• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Daerah | JDIH (Jaringan Dokumentasi & Informasi Hukum) Kabupaten Pacitan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peraturan Daerah | JDIH (Jaringan Dokumentasi & Informasi Hukum) Kabupaten Pacitan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

4

4

.

.

1

1

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

S

S

I

I

S

S

T

T

E

E

M

M

P

P

E

E

R

R

K

K

O

O

T

T

A

A

A

A

N

N

Wilayah Kabupaten Pacitan terdiri dari 12 kecamatan. Jenis kegiatan yang akan dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan, seperti fasilitas perbelanjaan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, serta fasilitas rekreasi dan olahraga, untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.

Adapun hirarki kawasan perkotaan dan Ibukota Kecamatan di Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut:

1. Kawasan perkotaan Pacitan dengan hirarki K-1 berfungsi

sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW II/C/2);

2. Ibukota Kecamatan yang berfungsi sebagai pusat

Kegiatan Lokal (PKL) dengan hirarki K-2 meliputi: Ibukota Kecamatan Punung, Ibukota Kecamatan Ngadirojo, dan Ibukota Kecamatan Bandar;

3. Ibukota Kecamatan yang berfungsi sebagai pusat

Pelayanan Kawasan (PPK) dengan hirarki K-3 meliputi: Ibukota Kecamatan Donorojo, Ibukota Kecamatan Pringkuku, Ibukota Kecamatan Kebonagung, Ibukota Kecamatan Arjosari, Ibukota Kecamatan Tegalombo, Ibukota Kecamatan Nawangan, Ibukota Kecamatan Tulakan, Ibukota Kecamatan Sudimoro.

Disamping itu terdapat Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yaitu pusat pelayanan yang melayani kegiatan skala desa/kelurahan atau beberapa kampung.

G a m b a r 4. 1 Re nc a na Siste m Pusa t Pe rko ta a n

Keterangan:

Orientasi Pergerakan dari PPK menuju PKL

Orientasi Pergerakan dari PKL menuju PKW

Fungsi dan Peran Perwilayahan Kabupaten Pacitan pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu:

1. Kedudukan dan Peran Kabupaten Pacitan secara makro,

yaitu dalam Sistem Tata Ruang Nasional, RTRW Pulau Jawa Bali, Koridor Pantai Selatan Jawa, Provinsi Jawa Timur, RTR Citragung dan RTR Pawonsari

2. Fungsi Kabupaten Pacitan secara mikro, yaitu bagaimana

peran pusat pertumbuhan sesuai dengan potensi, permasalahan, peluang dan tantangan yang dihadapi.

Secara lebih rinci pengembangan fungsi wilayah Kabupaten

Pacitan seperti dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan peta 4.1

Setiap pusat permukiman (yang mengarah menjadi kota) diarahkan untuk mampu berfungsi sebagai pusat wilayah belakangnya, terutama dalam kegiatan perdagangan dan pemasaran bagi produk-produk yang dihasilkan oleh hutan lindung dan pertanian disamping memberikan pelayanan sosial dan jasa. Beberapa pusat permukiman/kota yang dikaitkan untuk mengemban fungsi sebagai kegiatan pusat akomodasi Pariwisata harus memiliki fasilitas dan prasarana yang memadai untuk berlangsung kegiatan secara atraktif serta mempunyai akses yang tinggi terhadap daerah tujuan wisata Yogyakarta atau daerah tujuan wisata Nasional lainnya.

Kecamatan Pacitan yang berfungsi sebagai pusat permukiman yang skala luas/pusat administrasi pemerintahan dan pusat perdagangan regional dan jasa harus ditunjang oleh kecukupan fasilitas kelengkapan pelayanan administrasi sesuai dengan status administrasinya. Kecenderungan perkembangan kecamatan ini yang mengarah pada fungsi kota/pusat permukiman untuk kurun waktu 20 tahun tidak saja ditetapkan oleh kecenderungan perkembangan fungsi kota tetapi ditentukan berdasarkan atas peluang-peluang ekonomi maupun rencana-rencana pengembangan sektoral wilayah

hinte rla nd dari rencana pengembangannya itu sendiri.

Sehubungan dengan hal tersebut arahan pengembangan fungsi Kecamatan Pacitan di Kabupaten Pacitan hingga tahun 2028, akan tetap berfungsi sebagai pusat administrasi kabupaten, dan berkembang menjadi pusat penampungan hasil produksi pertanian, pasca panen di daerah sekitarnya, pusat pendidikan, pusat perdagangan/pemasaran serta pusat akomodasi kegiatan wisata Kabupaten Pacitan.

Adapun rencana hirarki pusat pelayanan wilayah, rencana pengembangan jumlah penduduk dan rencana sistem kegiatan produksi ekonomi basis tiap kecamatan di Kabupaten Pacitan hingga tahun 2028 adalah sebagai berikut:

P KL

P KL

P KL

P KW

B a n d a r

N ga d iro jo P u n u n g

Pa cita n

PPK PPK

PPK

PPK PPK

PPK

PPK

(2)

1. Ke c a m a ta n Pa c ita n

Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-1, dengan fungsi sebagai PKW II/C/2 dan sentra kegiatan sektor pariwisata, Sektor industri makanan minuman ringan dan peristirahatan, Industri pengalengan ikan dan sektor pertambangan, serta sektor industri produksi batik tulis.

Adanya percepatan pertumbuhan, dengan asumsi sudah berfungsinya Jalan Lintas Selatan Selatan.

Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Pacitan sebagai PKW II/C/2 adalah 100.000-150.000 jiwa.

2. Ke c a m a ta n Punung

Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-2, dengan fungsi sebagai PKL dan kegiatan sebagai sentra kegiatan kelautan.

Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Punung sebagai PKL adalah 50.000-100.000 jiwa.

Wilayah sentra sektor industri produksi mainan anak yang terbuat dari kayu jati dan sentra produksi keramik/ gerabah seni.

3. Ke c a m a ta n Ba nd a r

Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-2, dengan fungsi sebagai PKL dan kegiatan sebagai sentra produksi dan kegiatan industri pertanian, pertambangan, dan merupakan kawasan strategis agropolitan.

Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Bandar sebagai PKL adalah 50.000-100.000 jiwa.

4. Ke c a m a ta n Ng a d iro jo

Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-2, dengan fungsi PKL dan kegiatan sebagai sentra kegiatan sektor perikanan dan kelautan (budidaya keramba), pertambangan dan sektor industri produksi batik tulis dan sale pisang.

Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Ngadirojo sebagai PKL adalah 50.000-100.000 jiwa

5. Ke c a m a ta n Do no ro jo

Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-3, dengan fungsi sebagai PPK, Pusat Ibu Kota Kecamatan dan kegiatan utama sebagai sentra kegiatan tanaman perkebunan (kapas), rumput laut dan kacang-kacangan sebagai pengepul, industri perkayuan, biofuel dan gula merah.

Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Donorojo sebagai PPK adalah 25.000-50.000 jiwa.

6. Ke c a m a ta n Pring kuku

Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-3, dengan fungsi sebagai PPK, Pusat Ibu Kota Kecamatan dan kegiatan utama sebagai pusat pengumpul.

Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Pringkuku sebagai PPK adalah 25.000-50.000 jiwa.

Sebagai sentra produksi kelapa.

7. Ke c a m a ta n Ke b o na g ung

Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-3, dengan fungsi sebagai PPK, Pusat Ibu Kota Kecamatan dan kegiatan utama sebagai pusat pengumpul dan sentra produksi kelapa serta gula merah.

Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Kebonagung sebagai PPK adalah 25.000-50.000 jiwa.

8. Ke c a m a ta n A rjo sa ri

Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-3, dengan fungsi sebagai PPK, Pusat Ibu Kota Kecamatan dan kegiatan utama sebagai pusat pengumpul.

Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Arjosari sebagai PPK adalah 25.000-50.000 jiwa.

9. Ke c a m a ta n Na wa ng a n

Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-3, dengan fungsi sebagai PPK, Pusat Ibu Kota Kecamatan dan kegiatan utama sebagai pusat pengumpul dan merupakan kawasan strategis agropolitan.

Sebagai sentra produksi sektor pertambangan.

Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Nawangan sebagai PPK adalah 25.000-50.000 jiwa.

10. Ke c a m a ta n Te g a lo m b o

Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-3, dengan fungsi sebagai PPK, Pusat Ibu Kota Kecamatan dan kegiatan utama sebagai pusat pengumpul serta sebagai sentra produksi jahe gajah.

Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Tegalombo sebagai PPK adalah 25.000-50.000 jiwa

11. Ke c a m a ta n Tula ka n

Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-3, dengan fungsi sebagai PPK, Pusat Ibu Kota Kecamatan dan kegiatan utama sebagai pusat pengumpul.

Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Tulakan sebagai PPK adalah 25.000-50.000 jiwa.

(3)

Ta b e l 4. 1

Pe ng e m b a ng a n Fung si Wila ya h d a n Pusa t Pe rtum b uha n d i Ka b up a te n Pa c ita n

No Hira rki Fung si Na m a Pusa t

Ko nd isi Eksisting Stra te g i Pe ng e m b a ng a n Re nc a na Fung si Pusa t Pe la ya na n Ja ng ka ua n Rua ng Ling kup Pe la ya na n

1 K-1 PKW Pacitan ™ Berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal yang menampung kebutuhan masyarakat tingkat kabupaten

™ Masih mendominasi perkembangan Kabupaten (menjadi titik orientasi pergerakan masyarakat di seluruh wilayah Kabupaten Pacitan)

™ Menyiapkan agar semua kawasan perkotaan dan perdesaan memiliki rencana tata ruang yang terpadu, sehingga tidak terjadi

ketimpangan perkembangan wilayah.

™ Meningkatkan pelayanan sistem prasarana wilayah di kawasan perkotaan dan perdesaan dalam rangka meningkatkan hubungan ekonomi yang kondusif bagi pertumbuhan dan

pemerataan ekonomi wilayah.

™ Pengembangan kawasan perkotaan diarahkan untuk memanfaatkan semaksimal mungkin potensi sumber daya kawasan perdesaan sebagai daerah

belakangnya sesuai dengan fungsi/tipologi kawasan perdesaan.

™ Meningkatkan kemudahan hubungan antar lokasi, kawasan, dan antar wilayah dengan membangun jalan, meningkatkan fungsi dan peran jalan, kuantitas, kualitas, dan tingkat

pelayanan jalan, penyediaan pedestrian, fasilitas terminal, pelabuhan laut dan

penyediaan sarana angkutan umum.

™ Menyediakan fasilitas pelayanan dan fasilitas penunjang kegiatan budidaya di wilayah laut, seperti pelabuhan pendaratan ikan (PPI), tempat pelelangan ikan (TPI), stasiun bahan bakar, sarana pelayanan industri kelautan,

1. Pusat pelayanan wilayah sekitar Kabupaten Pacitan 2. Pusat pemerintahan,

perdagangan dan jasa wilayah Kabupaten; 3. Pusat pelayanan sosial dan

pertumbuhan wilayah kabupaten

4. Pusat komunikasi antar kecamatan

5. Pusat pengembangan wilayah belakang , seluruh wilayah Kabupaten Pacitan 6. Pusat Permukiman Perkotaan 7. Pusat Jasa Informasi dan

Akomodasi Pariwisata kabupaten

1. Wilayah sekitar Kabupaten Pacitan 2. Wilayah

Kabupaten Pacitan

3. Seluruh wilayah Kabupaten Pacitan 4. kegiatan

utama sektor primer, sekunder dan tersier antar kecamatan

2 K-2 PKL Punung ™ Berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal

™ Sebagai orientasi pergerakan masyarakat di bagian barat

Kabupaten Pacitan

1. Pusat kegiatan pariwisata pantai, gua dan budaya (terkait dengan

pengembangan pariwisata Pawonsari);

2. Pintu gerbang barat untuk kegiatan pariwisata Selatan Pacitan

3. Pusat pelayanan sosial dan pertumbuhan wilayah Kecamatan Donorojo, Punung dan Pringkuku 4. Pusat komunikasi antar

permukiman perdesaan di kecamatan Donorojo, Punung dan Pringkuku 5. Pusat pengembangan

wilayah belakang kecamatan Donorojo, Punung dan Pringkuku

1. Wilayah Kecamatan Donorojo, Punung dan Pringkuku ; 2. Wilayah pesisir

pantai Selatan barat Kabupaten Pacitan, kegiatan utama pertanian, perikanan laut, pariwisata, perkebunan 3. Kegiatan

utama sektor primer, sekunder dan tersier

3 K-2 PKL Ngadirojo ™ Berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal

™ Sebagai orientasi pergerakan masyarakat di bagian timur

Kabupaten Pacitan

1. Pusat kegiatan pariwisata pantai, gua dan budaya; 2. Pintu gerbang timur untuk

kegiatan pariwisata Selatan Pacitan (terkait dengan pengembangan Selatan-Selatan Provinsi Jawa Timur) 3. Pusat pelayanan sosial dan

1. Wilayah Kecamatan Ngadirojo, Tulakan dan Sudimoro; 2. Wilayah pesisir

(4)

No Hira rki Fung si Na m a Pusa t

Ko nd isi Eksisting Stra te g i Pe ng e m b a ng a n Re nc a na Fung si Pusa t Pe la ya na n Ja ng ka ua n Rua ng Ling kup Pe la ya na n

dan sarana wisata bahari.

™ Menyediakan fasilitas pelayanan fasilitas

penunjang pariwisata pada masing-masing obyek wisata guna mendukung

perkembangan objek wisata yang ada.

™ Mengembangkan Jalan Lintas Selatan Selatan guna menghubungkan sistem perdesaan antar wilayah dan mendorong pertumbuhan wilayah.

™ Menyediakan dan meningkatkan

pengembangan fasilitas penunjang kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, mencakup fasilitas

perbelanjaan/pasar, fasilitas pendidikan, fasilitas

kesehatan, fasilitas

peribadatan, fasilitas rekreasi dan olahraga dan lain-lain.

™ Meningkatkan

pengembangan sumber-sumber air bersih, kapasitas instalasi pengolahan, sistem distribusi pelayanan, dan mewujudkan sistem produksi air bersih siap minum untuk melayani seluruh wilayah Kabupaten Pacitan.

™ Menjaga kelestarian badan-badan air serta mata air-mata air dan meningkatkan sediaan air tanah melalui pemantapan perlindungan kawasan-kawasan resapan air bagi pemenuhan kebutuhan air bersih di kawasan perdesaan, serta kawasan-kawasan lain yang belum atau tidak terlayani oleh sistem perpipaan

™ Pengembangan sistem jaringan drainase air hujan, sistem pembuangan limbah

pertumbuhan wilayah Kecamatan Tulakan, Sudimoro dan Ngadirojo 4. Pusat komunikasi antar

permukiman perdesaan di Kecamatan Ngadirojo, Tulakan dan Sudimoro 5. Pusat pengembangan

wilayah belakang Kecamatan Ngadirojo, Tulakan dan Sudimoro

Kabupaten Pacitan, kegiatan utama pertanian, perikanan laut, pariwisata, perkebunan dan pertambangan 3. Kegiatan

utama sektor primer, sekunder dan tersier

4 K-2 PKL Bandar ™ Berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal

™ Sebagai orientasi pergerakan masyarakat di bagian utara

Kabupaten Pacitan

1. Pusat kegiatan agrowisata dan budaya

2. Fungsi perlindungan bagi kawasan di bawahnya 3. Pusat pelayanan sosial dan

pertumbuhan wilayah Kecamatan Bandar , Nawangan dan Tegalombo 4. Pusat komunikasi antar

permukiman perdesaan di Kecamatan Bandar , Nawangan dan Tegalombo 5. Pusat pengembangan

wilayah belakang Kecamatan Bandar , Nawangan dan Tegalombo

1. Wilayah Kecamatan Bandar , Nawangan dan

Tegalombo; 2. Kawasan

perbukitan di wilayah Utara Kabupaten Pacitan, kegiatan utama pertanian, perkebunan, agrowisata , dan pertambangan 3. Kegiatan

(5)

No Hira rki Fung si Na m a Pusa t

Ko nd isi Eksisting Stra te g i Pe ng e m b a ng a n Re nc a na Fung si Pusa t Pe la ya na n Ja ng ka ua n Rua ng Ling kup Pe la ya na n

domestik, limbah industri, dan persampahan secara

terpadu, terencana dan terprogram untuk seluruh wilayah Kabupaten Pacitan dalam rangka

penanggulangan banjir dan penyehatan lingkungan permukiman kota.

™ Peningkatan pengembangan sistem pelayanan energi listrik dengan, perluasan jaringan distribusi pelayanan dan peningkatan kualitas pelayanan.

™ Peningkatan kualitas pelayanan dan

pengembangan sistem telekomunikasi dan informasi dengan mempertimbangkan kemajuan teknologi di bidang telekomunikasi dan informasi.

Sumb e r : Ha sil Ana lisis, 2008

12. Ke c a m a ta n Sud im o ro

Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-3, dengan fungsi sebagai PPK, Pusat Ibu Kota Kecamatan dan kegiatan utama sebagai pusat pengumpul.

Diarahkan sebagai kawasan strategis pengembangan PLTU.

Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Sudimoro sebagai PPK adalah 25.000-50.000 jiwa.

Sebagai sentra produksi kelapa, pertambangan.

Kegiatan ekonomi yang diharapkan dapat memacu perkembangan kecamatan-kecamatan di Kabupaten Pacitan adalah pertanian, pariwisata, pertambangan, industri pengolahan perikanan, pertanian, hutan produksi serta pariwisata.

4

4

.

.

2

2

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

P

P

E

E

R

R

D

D

E

E

S

S

A

A

A

A

N

N

Pembangunan kawasan pedesaan dititikberatkan pada pembangunan pertanian. Pusat pelayanan lingkungan permukiman pedesaan, dengan jangkauan pelayanan lokal dialokasikan tersebar merata di pusat-pusat kelurahan, yang

mempunyai jumlah penduduk memadai dan di seluruh pusat-pusat lingkungan permukiman. Adapun kegiatan yang diperlukan di dalam kehidupan pertanian di kawasan perdesaan antara lain:

1. Pertanian (bercocok tanam), perikanan, peternakan, dan

kehutanan;

2. Industri pengolahan hasil pertanian;

3. Penyaluran hasil-hasil pertanian untuk menunjang kegiatan

pariwisata pantai dan agrowisata.

Kegiatan pertanian (bercocok tanam), perikanan, peternakan, dan kehutanan berada di daerah pedesaan sedangkan kegiatan lainnya berlokasi di pusat pertumbuhan atau pusat pelayanan yang merupakan konsentrasi permukiman dicerminkan dalam satu titik lokasi dan daerah belakangnya.

Sistem perdesaan dilakukan dengan membentuk pusat pelayanan kawasan perdesaan secara berhirarki, meliputi:

1. pusat pelayanan setiap desa (Pusat Pelayanan

Lingkungan /PPL);

2. pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok

(6)

Pe ta 4. 1 Re nc a na Struktur Rua ng

Pemanfaatan lahan kawasan pedesaan di Kabupaten Pacitan merupakan kelompok dari beberapa pemukiman yang penggunaan lahannya didominasi oleh kegiatan pertanian, perkebunan dan pemukiman. Sedangkan untuk kawasan perkotaan penggunaan lahannya didominasi oleh kegiatan yang lebih beraneka ragam, terutama untuk kegiatan pusat perdagangan, jasa dan pemerintahan.

Dalam keberlangsungan kehidupannya, perdesaan merupakan hinterland dari perkotaan. Pelayanan yang belum didapatkan di perdesaan akan dipenuhi di kawasan perkotaan.

Pusat pelayanan kawasan perdesaan secara berhirarki memiliki hubungan dengan pusat kegiatan di kawasan perkotaan atau Ibukota Kecamatan.

4

4

.

.

3

3

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

S

S

I

I

S

S

T

T

E

E

M

M

J

J

A

A

R

R

I

I

N

N

G

G

A

A

N

N

P

P

R

R

A

A

S

S

A

A

R

R

A

A

N

N

A

A

W

W

I

I

L

L

A

A

Y

Y

A

A

H

H

(7)

energi lainnya, telekomunikasi, sumber daya air, dan jaringan prasarana lainnya.

Semua tingkatan sistem jaringan dan pelayanan infrastruktur lainnya dengan tingkatan yang lebih tinggi terletak di wilayah-wilayah dengan orde tinggi, sedangkan sistem jaringan dan prasarana wilayah dengan tingkatan yang lebih rendah terletak di wilayah dengan orde kota yang lebih rendah. Bentuk struktur sarana wilayah Kabupaten Pacitan berdasarkan struktur ruang perkotaannya dapat dilihat pada gambar berikut.

G a m b a r 4. 2

Struktur Sa ra na Wila ya h Be rd a sa rka n Struktur Rua ng

4

4

.

.

3

3

.

.

1

1

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

S

S

I

I

S

S

T

T

E

E

M

M

J

J

A

A

R

R

I

I

N

N

G

G

A

A

N

N

T

T

R

R

A

A

N

N

S

S

P

P

O

O

R

R

T

T

A

A

S

S

I

I

Rencana sistem jaringan transportasi yang akan dikembangkan di Kabupaten Pacitan meliputi rencana pengembangan sistem jaringan transportasi darat, laut dan udara.

4. 3. 1. 1

Rencana Sist em Jaringan Transport asi

Darat

A. Sistem jaringan jalan

Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki.

Sistem jaringan jalan primer disusun untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional,

dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:

™ menghubungkan secara menerus pusat kegiatan

nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan;

™ menghubungkan antarpusat kegiatan nasional.

Sistem jaringan jalan primer yang berada di Kabupaten

Pacitan merupakan sistem jaringan jalan yang berperan sebagai pelayanan jasa distribusi yang menghubungkan

kota-kota lain dengan Kabupaten Pacitan.

Adapun sistem jaringan jalan sekunder disusun untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil.

Sistem jaringan dengan fungsi sebagai jalan sekunder di Kabupaten Pacitan merupakan sistem jaringan jalan yang berperan sebagai pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat antar Kecamatan di Kabupaten Pacitan.

B. Fungsi jalan

Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan, fungsi jalan di Kabupaten Pacitan dibedakan atas kolektor, lokal, dan lingkungan. Dengan demikian fungsi jalan di Kabupaten Pacitan terdiri dari:

™ jalan kolektor primer; merupakan jalan yang

menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.

™ jalan lokal primer; merupakan jalan yang

menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan.

™ jalan lingkungan primer; merupakan jalan yang

menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.

™ jalan kolektor sekunder; merupakan jalan yang

(8)

kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.

™ jalan lokal sekunder; merupakan jalan yang

menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

™ Jalan lingkungan sekunder; merupakan jalan yang

menghubungkan antarpersil dalam kawasan perkotaan.

C. Status jalan

Berdasarkan administrasi atau wewenang pembinaannya, jalan di Kabupaten Pacitan dikelompokkan sebagai berikut:

™ Jalan Nasional adalah jalan dibawah pembinaan

Pemerintah Pusat.

™ Jalan Provinsi adalah jalan dibawah pembinaan

Pemerintah Provinsi atau Instansi yang ditunjuk

™ Jalan Kabupaten adalah jalan dibawah pembinaan

Pemerintah Kabupaten atau instansi yang ditunjuk.

™ Jalan Desa adalah jalan dibawah pembinaan

Pemerintah Desa/Kelurahan.

Rencana pengembangan sistem prasarana transportasi pada tahun 2009-2028 di Kabupaten Pacitan diarahkan pada peningkatan kondisi jalan dan geometrik jalan sesuai dengan fungsinya serta rencana pengembangan terminal. Rencana pengembangan sistem jaringan jalan pada tahun 2009-2028 di Kabupaten Pacitan terdiri dari:

1. PEMBANGUNAN JALAN

Pembangunan jalan lintas selatan selatan meliputi ruas jalan:

a. Mukus – Wareng – Ploso – Sirnoboyo - Kayen –

Sidomulyo – Jetak – Hadiwarno – Batas Kabupaten Trenggalek.

b. Lingkar Kota Pacitan

Pelebaran Jalan nasional ruas Glonggong – Pacitan – Batas Kabupaten Trenggalek.

Pembangunan Lingkar Barat Kota Pacitan dari Kelurahan Sidoharjo – Pucangsewu – Semanten – Gunungsari (terhubung dengan dibangunnya Jembatan Gunungsari).

Pembangunan Lingkar Timur Kota Pacitan dari Desa Gunungsari – Desa Sirnoboyo – Desa Kembang –

Kelurahan Ploso – (terhubung dengan dibangunnya Jembatan Ploso), sebagai jalan bypass (bagian dari jalan lintas selatan selatan).

Pembangunan Jembatan Cangkring Ngadirojo. Pembangunan dan

peningkatan jalan antar ibukota kecamatan.

Pembangunan dan peningkatan jalan antara ibukota kecamatan dengan pusat pertumbuhan. Pembangunan dan peningkatan jalan lingkungan

Mempertahankan kondisi jalan dengan pemeliharaan rutin.

2. PENINGKATAN JALAN

Peningkatan jalan nasional ruas Glonggong – Pacitan –

Batas Kabupaten Trenggalek.

Peningkatan jalan nasional wilayah kota (ruas jalan WR. Supratman - Gatot SSubroto - P. Sudirman - Maghribi).

Peningkatan jalan

provinsi ruas Batas Kabupaten Ponorogo – Pacitan. Peningkatan jalan provinsi ruas Arjosari – Purwantoro (Batas Provinsi Jateng).

Peningkatan jalan provinsi wilayah kota (ruas jalan Basuki Rahmat dan Tentara Pelajar)

(9)

Peningkatan jaringan jalan untuk mendukung pariwisata wilayah timur (ke Pantai Segara Anakan, dsb.), dilakukan dengan pembangunan akses jalan yang menghubungkan ruas jalan lintas selatan selatan dengan lokasi pariwisata.

Peningkatan jalan kabupaten dan poros desa.

Rencana pembangunan dan peningkatan jalan di Kabupaten Pacitan diupayakan tidak hanya sekedar memperhalus ataupun menambal kerusakan yang ada, tetapi harus dituntaskan dengan pembebasan lahan untuk memperlebar jalan. Secara rinci Rencana pembangunan dan peningkatan jalan di kabupaten pacitan dapat dilihat pada Tabel Rencana Pembangunan dan Peningkatan Jalan.

Ta b e l 4. 2

Re nc a na Pe m b a ng una n d a n Pe ning ka ta n Ja la n

No . Re nc a na Lo ka si Fung si

Ja la n

1 Pembangunan jalan lintas

selatan selatan (meliputi ruas jalan Donorojo – Pacitan – Kayen – Sudimoro dan Lingkar Kota Pacitan) Kec. Donorojo, Punung, Pringkuku, Pacitan, Kebonagung, Tulakan, Ngadirojo, Sudimoro Kolektor primer

2 Pelebaran Jalan nasional ruas

Donorojo – Pacitan – Panggul - Trenggalek Kec. Donorojo, Punung, Pringkuku, Pacitan, Kebonagung, Tulakan, Ngadirojo, Sudimoro Kolektor primer

3 Pembangunan Lingkar Barat

Kota Pacitan dari Kelurahan Sidoharjo – Pucangsewu – Semanten – Gunungsari

(terhubung dengan dibangunnya Jembatan Gunungsari). Kec. Pacitan, Arjosari Kolektor primer

4 Pembangunan Lingkar Timur

Kota Pacitan dari Desa Gunungsari – Desa Sirnoboyo – Desa Kembang – Kelurahan Ploso – (terhubung dengan dibangunnya Jembatan Ploso), sebagai jalan bypass (bagian dari jalan lintas selatan selatan).

Kec. Pacitan, Arjosari

Kolektor primer

5 Pembangunan Jembatan

Cangkring Ngadirojo.

Kec. Ngadirojo

6 Pembangunan dan

peningkatan jalan antar ibukota kecamatan.

Kab. Pacitan Lokal Primer

7 Pembangunan dan Kab. Pacitan Lokal

No . Re nc a na Lo ka si Fung si

Ja la n

peningkatan jalan antara ibukota kecamatan dengan pusat pertumbuhan.

Primer

Pembangunan dan peningkatan jalan lingkungan

Kab. Pacitan Lingkungan

8 Mempertahankan kondisi jalan

dengan pemeliharaan rutin.

Kab. Pacitan Kolektor primer, Lokal Primer, jalan sekunder, jalan lingkungan

9 Peningkatan jalan nasional ruas

Donorojo – Pacitan – Panggul - Trenggalek Kec. Donorojo, Punung, Pringkuku, Pacitan, Kebonagung, Tulakan, Ngadirojo, Sudimoro Kolektor primer

10 Peningkatan jalan nasional

wilayah kota (ruas jalan WR. Supratman - Gatot Subroto - P. Sudirman - Maghribi).

Kec. Pacitan Kolektor primer

11 Peningkatan jalan provinsi ruas

Pacitan – Dengok.

Kec. Pacitan, Tegalombo

Kolektor primer

12 Peningkatan jalan provinsi ruas

Arjosari – Nawangan

Kec. Arjosari, Nawangan, Bandar

Lokal Primer

13 Peningkatan jalan provinsi

wilayah kota (ruas jalan Basuki Rahmat dan Tentara Pelajar)

Kec. Pacitan Lokal Primer

14 Peningkatan jaringan jalan

untuk mendukung pariwisata wilayah barat (ke pantai Klayar, Gua Gong, dsb.)

Kec. Punung, Donorojo

Lokal Primer

15 Peningkatan jaringan jalan

untuk mendukung pariwisata wilayah timur (ke Pantai Segara Anakan, dsb.), dilakukan dengan pembangunan akses jalan yang menghubungkan ruas jalan lintas selatan selatan dengan lokasi pariwisata.

Kab. Ngadirojo Lokal Primer

16 Peningkatan jalan kabupaten

dan poros desa.

Kab. Pacitan Lokal Primer, jalan sekunder

Sumb e r: Ha sil Ana lisis 2008

3. PENGEMBANGAN TERMINAL

(10)

Pe ta 4. 2 Re nc a na Siste m Ja ring a n Tra nsp o rta si

utama yang melayani angkutan AKAP. Adapun kriteria terminal type A adalah:

Terletak dalam jaringan trayek Antar Kota Antar Propinsi dan/atau angkutan lalu lintas batas negara; Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIA;

Jarak antara dua terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 20 Km;

Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 Ha; Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya

100 m, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.

(11)

umum dilakukan dalam rangka mendukung aksesibilitas wilayah, khususnya ke daerah-daerah potensi wisata.

4. 3. 1. 2

Rencana Sist em Jaringan Transport asi

Laut

Potensi wisata, serta sumberdaya alam lainnya termasuk pertanian dan perikanan yang ada di Kabupaten Pacitan, dapat berkembang secara maksimal jika didukung oleh infrastruktur laut, sehingga lokasi pacitan dapat dengan mudah dijangkau dengan cara lain selain jalan darat. Adapun pengembangan sistem jaringan transportasi laut dilakukan dengan:

Membangun pelayanan pelabuhan laut yang mampu melayani pergerakan barang dan manusia. Pelabuhan umum dikembangkan di Kecamatan Pacitan sedangkan pelabuhan khusus untuk mendukung PLTU dikembangkan di Kecamatan Sudimoro. Pengembangan pelabuhan khusus lainnya dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.

Mengadakan rute angkutan laut yang menghubungkan Kabupaten Pacitan dengan kabupaten/kota lainnya.

4. 3. 1. 3

Rencana Sist em Jaringan Transport asi

Udara

Untuk memaksimalkan pertumbuhan Pacitan, dikembangkan Bandar Udara khusus yang pengembangannya dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.

4

4

.

.

3

3

.

.

2

2

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

S

S

I

I

S

S

T

T

E

E

M

M

J

J

A

A

R

R

I

I

N

N

G

G

A

A

N

N

L

L

I

I

S

S

T

T

R

R

I

I

K

K

D

D

A

A

N

N

S

S

U

U

M

M

B

B

E

E

R

R

D

D

A

A

Y

Y

A

A

E

E

N

N

E

E

R

R

G

G

I

I

L

L

A

A

I

I

N

N

N

N

Y

Y

A

A

Energi listrik merupakan komponen dasar yang sangat dibutuhkan untuk dapat berlangsungnya hampir seluruh aktivitas dan kehidupan manusia modern, sehingga tanpa energi listrik yang cukup, maka dapat dipastikan keberlangsungan dan perkembangan kegiatan ekonomi dapat terhambat. Perhitungan kebutuhan daya listrik tahun 2028 didasarkan pada jumlah kepala keluarga dan dengan jumlah rumah yang masing-masing dipenuhi standar kebutuhan 1300 VA/rumah, untuk fasilitas umum 30% dan penerangan umum 10% dari total dari kebutuhan daya listrik domestik.

Ta b e l 4. 3

Re nc a na Pe ning ka ta n Siste m Pra sa ra na Listrik

No Ke c a m a ta n Ke b utuha n Da ya Listrik (Vo lt A m p e r)

2013 2018 2028

1 Donorojo 9,593,325 10,008,000 15,732,982

2 Punung 8,827,200 9,277,425 14,802,691

3 Pringkuku 7,653,600 7,992,225 12,589,086

No Ke c a m a ta n Ke b utuha n Da ya Listrik (Vo lt A m p e r)

2013 2018 2028

4 Pacitan 15,275,025 16,254,000 26,583,318

5 Kebonagung 10,668,825 11,130,075 17,496,663

6 Arjosari 9,372,600 9,826,425 15,601,279

7 Nawangan 11,603,925 12,165,750 19,315,397

8 Bandar 10,082,250 10,491,975 16,412,149

9 Tegalombo 11,771,325 12,341,250 19,594,055

10 Tulakan 18,503,550 19,447,425 31,029,657

11 Ngadirojo 10,590,300 11,213,325 18,159,180

12 Sudimoro 6,954,300 7,219,125 11,236,501

Jum la h 130,896,225 137,367,000 218,552,959

Sumb e r: Ha sil Ana lisis 2008

Pemenuhan kebutuhan listrik dimasa datang memiliki prospek yang bagus karena adanya pembangunan PLTU Pacitan di Kecamatan Sudimoro kapasitas 2 x 315 MW, pengembangan Gardu Induk Pacitan di Kecamatan Pacitan, serta pengembangan SUTT 150 kV:

™ dari PLTU – Gardu Induk Pacitan (melewati sebagian wilayah

Kecamatan Sudimoro, Ngadirojo, Tulakan, Kebonagung, Arjosari, Pacitan);

™ dari Gardu Induk Pacitan – Ponorogo (melewati sebagian

wilayah Kecamatan Pacitan, Arjosari, Bandar, Tegalombo);

™ dari Gardu Induk Pacitan – Wonogiri (melewati sebagian

wilayah Kecamatan Pacitan, Pringkuku, Punung).

Desa-desa yang belum memiliki jaringan listrik dan tidak memungkinkan untuk dikembangkan jaringan baru akibat medan yang berbukit, tetap bisa memperoleh pelayanan listrik dengan pengembangan pelayanan sistem non jaringan.

Oleh karena itu, perlu dikembangkan Desa Mandiri Energi (DME). DME adalah desa yang masyarakatnya memiliki kemampuan memenuhi lebih dari 60% kebutuhan energinya (listrik dan bahan bakar) dari energi terbarukan yang dihasilkan melalui pendayagunaan potensi sumber daya setempat.

Energi terbarukan yang dapat dikembangkan meliputi: a. bahan bakar nabati (bio ethanol, bio diesel);

b. tenaga panas bumi;

c. tenaga surya;

d. tenaga angin;

e. tenaga mikro hidro;

f. bio mass dari ternak dan sampah.

(12)

Pe ta 4. 3 Re nc a na Listrik d a n Sum b e r Da ya Ene rg i

menjadi prioritas DME adalah satu atau sekelompok desa yang masyarakat serta wilayahnya relatif terpencil. Kecamatan yang dapat mengembangkan DME berdasarkan jenis energi non-listrik, adalah:

a. Persebaran lokasi dengan potensi bahan bakar nabati

meliputi sebagian wilayah Kecamatan Donorojo, Punung, Pringkuku, Pacitan, Kebonagung, Tulakan, dan Kecamatan Ngadirojo.

b. Persebaran lokasi dengan potensi tenaga panas bumi

meliputi sebagian wilayah Kecamatan Punung dan Kecamatan Arjosari.

c. Persebaran lokasi dengan potensi tenaga surya meliputi

seluruh wilayah Kabupaten Pacitan.

d. Persebaran lokasi dengan potensi tenaga angin meliputi

sebagian wilayah Kabupaten Pacitan.

e. Persebaran lokasi dengan potensi tenaga mikro hidro

(13)

Pe ta 4. 4 Re nc a na Te le ko m unika si

f. Persebaran lokasi dengan potensi bio mass dari ternak dan

sampah meliputi sebagian wilayah Kecamatan Punung, Pacitan, Nawangan, Bandar, Tulakan, dan Kecamatan Ngadirojo.

Disamping itu, dalam rangka penyediaan energi alternatif lainnya, dikembangkan penyediaan sarana pendistribusian Liquid Petroleum Gas (LPG) berupa penyediaan Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE).

4

4

.

.

3

3

.

.

3

3

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

S

S

I

I

S

S

T

T

E

E

M

M

J

J

A

A

R

R

I

I

N

N

G

G

A

A

N

N

T

T

E

E

L

L

E

E

K

K

O

O

M

M

U

U

N

N

I

I

K

K

A

A

S

S

I

I

(14)

Pelayanan jaringan telepon yang ada di Kabupaten Pacitan belum mencakup semua desa, namun pembangunan sarana peningkatan mutu dibeberapa kecamatan meliputi pembangunan Sistim Transmisi Digital Induk (STDI) di Kecamatan Pacitan, Punung dan Ngadirojo telah dilaksanakan. Rencana perluasan jangkauan pelayanan komunikasi dilakukan disamping dengan perluasan sistem kabel juga mengembangkan jaringan telekomunikasi seluler oleh sektor swasta hingga ke pelosok kecamatan dan desa.Pada

masa mendatang perlu pengembangan sistem telekomunikasi seluler dengan mengaplikasikan pembangunan menara bersama telekomunikasi. Menara bersama telekomunikasi ini disamping ditujukan untuk memperluas area yang terjangkau telekomunikasi, juga untuk melakukan penataan terhadap menara telekomunikasi yang masih bersifat menara tunggal.

Mengingat sangat pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informatika, perkembangan teknologi khususnya dalam bidang komunikasi dan informatika untuk 20 tahun kedepan sangat sulit untuk diprediksikan. Namun demikian, sebagai gambaran dapat disampaikan kebutuhan menara bersama telekomunikasi untuk 5 tahun mendatang. Asumsi yang dipergunakan dalam menentukan kebutuhan menara bersama telekomunikasi di Kabupaten Pacitan 5 tahun mendatang adalah:

1. Tingkat penetrasi layanan seluler rata-rata saat ini adalah 10%-30%, yang pada 5 tahun kedepan di Kabupaten Pacitan diasumsikan 50%, yang berarti setiap 2 penduduk memiliki 1 handphone.

2. Kawasan perkotaan di Kecamatan Pacitan bercirikan sub

urban dengan karakteristik residensial yang relatif padat. Wilayah lainnya bercirikan rural dengan karakteristik yang kecil dan tersebar.

3. Lama rata-rata panggilan atau menerima panggilan untuk

setiap handphone adalah 3 menit per hari pada jam sibuk di area urban, 2 menit pada sub urban, dan 1 menit pada rural.

4. Berdasarkan data teknis traffic handling BTS per sektor

minimal dengan 4 kanal frekuensi dan 7 time slot voice (4 channel x 7 time slot = 28 kanal) adalah 20,15 Erlang pada tingkat kualitas layanan 2% (GOS, grade of Servise = 2%), yang berarti terjadi kegagalan panggilan sebanyak 2 kali dari 100 kali panggilan. Maka dengan asumsi seluruh BTS menggunakan 3 sector dan total 12 kanal frekuensi mampu menghandle traffic sebesar 60,45 Erlang (60,45 jam panggl/calling dan terima/called).

5. Setiap menara bersama telekomunikasi minimal mampu

menampung 3 BTS/RF.

Dengan asumsi tersebut diatas, maka hingga 5 tahun kedepan dibutuhkan maksimal sejumlah 117 titik koordinat/zona menara bersama telekomunikasi untuk mengcover seluruh wilayah. Penetapan titik koordinast/zona tersebut dilakukan dengan

mempergunakan alat bantu Global Positioning System (GPS), komputer, dan software yang relevan.

4

4

.

.

3

3

.

.

4

4

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

S

S

I

I

S

S

T

T

E

E

M

M

J

J

A

A

R

R

I

I

N

N

G

G

A

A

N

N

S

S

U

U

M

M

B

B

E

E

R

R

D

D

A

A

Y

Y

A

A

A

A

I

I

R

R

Beberapa hal yang terkait dengan rencana sumber daya air antara lain rencana drainase, irigasi, dan air bersih.

A . Dra ina se

Pada dasarnya perencanaan drainase adalah sistemik tanpa bisa memandang batas administrasi. Sistem prasarana drainse di Kabupaten Pacitan melingkupi drainase Primer, Sekunder, dan Tersier.

Drainase primer di Kabupaten Pacitan merupakan drainase alami yaitu sungai-sungai yang melintasi Kabupaten Pacitan. Sedangkan drainase sekunder dan tersier merupakan drainase buatan, yang rencananya akan dikembangkan disepanjang ruas jalan di kawasan perkotaan.

Kawasan pedesaan tidak menjadi tujuan utama pengembagan prasarana drainase, dikarenakan sebagian besar penggunaan lahan di kawasan pedesaan masih mampu menyerap air hujan yang jatuh ke tanah. Selain itu kondisi topografi kabupaten pacitan tidak daat mendukung seluruh daerah untuk diberi pelayanan berupa prasarana drainase.

Rencana drainase di Kabupaten Pacitan, dititikberatkan pada permasalahan banjir yang sering dialami di kabupaten ini. Banjir di Kabupaten Pacitan terjadi karena kapasitas alur sungai yang tidak mampu menampung banjir dan selain itu di beberapa tempat ditemukan adanya dimensi saluran atau gorong-gorong yang tidak memadai dimana saluran primer menuju outlet sungai dengan dimensi lebih kecil daripada saluran sekundernya.

Penentuan skala prioritas penanganan genangan mempertimbangkan faktor teknis dan non-teknis. Dari penilaian terhadap beberapa faktor tersebut dilakukan pembobotan. Pertimbangan yang dinilai berperan dan memiliki relevansi yang memadai sebagai kriteria untuk penentuan skala prioritas penanganan adalah:

1. Faktor genangan. Faktor genangan terdiri atas: luas, lama

(15)

2. Faktor kerusakan harta benda. Berkait dengan besarnya kerugian harta benda akibat terjadi genangan.

3. Faktor gangguan ekonomi. Berkait dengan kemungkinan

terganggunya kegiatan perekonomian wilayah akibat genangan tersebut.

4. Faktor gangguan sosial dan pemerintahan. Gangguan

terhadap fasilitas publik dan pelayanan sosial termasuk gangguan kelancaran aktivitas pemerintahan kota.

5. Faktor gangguan kelancaran lalulintas. Gangguan

terhadap kelancaran lalulintas barang dan jasa akibat genangan pada beberapa jalan raya dan jalan desa yang dianggap vital.

6. Faktor gangguan lingkungan pemukiman. Penurunan

kualitas kesehatan lingkungan beserta gangguan terhadap aktivitas bermukim penghuni akibat genangan.

Rencana pengembangan prasarana drainase hingga tahun 2028 di Kabupaten Pacitan, sesuai dengan bahasan terdahulu mengenai pengelolaan kawasan rawan banjir, dimana drainase di Pacitan terbagi atas 4 (empat) sub sistem yang terdiri dari Sub sistem Nanggungan, Sub sistem Utara, Sub sistem Selatan, dan Sub sistem Timur. Perencanaan teknis drainase yang diperlukan bagi Kabupaten Pacitan secara keseluruhan yang harus dilaksanakan dalam lima tahun pertama, adalah:

a. Inventarisasi Daerah Aliran Sungai. Dalam Inventarisasi

tersebut mencakup:

Pendataan semua Daerah Aliran Sungai termasuk performansi sungai

Perencanaan Zona Teknis Daerah Aliran Sungai Penentuan Le dg e r Saluran Air Hujan termasuk sungai sebagai sistem pendukungnya

b. Pembuatan rencana induk drainase yang meliputi seluruh

wilayah Kabupaten Pacitan. Dalam Rencana Induk Drainase tersebut mencakup:

Strategi Umum Pengelolaan Sistem Drainase Strategi Pengembangan Teknis Sistem Drainase Strategi Pengembangan Kelembagaan

Strategi Pengembangan Pendanaan

Pentahapan Program Pembangunan Berjangka

Adapun rencana yang dapat dilakukan untuk menanggulangi permasalahan banjir di Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut:

1. Banjir atau genangan yang terjadi di Kabupaten Pacitan

salah satunya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara

volume dan waktu alir. Untuk mengendalikan volume aliran di permukaan dan mempertahankan kuantitas air tanah, maka di bagian hulu direncanakan adanya kolam tandon (penampungan). Lokasi penempatan kolam tandon dipilih pada bagian wilayah perkotaan yang mempunyai topografi cekungan (lembah) sehingga secara mudah limpasan permukaan air hujan dan suplesi dari sungai atau anak sungai akan dapat mengalir mengisi kolam tandon.

Tujuan pembuatan kolam tandon adalah untuk menjaga agar tidak terjadi banjir di bagian hulu dan sebagai penyediaan air yang terkendalikan dalam hal ini suplai irigasi. Karenanya hal terpenting adalah penentuan tingkat pengaliran sungai sebagai pensuplai air tandon agar mampu mencukupi kebutuhan pengairan secara teratur.

2. Untuk menanggulangi banjir diwilayah sub sistem

nanggungan, maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan pemasangan pompa air di ujung hilir sub sistem dengan tujuan menyalurkan debit air yang berasal dari wilayah Nanggungan langsung ke Sungai Grindulu. Setelah itu perlu dilakukannya penataan sistem drainase di wilayah sub sistem Nanggungan dengan menghindari masuknya air yang berasal dari pengaliran sungai lain. Adapun penataan sistem drainase dilakukan dengan penataan sistem saluran irigasi dan pengaturan pengoperasian pintu air.

3. Banjir yang terjadi di wilayah sub sistem utara dilakukan

dengan:

(16)

didasar drainase serta menghindari pembuangan sampah ke saluran drainase.

Peningkatan kapasitas bangunan dengan: memperbesar kapasitas bangunan dan meningkatkan luas penampang lubang sadap 2 Ploso, Pemasangan pintu air atau lubang aliran berukuran kecil di pintu air Saluran Buk Dekem (Sudetan Kali Tani), melebarkan bangunan pelimpah banjir (e me rg e nc y sp illwa y) yang berada di Pintu Klep Kali Teleng dan memfungsikan kembali pintu klep otomatis untuk menahan intrusi air laut, serta memperbaiki kembali bangunan pelimpah banjir (e me rg e nc y sp illwa y) dengan menambah lebar pelimpah sebagai modifikasi struktur pelimpah yang mampu meningkatkan kapasitas alur sungai.

4. Penanggulangan banjir wilayah sub sistem selatan dilakukan

dengan membangun sistem perpompaan di saluran Muso yaitu di Pulosari dan pemasangan pintu air otomatis dan pintu klep di pintu air buk Muso.

5. Banjir yang terjadi di Wilayah Sub Sistem Timur yang meliputi wilayah Desa Purworejo, Mentoro, Menadi, Arjowinangun, Sirnoboyo, Kayen dan Sukoharjo ditanggulangi dengan mengganti pintu-pintu klep otomatis di saluran drainase dengan bahan yang lebih ringan, pemasangan pompa pengendali banjir dan penyempurnaan saluran-saluran drainasenya.

B. Irig a si

Pembangunan dan pengembangan embung disamping dapat dimanfaatan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, juga dapat dimanfaatkan untuk sarana irigasi lahan pertanian, meliputi:

37 embung di Kecamatan Donorojo dalam DAS Baksoko

3 embung di Kecamatan Ngadirojo dalam DAS Lorog 2 embung di Kecamatan Ngadirojo dalam DAS Pagotan

29 embung di Kecamatan Pringkuku dalam DAS Baksoko

7 embung di Kecamatan Pringkuku dalam DAS Baksoko 1 embung di Kecamatan Sudimoro dalam DAS Bawur 2 embung di Kecamatan Sudimoro dalam DAS Lorog 1 embung di Kecamatan Tulakan dalam DAS Grindulu 7 embung di Kecamatan Tulakan dalam DAS Pagotan

Ta b e l 4. 4

Re nc a na Pe m b a ng una n/ Pe ng e m b a ng a n Em b ung

NO NA MA

EMBUNG DESA KEC A MA TA N

KETERA NG A N

DA S Lua s

(ha )

1 Sambi Sendang Donorojo Baksoko 0,84

2 Rejo Sendang Donorojo Baksoko 0,62

3 Ngrampal Kendal Donorojo Baksoko 0,71

4 Ayu Sendang Donorojo Baksoko 0,53

5 Waru Sendang Donorojo Baksoko 0,30

6 Klangon Kalak Donorojo Baksoko 0,32

7 Dayakan Sendang Donorojo Baksoko 0,61

8 Gedongan Sendang Donorojo Baksoko 1,21

9 Tukul Sekar Donorojo Baksoko 0,31

10 Pagergunung Sukodono Donorojo Baksoko 0,25

11 Jambu Gendaran Donorojo Baksoko 0,17

12 Kotlik Sukodono Donorojo Baksoko 0,79

13 Karet Sekar Donorojo Baksoko 0,05

14 Karet Klepu Donorojo Baksoko 0,71

15 Garing Gedompol Donorojo Baksoko 0,37

16 Krajan Cemeng Donorojo Baksoko 0,91

17 Watulumbu Gendaran Donorojo Baksoko 0,26

18 Jati Cemeng Donorojo Baksoko 0,69

19 Tirisan Gedompol Donorojo Baksoko 0,46

20 Butuh Cemeng Donorojo Baksoko 0,26

21 Suruh Cemeng Donorojo Baksoko 0,32

22 Karangsempu Cemeng Donorojo Baksoko 0,47

23 Poso Cemeng Donorojo Baksoko 1,46

24 Klepu Klepu Donorojo Baksoko 0,74

25 Nguni 1 Gedompol Donorojo Baksoko 0,61

26 Boto Gedompol Donorojo Baksoko 0,60

27 Nguni 2 Klepu Donorojo Baksoko 0,19

28 Serenan Sawahan Donorojo Baksoko 0,58

29 Butong Kalak Donorojo Baksoko 0,59

30 Pethuk Widoro Donorojo Baksoko 0,19

31 Gemblong Widoro Donorojo Baksoko 0,43

32 Ngunut Widoro Donorojo Baksoko 1,44

33 Harjo Widoro Donorojo Baksoko 1,33

34 Rejo Widoro Donorojo Baksoko 0,61

35 Tenggar Widoro Donorojo Baksoko 0,34

36 Jero Widoro Donorojo Baksoko 0,71

37 Tumpakrejo Sawahan Donorojo Baksoko 0,39 38 Bapangan Sidomulyo Ngadirojo Lorog 0,61 39 Kletek Hadiluwih Ngadirojo Lorog 1,65 40 Winong Sidomulyo Ngadirojo Lorog 0,87 41 Lengkong Sidomulyo Ngadirojo Pagotan 0,32 42 Balong Sidomulyo Ngadirojo Pagotan 0,41

43 Klueh Poko Pringkuku Baksoko 0,57

(17)

NO NA MA

EMBUNG DESA KEC A MA TA N

KETERA NG A N

DA S Lua s

(ha )

47 Growong Dersono Pringkuku Baksoko 0,69 48 Palem Jlubang Pringkuku Baksoko 0,61 49 Dokbalong Dersono Pringkuku Baksoko 0,49

50 Wuni Dersono Pringkuku Baksoko 0,33

51 Plalar Dersono Pringkuku Baksoko 0,13

52 Kuan Dersono Pringkuku Baksoko 0,32

53 Gebang Jlubang Pringkuku Baksoko 0,72 54 Dondong Dersono Pringkuku Baksoko 1,92 55 Melian Dersono Pringkuku Baksoko 1,02 56 Tumangan Sobo Pringkuku Baksoko 10,42 57 Bentis Watukarung Pringkuku Baksoko 0,67 58 Pelem Watukarung Pringkuku Baksoko 0,55 59 Jambu Watukarung Pringkuku Baksoko 0,53 60 Pasiran Watukarung Pringkuku Baksoko 0,25 61 Tekil Watukarung Pringkuku Baksoko 0,32

62 Watu Jlubang Pringkuku Baksoko 0,34

63 Blue Jlubang Pringkuku Baksoko 0,52

64 Asem Jlubang Pringkuku Baksoko 0,75

65 Ketro Watukarung Pringkuku Baksoko 0,64 66 Karet Watukarung Pringkuku Baksoko 0,79 67 Dokrejo Dersono Pringkuku Baksoko 1,17 68 Dokpucung Dersono Pringkuku Baksoko 0,57 69 Ngejring Watukarung Pringkuku Baksoko 0,89 70 Mati Watukarung Pringkuku Baksoko 0,33

71 Mati Dersono Pringkuku Baksoko 0,48

72 Wareng Wareng Punung Baksoko 11,02

73 Tritis Sekar Punung Baksoko 1,13

74 Guyangwarak Kendal Punung Baksoko 8,94

75 Dasar Piton Punung Baksoko 5,63

76 Gudel Kendal Punung Baksoko 3,03

77 Banjarejo Piton Punung Baksoko 1,19

78 Tanggul Bomo Punung Baksoko 0,56

79 Bakalan Sudimoro Sudimoro Bawur 0,61 80 Ngepak Pager Lor Sudimoro Lorog 1,20 81 Tum Pager Kidul Sudimoro Lorog 1,03 82 Petung Kalikuning Tulakan Grindulu 2,43

83 Winong Padi Tulakan Pagotan 0,61

84 Ngemplak Padi Tulakan Pagotan 0,40

85 Sono Padi Tulakan Pagotan 0,65

86 Kowang Padi Tulakan Pagotan 0,64

87 Tumpang Padi Tulakan Pagotan 0,19

88 Kalijagan Padi Tulakan Pagotan 0,31

89 Godean Padi Tulakan Pagotan 0,53

JUMLA H 92,68

Sumb e r: Dina s Bina Ma rg a da n Pe ng a ira n Ka b up a te n Pa c ita n, 2008

Pembangunan dan pengembangan jaringan irigasi yaitu saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi khususnya untuk irigasi lahan pertanian beririgasi teknis,:

™ Pembangunan dan pengembangan sistem irigasi primer

dan sekunder.

™ Pembangunan dan pengembangan sistem irigasi tersier

oleh perkumpulan petani pemakai air.

Terkait dengan penurunan kapasitas air tanah dari waktu kewaktu karena lingkungan perkotaan yang tumbuh dengan kepadatan yang cenderung meningkat, perlu direncanakan suatu upaya untuk melakukan pengisian kembali air tanah

dengan air hujan yang jatuh di daerah tersebut dengan melakukan perluasan area resapan air hujan. Air hujan tidak seluruhnya dialirkan ke sungai, namun sebagian dimasukkan ke dalam tanah melalui sumur-sumur resapan. Hal yang penting dipertimbangkan dalam aplikasi strategi sumur resapan air hujan disajikan dalam gambar 4.3

G a m b a r 4. 3

Ske m a Pe m b a ng una n Sum ur Re sa pa n A ir Huja n

C . A ir Be rsih

Pengembangan jaringan air bersih di Kabupaten Pacitan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Pemanfaatan sumber air baku saat ini,

b. Pola pelayanan air bersih kepada penduduk saat ini, c. Ketersediaan air baku di daerah yang direncanakan, d. Proyeksi kebutuhan air bersih sampai dengan tahun 2028 e. Rencana pola pelayanan air bersih ke penduduk sampai

dengan tahun 2028

f. Target MDG 2015 untuk melayani kebutuhan air minum 80% penduduk sampai dengan tahun 2015.

Rencana pelayanan terhadap air bersih berdasarkan kebutuhan air bersih Kabupaten Pacitan sampai Tahun 2028

yaitu sebesar 56.749 m3/hari atau 506 liter/detik, sedapat

mungkin dipenuhi dengan mencari alternatif sumber air baku yang kapasitasnya memadai, diantaranya adalah:

> 3 meter

Tidak memenuhi syarat < 2 cm/jam < 3 meter Pemeriksaan Tinggi

Muka Air Tanah

Sumur Resapan Air Hujan Sistem Penampungan Air Hujan Terpusat (Waduk dan lan-lain)

≥ 2 cm/jam

Memenuhi syarat Persyaratan Jarak

(18)

™ Pengembangan air permukaan pada sungai di seluruh wilayah Kabupaten Pacitan.

™ Pengembangan sumber air permukaan lainnya

(embung dan mata air) di seluruh wilayah Kabupaten Pacitan.

™ Pengembangan air hujan dengan:

a. Pengembangan Sistem Penampungan Air Hujan

(SPAH) di kawasan perkotaan Kecamatan Pacitan.

b. Pengembangan Sistem Akuifer Buatan dan

Simpanan Air Hujan (SABSAH) di kawasan perdesaan Kecamatan Donorojo, Punung, Pringkuku, Arjosari, Kebonagung, Tulakan.

™ Peningkatan layanan PDAM di seluruh wilayah

Kabupaten Pacitan.

Pelayanan air bersih untuk kegiatan non-domestik di Kabupaten Pacitan adalah sebesar 20% dari kebutuhan air domestik, atau pada tahun 2028 jumlah kebutuhan air untuk kegiatan non-domestik adalah 19192.6 liter/ detik.

Ta b e l 4. 5

Re nc a na Ke b utuha n d a n Ta rg e t Pe m e nuha n Ke b utuha n A ir Be rsih

No . Ke c a m a ta n

Untuk Ke g ia ta n Do m e stik, M3/ Ha ri

Untuk Ke g ia ta n No n-Do m e stik, Lite r/ De tik 2013 2018 2028 2013 2018 2028

1 Donorojo 3,411 3,558 5,809 682.2 711.6 1161.8

2 Punung 3,139 4,123 6,832 627.8 824.6 1366.4

3 Pringkuku 2,041 2,131 3,874 408.2 426.2 774.8

4 Pacitan 6,789 8,669 16,359 1357.8 1733.8 3271.8

5 Kebonagung 3,319 3,957 6,460 663.8 791.4 1292

6 Arjosari 2,916 3,494 5,760 583.2 698.8 1152

7 Nawangan 4,126 5,407 8,915 825.2 1081.4 1783

8 Bandar 3,137 3,730 6,060 627.4 746 1212

9 Tegalombo 4,185 5,485 9,043 837 1097 1808.6

10 Tulakan 6,579 8,643 14,321 1315.8 1728.6 2864.2

11 Ngadirojo 3,765 4,984 8,381 753 996.8 1676.2

12 Sudimoro 2,164 2,567 4,149 432.8 513.4 829.8

To ta l 45,144 56,749 95,963 9114.2 11349.6 19192.6

Sumb e r: Ha sil Ana lisis 2008

Saat ini salah satu sumber air yang digunakan sebagai sumber air baku (air bersih) PDAM adalah air yang berasal dari DAS Grindulu. Namun mengingat ketersediaan air sangat terbatas dalam kualitas dan kuantitas, maka diperlukan langkah-langkah pemeliharaan sumber-sumber air di Kabupaten Pacitan harus lebih menjadi prioritas utama dan perlu dicarikannya suatu solusi alternatif untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi seluruh kegiatan di Kabupaten Pacitan dan peningkatan layanan PDAM.

Secara khusus kendala teknis yang dihadapi oleh PDAM Kabupaten Pacitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih penduduk Kabupaten Pacitan adalah:

™ Tidak stabilnya pasok air baku, terutama disebabkan

oleh variasi musiman,

™ Berkurangnya pasok air baku karena penggundulan

dan erosi daerah tangkapan air, ™ Tingginya tingkat kehilangan air,

™ Rendahnya cakupan pelayanan.

Sumber air baku yang digunakan saat ini oleh PDAM Kabupaten Pacitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih adalah mata air, sumur bor dan air permukaan:

Ta b e l 4. 6

Sum b e r A ir Ba ku ya ng Dim a nfa a tka n O le h PDA M Pa c ita n

No Ke c . Na m a Sum b e r

Siste m Pe ng o la ha

n

Ka p a sita s, Lite r/ Dtk

Te rp a sa ng

Dim a nfa a t

ka n Id le Ra ta

-ra ta Ke m a ra u

Ra ta -ra ta

Ke m a ra u

1 Pacitan Jaten Grafitasi 7,5 5 2,5 2,5 5 Slare Grafitasi 12,5 5 2,5 7,5 10 Nang

gungan

Sumur Bor - - - -

Widoro Sumur Bor - - - -

Purworejo IPA Sungai

40 35 35 5 5

2 Arjosari Tremas IPA Sungai

5 2,5 2,5 2,5 2,5

3 Kebon agung

Banjarjo Grafitasi 2,5 2 1,5 0,5 1 Kebon

agung

IPA Sungai

5 2,5 2,5 2,5 2,5

4 Dono rojo Pandan Arum Perpomp aan

2,5 2,5 1,5 0 1

Belah Sumur Bor 7,5 7,5 5 0 2,5

Karang Endek

Sumur Bor 5 5 5 0 0

Dung Banteng

IPA Sungai

7,5 5 5 2,5 2,5

5 Punung Sumbon Sumur Bor 10 10 7,5 0 2,5 Kendal 1 Sumur Bor 7,5 0 0 7,5 7,5 Kendal 2 Sumur Bor 4,5 4,5 2,5 0 2 Masjid Sumur Bor 7,5 7,5 5 0 2,5 6 Pring

kuku

Barong Perpomp aan

7,5 7,5 7,5 0 0

7 Tulakan Kali Putih Grafitasi 2,5 2,5 0 0 2,5 Kali

Rendeng IPA Sungai

5 5 5 0 0

8 Ngadi rojo

Kali Bedali IPA Sungai

5 1,5 1,5 3,5 3,5

9 Nawa ngan

Dung Biru Grafitasi 5 5 2 0 3

Jumlah 149,5 115,5 94 34 55,5 Sumb e r: PDAM Ka b .Pa c ita n

(19)

Pe ta 4. 5 Re nc a na Pe ng e lo la a n A ir Be rsih

dengan mengembangkan pemanfaatan air hujan. Sistem pemanfaatan air hujan dapat dilakukan dengan membangun Sistem Penampungan Air Hujan (SPAH) di kawasan perkotaan, dan Sistem Akuifer Buatan dan Simpanan Air Hujan (ABSAH) di kawasan pedesaan. Jika dikembangkan Sistem PAH dan Sistem ABSAH, maka diperlukan beberapa bangunan sebagai kolam penampung. Kedua sistem ini pada dasarnya sama yaitu menampung air hujan yang berlebihan di musim hujan dan dimanfaatkan di musim kemarau pada saat terjadi kekeringan

1. Pada ABSAH, pembuatan akuifer buatan yang

merupakan bangunan penyediaan air baku mandiri yang dibuat tertutup rapat dengan memanfaatkan air

(20)

2. Bak Pemasukan Air dengan penyaringan bantalan pasir, dimana air yang tertangkap oleh atap bangunan dimasukkan ke dalamnya melalui talang.

3. Bak Akuifer Buatan (yang terdiri dari pasir, pasir laut, batu gamping, kerikil, hancuran, bata merah, arang, ijuk dll) yang berfungsi untuk memperkaya kandungan mineral dan penyaring.

4. Bak Penyimpan Air atau reservoir.

5. Bak Pengambilan Air dengan penyaring bantalan pasir.

Adapun lokasi yang sesuai untuk penerapan ABSAH adalah; 1. Daerah kering karena faktor iklim

2. Daerah sulit air karena faktor geologi: daerah karst (lolos air)

3. Daerah berair asin, payau, rawa, mengandung Fe dan Mn

Tinggi.

4. Daerah puncak bukit.

5. Daerah permukiman yang terpencar atau sistem

penyediaan airnya kurang bisa diandalkan.

Rencana pengembangan konsep SPAH dan Sistem ABSAH di Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut:

1. Daerah Perkotaan Kecamatan Pacitan, SPAH tahun

2010-2013

2. Kecamatan Donorojo, untuk mengatasi daerah rawan

kekeringan di 10 desa dilakukan secara bertahap dengan menerapkan konsep SABSAH, yaitu:

Tahap I, tahun 2010-2013 : melayani 3 desa Tahap II, tahun 2014-2018 : melayani 3 desa Tahap III, tahun 2019-2023 : melayani 2 desa Tahap IV, tahun 2024-2028 : melayani 2 desa

3. Kecamatan Punung, untuk mengatasi daerah rawan

kekeringan di 8 desa dilakukan secara bertahap dengan menerapkan konsep SABSAH, yaitu:

Tahap I, tahun 2010-2013 : melayani 2 desa Tahap II, tahun 2014-2018 : melayani 2 desa Tahap III, tahun 2019-2023 : melayani 2 desa Tahap IV, tahun 2024-2028 : melayani 2 desa

4. Kecamatan Pringkuku, untuk mengatasi daerah rawan

kekeringan di 7 desa dilakukan secara bertahap dengan menerapkan konsep SABSAH, yaitu:

Tahap I, tahun 2010-2013 : melayani 2 desa Tahap II, tahun 2014-2018 : melayani 1 desa Tahap III, tahun 2019-2023 : melayani 1 desa Tahap IV, tahun 2024-2028 : melayani 1 desa

5. Kecamatan Arjosari, untuk mengatasi daerah rawan

kekeringan di 3 desa dilakukan secara bertahap dengan menerapkan konsep SABSAH, yaitu:

Tahap II, tahun 2014-2018 : melayani 2 desa Tahap III, tahun 2019-2023 : melayani 1 desa

6. Kecamatan Kebonagung, untuk mengatasi daerah rawan

kekeringan di 1 desa dilakukan dengan menerapkan konsep SABSAH, yaitu:

Tahap IV, tahun 2024-2028 : melayani 1 desa

7. Kecamatan Tulakan, untuk mengatasi daerah rawan

kekeringan di 1 desa dilakukan dengan menerapkan konsep SABSAH, yaitu:

Tahap IV, tahun 2024-2028 : melayani 1 desa

Berdasarkan rencana tersebut lokasi pengembangan SPAH yang direncanakan akan dikembangkan pada tahun 2010-2013 adalah di Kelurahan Pacitan Kecamatan Pacitan. Sedangkan untuk pengembangan SABSAH pada tahun 2010-2013 dilaksanakan di Desa Kledung Kecamatan Bandar, Desa Temon Kecamatan Arjosari, Desa Losari, Desa Sugihwaras, Desa Gendaran, Desa Tanjunglor. Lokasi SABSAH pada tahun 2014-2018 terletak di Desa Gayuhan Kecamatan Arjosari, Desa Jetislor Kecamatan Nawangan, Desa Sempu, Desa Gendaran, Desa Mendolo Lor, Desa Pringkuku, Desa Gembuk, Desa Ngumbul, dan Desa Wonodadi Kulon. Tahun 2019-2023 pengembangan dilakukan di Desa Klepu (Kecamatan Donorojo), Desa Mendolo Lor (Kecamatan Punung), Desa Jlubang, Desa Tulakan, Desa Tanjung Lor. Tahun 2024-2028 Pengembangan SABSAH dilakukan di Desa Kebonsari, Desa Klepu, Desa Dersono, Desa Kebonsari dan Desa Bodag.

4

4

.

.

3

3

.

.

5

5

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

S

S

I

I

S

S

T

T

E

E

M

M

J

J

A

A

R

R

I

I

N

N

G

G

A

A

N

N

P

P

R

R

A

A

S

S

A

A

R

R

A

A

N

N

A

A

L

L

A

A

I

I

N

N

N

N

Y

Y

A

A

A. Rencana Sist em Air Limbah

Sistem pelayanan yang diterapkan di Kabupaten Pacitan dengan memperhatikan kepadatan penduduk, penyediaan air bersih, kemiringan muka tanah dan kemampuan membangun jaringan saluran air limbah, maka ditetapkan pentahapan sebagai berikut:

1. Kawasan Perkotaan Kecamatan Pacitan. Daerah ini

(21)

impermeable dan kedalaman air tanah <1.5 m,

mempunyai kemampuan membangun sma ll b o re

se we r. Sehingga di daerah ini direncanakan akan dikembangkan Sistem Tangki Septik dengan bidang resapan atau cubluk yang dapat ditingkatkan menjadi sma ll b o re se we r.

2. Ibukota Kecamatan. Kawasan ibukota Kecamatan

memiliki karakteristik sebagai berikut: Kepadatan

penduduk < 150 jiwa/ha, Sarana air bersih sebagian sudah tersedia baik terpusat maupun dari sumur dangkal, atau mata air dan sifat tanah adalah impermeable dan kedalaman air tanah > 1,5 m. Sehingga di kawasan ini dikembangkan dengan Sistem Tangki Septik dengan bidang resapan yang diperbaiki dengan target pencapaian 80% penduduk di tahun 2015, dengan pentahapan sebagai berikut:

a. Kecamatan Nawangan, Tegalombo dan

Ngadirojo (2010-2013)

b. Kecamatan Bandar, Sudimoro dan Tulakan

(2013-2018)

c. Kecamatan Kebonagung, dan Arjosari

(2019-2023)

d. Kecamatan Donorojo, Pringkuku dan Punung

(2024-2028)

Septik tank direncanakan terdiri dari ruang lumpur, ruang basah (ruang cairan) dan ruang udara. Biasanya kapasitas tangki septik tergantung beberapa faktor yaitu:

a. Besarnya aliran air limbah yang masuk

b. Jumlah pemakai, maksimal 300 orang minimal 4

orang

c. Produksi lumpur per orang per tahun

d. Frekuensi penyedotan (1-3 tahun)

e. Pengelolaan air limbah dibedakan atas dua

kategori yaitu: air limbah domestik dan air non-domestik

1. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik

Sistem pengelolaan air limbah domestik dari pemukiman penduduk dibedakan menjadi sistem setempat dan sistem terpusat. Untuk kawasan pemukiman dengan kepadatan penduduk lebih dari 500 jiwa/ha, maka perlu dikembangkan sistem pengelolaan air limbah terpusat dan dilengkapi dengan sarana Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dapat dimulai dari kawasan perkotaan Kecamatan Pacitan. Sedangkan kawasan pemukiman dengan kepadatan rendah dikembangkan

sistem pengelolaan setempat dengan menggunakan

se p tic ta nk dan resapan. Resapan yang dimaksud dapat berupa bidang resapan maupun sumur resapan, bergantung kepada kondisi tanah dan kondisi muka air tanah yang ada. Namun demikian apabila penduduk

pada kawasan tersebut tidak mampu membuat se p tic

ta nk, dapat dilakukan:

™ Pembangunan dengan bantuan dana dari

pemerintah, pemerintah daerah, swasta.

™ Penggunaan sistem pengelolaan air limbah

secara komunal (dapat melayani beberapa rumah). Dengan karakteristik perumahan penduduk di kawasan perdesaan yang umumnya sporadis/terpencar, maka alternatif ini dapat diterapkan pada kawasan dengan rumah-rumah yang berdekatan untuk menekan biaya pembangunan.

(22)

Ta b e l 4. 7

Re nc a na Pro d uksi A ir Lim b a h d a n Lum p ur Tinja

No . Ke c a m a ta n

Pro d uksi A ir Lim b a h, M3/ ha ri Pro d uksi Lum p ur Tinja , M3/ Ha ri 2013 2018 2028 2013 2018 2028

1 Donorojo 2.729 3.558 4.647 4,67 4,87 5,31

2 Punung 2.511 3.299 5.466 4,30 4,52 4,99

3 Pringkuku 1.633 1.705 3.099 3,73 3,89 4,25

4 Pacitan 5.431 6.935 13.087 7,44 7,92 8,96

5 Kebonagung 2.655 3.166 5.168 5,20 5,42 5,90

6 Arjosari 2.333 2.795 4.608 4,57 4,79 5,26

7 Nawangan 2.888 3.46 7.132 5,65 5,93 6,51

8 Bandar 2.868 3.73 4.848 4,91 5,11 5,53

9 Tegalombo 2.93 3.51 7.235 5,73 6,01 6,61

10 Tulakan 4.605 5.532 11.457 9,01 9,47 10,46

11 Ngadirojo 3.012 3.987 6.705 5,16 5,46 6,12

12 Sudimoro 1.731 2.053 3.319 3,39 3,52 3,79

To ta l 35.326 43.732 76.771 63,75 66,91 73,70

Sumb e r: Ha sil Ana lisis 2008

Pengembangan sistem setempat harus menggunakan septik tank dan resapan seperti yang telah disyaratkan oleh Ditjen Cipta Karya tentang septik tank yang benar. Sosialisasi kepada masyarakat mengenai septik tank yang benar harus dilakukan secara intens oleh Dinas terkait di Kabupaten. Masyarakat mengeluarkan biaya pembuatan septik tank ini merupakan wujud dari azas pengelolaan lingkungan diantaranya adalah pencemar membayar biaya lingkungan (Po llute rs Pa y Princ ip le s).

2. Sistem Pengelolaan Air Limbah Non-Domestik

Kegiatan industri yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan (termasuk dampak sosial) yang bersifat penting, harus membuat studi AMDAL atau UKL-UPL yang direkomendasi pihak yang berwenang sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2006, tentang jenis usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Dari studi AMDAL atau UKL-UPL tersebut akan diketahui langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk mitigasi dampak (pengelolaan dan pemantauan lingkungan), salah satunya adalah jenis/teknis pengolahan limbah cair.

Setiap kegiatan hotel dan restoran di kawasan pariwisata di Kabupaten Pacitan harus melengkapi sarana pembuangan air limbah dapurnya dengan “Unit Penangkap Lemak dan Minyak”. Selanjutnya air

limbahnya diperbolehkan masuk ke sistem perpipaan pengelolaan air limbah terpusat. Demikian pula air

limbah dari kegiatan binatu (la undry) harus melewati

pengolahan pendahuluan berupa “Unit Penangkap Busa atau Unit Pemecah Busa” sebelum masuk ke sistem perpipaan yang ada.

Dengan memperhatikan kepadatan penduduk dan kedalaman muka air tanah, maka pengelolaan air

limbah di Kabupaten Pacitan masih dimungkinkan dengan sistem setempat yaitu dengan menggunakan septik tank dan dilengkapi dengan sumur resapan atau bidang resapan. Sebagai lanjutan dari pengelolaan setempat dimasing-masing penghasil air limbah, harus dilakukan pengolahan lanjutan terhadap lumpur tinja dari septik tank.

Lokasi pengolahan lumpur tinja (instalasi pengolahan lumpur tinja = IPLT) harus berada tidak jauh dari pusat produksi lumpur tinja sehingga efisien terhadap penggunaan truk pengangkut tinja. Namun karena alasan estetika, IPLT sebaiknya tidak berada di pusat kepadatan penduduk melainkan di luarnya dengan jarak tidak lebih dari 20 km dari titik terjauh. Untuk pelayanan 5% dari penduduk Kecamatan Pacitan pada tahun 2028, sistem off site membutuhkan IPAL dengan kapasitas 25 liter/detik. Sedangkan untuk melayani lumpur tinja sebanyak 80% dibutuhkan IPLT dengan kapasitas 54 m3/hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Ta b e l 4. 8

Re nc a na Ke b utuha n Sa ra na Truk Tinja Ka b up a te n Pa c ita n

No . Ke c a m a ta n

Ta rg e t Pe m e nuha n Pe ng e lo a a n Lum p ur Tinja ,

M3/ ha ri

Ke b utuha n Truk Tinja d e ng a n o p e ra sio na l 2 rit/ ha ri, unit

2013 2018 2028 2013 2018 2028

1 Donorojo 3,74 3,90 5,809 1 1 1

2 Punung 3,44 3,61 6,832 1 1 1

3 Pringkuku 2,98 3,11 3,874 1 1 1

4 Pacitan 5,95 6,33 16,359 1 1 1

5 Kebonagung 4,16 4,34 6,460 1 1 1

6 Arjosari 3,65 3,83 5,760 1 1 1

7 Nawangan 4,52 4,74 8,915 1 1 1

8 Bandar 3,93 4,09 6,060 1 1 1

9 Tegalombo 4,59 4,81 9,043 1 1 1

10 Tulakan 7,21 7,58 14,321 2 2 1

11 Ngadirojo 4,13 4,37 8,381 1 1 1

12 Sudimoro 2,71 2,81 4,149 1 1 1

(23)

Pe ta 4. 6 Re nc a na Pe ng e lo la a n Lim b a h

B. Rencana Sist em Persampahan

Dengan memperhatikan faktor jarak, kondisi topografi dan pengembangan pusat-pusat pelayanan, maka tidak memungkinkan mengembangkan sistem pengelolaan sampah secara terpusat sehingga perlu dibentuk kelompok-kelompok masyarakat untuk mengelola sampah. Secara bertahap lokasi yang perlu ditangani adalah:

1. Kecamatan Donorojo, Pringkuku, Punung, Pacitan,

dan Kebonagung.

Pengelolaan yang masih dilakukan secara individual secara bertahap diganti pelayanan secara terpusat. Disamping itu, diperlukan pengembangan pengelolaan TPA di Kecamatan Pringkuku minimal menggunakan sistem c o ntro le d la ndfill dan ramah lingkungan.

2. Kecamatan Nawangan, Bandar, Tegalombo dan

Arjosari.

(24)

organik. Sehingga bisa dikembangkan pembinaan pembuatan kompos secara berkelompok.

3. Kecamatan Sudimoro, Tulakan dan Ngadirojo.

Dikembangkan sistem pemilahan sampah untuk dilakukan

Gambar

Tabel Rencana

Referensi

Dokumen terkait

DINI NOVIANTI SUTRISNA, 2015 SAJARAH CIJULANG. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Blok ini untuk mendapatkan keterangan mengenai volume produksi kayu bulat yang dipungut/dihasilkan per bulan menurut nama/jenis kayu bulat selama tahun 2014. Misalnya : kayu

Untuk memperoleh data dan informasi mengenai perkembangan perusahaan/usaha per triwulanan yang memiliki kegiatan di lapangan usaha Jasa Persewaan untuk mendukung

Hambatan-hambatan yang timbul dalam pelaksanaan putusan arbitrase dalam penyelesaian hutang piutang di Indonesia terdiri dari hambatan yuridis terdiri dari eksekusi yang tidak

Pengguna data mengakui bahwa BPS tidak bertanggung jawab atas penggunaan data atau interpretasi atau kesimpulan berdasarkan penggunaan data apabila tidak diketahui atau

PENANGGUNG JAWAB METODE PENGOLAHAN DATA Subdit Pengembangan Pemetaan Statistik. PENANGGUNG JAWAB DISEMINASI DATA Subdit Pengembangan Pemetaan Statistik PENANGGUNG JAWAB SUMBER

H 0 : Implementation of genre based approach in written cycle teaching cannot improve students’ recount text writing ability.. 3.2

Tunggal MitraPlantation Perkebunan manggala 2 adalah Lini yang merupakan struktur organisasi dimana atasan mempunyai karyawan yang dapat membantu menjalankan tugas