• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Terhadap Hibahwasiat Pasca Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Terhadap Hibahwasiat Pasca Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

i

ABSTRAK

Melalui Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi (PDRD) Daerah maka Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) menjadi pajak daerah. Saat terutang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terhadap hibah wasiat adalah saat tanggal dibuat dan ditandatangani akta. Tidak ada penjelasan dalam Undang-Undang tersebut mengenai akta yag dimaksud. Pungutan pajak terhadap masyarakat harus berdasarkan peraturan perundang-undangan sehingga ketentuan Undang-Undang harus jelas, tegas dan tidak memberikan peluang kepada siapapun untuk memberikan penafsiran lain dari kehendak pembuat Undang-Undang (pemerintah) dan tidak menimbulkan makna ganda. Oleh karena itu menjadi masalah adalah kapankah penentuan lahirnya hak atas tanah dan bangunan pada hibah wasiat yang dapat dikenakan BPHTB,bagaimana pengenaan BPHTB atas Hibah Wasiat menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang PDRD, serta asas kepastian hukum dalam pengenaan BPHTB terhadap hibah wasiat pasca pemberlakuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

Penelitian ini adalah penelitianyuridis normatif dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach)dan pendekatan historis (historical approach). Penelitian ini juga didukung oleh keterangan informan dari Notaris dan PPAT Wilayah Kerja Kota Medan, Kantor Badan Pertanahan Kota Medan, dan Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.

Hasil penelitian adalah lahirnya hak atas tanah dan bangunan pada hibah wasiat yang dapat dikenakan BPHTB yaitu pada saat penyerahanlegaatdari ahli waris atau pelaksana wasiat kepadalegatariskarena pada saat legataris menerima penyerahan tersebut maka terjadi perolehan hak atas tanah dan bangunan.Dasar pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Pajak kena Pajak (NPOPKP) yaitu nilai tertinggi antara harga pasar dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) PBB setelah dikurangi dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP), tarif paling tinggi 5 % (lima persen) dan sistem pemungutan adalah self assesment sistem. Terdapat ketidakpastian hukum dalam pengenaan BPHTB terhadap hibah wasiat yaitu penentuan saat terhutangnya pajak dan besarnya pajak yang tehutang. Ketidakpastian saat terhutang dikarenakan Pasal 90 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tidak menegaskan akta wasiat, akta penyerahanlegaat atau akta Hibah yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang menjadi penentu saat terhutangnya BPHTB. Ketidakpastian mengenai besarnya pajak yang terhutang berkaitan dengan ketentuan dalam Pasal 95 ayat (4) yang tidak memerintahkan secara tegas kepada Peraturan Daerah untuk mengatur ketentuan tentang pemberian pengurangan BPHTB terhadap Hibah wasiat.

Disarankan agar setiap Peraturan Daerah tentang BPHTB di masing-masing Kabupaten/Kota hendaknya mencantumkan secara tegas tentang lahirnya hak atas tanah dan Bangunan untuk Hibah wasiat yang terhutang BPHTB. Untuk menjaga sistem self assesment dalam pemungutan BPHTB dapat terlaksana dengan baik, hendaknya Perda tentang BPHTB dan peraturan pelaksananya tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang hirarkinya lebih tinggi. Pasal 90 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

PDRD yang mengatur saat terhutang hendaknya direvisi menjadi tanggal dibuat dan ditanda

tangani akta perolehan hak atas tanah dan bangunan. Sedangkan

Pasal 95 ayat (4)

hendaknya direvisi menjadi harus diatur di dalam perundangan dengan cara menghapus Pasal

95 ayat (4) dan memasukkan kedalam Pasal 95 ayat (3) .

Kata kunci : Bea, Perolehan Hak, Tanah dan Bangunan, Hibah Wasiat.

(2)

ii

ABSTRACT

Under Law No. 28/2009 on PDRD (Regional Retribution and Tax), BPHTB

(fees for acquisition of land and building rights) becomes state and local tax. Payable

time for BPHTB on bequest is at the time the deed is made and signed. There is no

explanation in this law about the deed. The tax paid by people must be based on the

law which is transparent and explicit so that it is not ambiguous and different from

what is expected by the law (the government). The problems of the research were as

follows: when the land and building rights in bequest was levied on BPHTB, how

about BPHTB which was levied on bequest under Law No. 28/2009 on PDRD, and

how about the principle of legal certainty in levying BPHTB on bequest after Law

No. 28/2009 was imposed.

The research used judicial normative, statute, and historical approaches. It

was supported by the information from the Notaries and PPAT (official empowered

to draw up land deeds) in the working area of Medan, the Land Office in Medan, and

the Regional Revenues Office, Medan.

The result of the research shows that rise of land rights and building at

bequest that can be worn BPHTB the cession legaat of heirs or executrice

testamantair of a will to legataris because during legataris receive the awarding then

occurring acquisition of land rights and building. The legal basis for imposing

BPHTB is the highest NPOPKP (Acquisition Value of Taxable Item) between price

market and NJOP (Sale Value of Taxable Item) of PBB (tax on land and the building

erected on it) after extracting from NPOPTKP (Acquisition Value of Non-Taxable

Item). The highest tariff is 5%, and the system of tax is self-assessment system. There

is no legal certainty in the imposition of BPHTB on bequest in specifying the payment

of tax and the amount of payable tax. The uncertainty of the payable tax is because

Article 90, paragraph (1) point d of Law No. 28/2009 does not specify the will

certificate, bequest certificate, or the deed of grant made by PPAT; it is the

determinant of the payable BPHTB. The uncertainty of the amount of payable tax is

related to Article 95, paragraph 4 which does not implicitly specify Perda (Regional

Regulation) in regulating the reduction of BPHTB to bequest.

It is recommended that the land and building rights should be attached in the

Perda on BPHTB of each District/Town for payable BPHTB

bequest. To keep

self-assessment system in BPHTB implemented properly, Perda on BPHTB and its

implementing regulation should not be contrary to a higher legal provision. Article

90, paragraph (1), point d of Law No. 28/2009 on PDRD which regulates the payable

BPHTB, states that the bequest should be revised to be the date it is made and signed

of

the deed of acquisition of land and building rights. Meanwhile, Article 95,

paragraph 4 on reducing tax in certain area (including BPHTB), which can be

regulated by Perda on state and local tax, should comply with legal provisions by

eliminating Article 95, paragraph (4) and amended it to Article 95, paragraph (3).

Keywords: Tax, Right Acquisition, Land and Building, Bequest

Referensi

Dokumen terkait

Dari keempat strategi bauran pemasaran tersebut peneliti cenderung memiliki strategi produk dan harga sehingga saya tertarik untuk mengetahui perilaku konsumen dalam

Beberapa fasilitas inilah yang dikemas dalam satu chip yang kemudian dipasang pada papan arduino uno dengan penambahan-penambahan komponen lain seperti penyediaan

TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk Purwantono, Suherman dan Surja (Ernst & Young) 1 39. ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk Purwantono, Suherman dan Surja (Ernst & Young)

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa: penerapan PPR dapat meningkatkan ketiga aspek pembelajaran, yaitu: competence (kompetensi) ,

Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya,

Perubahan konduktivitas pada Gambar 9 menunjukkan bahwa sampel TiO 2 100% memiliki nilai konduktivitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sampel-sampel

Peta kompetensi guru tersebut dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh) kelompok kompetensi. Tindak lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru paska UKG pada tahun

Masalah kebahasaan lain dari 4 kemampuan berbahasa yang dialami oleh 10 siswa,ialah kemampuan mendengar, siswa mengalami masalah utama yaitu tidak dapat