• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Kerja Dan Syarat RKS Drainase Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rencana Kerja Dan Syarat RKS Drainase Pe"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

PASAL 1

STANDAR YANG BERLAKU

Semua pekerjaan dalam Syarat-syarat ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan SKSNI, SNI, dan Standar Industri Indonesia (SII) dan peraturan-peratuiran setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain :

SKSNI T-15-1991-03 BUKU STANDAR BETON 1991 SKSNI S-05-1990-F UKURAN KAYU BANGUNAN 1253-1989-A CAT EMULSI

SP 74 : 1977 CAT TENTANG BESI DAN TENTANG KAYU SNI 2407 TATA CARA PENGECATAN KAYU

SNI 1729 TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN BAJA AVWI PERATURAN UMUM INSTALASI AIR

1974 PEDOMAN PLUMBING INDONESIA

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar yang tersebut diatas. maupun standar-standar Nasional lainnya, maka diberlakukan standar-standar internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya berlaku standar-standar Persyaratan Teknis dan Negara-negara asal bahan/pekerjaan yang bersangkutan.

PASAL 2

LOKASI PEKERJAAN

(2)

PASAL 3

JENIS DAN MUTU BAHAN

3.1. Semua Bahan yang dipakai harus berkualitas baik

3.2. Semen yang digunakan adalah Portland cement (PC) type 1 dalam kualitas baik, dalam artian belum membeku atau mengeras

3.3. Bahan batu dipakai batu kali atau batu gunung ukuran 10-20cm, terdiri dari batu keras dengan permukaan keras tanpa cacat dan retak terbebas dari kotoran lumpur.

3.4. Bahan pasir harus dari butiran alami yang keras dan kandungan lempung atau bahan lolos saringan No. 200 tidak boleh melebihi dari 6% dari berat pasir

3.5. Agregat keras/krikil adalah krikil alam dengan butiran yang keras dan bergradasi menerus dengan diameter maksimum 3cm, butirannya harus bersih dengan kandungan lumpur maksimum 1% .

3.6. Bahan air harus bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti lumpur, asam dan unsur organik.

PASAL 4

PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN

Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Direksi atau Konsultan Pengawas. Pemberitahuan yang lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada Direksi atau Konsultan Pengawas dan dalam jangka waktu yang cukup, bila dipertimbangkan bahwa perlu mengadakan penelitian dan pengujian terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan tersebut.

PASAL 5

PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN

(3)

PASAL 6

ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI

6.1. Administrasi

1. Pelaksana wajib menyediakan buku direks dan buku tamu.

2. Membuat request sheet untuk menerima persetujuan direksi/Pengawas tentang kesiapan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.

3. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan kegiatan harian pekerjaan.

4. Bila pelaksanaan pekerjaan berlangsung ditemui hal-hal yang melibatkan perubahan kontrak (addendum) dalam variasi volume pekerjaan, maka pelaksana wajib membuat perhitungan tambah/kurang dengan memperoleh persetujuan dari pihak pemilik kegiatan dan hasil perhitungan terlebih dahulu harus diperiksa oleh konsultan pengawas.

6.2. Dokumentasi

Pelaksana wajib mengambil rekaman pekerjaan pada kondisi 0% (Nol Persen), 50% (lima puluh persen, dan 100% (Seratus Persen)

PASAL 7 PENGUKURAN

Pemborong harus memulai pekerjaan pengukuran dari garis-garis dasar yang telah disetujui oleh Direksi atau Konsultan Pengawas dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran pengukuran yang dibuatnya.

Pemborong harus menyediakan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja, termasuk juru-juru ukur (Surveyor) yang dibutuhkan sehubungan dengan pengukuran untuk setiap bagian pekerjaan yang memerlukannya.

Dasar ukuran tinggi + 0,00 adalah dasar tinggi permukaan lantai bangunan induk, seperti yang dinyatakan dalam gambar, dan selanjutnya menurut petunjuk Pelaksana, Tinggi lantai ini harus disesuaikan dengan tinggi lantai saluran yang telah ada/selesai dibangun, sehingga dalam pekerjaan ini, termasuk pula pekerjaan pengurugan tanah.

PASAL 8

(4)

Pelaksana harus memasang papan nama kegiatan pada lokasi kegiatan dengan ukuran 120x80 cm2 sebagai papan nama pemberitahuan yang berisikan informasi, Pekerjaan yang dilaksanakan, Pembiayaan, Janga waktu pelaksanaan, Nama konsultan pengawa, Dan Nama Kontraktor pelaksana. Papan nama kegiatan ini dipasang sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai dan seluruh beban yang timbul menjadi beban dan kewajiban pelaksana.

PASAL 9

PEKERJAAN BONGKARAN

9.1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan Bongkaran Ini meliputi jika terdapat lokasi yang harus dibongkar

9.2. Pelaksanaan

Sebelum melaksanakan pekerjaan bongkaran, Pemborong harus meminta ijin dulu kepada Pihak User dan dalam hal pelaksanaannya hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Memperhatikan faktor keselamatan dan lingkungan kerja.

2. Bekas bongkaran yang masih dapat dipergunakan disimpan dan diamankan sesuai petunjuk dari User.

3. Berangkal/puing-puing bekas bongkaran harus dibuang ke luar site

4. Teknik pelaksanaan pembongkaran sedemikian rupa dengan memperhatikan urutan pelaksanaan.

5. Dalam pelaksanaan pembongkaran, adanya kerusakan diluar lingkup pekerjaan yang ada di RAB, karena diakibatkan oleh kelalaian/kecerobohan Pemborong maka kerusakan tersebut menjadi tanggung jawab Pemborong.

PASAL 10

PEKERJAAN TANAH, GALIAN DAN URUGAN KEMBALI

10.1 Lingkup Pekerjaan

(5)

10.2 Pembersihan

Pemborong harus membersihkan dan menyingkirkan semua puing-puing bekas bongkaran di dalam daerah pekerjaan.

10.3 Penggalian dan Penimbunan Kembali

1. Lingkup Pekerjaan

Bagian ini meliputi semua pekerjaan penggalian, penimbunan kembali, termasuk pengupasan dan penimbunan kembali lapisan tanah atas (Top Soil) serta pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan itu, yang disesuaikan dengan gambar-gambar. 2. Pelaksanaan

a. Penggalian

Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan kedalaman yang perlu untuk dasar bangunan yang dipersyaratkan atau diperlihatkan pada gambar- gambar.

Penggalian mencakup pemindahan tanah serta batu-batu dan bahan lain yang dijumpai dalam pekerjaannya. Jika ternyata dijumpai kondisi yang tak memuaskan pada kedalaman yang diperlihatkan dalam gambar-gambar maka penggalian harus diperdalam, diperbesar atau diubah sampai disetujui Konsultan Pengawas, untuk mana pekerjaan ini akan dimulai sebagai pekerjaan tambah kurang.

Jika terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dicapai kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar atau yang dapat disetujui oleh Direksi atau Konsultan Pengawas, maka kelebihan diatas harus ditimbun kembali dengan pasir yang dipadatkan tanpa pembebanan biaya tambahan kepada pemilik.

Pada pekerjaan penggalian untuk mencapai/membentuk permukaan tanah rencana maka Pemborong harus mengusahakan dan meyakini bahwa pada pekerjaan galian tersebut tidak merusak/mengganggu bangunan atau konstruksi yang sudah ada. b. Penimbunan

(6)

dengan ketebalan maksimum 20 cm. Padatkan sesuai dengan Instruksi Direksi atau Konsultan Pengawas. Penimbunan dan timbun kembali, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas, harus dari bahan galian pekerjaan ini.

Bahan timbunan harus bebas dari kotoran-kotoran, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan atau bahan lain yang dapat merusak pekerjaan.

c. Perlindungan Terhadap Air

Selama pekerjaan berlangsung Pemborong harus dengan semua cara yang disetujui Direksi atau Konsultan Pengawas, menjamin agar tidak terjadi genangan-genangan air yang dapat mengganggu atau merusak semua pekerjaan galian atau urugan.

d. Penghamparan dan Pernadatan

Tanah harus dihamparkan dalam lapisan-lapisan setebal tidak lebih dari 20 cm gembur, agar dapat mengatur kepadatan yang merata untuk seluruh ketebalannya. Tanah urugan harus dibasahi secukupnya (sebelum dipadatkan) untuk mencapai kepadatan yang dipersyaratkan.

10.4 Permukaan Tanah

Sebelum memulai suatu penggalian, Pemborong harus memeriksa permukaan tanah, baik setempat maupun garis transisi yang tertera dalam kontrak adalah betul. Jika tidak sesuai Pelaksana harus memberitahu secara tertulis kepada Pemberi Tugas/Pengawas, jika tidak maka tuntutan mengenai ketidaksamaan permukaan tanah tidak akan dipertimbangkan.

10.5 Tinggi Pendugaan (Peil)

Dasar ukuran tinggi + 0,00 adalah dasar tinggi permukaan lantai bangunan induk, seperti yang dinyatakan dalam gambar, dan selanjutnya menurut petunjuk Pelaksana. Tinggi lantai ini harus disesuaikan dengan tinggi lantai gedung yang telah ada/selesai dibangun, sehingga dalam pekerjaan ini, termasuk pula pekerjaan pengurugan tanah.

PASAL 11

PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI

11. 1 Lingkup Pekerjaan

Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan semua pondasi batu kali sesuai dengan gambar dan persyaratan disini.

(7)

1. Batu

Batu-batu harus keras dengan permukaan kasar tanpa cacat/retak. dan cara pengerjaannya harus dilakukan menurut cara terbaik yang dikenal.

2. Pasir

Galian pondasi harus diurug dengan pasir setebal 5 cm dan dipadatkan dengan alat timbris tangan terbuat dari logam atau stamper.

3. Pipa

Pipa yang digunakan adalah diameter 2’ dengan kualitas Pipa PVC Maspion putih 4. Adukan

Adukan yang dipakai terdiri dari campuran 1 semen : 3 pasir. 5. Air

Air harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti, minyak, asam, dan unsur organik kecuali ditunjukkan lain, Pemborong harus menyediakan air kerja atas biaya sendiri.

11. 3 Pemasangan

Pekerjaan pasangan batu dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan bentuk-bentuk yang ditunjukkan dalam gambar. Tiap-tiap batu harus dipasang penuh dengan adukan sehingga semua hubungan batu melekat satu sama lain dengan sempurna. Setiap batu harus dipasang diatas lapisan adukan dan diketok ke tempatnya hingga teguh.

Adukan harus mengisi penuh rongga-rongga antar batu untuk mendapatkan massa yang kuat dan integral di beberapa sisi luar dan dalam. batu yang akan dipasang dibasahi dahulu, lalu dibentuk menjadi bidang luar sesuai dengan gambar rencana atau petunjuk Ahli. Ankor/Stek dipasang dengan cara dibungkus campuran batu kali dengan adukan 10 cm sekelilingnya, sedalam 20 cm tiap 1 m dengan diameter anker/stek minimum 10 mm.

Pemasangan Pipa Untuk Sulingan atau resapan air berjarak 1 meter antara pipa yang lainnya dengan dimasukan injuk agar pipa tidak tersendat oleh tanah atau bahan lainnya yang dapat mengganggu resapan air.

PASAL 12

PLESTER DAN ADUKAN

12.1. Lingkup Pekerjaan

Dalam hal ini meliputi seluruh pekerjaan plester dan adukan seperti yang dijelaskan dalam gambar-gambar pelaksanaan.

12.2. Bahan-bahan

(8)

Pasir yang dipakai harus kasar. tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur atau campuran-campuran lain.

2. Portland cement

Portland cement yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang membantu dan dalam zak yang tertutup seperti yang disyaratkan. Hanya sebuah merk dari satu jenis semen yang boleh dipakai dalam pekerjaan.

3. Air

Air harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti, minyak, asam, dan unsur organik kecuali ditunjukkan lain, Pemborong harus menyediakan air kerja atas biaya sendiri.

12.3. Perencanaan

1. Campuran Adukan dan Plester

Perbandingan adukan dan pengetesannya dapat dilaksanakan dalam waktu 1 minggu dan tidak ada penambahan waktu lagi untuk itu.

Plester/adukan dengan campuran 1 pc : 4 ps digunakan pada daerah-daerah seluruh dinding bata seperti ditunjukkan dalam gambar.

2. Acian

Acian dibuat dalam campuran 1 pc : 2 air (volume) dan digunakan hanya pada dinding-dinding yang akan di cat.

12.4. Pelaksanaan

1. Umum

Pergunakan peralatan yaug memadai. Bersihkan semua permukaani yang akan diplester dari bahan-bahan yang akan merusak plesteran dan disiram air hingga jenuh. Pekerjaan plesteran harus rata sesuai perintah Direksi atau Pengawas, dengan tebal plesteran, kecuali bila dinyatakan lain < adalah 15 mm dengan toleransi minimum 13 mm dan maksimum 25 mm.

2. Pencampuran

Membuat campuran adukan/plester tanpa mesin pengaduk hanya dapat dilaksanakan bila ada izin dari Direksi atau Pengawas.

3. Pelaksanaan Adukan/Plesteran

a. Adukan pasangan batu : lihat Pekerjaan Pemasangan Batu.

b. Plesteran : Plesteran ke dinding batu kali.

(9)

13.1. Ketentuan umum

Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan yang meliputi pada gambar rencana

13.2. Bahan-bahan

Komposisi adukan pada siar adalah 1 PC : 2 PP

13.3. Pelaksanaan

1. Sebisa mungkin menggunakan mesin pengaduk (molen) dan peralatan memadai. Persiapan da bersihkan permukaan-permukaan yang di plester dari kotoran-kotoran dan bahan-bahan lain yang dapat merusak plesteran, tukang-tukang plester yang tidak cakap, karena pekerjaan yang buruk harus diganti dengan pekerja yang baik.

2. Siar/ adukan yang tidak sesuai dengan persayaratan teknis ini harus disingkirkan dari pekerjaan

3. Pekerjaan siar harus timbul dari bidang pemasangannya, dan pekerjaan yang cacat harus diperbaiki sesuai perintah pengawas.

4. Adukan dibuat dalam jumlah yang dapat dipakai habis dalam waktu 45 menit. Adukan dapat dipakai sampai batas adukan tidak dapat diolah (lebih kurang dari 90 menit setelah adukan jadi).

5. Membuang adukan tanpa mesin pengaduk hanya dapat dilakukan dengan izin pengawas 6. Membuang adukan dengan mesin pengaduk/molen, bak Molen Harus benar-benar

bersih, isikan setengah sejumlah air yang dibutuhkan berikut masukan pasir, lalu tambahkan semen sementara bak pengaduk berputar, kemudian tambahkan air sesuai kebutuhan.

PASAL 14

PEMASANGAN BUIS BETON DAN GRAVEL (1/2 BUIS)

14.1. Ketentuan umum

Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan yang meliputi pada gambar rencana

14.2. Bahan-bahan

Bahan Yang digunakan untuk Buis beton ini sesuai dengan SNI yang telah ditentukan di dalam RAB

14.3. Pelaksanaan

(10)

yang dapat mengikat antara pasangan buis/grefel dengan saluran.

PASAL 15 PEKERJAAN BETON

15.1. KETENTUAN UMUM

1. Persyaratan-persyaratan Konstruksi Beton, istilah teknis dan syarat-syarat pelaksanaan beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan referensi di bawah ini:

a. Peraturan Beton SKSNI 1991

b. Peraturan pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 c. American Society of Testing Materials (ASTM)

c. Standar Industri Indonesia ( SII)

2. Bilamana ada ketidaksesuaian antara peraturan-peraturan tersebut di atas maka peraturan-peraturan Indonesia yang menentukan.

3. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketetapan dan kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Direksi atau Konsultan Pengawas, semua pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan harus dibongkar dan diganti atas biaya pemborong sendiri.

4. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai persyaratan dan disetujui oleh Direksi atau Konsultan Pengawas. Direksi atau Konsultan Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian bahan-bahan tersebut dan pemborong bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua material yang tidak disetujui oleh Direksi atau Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan dari proyek /site dalam waktu 3 x 24 jam.

15.2. LINGKUP PEKERJAAN

(11)

peralatan pembantu.

2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.

15.3. BAHAN – BAHAN

1. Semen:

a. Semua semen yang digunakan adalah jenis portland Cement sesuai dengan persyaratan NI-2 Bab 3 Standar Indonesia NI-8 /1964, SH 0013-81 atau ASTM C-150 dan produksi dari satu merk / pabrik.

b. Pemborong harus mengirimkan surat pernyataan pabrik yang menyebutkan type, kualitas dari semen yang digunakan "manufacture's test certificate " yang menyatakan memenuhi persyaratan tersebut dalam huruf "a" di atas.

c. Pemborong harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk mencegah terjadinya kerusakan, dan tidak boleh ditaruh langsung di atas tanah tanpa alas kayu.

d. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena air/lembab tidak diizinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dan proyek dalam batas 3 x 24 jam.

e. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya. 2. Agregat Kasar:

a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai menurut SNI-2 pasal 3, 4, 5 bab III dan serta mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.

b. Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak berpori dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi 20 % dari volume dan tidak boleh mengalami pembekuan hingga melebihi 50 % kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles (L A).

c. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau substansi yang merusak beton dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % serta mempunyai gradasi seperti berikut:

Saringan Ukuran % Lewat Saringan

1” 25,00 mm 100

¾” 20,00 mm 90 - 100

3/8” 95,00 mm 20 – 55

No.4 4,76 mm 0 – 1

(12)

beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada direksi atau konsultan pengawas untuk dimintakan persetujuannya.

3. Agregat Halus :

a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak beton atau S NI - 2 pasal 3 bab 3, sebagai referensi, boleh digunakan pasir Cimangkok Sukabumi atau Ciapus Bogor.

b. Pasir laut tidak diperkenankan dipergunakan dan pasir harus terdiri dan partikel-partikel yang tajam dan keras mempunyai gradasi seperti tabel berikut:

Saringan Ukuran % Lewat Saringan

3/8 9,5 mm 100

No. 4 4,76 mm 90 – 100

No. 8 2,39 mm 80 – 100

No. 16 1,19 mm 50 – 85

No. 30 0,19 mm 25 – 65

No. 50 0,297 mm 10 – 30

No. 100 0,149 mm 5 – 10

No. 200 0,074 mm 0 – 5

4. Air :

Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam serta zat-zat yang dapat memsak beton baja bertulang. Dalam hal ini sebaiknya digunakan air bersih yang dapat diminum. atau seperti SNI - 2 pasal 6 Bab 3.

5. Tulangan :

a. Baja tulangan yang digunakan adalah Besi Wiremesh M10 dengan jarak antara tulangan 150 mm

b. Batang-batang tulangan harus disimpan tidak menyentuh tanah secara langsung dan penimbunan baja tulangan diudara terbuka harus dihindari.

c. Kawat ikat berukuran. minimal Ø 1 mm.

d. Batang-batang tulangan yang berlainan ukurannya harus ditimbun pada tempat terpisah dan diberi tanda yang jelas.

6. Bahan pencampur:

a. Penggunaan bahan pencampur (admixture) tidak dijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi atau Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.

(13)

mengadakan percobaani-percobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan pencampur (admixture) tersebut.

7. Cetakan Beton:

Dapat menggunakan kayu kelas II dengan ketebalan minimal 3 cm, atau multiplek tebal minimal 12 mm atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam SKSNI jarak rangka kayu harus disetujui Direksi atau Konsultan Pengawas.

15.4. MUTU BETON

1. Mutu beton untuk Konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan karakteristik sebagai berikut:

Mutu beton Jenis Pekerjaan

K 150 Lantai Kerja

K 225 Semua struktur beton &

2. Slump (kekentalan beton) untuk jenis konstruksi berdasarkan SKSNI adalah sebagai berikut:

Jenis Konstruksi Slump maks. (cm)

Slump min. (cm) Pelat & Dinding Pondasi Telapak 12,5 5,0

Pelat, Balok & Dinding, Kolom 15,0 7,5 Kaison & Konstruksi bawah tanah 9,0 2,5 Pelat diatas tanah/pergeseran jalan 7,5 5,0

3. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekwensi getaran tinggi, maka harga tersebut diatas dapat dinaikan sebesar 50 % dengan catatan tidak boleh melebihi 15 cm.

15.5. PERCOBAAN PENDAHULUAN

1. Pemborong harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran dari masing-masing bahan pembentukan beton dengan persetujuan dari Direksi atau Konsultan Pengawas.

2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari material-material harus dengan persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas dan seluruh operasi harus dikontrol dan diawasi terus menerus oleh seorang inspektor yang berpengalaman dan bertanggung jawab .

(14)

Portable Continuous Mixer). Mesin pengaduk harus betul-betul kosong sebelum menerima bahan-bahan dari adukan selanjutnya dan harus dicuci bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.

4. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit sesudah semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m3 dan Direksi atau Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan

5. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Air habis dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.

15.6. PERSIAPAN PENGECORAN

1. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan bebas dari kotoran-kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan ditanam dalam beton harus sudah terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).

2. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik. Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.

3. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang tersebut harus disapu dengan spesi mortar dengan susunan yang sama seperti adukan beton dan air harus dibuang dari semua bagian-bagian yang akan dicor.

4. Pemborong harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin pengecoran diberikan oleh Direksi atau Konsultan Pengawas.

5. Apabila pengecoran tidak memakai bekisting kayu maka dasar permukaan yang akan dicat harus diberi beton dengan adukan 1 pc : 3 ps : 5 krk setebal 5 cm.

15.7. ACUAN / CETAKAN BETON / BEKISTING

(15)

terjadinya perpindahan tempat atau kelonggaran dari penyangga harus menggunakan Multiplex.

2. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan, lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sehubungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata dalam arah Horisontal dan Vertikal, terutama untuk permukaan beton yang tidak di "finish" ( exposed concrete).

3. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya "overstress" atau perpindahan termpat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani Struktur dari tiang penyangga harus kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban yang ada diatasnya selama pelaksanaan.

4. Penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya, kekuatan dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton dituang. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi "form oil" untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dan dengan tulangan.

5. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan terlulis dari Direksi atau Konsultan Pengawas, atau jika beton telah melampaui waktu sebagai berikut:

a. Bagian sisi balok 48 jam b. Balok tanpa beban konstruksi 7 hari c. Balok dengan beban konstruksi 21 hari d. Plat lantai / atap / tangga 21 hari

6. Dengan persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas cetakan dapat dibongkar lebih awal apabila basil pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama dengan beton sebenarnya, telah mencapai 75% dari kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan oleh Direksi atau Konsultan Pengawas, tidak mengurangi atau membebaskan tanggung jawab Pemborong tehadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan.

7. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton dan dapat menjamin keselamatan penuh atas struktur-struktur yang dicetak.

8. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Pemborong wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.

(16)

konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan sebelum pengurugan dilakukan.

10. Untuk permukan beton yang diharuskan exposed, maka pemborong wajib memfinishnya tanpa pekerjaan tambah.

15.8. PENGANGKUTAN DAN PENGECORAN

1. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak terjadi perbedaan pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.

2. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang ditentukan, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (retarder) dengan persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas.

3. Pemborong harus memberitahukan Direksi atau Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 2 (dua) hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti bahwa Pemborong akan dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.

4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat telah melampaui 1,5 jam, dan waktu ini dapat berkurang, bila Direksi atau Konsultan Pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.

5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus mendapat persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-sisa beton yang mengeras.

6. Adukan tidak boloh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m. Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.

7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami "initial set" atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi plastis karena getaran, penggetaran harus bersamaan dengan penuangan beton.

8. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai kerja setebal 5-10 cm, agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan mencegah penyerapan air semen oleh tanah /pasir secara langsung.

(17)

dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitance) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup, sehingga didapat beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.

10. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak dilaksanakan, kecuali atas persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas dapat dilaksanakan pada malam haii dengan ketentuan bahwa sistem penerangan sudali disiapkan dan memenuhi syarat, serta penyiapan tenda-tenda untuk menjaga terjadi hujan

15.9. PEMADATAN BETON

1. Pemborong bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat tanpa perlu penggetaran secara berlebih.

2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan "Mechanical Vibrator" dan dioperasikan oleh orang yang berpengalaman.

3. Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak mengakibatkan "Over Vibration" dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan beton.

4. Hasil beton harus merupakan masa yang utuh, bebas dari lubang-lubang, segregasi atau keropos.

5. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar yang mempunyai frekwensi tinggi (rpm tinggi) untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.

6. Dalam hal penggunaan vibrator, maka slump dari beton boleh melebihi 12,5. 7. Jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan vertikal, tetapi dalam

keadaan khusus boleh miring 45 derajat dan jarum vibrator tidak boleh digerakkan secara horizontal.

8. Alat penggetar tidak boleh disentuh pada tulangan-tulangan, terutama pada tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras, serta berjarak minimal 5 cm dari bekisting.

9. Setelah sekitar jarum nampak mengkilap, maka secara perlahan-lahan harus ditarik, hal ini tercapai setelah bergetar 30 detik (maksimal).

15.10. PENYAMBUNGAN KONSTRUKSI DAN DILATASI

(18)

konstruksi secara menyeluruh, termasuk persetujuan letak " Construction joints" (sambungan konstruksi). Dalam keadaan tertentu dan mendesak. Konsultan Pengawas dapat merubah letak "Construction joints" tersebut .

2. Permukaan " Construction joints" harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas seluruh permukaan sampai di dapat permukaan beton yang padat.

3. "Construction joints' harus diusahakan berbentuk garis miring. Sedapat mungkin dihindarkan adanya "Construction joints" tegak, kalaupun diperlukan maka harus dimintakan persetujuan dari Direksi atau Konsultan Pengawas. Bila "Construction joints" tegak diperlukan, maka tulangan harus menonjol sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu struktur yang monolit.

4. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan diberi lapisan "grout" segera sebelum beton dituang.

5. Untuk penyambungan beton lama dan baru, harus menggunakan.bahan additive "Bonding Agent" (lem beton) yang disetujui Direksi atau konsultan pengawas. 6. Dilatasi antar kolom atau balok menggunakan Styrofoam dan Sealant.

15.11. BAJA TULANGAN

1. Semua baja tulangan yang dipakai adalah tulangan besi polos, tulangan besi ulir harus bersih dari segala macam kotoran, karat, minyak, cat dan lain-lain yang akan 2. Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan harus

sesuai dengan persyaratan dalam SKSNI T 15-1991

3. Selimut beton harus mempunyai ketebalan minimal sebagai berikut: Bagian Konstruksi Tebal Selimut Beton (cm) Bagian-bagian pada Mini STP 5,0

Balok praktis 2,5

Kolom praktis 2,5

Sloof dan Pondasi 3

15.12. BENDA - BENDA YANG TERTANAM DALAM BETON

1. Semua angkur, baut pipa dan benda-benda lain yang diperlukan tertanam dalam beton, harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum pengecoran.

2. Benda-benda tersebut harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat dan kotoran-kotoran lain pada saat pengecoran.

3. Sebelum dilakukan pengecoran pipa-pipa harus sudah diuji dengan baik, baru boleh dicor.

15.13. PENYELESAIAN BETON

(19)

berbentuk penuh dan tajam.

2. Bagian-bagian yang rapuh, kasar, berlubang, dan tidak memenuhi persyaratan harus segera diperbaiki dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan adukan beton yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya untuk kemudian diratakan. Bila diperlukan, seluruh permukaan beton dihaluskan dengan ampelas, carborondum atau gurinda.

3. Permukaan pekerjaan beton harus mempunyai bentuk jadi yang rata. Toleransi kerataan pada permukaan lantai tidak boleh melampaui 1cm dalam jarak 10 m. Tidak dibenarkan untuk menaburkan semen kering pada permukaan beton dengan maksud menyerap kelebihan air.

4. Apabila pengecoran dilakukan dengan ready mix harus ditunjukkan pesanannya yang menunjukkan kekuatan tekan karakteristik beton

15.14. PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN BETON

1. Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan cara yang disetujui oleh

Direksi atau Konsultan Pengawas. Setelah pengecoran selesai, permukaan beton yang tidak tertutup oleh cetakan harus tetap dijaga kelembabannya dengan jalan membasahi secara terus menerus selama 7 (tujuh) hari.

2. Permukaan-permukaan beton yang dibongkar cetakannya sedang masa perawatan

beton belum dilampaui, harus dirawat dan dilindungi seperti tersebut pada ayat (1) tidak boleh tertindih barang atau terinjak langsung pada permukaan beton.

3. Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan belum dibongkar, selama masa perawatan beton harus selalu dibasahi untuk mengurangi keretakan dan terjadinya celah-celah pada sambungan.

4. Lantai beton atau permukaan beton lainnya yang tidak disebut di atas, harus

15.15. PENGUJ1AN BETON

1. Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam SKSNI dan

minimum memenuhi persyaratan seperti yang tersebut dalam ayat berikut.

2. Untuk setiap jenis beton harus dibuat satu pengujian, yang dikerjakan dalam satu hari dengan volume sampai sejumlah 5 m3, atau 2 benda uji.

3. Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji berbentuk kubus 15 x 15

(20)

4. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi ditinggal di lapangan,

dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama dengan keadaan sebenamya.

5. Kubus-kubus yang baru dicetak disimpan pada tempat yang bebas getaran dan

ditutup dengan karung basah selama 24 jam.

15.16. SUHU / TEMPERATUR

1. Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh lebih dari 32 derajat Celsius. Bila suhu

dari beton yang ditaruh berada antara 27 derajat dan 32 derajat Celsius, maka beton harus diaduk ditempat pekerjaan dan langsung dicor.

2. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat mengakibatkan suhu

beton melebihi dari 32 derajat Celsius, maka pemborong harus mengambil langkah-langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat atau mengecor pada waktu malam hari.

15.17. PERIZINAN

1. Pemborong harus memberitahukan pada Direksi atau Konsultan Pengawas minimal 1 minggu sebelum pengecoran dimulai.

2. Pengecoran boleh dilaksanakan apabila sudah ada Berita Acara Pengecoran dan

izin tertulis dari Direksi atau Konsultan Pengawas.

PASAL 16

PEKERJAAN PELAPIS LANTAI/PEKERJAAN LANTAI KERJA

16.1. LINGKUP PEKERJAAN

1. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam terlaksananya pekerjaan ini sehingga dapat diperoleh hasil pekerjaan yang baik.

2. Pekerjaan lantai kerja ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan

16.2. PERSYARATAN BAHAN

Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-contohnya kepada Direksi atau Konsultan Pengawas untuk disetujui.

16.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

1. Untuk pasangan yang langsung di atas tanah, tanah yang akan dipasang lantai kerja harus dipadatkan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan padat sehingga diperoleh daya dukung tanah yang maksimum, pemadatan dipergunakan alat timbris.

(21)

lantai, terutama di daerah basah.

3. Lantai kerja beton tumbuk di atas lantai dasar permukaannya harus dibuat benar-benar rata, dengan memperhatikan kemiringan lantai di daerah basah.

PASAL 17

PEKERJAAN PINTUAIR OTOMATIS

17.1. LINGKUP PEKERJAAN

1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya,untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.

2. Pekerjaan ini meliputi seluruh Pintu air otomatis yang siap pakai atau pabrikasi

17.2. PERSYARATAN BAHAN

1. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat- syarat fiber serta memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.

2. Konstruksi Pintu air otomatis yang dikerjakan seperti yang ditunjukkan dalam detail gambar termasuk bentuk dan ukurannya.

3. Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai dengan bentuk toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan yang dipersyaratkan Bahan Finishing

4. Treatment untuk permukaan kusen jendela dan daun pintu yang bersentuhan dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau plester dan bahan lainnya harus diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti corrosive treatment dengan insulating warnish seperti asphaltic varnish atau bahan insulation lainnya.

17.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

1. Sebelum memulai pelaksanaan Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-gambar dan 2. Prioritas proses fabrikasi, harus sudah siap sebelum pekerjaan dimulai, dengan

membuat lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuk Konsultan Pengawas meliputi gambar denah, lokasi, merk, kualitas, bentuk dan ukuran.

3. Semua frame/kusen baik untuk dinding, jendela dan pintu dikerjakan secara fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

PASAL 18

(22)

Referensi

Dokumen terkait

pekerjaan. Tanggal yang diusulkan untuk memperoleh bahan. Jam kerja yang diusulkan untuk bekerja. Dan lain-lain yang harus dirinci. b) Dalam pelaksanaan kemajuan pekerjaan yang

Administrasi Teknis memuat hal-hal sebagai berikut: ketentuan apabila terjadi perselisihan beserta cara-cara penyelesaiannya, syarat-syarat penawaran dan pelulusan pekerjaan, tata

Jika dinilai direksi pekerjaan galian tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka direksi teknik berhak untuk tidak menerima dan kontraktor

Sebelum pemesanan dilakukan, maka Kontraktor harus mengusulkan merek besi beton dilengkapi dengan brosur dan data teknis dari pabrik yang akan digunakan untuk

• Bahan yang digunakan harus sudah dapat persetujuan dari direksi lapangan. • Untuk menjaga kualitas pemasangan sebaiknya pemasangan diserahkan tenaga ahli yang

 Meskipun demikian, setiap ada perbedaan, ketidak sesuaian antara keragu–raguan diantara Gambar Kerja yang tidak bisa diatasi sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut,

Lapis pondasi bawah tersebut harus dicampur di luar proyek dengan menggunakan tenaga kerja atau motor grader, pengadukan yang

6) Stop kontak biasa yang dipakai adalah stop kontak satu phasa, rating 250 volt, 13 ampere, untuk pemasangan rata dinding. Stop kontak yang dipasang di dekat kran air harus