BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian observasional yang bersifat deskriptif analitik dengan metode cross sectional study. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan bertujuan untuk mengetahui korelasi antara variabel bebas yaitu karakteristik mahasiswa kepaniteraan klinik (umur, jenis kelamin dan IPK), pengetahuan serta sarana dan prasarana dengan variabel terikat yaitu kepatuhan dalam pelaksanaan standar operasional prosedur di RSGMP FKG USU.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian dilakukan pada bulan Februari – Maret 2016.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
1. Departemen Periodonsia sebanyak 88 orang.
2. Departemen Ilmu Penyakit Mulutsebanyak 12 orang.
3. Departemen Bedah Mulut Maksilofasial sebanyak 53 orang. 4. Departemen Prostodonsia sebanyak 50 orang.
5. Departemen Ortodonsia sebanyak 84 orang. 6. Departemen Konservasi Gigi sebanyak 84 orang.
7. Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak sebanyak 38 orang.
8. Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat sebanyak 20 orang.
3.3.2 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Notoatmodjo, 2005), sebagai berikut :
Ditentukan presisi mutlaknya 5% sehingga diperoleh sampel 207 orang. 3.3.3 Cara Sampling
Cara sampling yang digunakan adalah proportional random sampling yaitu suatu metode pemilihan sampel dengan membagi populasi sasaran dalam strata (subpopulasi) menurut karakteristik tertentu yang dianggap penting, dalam hal ini berdasarkan departemen klinik, yaitu Departemen Periodonsia, Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Departemen Bedah Mulut Maksilofasial, Departemen Prostodonsia,
N n =
Departemen Ortodonsia, Departemen Konservasi Gigi, Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak dan Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat.
Tabel 3.1 Komposisi Jumlah Ukuran Sampel Penelitian
Departemen
7. Ilmu Kedokteran Gigi Anak 8. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan
88 program kepaniteraan klinik di Departemen Periodonsia, Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Departemen Bedah Mulut Maksilofasial, Departemen Prostodonsia, Departemen Ortodonsia, Departemen Konservasi Gigi, Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak dan Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat pada periode bulan Desember 2015, Januari 2016, Februari 2016 dan Maret 2016.
3.4Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti dengan maksud khusus untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang ditangani. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari lokasi penelitian. Data primer diperoleh dari kuesioner dan observasi. Observasi dilakukan terhadap mahasiswa kepaniteraan klinik pada saat melakukan perawatan terhadap pasien untuk melihat apakah sampel yang diteliti melaksanakan standar prosedur operasional yang diterapkan di RSGMP FKG USU. 3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan maupun dokumen-dokumen resmi lainnya terutama data di RSGMP FKG USU, yang digunakan untuk membantu analisis terhadap data primer yang diperoleh.
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas
Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap kuesioner yang akan dipergunakan, agar layak digunakan dalam penelitian, yaitu untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur yang mewakili variabel terikat dan variabel bebas dalam suatu penelitian. Uji coba kuesioner dilakukan kepada 20 orang mahasiswa kepaniteraan klinik di RSGMP FKG USU.
a. Validitas
yang dilakukan kepada 20 orang mahasiswa kepaniteraan klinik di RSGMP FKG USU, diperoleh koefisien pearson product moment correlation coefficient (r) > 0,3, seperti pada Tabel 3.2..
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Kuesioner
No.
Pengetahuan Sarana dan Prasarana
1 0,612 0,3 Valid 1 0,881 0,3 Valid
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Uji reliabilitas ini menggunakan koefisien
alpha cronbach, apabila nilai alpha cronbach > 0,6, maka reliabel (Gozhali, 2005). Hasil uji reliabilitas, diperoleh nilai alpha cronbach > 0,6, yaitu pengetahuan sebesar 0,814 dan sarana dan prasarana sebesar 0,848, maka seluruh item pertanyaan valid dan reliabel sehingga layak digunakan pada penelitian ini.
3.5Variabel dan Definisi Operasional
Tabel 3.3 Variabel dan Definisi Operasional
No. Variabel Definisi
Operasional ulang tahun terakhir pada saat dilakukan penelitian
Mengisi sendiri
Kuesioner Didapatkan usia responden berdasarkan kelompok
Kuesioner Didapatkan jenis kelamin responden yaitu laki-laki atau perempuan
Kuesioner Didapatkan IPK responden berdasarkan interval IPK: a. < 3,00
b. ≥ 3,00
No. Variabel
Operasional Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
No. Variabel
Operasional Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
No. Variabel Definisi Operasional
Cara Ukur
Pengukuran
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur c. Pembersihan
karang gigi d. Pengobatan 13. Kontrol tindakan
atau konseling Indikator :
a. Nasehat perawatan b. Tindakan merujuk
Pengawasan serta pemberian
bimbingan oleh tenaga kesehatan kepada pasien
Observasi Lembar observasi 0 : tidak patuh (<90% tindakan)
1 : patuh (≥90-100% tindakan)
3.6 Metode Analisis Data
3.6.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan data tentang distribusi frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Pada penelitian ini data dengan statistik univariat akan digunakan untuk menganalisis karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, IPK, pengetahuan serta sarana dan prasarana.
3.6.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis statistik yang dapat digunakan dalam mencari hubungan antara karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, IPK, pengetahuan serta sarana dan prasarana dengan kepatuhan prosedur kerja di RSGMP FKG USU. Analisis ini mempunyai tujuan untuk mencari hubungan antar variabel. Data yang telah dikumpulkan, dianalisis dengan menggunakan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95 % (x=0,05). Bila p < 0,05 maka ada hubungan yang signifikan antara variabel.
3.6.3 Analisis Multivariat
51 BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat RSGMP FKG USU
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) FKG USU terletak di dalam Kampus Universitas Sumatera Utara, Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Padang Bulan. Kampus FKG USU Padang Bulan terletak di sebelah barat daya kota Medan, tujuh kilometer dari pusat kota. Sejak 25 Agustus 1965, Balai Pengobatan Gigi Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan telah menerima pasien sebagai latihan pendidikan. Balai Pengobatan Gigi FKG USU telah berganti nama menjadi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) FKG USU. RSGMP FKG USU terdiri dari delapan klinik, yaitu Klinik Penyakit Mulut (Oral Medicine), Klinik Kesehatan Gigi Anak (Paedodonsia), Klinik Periodonsia, Klinik Ortodonsia, Klinik Prostodonsia, Klinik Bedah Mulut (Oral Surgery), Klinik Konservasi Gigi dan Klinik Pencegahan. Selain itu RSGMP juga dilengkapi oleh pelayanan pendukung seperti Radiologi Dental dan Dental Laboratorium Unit Jasa Industri.
4.1.2 Visi dan Misi RSGMP FKG USU
gigi dan mulut yang profesional sebagai penunjang program studi kedokteran gigi unggulan nasional dan regional serta mendukung program kesehatan nasional.
Misi RSGMP FKG USU untuk mewujudkan visi adalah :
1. Mendukung pendidikan dan pengembangan profesi kedokteran gigi sesuai dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat dalam bidang kesehatan gigi dan mulut dengan memanfaatkan kemajuan IPTEK secara tepat untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat.
2. Menerima dan melayani rujukan bidang kesehatan gigi dan mulut.
3. Mempersiapkan dan melaksanakan penelitian serta pengabdian masyarakat di bidang kesehatan gigi dan mulut.
4. Membuka peluang kerja sama lintas sektoral, lintas program dengan universitas lain, instansi negeri dan swasta dalam dan luar negeri.
5. Menyediakan layanan informasi untuk kepentingan masyarakat dalam bidang kesehatan gigi dan mulut nasional.
4.1.3 Sarana dan Prasarana RSGMP FKG USU
gigi dasar, spesialistik, pelayanan penunjang, pelayanan rujukan, pelayanan gawat darurat, pendidikan, penelitian dan pengembangan.
Secara keseluruhan FKG USU memiliki luas gedung 3334.62 m2, yang sebahagian besarnya digunakan untuk pendidikan. Bangunan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang merupakan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan meliputi klinik rawat jalan dari 8 bidang spesialistik (Klinik Bedah Mulut, Klinik Kedokteran Gigi Pencegahan, Klinik Konservasi Gigi, Klinik Orthodonsia, Klinik Paedodonsia, Klinik Periodonsia, Klinik Prostodonsia, Klinik Penyakit Mulut); ruang gawat darurat, ruang pemulihan, ruang operasi dan depo bahan kedokteran gigi. Selain itu juga dilengkapi dengan Laboratorium Klinik Gigi (Unit Jasa dan Industri Laboratorium Dental FKG USU) dan unit Radiologi Dental. Bangunan juga dilengkapi ruang tunggu, ruang administrasi serta toilet.
Selain bangunan pelayanan kesehatan dan pendidikan, terdapat juga berbagai fasilitas sosial dan publik seperti taman, mushola dan kantin serta ruang penunjang lain seperti layanan fotocopy dan layanan internet serta areal parkir yang cukup luas. Prasarana tenaga listrik, penyediaan air bersih, komunikasi telepon, infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi online yang dihubungkan dengan universitas terutama untuk menunjang pendidikan.
dengan dental X-Ray, panoramic X-Ray dan cephalometric-Ray. Peralatan sterilisasi dengan 5 autoclave dan 7 sterilisator.
Di samping peralatan pelayanan kesehatan gigi, bekerjasama dengan FKG USU, RSGMP yang berfungsi sebagai sarana pendidikan memiliki peralatan pengajaran berkualitas tinggi seperti komputer, LCD, OHP, film viewer dan lain-lain. 4.1.4 Organisasi
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai RSGMP tentu akan tetap berpedoman kepada pedoman penyelenggaraan RSGMP RS yang dikategorikan sebagai Rumah Sakit Khusus. RSGMP dipimpin oleh 1 orang direktur dibantu 2 orang wakil direktur. Wadir 1 disebut Wadir YANMEDGIMUL Pendidikan dan Penelitian membawahi Bidang Pelayanan, Pendidikan dan Penunjang Medis. Bidang pelayanan medik mempunyai seksi-seksi. Selain daftar di atas ada SMF (Staff Medic Fungsional) yang terdiri dari staf untuk memberi pelayanan dan membimbing para dokter muda dari Bedah Mulut, Konservasi, Pedodonti, Periodonti, Ortodonti, Prostodonti, Penyakit Mulut dan IKGP/KGM. Wadir 2 disebut Wadir Umum, Administrasi dan Keuangan. Wadir ini membawahi logistik, rekam medik, amdal/kebersihan, keuangan, perencanaan, bidang sarana dan prasarana.
4.1.5 Ketenagaan Medis dan Non Medis
Tenaga medis kedokteran gigi pada RSGMP FKG USU terdiri dari 38 orang dokter gigi umum, 4 orang dokter gigi spesialis bedah mulut, 4 orang dokter gigi spesialis ortodonsia (2 orang spesialis konsultan), 3 orang dokter gigi spesialis prostodonsia (ketiganya spesialis konsultan), 2 orang dokter gigi spesialis konservasi gigi (1 orang spesialis konsultan), 3 orang dokter gigi spesialis pedodonsia, 3 orang dokter gigi spesialis periodonsia (2 orang spesialis konsultan), 3 orang dokter gigi spesialis penyakit mulut dan 2 orang dokter gigi spesialis radiologi dental. Untuk tenaga medis dokter umum, dokter spesialis anastesi, spesialis penyakit dalam dan spesialis dokter anak, RSGMP FKG USU bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Adam Malik. Selain itu juga telah ada tenaga keperawatan berjumlah 14 orang yang tersebar di seluruh klinik di RSGMP. RSGMP FKG USU juga telah mempunyai tenaga non medis yaitu tenaga administrasi, teknisi alat, teknisi listrik serta tenaga kebersihan, jaga malam, parkir dan buka tutup pintu ruangan yang ada di RSGMP FKG USU.
4.2 Karakteristik Responden
kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur di RSGMP FKG USU.
Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel, kemudian didistribusikan dalam tabel frekuensi dan persentase. Berdasarkan umur responden maka umur responden terendah adalah 21 tahun sedangkan umur tertinggi adalah 27 tahun, diperoleh nilai rata-rata (mean) umur adalah 23,2 tahun sehingga umur rata-rata tersebut dijadikan sebagai batas umur responden. Berdasarkan hasil perhitungan bahwa sebagian besar responden berumur < 23,2 tahun sebanyak 145 orang (70,0%) sedangkan responden yang berumur > 23,2 tahun sebanyak 62 orang (30,0%).
Jenis kelamin responden sebagian besar adalah perempuan sebanyak 182 orang (87,9%), sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit yaitu 25 orang (12,1%).
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) responden dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu: IPK < 3,00 dan IPK ≥ 3,00. Berdasarkan hasil penelitian bahwa
Tabel 4.1 Karakteristik Responden di RSGMP FKG USU Tahun 2016
No. Karakteristik Jumlah Persentase (%)
1. Umur
Berdasarkan perhitungan jawaban responden untuk variabel pengetahuan maka sebagian besar responden mempunyai pengetahuan dominan baik yaitu 177 orang (85,5%), pengetahuan cukup yaitu 30 orang (14,5%) dan tidak ada responden yang berpengetahuan kurang, seperti pada Tabel 4.2. Distribusi frekuensi jawaban responden tentang pengetahuan dapat dilihat pada lampiran 2.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan di RSGMP FKG USU Tahun 2016
No. Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
(13,0%) dan tidak ada responden yang mengatakan bahwa sarana dan prasarana kurang, seperti pada Tabel 4.3. Distribusi frekuensi jawaban responden tentang sarana dan prasarana dapat dilihat pada lampiran 3.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sarana dan Prasarana di RSGMP FKG USU Tahun 2016
No. Sarana dan Prasarana Jumlah Persentase (%)
1 2 3
Baik Cukup Kurang
180 27 0
87,0 13,0 0,0
Jumlah 207 100,0
4.3Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur di RSGMP FKG USU
tindakan atau konseling (instruksi pasca perawatan dan kontrol), yaitu sebanyak 207 orang (100%).
Adapun indikator yang dilakukan secara tidak lengkap oleh responden yaitu indikator persiapan tindakan dan indikator tindakan medik gigi. Pada indikator persiapan tindakan yang melakukan dengan lengkap yaitu sebanyak 161 orang (77,8%) dan tidak dilakukan dengan lengkap sebanyak 46 orang (22,2%). Responden yang berasal dari Departemen Periodonsia yang melakukan persiapan tindakan secara tidak lengkap yaitu sebanyak 14 orang, dimana responden tidak melakukan sterilisasi alat dan tidak membawa peralatan yang dibutuhkan secara lengkap.
Responden yang berasal dari Departemen Ilmu Penyakit Mulut yang melakukan persiapan tindakan secara tidak lengkap yaitu sebanyak 2 orang, dimana responden tidak melakukan sterilisasi alat dan tidak membawa peralatan yang dibutuhkan secara lengkap.
Responden yang berasal dari Departemen Bedah Mulut Maksilofasial yang melakukan persiapan tindakan secara tidak lengkap yaitu sebanyak 6 orang, dimana responden tidak melakukan sterilisasi alat dan tidak membawa peralatan yang dibutuhkan secara lengkap.
Responden yang berasal dari Departemen Ortodonsia yang melakukan persiapan tindakan secara tidak lengkap yaitu sebanyak 6 orang, dimana responden tidak menyampaikan informed consent dan tidak melakukan sterilisasi alat.
Responden yang berasal dari Departemen Konservasi Gigi yang melakukan persiapan tindakan secara tidak lengkap yaitu sebanyak 8 orang, dimana responden tidak menyampaikan informed consent, tidak melakukan sterilisasi alat dan tidak membawa peralatan yang dibutuhkan secara lengkap.
Responden yang berasal dari Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak yang melakukan persiapan tindakan secara tidak lengkap yaitu sebanyak 5 orang, dimana responden tidak menyampaikan informed consent, tidak bekerja dengan
four handed dentistry, tidak melakukan sterilisasi alat dan tidak membawa peralatan yang dibutuhkan secara lengkap.
Responden yang berasal dari Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan yang melakukan persiapan tindakan secara tidak lengkap yaitu sebanyak 3 orang, dimana responden tidak menyampaikan informed consent, tidak melakukan sterilisasi alat dan tidak membawa peralatan yang dibutuhkan secara lengkap.
dimana responden tidak melakukan tahapan menyuruh pasien berkumur dengan chlorheksidin, irigasi dengan povidone iodine dan sterilisasi meja dan lampu
dental unit dengan alkohol/dettol.
Responden yang berasal dari Departemen Ilmu Penyakit Mulut yang melakukan tindakan medik gigi secara tidak lengkap yaitu sebanyak 2 orang, dimana responden tidak melakukan tahapan pemberian resep.
Responden yang berasal dari Departemen Bedah Mulut Maksilofasial yang melakukan tindakan medik gigi secara tidak lengkap yaitu sebanyak 6 orang, dimana responden tidak melakukan tahapan penekanan pada luka bekas pencabutan dan aplikasi tampon yang mengandung betadine pada luka bekas pencabutan.
Responden yang berasal dari Departemen Prostodonsia yang melakukan tindakan medik gigi secara tidak lengkap yaitu sebanyak 2 orang, dimana responden tidak melakukan tahapan mencoba sendok cetak ke dalam mulut pasien dan pengisian cetakan dengan dental stone sebanyak 3 kali.
Responden yang berasal dari Departemen Ortodonsia yang melakukan tindakan medik gigi secara tidak lengkap yaitu sebanyak 7 orang, dimana responden tidak melakukan tahapan membersihkan dental unit.
saliva ejector, aplikasi RK dengan instrument plastis (layer by layer), pemeriksaan dengan articulating paper dan polishing.
Responden yang berasal dari Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak yang melakukan tindakan medik gigi secara tidak lengkap yaitu sebanyak 5 orang, dimana responden tidak melakukan tahapan mengatur posisi kepala pasien, melakukan tes dengan sonde dan membersihkan soket gigi.
Responden yang berasal dari Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan yang melakukan tindakan medik gigi secara tidak lengkap yaitu sebanyak 3 orang, dimana responden tidak melakukan tahapan melakukan pembersihan karang gigi (skeling) dan isolasi gigi, seperti pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Kepatuhan dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur di RSGMP FKG USU Tahun 2016
No.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur di RSGMP FKG USU
Tahun 2016
No. Kepatuhan Jumlah Persentase (%)
1 2
Patuh Tidak patuh
158 49
76,3 23,7
Jumlah 207 100,0
4.4Hubungan Umur dengan Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
Analisis bivariat dilakukan untuk memperoleh hubungan antar variabel. Hasil pengolahan data disajikan pada tabel silang dan disertakan nilai dari uji chi-square
yang menunjukkan adanya hubungan atau tidak dari hasil uji statistik.
Berdasarkan hasil penelitian hubungan umur dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur di RSGMP FKG USU menunjukkan bahwa responden yang berumur < 23,2 tahun dominan patuh dibandingkan responden yang berumur > 23,2 tahun, dimana responden yang berumur < 23,2 tahun sebanyak 116 orang (80,0%) patuh dan sebanyak 29 orang (20,0%) tidak patuh. Responden yang berumur > 23,2 tahun sebanyak 42 orang (67,7%) patuh dan 20 orang (32,3%) tidak patuh.
Tabel 4.6 Tabulasi Silang Hubungan Umur dengan Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
di RSGMP FKG USU Tahun 2016
Umur
Kepatuhan Mahasiswa dalam
Pelaksanaan SOP Jumlah p
Patuh Tidak Patuh
4.5Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
Berdasarkan hasil penelitian hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur di RSGMP FKG USU menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan dominan patuh dibandingkan responden yang berjenis kelamin laki-laki, dimana responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 142 orang (78,0%) patuh dan sebanyak 40 orang (22,0%) tidak patuh. Responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (64,0%) patuh dan 9 orang (36,0%) tidak patuh.
Tabel 4.7 Tabulasi Silang Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional
Prosedur di RSGMP FKG USU Tahun 2016
Jenis kelamin
Kepatuhan Mahasiswa dalam
Pelaksanaan SOP Jumlah p
Patuh Tidak Patuh
4.6Hubungan IPK dengan Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
Berdasarkan hasil penelitian hubungan IPK dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur di RSGMP FKG USU menunjukkan bahwa responden dengan IPK ≥ 3,00 dominan patuh dibandingkan responden dengan IPK < 3,00, dimana responden dengan IPK ≥ 3,00 sebanyak 108 orang (87,8%) patuh dan sebanyak 15 orang (12,2%) tidak patuh. Responden dengan IPK < 3,00 sebanyak 50 orang (59,5%) patuh dan 34 orang (40,5%) tidak patuh.
Tabel 4.8 Tabulasi Silang Hubungan IPK dengan Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam PelaksanaanStandar Operasional Prosedur
di RSGMP FKG USU Tahun 2016
IPK
Kepatuhan Mahasiswa dalam
Pelaksanaan SOP Jumlah p
Patuh Tidak Patuh
4.7Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
Berdasarkan hasil penelitian hubungan pengetahuan dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur di RSGMP FKG USU menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan baik dominan patuh dibandingkan responden dengan pengetahuan cukup, dimana responden dengan pengetahuan baik sebanyak 154 orang (87,0%) patuh dan sebanyak 23 orang (13,0%) tidak patuh. Responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 4 orang (13,3%) patuh dan 26 orang (87,6%) tidak patuh.
Tabel 4.9 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional
Prosedur di RSGMP FKG USU Tahun 2016
Pengetahuan
Kepatuhan Mahasiswa dalam
Pelaksanaan SOP Jumlah p
Patuh Tidak Patuh
4.8Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
Berdasarkan hasil penelitian hubungan sarana dan prasarana dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur di RSGMP FKG USU menunjukkan bahwa responden yang menyatakan sarana dan prasarana baik dominan patuh dibandingkan responden yang menyatakan sarana dan prasarana cukup, dimana responden yang menyatakan sarana dan prasarana baik sebanyak 157 orang (87,2%) patuh dan sebanyak 23 orang (12,8%) tidak patuh. Responden yang menyatakan sarana dan prasarana cukup sebanyak 1 orang (3,7%) patuh dan 26 orang (96,3%) tidak patuh.
Tabel 4.10 Tabulasi Silang Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar
Operasional Prosedur di RSGMP FKG USU Tahun 2016
Sarana Prasarana
Kepatuhan Mahasiswa dalam
Pelaksanaan SOP Jumlah p
Patuh Tidak Patuh
Pada variabel sarana dan prasarana selain dilakukan analisis data dengan uji
chi-square, juga dilakukan analisis dengan observasi langsung menggunakan check list. Observasi dilaksanakan di masing-masing instalasi sesuai dengan sarana dan prasarana yang dimiliki dan dibandingkan dengan standar peralatan sesuai persyaratan minimal sarana dan prasarana bangunan serta peralatan (Permenkes No. 1173/MENKES/PER/2004). Hasil analisis dengan observasi tersebut, dapat dikatakan bahwa sebagian besar (lebih dari 90%) sarana dan prasarana di RSGMP FKG USU sudah memadai. Hasil ini dapat dilihat pada lampiran 5.
4.9Pengaruh Umur, Jenis Kelamin, IPK, Pengetahuan serta Sarana dan Prasarana terhadap Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
1. Memilih variabel yang potensial. Variabel yang dipilih sebagai kandidat atau yang dianggap signifikan adalah yang memiliki nilai p < 0,25 pada uji bivariat dan selanjutnya dimasukkan secara bersama-sama dalam uji multivariat.
2. Dari hasil uji bivariat dilakukan seleksi untuk mendapatkan variabel yang dijadikan kandidat model pada uji logistik berganda. Variabel umur, jenis kelamin, IPK, pengetahuan serta sarana dan prasarana dapat dijadikan kandidat model karena memiliki nilai p < 0,25. Penggunaan kemaknaan statistik 0,25 dalam uji regresi logistik berganda ini yaitu untuk memungkinkan variabel-variabel yang secara terselubung sesungguhnya penting dimasukkan ke dalam model multivariat, seperti pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Seleksi Variabel yang Menjadi Kandidat Model dalam Uji Regresi Logistik Berganda Berdasarkan Analisis Bivariat
No Variabel Sig. (p-value)
1 Umur 0,074
2 Jenis Kelamin 0,135
3 IPK 0,000
4 Pengetahuan 0,000
5 Sarana Prasarana 0,000
3. Selanjutnya dilakukan pengujian secara bersamaan dengan regresi logistik berganda menggunakan metode forward conditional untuk mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh terhadap kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur.
kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur, seperti pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Berganda
Variabel B Sig. Exp(B)
(OR) 95%CI for Exp(B) Pengetahuan
Sarana Prasarana
Constant
2,276 3,988 -8,370
0,001 0,000
9,738 33,930
2,423 - 39,144 6,357 - 97,548
Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur adalah pengetahuan serta sarana dan prasarana. Variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur adalah sarana dan prasarana sebesar 33,930 artinya mahasiswa kepaniteraan klinik yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana RSGM baik memiliki peluang patuh dalam pelaksanaan standar operasional prosedur 33,9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa kepaniteraan klinik yang menyatakan bahwa sarana prasarana cukup.
4.10 Harapan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap RSGMP FKG USU
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pertanyaan mengenai harapan responden terhadap RSGMP FKG USU, yaitu responden mengharapkan adanya peningkatan sarana dan prasarana seperti peningkatan fasilitas peralatan yang dapat berfungsi dengan baik untuk mendukung pelayanan yang diberikan. Responden juga mengharapkan pengadaan fasilitas genset, hal ini dikarenakan pelayanan yang mereka berikan kepada pasien akan terhambat apabila terjadi pemadaman listrik.
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
Mahasiswa kepaniteraan klinik melakukan hampir seluruh tindakan sesuai dengan standar yang berlaku. Kepatuhan tersebut sudah menjadi kebiasaan bagi mahasiswa kepaniteraan klinik karena langkah-langkah dalam pelayanan kesehatan gigi harus sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan.
Di samping itu terdapat juga mahasiswa kepaniteraan klinik yang tidak patuh, dimana dari hasil observasi terlihat ketidakpatuhan mereka terdapat pada tindakan kelima yaitu persiapan tindakan dan tindakan keenam yaitu tindakan medik gigi. Mahasiswa kepaniteraan klinik tidak lengkap melakukan tindakan tersebut karena indikator dari persiapan tindakan dan tindakan medik gigi paling banyak dibandingkan 5 indikator lainnya dalam standar yang berlaku sehingga mahasiswa kadang melakukan tidak sesuai urutan atau ada beberapa tindakan yang tidak dilakukan sehingga menyebabkan persiapan tindakan dan tindakan medik gigi dilakukan secara tidak lengkap oleh mahasiswa kepaniteraan klinik.
mahasiswa tingkat profesi di RSGM FKG UNEJ adalah baik dan sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku.
Demikian juga penelitian yang dilakukan Yazid (2014) pada mahasiswa semester VI Program Studi Kesehatan Masyarakat, dimana terdapat 58 mahasiswa (92,1%) telah mematuhi prosedur kerja, sedangkan 5 mahasiswa (7,9%) tidak mematuhi prosedur kerja.
Kepatuhan mahasiswa dalam pelaksanaan standar operasional prosedur adalah suatu tindakan yang dilakukan mahasiswa dengan mengikuti standar atau aturan yang telah diatur. Dokter gigi yang diharapkan sekarang dan di masa depan adalah yang dapat memberikan pelayanan kesehatan gigi yang bermutu yang memuaskan pemakai jasa pelayanan serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika pelayanan profesi. Untuk mendukung tenaga kesehatan gigi yang menjaga mutu dan pelayanan yang berkualitas adalah dengan melakukan segala tindakan berdasarkan pedoman atau petunjuk yang berlaku.
5.2Hubungan Umur dengan Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berumur < 23,2 tahun lebih patuh dibandingkan dengan responden yang berumur > 23,2 tahun dalam pelaksanaan standar operasional prosedur. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kinerja tidak harus dilihat dari umur melainkan dari tindakan atau keterampilan dalam mematuhi aturan yang berlaku. Selain itu, pada penelitian ini umur responden mayoritas homogen sehingga tidak dapat dibandingkan secara lebih jelas. Menurut penelitian Yusuf (2003) mengenai kepatuhan petugas laboratorium dalam menerapkan standar operasional prosedur ditinjau dari faktor internal petugas kesehatan, bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kepatuhan standar operasional prosedur di laboratorium.
5.3 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan lebih patuh dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki dalam pelaksanaan standar operasional prosedur. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur.
dibandingkan dengan laki-laki karena sesuai dengan kodratnya perempuan untuk lebih sabar dalam menjalankan prosedur yang ada.
5.4Hubungan IPK dengan Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan IPK ≥ 3,00 lebih patuh dibandingkan dengan responden dengan IPK < 3,00 dalam pelaksanaan standar operasional prosedur. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
menunjukkan bahwa ada hubungan IPK dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur.
5.5Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan baik lebih patuh dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan cukup dalam pelaksanaan standar operasional prosedur. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur. Hasil uji multivariat dengan uji regresi logistik berganda menunjukkan pengetahuan berpengaruh signifikan dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur di RSGM FKG USU.
Meliono (2007), pada saat seseorang memakai akal budinya untuk mengenali suatu kejadian tertentu yang belum pernah dirasakan sebelumnya itu dapat memunculkan sebuah pengetahuan.
Pada umumnya, suatu pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik yang baik menuntut mahasiswa untuk melakukan pelayanan kesehatan gigi dengan baik pula, yaitu dengan cara mematuhi seluruh prosedur kerja dalam pelayanan kesehatan gigi secara lengkap dan berurutan sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam tindakan.
5.6Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
prosedur di RSGM FKG USU. Sarana dan prasarana juga merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik.
Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai maka mahasiswa kepaniteraan klinik dapat mematuhi semua prosedur kerja yang sudah ditetapkan RSGMP FKG USU sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Yusuf Ramli (2000) yang menyatakan bahwa sarana mempunyai hubungan yang bermakna dengan praktek petugas kesehatan dalam pemberian pengobatan standar malaria klinis di Kabupaten Tasikmalaya.
Dalam penelitian ini juga dapat diketahui bahwa masih ada mahasiswa yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana belum sepenuhnya baik. Meskipun ada beberapa departemen yang belum menyediakan alat secara lengkap, akan tetapi mahasiswa kepaniteraan klinik dapat bekerja dengan baik karena alat tersebut dapat digantikan dengan alat yang lain. Menurut Siagian dalam Guspianto (2007), tanpa didukung sarana dan prasarana yang dibutuhkan, kemudian adanya dedikasi, kemampuan
kerja, keterampilan serta niat yang tinggi untuk menunjukkan prestasi kerja maka tidak
akan besar manfaatnya. Suatu organisasi dapat menjalankan roda organisasinya dengan
lancar, maka persyaratan minimal ketersediaan sarana dan prasarana tetaplah harus
terpenuhi.
yang baik akan menunjang pelayanan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan dan dapat diterima oleh pasiennya.
Donabedian (1980) dalam Wijono (1999), sarana merupakan salah satu unsur standar
dalam input yang merupakan indikator mutu suatu pelayanan kesehatan. Hal ini berarti
bahwa dalam proses pelaksanaan suatu pelayanan kesehatan, sarana akan berperan
BAB 6
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur di RSGMP FKG USU adalah dominan patuh yaitu sebesar 76,3%. 2. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan umur dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur.
3. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur.
4. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan IPK dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur.
terhadap kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur.
6. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan antara sarana dan prasaranadengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur. Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda, sarana dan prasarana merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur.
6.2. Saran
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut di RSGMP FKG USU, maka disarankan kepada beberapa pihak sebagai berikut :
1. Mahasiswa kepaniteraan klinik diharapkan untuk dapat mematuhi seluruh standar operasional prosedur yang berlaku di RSGMP FKG USU sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada pasien.