• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, maka bahasa sebagai alat komunikasi yang universal pun mengalami

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. bahasa, maka bahasa sebagai alat komunikasi yang universal pun mengalami"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial akan berinteraksi dengan sesamanya menggunakan bahasa. Seiring dengan berkembangnya manusia sebagai pengguna bahasa, maka bahasa sebagai alat komunikasi yang universal pun mengalami perkembangan. Hal ini lebih disebabkan karena salah satu sifat bahasa yang dinamis, artinya bahwa bahasa tidak terlepas dari berbagai kemungkinan untuk berubah karena waktu dan perkembangan zaman (Setiawan, 2014: 1)

Berkembangnya teknologi dan informasi sangat berpengaruh pada pola interaksi manusia. Berdasarkan peranannya sebagai media dalam berkomunikasi, pola interaksi yang menggunakan bahasa sebagai medianya yang digunakan untuk membicarakan suatu topik dalam rangka mencapai berbagai tujuan yang melibatkan pelaku interaksi itu sendiri, sekurang – kurangnya satu penutur dan satu mitra tutur disebut dengan istilah percakapan. Percakapan akan dianggap berhasil jika mitra tutur menangkap pesan yang disampaikan oleh penutur (Harared, 2014: 1)

Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa sebuah percakapan adalah sebuah tuturan yang tidak beraturan dan tidak terstruktur. Pada kenyataannya, sebuah percakapan memiliki hal-hal yang perlu diperhatikan sehingga dapat disebut sebagai sebuah percakapan. Percakapan dapat dimasukkan dalam kategori tindak tutur juga, misalnya menyapa, mengucapkan selamat, mengomentari,

(2)

mengundang, meminta, menolak, berjanji, mengucapkan selamat tinggal, dan lain-lain (Finnegan dkk, 1992: 316).

Seorang penutur dan lawan tuturnya akan saling bercakap-cakap dalam sebuah percakapan. Masing-masing akan saling dipengaruhi oleh pembicaraan sebelumnya sehingga proses percakapan dapat terus berlangsung dan berlanjut. Jadi, sebuah percakapan merupakan suatu kombinasi dari banyak tuturan yang diucapkan dan tuturan-tuturan tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lain.

Percakapan merupakan salah satu jenis wacana yang akan selalu menarik apabila dikaji. Hal tersebut disebabkan karena dalam sebuah wacana percakapan, berbagai macam aspek dapat digali dan diteliti. Aspek-aspek tersebut dibagi menjadi bentuk dan pola.

Dilihat dari aspek bentuknya, wacana percakapan dibagi menjadi dua, yaitu wacana dialog dan wacana percakapan itu sendiri. Wijana (1995: 330) menyebutkan bahwa wacana dialog melibatkan dua orang sebagai partisipan dalam percakapan. Sementara sebuah percakapan melibatkan dua orang atau lebih. Berikut adalah contoh wacana dialog dalam strip komik Baby Blues.

(3)

Wanda: This year I‟m going to lose ten pounds.

„Tahun ini aku akan menurunkan berat badan sebanyak sepuluh pon‟

Darryl : Go for it, girl. „Lakukanlah‟

Wanda : And read a book a week.

„Dan membaca sebuah buku dalam satu minggu‟ Darryl : You can do it.

„Kamu pasti bisa melakukannya‟ Wanda : And be more patient with the kids.

„Dan lebih sabar menghadapai anak-anak‟ Darryl : Now you‟re starting to sound a little nuts.

„Sekarang kamu mulai terdengar gila‟

Contoh di atas merupakan contoh wacana percakapan menurut bentuknya yang disebut wacana dialog, dimana dalam proses percakapan hanya melibatkan dua orang (partisipan) saja, yaitu Wanda dan suaminya, Darryl.

Sementara dari aspek polanya, wacana percakapan mempunyai pola atau organisasi tersendiri. Menurut Wijana (1995:329) dalam wacana dialog, organisasi tersebut dimulai dari inisiasi (ketika penutur memulai percakapan), respon (ketika lawan tutur memberikan tanggapan), dan follow-up (ketika penutur memberikan tindak lanjut atas jawaban lawan tutur). Sedangkan dalam organisasi wacana percakapan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu giliran berbicara (

turn-taking), pasangan berdampingan (adjacency pairs), dan tahapan percakapan

(sequence) (Cutting, 2008: 26-29). Dari sini dapat disimpulkan bahwa organisasi

yang kompleks dapat ditemui dalam sebuah proses percakapan yang terjadi secara alamiah.

Penutur dan mitra tutur dalam suatu proses percakapan biasanya dituntut untuk saling bekerja sama dalam membangun sebuah percakapan yang baik dan lancar demi menghasilkan komunikasi yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu,

(4)

suatu percakapan akan berjalan dengan baik apabila setiap pemakai bahasa memperhatikan serta menerapkan prinsip – prinsip yang berlaku dalam berkomunikasi. Grice dalam (Thomas, 1995: 62) mengemukakan sebuah prinsip yang dikenal dengan prinsip kerja sama dan empat buah maksim yang menunjang prinsip tersebut. Keempat maksim tersebut antara lain; maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan.

Namun pada kenyataannya, keberadaan prinsip kerja sama dengan beberapa macam maksim di dalamnya tersebut seringkali dilanggar atau pun dikesampingkan penggunaannya. Hal inilah yang disebut sebagai pelanggaran prinsip kerja sama. Pelanggaran tersebut memiliki beberapa fungsi, salah satunya adalah untuk menimbulkan kelucuan atau humor. Percakapan dengan kelucuan di dalamnya dapat kita temui dalam berbagai media, misalnya dalam komedi situasi, kartun, karikatur ataupun dalam bentuk komik. Dalam penelitian ini, akan dipilih wacana percakapan dalam strip komik. Istilah strip komik (comic strip) merujuk pada, “a short series of amusing drawings with a small amount of writing which is

usually published in a newspaper” (Cambridge, 2003:239). Sejarah strip komik

berawal dari temuan broadsheet oleh Kunzle (1973) di Eropa. Selanjutnya, Kunzle (1973:6) menggolongkan broadsheet sebagai cerita bergambar (picture

story) yang disebutnya sebagai strip komik awal (early comic strip).

Dalam perkembangannya, strip komik dapat ditemui di hampir setiap media massa, seperti majalah, surat kabar, atau tabloid. Tidak hanya di media cetak, akan tetapi strip komik juga dapat dibaca atau dinikmati di situs resmi yang sengaja dibuat untuk para peminat strip komik. Seperti telah disebutkan sebelumnya, dalam strip komik dapat ditemui pelanggaran prinsip kerja sama

(5)

dalam percakapannya. Tujuan utama pelanggaran atas prinsip kerja sama tersebut adalah untuk menimbulkan kelucuan dalam strip komik yang ditampilkan.

(Baby Blues, 17 April 2014)

Hammie : Mom, can we get a real baby chick for Easter? „Bu, apakah kita boleh memiliki anak ayam untuk Paskah?‟

Mom : Sure, I love chicken poop.

„Tentu saja, aku suka kotoran ayam‟ Hammie : She said „yes‟.

„Ibu bilang „iya‟‟

Zoe : Hammie, she was being sarcastic. „Hammie, Ibu itu menyindirmu‟ Hammie : I knew that!

Now, what should I name my chick?

„Aku tahu itu! Sekarang, aku harus menamai anak ayamku apa?‟

Zoe : How about „clueless‟?

„Bagaimana kalau „tidak paham‟ (clueless)‟

Dari contoh strip komik di atas, dapat dilihat pelanggaran prinsip kerja sama, yaitu maksim relevansi. Ketika Hammie meminta anak ayam kepada ibunya saat Paskah. Dan kemudian ibunya menjawab bahwa dia suka kotoran ayam. Kemudian Hammie menceritakan kepada kakaknya, Zoe, kalau ibunya bilang „iya‟ atau menyetujui permintaannya untuk memiliki seekor anak ayam. Zoe berusaha menjelaskan bahwa ibunya itu menggunakan bahasa sindiran kepada

(6)

Hammie. Kemudian Hammie menjawab bahwa dia mengetahui hal tersebut. Selanjutnya, Hammie bertanya kepada Zoe anak ayamnya itu harus diberi nama apa dan Zoe menjawab „clueless‟ yang artinya tidak paham.

Selain berfungsi untuk menciptakan kelucuan dalam sebuah strip komik, ternyata pelanggaran atas prinsip kerjasama juga memiliki fungsi pragmatis tersendiri. Searle via Leech (1993: 164) menggolongkan fungsi tindak tutur menjadi lima, yaitu: asertif (assertive), direktif (directive), ekspresif (expressive), komisif (commisive) dan deklaratif (declarative). Jadi, setelah mengetahui berbagai tipe wacana dialog dan menganalisis percakapan serta apa saja pelanggaran atas prinsip kerja sama yang muncul di dalamnya, selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang fungsi pragmatis dari pelanggaran tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih objek penelitian berupa strip komik

online berjudul Baby Blues. Strip komik ini diciptakan oleh Rick Kirkman dan

Jerry Scott sejak 7 Januari 1990 dan didistribusikan oleh perusahaan King Features Syndicate sejak tahun 1995. Strip komik ini menceritakan keseharian keluarga MacPherson yang memiliki 3 orang anak. Keluarga MacPherson adalah tokoh utama dalam strip komik ini, sedangkan pada beberapa cerita yang lain, muncul tokoh-tokoh tambahan yang lainnya. Keluarga MacPherson terdiri dari Darryl MacPherson, sang ayah, seorang manajer pada suatu perusahaan. Wanda MacPherson adalah tokoh ibu dalam strip komik ini, awalnya adalah seorang wanita yang bekerja, tetapi kemudian meutuskan untuk mengurus anak di rumah. Selanjutnya tokoh anak-anak dalam keluarga MacPherson adalah Zoe MacPherson (10 tahun), Hamish MacPherson (7 tahun), dan Wren MacPherson (1

(7)

tahun). Karena pada dasarnya strip komik ini menceritakan tentang kehidupan sehari-hari tokohnya, maka mungkin sekali ditemui berbagai tipe-tipe wacana dialog ataupun percakapan di dalamnya. Tidak jarang pula terdapat pelanggaran atas prinsip kerjasama yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam cerita pada strip komik tersebut dan pastinya pelanggaran tersebut memiliki fungsi pragmatisnya tersendiri. Karena alasan-alasan tersebut itulah, peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisis wacana percakapan dalam strip komik Baby Blues.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada bagian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa sajakah jenis-jenis wacana dialog dan bagaimanakah analisis wacana percakapan yang terdapat dalam strip komik Baby Blues?

2. Apakah bentuk – bentuk pelanggaran atas prinsip kerja sama pada percakapan dalam strip komik Baby Blues?

3. Bagaimanakah fungsi pragmatis pelanggaran prinsip kerja sama dalam strip komik Baby Blues?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui jenis-jenis wacana dialog dan menganalisis wacana percakapan yang terdapat dalam strip komik Baby Blues.

(8)

pada percakapan dalam strip komik Baby Blues.

3. Menjelaskan fungsi pragmatis pelanggaran prinsip kerja sama pada percakapan dalam strip komik Baby Blues.

4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya akan membatasi pada analisis wacana percakapan yang terdapat dalam strip komik Baby Blues yang terbit setiap hari secara

online pada rentang waktu 1 Januari 2013 sampai dengan 30 September 2014.

Selain menganalisa wacana percakapan dalam strip komik Baby Blues, dalam penelitian ini akan dibahas juga tentang bentuk-bentuk pelanggaran atas prinsip kerja sama Grice serta fungsi pragmatis dari pelanggaran prinsip kerja sama tersebut.

5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis.

a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang berkaitan dengan tipe-tipe wacana dialog serta analisis percakapan. Selain itu, semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam kajian ilmu pragmatik yaitu dapat menjelaskan adanya berbagai bentuk pelanggaran prinsip kerja sama serta fungsi pragmatis dari pelanggaran prinsip kerja sama tersebut dalam strip komik Baby Blues. Selanjutnya,

(9)

penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi penelitian dalam kajian pragmatik dengan objek penelitian yang berbeda.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pengetahuan tambahan tentang tipe-tipe wacana dialog serta analisis percakapan, bentuk – bentuk pelanggaran atas prinsip kerja sama dan juga fungsi pragmatis dari pelanggaran prinsip kerja sama tersebut.

6. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang terkait dengan komik pernah dilakukan oleh Wijana (1995), yaitu analisis wacana kartun. Penelitian ini dituangkan dalam penelitian tentang wacana humor dalam disertasi beliau “Wacana Kartun

dalam Bahasa Indonesia”. Wijana membahas tiga hal dalam desertasinya,

yaitu penyimpangan aspek pragmatik wacana kartun, pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan dalam wacana kartun, dan tipe-tipe wacana kartun. Pertama, Wijana membahas penyimpangan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan dalam kartun. Kedua, beliau mengemukakan bahwa aspek kebahasan adalah sumber kreativitas kartunis, misalnya aspek ortografis, aspek fonologis, ketaksaan, metonimi, hiponimi, sinonimi, antonimi, eufemisme, nama, deiksis, kata ulang, pertalian kata dalam frasa, pertalian elemen intraklausa, konstruksi aktif pasif, pertalian antar klausa, dan pertalian antar preposisi. Ketiga, Wijana menyebutkan tipe-tipe wacana, yaitu wacana non-monolog, wacana monolog, dan wacana dialog. Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam kartun, humor diciptakan semata-mata untuk mengkritik atau melecehkan

(10)

peristiwa-peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat, yang memiliki ciri-ciri pemakaian bahasa yang berbeda bila dibandingkan dengan wacana lain.

Penelitian tentang analisis wacana percakapan juga pernah dilakukan oleh Farahsani (2013) dalam tesisnya “Analisis Wacana Percakapan Dalam

Komedi Situasi The IT Crowd Seri 1”. Di sini Farahsani menyimpulkan bahwa

percakapan dalam komedi situasi termasuk dalam dialog kompleks dengan satu pertukaran atau dialog kompleks dengan dua pertukaran atau lebih. Selain itu, Farahsani juga menyebutkan bahwa terdapat hal-hal yang secara alamiah mengganggu organisasi Conversation Analysis (CA) yang terdiri dari

turn-taking, adjacency pairs, dan sequences. Konteks sebagai dasar pemahaman

masing-masing penutur, dapat berupa konteks situasi, konteks pengetahuan latar belakang, dan konteks ko-tekstual.

Terkait dengan pelanggaran prinsip kerja sama, Wirawati (2013), dalam tesisnya berjudul “Pelanggaran Maksim Prinsip Kerja Sama Dan Maksim

Prinsip Kesopanan Dalam Seri House M.D.: Suatu Telaah Sosiopragmatik”,

menunjukkan bahwa pelanggaran maksim kerja sama pada tuturan House mencakup semua maksim prinsip kerja sama Grice, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim cara. Dalam penelitian ini juga terdapat pelanggaran maksim prinsip kesopanan, yaitu pelanggaran maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kemurahan, maksim kerendahan hati dan maksim kesimpatian. Selain itu, Wirawati juga memaparkan tentang implikatur yang timbul dari pelanggaran maksim kerja sama adalah implikatur menghina, memberikan penjelasan, menyuruh atau memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu, menolak, menuduh,

(11)

meminta perhatian, berbohong, mempermainkan orang lain, menyindir, dan mengancam.

Penelitian mengenai analisis komik pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya adalah Maryam (2014) dalam tesisnya “Analisis Wacana Humor

Dalam Kumpulan Komik Serial Mice Cartoon”. Dalam penelitian ini

ditemukan aspek-aspek pragmatik yang disimpangkan meliputi penyimpangan prinsip kerja sama, penyimpangan prinsip kesopanan, serta penyimpangan paramameter pragmatik. Sementara itu, dalam penelitian ini juga dipaparkan aspek-aspek kebahasaan yang dimanfaatkan untuk menciptakan wacana humor dalam Mice Cartoon. Hal terakhir yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah fungsi wacana humor, yaitu humor sebagai sarana kritik sosial, humor sebagai kritik politik, humor untuk menyindir, humor untuk membingungkan pembaca, humor untuk mengacaukan pemahaman pembaca, dan humor untuk mengejek.

Setiawan (2014) dalam tesisnya “Analisis Percakapan Humor Dalam Strip

Komik Berbahasa Inggris Amerika”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

proses terjadinya humor dalam komik strip Amerika merupakan penggabungan dari beberapa aspek, yaitu aspek kebahasaan, aspek ketaksaan, serta pelanggaran prinsip kerjasama Grice. Selain itu, dalam penelitian ini juga menjelaskan secara detail tentang komponen tutur dalam strip komik Amerika tersebut dengan menggunakan teori SPEAKING oleh Hymes.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai analisis percakapan sudah pernah dilakukan sebelumnya sehingga penulis berusaha untuk menggunakan jenis komik yang berbeda dari

(12)

penelitian sebelumnya. Komik yang dipergunakan oleh Maryam adalah sebuah kumpulan komik berbahasa Indonesia sementara pada penelitian ini, penulis menggunakan strip komik berbahasa Inggris berjudul Baby Blues. Selain itu, penulis akan menambahkan juga pembahasan mengenai tipe-tipe wacana dialog serta analisis percakapan dalam strip komik Baby Blues. Sementara penelitian Setiawan, strip komik yang dipergunakan berbahasa Inggris Amerika secara umum. Meskipun strip komik tersebut diambil dari sumber yang sama (internet), akan tetapi strip komik yang dipergunakan Setiawan memiliki tokoh karakter yang berbeda antara strip komik satu dengan yang lainnya. Jadi, tidak fokus pada satu judul strip komik saja. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Farahsani adalah tentang objek penelitian, yaitu Farahsani menggunakan serial komedi situasi sebagai objeknya, sementara penelitian ini menggunakan strip komik. Selain itu, perbedaan juga ada pada bagian rumusan masalah, dimana penelitian ini tidak akan membahas tentang konteks akan tetapi menambahkan pembahasan tentang fungsi pragmatis dari pelanggaran atas prinsip kerja sama Grice. Sehubungan dengan penelitian yang berkaitan tentang humor, pernah dilakukan oleh Wijana dalam disertasinya. Wijana hanya mengkaitkan antara humor dengan fungsi pragmatik dengan pembahasannya yang sudah sangat lengkap. Namun, hal tersebut hanya sebatas pada kartun berbahasa Indonesia saja. Sedangkan penyimpangan prinsip kerja sama juga sudah sering dilakukan akan tetapi biasanya dengan objek penelitiannya adalah komedi situasi atau film. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis wacana percakapan, namun dengan menggunakan objek

(13)

kajian yang berbeda, yaitu strip komik berbahasa Inggris dan hanya fokus pada satu judul strip komik saja, yaitu Baby Blues. Hal lain yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah hal-hal yang akan dibahas, yaitu penulis berusaha menganalisis percakapan, termasuk di dalamnya juga akan terdapat pembahasan tentang tipe-tipe wacana dialog. Selain itu, penelitian ini juga berusaha untuk melengkapi pembahasan tentang pelanggaran prinsip-prinsip kerja sama pada penelitian sebelumnya, yaitu dengan menambahkan tentang fungsi pragmatis dari pelanggaran prinsip kerjasama tersebut, khususnya yang terdapat dalam strip komik Baby Blues.

7. Landasan Teori

Dalam setiap penelitian, diperlukan landasan keilmuan yang digunakan untuk menganalisis data dari penelitian tersebut. Apabila tidak ada landasan keilmuan yang jelas, maka data yang ada akan sangat sulit untuk dianalisis dan hasilnya pun akan sulit untuk dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis akan mempergunakan beberapa teori sebagai landasannya.

7.1 Pragmatik

Dalam penelitian ini, pragmatik menjadi payung utama dari semua landasan teori yang akan dipergunakan untuk menganalisis data penelitian. Levinson (1983: 9) pernah menyampaikan definisi pragmatik yang sejalan seperti yang disebutkan oleh Yule di atas. Menurut Levinson, pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa yang mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks-konteks yang sesuai bagi kalimat itu.

(14)

Sehingga pragmatik dapat disebut pula sebagai sebuah kajian tentang makna kontekstual yang mana arti dari sebuah tuturan akan sangat bergantung kepada konteks saat tuturan tersebut berlangsung. Ringkasnya, konteks sangat penting untuk menentukan maksud penutur dalam berinterkasi. Sedangkan Yule (1996: 3) menyatakan bahwa pragmatik merupakan studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh penutur dalam konteks tertentu.

7.2 Analisis Wacana Percakapan

Seperti telah disinggung di bagian sebelumnya, aspek yang dikaji dalam penelitian ini adalah analisis wacana percakapan. Namun penulis akan mendefinisikan dialog dan percakapan terlebih dahulu. Menurut KBBI (kbbi.web.id) dialog adalah karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih. Sedangkan percakapan adalah ragam bahasa yang dipakai dalam percakapan sehari-hari. Adapun teori yang akan digunakan untuk menganalisis data adalah teori wacana dialog dan wacana percakapan. Dilihat dari aspek bentuknya, wacana percakapan dibagi menjadi dua, yaitu wacana dialog dan wacana percakapan itu sendiri. Wijana (1995: 330) menyebutkan bahwa wacana dialog melibatkan dua orang sebagai partisipan dalam percakapan, baik dalam dialog semuka maupun dialog tansemuka. Dalam wacana dialog, terdapat beberapa macamnya yaitu wacana dialog sederhana dan wacana dialog kompleks. Sementara sebuah wacana percakapan melibatkan dua orang atau lebih.

(15)

Sementara dari aspek polanya, wacana percakapan mempunyai pola atau organisasi tersendiri. Menurut Wijana (1995: 329) dalam wacana dialog, organisasi tersebut dimulai dari inisiasi (ketika penutur memulai percakapan), respon (ketika lawan tutur memberikan tanggapan), dan

follow-up (ketika penutur memberikan tindak lanjut atas jawaban lawan

tutur).

Teori-teori Wijana di atas digunakan untuk menganalisis data penelitian yang berupa dialog. Dari hasil analisis tersebut, akan diketahui jenis-jenis wacana dialog apa saja yang terdapat dalam strip komik Baby Blues.

Sedangkan untuk menganalisis wacana percakapan, penulis akan menggunakan teori Analisis Percakapan (Conversation Analysis) dari Cutting (2008: 26-29). Cutting menyatakan bahwa organisasi wacana percakapan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu giliran berbicara (turn-taking), pasangan berdampingan (adjacency pairs), dan tahapan percakapan

(sequence). Teori dari Cutting ini akan didukung dengan teori yang lain

saat digunakan untuk menganalisis data yang berupa percakapan secara lebih mendetail, yaitu untuk menganalisis tentang giliran berbicara (turn

-taking) dalam sebuah percakapan. Teori Levinson (1983: 298) yang

digunakan untuk mendukung analisis adalah TRP (Transition Relevance

Place) atau Tempat Transisi Relevansi, atau getting the floor , yaitu

sebuah masa dimana pergantian giliran berbicara terjadi. Levinson mengumpamakan

(16)

C (current speaker) adalah penutur pertama dan N (next) adalah penutur selanjutnya. Dia juga menambahkan bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan TRP tidak berjalan dengan lancar, yaitu interruption (interupsi/menyela), overlap (menimpali), dan attributesilence (jeda). Sementara itu, untuk menganalisis tentang pasangan berdampingan

(adjacency pairs), teori yang memperkuat teori Cutting (2008: 28) adalah

teori yang disampaikan oleh Wijana (1995: 334). Cutting menyebutkan bahwa adjacencypairs dapat dibedakan menjadi preferredadjacencypair

dan dispreferred adjacency pair. Konsep dispreferred adjacency pair

Cutting ini sesuai dengan konsep unexpectedness „ketidakterdugaan‟ yang disampaikan oleh Wijana.

Sedangkan untuk menganalisis tentang tahapan percakapan (sequence), teori Cutting ini akan didukung oleh teori Finnegan (1992: 315) tentang

openingsequence dan juga closingsequence dalam sebuah percakapan.

Secara singkat, dapat dikatakan di sini bahwa penulis akan menggunakan teori Cutting tentang Analisis Percakapan (Conversation

Analysis) ini dengan teori-teori dari ahli bahasa yang lain agar analisis

percakapan yang dilakukan dapat lebih detail, lengkap dan jelas.

7.3 Prinsip Kerja Sama

Dalam sebuah dialog atau pun percakapan yang alamiah terjadi adalah bahwa seorang penutur berusaha untuk mengkomunikasikan ujaran kepada penutur yang lain. Oleh karena itu, penutur akan berusaha agar tuturannya jelas, mudah diterima atau dipahami, sesuai dengan konteks,

(17)

dan tetap pada fokus pembahasan, sehingga penutur dapat segera merespon dan tidak bingung. Secara singkat, terdapat sebuah prinsip kerja sama yang harus dilakukan dalam proses dialog ataupun percakapan.

Dalam menganalisis data pada penelitian ini, penulis menggunakan konsep prinsip kerja sama yang dikemukakan oleh Grice. Grice (1975: 45-47) mengemukakan bahwa agar prinsip kerja sama dapat terlaksana, maka setiap penutur harus mematuhi 4 maksim percakapan, yaitu maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim pelaksanaan (maxim

of manner).

Dikatakan sebelumnya bahwa dalam kajian pragmatik, dibutuhkan konteks untuk mengkaji makna yang terdapat dalam sebuah tuturan, maka penulis juga tidak lupa untuk menggunakan teori tentang konteks oleh Cutting (2008: 76). Menurutnya, terdapat tiga jenis konteks dalam sebuah percakapan, yaitu konteks situasional (situational context), konteks pengetahuan latar belakang (background knowledgecontext), dan konteks Ko-tekstual (co-textual context). Teori ini akan digunkaan untuk mendukung analisis data peneltitian tentang pelanggaran prinsip kerja sama yang terjadi.

Pelanggaran prinsip kerja sama yang muncul dari suatu tuturan memiliki fungsi pragmatis karena pelanggaran tersebut berkaitan dengan konteks komunikasi. Maka fungsi pragmatis pelanggaran prinsip kerja sama ini berkaitan dengan fungsi tindak tutur. Searle (1975: 59) via Leech (1993: 164) menggolongkan fungsi tindak tutur menjadi lima, yaitu: asertif

(18)

(assertive), direktif (directive), ekspresif (expressive), komisif

(commisive), dan deklaratif (declarative). Teori ini akan digunakan untuk

menganalisis data tentang fungsi pragmatis dari pelanggaran prinsip kerja sama.

8. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini disebabkan karena data pada penelitian ini berupa teks tulis yaitu wacana percakapan verbal tulis dalam strip komik Baby Blues. Data yang diperoleh kemudian dianalisis jenis-jenis wacana dialog serta wacana percakapan sesuai dengan teori Wijana (1995: 330) dan Cutting (2008: 26-29), selanjutnya data akan dianalisis untuk mencari pelanggaran prinsip kerja sama menggunakan teori Grice (1975: 45-47), kemudian dianalisis fungsi pragmatis Searle (1975: 59) via Leech (1993: 164) dari pelanggaran tersebut.

8.1 Tahap Pengumpulan Data

Sumber data utama yang didapatkan dan dipergunakan untuk penelitian ini adalah strip komik online berjudul Baby Blues yang terbit setiap hari pada rentang waktu 1 Januari 2013 sampai dengan 30 September 2014. Data diperoleh dengan mengunduh dari situs resminya di www.babyblues.com/archieve/index/php?formname=getstrip&GoToDay. Sumber pelengkap atau pendukung lainnya terkait dengan objek penelitian, meliputi jurnal, artikel, dan sumber dari internet lainnya.

(19)

1. Mengunduh strip komik dari situs resmi www.babyblues.com dari 1 Januari 2013 sampai dengan 30 September 2014.

2. Mencetak strip komik tersebut dan menjilidnya dengan urutan bulan agar lebih mudah ketika akan memilih dan memilah strip komik yang akan dipergunakan sebagai data penelitian, yaitu strip komik yang memiliki unsur verbal dalam konteks wacana percakapan.

8.2 Tahap Analisis Data

Metode analisis dalam penelitian ini adalah metode observasi. Adapun teknik yang digunakan adalah teknik dasar simak.

Data tersebut kemudian dikategorikan berdasarkan ciri-cirinya menjadi dialog dan percakapan. Data yang masuk pada kategori dialog, dibagi menjadi dialog kompleks dengan satu pertukaran dan dialog kompleks dengan dua pertukaran (Wijana, 1995: 330). Kemudian, dialog-dialog tersebut dikategorikan berdasarkan tahapan-tahapan dalam dialog-dialog, yaitu inisiasi (I), respon (R), dan feedback/follow-up (F). Pada kategori percakapan, data dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan pergantian giliran berbicaranya, yaitu kategori turn-taking (pergantian giliran) dan

adjacency pairs (pasangan berdampingan) (Cutting, 2008: 26-29). Selain

itu, percakapan tersebut juga dikategorikan berdasarkan tahapan percakapan, yaitu pembukaan, percakapan, dan penutup. (Finnegan, 1992: 315)

Selanjutnya, setelah data diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis wacana percakapan, data akan dianalisis dengan menggunakan metode pragmatis untuk menunjukkan bentuk penyimpangan atas prinsip kerja

(20)

sama (Grice, 1975: 45-47) dan selanjutnya untuk menganalisa fungsi pragmatis dari pelanggaran prinsip kerja sama tersebut Searle (1975: 59) via Leech (1993: 164)

8.3 Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data akan disajikan secara deskriptif, yaitu merumuskan dan mengungkapkan hasil dengan menggunakan kata-kata atau kalimat. Penyajian hasil analisis data dilakukan dengan metode penyajian informal dan formal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, sedangkan metode penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 1993: 145).

9. Sistematika Penulisan

Sistematika penyajian dalam laporan penelitian ini dilakukan dengan membagi pembahasan menjadi lima bab yaitu:

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini merupakan dasar dari penelitian ini. Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

Bab 2 Jenis-Jenis Wacana Dialog dan Analisis Wacana Percakapan dalam Strip Komik Baby Blues

Bab ini, penulis menjelaskan jenis-jenis wacana dialog dan wacana percakapan disertai dengan contoh data yang dianalisis.

(21)

Bab 3 Bentuk – Bentuk Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dalam Strip Komik Baby Blues.

Bab ini akan menjabarkan bentuk-bentuk pelanggaran prinsip kerja sama yang disertai dengan contoh data yang dianalisis.

Bab 4 Fungsi Pragmatis Pelanggaran Prinsip Kerjasama dalam Strip Komik Baby Blues

Bab ini akan menjelaskan tentang fungsi pragmatis dari pelanggaran prinsip kerja sama yang telah dianalisis dan disebutkan pada Bab 3.

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

Bab ini akan berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang dapat disampaikan kepada peneliti lanjutan berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah mahasiswa sebagai sasaran peng- gunaan modul satu rombongan belajar atau ke- las sebanyak 25 orang, dari jumlah tersebut tidak terdapat mahasiswa yang mendapatkan nilai di

Dari tiga query pengujian yang telah dilakukan diatas maka dapat disimpulkan bahwa PostgreSql membutuhkan waktu yang lebih cepat dibandingkan Mysql dalam

Indosat, Tbk dengan menggunakan metode EVA pada umumnya dapat diketahui bahwa kinerja keuangan perusahaan pada periode 2006-2009 secara umum dapat dikatakan baik karena perusahaan

[r]

Banyak tenaga kerja yang berasal Banyak tenaga kerja yang berasal dari dari daerah di Indonesia mengadu nasib untuk daerah di Indonesia mengadu nasib untuk bekerja di luar

Jika ada pasien yang harus dirujuk maka ke- luarga sendiri yang mengurus mulai dari kendaraan sampai biaya transport, belum ada keterlibatan apa- rat desa dalam membantu

Jenis penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses

Klik tombol Save untuk menyimpan data GSC ke dalam database, dan sistem akan menampilkan halaman awal yang telah di update dengan skor GSC tadi, dan sistem akan