BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank Indonesia dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia ibarat denyut
jantung yang selalu bergerak menerima dan menyalurkan darah ke seluruh tubuh
agar tubuh tetap hidup dan bergerak sesuai dengan semestinya. Hal ini terlihat dari
peran dan fungsi Bank Indonesia antara lain mengatur sistem kliring antar bank
dalam mata uang rupiah dan/atau valuta asing, menyelenggarakan penyelesaian
akhir transaksi pembayaran antarbank dalam mata uang rupiah dan/atau valuta
asing.1 menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang
digunakan, dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah,
mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik, dan
memusnahkan uang dimaksud dari peredaran, termasuk mencabut dan menarik
uang rupiah dari peredaran.2
Pengalaman dimasa lalu menunjukkan bahwa bank Indonesia dalam
melaksanakan tugasnya telah sering kali mendapat intervensi, terbenani dan
terganggu efektifitasnya oleh kepentingan pemerintahan pada waktu itu, sehingga
tidak sedikit orang memandang bahwa Undang-Undang Nomor 13 tahun
1 Pasal 16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 Tentang Bank
Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66
1968tentang Bank Sentral didesign untuk menciptakan bank sentral yang tidak
independen.3
Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang
independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah
undang-undang baru, yaitu UU No. 23 Tahun1999 tentang Bank Indonesia,
dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2009. Undang-undang
ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang
independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur
tangan Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas
diatur dalam undang-undang ini.4
Racmadi usman dalam artikel yang berjudul kedudukan
bank Indonesia dalam susunan ketatanegaraan berdasarkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945, menyatakan “Di era reformasi,
bank Indonesia menemukan momentum penegakan independensinya, yakni pada
saat sebelum pengumunan jajaran kabinetnya Presiden BJ. Habibie
menyatakanIndonesia harus memiliki bank sentral (bank Indonesia) yang
benar-benar mandiri, dan dalam kabinatnya Presiden Habibie tidak memasukkan
gubernur bank Indonesia dalam kabinetnya. Hal ini juga mengacu pada salah satu
butir Letter of Intent (LoI) antara IMF dengan pemerintah Indonesia pada tahun
3 Usman Rachmadi, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Gramedia Pustaka
Utama Jakarta, 2001, hal. 45
1997 yang menyebutkan bahwa perlunya bank Indonesia diposisikan sebagi
institusi Negara yang benar-benar independent.5
Sebelumnya sebagai tindak lanjut dari tindak lanjut dari LoI Presiden
Soeharto mengelurkan kepres no 23 tahun 1998 tentang Pemberian Wewenang
kepada Bank Indonesia dibidang pengendalian moneter, yang mana wewenang
bank Indonesia diberikan penuh otoriter dalam menentukan kebijakkan moneter.
Dalam penentukan kebijakkan moneter Bank Indonesia mesti memperhatikan
perkiraan laju inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah.Selain kepres no 23 tahun
1998 tindak lanjut dari LoI juga dituangkan dalam UU no 10 tahun 1998
perubahan atas UU no. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. UU no 10 tahun 1998
menegaskan kemandirian dalam pembinaan dan pengawasan perbankan termasuk
juga pengaturan tentang perbankan dan penerapan sanksi dengan mengalihkan
kewenangan seluruh perizinan dibidang perbankan dan membuka semua rahasia
bank Indonesia yang dari semula berada ditangan departemen keuangan (Menteri
keuangan) kepada bank Indonesia (pimpinan bank Indonesia).6
Status dan kedudukan hukum bank Indonesia sebagai lembaga negara
yang mempunyai otonomi dan mandiri disebutkan secara tegas pada pasal 4 ayat
(2) UU no 23 tahun 1999 jo UU 4 tahun 2004 tentang bank indonesia yakni
“ bank indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan
tugas dan kewenangannya, bebas dari campur tangan dari pemerintah dan / atau
pihak-pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur oleh
undang-undang ini”
5Didik J. Rachbini. Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral. Jakrata, Mardi
Mulyo, 2000, hal 14
Sebagai suatu lembaga negara yang independen, Bank Indonesia
mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas
dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak
luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank
Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam
bentuk apapun dari pihak manapun juga.
Untuk lebih menjamin
Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan telah memberikan kedudukan
khusus kepada Bank Indonesia dalam struktur
Indonesia.Sebagai lembaga negara yang independen kedudukan
Bank Indonesia tidak sejajar dengan lembaga tinggi negara. Disamping itu,
kedudukan BankIndonesiajuga tidak sama dengan
Bank Indonesia berada diluar Pemerintah. Status dan kedudukan yang khusus
tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya
sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.7
Kedudukan BI sebagai lembaga negara yang independen tidak sejajar
dengan lembaga tinggi negara seperti Dewan Perwakilan Rakyat, Badan
Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah Agung. Kedudukan BI juga tidak sama
dengan Departemen karena kedudukan BI berada di luar pemerintahan. Status dan
kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar BI dapat melaksanakan peran
dan fungsinya sebagai Otoritas Moneter secara lebih efektif dan efisien. Meskipun
BI berkedudukan sebagai lembaga negara independen, dalam melaksanakan
7
tugasnya, BI harus membina hubungan kerja dan koordinasi yang baik dengan
DPR, BPK, Pemerintah dan pihak lainnya.8
Bank Indonesia jugaberwenang mengeluarkanperaturan
bank Indonesia yang materi muatannya mempunyai sifat sebagai peraturan
perundang-undangan.9
1. Sebagai Agen Fiskal Pemerintah (Fiscal Agent of Government).
Secara lebih spesifik peran dan fungsi Bank Sentral adalah
sebagai berikut:
Bank Sentral berfungsi sebagai penasihat dan memberikan bantuan untuk
mengelola berbagai masalah transaksi keuangan pemerintah. Misalnya,
memberi pinjaman kepada pemerintah dan memberikan fasilitas untuk
penyimpanan aset-aset keuangan milik pemerintah.
2. Sebagai Bank bagi Bank (The Banker’s Bank).
Bank Sentral memiliki peran khusus dalam sistem moneter yaitu sebagai
sumber peminjaman bagi bank dan menjadi sumber terakhir bagi
bank-bank tersebut dalam mendapatkan pinjaman ketika bank-bank yang bersangkutan
mengalami kesulitan likuiditas (lender of the last resort).
3. Sebagai Penentu Kebijakan Moneter (Monetary Policy Maker).
Untuk menjalankan fungsinya, Bank Sentral umumnya memiliki sifat
monopoli untuk mengeluarkan uang dan wewenang istimewa untuk mengatur
dan mengendalikan jumlah uang beredar serta tingkat suku bunga.
8Ibid
4. Melakukan Pengawasan, Evaluasi, dan Pembinaan Perbankan.
Bank Sentral berperan dalam mengawasi, mengevaluasi, dan membina
kegiatan perbankan sebagai lembaga perantara keuangan. Berkenaan dengan
fungsinya tersebut, Bank Sentral diberi kewenangan untuk melakukan
penilaian terhadap tingkat kesehatan bank, yang antara lain adalah penilaian
terhadap rasio kecukupan modal (Capital Asset Ratio/CAR), Batas Maksimum
Pemberian Kredit (BMPK), dan jaminan pemberian kredit.
5. Penanganan Transaksi Giro.
Bank Sentral berperan dalam mengefisienkan kegiatan – kegiatan transaksi
yang menggunakan alat pembayaran giro dalam jumlah besar, antarbank, antar
wilayah, bahkan antar negara.
6. Melakukan Riset-Riset Ekonomi (Economic Research).
Bank Sentral berperan sebagai lembaga untuk melakukan Riset-riset ekonomi
yang berkaitan dengan masalah dan perkembangan sektor moneter. Hal ini
berkaitan dengan tujuan Bank Sentral, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral
melakukan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan
harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang
perekonomian.10
Dilihat dari urgennya peran dan fungsi Bank Indonesia dalam mengatur
dan mengawasi peredaran uang baik melalui bank-bank negara dan swasta
menunjukkan bahwa bank Indonesia memiliki peran dan fungsi yang sangat
menentukan hidup dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia ke depan.
Sebab Bank Indonesia berhak menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut
izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari Bank, melaksanakan
pengawasan Bank, dan mengenakan sanksi terhadap Bank sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
Untuk mengefektifkan pengawasan Bank Indonesia terhadap lembaga
keuangan lainnya, pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
membentuk “Otoritas Jasa Keuangan” (selanjutnya disingkat OJK) yang sifatnya
independen dan bebas dari campur tangan pihak-pihak lain.11
Dalam ketatanegaraan Indonesia, Bank Indonesia memiliki peran dan
fungsi yang amat strategis, yaitu selain sebagai pemegang kas pemerintah, juga
berfungsi sebagai Bank Pengontrol peredaran uang. Bank Indonesia atas nama
Pemerintah Republik Indonesia dapat menerima pinjaman luar negeri, dapat
menatausahakan serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan pemerintah
terhadap pihak luar negeri. BahkanhanyaBank Indonesialah merupakan
satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Sebab, Bank
Indonesia bukanlah satu-satunya bank pemerintah, melainkan banyak lagi
bank-bank yang statusnya bank-bank pemerintah, seperti: Bank Rakyat Indonesia (BRI),
Bank Negara Indonesia 1946 (BNI), Bank Dagang Negara (BDN), Bank
Tabungan Negara, Bank Mandiri, dan lain-lain.
11 Bab I Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 321 Tahun 2011
rupiah serta mencabut, menarik, dan memusnahkan uang dimaksud dari
peredaran.12
Bank Indonesia memiliki keterkaitan yang serius dengan pemerintah
terutama perihal keberadaan gubernur bank, hal ini terbukti dari pengangkatan
Gubernur dan Deputi Gubernur Senior. Menurut Jimly Asshiddiqie “Perkataan
gubernur kita pinjam menjadi perkataan Indonesia dari bahasa Belanda
governuur yang berasal dari Bahasa Prancis gouverneur dan dalam Bahasa
Spanyol disebut gobernador serta dalam Bahasa Inggris governor”.13
Dalam hal calon Gubernur atau Deputi Gubernur Senior sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) atau calon Deputi Gubernur sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) UU No. 23 tahun 1999 tidak disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat,
Presiden atau Gubernur wajib mengajukan calon baru.
Dari Pengusulan dan pengangkatan Gubernur dan Deputi Gubernur Senior
dilakukan oleh Presiden (sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan)
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat tersebut menunjukkan bahwa
walaupun Deputi Gubernur diusulkan oleh Gubernur, namun yang mengangkat
adalah Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (selanjutnya
disebut DPR).
14
Apabila calon yang diajukan oleh Presiden atau Gubernur tidak disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat, Presiden wajib mengangkat kembali Gubernur
atau Deputi Gubernur Senior atau Deputi Gubernur untuk jabatan yang sama, atau
12 Pasal 20 Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia
13 Jimly Asshiddiqie Perkembangan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
Jakarta:Konstitusi Press, 2006, hlm. 288.
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat mengangkat Deputi Gubernur
Senior atau Deputi Gubernur untuk jabatan yang lebih tinggi di dalam struktur
jabatan Dewan Gubernur dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6). Anggota Dewan Gubernur diangkat untuk
masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali dalam jabatan yang sama
untuk sebanyak-banyaknya 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
Prosedur pengusulan dan pengangkatan Gubernur dan Gubernur Senior
Bank Indonesia tersebut dapat diduga bahwa Bank Indonesia memiliki peran yang
sangat strategis dan sangat berpengaruh terhadap keberadaan negara Indonesia
terutama perekonomian dan keuangannya.
Sedemikian banyak keistimewaan dan kewenangan yang dimiliki Bank
Indonesia sedemikian banyak pulalah tantangan yang selalu siap menghadangnya.
Ada sejumlah Permasalahan dan Tantangan Bank Indonesia yang selalu
menghatuinya, seperti tugas pokok maupun visi/misi yang dibebankan kepadanya,
Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang bersifat super body. Sebab pada
pada kenyataannya walaupun Bank Indonesia super body, namun tidak mudah
mengendalikan indikator-indikator moneter yang dihadapi. Hal ini membutuhkan,
independensi yang luas.
Namun untuk mengetahui lebih jelas tentang seberapa jauh peran dan
fungsi Bank Indonesia dalam system ketatanegaraan di Indonesia menurut
Undang-Undang tentang Bank Indonesia dirasa perlu untuk menelusurinya
Fungsi Bank Indonesia Dalam Sistem Ketatanegaraan Di Indonesia Menurut
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dikaitkan dengan isi Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, maka rumusan masalah
ditetapkan sebagai berikut :
1. Bagaimana kedudukan Bank Indonesia dalam Ketatanegaraan di Indonesia?
2. Bagaimana peran dan fungsi Bank Indonesia dalam Sistem Ketatanegaraan di
Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999?
3. Bagaimana hubungan Bank Indonesia dengan otoritas jasa keuangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan. 1. Tujuan penulisan
a. Untuk mengetahui kedudukan Bank Indonesia dalam Ketatanegaraan di
Indonesia.
b. Untuk mengetahui peran dan fungsi Bank Indonesia dalam Sistem
Ketatanegaraan di Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1999.
c. Untuk mengetahui hubungan Bank Indonesia dengan otoritas jasa
2. Manfaat penulisan
a. Manfaat teoritis
Diharapkan dapat menambah pengembangan ilmu hukum khususnya
Hukum Tata Negara mengenai Peran Dan Fungsi Bank Indonesia Dalam
Sistem Ketatanegaraan Di Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1999.
b. Manfaat praktis
Dapat memberikan tambahan informasi bagi para peneliti lain mengenai
kedudukan, peran dan fungsi Bank Indonesia Dalam Sistem
Ketatanegaraan Di Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1999.
D. Keaslian Penulisan
Sepanjang penelusuran di perpustakaan Fakultas hukum USU skripsi
dengan judul Peran dan Fungsi Bank Indonesia Dalam Sistem Ketatanegaraan di
Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999”. Dan sepanjang
pengetahuan penulis belum pernah ditulis penulis lainnya dan belum pernah
dipublikasikan melalui media apapun. Penulisan skripsi ini adalah asli karya
sendiri dan bukan plagiat. Sebab Penulisan dilakukan sendiri dengan
mempedomani aturan yang ada di lingkungan perguruan tinggi yang penulis
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Sistem Ketatanegaraan di Indonesia
Sistem ketatanegaraan bangsa Indonesia tercermin pada Konstitusi
Indonesia sendiri yaitu Undang-Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut UUD
1945). Sejak Proklamasi hingga sekarang, Indonesia telah beberapa kali
mengalami perubahan konstitusi. Hal ini disebabkan oleh perkembangan sejarah
ketatanegaraan Indonesia yang terus mengalami dinamika menuju suatu tatanan
pemerintahan Negara Indonesia yang lebih baik. Konstitusi atau UUD yang
pernah berlaku di Indonesia sejak proklamasi sampai sekarang adalah UUD 1945,
UUD RIS 1949, UUDS 1950, UUD 1945 terakhir UUD 1945 hasil amandemen.
Sistem ketatanegaraan di Indonesia bersumber dari Undang-Undang Dasar
yang berlaku pada saat itu. Undang-Undang dasar yang berlaku di Indonesia
adalah UUD 1945. Berarti sistem ketatanegaraanpun adalah sebagaimana
tercantum dalam UUD 1945. UUD di Indonesia telah mengalami beberapa kali
pergantian, berarti sistem ketatanegaraan juga berganti-ganti.
Berbicara tentang ketatanegaraan berarti tidak terlepas dari organisasi
Negara. Negara menurut Teori Kekelompokannya Kranenburg adalah “suatu
organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut
bangsa dengan tujuan untuk menyelenggarakan kepentingan mereka bersama. “15
Bentuk negara menurut UUD 1945 terdapat Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi :”
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik”16
Ini berarti
Negara Kesatuan Republik Indonesia (selanjutnya disebut NKRI dipimpin atau
pada tanggal 16 Januari 2016.
dikepalai oleh Presiden. UUD merupakan suatu alat untuk menguji peraturan dan
mengawasi pelaksanaan peraturan.
Undang-Undang Dasar 1945 terutama pembukaannya merupakan sumber
dan aspirasi perjuangan serta tekad bangsa Indonesia dalam mempertahankan dan
memperjuangkan keutuhan NKRI. Pembukaan yang telah dirumuskan secara
padat dan hikmat dalam 4 alinea tersebut mengandung arti dan makna yang sangat
mendalam dan mempunyai nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa
Indonesia.
Sistem ketatanegaraan Indonesia mengenal adanya hirarkhi peraturan
perundang-undang. Hal ini disebabkan karena menghindari agar tidak terjadi
perbedaan penafsiran tentang aturan mana yang lebih kuat (tinggi) dan mana yang
lebih lemah (rendah). Menurut TAP MPRS XX Tahun 1966, hirarkhi peraturan
perundang-undangan di Indonesia adalah UUD 1945, TAP MPR, UU/PERPU,
Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden (Keppres), Peraturan Menteri dan
Instruksi Menteri.
Seterusnya Menurut TAP MPR III Tahun 2000 hirarkhi peraturan
perundang-undangan di Indonesia adalah UUD 1945, TAP MPR, UU, PERPU,
PP, Keputusan Presiden, dan Peraturan Daerah. Sedangkan menurut UU No. 10
Tahun 2004 khirarkhinya adalah sebagai berikut : UUD 1945, UU/PERPU,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Daerah.17
Perlu digaris bawahi, perubahan yang terjadi sebagai akibat perubahan
UUD 1945 juga terjadi pada lembaga-lembaga negara. Adapun Lembaga Negara
Dan Sistem Penyelenggaraan Kekuasaan Negara Sebelum Perubahan UUD 1945
(sebelum amandemen UUD 1945) adalah UUD 1945 merupakan hukum tertinggi,
kemudian kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada MPR (Lembaga
Tertinggi). MPR mendistribusikan kekuasaannya (distribution of power) kepada 5
Lembaga Tinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu :
1) Mahkamah Agung (MA),
2). Presiden,
3). Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
4). Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan
5). Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). 18
Selanjutnya tentang Presiden. Presiden memegang posisi sentral dan
dominan sebagai mandataris MPR, meskipun kedudukannya tidak “neben” akan
tetapi “untergeordnet”.Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara MPR sebagai Lembaga Tertinggi Negara diberi kekuasaan tak terbatas
(super power) karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya
oleh MPR” dan MPR adalah “penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia” yang
berwenang menetapkan UUD, GBHN, mengangkat presiden dan wakil presiden.
Dalam praktek ketatanegaraan, MPR pernah menetapkan antara lain:
Presiden, sebagai presiden seumur hidup,Presiden yang dipilih secara terus
menerus sampai 7 (tujuh) kali berturut turut,memberhentikan sebagai pejabat
presiden, meminta presiden untuk mundur dari jabatannya,tidak memperpanjang
masa jabatan sebagai presiden.
tertinggi (consentration of power and responsiblity upon the president), Presiden
selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power), juga memegang
kekuasaan legislative (legislative power) dan kekuasaan yudikatif (judicative
power), Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.
Demikian juga tentang DPR. DPR .memberikan persetujuan atas RUU
yang diusulkan presiden, memberikan persetujuan atas PERPU, memberikan
persetujuan atas Anggaran serta meminta MPR untuk mengadakan sidang
istimewa guna meminta pertanggungjawaban presiden. Sedangkan lembaga
negara dan sistem penyelenggaraan kekuasaan negara sesudah perubahan UUD
1945 merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dijalankan sepenuhnya menurut UUD. UUD memberikan pembagian kekuasaan
(separation of power) kepada 6 Lembaga Negara dengan kedudukan yang sama
dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis Permusyawaratan Rakyat (selanjutnya disebut
MPR), DPR, Dewan Perwakilan Daerah (selanjutnya dsiebut DPD), Badan
Pemeriksa Keuangan (selanjutnya disebut BPK), Mahkamah Agung (selanjutnya
disebut MA), dan Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut MK).
Amandemen UUD 1945: Mempertegas prinsip negara berdasarkan atas
hukum [Pasal 1 ayat (3)] dengan menempatkan kekuasaan kehakiman sebagai
kekuasaan yang merdeka, penghormatan kepada hak asasi manusia serta
kekuasaan yang dijalankan atas prinsip due process of law.Mengatur mekanisme
pengangkatan dan pemberhentian para pejabat negara, seperti hakim.Sistem
setiap kekuasaan dibatasi oleh Undang-undang berdasarkan fungsi
masing-masing.
Selain itu ditegaskan juga bahwa setiap lembaga negara sejajar
kedudukannya di bawah UUD 1945.Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya
dengan lembaga tinggi negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK,
BPK. Hal ini dilakukan adalah dalam rangka menghilangkan supremasi
kewenangannya, terutama dalam hal menetapkan GBHN, mengangkat Presiden
(karena presiden dipilih secara langsung melalui pemilu).
Berikut diuraikan diuraikan keadaan lembaga-lembaga Negara setelah
setelah amandemen UUD 1945 adalah sebagai berikut :
1). Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
a. Posisi dan kewenangannya diperkuat.
b. Mempunyai kekuasaan membentuk UU (sebelumnya ada di tangan
presiden, sedangkan DPR hanya memberikan persetujuan saja)
sementara pemerintah berhak mengajukan RUU
c. .Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah.
d. Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan
fungsi pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga negara.
2). Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
a. Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan
kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah
ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat
b. Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara
Republik Indonesia.
c. Dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.
d. Mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU
lain yang berkait dengan kepentingan daerah.
3). Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
a. Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
b. Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara
(APBN) dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan
kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.
c. Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap
provinsi.
d. Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal
departemen yang bersangkutan ke dalam BPK.
4). Presiden
a. Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara
pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta
memperkuat sistem pemerintahan presidensial.
b. Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada DPR.
c. Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode saja.
d. Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus
e. Kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus
memperhatikan pertimbangan DPR.
f. Memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon presiden dan
wakil presiden menjadi dipilih secara langsung oleh rakyat melui
pemilu, juga mengenai pemberhentian jabatan presiden dalam masa
jabatannya.
5). Mahkamah Agung (MA)
a. Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu
kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan
hukum dan keadilan Pasal 24 ayat (1).
b. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peaturan
perundang-undangan di bawah undang-undang dan wewenang lain yang diberikan
undang-undang.
c. Di bawahnya terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan
Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan
militer dan lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).
d. Badan-badan lain yang yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman diatur dalam Undang-undang seperti: Kejaksaan,
Kepolisian, Advokat/Pengacara dan lain-lain.
6). Mahkamah Konstitusi (MK)
a. Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the
b. Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap UUD, Memutus
sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus pembubaran
partai politik, memutus sengketa hasil pemilu dan memberikan putusan
atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan
atau wakil presiden menurut UUD.
c. Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing
oleh Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh
Presiden, sehingga mencerminkan perwakilan dari 3 cabang kekuasaan
negara yaitu yudikatif, legislatif, dan eksekutif.19
2. Pengertian Bank Indonesia
Bank dalam Kamus istilah hukum Fockema Andreae adalah suatu lembaga
atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan
memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga. 20. Selanjutnya menurut OP.
Simorangkir, Bank adalah salah satu badan usaha lembaga keuangan yang
bertujuan memberikan kredit dan jasa. 21 Agak berbeda sedikit adalah pendapat
GM. Verryn Stuart dengan mangatakan: Bank adalah suatu badan yang beretujuan
untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri
atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan
mengedarkan alat-alat baru berupa uang giral.22
20 Zainal Asikin, Pengantar Hukum Perbankan Indoesia, Jakarta:PT. Rajawali Grafika
Persada, 2015, hlm 25.
Bank Indonesia terdiri dari dua kata yaitu “Bank” dan “Indonesia”. Bank
secara umum difahami sebagi tempat menyimpan dan meminjam uang. Menurut
Kasmir Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. 23 Kasmir selanjutnya
membedakan antara bank dengan lembaga keuangan. Lembaga keuangan menurut
Kasmir memiliki pengertian sebagai setiap perusahaan yang bergerak di bidang
keuangan dimana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya
menyalurkan dana atau kedua-duanya.24
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bank adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan kredit dari jasa di lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang.25 Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998
tentang Perbankan yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.26
Ditinjau dari sejarahnya, masalah perbankan telah mulai dikenal sejak
zaman Kerajaan Babylonia dan kemudian berkembang hingga ke Yunani dan
Romawi dimana pada saat itu kegiatan bank hanya berkisar pada tukar menukar
uang antar pedagang atau antar kerajaan. Kemudian di Eropah muncul Bank
23 Kasmir Dasar-Dasar Perbankan Edisi Revisi. RajaGrafindo:Jakarta, 2014, hlm. :3 24Ibid
25
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka: Jakarta, 2010, hlm 178
26Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Venesia sekitar tahun 1171, Bank of Genoa dan Bank of Barcelona tahun 1320.
De3mikian juga di Indonesia yang pada saat itu bernama Hindia Belanda. Pada
masa Hindia Belanda lahir beberapa bank yang memiliki peranan penting dalam
kelancaran pemerintahan penjajahan Belanda antara lain De Algemenevolks, De
Escompo Bank NV, De Javasche NV, De Post Paar Bank, Nedeerlands Handles
Maatscappij (NHM) dan Nationale Handles Bank (NHB).
Selain beberapa bank yang didirikan Pemerintah Hindia Belanda tersebut,
muncul pula beberapa bank miliki pribumi seperti bank Abuan Saudagar, Batavia
Bank, Bank Nasional Indonesia, NV. Bank Boemi, The Charteredbank of India,
The Yokohama Species Bank, The Matsui Bank dan The Bank of China.
Khusus bagi Indonesia, untuk pertama kali peranan bank sentral
dilaksanakan oleh Bank Negara Indonesia (BNI) yang didirikan pada tanggal 5
Juli 1946. Namun lima tahun kemudian tepatnya tahun 1951 pemerintah
melaksanakan nasionalisasi terhadap De Javasche Bank menjadi Bank Sentral
melalui Undang-Undang Nomor 24 tahun 1954.27
Dengan nasionalisasi tersebut maka De Javasche Bank berfungsi sebagai
Bank Sirkulasi sekaligus sebagai bank umum sampai diterbitkannya
Undang-Undang Nomor 11 tahun 1953 tentang Undang-Undang-Undang-Undang Pokok bank Indonesia.
Namun pada masa orde baru tatanan perbankan Indonesia ditata kembali dengan
memfungsikan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral secara utuh non komersial 28
27 Zainal Asikin. Pengantar Hukum Perbankan Indonesia Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada, 2015, hlm. 39
28Ibid
dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 13 tahun 1968 tentang Bank
Kedudukan Bank Indonesia secara tegas dapat dilihat dalam Pasal 4
Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 yang berbunyi :
(1) Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia.
(2) Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur
tangan Pemerintah dan/atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang
secara tegas diatur dalam undang-undang ini.
(3) Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan undang-undang ini. 29
Bank Indonesia adalah bank yang berada dan dimiliki oleh negara
kesatuan Republik Indonesia dari Merauke di Timur sampai Sabang di barat yang
berfungsi selain dari Bank Sentral juga sebagai Bank Sirkulasi, bank to bank dan
lender of the last resort.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa bank adalah
juga merupakan lembaga keuangan yang mempunyai kegiatan tertentu yaitu
menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan untuk
disalurkan ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit serta memberikan
jasa lain seperti pengiriman uang, penagihan surat-surat berharga baik yang
berasal dari dalam kota maupun luar kota. Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik yang terbentang dari Merauke di Irian Jaya (Timur) hingga
Sabang/Pulau Weh (Barat) dan memiliki beraneka ragam suku dan bahasa daerah
yang disatukan lambang Negara Garuda Pancasila.
30
29Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia
3. Tugas-Tugas Bank Indonesia
Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
Undang-Undang ini, Bank Indonesia mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter; mengatur dan menjaga kelancaran pembayaran mengatur dan
mengawasi Bank.
Selain beberapa tugas bank Indonesia tersebut, Bank Indonesia dapat
memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah untuk jangka
waktu paling lama 90 (Sembilan puluh) hari kepada Bank untuk mengatasi
kesulitan pendanaan jangka pendek Bank yang bersangkutan. Pelaksanaan
pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, wajib dijamin oleh
Bank penerima dengan agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang
nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diterimanya.
Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran Bank Indonesia
berwenang melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas
penyelenggaraan jasa pembayaran; mewajibkan penyelenggara jasa pembayaran
untuk menyampaikan laporan tentang kegiatannya; menetapkan penggunaan alat
pembayaran sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia sendiri.
Tugas-Tugas penting Bank Indonesia lainnya antara lain adalah :
1). Mengatur kliring antarbank dalam mata uang rupiah dan/atau valuta asing
yang penyelenggarannya dilakukan oleh Bank Indonesia atau pihak lain
dengan persetujuan Bank Indonesia.
2). Menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antarbank dalam
penyelenggaraan kegiatan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antarbank
dapat dilakukan oleh pihak lain dengan persetujuan Bank Indonesia.
3). Menetapkan macam, harga, uang yang akan dikeluarkan, bahan yang
digunakan, dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah.
4) Mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik, dan
memusnahkan uang dimaksud dari peredaran yang dibebaskan dari bea
meterai.
5) Mencabut dan menarik uang rupiah dari peredaran dengan memberikan
penggantian dengan nilai yang sama.31
a. Memberikan dan mencabut izin usaha bank;
Tugas istimewa dari Bank Indonesia adalah mengatur dan mengawasi
bank. Bank Indonesia berhak menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut
izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari Bank, melaksanakan
pengawasan Bank, dan mengenakan sanksi terhadap Bank sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan. Selanjutnya untuk mendukung tugas tersebut,
Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang
memuat prinsip kehati-hatian, seperti :
b. Memberikan izin pembukaan, penutupan, dan pemindahan kantor Bank;
c. Memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan Bank;
d. Memberikan izin kepada Bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha
tertentu. 32
tanggal 17 Januari 2016
Bahkan hingga mewajibkan bank lainnya untuk menyampaikan laporan
keterangan, dan penjelasan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
Selain itu, Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap Bank,
baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bahkan
jikadiperlukan, pemeriksaan dapat dilakukan terhadap perusahaan induk,
perusahaan anak, pihak terkait, pihak terafiliasi, dan debitur Bank.
4. Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia
Dalam melaksanakan tugasnya, Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan
Gubernur yang terdiri atas seorang Gubernur, seorang Deputi Gubernur Senior,
dan sekurang-kurangnya 4 (empat) orang atau sebanyak-banyaknya 7 (tujuh)
orang Deputi Gubernur. Dewan Gubernur dipimpin oleh Gubernur dengan Deputi
Gubernur Senior sebagai wakil.
Dalam hal Gubernur dan Deputi Gubernur Senior berhalangan, Gubernur
atau Deputi Gubernur Senior menunjuk seorang Deputi Gubernur untuk
memimpin Dewan Gubernur. Selanjutnya Dalam hal penunjukan sebagaimana
ditetapkan pada ayat (3) karena sesuatu hal tidak dapat dilaksanakan, salah
seorang Deputi Gubernur yang paling lama masa jabatannya bertindak sebagai
pemimpin Dewan Gubernur.
Dewan Gubernur melaksanakan tugas dan wewenang Bank Indonesia
sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang ini. Tata tertib dan tata cara
Gubernur. Dewan Gubernur mewakili Bank Indonesia di dalam dan di luar
pengadilan. Sedangkan kewenangan mewakili dilaksanakan oleh Gubernur.Untuk
dapat diangkat sebagai anggota Dewan Gubernur, calon yang bersangkutan harus
memenuhi syarat antara lain:
a) Warga negara Indonesia;
b) Memiliki akhlak dan moral yang tinggi;
c) Memiliki keahlian dan pengalaman di bidang ekonomi, keuangan, dan/atau
perbankan dan hukum.33
Gubernur dan Deputi Gubernur Senior diusulkan dan diangkat oleh
Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Deputi Gubernur
diusulkan oleh Gubernur dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat. Dalam hal calon Gubernur atau Deputi Gubernur Senior
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau calon Deputi Gubernur sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, Presiden
atau Gubernur wajib mengajukan calon baru. Dalam hal calon yang diajukan oleh
Presiden atau Gubernur untuk kedua kalinya tidak disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat, Presiden wajib mengangkat kembali Gubernur atau Deputi
Gubernur Senior atau Deputi Gubernur untuk jabatan yang sama, atau dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat mengangkat Deputi Gubernur Senior atau
Deputi Gubernur untuk jabatan yang lebih tinggi di dalam struktur jabatan Dewan
Gubernur dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dan ayat (6).
Anggota Dewan Gubernur diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan
dapat diangkat kembali dalam jabatan yang sama untuk sebanyak-banyaknya1
(satu) kali masa jabatan berikutnya. Penggantian anggota Dewan Gubernur yang
telah berakhir masa jabatannya dilakukan secara berkala setiap tahun paling
banyak 2 (dua) orang. Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi Gubernur
sebelum memangku jabatannya wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut
ajaran agamanya di hadapan Ketua Mahkamah Agung.
5. Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah dan Internasional.
Bank Indonesia tidak dapat dipisahkan dari Pemerintah. Hal ini tertuang
dalam Pasal 52 UU Bank Indonesia yang berbunyi : “Bank Indonesia bertindak
sebagai pemegang kas Pemerintah” Oleh karenanya .Bank Indonesia untuk dan
atas nama Pemerintah dapat menerima pinjaman luar negeri, menatausahakan,
serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan Pemerintah terhadap pihak
luar negeri. Bahkan menurut Pasal 54Pemerintah wajib meminta pendapat Bank
Indonesia dan/atau mengundang Bank Indonesia dalam sidang yang membahas
masalah ekonomi, perbankan dan keuangan yang berkaitan dengan tugas Bank
Indonesia atau masalah lain yang termasuk kewenangan Bank Indonesia.34
Bank Indonesia dapat melakukan kerja sama dengan bank sentral lainnya,
organisasi, dan lembaga internasional. Dalam hal dipersyaratkan bahwa anggota Selain
itu juga Bank Indonesia dapat memberikan pendapat dan pertimbangan kepada
Pemerintah mengenai Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta
kebijakan lain yang berkaitan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia.
lembaga internasional dan/atau lembaga multilateral sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama Negara
Republik Indonesia sebagai anggota.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa Bank Indonesia
merupakan bank yang memiliki kewenangan melebihi kewenangan bank-bank
lainnya, seperti :
a. Tidak dapat dipisahkan dari pemerintah Indonesia
b. Berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan
c. Berwenang memberikan dan mencabut izin usaha Bank;
d. Berwenang memberikan izin pembukaan, penutupan, dan pemindahan
kantor Bank;
e. Berwenang memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan
Bank;
f. Berwenang memberikan izin kepada Bank lain untuk menjalankan
kegiatan-kegiatan usaha tertentu.
g. Berwenang mewajibkan bank lainnya untuk menyampaikan laporan
keterangan, dan penjelasan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.
h. Dapat melakukan kerjasama dengan Bank Sentral lainnya
i. Dapat memberi pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah tentang
Rancangan Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN)
j. Dapat melakukan pemeriksaan terhadap Bank, baik secara berkala maupun
dapat dilakukan terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak
terkait, pihak terafiliasi, dan debitur Bank.
Untuk memperjelas isi UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia
dapat dicermati rangkuman berikut.
1. Status, Tempat Kedudukan, dan Modal BI
a. Bank Indonesia (BI) adalah Bank Sentral Republik Indonesia.
b. BI lembaga yang independen, bebas dari campur tangan pemerintah
dan/atau pihak-pihak lainnnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas
diatur dalam Undang-Undang ini. BI berkedudukan di ibu kota NKRI dan
dapat mempunyai kantor di dalam dan di luar wilayah NKRI.
2) Tujuan dan Tugas BI
a. Tujuan BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Tujuan ini perlu ditopang dengan tiga pilar utama, yaitu kebijakan moneter
dengan prinsip kehati-hatian, sistem pembayaran yang cepat dan tepat,
serta sistem perbankan yang dan keuangan yang sehat.
b. Untuk mencapai tujuan tersebut, BI mempunyai tugas:
1) menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;
2) mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; dan
3) mengatur dan mengawasi bank.
3) Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter Bank
Indonesia berwenang:
a. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan laju inflasi
b. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara antara
lain:
a. Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing;
b. Penetapan tingkat diskonto; dan
c. Penetapan cadangan wajib minimum.
4) Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank
Indonesia berwenang:
a. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas peyelenggaraan
jasa sistem pembayaran.
b. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan
laporan tentang kegiatannya.
c. Menetapkan penggunaan alat pembayaran.
5) Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan mengawasi bank, Bank
Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas
kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan
pengawasan bank dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
6) Terkait dengan pengawasan bank, dalam UU ini diamanatkan bahwa tugas
mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawas sektor jasa keuangan
yang independen, dan dibentuk dengan UU. Pembentukan lenbaga
7) Dalam melaksanakan tugasnya, Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan
Gubernur, yang terdiri atas seorang Gubernur, seorang Depuri Gubernur
Senior, dan min. 4 orang atau max.7 orang Deputi Gubernur.
8) Hubungan dengan Pemerintah:
(a) Dalam rangka koordinasi kebijakan antara otoritas moneter dengan
otoritas fiskal dan sektor rril, Rapat Dewan Gubernur dapat dihadiri oleh
Menetri atau pejabat Pemerintah. Demikian pula sebaliknya Gubernur
dapat menghadiri sidang kabinet.
(b) Bank Indonesia bertindak sebagai pemegang kas Pemerintah.
(c) Dalam hal Pemerintah akan menerbitkan surat-surat utang negara,
Pemerintah wajib terlebih dahulu berkonsultasi dengan Bank Indonesia
dan DPR.
(d) Bank Indonesia dilarang membeli untuk diri sendiri surat-surat utang
negara, kecuali di pasar sekunder.
(e) Akuntabilitas dan Anggaran
Agar independensi yang diberikan kepada Bank Indonesia dapat
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, kepada Bank Indonesia
dituntut untuk transparan dan memenuhi prinsip akuntabilitas publik.
(f) Transparansi dan prinsip akuntabiitas publik dilakukan dengan cara antara
lain:
a. Menyampaikan informasi kepada masyarakat secara terbuka melalui
media masa pada setiap awal tahun anggaran yang memuat evaluasi
rencana kebijakan moneter dan penetapan sasaran-sasaran moneter
untuk tahun yang akan datang. Informasi ini juga disampaikan secara
tertulis kepada Presiden dan DPR.
b. Menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada BPK untuk
dilakukan pemeriksaan. Laporan hasil pemeriksaan tersebut
selanjutnya disampaikan oleh BPK kepada DPR dan diumumkan oleh
BI melalui media masa.
Selanjutnya, selain kewenangan yang dimiliki Bank Indonesia,
permasalahan yang dihadapipun banyak. Berikut ini akan dipaparkan sejumlah
permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh Bank Indonesia yaitu :
a. Faktor Independensi
Sejak pertama kali dibentuk tahun 1953, Bank Indonesia belum pernah
independen hingga tahun 1999 yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang No
23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Ada dua bentuk independensi dalam
suatu organisasi, yaitu independensi dalam makna kelembagaan dan independensi
dalam makna individu.
Suatu lembaga yang independen hanya akan bisa independen apabila
dikelola oleh orang-orang yang memiliki kapabilitas untuk mempertahankan
independensinya. Namun, hingga tiga kali perubahan belum ada disinggung
perihal kapabilitas individu dalam konteks independensi. Hal ini terbukti bahwa
sebelum tahun 1999, baik Gubernur ataupun Deputi Gubernur Bank Indonesia
tidak pernah lepas dari kooptasi kepentingan pihak tertentu seperti kalangan
Deputi Bank Indonesia, Miranda S. Goeltom. KPK menemukan sejumlah
kejanggalan dengan masuknya aliran dana yang bersumber dari kalangan
pengusaha sehubungan dengan proses pemilihan Deputi Bank Indonesia tersebut.
b. Korupsi
Pada dasarnya Bank Indonesia termasuk salah satu lembaga negara yang
paling sedikit berurusan dengan kasus korupsi. Memang ada beberapa pejabatnya
yang pernah divonis bersalah seperti : a) Burhanuddin Abdullah (mantan
Gubernur BI periode 2003-2008), b) Aulia Pohan (mantan Deputi Bank Indonesia,
dan, c) Miranda S. Goeltom (mantan Deputi Bank Indonesia).
Sedemikian strategisnya peran yang diemban oleh petinggi/pejabat Bank
Indonesia, tetapi hanya bisa menghasilkan tiga orang yang berhasil divonis tindak
pidana korupsi. Padahal, Bank Indonesia memiliki peran yang sangat vital
diantara lembaga-lembaga lainnya, sehingga sangatlah tepat jika Bank Indonesia
disebut sebagai lembaga super body. Bukan itu saja, gaji maupun tunjangan
pejabat ataupun petinggi Bank Indonesia sudah lebih dari cukup. Bahkan
Gubernur Bank Indonesia adalah pejabat pemerintah yang mendapat gaji tertinggi
di Indonesia.
Tetapi, kenyataan membuktikan bahwa dengan pemberian gaji dan
tunjangan ataupun fasilitas yang tinggi tidak menjamin untuk tidak tidak
menyalahgunakan kewenangan yang diberikan kepadanya. Sebab, salah satu di
antara fungsi Bank Indonesia adalah menjalankan tugas pengawasan dan
pengaturan kegiatan perbankan yang sudah tentu memiliki peluang untuk kerupsi
Singapura dikuasai oleh orang Indonesia. Indonesia pula disebutkan masuk ke
dalam 10 besar negara yang paling sering melakukan transaksi-transaksi
mencurigakan. Sehubungan dengan kewenangan dalam mengatur lalu-lintas
pembayaran (internasional),
c. Kelembagaan Perbankan
Kelembagaan perbankan sesuai dengan konsep dan definisinya seharusnya
berfungsi sebagai lembaga intermediari keuangan. Fungsi utamanya untuk
menghimpun dana-dana nasabah (kreditur) untuk kemudian disalurkan ke pihak
yang membutuhkan dana (debitur). Idealnya pula, kelembagaan perbankan
memperoleh laba operasional dari fungsi intermediarinya sendiri, yaitu melalui
selisih (spread) tingkat suku bunga pinjaman dan simpanan. Kelembagaan
perbankan yang sehat akan mampu menjadi motor penggerak pertumbuhan
ekonomi dan mampu pula menjadi penggerak pertumbuhan formasi kapital di
dalam negeri.
Kelembagaan perbankan umum (komersil) masih diberikan toleransi untuk
memperbesar laba yang bukan berasal dari laba operasional. Makna toleransi di
sini tidak sama dengan 'diperbolehkan'. Tetapi pada kenyataannya, kinerja
keuangan perbankan di Indonesia lebih banyak ditopang dari sumber-sumber
keuntungan yang bukan berasal dari kegiatan operasional. Faktanya pula, rata-rata
perbankan di Indonesia memiliki kinerja keuangan yang masih lebih rendah
dibandigkan perbankan di Singapura, Malaysia, maupun Thailand. Perbankan di
biaya operasional (berdasarkan indikator BOPO) yang paling tinggi di Asia
Tenggara.
Praktik-praktik curang dalam kegiatan perbankan di Indonesia sudah
menjadi rahasia umum di kalangan bankir. Permasalahannya cukup rumit, karena
upaya untuk menghimpun dana-dana dari masyarakat harus bersaing dengan
aset-aset keuangan lain, seperti saham, obligasi, ataupun surat utang. Pemberian kredit
untuk kondisi perekonomian saat ini pun dianggap cukup berisiko. Itu sebabnya,
pihak perbankan di Indonesia tampak lebih dominan untuk melakukan
penghimpunan dana ketimbang penyaluran dana. Sasaran-sasaran penyaluran
dana itu pun ditujukan pada sasaran yang dianggap berisiko rendah. Tidak
mengherankan pula perbankan di Indonesia terkadang membuka peluang untuk
menjual alat-alat keuangan seperti reksa dana. Kasus Bank Century seharusnya
bisa menjadi pelajaran berharga tentang betapa lemahnya kepengawasan kegiatan
perbankan oleh Bank Indonesia.
Lemahnya fungsi kepengawasan perbankan oleh pihak otoritas moneter
sesungguhnya pula bukan cerita baru. Di tahun 1992, pihak otoritas moneter
melikuidasi Bank Summa karena tidak bisa menyelesaikan masalah 'kalah kliring'.
Kasus Bank Summa ini pun sesungguhnya akibat dari praktik curang yang
dilakukan oleh pemilik bank, sehingga menyebabkan tingkat likuiditasnya
menjadi semakin rendah di bawah batas toleransi. Kasus Bank Summa ini pun
sesungguhnya merupakan bagian dari rentetan kasus penutupan 16 bank pada
tahun 1997, akibat dampak dari krisis moneter. Padahal, pangkal
paket kebijakan keuangan di tahun 1990. Sekali lagi, fungsi pengawasan bank
yang sangat lemah mengakibatkan tingginya biaya ekonomi yang mesti
ditanggung oleh pemerintah.
Puncak peristiwa di tahun 1997 nampaknya belum bisa menjadi pelajaran
setelah dikeluarkannya Undang-Undang No 23 Tahun 1999 Tentang Bank
Indonesia. Di akhir tahun 2012, dilaporkan terdapat 10 bank umum nasional
(swasta) yang sudah dikuasai oleh asing, termasuk di antaranya Bank Permata
yang 44,50% kepemilikannya dikuasai oleh Stanchart. Seperti diketahui, salah
satu nama kandidat Gubernur Bank Indonesia yang kini menjabat Menteri
Keuangan, yaitu Agus Marto Wardoyo dulunya pernah menjadi Direktur Utama di
Bank Permata (2002-2005). Pertanyaannya, mengapa bank-bank tersebut begitu
cepat beralih kepemilikan ke pihak asing?
Masih terkait dengan fungsi kepengawasan dan penataan, siapapun yang
nantinya akan menempati posisi pejabat tinggi di Bank Indonesia harus mampu
mengubah paradigma tentang fungsi intermediari perbankan umum nasional. Di
Thailand, untuk meminjam modal usaha tidak membutuhkan jaminan, tetapi
cukup dengan syarat memiliki riwayat keuangan yang jelas. Tidak ada
diskriminasi, kecuali hanya bermodal kepercayaan. Tetapi situasi yang berbeda,
ketika seseorang meminjam modal usaha pada perbankan nasional. Pihak
perbankan lebih suka menyalurkan dananya untuk kredit jenis konsumsi.
6. . Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia adalah
mengatur tentang Bank Indonesia. Undang-Undang tersebut disusun dengan
berbagai pertimbangan, seperti memelihara kesinambungan pelaksanaan
pembangunan nasional guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, pelaksanaan pembangunan
ekonomi diarahkan kepada terwujudnya perekonomian nasional yang berpihak
pada ekonomi kerakyatan,merata, mandiri, andal, berkeadilan, dan mampu
bersaing di kancah perekonomian internasional; guna mendukung terwujudnya
perekonomian nasional dimaksud dan sejalan dengan tantangan perkembangan
dan pembangunan ekonomi yang semakin kompleks, keuangan yang semakin
maju serta perekonomian internasional yang semakin kompetitif dan terintegrasi,
kebijakan moneter harus dititikberatkan pada upaya untuk memelihara stabilitas
nilai rupiah; untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter yang efektif
dan efisien diperlukan keuangan yang sehat, transparan, terpercaya, dan dapat
dipertanggung-jawabkan yang didukung oleh Indonesia pembayaran yang cepat,
tepat, dan aman, serta pengaturan dan pengawasan bank yang memenuhi prinsip
kehatihatian; untuk menjamin keberhasilan tujuan memelihara stabilitas nilai
rupiah diperlukan bank sentral yang memiliki kedudukan yang independen;
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral dianggap tidak sesuai lagi dan perlu
diganti dengan undang-undang baru tentang Bank Indonesia. Hal tersebut
dilaksanakan mengingat Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 23, dan Pasal 33
Undang-Undang Dasar 1945; Bab IV huruf A butir 1a Ketetapan Majelis
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XI/MPR/1998; dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor XVI/MPR/1998.35
F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang teratur dan terfikir secara runtut dan
dengan baik dengan menggunakan metode ilmiah yang bertujuan untuk
menemukan, mengembangkan maupun guna menguji kebenaran maupun
ketidak-benaran dari suatu pengetahuan, gejala atau hipotesis.36
Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan peran dan fungsi Bank Indonesia
dalam system ketatanegaraan di Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1999. Oleh karenanya pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk mengetahui dan mendiskrisikan
bagaimana peran dan fungsi Bank Indonesia dalam sistem ketatanegaraan di
Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 melalui metode
yuridis normatif yaitu penelitian yang didasarkan pada studi terhadap bahan-bahan
kepustakaan atau studi terhadap dokumen berupa peraturan tertulis dan
bahan-bahan hukum lain.37
G. Sistematika Penulisan
Agar gambaran dan langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan
dan penulisan skripsi lebih terarah, maka ditetapkan sistematika penulisan.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
35 Konsideran Undang-Undang No. 23 tahun 1990 tentang Bak Indonesia
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum tentang permasalahan yaang
akan dibahas, berisi tentang teknis penulisan skripsi, yang dimulai
dengan mengemukakan latar belakang pemilihan judul dan
dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,
keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan
diakhiri dengan sistematika penulisan.
BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM KETATANEGARAAN DI INDONESIA
Bab ini merupakan pembahasan awal dari permasalahan yang telah
dirumuskan dalam pendahuluan. Jika melihat skripsi ini maka penulis
melakukan penelusuran terhadap perkembangan pengaturan
perbankan di Indonesia dan independensi bank Indonesia sebagai
lembaga negara serta status bank Indonesia dalam sistem pemerintah
di Indonesia.
BAB III PERAN DAN FUNGSI BANK INDONESIA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN DI INDONESIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1999
Bab ini merupakan inti dari permasalahan yang dibahas dalam skripsi
ini. Dalam bab ini akan menganalisis mengenai peranan dan fungsi
bank Indonesia baik itu dalam menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, dalam mengatur dan menjaga kelancaran sistem
BAB IV HUBUNGAN BANK INDONESIA DENGAN OTORITAS JASA KEUANGAN
Di dalam bab ini, akan dibahas mengenai hubungan bank Indonesia
dengan otoritas jasa keuangan serta hubungan bank Indonesia dengan
pemerintah.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini dimana
penulis akan membuat kesimpulan dari keseluruhan uraian skripsi
dan memberikan beberapa saran yang diajukan penulis sehubungan
dengan peran dan fungsi bank Indonesia dalam sistem ketatanegaraan