• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ISBD PERILAKU SOSIAL ANAK JALANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKALAH ISBD PERILAKU SOSIAL ANAK JALANAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena denganlimpahan rahmat dan hidayah- Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ PRILAKU SOSIAL ANAK JALANAN “. Makalah yang kami susun inimerupakan salah satu tugas matakuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itukritik dan saran sangat kami harapkan dari berbagai pihak. Sebagai manusia biasa, kamiberusaha dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin, dan sebagai manusia biasa juga kamitidak luput dari segala kesalahan dan kekhilafan dalam menyusun makalah ini.Pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat kami haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Fahrurrazi,Shi.M.si selaku dosen pembimbing yang telah membimbingdan sudi membagi ilmunya kepada kami sehingga dapat terselesaikannya makalah ini. Tak lupa juga kami ucapakan terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan dan semua pihak yang telahmembantu sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.Untuk menyempurnakan makalah ini, kami dengan senang hati akan menerima kritik dansaran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak. Sehingga di kemudian hari kami dapatmenyempurnakan makalah ini dan kami dapat belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah kamilakukan.Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khusunya bagi kami danumumnya bagi semua pihak yang berkepentingan. Amin.

Padang, 24 November 2012

(2)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR... 1

BAB I... 2

PENDAHULUAN... 2

1.1 Latar Belakang Masalah...2

1.2 Rumusan Masalah...3

1.3 Tujuan Penulisan... 3

1.4 Metode Penulisan...3

BAB II... 4

PEMBAHASAN... 4

2.1 Pengertian dan Karakteristik Anak Jalanan...4

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Anak Jalanan...7

2.3 Pengaruh Lingkungan Terhadap Perilaku Sosial Anak Jalanan...8

BAB III... 9

PENUTUP... 9

3.1 KESIMPULAN... 9

3.2 SARAN... 10

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Fenomena masalah anak jalanan merupakan isu global yang telah mencapai titik mengkhawatirkan. Situasi anak jalan di Indonesia cukup memprihatinkan karena sampai saat ini masalah-masalah anak khususnya pada anak-anak yang berada di jalanan belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Jumlah anak yang tinggal di jalanan terus menerus meningkat dan pemerintah pun tidak mempunyai data anak yang tinggal di jalanan. anak jalanan merupakan seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik dan phsykis) yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang terkadang mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkunganya. Adanya anak jalanan sering kali merugikan orang lain misalnya berkata kotor, mengganggu ketertiban jalan, merusak body mobil dengan goresan dan lain-lain. Selain itu permasalahan anak jalan juga adalah sebagai objek kekerasan. Mereka merupakan kelompok sosial yang sangat rentan dari berbagai tindakan kekerasan baik fisik, emosi, seksual maupun kekerasan sosial. selain itu, lingkungan juga sangat mempengaruhi kepribadian dan perilaku sosial anak jalanan. dimana tempat mereka tinggal banyak preman, membuat anak jalanan tidak memiliki perilaku social yang baik terhadap masyarakat maupun di lingkungan tempat tinggal nya. untuk itu, kami akan membahas pengaruh lingkungan terhadap perilaku sosial anak jalanan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga masalah anak jalanan semakin marak?

2. Bagaimana lingkungan mempengaruhi perilaku sosial anak jalanan ? 3. Bagaimanakah solusi penanganan anak-anak jalanan?

(4)

Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang permasalahan sosial khususnya pengetahuan terhadap intervensi komunitas dalam penanggulangan anak jalanan.

1.4 Metode Penulisan

Untuk menulis makalah ini penulis mempergunakan jenis penulisan deskriptif dan mempergunakan data Sekunder. Data ini diperoleh dari buku-buku, tulisan-tulisan, pendapat para ahli dan peraturan perundang-undangan yang berlaku sekarang ini kurang valid dan data ini diperoleh dengan cara menggunakan studi melalui perpustakaan atau dokumen, artikel koran dan internet.Dalam hal ini penulis menggunakan metode kualitatif diskriptif, yaitu menggambarkan keadaan obyektif dilapangan yang dimaksud dengan metode ini adalah bahwa data yang terkumpul akan diolah dan dihubungkan dengan isi, yang kemudian dianalisa dan diinterpretasikan atas dasar cara berpikir yang deduktif dalam mendapatkan suatu kesimpulan dimana disesuaikan dengan peraturan yang ada.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Karakteristik Anak Jalanan

Istilah anak jalanan pertama kali diperkenalkan di Amerika selatan, tepatnya di Brazilia, dengan nama Meninos de Ruas untuk menyebut kelompok anak-anak yang hidup di jalanan dan tidak memiliki ikatan dengan keluarga. Istilah anak jalanan berbeda-beda untuk setiap tempat, misalnya di Columbia mereka disebut “gamin” (urchin atau melarat) dan “chinces” (kutu kasur), “marginais” (criminal atau marjinal) di Rio, “pa’jaros frutero” (perampok kecil) di Peru, “polillas” (ngrengat) di Bolivia, “resistoleros” (perampok kecil) di Honduras, “Bui Doi” (anak dekil) di Vietnam, “saligoman” (anak menjijikkan) di Rwanda. Istilah-istilah itu sebenarnya menggambarkan bagaimana posisi anak-anak jalanan ini dalam masyarakat.

Pengertian anak jalanan telah banyak dikemukakan oleh banyak ahli. Secara khusus, anak jalanan menurut PBB adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya dijalanan untuk bekerja, bermain atau beraktivitas lain. Anak jalanan tinggal di jalanan karena dicampakkan atau tercampakkan dari keluarga yang tidak mampu menanggung beban karena kemiskinan dan kehancuran keluarganya. Umumnya anak jalanan bekerja sebagai pengasong, pemulung, tukang semir, pelacur anak dan pengais sampah. Tidak jarang menghadapi resiko kecelakaan lalu lintas, pemerasan, perkelahian, dan kekerasan lain. Anak jalanan lebih mudah tertular kebiasaan tidak sehat dari kultur jalanan, khususnya seks bebas dan penyalahgunaan obat.

Menurut Soedijar (1989) dalam studynya menyatakan bahwa anak jalanan adalah anak usia antara 7 sampai 15 tahun yang bekerja di jalanan dan tempet umum lainnya yang dapat mengganggu ketentraman dan keselamatan orang lain serta membahayakan dirinya sendiri.

(6)

tinggal bersama orang tua mereka, dan bekerja seharian untuk memperoleh penghasilan di untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang terkadang mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkunganya.”

Berdasarkan hasil kajian lapangan, secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok (Surbakti dkk.eds : 1997) :

1. Children on the street

Yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi – sebagai pekerja anak di jalan, tetapi masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orangtua mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalankan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti di tanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya.

2. Children of the street

Yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh dijalankan, baik secara social maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekwensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab biasanya kekerasan atau lari dari rumah.

3. Children from family of the street

(7)

kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan mudah ditemui di berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta api dan pinggiran sungai walau secara kwantitatif jumlahnya belum diketahui secara pasti.

Karakteristik anak jalanan terbagi dua yaitu:

a. Ciri fisik

- Warna kulit kusam - Rambut kemerahan

- Kebanyakan berbadan kurus - Pakaian tidak terurus

b. Ciri psikis - Mobilitas tinggi - Acuh tak uacuh - Penuh curiga

- Sangat sensistif berwatak keras - Kreative

- Semangat hidup tinggi - Berani tanggung resiko - Mandiri

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Anak Jalanan

(8)

Tiga tingkatan penyebab keberadaan anak jalanan :

1. Tingkat mikro (immediate cause), yaitu faktor yang berhubungan dengan anak dan keluarganya

2. Tingkat messo (underlying causes), yaitu faktor yang ada di masyarakat

3. Tingkat makro (basic cause), yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur makro. Pada tingkat mikro sebab yang bisa diidentifikasi dari anak dan keluarga yang berkaitan tetapi juga bisa berdiri sendiri, yakni :

1. Lari dari keluarga, disuruh bekerja baik karena masih sekolah atau sudah putus, berpetualangan, bermain-main atau diajak teman.

2. Sebab dari keluarga adalah terlantar, ketidakmampuan orang tua menyediakan kebutuhan dasar, ditolak orang tua, salah perawatan atau kekerasan di rumah, kesulitan berhubungan dengan keluarga/tetangga, terpisah dengan orang tua, sikap-sikap yang salah terhadap anak, keterbatasan merawat anak yang mengakibatkan anak menghadapi masalah fisik, psikologis dan social.

Pada tingkat messo (masyarakat), sebab yang dapat diidentifikasi meliputi :

1. Pada masyarakat miskin, anak-anak adalah asset untuk membantu peningkatan keluarga, anak-anak diajarkan bekerja yang berakibat drop out dari sekolah.

2. Pada masyarakat lain, urbanisasi menjadi kebiasaan dan anak-anak mengikuti kebiasaan itu.

3. Penolakan masyarakat dan anggapan anak jalanan sebagai calon criminal.

Pada tingkat makro (struktur masyarakat), sebab yang dapat diidentifikasi adalah : 1. Ekonomi adalah adanya peluang pekerjaan sektor informal yang tidak terlalu

membutuhkan keahlian, mereka harus lama dijalanan dan meninggalkan bangku sekolah, ketimpangan desa dan kota yang mendorong urbanisasi.

2. Pendidikan adalah biaya sekolah yang tinggi, perilaku guru yang diskriminatif, dan ketentuan-ketentuan teksis yang birokratis yang mengalahkan kesempatan belajar.

3. Belum beragamnya unsur-unsur pemerintahan yang memandang anak jalanan antara sebagai kelompok yang memerlukan perawatan (pendekatan kesejahteraan) dan pendekatan yang menganggap anak jalanan sebagai trouble maker atau pembuat masalah

(9)

2.3 Pengaruh Lingkungan Terhadap Perilaku Sosial Anak Jalanan

Perilaku anak jalanan selalu berada dalam situasi rentan dalam segi perkembangan fisik, mental, sosial bahkan nyawa mereka. melalui stimulasi tindakan kekerasan terus menerus, terbentuk sebuah nilai-nilai baru yang cenderung mengedepankan kekerasan sebagai cara untuk mempertahakan hidup. Ketika memasuki usia dewasa, kemungkinan mereka akan menjdai salah satu pelaku kekerasan dan eksploitasi terhadap anak-anak jalanan lainnya. Disamping itu anak jalanan dengan keunikan kerangka budayanya, memiliki tindak komunikasi yang berbeda dengan anak yang normal. komunikasi intra budaya anak jalanan dapat menjelaskan tentang proses, pola, perilaku, gaya, dan bahasa yang digunakan mereka. aspek-aspek tersbut tampak manakala berkomunikasi sesama teman, keluarga, petugas keamanan dan ketertiban, pengurus rumah singgah, dan lembaga pemerintah.

Anak jalanan yang sudah terbiasa dalam lingkungan rumah singgah dan anak jalanan yang “liar”, memiliki perilaku yang berbeda dan komunikasi yang berbeda. Perilaku komunikasi interpersonal sendiri berlangsung dalam situasi; memaksa, otoritatif, konflik,

mengganggu (teasing), membiarkan (bebas), sukarela, dan rayuan. Komunikasi interpersonal

melalui pesan verbal dan nonverbal, secara spesifik disesuaikan dengan kepentingan dalam menjalankan aktivitas di jalanan. Pesan verbal mayoritas berupa istilah/kata; yang berhubungan dengan kekerasan/konflik, panggilan khas (sebutan) kepada orang atau konteks jalanan, aktivitas jalanan dan pekerjaan. Pesan nonverbal yang disampaikan

berbentuk: gestural, intonasi suara, mimik muka (facial), artifaktual, isyarat bunyi,

pakaian (fashion), panataan pakaian/asesoris (grooming) dan penampilan (manner). Anak

jalanan memaknai peran diri dalam keluarga dan masyarakat, sebagai inidividu yang mandiri (tanggung jawab pada diri dan keluarga), otonom (berusaha melepasakan ketergantungan), dan individu yang berusaha memiliki relasi sosial dalam konteks di jalanan.

Konstruksi makna peran diri itu sendiri dibangun secara kreatif dan dinamis di dalam interaksi sosial anak dengan orang-orang dalam lingkungan jalanan. Selanjutnya, hasil interaksi sosial anak-anak dengan orang-orang dalam lingkungannya membentuk konstruksi makna secara subyektif dan obyektif tentang orang dewasa, aturan dan prinsip-prinsip yang berkembang dalam konteks jalanan.

(10)

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Walaupun pengertian anak jalanan memiliki konotasi yang negative, namun pada dasarnya dapat juga diartikan sebagai anak-anak yang bekerja di jalanan yang bukan hanya sekedar bekerja di sela-sela waktu luang untuk mendapatkan penghasilan, melainkan anak yang karena pekerjaanya maka mereka tidak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik secara jasmani, rohani dan intelektualnya.

3.2 SARAN

(11)

DAFTAR PUSTAKA Http:// Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.

Http://anak jalanan dan penyakit sosial

Http://faktor yang berpengaruh pada fenomen anak jalanan

Http://sri_tjahjorini_sugiharto.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah anak jalanan tidak banyak memanfaatkan Rumah Singgah Caritas dan program Rumah Singgah Caritas PSE Medan kurang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang anak-anak jalanan yang ada di Rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi, materi pembinaan akhlak yang

Pokok permasalahan penelitian ini adalah mengetahui bentuk komunikasi sosial anak jalanan terhadap lingkungan sekitarnya baik sesama anak jalanan maupun terhadap

Letak anak jalanan sebagai masalah sosial adalah karena dengan menjadi anak jalanan mereka telah kehilangan hak-hak seperti hak untuk sekolah atau mendapatkan

2016 UNICEF telah mengelompokkan 3 kelompok anak jalanan sebagai i Anak-Anak Jalanan Jalan anak-anak lari dari keluarga mereka dan tinggal sendirian di jalan, ii Anak-anak Jalanan

akan tetapi anak jalanan ini tetap Kembali ke jalanan walaupun sudah dilaksanakan pemberdayaan dan anak jalanan ini masih tetap eksis berkeliaran di jalanan Kota Palembang berdasarkan

Motivasi November Memberikan motivasi agar anak jalanan ke arah yang positif Sumber: Dinas Sosial Kota Tanjungpinang,2021 Melihat berbagai kondisi yang dialami anak jalanan,

Berasal dari latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti 1Faktor yang menyebabkan anak bekerja di jalanan 2 Kontribusi pekerja anak dalam meningkatkan pendapatan keluarga 3