• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASAS ASAS DAN SEJARAH HUKUM KEWARGANEGAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASAS ASAS DAN SEJARAH HUKUM KEWARGANEGAR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

ASAS-ASAS DAN SEJARAH HUKUM KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA

oleh

Muhammad Gibty Al

A.

PENDAHULUAN

Kewarganegaraan adalah salah satu bidang dalam kehidupan masyarakat yang diatur oleh norma

hukum. Norma hukum yang mengatur mengenai kewarganegaraan, jika ditinjau dari segi wilayah

berlakunya ada dua macam, yaitu (1) hukum internasional dan (2) hukum nasional. Pada tataran global,

perihal kewarganegaraan diatur oleh produk hukum internasional. Beberapa dari produk hukum tersebut

adalah Konvensi Montevideo 1933. Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933 menetapkan bahwa salah satu

unsur negara yang harus terpenuhi adalah adanya penduduk yang tetap (a permanent populations).1

Yang dimaksud dengan penduduk tetap adalah orang yang secara yuridis berada di suatu wilayah

tertentu.2 Disamping Konvensi Montevideo, Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia 1948 adalah

produk hukum internasional lainnya yang mengatur perihal kewarganegaraan. Pasal 15 Ayat (1) Deklarasi

Universal Hak-Hak Asasi Manusia 1948 menetapkan bahwa setiap orang berhak atas sesuatu

kewarganegaraan.3

Pada tataran nasional, peraturan perundang-undangan Indonesia juga mengatur mengenai

kewarganegaraan. Pengaturan mengnai kewarganegaraan terdapat dalam Pasal 26 Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).4 Untuk melaksanakan amanat yang

tercantum dalam Pasal 26 UUD 1945, maka pada tahun 2006 diundangkanlah Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.5 Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan yang dimaksud dengan Kewarganegaraan adalah segala hal

ihwal yang berhubungan dengan warga negara.

1 Pasal 1 Konvensi Montevideo menetapkan bahwa “The state as a person of international law should possess the following

qualifications: (a) a permanent population; (b) a defined territory; (c) government; and (d) capacity to enter into relations with the other states”.

2 Pendapat ini dikemukakan oleh Herry Susilowati dalam perkuliahan Hukum Kewarganegaraan dan Imigrasi, Fakultas Hukum

Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, 2015.

3 Lihat Pasal 15 Ayat (1) Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia 1948.

4 Pasal 26 UUD 1945 menetapkan bahwa:

(1)Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warganegara.

(2)Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang yang bertempat tinggal di Indonesia. (3)Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.

5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan mencabut undang-undang sebelumnya yang mengatur

(2)

2 Kewarganegaraan atau nasionalitas adalah suatu milik yang amat penting sekali bagi setiap orang

yang hidup di jaman modern ini.6 Orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan mengalami berbagai

macam kesulitan hidup, yang terbesar ialah ia tidak mungkin dapat perlindungan hukum dari suatu

pemerintah apabila ia memerlukan perlindungan itu.7 Oleh karena itu, kebanyakan negara modern

mencantumkan dalam undang-undang dasarnya tentang perihal kewarganegaraan dan mempunyai

undang-undang cara-caranya untuk memperoleh kewarganegaraan dan juga bila kewarganegaraan

seseorang bisa hilang.8

Berdasarkan pemaparan diatas kewarganegaraan adalah hal yang perlu untuk diatur. Sebelum

mengetahui bagaimana pengaturan mengenai kewarganegaraan, pertama-tama perlu mengetahui

asas-asas kewarganegaraan dan sejarah kewarganegaraan. Maka dari itu, dalam tulisan ini Penulis akan

membahas mengenai asas-asas kewarganegaraan dan sejarah kewarganegaraan di Indonesia ditinjau

dari segi hukum

B.

PEMBAHASAN

1.

Asas-Asas Kewarganegaraan

9

Asas kewarganegaraan adalah pedoman dasar bagi suatu negara untuk menentukan

siapakah yang menjadi warga negaranya. Setiap negara mempunyai kebebasan untuk menentukan

asas kewarganegaraan mana yang hendak dipergunakannya. Dari segi kelahiran, ada dua asas

kewarganegaraan yang sering dijumpai, yaitu ius soli dan ius sanguinis. Sedangkan dari segi

perkawinan, ada dua asas pula, yaitu asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat.

a. Dari Segi Kelahiran

Ada dua macam asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran, yaitu ius soli dan ius

sanguinis. Ius soli berarti pedoman yang berdasarkan tempat atau daerah. ius soli berarti

kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat kelahirannya. Sedangkan, ius sanguinis

6 Lihat J. T. Prasetyo, Petunjuk-Petunjuk Praktis Untuk Menyelesaikan Masalah Kewarganegaraan Anda, Jakarta: PT

Gramedia, 1980. 7 Ibid.

8 Ibid.

9 Lihat Koerniatmanto Soetoprawiro, Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

(3)

3

berarti pedoman yang berdasarkan darah atau keturunan. Ius sanguinis berarti kewarganegaraan

seseorang ditentukan oleh keturunannya atau orang tuannya.

Ada negara yang menganut ius soli dan ada pula yang menganut ius sanguinis. Akan

tetapi dewasa ini pada umumnya kedua asas ini dianut secara stimultan. Bedanya, ada negara

yang lebih menitik beratkan pada penggunaan ius sanguinis dengan ius soli sebagai kekecualian.

Sebaliknya, ada pula negara yang lebih menitik beratkan pada penggunaan ius soli dengan ius

sanguinis sebagai kekecualian. Penggunaan kedua asas secara stimultan ini mempunyai tujuan

agar status apatride atau tidak berkewarganegaraan (stateless) dapat terhindar. Artinya, apabila

ada seseorang yang tidak dapat memperoleh kewarganegaraan dengan penggunaan asas yang

lebih dititikberatkan oleh negara yang bersangkutan, masih dapat memperoleh kewarganegaraan

dari negara tersebut berdasarkan asas yang lain.

b. Dari Segi Perkawinan

Di samping sudut kelahiran, hukum kewarganegaraan juga mengenal dua asas yang erat

kaitannya dengan masalah perkawinan, yaitu asas kesatuan hukum dan asas kesamaan derajat.

Asas kesatuan hukum bertolak dari hakikat suami-istri ataupun ikatan dalam keluarga.

Keluarga merupakan inti masyarakat masyarakat akan sejahtera apabila didukung oleh

keluarga-keluarga yang sehat dan tidak terpecah. Dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat

suatu keluarga ataupun suami-istri yang baik perlu mencerminkan adanya suatu kesatuan yang

bulat. Perlu adanya kesatuan dalam keluarga. Guna mendukung terciptanya kesatuan dalam

keluarga, para anggota keluarga harus tunduk pada hukum yang sama. Dengan kata lain, hal ini

akan sangat mendukung terciptanya keharmonisan dan kesejahteraan dalam keluarga. Oleh

karena itu, keluarga atau sepasang suami-istri sebaiknya mempunyai kewarganegaraan yang

sama. Sehingga mereka dengan sendirinya tunduk pada hukum yang sama.

Selain asas kesatuan hukum, dari segi perkawinan dikenal pula asas kesamaan derajat.

Dalam asas kesamaan derajat ditentukan bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan

berubahnya status kewarganegaraan masing-masing pihak. Baik pihak suami maupun pihak istri

tetap berkewarganegaraan asal. Kewarganegaraan mereka masing-masing tetap sama seperti

sebelum perkawinan berlangsung. Dari sudut kepentingan nasional masing-masing negara asas

persamaan derajat mempunyai aspek yang positif. Asas ini dapat menghindari terjadinya

(4)

4

2.

Sejarah Kewarganegaraan di Indonesia

Dalam bagian ini, Penulis akan membahas mengenai sejarah kewarganegaraan Indonesia

ditinjau dari segi hukum. Pada bagian ini Penulis akan membahas secara ringkas dan singkat.

Sebelum Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan diberlakukan,

terdapat undang-undang yang mengatur mengenai kewarganegaraan. Undang-Undang tersebut

adalah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara yang

telah mengalami perubahan melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947 jo Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1947 dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1948. Undang-Undang ini menganut asas ius

soli, yaitu asas tempat kelahiran.10

Kemudian, pada tahun 1958 diundangkanlah Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958. berbeda

dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 yang menganut asas ius soli, Undang-Undang Nomor

62 Tahun 1958 menganut asas ius sanguinis (keturunan), walaupun dalam hal-hal tertentu masih

menganut asas ius soli. Asas ius soli dipakai oleh Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 untuk

mencegah keadaan aparteid (tanpa kewarganegaraan).11

Pada tahun 2006 ditetapkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan. Undang-Undang ini seperti halnya Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958,

menganut asas ius sanguinis (berdasarkan keturunan) dan asas ius soli (tempat kelahiran) terbatas.

Perbedaannya dengan Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 adalah, Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 hanya mengatur tentang dua hal, yaitu (1) cara memperoleh kewarganegaraan dan (2)

cara kehilangan kewarganegaraan. Sedangkan, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 mengatur

lima hal, yaitu (1) siapa yang menjadi warganegara Indonesia, (2) Syarat dan tata cara memperoleh

kewarganegaraan Republik Indonesia, (3) Kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia, (4)

Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia, dan (5) ketentuan

(5)

5

C.

PENUTUP

Kesimpulan

Kewarganegaraan merupakan bidang yang penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara. Baik ada tataran global maupun tataran nasional, perihal kewarganegaraan diatur oleh

produk-produk hukum yang berkaitan dengan kewarganegaraan.

Dalam pengaturan kewarganegaraan yang diatur dalam produk-produk hukum, terdapat

asas-asas kewarganegaraan. Asas-asas-asas kewarganegaraan dapat dilihat dari sisi kelahiran dan perkawinan.

Dari sisi kelahiran terdapat dua asas yaitu ius soli (temat kelahiran) dan ius sanguinis (darah atau

keturunan). Sedangkan, dari sisi perkawinan terdapat dua asas pula, asas tersebut adalah asas kesatuan

hukum dan asas kesamaan derajat.

Disamping asas-asas kewarganegaraan, dalam tulisan ini Penulis juga membahas mengenai

sejarah kewarganegaraan di Indonesia yang ditinaju dari sisi hukum positif. Pada tataran nasional, perihal

kewarganegaraan, terdapat produk hukum berupa undang-undang yang diberlakukan. Undang-Undang

yang mengatur mengenai kewarganegaraan yang saat ini berlaku di Indonesia adalah Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2006. Undang-Undang ini merupakan penyempurnaan dari undang-undang yang

mengatur mengenai kewarganegaraan yang sebelumnya diberlakukan, sebagaimana telah dipaparkan

dalam bagian pembahasan. Terdapat persamaan dan perbedaan antara Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan dengan undang-undang yang mengatur mengenai

kewarganegaraan sebelum Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 diberlakukan. Persamaan tersebut

salah satunya berkaitan dengan asas yang diberlakukan. Sedangkan perbedaannya meliputi ruang

(6)

6

RUJUKAN BACAAN:

Peraturan-Peraturan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1948.

Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.

Konvensi Montevideo 1933.

Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia 1948.

Buku-Buku

Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata tentang Orang dan Hukum Keluarga, Bandung: CV.

Nuansa Aulia, 2007.

J. T. Prasetyo, Petunjuk-Petunjuk Praktis Untuk Menyelesaikan Masalah Kewarganegaraan Anda,

Jakarta: PT Gramedia, 1980.

Koerniatmanto Soetoprawiro, Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia, Jakarta: PT

Referensi

Dokumen terkait

Buah pepaya yang sudah dipanen dilakukan uji kualitas, yaitu bobot buah, panjang buah, diameter buah, kekerasan kulit buah, kekerasan daging buah, tebal daging buah, jumlah

4.2 Apa yang menjadi penyebab kerusakan pesisir pantai desa Galala. Terdapat berbagai macam kondisi dan permasalahan yang ada yang menurut

1) Kerja sama Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertanian dan TP-PKK Pusat dalam melakukan penilaian pemanfaatan TOGA. 2) Kesepakatan Negara anggota WHO SEARO, dalam

Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar kolesterol total antara penderita stroke iskemik dan stroke hemoragik, dimana kadar kolesterol total pada penderita stroke iskemik

Pada akhirnya penulis menemukan Opus sebagai audio codec dengan latency terkecil yang menjadikannya audio codec terbaik untuk komunikasi VoIP.. Kata kunci: Audio codec,

Strategi keibubapaan tradisi atau dunia nyata amat sesuai untuk diamalkan dalam keibubapaan siber, di mana ibu bapa melindungi anak-anak kecil dengan mengawasi mereka secara

Keuntungan dari penggabungan ini adalah setiap virtual machine dapat menyediakan redundant storage dan konektivitas jaringan tanpa adanya biaya tambahan pada hardware

lebih besar dari pada , sehingga kita dapat menyakini bahwa akan terjadi sebuah gempa bumi di kota Zadia pada suatu saat dalam 20 tahun ke depanB. Peluang terjadinya