• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel “The Devil’s Whisper “Karya Miyuki Miyabe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel “The Devil’s Whisper “Karya Miyuki Miyabe"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara harfiah, kata sastra berasal dari bahasa Latin, yaitu littera yang berarti ‘tulisan’. Bahasa Indonesia mengambil pengertian sastra dari Sansekerta yang berarti ‘teks yang mengandung instruksi’. Sastra berkaitan erat dengan

ekspresi dan kegiatan penciptaan sehingga hasil karya sastra banyak mengandung unsur kemanusiaan, antara lain : perasaan emosional, rasa kagum, solidaritas, dan lain-lain.

Karya sastra pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam, yakni karya sastra yang bersifat fiksi dan karya sastra yang bersifat non fiksi. Karya sastra yang bersifat fiksi berupa cerita pendek (cerpen), cerita rakyat, essai dan novel. Sedangkan karya sastra yang bersifat non fiksi berupa drama, lagu dan puisi.

Novel berasal dari bahasa Itali novella yang berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’, lalu diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’. Indonesia

mengambil istilah novel dari bahasa Inggris novellet, artinya sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang namun juga tidak terlalu pendek.

(2)

Sedangkan menurut Djacob Sumardjo (1999:11-12), novel merupakan genre sastra yang berupa cerita, mudah dibaca dan dicerna. Novel juga kebanyakan mengandung unsur suspense dalam alur ceritanya yang mudah menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya. Jadi di dalam novel terdapat bahasa sastra yang berusaha memengaruhi, membujuk dan akhirnya mengubah sikap pembaca.

Pada umumnya, setiap karya sastra memiliki dua unsur yang berpengaruh dalam membangun karya sastra tersebut, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Yang dimaksud dengan unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita, misalnya : latar, penokohan, plot, sudut pandang penceritaan, dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang memengaruhi jalan cerita dalam sebuah karya sastra namun tidak menjadi bagian di dalamnya, misalnya : agama, ekonomi, psikologi, sosial, dan lain-lain.

Kedua unsur tersebut yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik terdapat dalam novel. Unsur intrinsik dalam novel yang akan ditelaah adalah tokoh. Aminuddin (2000:79) mengatakan bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu menjalin sebuah cerita. Walaupun tokoh yang terdapat dalam sebuah karya sastra merupakan tokoh ciptaan pengarang, ia tetap seorang tokoh yang hidup seperti manusia yang memiliki akal, pikiran dan perasaan. Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang sangat berpengaruh dalam terbentuknya bangun cerita dari sebuah karya sastra. Salah satunya adalah unsur psikologis.

(3)

tokohnya sehingga terdapat keserasian dan kesesuaian antara tokoh dan jalan cerita yang dibuat oleh si pengarang tersebut. Psikologis tokoh dapat kita lihat dari karakter tokoh dalam cerita fiksi tersebut.

Secara harfiah, psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan. Psikologi dari bahasa Yunani Kuno terbentuk dari kata psyche ‘jiwa’ dan logos ‘ilmu’, sehingga dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa atau mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.

Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tak akan lupa dari kejiwaan masing-masing (Kinayati, 2006:241).

Menurut Rene Wellek dan Austin Warren (1995:90) bahwa pendekatan psikologi sastra dikaitkan dengan pengarang, proses kreatif, karya sastra, dan pembaca. Meskipun demikian, pendekatan psikologis pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama, yaitu pengarang, karya sastra, dan pembaca, dengan pertimbangan bahwa pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra.

(4)

tokoh dalam karya sastra pasti memiliki masalah psikologis yang sama dengan karakter manusia biasa.

Ada pula hubungan antara pengarang atau sastrawan dengan segala jenis gejala psikologisnya, baik yang telah terlihat maupun terungkap kemudian di dalam sebuah karya sastra. Dengan demikian, maka bisa dikatakan bahwa sastra dan psikologi memiliki kaitan yang erat.

Psikoanalisa adalah wilayah kajian psikologi sastra. Teori psikoanalisa ini dimunculkan pertama kali oleh Sigmund Freud. Dalam kajian psikologi sastra akan berusaha diungkapkan psikoanalisa kepribadian yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu Id, Ego dan Super Ego. Ketiga sistem kepribadian ini saling berkaitan dan membentuk totalitas serta tingkah laku manusia yang tidak lain merupakan produk interaksi ketiganya (Endraswara, 2003:101).

Hasil karya sastra berupa novel yang berhubungan dengan sistem kepribadian Sigmund Freud salah satunya adalah novel berjudul “The Devil’s Whisper” karangan Miyuki Miyabe. Miyuki Miyabe adalah seorang penulis

misteri terkenal di Jepang. Keunggulan karya-karyanya terletak pada penggambaran peristiwa yang detil dan karakter tokoh yang unik. Kebanyakan novelnya merupakan fiksi dan sangat laris di pasaran.

Novel fiksi ini menceritakan tentang kisah hidup Mamoru Kusaka, seorang remaja laki-laki yang masih berusia 16 tahun. Mamoru lahir dari sebuah keluarga yang bahagia, hidup berkecukupan dengan kasih sayang yang melimpah dari kedua orangtuanya.

(5)

Mamoru dan ibunya dikucilkan oleh masyarakat. Hal itu terjadi ketika Mamoru dan ibunya sedang melintasi jalan rumah beberapa warga, yang dengan sigap langsung menutup pintu keras-keras dan berteriak mengucapkan kata-kata kasar. Belum lagi keadaan dimana Mamoru berusaha mengikuti berbagai permainan yang sedang dimainkan oleh anak-anak seusianya, misalnya bermain bola tetapi tak ada seorang pun anak yang mengajaknya bermain. Ketika Mamoru asyik bermain sendirian pun banyak anak-anak yang berlaku jahil. Pesawat kertas yang diterbangkan Mamoru dirusak oleh anak-anak nakal tersebut. Namun hati nurani Mamoru berhasil membujuk Mamoru untuk tidak membalas mereka. Ia lebih memilih untuk diam saja dan membuat pesawat kertas yang baru.

Ketika ibunya meninggal, Mamoru yang sudah beranjak remaja memutuskan untuk tinggal dengan bibinya yang telah berkeluarga, terjadi sebuah kasus dimana suami bibinya yang bernama Taizo Asano, berprofesi sebagai supir taksi, menabrak seorang mahasiswi hingga tewas. Mamoru sangat yakin sang paman tak bersalah. Taizo adalah satu-satunya supir taksi yang tak pernah memiliki catatan pelanggaran lalu lintas sedikit pun. Sangat mustahil bagi Mamoru melihat Taizo yang selalu berhati-hati itu bisa menabrak seorang gadis dengan sangat fatal. Dia melakukan penyelidikan secara pribadi demi membebaskan pamannya dari tuduhan polisi. Ia mendapati bahwa gadis yang tertabrak taksi dan dua orang gadis lainnya yang “bunuh diri” berkaitan.

(6)

Yoshitake. Mamoru mengira Yoshitake memang orang baik yang sayang pada Mamoru, sampai akhirnya Mamoru tahu bahwa Yoshitake-lah yang menabrak ayah Mamoru hingga tewas, tepat ketika ia ingin menyerahkan diri ke polisi karena telah mencuri dana masyarakat.

Hal ini tentu saja berdampak terhadap kondisi psikologis Mamoru Kusaka. Karena pengucilan dan perlakuan kasar dari masyarakat sekitar, Mamoru menjadi anak yang kuper dan pemalu. Tetapi ia mampu mengatasi rasa takut akibat beban psikologis yang secara tidak langsung disebabkan oleh perilaku orang-orang yang mengucilkannya.

Dari uraian di atas, penulis memilih judul ‘Analisis Psikologis Tokoh Utama dalam Novel “The Devil’s Whisper” Karya Miyuki Miyabe” karena penulis

tertarik untuk membahas psikologis tokoh utama dalam novel tersebut. Penulis lebih memilih unsur psikologis sebagai pendekatan dalam penelitian ini, karena pendekatan psikologis lebih menekankan pada penelitian tentang kejiwaan. Penelitian ini ingin membahas lebih dalam unsur konflik dan kepribadian yang merupakan bagian dari unsur kejiwaan sehingga penulis memilih pendekatan psikologis daripada pendekatan lainnya. Selain itu, penulis juga merasa tertarik karena kemampuan tokoh utama yang bisa bangkit dari keterpurukan dan hatinya yang mulia bisa memaafkan orang-orang yang telah menyakitinya dan keluarganya. Perbuatan Id dari tokoh cerita ada banyak di dalam novel ini dan menjadi cermin bagi para pembaca. Hal ini akan dibahas lebih lanjut pada bab selanjutnya.

(7)

Novel yang berjudul The Devil’s Whisper karya Miyuki Miyabe ini mengisahkan tentang Mamoru Kusaka sebagai tokoh utama yang digambarkan sebagai anak yang pemalu karena dikucilkan oleh masyarakat tempat ia tinggal saat ia masih kecil. Ayahnya yang bekerja sebagai asisten kepala keuangan dituduh mencuri dana masyarakat sebesar 5 juta yen pada tahun 1989. Berbagai tekanan batin dan kekerasan secara psikis membuat Mamoru merasa terbebani secara psikologis.

Perasaan malu dan tertekan batin yang dirasakan oleh Mamoru mengakibatkan sifatnya berubah dari anak yang periang menjadi anak yang pemalu dan pendiam. Cara berpikirnya pun menjadi lebih dewasa dari usianya. Pengucilan yang dialaminya sewaktu kecil bisa ia terima dengan lapang dada, walaupun terasa sulit baginya. Pengucilan dirinya dari masyarakat sekitar tersebut diakibatkan karena adanya rasa malu.

Adanya tekanan batin atau psikologis bagi Mamoru Kusaka adalah karena perasaan malu akibat perbuatan ayahnya yang mencuri. Sehingga dari rasa malu tersebut, muncul sikap Id yaitu ingin menyakiti teman masa kecilnya yang selalu mengejek dan bersikap kasar terhadap Mamoru. Tokoh Kakek dalam novel ini berperan sebagai Ego dimana Kakek selalu memberikan nasihat sehingga bisa menekan hasrat Id. Sedangkan Super Ego juga berhasil mengalahkan Id karena Mamoru akhirnya membuat keputusan untuk tidak membalas perlakuan kasar dari teman-temannya.

(8)

memiliki pandangan yang sudah terbuka dan menjunjung tinggi HAM. Pengarang berusaha memberitahukan kepada para pembaca setianya bagaimana situasi dan kondisi seorang anak yang dikucilkan oleh masyarakat sedari kecil. Selain itu, pengarang juga ingin memberitahukan kepada pembacanya agar jangan menghakimi seseorang dari perbuatan orangtua ataupun keluarganya. Walaupun orangtuanya bertindak kriminal, belum tentu anaknya juga bertindak kriminal. Kejahatan seseorang tidak bisa diteruskan kepada keturunannya.

Untuk memberikan arahan yang tepat, penulis membuat rumusan masalah yang berguna untuk menyelesaikan masalah dengan baik. Permasalahan dalam novel ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1) Bagaimana kondisi psikologis tokoh utama Mamoru Kusaka dalam novel The Devil’s Whisper?

2) Bagaimana sikap dan perilaku Id, Ego dan Super Ego yang dilatarbelakangi budaya malu yang diungkapkan oleh Miyuki Miyabe dalam novel The Devil’s Whisper?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh, maka dalam penelitian ini penulis hanya membahas tentang masalah psikologis tokoh utama dalam novel The Devil’s Whisper karya Miyuki Miyabe. Analisis lebih

(9)

diarahkan kepada pengungkapan secara jelas mengenai sikap Id, Ego dan Super Ego yang saling menekan dilakukan oleh tokoh utama di dalam novel ini.

Dan agar penulisan menjadi lebih jelas dan memperoleh akurasi data yang tepat, maka sebelum bab pembahasan, penulis akan menjelaskan juga mengenai definisi novel, setting novel, biografi pengarang dan psikoanalisa Sigmund Freud.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1. Tinjauan Pustaka

Abrams dalam Pradopo (2002:63) menyebutkan bahwa analisis dan penafsiran tidak dapat dipisahkan secara mutlak sebab analisis itu merupakan salah satu sarana penafsiran di samping paraphrase dan komentar. Analisis dipisahkan dari penafsiran karena analisis merupakan sarana penafsiran yang khusus, yang memerlukan uraian panjang lebar. Dengan analisis maka makna karya sastra dapat ditafsirkan dengan lebih jelas sehingga karya sastra bisa ditelaah dengan baik. Analisis dalam mengkritik karya sastra ada beberapa macam, salah satunya adalah pendekatan psikologis.

(10)

Unsur intrinsik yang sangat berperan dalam suatu karya sastra adalah tokoh. Tokoh dalam sebuah karya sastra fiksi merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca.

Tokoh cerita menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995:165), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa antara seorang tokoh dengan kualitas pribadinya berkaitan erat dalam penerimaan pembaca.

(11)

2. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan rancangan teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan teori yang mengacu pada penelitian. Pada kerangka teori ini semua teori yang mengacu kepada objek yang dibahas akan dijelaskan secara terperinci. Penjelasan tersebut dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran dan titik acuan dari masalah penelitian. Meneliti suatu karya sastra berarti harus menggunakan salah satu teori sastra atau dapat juga dikatakan pendekatan sastra.

Dalam menganalisis suatu karya sastra diperlukan suatu teori pendekatan yang berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisis karya sastra tersebut. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan psikologi sastra Sigmund Freud dan pendekatan semiotika.

Roekhan dalam Aminuddin (1990:88-91) mengatakan bahwa psikologi sastra adalah suatu kajian yang bersifat tekstual terhadap aspek psikologis sang tokoh dalam karya sastra. Sebagaimana wawasan yang telah lama menjadi pegangan umum dalam dunia sastra, psikologi sastra juga memandang bahwa sastra merupakan hasil kreativitas pengarang yang menggunakan media bahasa, yang diabdikan untuk kepentingan estetis. Karya sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya ternuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun suasana rasa atau emosi.

(12)

selalu siap menyesuaikan diri, dan mampu mengendalikan dorongan-dorongan. Super Ego adalah berperan sebagai hati nurani yang mengontrol dan mengkritik perbuatan diri sendiri.

Dengan menggunakan teori psikoanalisa Sigmund Freud tersebut maka penulis dapat menganalisis psikologis tokoh utama Mamoru Kusaka dalam novel The Devil’s Whisper yang berkaitan dengan struktur jiwa manusia, yaitu Id, Ego dan Super Ego.

Untuk mengetahui adanya beban psikologis tokoh utama Mamoru Kusaka dalam novel The Devil’s Whisper, penulis menggunakan teori semiotik. Pradopo dkk (2001:71), menyatakan bahwa semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Dalam pandangan semiotik yang berasal dari teori Saussure, bahasa merupakan sebuah sistem tanda, dan sebagai suatu tanda, bahasa bersifat mewakili sesuatu yang lain disebut makna (Nurgiyantoro, 1995:39).

Dengan teori ini, maka penulis akan menganalisa tanda-tanda atau indeksikal perilaku tokoh utama yang memiliki tekanan batin, sehingga dengan pendekatan semiotik ini penulis akan mengetahui dan menunjukkan masalah psikologis yang dialami oleh tokoh utama Mamoru Kusaka berdasarkan teori psikoanalisa Sigmund Freud.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

(13)

1) Untuk mendeskripsikan psikologis yang dialami oleh tokoh utama berdasarkan teori kepribadian Sigmund Freud.

2) Untuk memberikan gambaran sikap dan perilaku Id, Ego dan Super Ego yang dilatarbelakangi budaya malu yang diungkapkan oleh Miyuki Miyabe dalam novel The Devil’s Whisper.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1) Untuk menambah pengetahuan bagi peneliti dan masyarakat umum yang ingin mengetahui mengenai psikologis tokoh dalam karya sastra fiksi. 2) Untuk membantu pembaca untuk lebih memahami isi cerita dalam novel

The Devil’s Whisper, terutama kondisi kejiwaan tokoh utama dan konflik

yang dihadapi berdasarkan psikologi dan sastra.

1.6 Metode Penelitian

Menurut Joko Subagyo (1997:1), metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan.

(14)

Penulis menguraikan dan menjelaskan secara cermat mengenai masalah-masalah yang terdapat dalam novel ini dengan menggunakan beberapa teori yang ada. Teori-teori tersebut adalah teori psikologis khususnya teori psikoanalisa Sigmund Freud dan teori semiotika.

Sementara itu, teknik penulisan yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data adalah metode Library Research (studi kepustakaan). Menurut Nawawi (1991:133), studi kepustakaan adalah suatu metode penulisan penelitian yang mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, di antaranya adalah buku-buku, hasil penelitian baik yang ilmiah seperti skripsi, tesis ataupun non ilmiah yang berhubungan dengan masalah pencarian dan pengumpulan data yang diperlukan dalam proses penulisan penelitian tersebut. Penulis juga melakukan penelusuran data melalui internet seperti blog yang membahas mengenai masalah yang berkaitan dengan judul proposal ini. Sumber utama penelitian ini adalah novel The Devil’s Whisper karangan Miyuki Miyabe. Setelah penulis mengumpulkan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, penulis menganalisis kondisi psikologis tokoh utama dari Novel Skandal yang kemudian dihubungkan dengan pemdekatan semiotik yang digunakan untuk menjabarkan

Agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan lebih terarah, maka dalam penelitian ini penulis hanya fokus membahas kondisi psikologis dari tokoh utama berupa analisis terhadap

Analisis Psikologis Tokoh Hashio Mizouchi dalam novel “Coin..

Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut. dengan tokoh inti atau tokoh utama, sedangkan tokoh yang memiliki

Untuk mengetahui adanya beban psikologis tokoh utama Raisa dalam novel Hikikomori Chan, penulis menggunakan teori semiotik menurut Beck (Rahmadani:2014), dengan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan mengenai kondisi psikologis tokoh utama dalam novel Genduk karya Sundari Mardjuki, maka dapat ditarik kesimpulan

Dalam hal menganalisis unsur psikologis tokoh Arthur Larry White dalam novel “Dr. White” Karya Adipati Sabrang El-Faruq. Tokoh Arthur Larry White dalam novel ini

Berdasarkan hasil penelitian dan unsur-unsur psikologis tokoh utama novel Edensor karya Andrea Hirata, maka unsur psikologi Id atau aspek biologis terdapat 31,