untuk menguji signifikansi kesiapan internet, pemanfaatan TIK, upaya pencapaian kecakapan TIK, dan tingkat kecakapan TIK secara simultan terhadap pengurangan kesenjangan digital sebagai berikut :

(13)

Kaidah pengujian signifikansi regresi berganda : Jika Fhitung > Ftabel, maka signifikan

Jika Fhitung < Ftabel, maka tidak signifikan

Ternyata Fhitung > Ftabel atau 6,597 > 2,46 maka signifikan.

IV.5.Pengukuran Pengurangan Kesenjangan Digital

Konsep pengukuran pengurangan kesenjangan digital yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada konsep yang dijelaskan oleh Prof. Dr. Sugiyono (23). Pada konsep tersebut dijelaskan bahwa pengukuran nilai pengurangan kesenjangan digital dapat dilakukan dengan cara:

(1) Menentukan nilai atau skor ideal; skor ideal adalah skor dimana responden memberikan nilai maksimal.

(2) Menentukan skor hasil penelitian.

(3) Membandingkan skor hasil penelitian dengan skor ideal.

Untuk keperluan tersebut maka terdapat empat variabel yang akan dihitung yaitu kesiapan internet, pemanfaatan TIK, upaya pencapaian kecakapan TIK, dan tingkat kecakapan TIK sebagai berikut :

(1) Skor ideal untuk penelitian pengurangan kesenjangan digital : 100 x 2 x 44 = 8800

(2) Skor hasil penelitian untuk pengurangan kesenjangan digital : 601 (3) Perbandingan skor hasil penelitian dengan skor ideal adalah :

601/8800 = 0,7

Berdasarkan model tahapan pengurangan kesenjangan digital yang sudah dirancang pada sub bab III.4 maka pengurangan kesenjangan digital pada guru-guru SMU Negeri Kotamadya Bandung telah mencapai tahap 3, dengan skor 0,7. Hal ini berarti guru-guru SMU Negeri Kotamadya Bandung telah mencapai kondisi pengurangan kesenjangan digital sebagai berikut :

(14)

(1) Sudah ada upaya untuk kesiapan internet dalam hal ketersediaan akses TIK di rumah dan di tempat kerja.

(2) Dari sisi pemanfaatan TIK, sudah pada tahap pernah berinternet, dapat memanfaatkan internet untuk mendapatkan informasi, serta sudah bisa menggunakan email.

(3) Dari sisi upaya pencapaian TIK, sudah melakukan upaya pelatihan TIK dan pembelajaran sendiri demi keperluan pekerjaan sekarang dan masa datang.

(4) Dari sisi tingkat kecakapan TIK, sudah berada pada tahap percaya diri dalam mencari informasi di internet, menggunakan search engine, email, dan dapat membaca web berbahasa inggris. Tetapi masih belum percaya diri untuk menggunakan internet chat-room, membuat web/halaman internet personal, mendownload serta menginstalasi perangkat lunak ke perangkat TIK.

IV.6.Analisis Kondisi Responden

Pada bagian ini akan dilakukan analisis mengenai kondisi responden dalam rangka pengurangan kesenjangan digital. Dari hasil survei, analisis kondisi para responden dibagi dalam beberapa analisis berikut ini :

(1) Analisis antara upaya yang dilakukan responden dalam hal pencapaian kecakapan TIK terhadap ketersediaan akses TIK.

(2) Analisis antara tingkat kecakapan TIK responden terhadap ketersediaan akses TIK.

(3) Analisis antara pemanfaatan TIK oleh responden terhadap ketersediaan akses TIK.

(4) Analisis pendapat responden mengenai internet Masing-masing analisis dijelaskan pada bagian selanjutnya.

(15)

IV.6.1. Analisis dalam Hal Upaya Pencapaian Kecakapan TIK dengan Ketersediaan Akses TIK

Analisis dalam hal motivasi responden melakukan upaya pencapaian kecakapan TIK dengan ketersediaan akses TIK dilakukan untuk mendapatkan kejelasan sejauh mana responden sudah melakukan upaya pencapaian kecakapan TIK baik ketika akses TIK sudah tersedia maupun belum tersedia. Analisis akan dibuat dalam bentuk kuadran I hingga IV agar mempermudah pembacaan hasil analisis, seperti yang tampak pada Gambar IV.1.

Akses TIK

Tersedia Tidak Tersedia

Kuadran I Kuadran II

Kuadran III Kuadran IV

Gambar IV.1 Kuadran upaya responden dan ketersediaan akses TIK Penjelasan setiap kuadran adalah sebagai berikut :

(1) Kuadran I : Responden dalam kuadran I adalah responden yang memiliki upaya tinggi dalam upaya pencapaian kecakapan TIK dan akses TIK sudah tersedia. Pada kuadran I ini adalah kondisi ideal.

(2) Kuadran II : Responden yang termasuk dalam kuadran II adalah responden yang memiliki upaya tinggi dalam upaya pencapaian kecakapan TIK dan akses TIK tidak tersedia.

(3) Kuadran III : Responden yang sesuai dengan kuadran III adalah responden yang memiliki upaya rendah dalam upaya pencapaian kecakapan TIK padahal akses TIK sudah tersedia.

(4) Kuadran IV: Kriteria kuadran IV adalah responden yang memiliki upaya rendah dalam upaya pencapaian kecakapan TIK dan akses TIK tidak tersedia. Dalam kuadran ini, responden berada dalam kondisi yang terburuk.

Upaya Responden

Tinggi

(16)

Penjelasan kriteria responden dalam setiap kuadran seperti yang digambarkan dalam Tabel IV.12 berikut ini.

Tabel IV.12 Kriteria responden kuadran upaya responden dan akses TIK

Jawaban Item untuk Kuadran : No. Kriteria Responden

I II III IV

Upaya Pencapaian Kecakapan TIK

1. Responden sudah melakukan

upaya pembelajaran sendiri yang berkaitan dengan pekerjaan sekarang

Minimal Salah satu

C3 dan C4 = Ya C4 dan C3 = Tidak

Jawaban Item untuk Kuadran : No. Kriteria Responden

I II III IV

2. Responden sudah melakukan

upaya pembelajaran sendiri yang berkaitan dengan pekerjaan masa datang

Minimal Salah satu

C3 dan C4 = Ya C4 dan C3 = Tidak

Ketersediaan akses TIK

3. Terdapat jaringan komputer di

tempat responden bekerja jaringan = Ya jaringan = Tidak jaringan = Ya Jaringan = Tidak 4. Terdapat fasilitas on-line di

tempat responden bekerja on-line Ya = on-line Tidak = on-line Ya = on-line Tidak = 5. Responden memiliki fasilitas

komputer di rumah atau di tempat bekerja A1 dan A4 = Ya Salah satu A1 atau A4 = tidak A1 dan A4 = Ya Salah satu A1 atau A4 = tidak 6. Responden memiliki akses

internet di tempat bekerja A8b =ya A8b = tidak A8b = Ya A8b = Tidak Berikut hasil analisis ditampilkan dalam Gambar IV.2.

Akses TIK

Tersedia Tidak Tersedia

Kuadran I 3 orang Kuadran II 89 orang Kuadran III Tidak ada Kuadran IV 8 orang

Gambar IV.2 Hasil analisis antara upaya dan ketersediaan akses TIK

Dari hasil analisis pada Gambar IV.2 di atas, terlihat bahwa hampir seluruh responden (89%) sudah memiliki upaya yang tinggi untuk berusaha belajar sendiri kecakapan TIK yang mendukung pekerjaan sekarang maupun yang akan datang,

Tinggi

Upaya Responden

(17)

walaupun akses TIK tidak tersedia. Dan tidak ada responden yang memiliki upaya rendah padahal akses TIK tersedia.

IV.6.2.Analisis dalam Hal Tingkat Kecakapan TIK dengan Ketersediaan Akses TIK

Analisis antara tingkat kecakapan TIK dengan akses TIK ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi tingkat kecakapan TIK dengan akses TIK yang tersedia atau tidak tersedia. Hasil analisis digambarkan dalam bentuk kuadran I hingga IV seperti gambar berikut ini.

Akses TIK

Tersedia Tidak Tersedia

Kuadran I Kuadran II

Kuadran III Kuadran IV

Gambar IV.3 Kuadran tingkat kecakapan TIK dan ketersediaan akses TIK Setiap kuadran memiliki penjelasan sebagai berikut :

(1) Kuadran I : Responden dalam kuadran I adalah responden yang percaya diri sepenuhnya untuk tingkat kecakapan TIK tinggi dan akses TIK sudah tersedia. Pada kuadran I ini adalah kondisi ideal.

(2) Kuadran II : Responden yang termasuk dalam kuadran II adalah responden yang percaya diri sepenuhnya untuk tingkat kecakapan TIK dan akses TIK tidak tersedia.

(3) Kuadran III : Responden yang sesuai dengan kuadran III adalah responden yang percaya diri sebagian untuk tingkat kecakapan TIK padahal akses TIK sudah tersedia.

(4) Kuadran IV: Kriteria kuadran IV adalah responden yang percaya diri sebagian untuk tingkat kecakapan TIK dan akses TIK tidak tersedia. Dalam kuadran ini, responden berada dalam kondisi yang terburuk.

Terdapat 5 kriteria responden untuk setiap kuadran tingkat kecakapan TIK dan akses TIK, yang dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tingkat Kecakapan TIK Percaya diri sepenuhnya Percaya diri sebagian

(18)

Tabel IV.13 Kriteria kuadran tingkat kecakapan TIK dan akses TIK

Jawaban Item untuk Kuadran : No. Kriteria Responden

I II III IV

Tingkat Kecakapan TIK

1. Tingkat kecakapan TIK Seluruh B1 a – B1 g =

percaya diri Sebagian B1 a – B1 g = Tidak percaya diri

Ketersediaan Akses TIK

2. Terdapat jaringan komputer di

tempat responden bekerja jaringan = Ya jaringan = Tidak jaringan = Ya jaringan = Tidak 3. Terdapat fasilitas on-line di

tempat responden bekerja on-line Ya = on-line Tidak = on-line Ya = on-line Tidak =

Jawaban Item untuk Kuadran : No. Kriteria Responden

I II III IV

4. Responden memiliki fasilitas komputer di rumah atau di tempat bekerja A1 dan A4 = Ya Salah satu A1 atau A4 = tidak A1 dan A4 = Ya Salah satu A1 atau A4 = tidak 5. Responden memiliki akses

internet di tempat bekerja A8b =ya A8b = tidak A8b = Ya A8b = Tidak

Analisis kondisi responden antara tingkat kecakapan TIK dengan ketersediaan akses TIK dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Akses TIK

Tersedia Tidak Tersedia Kuadran I Tidak ada Kuadran II Tidak ada Kuadran III 3 orang Kuadran IV 97 orang

Gambar IV.4 Hasil analisis tingkat kecakapan TIK dengan akses TIK

Berdasarkan analisis yang dijelaskan pada Gambar IV.4, menunjukkan bahwa tidak ada responden yang percaya diri seluruhnya dalam tingkat kecakapan TIK, baik ketika akses TIK tersedia maupun tidak tersedia. Dan baru 3 responden yang percaya diri sebagian padahal akses TIK sudah tersedia, sisanya 97% responden sudah memiliki tingkat percaya diri sebagian untuk tingkat kecakapan TIK, walaupun akses TIK tidak tersedia. Seluruh responden merasa percaya diri sebagian karena rata-rata responden menjawab belum percaya diri dalam hal menggunakan :

(1) Menggunakan e-mail untuk berkomunikasi dengan yang lain. (2) Menggunakan internet chat-rooms untuk kontak dengan orang lain. (3) Membuat web/halaman internet personal.

Tingkat Kecakapan TIK Percaya diri seluruhnya Percaya diri sebagian

(19)

(4) Mendownload dan menginstall perangkat lunak ke komputer.

IV.6.3.Analisis dalam Hal Pemanfaatan TIK dengan Ketersediaan Akses TIK

Analisis antara hal pemanfaatan TIK oleh responden dengan ketersediaan akses TIK dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai sejauh mana responden sudah memanfaatkan TIK dalam kehidupan sehari-harinya baik untuk mendukung pekerjaan maupun kepentingan pribadinya. Analisis akan dibuat dalam bentuk kuadran I hingga IV, seperti pada Gambar IV.5.

Akses TIK

Tersedia Tidak Tersedia

Kuadran I Kuadran II

Kuadran III Kuadran IV

Gambar IV.5 Kuadran pemanfaatan TIK dan ketersediaan akses TIK

Kuadran pemanfaatan TIK dan ketersediaan akses TIK dijelaskan sebagai berikut: (1) Kuadran I : Responden dalam kuadran I adalah responden yang sudah

memanfaatkan TIK sepenuhnya dan akses TIK sudah tersedia. Pada kuadran I ini adalah kondisi ideal.

(2) Kuadran II : Responden yang termasuk dalam kuadran II adalah responden yang sudah memanfaatkan TIK sepenuhnya walaupun akses TIK tidak tersedia.

(3) Kuadran III : Responden yang sesuai dengan kuadran III adalah responden yang memanfaatkan TIK sebagian padahal akses TIK sudah tersedia.

(4) Kuadran IV: Kriteria kuadran IV adalah responden yang baru memanfaatkan TIK sebagian walaupun akses TIK sudah tersedia.

Dalam kuadran pemanfaatan TIK dan akses TIK memiliki 7 kriteria yang dijelaskan dalam tabel berikut.

Pemanfaatan TIK Memanfaatkan seluruhnya Memanfaatkan sebagian

(20)

Tabel IV.14 Kriteria pemanfaatan TIK dan akses TIK setiap kuadran

Jawaban Item untuk Kuadran : No. Kriteria Responden

I II III IV

Pemanfaatan TIK

1. Responden sudah mengirim

atau menerima e-mail A2 = Ya A2 = Tidak

2. Responden sudah pernah

menggunakan internet A9 = Ya A9 = Tidak

3. Responden sudah pernah

memanfaatkan internet sudah seluruhnya A10 a – A10 c = A10 a – A10 c = baru sebagian

Jawaban Item untuk Kuadran : No. Kriteria Responden

I II III IV

Ketersediaan Akses TIK

4. Terdapat jaringan komputer di

tempat responden bekerja jaringan = Ya jaringan = Tidak jaringan = Ya jaringan = Tidak 5. Terdapat fasilitas on-line di

tempat responden bekerja on-line Ya = on-line Tidak = on-line Ya = on-line Tidak = 6. Responden memiliki fasilitas

komputer di rumah atau di tempat bekerja A1 dan A4 = Ya Salah satu A1 atau A4 = tidak A1 dan A4 = Ya Salah satu A1 atau A4 = tidak 7. Responden memiliki akses

internet di tempat bekerja A8b =ya A8b = tidak A8b = Ya A8b = Tidak

Hasil analisis responden dalam hal pemanfaatan TIK dan ketersediaan akses TIK seperti yang digambarkan berikut ini.

Akses TIK

Tersedia Tidak Tersedia

Kuadran I Tidak ada Kuadran II Tidak ada Kuadran III 3 orang Kuadran IV 97 orang

Gambar IV.6 Hasil analisis antara pemanfaatan TIK dan akses TIK

Berdasarkan hasil analisis dari Gambar IV.6, ternyata tidak ada responden yang sudah memanfaatkan TIK seluruhnya untuk keperluan pekerjaan maupun kebutuhan kehidupan sehari-harinya. Baru 3 responden yang sudah tersedia akses TIK tetapi masih memanfaatkan TIK sebagian. Dan sisanya, sebesar 97% dari responden walaupun akses TIK tidak tersedia, tetapi sudah mencoba untuk memanfaatkan TIK. 100% responden baru memanfaatkan TIK sebagian, karena

Pemanfaatan TIK Memanfaatkan seluruhnya Memanfaatkan sebagian

(21)

rata-rata responden belum pernah menggunakan internet dalam hal sebagai berikut:

(1) untuk chatting dengan teman/relasi

(2) untuk menemukan informasi mengenai produk atau jasa (3) untuk memesan produk atau jasa

(4) untuk melakukan online-banking atau membeli produk finansial (5) untuk mencari beberapa informasi kesehatan

(6) untuk mencari pekerjaan

IV.6.4.Analisis Pendapat Responden Mengenai Internet

Analisis dilakukan terhadap jawaban dari kuesioner nomor A13, yang menyatakan pendapat mengenai internet adalah :

a. memerlukan kemampuan komputer tingkat tinggi b. tidak cukup mudah untuk mendapatkan aksesnya c. terlalu banyak memerlukan waktu

d. terlalu mahal untuk menggunakannya

e. kurang berguna atau informasi kurang menarik f. tidak ada sesuatu untuk saya

Hasil survei menyatakan yang berpendapat setuju sebanyak 39 orang, hal ini berarti masih sekitar 40% (hampir setengah) guru menyatakan internet memerlukan kemampuan komputer tingkat tinggi dan hampir 50% menyatakan terlalu mahal untuk menggunakannya. Hasil survei dapat dilihat pada Gambar IV.7.

(22)

Pendapat Internet komputer tingkat tinggi 39 tidak mudah akses 25 terlalu banyak memerlukan w aktu, 32 terlalu mahal, 47 informasi kurang menarik, 11 tidak ada sesuatu 12 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 internet R es ponden

Gambar IV.7 Hasil survei pendapat internet

Hasil ini menunjukkan bahwa sekitar setengah dari jumlah guru yang disurvei memang belum terbiasa menggunakan internet sehingga masih berpendapat setuju membutuhkan kemampuan komputer tingkat tinggi. Hal ini perlu menjadi perhatian pihak sekolah dan pemerintah.

IV.7.Permasalahan dan Penyebab Kesenjangan Digital

Dari hasil analisis pada sub bab IV.6, dapat diambil kesimpulan analisis kondisi responden seperti yang dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel IV.15 Kesimpulan hasil analisis

Ketersediaan Akses TIK Aspek

Tingkat Tersedia Tidak tersedia

Tinggi 3 orang 89 orang

Upaya pencapaian kecakapan TIK

Rendah - 8 orang

Memanfaatkan

seluruhnya - -

Pemanfaatan TIK

Memanfaatkan

sebagian 3 orang 97 orang

Percaya diri

sepenuhnya - -

Tingkat kecakapan TIK Percaya diri

sebagian 3 orang 97 orang

Dari Tabel IV.15 didapat kesimpulan bahwa responden berada pada kondisi terburuk (berada dalam kuadran IV) pada kondisi akses TIK tidak tersedia dengan

(23)

pemanfaatan TIK para responden belum memanfaatkan seluruhnya dan tingkat kecakapan TIK yang belum percaya diri sepenuhnya. Sementara dalam hal upaya pencapaian kecakapan TIK, 89% responden sudah memiliki upaya tinggi walaupun akses TIK masih terbatas. Dan kesimpulan lainnya, hampir setengah dari jumlah guru masih berpendapat bahwa internet memerlukan kemampuan komputer tingkat tinggi.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat terlihat bahwa permasalahan utama yang menyebabkan masih terjadinya kesenjangan digital adalah :

(1) Ketersediaan akses TIK yang masih terbatas.

(2) Tingkat kecakapan TIK; belum ada yang percaya diri sepenuhnya untuk melakukan pemanfaatan pada akses internet dan sebagian masih setuju bahwa internet membutuhkan kemampuan komputer tingkat tinggi.

(3) Dari sisi pemanfaatan TIK, belum ada yang sudah memanfaatkan akses TIK sepenuhnya sebagai kebutuhan dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, dalam hal upaya pencapaian kecakapan TIK sebagian besar sudah memiliki upaya yang tinggi walaupun dengan segala akses TIK yang terbatas, misal seorang guru tidak diberi satu komputer personal. Padahal dengan tersedianya fasilitas akses TIK, selain dapat mengurangi kesenjangan digital, seorang guru dapat meraih beberapa kesempatan seperti berikut :

(1) Pengembangan Profesional, diantaranya : (a) Meningkatkan pengetahuan

(b) Berbagi sumber diantara rekan sejawat/sedepartemen (c) Bekerjasama dengan guru-guru dari luar negeri

(d) Kesempatan untuk menerbitkan /mengumumkan secara langsung (e) Mengatur komunikasi secara teratur

(f) Berpatisipasi dalam forum dengan rekan sejawat baik lokal maupun internasional.

(2) Sumber bahan mengajar , diantaranya :

(a) Mengakses rencana belajar mengajar dan metodologi baru (b) Bahan baku dan bahan jadi cocok untuk segala bidang pelajaran

(24)

(c) Mengumumkan dan berbagi sumber. Sangat tingginya popularitas/sangat tingginya minat untuk meningkatkan siswa lebih terfokus belajar.

Adapun penyebab permasalahan-permasalahan di atas, dari hasil wawancara dengan beberapa responden yang berasal dari SMU yang berbeda, memiliki jawaban yang hampir sama, yaitu di antaranya :

(1) Tidak memiliki dana untuk memenuhi kebutuhan akses dan perangkat TIK, yang salah satunya menyebabkan guru tidak terbiasa menggunakan TIK dalam pekerjaan/kebutuhan hidup sehari-harinya.

(2) Belum memiliki prioritas dalam hal penggunaan TIK dalam pekerjaannya. (3) Sebagian besar guru masih kurang memiliki kompetensi TIK dan belum

terbiasa menggunakannya, sehingga tidak memiliki kepercayaan diri untuk menggunakannya, apalagi dapat mengeksplorasi lebih jauh pemanfaatannya baik untuk mendukung pekerjaan maupun keperluan hidup sehari-harinya.

(4) Kurangnya media/sumber-sumber pembelajaran TIK untuk para guru. (5) Tidak ada SDM teknis yang khusus mengelola dan memelihara

ketersediaan akses dan perangkat TIK. Karena sebenarnya, sebagai contoh, seluruh SMU sudah pernah memiliki akses internet, tetapi karena tidak ada yang khusus mengelola dan memelihara ketersediaan akses dan perangkat TIK tersebut, maka pada akhirnya rusak, tidak berjalan, kena virus, atau berhenti berlangganan internet.

IV.8.Strategi untuk Mengurangi Kesenjangan Digital

Berdasarkan hasil analisis kondisi permasalahan dan penyebab-penyebabnya yang disebutkan pada sub bab IV.6 dan IV.7, maka diusulkan beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut dalam rangka mengurangi kesenjangan digital sebagai berikut :

(1) Penanaman motivasi dan pembiasaan memanfaatkan TIK kepada tiap individu; Hal ini bertujuan untuk bersama-sama berupaya mewujudkan

(25)

pola kerja/kehidupan baru dengan menggunakan TIK, karena terjadi pola komunikasi yang berbeda, pola kerja yang berbeda, dan sebagainya. Sehingga diharapkan para guru dapat beradaptasi dan membiasakan diri untuk memanfaatkan ketersediaan akses TIK yang ada dengan optimal untuk keperluan pekerjaan maupun kepentingan kehidupan sehari-hari sehingga akan mengurangi kesenjangan digital. Bila masih terdapat keterbatasan akses TIK (seperti kondisi responden saat ini) misal satu komputer disediakan untuk beberapa orang guru, maka permasalahan ini dapat diatasi dengan pembuatan jadwal pemakaian secara bergiliran. Dengan pembuatan jadwal, diharapkan dapat membantu pembiasaan terhadap pola kerja/kehidupan yang baru menggunakan TIK.

(2) Penyiapan SDM (guru); Sehingga SDM (guru) mampu mengembangkan literasi TIK dan kompetensi guru dalam mengintegrasikan TIK ke dalam pembelajaran. Bila perlu guru mengadopsi atau mengadaptasi strategi pembelajaran yang telah terbukti efektif dan mengkomunikasikannya dengan kolega.

(3) Penyediaan perangkat lunak untuk pembelajaran TIK internal sekolah; Seperti buku, modul, LKS, program kaset audio, VCD/DVD, CD-ROM interaktif, dan lain-lain, dapat dilakukan dengan cara membeli produk yang telah ada di pasar atau memproduksi sendiri.

(4) Penyiapan fasilitas infrastruktur TIK yang memadai; Tidak dapat dipungkiri, saat ini biaya untuk ketersediaan fasilitas infrastruktur TIK masih tinggi, khususnya untuk pengadaan dan pemeliharaan TIK, seperti komputer, internet, dan lain-lain. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pihak pemerintah maupun pihak sekolah, di antaranya sebagai berikut :

(a) Bekerjasama dengan para vendor penyedia TIK, seperti dengan penyedia jasa internet, penyedia perangkat TIK, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kemudahan dalam hal ketersediaan infrastruktur TIK misal dalam sistem kerja sama sewa perangkat, kredit pembayaran dalam periode tertentu, jasa langganan dengan biaya khusus/spesial dengan pembentukan kerja sama yang saling

(26)

menguntungkan kedua belah pihak, dan sebagainya. Strategi ini mungkin dilakukan karena pihak sekolah memiliki banyak sumber daya manusia (sebagai pelanggan tetap dari sisi perusahaan/bisnis) yang akan tetap/rutin memanfaatkan (atau berlangganan) terhadap fasilitas (atau jasa) yang disediakan oleh para vendor tersebut.

(b) Menggunakan perangkat lunak open source untuk mengurangi biaya pengadaan dan pemeliharaan perangkat lunak.

(5) Penyiapan tenaga teknis; fasilitas TIK yang ada di sekolah hendaknya didukung oleh beberapa tenaga teknis yang memiliki keahlian atau keterampilan dalam mengelola dan memelihara peralatan tersebut untuk mengatasi permasalahan operasional sehari-hari.

(6) Pengupayaan rencana program-program pembelajaran TIK untuk jarak jauh; Seperti e-learning, telecenter, distance learning, tv pendidikan, dan sebagainya, khususnya untuk meningkatkan fasilitas pembelajaran TIK secara umum. Hal ini bertujuan untuk menyediakan bahan pembelajaran TIK terutama untuk para guru Indonesia yang terletak jauh di daerah yang sulit atau bahkan tidak mungkin dijangkau.

(7) Kepemimpinan; Kepala sekolah dan atau beberapa guru panutan di sekolah menyadari penuh pentingnya peran TIK untuk pembelajaran dan berupaya untuk terus mempelajari dan menerapkannya di sekolah.

(8) Dukungan kebijakan; Baik pemerintah maupun pihak sekolah mengeluarkan kebijakan untuk memprioritaskan pengintegrasian TIK.

Gambar

Tabel IV.7 Hasil analisis korelasi bivariate antar variabel
Tabel IV.8 Hasil analisis korelasi X 1 , X 2 , X 3 , X 4  terhadap Y   Correlations        Y  X1  X2  X3  X4  Y  1.000  .254  .274  .291  .368 X1  .254  1.000  .626  .547  .436 X2  .274  .626  1.000  .340  .156 X3  .291  .547  .340  1.000  .247Pearson Corr
Tabel IV.12 Kriteria responden kuadran upaya responden dan akses TIK  Jawaban Item untuk Kuadran : No
Tabel IV.13 Kriteria kuadran tingkat kecakapan TIK dan akses TIK  Jawaban Item untuk Kuadran : No
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari output terlihat nilai korelasi adalah sebesar 0,896 dengan koefisien determinasi 0,797 Dengan demikian 79.7% variasi perubahan variabel keunggulan bersaing

Perseroan baru saja mendapat persetujuan dari para pemegang saham untuk melakukan menambah modal tanpa melakukan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau dapat

Kotler dan Keller (2009: 5) menyatakan bahwa manajemen pemasaran sebagai ilmu dan seni memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan

Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen dalam penelitian ini dikelompokkan pada proses pelaksanaan penyelesaian kasus

Skripsi dengan judul “ Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran Kimia materi Sifat Koligatif Larutan Kelas XII SMAN 3 Palembang” disusun untuk

Sehingga mayoritas tingkat pengetahuan masyarakat adalah cukup, dilihat dari data diatas bahwa ada pengaruh anatara tingkat pendidikan sehingga pengetahuan masyarakat

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437

Karena titik sentral keberhasilan usaha kerajinan industri bebasis bahan baku lokal adalah Sumberdaya Manusia (wirausahawan), maka yang sangat diperlukan pembinaan