• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.(Studi Empiris pada KPP Pratama Binjai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.(Studi Empiris pada KPP Pratama Binjai)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian

KUESIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI WAJIB PAJAK

MENGENAI ETIKA PENGGELAPAN PAJAK (TAX EVASION). STUDI EMPIRIS PADA KPP PRATAMA BINJAI.

TOMMY SUHERI NIM : 120503056

PROGRAM STUDI STRATA I DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Petunjuk : mohon jawaban atas pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda centang (√) pada jawaban yang paling tepat menurut pendapat Bapak/Ibu/Saudara.

IDENTITAS RESPONDEN

Beri tanda (x) atau (√) pada identitas pengenal Bapak/Ibu/Saudara.

1. Nama : ...

2. Jenis Kelamin : Pria Wanita

3. Umur Responden : 20-24 25-35 > 35 Tahun

4. Pendidikan Terahir : D3 S1 S2 S3 Lainnya

5. Pekerjaan : Wiraswasta Pegawai Swasta

Pegawai Negeri

Keterangan :

1. Sangat Tidak Setuju (STS)

2. Tidak Setuju (TS)

3. Netral (N)

4. Setuju (S)

5. Sangat Setuju (SS)

Catatan :jawaban apapun yang diberikan tidak akan mempengaruhi apapun terhadap

(3)

INTENSITAS PEMERIKSAAN PAJAK (TAX AUDIT)

No. Pertanyaan SS S N TS STS

1. Penggelapan pajak dianggap tidak etis meskipun pemeriksaan pajak telah dilakukan secara berkala dan intensif.

2. Penggelapan pajak dianggap etis jika intensitas pemeriksaan pajak sangat jarang dilakukan.

3. Penggelapan pajak dianggap etis jika pemeriksaan pajak yang telah dilakukan tidak membuahkan hasil untuk penerimaan pajak yang seharusnya.

4. Penggelapan pajak dianggap etis jika pemeriksaan pajak yang diterapkan oleh fiskus tidak dilaksanakan secara benar dan jujur.

KEPATUHAN WAJIB PAJAK (TAX COMPLIANCE)

No. Pertanyaan SS S N TS STS

1. Penggelapan pajak dianggap etis jika kepatuhan wajib pajak yang telah direalisasikan tidak memperoleh feedback yang baik dikarenakan penyelewengan yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP).

2. Penggelapan pajak dianggap etis jika kepatuhan wajib pajak yang telah direalisasikan tidak mampu meningkatkan penerimaan negara dalam sektor perpajakan.

3. Penggelapan pajak dianggap etis jika sosialisasi untuk memberikan motivasi dalam rangka meningkatkan kepatuhan wajib pajak belum dilakukan secara maksimal. 4. Pnggelapan pajak dianggap etis jika kepatuhan wajib

(4)

SISTEM PERPAJAKAN (TAX SYSTEM)

No. Pertanyaan SS S N TS STS

1. Penggelapan pajak dianggap etis jika sistem perpajakan yang diterapkan bersifat memihak dan tidak adil.

2. Penggelapan pajak dianggap etis jika sistem perpajakan di Indonesia tidak mampu menerapkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

3. Penggelapan pajak dianggap etis dikarenakan sistem perpajakan di indonesia memiliki kontrol yang lemah dalam mendeteksi berbagai kecurangan yang dilakukan oleh wajib pajak.

4. Menurut saya, sistem perpajakan di indonesia sudah bagus tetapi harus diberikan pengawasan yang lebih ketat baik bagi para pemungut pajak maupun wajib pajak.

PENGETAHUAN WAJIB PAJAK (TAX KNOWLEDGE)

No. Pertanyaan SS S N TS STS

1. Penggelapan pajak dianggap tidak etis meskipun Direktorat Jendral Pajak telah melakukan berbagai sosialisasi mengenai perpajakan dalam rangka meningkatkan pengetahuan wajib pajak untuk menghindari etika penggelapan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak.

2. Penggelapan pajak dianggap etis meskipun sistem perpajakan di Indonesia telah menerapkan self assesment system.

3. Penggelapan pajak dianggap etis jika setiap wajib pajak tidak memahami bagaimana cara untuk melakukan penghitungan pajak penghasilan mereka.

(5)

KEMUNGKINAN TERDETEKSINYA KECURANGAN (FISCAL FRAUD)

No. Pertanyaan SS S N TS STS

1. Wajib pajak akan melakukan pembayaran pajak dikarenakan mereka takut terhadap hukum perpajakan.

2. Kemungkinan terdeteksinya kecurangan dalam pembayaran pajak sangat kecil dikarenakan sistem perpajakan di indonesia, memperbolehkan setiap wajib pajak untuk melakukan penghitungan pajak penghasilannya sendiri.

3. Kemungkinan terdetksinya kecurangan dalam pembayaran pajak sangat kecil dikarenakan pengawasan yang dilakukan oleh pihak Ditjen pajak sangat tinggi.

4. Menurut saya, fiskus seharusnya mampu

bertanggungjawab terhadap tugas dan kewajiban yang diembannya serta layak memperoleh sanksi jika tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik.

PENGGELAPAN PAJAK (TAX EVASION)

No. Pertanyaan SS S N TS STS

1. Menurut saya, etika penggelapan pajak harus diatasi sedini mungkin mengingat penerimaan negara dari sektor pajak merupakan bagian dari penerimaan yang paling besar.

2. Jika kinerja pemerintahan khususnya aparatur perpajakan baik, komunikatif dan inspiratif terhadap masyarakat/WP, maka masyarakat/WP tidak akan melakukan pnggelapan pajak.

3. Jika sanksi terhadap setiap pelanggaran di bidang perpajakan direalisasikan secara jelas, baik bagi pihak pemungut pajak maupun wajib pajak, maka penggelapan pajak tidak akan dilakukan.

4. Jika kinerja pemerintah khususnya aparatur perpajakan buruk dan tingginya angka korupsi terhadap dana perpajakan, maka masyarakat/WP akan enggan dalam membayar pajak.

(6)

Lampiran 2: Data Mentah Hasil Jawaban Responden

No.

Intensitas Pemeriksaan Pajak(Tax Audit)

(7)

42. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00

Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance)

(8)

33. 4.00 5.00 5.00 5.00 19.00 4.75

Pengetahuan Wajib Pajak (Tax Knowledge)

(9)

24. 5.00 4.00 4.00 5.00 18.00 4.50

Sistem Perpajakan (Tax System)

(10)

15. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00

16. 4.00 5.00 4.00 5.00 18.00 4.50

17. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25

18. 4.00 5.00 4.00 4.00 17.00 4.25

19. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50

20. 2.00 4.00 4.00 4.00 14.00 3.50

21. 5.00 5.00 5.00 4.00 19.00 4.75

22. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50

23. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50

24. 5.00 5.00 5.00 4.00 19.00 4.75

25. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00

26. 5.00 4.00 5.00 5.00 19.00 4.75

27. 4.00 5.00 4.00 4.00 17.00 4.25

28. 5.00 4.00 4.00 5.00 18.00 4.50

29. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00

30. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00

31. 4.00 4.00 4.00 5.00 17.00 4.25

32. 3.00 4.00 4.00 4.00 15.00 3.75

33. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50

34. 4.00 4.00 5.00 5.00 18.00 4.50

35. 4.00 5.00 4.00 4.00 17.00 4.25

36. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00

37. 3.00 4.00 4.00 5.00 16.00 4.00

38. 5.00 4.00 4.00 4.00 17.00 4.25

39. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25

40. 3.00 4.00 4.00 4.00 15.00 3.75

41. 4.00 5.00 5.00 4.00 18.00 4.50

42. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50

43. 4.00 4.00 5.00 5.00 18.00 4.50

44. 4.00 4.00 2.00 4.00 14.00 3.50

45. 4.00 4.00 5.00 5.00 18.00 4.50

46. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00

47. 5.00 4.00 5.00 5.00 19.00 4.75

48. 5.00 5.00 4.00 5.00 19.00 4.75

49. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50

(11)
(12)

43. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00

Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan

Pajak (Tax Evasion)

(13)

31. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25

32. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50

33. 4.00 4.00 4.00 5.00 17.00 4.25

34. 2.00 2.00 1.00 2.00 7.00 1.75

35. 5.00 5.00 4.00 5.00 19.00 4.75

36. 4.00 5.00 5.00 5.00 19.00 4.75

37. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25

38. 4.00 4.00 4.00 3.00 15.00 3.75

39. 5.00 5.00 4.00 4.00 18.00 4.50

40. 4.00 4.00 4.00 5.00 17.00 4.25

41. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50

42. 1.00 1.00 1.00 1.00 4.00 1.00

43. 5.00 5.00 4.00 4.00 18.00 4.50

44. 4.00 4.00 5.00 4.00 17.00 4.25

45. 3.00 4.00 3.00 4.00 14.00 3.50

46. 2.00 1.00 2.00 1.00 6.00 1.50

47. 5.00 5.00 5.00 5.00 20.00 5.00

48. 3.00 2.00 2.00 2.00 9.00 2.25

49. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00

(14)

Lampiran 3: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Intensitas Pemeriksaan Pajak(Tax Audit)

Reliability Statistics

Scale Variance if Item Deleted

Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance)

Reliability Statistics

(15)

Pengetahuan Wajib Pajak (Tax Knowledge)

Scale Variance if Item Deleted

Sistem Perpajakan (Tax System)

Reliability Statistics

(16)

Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan (Tax

Scale Variance if Item Deleted

Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan

Pajak (Tax Evasion)

Reliability Statistics

(17)

Lampiran 4: Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Intensitas Pemeriksaan Pajak

(X1)

50 2.00 5.00 4.3400 .57312 Kepatuhan Wajib Pajak (X2) 50 2.00 5.00 4.3350 .45906 Pengetahuan Wajib Pajak

(X3)

50 1.75 5.00 4.2900 .60474 Sistem Perpajakan (X4) 50 1.75 5.00 4.2950 .51182 Kemungkinan Terdeteksinya

Kecurangan (X5)

50 3.50 5.00 4.2350 .43860 Etika Penggelapan Pajak (Y) 50 1.00 5.00 3.8850 .95058 Valid N (listwise) 50

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 50

Normal Parametersa,,b Mean .0000000 Std. Deviation 3.02751973 Most Extreme Differences Absolute .100 Positive .045 Negative -.100 Kolmogorov-Smirnov Z .707 Asymp. Sig. (2-tailed) .700 a. Test distribution is Normal.

(18)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 .605a .366 .294 3.195 a. Predictors: (Constant), Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan (X5), Pengetahuan Wajib Pajak (X3), Intensitas Pemeriksaan Pajak (X1), Sistem Perpajakan (X4), Kepatuhan Wajib Pajak (X2)

b. Dependent Variable: Etika Penggelapan Pajak (Y)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 259.292 5 51.858 5.080 .001a

Residual 449.128 44 10.207 Total 708.420 49

(19)

Coefficientsa

Kepatuhan Wajib Pajak (X2)

a. Dependent Variable: Etika Penggelapan Pajak (Y)

Coefficientsa Intensitas Pemeriksaan Pajak

(X1)

-.121 .941 -.019 -.129 .898

Kepatuhan Wajib Pajak (X2) 1.778 1.356 .224 1.311 .197 Pengetahuan Wajib Pajak

(X3)

a. Dependent Variable: abs_residual_Glejser

Tabel Distribusi F

Tingkat Signifikansi df1 df2 F Tabel

(20)

Tabel Distribusi t

Derajat Bebas Tingkat Signifikansi T Tabel

31 0.05 2.039513

32 0.05 2.036933

33 0.05 2.034515

34 0.05 2.032245

44 0.05 2.015368

36 0.05 2.028094

37 0.05 2.026192

Gambar

Tabel Distribusi F
Tabel Distribusi t

Referensi

Dokumen terkait

Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas ditandai dengan keluarga klien mengatankan klien sesak napas, pasien tampak penurunan kesadaran, dengan nilai GCS

Batas maksimum cemaran bakteri Coliform pada teh kering dalam kemasan. Universitas

Hasil percobaan tersebut sesuai dengan teori, dimana dengan adanya penambahan suatu zat terlarut yang non volatil pada pelarut murni, maka titik beku dari larutan akan lebih rendah

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.. Pola Resistensi Bakteri yang Diisolasi dari Bangsal Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Nasional

disimpulkan bahwa masih tingginya impor bahan baku dan barang modal di Indonesia pada dasarnya disebabkan oleh masih besarnya ketergantungan proses produksi dalam

bakteri golongan coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan. reaksi positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan dengan

Tabel 4.31 Distribusi Status Gizi Balita Menurut BB/U Pada Ibu Yang Menikah Di Usia Dini Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau

Sekarang ini perkembangan pelaku usaha dalam mendirikan jasa depot air isi ulang terus meningkat dikarenakan air isi ulang memudahkan konsumen dalam hal penyiapan