• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik, Audit Fee, Audittenure, Dan Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Quality Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik, Audit Fee, Audittenure, Dan Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Quality Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teroritis 2.1.1. Kualitas Audit

Menurut I Gusti (2008;29), “secara sederhana, audit (auditing) adalah kegiatan membandingkan suatu kriteria (apa yang seharusnya) dengan kondisi (apa yang sebenarnya terjadi)”. Kualitas merupakan komponen profesionalisme yang benar benar harus dipertahankan oleh Akuntan Publik profesional. Independen disini berarti akuntan publik lebih mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan manajemen atau kepentingan auditor itu sendiri dalam membuat laporan auditan. Oleh sebab itu, keberpihakan auditor dalam hal ini seharusnya lebih diutamakan pada kepentingan publik (IAI, 2001).

De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai sebuah kemungkinan bahwa auditor akan mendeteksi dan melaporkan salah saji material. Proses pelaporan yang dilakukan oleh auditor tergantung kepada independensi auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut.

(2)

audit menurut para pengguna laporan keuangan adalah jika auditor dapat memberikan opini yang sesuai dan bertanggung jawab serta memberikan jaminan bahwa tidak terdapat kecurangan atau salah saji material. Baik tidaknya kualitas suatu hasil audit bergantung kepada kemampuan penyedia jasa audit dalam memenuhi harapan klien secara konsisten.

Menurut Jackson et.al., 2008, kualitas audit terdiri atas Actual Quality (kualitas sebenarnya) dan Perceived Quality (kualitas yang dirasakan). Actual Quality merupakan tingkat dimana risiko dari pelaporan salah saji material dalam rekening keuangan berkurang.

Perceived Quality adalah seberapa efektif pengguna laporan keuangan percaya bahwa auditor telah mengurangi salah saji material.

(3)

concerndiartikankemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan kegiatan usahanya danterus berfungsi sebagai entitas bisnis.

2.1.2. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)

Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam penelitian ini diproksikan dengan reputasi kantor akuntan publik tersebut, yang diwakili dengan kantor akuntan publik big four dan non big four. Kantor akuntan publik dengan reputasi big four dipastikan memiliki klien yang lebih banyak daripada akuntan publik non bigfour. Hal ini didasari pada kualitas auditor yang ada dalam kantor akuntan yang punya reputasi big four, yang dianggap memiliki kecepatan, ketepatan dan memiliki sarana serta prasarana yang lebih baik dari auditor kantor akuntan non big four.

Choi et al. (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa secara umum, kantor akuntan publik internasional dengan nama besar (seperti big four) atau keahlian industri bisa menyediakan laporan auditan dengan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan kantor akuntan yang relatif kecil yang kurang nama besar atau keahlian industri. Dengan demikian, ukuran kantor akuntan publik yang berklasifikasi bigfour akan memberikan hasil audit yang lebih baik dibandingkan dengan kantor akuntan publik yang tidak terklasifikasi big four. Kantor Akuntan Publik (KAP) di Indonesia yang berafiliasi dengan the Big 4, adalah :

(4)

b. KAP Osman Bing Satrio – berafilisiasi dengan Deloitte Touche Tomatsu

c. KAP Siddharta dan Widjaja – berafilisiasi dengan KMPG, dan

d. KAP Tanudiredja,Wibisana & Rekan – berafilisiasi dengan

PricewaterhouseCoopers (PwC). 2.1.3. Biaya Eksternal Audit (Audit Fee)

Biaya audit adalah besaran biaya yang diterima oleh auditor dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti kompleksitas jasa yang diberikan,tingkat keahlian dan lain – lain.

Menurut Sukrisno Agoes (2012 ; 18) fee audit adalah :

“ Besarnya biaya tergantung antara lain penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutandan pertimbangan professional lainnya “.

Menurut Sukrisno Agoes (2012 : 18) indikator dari fee audit dapat diukur dari :

1. Resiko penugasan

2. Kompleksitas jasa yang diberikan

3. Struktur biaya Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan danpertimbangan profesi lainnya

4. Ukuran Kantor Akuntan Publik

(5)

yang disebutkan diatas. Selain faktor tersebut, dalam menetapkan imbalan jasa atau fee audit, Akuntan Publik harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :

1. Kebutuhan klien

2. Tugas dan tanggungjawab menurut hukum (statutory duties) 3. Independensi

4. Tingkat keahlian (levels of expertise) 5. Tanggung jawab

6. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan Akuntan Publik.

Penetapan jasa audit yang dilakukan oleh KAP biasanya didasari perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri biaya tenaga, yaitu : Manager, Supervisor, Auditor Senior dan Auditor Junior. Sedangkan, biaya tidak langsung seperti : percetakan, biaya penyusutan komputer, gedung dan asuransi.

Selain itu, dalam menetapkan imbalan jasa atau fee audit, Akuntan Publik juga harus memperhatikan tahapan – tahapan pekerjaan audit dan tahap pelaporan.

(6)

berkembang masih jarang dilakukan. Di Indonesia sendiri penelitian mengenai fee audit di Indonesia mungkin dilakukan tetapi tidak terpublikasikan dijurnal ilmiah.

De Angelo dalam Putri Dyah R. (2011) menyatakan bahwa fee audit merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit yang dihadapi auditor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien serta nama Kantor Akuntan Publik yang melakukan jasa audit. Sedangkan menurut Sankaraguruswamy et al. (2003) fee audit merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, keuangan klien, ukuran perusahaan klien, ukuran auditor (KAP), keahlian yang dimiliki auditor tentang industry, serta efisiensi yang dimiliki auditor.

Institusi Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat Keputusan No.KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit.Dalam bagian lampiran 1 dijelaskan bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institusi Akuntan Publik Indonesia yang menjalankan praktik sebagai akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa professional yang diberikannya.

(7)

standar professional akuntan publik yang berlaku. Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan oleh auditor atau akuntan pendahulu atau dianjurkan oleh auditor atau akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan dan kompetensi anggota dalam menerapkan standar teknis dan standar professional yang berlaku.

2.1.4. Masa Perikatan Auditor – Klien (Audit Tenure)

Menurut (Nurul,Nur, azlina, 2012) “audit tenure adalah jangka waktu perikatan yang terjalin antara KAP dengan auditee yang sama”

Audit Tenure adalah Masa Perikatan (keterlibatan) antara Kantor AkuntanPublik (KAP) dan klien terkait jasa audit yang disepakati atau dapat juga diartikan sebagai jangka waktu hubungan auditor dan klien. Isu mengenai Audit Tenure biasanya dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap independensi auditor. AlThuneibat et al. (2011) dalam penelitiannyamenyimpulkan bahwa hubungan yang lama antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit. Namun, Jackson et al. (2008) memiliki pandangan yang berbeda dari hasilpenelitian yang dilakukan Al- Thuneibat et al. (2011). Merekamenyimpulkan bahwa kualitas audit akan meningkat dengan adanya hubungan antara auditor dan klien.

(8)

bahwakegagalan audit tiga kali lebih mungkin pada dua tahun pertama dari ikatan yangdibuat dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya. Penelitian tersebutmelakukan survei terhadap 406 kasus kegagalan audit. Dua penelitian yangmemeriksa gugatan yang melibatkan auditor (St Pierre dan Anderson, 1984; Stice,1991 dalam Al-Thuneibat et al., 2011) menemukan bahwa kegagalan audit lebihumum terjadi pada tiga tahun atau kurang dalam hubungan auditor-klien. Auditor dengan perikatan yang panjang, dibandingkan dengan auditor dengan perikatanyang pendek, lebih mungkin untuk mengeluarkan opini going concern untuk klienyang kemudian menyatakan kebangkrutan (Geiger dan Raghunandan, 2002 dalamAl-Thuneibat et al., 2011).

Hubungan antara auditor klien bisa disimpulkan akan berpengaruh terhadap kualitas hasil audit. Disatu sisi, hubungan auditor-klien yang panjang akan memungkinkan auditor dan manajemen mencapai kenyamanan dalampekerjaan yang dapat mengancam independensi auditor tersebut. Namun disisi lain hubungan auditor-klien yang panajang juga bisa saja mempunyai dampak posistif terhadap kualitas audit, dengan argumen bahwa auditor akan mengenali dan sangat memahami proses bisnis perusahaan dan perilaku manajemen. Kemudian jika perusahaan menggunakan jasa auditor baru, maka auditor tersebut butuh masa pengenalan dan penyesuaian terhadap bisnis kliennya yang akan sedikit mengganggu efektifitas dan efisiensi proses audit.

(9)

2.1.5.1. Definisi dan Karakteristik Komite Audit

Konsep komite audit mulai diperkenalkan kepada dunia usaha di Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Kemudian pada tahun 1970-an, New York Stock Exchange (NYSE) mulai mewajibkan keberadaan komite audit sebagai persyaratan pencatatan, sejak itu banyak Negara yang membuat ketentuan mengenai komite audit. Sejalan dengan kecenderungan internasional tersebut, persyaratan semacam ini juga telah ditetapkan di Indonesia melalui pedoman Good Corporate Governance (GCG) yang diterbitkan pada bulan Mei 2002.

Keberadaan komite audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor SE-03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-103/MBU/2002 (bagi BUMN). Komite audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Menurut KNKG (2006), jumlah komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan.

(10)

Komite ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Anggota komite audit harus memiliki keahlian yang memadai. Komite audit memiliki kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan.

Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen. Independensi komite audit tidak dapat dipisahkan dari moralitas yang melandasi integritasnya. Hal ini perlu disadari karena komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antarafungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor.

Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris. Anggota komite audit dapat berasal dari kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman dan kualitas lainnya yang dibutuhkan guna mencapai tujuan komite audit. Komite audit harus bebas dari pengaruh direksi, eksternal auditor dan hanya bertanggung jawab kepada dewan komisaris (Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, 2008 : 145).

(11)

muncul tuntutan adanya auditor independen. Komite audit timbul untuk memenuhi tuntutan tersebut.

2.1.5.2. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Komite Audit Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2006 : 148) , komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang, yaitu :

1. Laporan Keuangan ( financial reporting)

Tanggung jawab komite audit di bidang laporan keuangan adalah untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang. 2. Tata Kelola Perusahaan ( corporate governance )

Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola perusahaan adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang – undang dan peraturan yang berlaku dan etika, melaksanakan pengawasa secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. 3. Pengawasan Perusahaan ( corporate control )

Komite audit bertanggung jawab untuk pengawasan perusahaan termasuk didalamnya hal – hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.

Sedangkan menurut pedoman GCG, tugas dan tanggung jawab komite audit adalah :

1. Mendorong terbentuknya struktur pengawasan intern yang memadai. Adanya pengawasan intern ditujukan untuk mewujudkan prinsip pertanggungjawaban (

responsibility).

(12)

3. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan eksternal audit, kewajaran biaya eksternal audit, serta kemandirian dan objektivitas eksternal auditor. Komite audit dalam hal ini menjalankan prinsip akuntabilitas ( accountability). 4. Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab

komite audit selama tahun buku yang sedang diperiksa eksternal audit. Hal ini terkait dengan prinsip pertanggungjawaban (responsibility).

Komite audit juga memiliki wewenang, yaitu :

1. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya ;

2. Mencari informasi yang relevan dari setiap karyawan ; 3. Mengusahakan saran hokum dan professional lainnya

yang indepenten apabila dipandang perlu ;

4. Mengundang kehadiran pihak luar dengan pengalaman sesuai, apabila dianggap perlu.

(13)

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan ukuran kantor akuntan publik, audit fee, audit tenure, karakteristik komite audit dan audit quality dapat diuraikan dan diikhtisarkan dalam Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian Audit Di Bursa Efek Indonesia ini menunjukkan : Fee audit

berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit Rotasi KAP tidak berpengaruh keahlian di kerja) dan Aktivitas

(14)

jumlah anggota Ukuran KAP, dan Ukuran

Audit tenure tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan ukuran KAP dan ukuran Capacity Stress Dependen: Kualitas Audit

(15)

Klien, dan Ukuran Kantor Akuntan Publik, Ukuran Perusahaan Klien dan Rotasi Audit terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia Periode 2009-2012

Independen :

Audit Tenure, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Ukuran Perusahaan

Perusahaan Klien berpengaruh yang terdaftar di BEI pada periode 2009-20012.

(16)

Menurut Ni Wayan Rustiarini (2011) dengan judul Komite Audit Dan Kualitas Audit:Kajian Berdasarkan Karakteristik, Kompetensi,Dan Aktivitas Komite Audit. Adapun variabel independen yang digunakan antara lain karakteristik komite audit (diukur dari usia dan kebangsaan), kompetensi komite audit ( diukur dari independensi, tingkat pendidikan, keahlian di bidang akuntansi dan pengalaman kerja) serta aktivitas komite audit (diukur dari frekuensi pertemuan, jumlah anggota dan komitmen waktu) dan variabel dependennya adalah kualitas audit. Penelitian tersebut dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek Indonesia tahun 2009 – 2011. Penelitian tersebut menemukan hasil hasil bahwa usia, kebangsaan, tingkat pendidikan, keahlian dibidang akuntansi dan frekuensi pertemuan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan independensi, komitmen waktu, pengalaman kerja dan jumlah anggota tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Menurut Sinaga (2012) menguji pengaruh audit tenure, ukuran KAP, dan ukuran perusahaan klien terhadap kualitas audit dengan menggunakan analisis regresi logistik dengan aplikasi SPSS 16. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

audit tenure tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, Ukuran KAP berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, dan ukuran perusahaan klien berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.

(17)

perikatan audit, dan audit capacity stress tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Menurut Febriyanti dkk (2014) melakukan penelitian pengaruh masa perikatan audit, rotasi KAP, ukuran perusahaan klien, dan ukuran KAP terhadap kualitas audit. Objek penelitiannya adalah perusahaan manufaktur yang listing di BEI 2009 – 2012 dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa perikatan audit, rotasi KAP, dan ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan, ukuran perusahaan klien berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.

Astuti (2014) meneliti tentang analisis pengaruh audit tenure, ukuran KAP, rotasi audit dan ukuran perusahaan klien terhadap kualitas audit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada periode 2009- 2012. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive samplingyang menghasilkan 136 unit analisis dari tahun 2009-2012. Penelitian yang didasarkan pada analisis data yang menggunakan regresi logistik pada tingkat signifikansi 5% menghasilkan kesimpulan bahwa audit tenure, ukuran kantor akuntan publik (KAP), dan rotasi audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit sedangkan ukuran perusahaan klien berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2009-2012.

2.3. Kerangka Konseptual

(18)

masalah penelitian yang menjelaskan tentang variabel – variabel, hubungan antara variabel – variabel secara teoritis yang berhubungan dengan hasil penelitian terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara empiris (Sekaran, 2006). Untuk memperoleh jawaban – jawaban ilmiah mengenai pengaruh ukuran kantor akuntan publik, audit tenure, audit fee, karakteristik komite audit terhadap audit quality,

peneliti menyusun kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kualitas Audit (Y)

Gender Komite Audit (X4)

Usia Komite Audit (X5) Ukuran KAP (X1)

Audit Fee (X2)

AuditTenure (X3)

H1

H3

H4 H2

(19)

Dilihat dari sudut pandang auditor, hasil audit dikatakan berkualitas apabila mereka telah bekerja sesuai dengan standar professional yang ada, dapat menilai resiko bisnis auditee dengan tujuan untuk meminimalisasi ketidakpatutan auditee dan menjaga reputasi auditor. Pemilihan auditor dengan kualitas tinggi dinilai mampu meningkatkan tingkat kredibilitas laporan keuangan, karena KAP yang besar dapat menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dari KAP yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan kantor akuntan publik dengan ukuran yang lebih besar memiliki auditor-auditor yang lebih ahli dan lebih berpengalaman dibandingkan dengan kantor akuntan yang lebih kecil. Dengan keahlian, pengalaman, dan jam terbang audit yang lebih tinggi, maka kualitas hasil auditnya juga akan lebih baik.

Biaya eksternal audit adalah besaran biaya (fee) audit yang diterima oleh auditor dari pekerjaan mengaudit yang mereka kerjakan. Biaya eksternal audit dinilai mampu mempengaruhi kualitas audit karena menurut penelitian terdahulu semakin besar biaya eksternal audit maka semakin berkualitas pula laporan audit yang dihasilkan.

Audit tenure adalah lamanya masa perikatan Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Masa penugasan/tenur auditor didefiniskan sebagai jumlah tahun auditor dipertahankan oleh perusahaan (Myers et.al., 2003).

(20)

karena dengan kematangan usia dan keberadaan wanita dalam komite audit akan memberikan dampak positif kepada perusahaan, dimana mereka akan bekerja dengan baik terutama dalam mengawasi kinerja auditor sehingga menghasilkan laporan audit yang berkualitas.

2.4. Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2008) hipotesis adalah preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Preposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.

2.4.1. Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit

Kantor Akuntan Publik merupakan suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang – udangan yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik (Rachmawati, 2008).

(21)

DeAngelo (1981) menyatakan bahwa variabel ukuran KAP dapat mengukur kualitas audit karena KAP yang mempunyai klien yang lebih banyak akan berusaha menjaga nama baiknya dengan tetap mempertahankan kualitas audit yang dihasilkannya. Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:

H1 : Ukuran KAP mempengaruhi kualitas audit pada perusahaanmanufaktur di BEI.

2.4.2. Audit Fee terhadap Kualitas Audit

Pada umumnya di Indonesia pengungkapan audit fee masih bersifat

(22)

dapat memacu seorang auditor dalam menghasilkan audit laporan keuangan yang berkualitas. Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:

H2 :Audit Fee mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan manufaktur di BEI.

2.4.3. Audit Tenure terhadap Kualitas Audit

Lama perikatan audit diartikan sebagai periode keterikatan antara auditor dengan klien, yaitu lamanya waktu seorang auditor mengaudit pada perusahaan klien. Lama perikatan audit antara auditor dengan klien terkadang menyebabkan auditor terlalu percaya diri dengan pendekatan audit yang digunakan. Dampaknya auditor tidak melakukan inovasi pada strategi audit yang digunakan. Sehingga menjadikan kualitas audit yang diberikan menjadi turun.

Al –Thuneibat et.al.,2011 berpendapat bahwa hubungan yang lama antara auditor dengan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit. Pengetahuan auditor akan kinerja perusahaan akan semakin baik ketika masa perikatan terjadi dalam jangka waktu yang cukup panjang.

(23)

dan klien, maka kualitas audit akan semakin meningkat (Jackson et.al., 2008). Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:

H3 :Audit Tenure mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan manufakturdi BEI.

2.4.4. Karakteristik Komite Audit terhadap Kualitas Audit

Karakteristik komite audit dalam penelitian ini diproksikan berdasarkan usia, dan gender. Perbedaan pemikiran dan pandangan terhadap penyebab kesuksesanpria dan wanita dapat mempengaruhi proporsi keberadaan wanita pada beberapa jabatan.

Anggapan bahwa selama ini kesuksesan pria berasal dari kecerdasan yang tinggi, sedangkan kesuksesan yang diraih oleh wanita hanya berasaldari faktor keberuntungan yang menyebabkan wanita memiliki proporsi yang masih sedikit dalam beberapa jabatan yang penting dilingkup manajemenperusahaan. Meskipun demikian, perlu dipertimbangkan kembali bahwa keberadaan wanita memiliki sikap konservatisme yang tinggi dan berhati hatidalam pengambilan keputusan (Rustiarini, 2011).

(24)

(2011) mendapatkan hasil penelitian bahwa keberadaan wanita dalam komite audit berpengaruh negatif pada akrual lancar. Penelitian Carter et al., dalam Rustiarini (2011) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki dua orang atau lebih wanita dalam anggota dewan memiliki nilai perusahaan yang lebih tinggi daripada jumlah wanita yang kurang dari dua orang. Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:

H4 :Gender Komite Audit mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan manufaktur di BEI.

Faktor usia dapat mempengaruhi kinerja anggota komite audit. Anggota komite audit yang berusia dewasa (usia 40-60 tahun) akan mencapai jenjang karir sejauh yang mereka mampu serta posisi kariryang paling stabil, kelompokusia ini merupakan masa pencapaian seseorang untuk mempertahankan kepuasandalam karir yang membuat mereka lebih fokus pada pekerjaan. Semakinbertambah usia maka seseorang akan semakin bijaksana dalam menyikapimasalah dan lebih bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan.

(25)

Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:

Gambar

Tinjauan Penelitian TerdahuluTabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi

Rata-rata lama menginap tamu (RLMT) Asing dan Indonesia pada hotel berbintang di Sumatera Barat bulan Agustus 2015 adalah selama 1,34 hari, meningkat 0,06 hari

[r]

Solusinya untuk mengatasi hal tersebut dengan melakukan analisis data mengggunakan naïve bayes yang dapat melakukan klasifikasi data dalam jumlah yang banyak.[7]

Tahapan kerja yang dilakukan dalam penelitian ini, pembuatan biodiesel dengan proses transesterifikasi, pengujian karakteristik, pencampuran biodiesel dengan dexlite,

Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing bahan bakar yang diuji yaitu Dexlite (Diesel CN:51), dan campuran Dexlite dengan biodiesel lemak

Disarankan (a) untuk melakukan penelitian ini pada material dari sumber yang berbeda, karena dari sumber yang berbeda akan memberikan gradasi agregat kasar dan gradasi

Alhamdulillah puji Syukur kepada Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmad serta hidayahnya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul