• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kota Di Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kota Di Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUANPUSTAKA

2.1 OtonomiDaerahdanDesentralisasi

DalamUUNomor22tahun1999Pasal 1butirh,yangdimaksuddengan

otonomidaerah ialah “Kewenangan daerah otonomuntuk mengatur dan mengurus

kepentinganmasyarakatsetempat menurutprakarsasendiriberdasarkan aspirasi

masyarakatsesuaidengan peraturan perundang-undangan.”Sedangkanyang

dimaksuddengandaerahotonom adalah “Daerahotonom,selanjutnyadisebut daerah,

adalah kesatuan masyarakathukumyangmempunyaibatasdaerahtertentu berwenang

mengaturdanmengurusmasyarakatsetempatmenurutprakarsa sendiri(Pasal1 butir

(1))”.

Menurutketentuan dalamUUnomor 22tahun1999

Pasal1bahwa:“Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

Pemerintah kepadaDaerahOtonomdalamkerangka

NegaraKesatuanRepublikIndonesia” (JuliPanglimaSaragih, 2003:39)

Otonomidaerahdan desentralisasifiskaldituangkandalamUndang- Undang

(UU)Nomor32Tahun2004tentang PemerintahanDaerahdanUndang- UndangNomor

33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antaraPemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah. Kedua UU ini mengatur pokok-pokok penyerahan

kewenangan kepadapemerintah daerah sertapendanaan bagi pelaksanaan

kewenangan tersebut.Selain itu, terdapat jugaUndang-Undang

(2)

hal-halmengenaikewenanganPemerintahDaerahdalam melakukan pemungutan

kepadamasyarakatdaerah gunamendapatkan sumber pendanaan bagi

pembangunandaerah.KeduaUUpokok danUUmengenaipajakdaerah dan

retribusidaerah tersebutdi atas, padadasarnyadihubungkan dalamsuatu prinsip

dasaryangsering disebutsebagaimoney followsfunction.Denganprinsipini,

fungsiyang telahdiserahkan kedaerah melaluiUUNomor 32Tahun2004 diikuti

dengan pendanaan untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi dimaksud. Namun,

perludipahamibahwaketersediaanpendanaanselalu mempunyaiconstraint (kendala),

karenapadadasarnyaanggaran selalu terbatas.Oleh karenaitu, UU Nomor 33 Tahun

2004 mengatur sumber-sumber pendanaan yang terbatas

tersebutyangbisadigunakanolehdaerah,yaitumelaluipemanfaatansumberdi daerah

itu sendirimaupunmelaluitransferkedaerah.

Pemberianotonomidaerahdiharapkan dapatmeningkatkanefisiensi,

efektivitas,dan akuntabilitas sektorpublikdiIndonesia.Denganotonomi,daerah

dituntutuntuk mencarialternatif sumber pembiayaan pembangunan tanpa

mengurangiharapan masih adanyabantuan dan bagian (sharing) daripemerintah

pusatdanmenggunakandanapublik sesuaidenganprioritasdan aspirasi

masyarakat(Mardiasmo,2002).Olehsebabituperanpemerintahdaerahdalam era

otonomisangat besar, karena pemerintah daerah dituntut kemandiriannya

dalammenjalankan fungsinyadan melakukan pembiayaan seluruh kegiatan

daerahnya(Adi, 2005:3).

Otonomidaerahmenurutundang-undangnomor32tahun2004pasal1

(3)

mengurussendiriurusanpemerintahan dankepentinganmasyarakatsetempat

sesuaidenganperaturanperundangan,otonomidaerahadalahproses pelimpahan

wewenang perencanaan,pengambilan keputusan atau pemerintahandari pemerintah

pusatkepadaorganisasiunit-unitpelaksanadaerah, kepadaorganisasi

semiotonomdanparastatal, ataupunkepadapemerintahdaerah atauorganisasi

nonpemerintah (Yusuf, 2014).

Dalampelaksanaanotonomidaerah adalah terdapatnyakeleluasaan

pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemerintah sendiri atas dasar

prakarsa,kreativitas danperansertaaktifmasyarakatdalamrangka mengembangkan

dan memajukan daerah, masyarakat tidak hanyadapat menentukan nasibnyasendiri

melaluipemberdayaan masyarakatsemlainkan yang utamaadalah berupayauntuk

memperbaikinasibnyasendiri.

Syaukani,dkk(2005)menjelaskanbahwaterdapatbeberapaargumentasi

mengapa desentralisasidan otonomi diterapkan dalam pemerintahan daerah,adalah:

1. Efisiensidanefektivfitaspenyelenggaraan pemerintah.

Pemberian kewenangankepadapemerintahdaerah merupakan suatu

kebutuhanyang mutlakdan tidak dapatdihindari,penerapandesentralisasi

makatentunya ada transfer kewenangan kepadadaerah sehinggadi

selenggarakanpemerintahan lokaldimanapemerintahdaerahakan lebih baik

(4)

2. Pendidikan politik.

Pemerintahan daerah merupakan pelatihan dan pengembangan demokrasi

dalamsuatu negaraagarpenerapanperaturan tidakterkesan coba-coba dalam

menerapkan aturandalamundang-undang.Kewenangankepada pemerintah

daerah agar dijalankan dengan baik karena masyarakatdi daerahsudahdapat

memahamikontekskehidupansosial, ekonomidan politik.

MenurutJohn StuartMilldalamSyaukani, dkk (2005) menyatakan bahwa

dengan adanyapemerintahan daerah makaakanmenyediakan kesempatan

bagi masyarakatuntuk berpartisipasipolitik.

3. Pemerintahan daerah sebagaipersiapan untuk karir

politiklanjutanPemerintahdaerahmerupakanlangkahstrategisuntukmenitikar

irpolitik lanjutan,politisidananggotalegilslatifyanghandaldankalibernasional

lahirkarenaprosesyangpanjangdanbukanpolitisiinstandanlegislatif instan

yangterpilih karenakekuatan uang.

4. Stabilitasnasional

Manfaatdaridesentralisasidan otonomidalampenyelenggaraan pemerintahan

daerahadalanpenciptaan politikyang stabildenganalasan yang

tentunyadapatdipertanggungjawabkan.Stabilitasnpolitiknasional sudah

seharusnyaberawaldaristabilitaspolitik padatingkat lokal.

5. Kesetaraan politik

Pemerintahandaerah menciptakankesetaraanpolitik denganmenciptakan

(5)

pemberiansuaradalampemilihan.Partisipasipolitikyang meluas mengandung

maknakesetaraanyang meluasdiantarawargamasyarakat dalamsuatu

masyarakat.

Denganadanyaotonomidaerah, lebihmemungkinkansebuah pembangunan

lebihterarah dantepat.

2.2 Desentralisasi Fiskal

Desentralisasifiskaladalahsuatuproses distribusianggarandaritingkat

pemerintahan yang lebih tinggikepadapemerintahan yang lebihrendah-untuk

medukung fungsiatautugaspemerintahandanpelayananpublik-sesuaidengan

banyaknyakewenanganpemerintahanyangdilimpahkan.(JuliPanglimaSaragih,

2003:83)

Dalam melaksanakandesenralisasifiskal,prinsip (rules)moneyshould

followfunction merupakansalahsatu prinsipyang harusdiperhatikandan

dilaksanakan.Artinya,setiappenyerahanataupelimpahanwewenang pemerintah

membawakonsekuensipadaanggaranyang diperlukanuntuk melaksanakan

kewenangantersebut.Kebijakanperimbangankeuanganpusat dandaerah

merupakanderivatifdarikebijakan otonomidaerah-pelimpahansebagian wewenang

pemerintahanpusatkedaerah.Artinya,semakinbanyakwewenang

yangdilimpahkan,makakecenderungansemakinbesarbiayayangdibutuhkan

olehdaerah.Namundalampengelolaanpembiayaan tugas desentralisasi,prinsip

efisiensijugamenjadisuatuketentuanyang harusdilaksanakan.Anggaranuntuk

pelaksanaantugas-tugaspemerintahan ataupelayananpubliksedapat mungkin

(6)

kebijakan fiskal, danaperimbangan merupakan intidaridensentralisasifiskal.

Kebijakan desentralisasifiskal selalu berkorelasi dengan persoalan kebijakan

fiskalnasionaldalamAPBN.Pengembangan konsep desentralisasifiskalbanyak

tergantung padakeputusan politikpemerintah terhadapAPBN.Olehsebabitu,

kebijakan fiskal dalam mendukung otonomi daerah juga sedikit banyak

bergantungpadakebijakanAPBNdankebijakanekonomimakro(Julipanglima Saragih,

2003).

Secarakonseptual, desentralisasifiskal mensyaratkan bahwasetiap

kewenangan yangdiberikan kepada daerah harusdisertai dengan pembiayaan

yang besarnyasesuaidenganbesarnyabebankewenangantersebut.Konsepini dikenal

dengan money follow function, bukan lagi function follow money. Artinya,

pemerintahpusat berkewajiban menjamin sumber keuangan terkait

denganpendelegasianwewenang daripusatkedaerah.Haliniberartibahwa

hubungankeuanganpusat-daerahperlu diberikanpengaturansedemikianrupa

sehinggakebutuhan pengeluaranyang akanmenjadi tanggung jawabdaerah dapat

dibiayaidarisumber-sumberpenerimaan yang ada.BerdasarkanUUNo.33/2004,

sumber-sumberpendanaankeuangandaerahterdiriatas pendapatanaslidaerah

(PAD),danaperimbangandan lain-lainpendapatan yang sah(DectaPitron Lugastoro,

2013).

Kebijakanperimbangankeuanganpusatdandaerah merupakanderivatif

darikebijakan otonomidaerah sebagaipelimpahan sebagian wewenang

pemerintahan daripusatkedaerah.Semaakin banyakwewenangyang

(7)

dalampengelolaandesentralisasiprinsip efisiensi menjadisuatuketentuan yang

harusdilaksanakan.Anggaranuntukpelaksanaantugas-tugaspemerintahanatau

layananpublikharusdikelolasecaraefisien,namun menghasilkanoutputyang

maksimal.Halpenting lainnyayangharusdipahamiadalahdesentralisasifiskaldi

indonesiaadalahdesentralisasifiskaldi sisipengeluaranyangdidanaiterutama melalui

transferkedaerah. Dengandesentralisasifiskal ini makaesensiotonomi

pengelolaanfiskaldaerahdititikberatkanpadadeskresiuntukmembelanjakan

danasesuaikebutuhan danprioritasmasing-masing daerah.penerimaannegara tetap

sebagianbesardikuasaiolehpemerintahpusatdengatujuanuntukmenjaga

keutuhanberbangsadan bernegaradalamkerangkaNegaraKesatuan Republik

Indonesia(Rudy Badrudin, 2012).

2.3 PerimbanganKeuanganPusat-Daerah

DalamKetentuanUmumUUNomor25Tahun1999dijelaskantentang apayang

dimaksud dengan perimbangan keuangan antarapusatdan daerah.

Perimbangankeuanganantarapemerintahpusatdandaerahadalah: “Suatusistem

pembiayaan pemerintahan dalamkerangkaNegarakesatuan,yang mencakup

pembagiankeuanganantaraPemerintahPusatdanDaerahsertapemerataan antar daerah

secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan

potensi, kondisidan kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban dan pembagian

kewenangan serta tata carapenyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk

pengelolaan dan pengawasan keuangannya.”

(8)

“Danayang bersumberdaripenerimaanAnggaranPendapatandan Belanja

Negara(APBN)yang direlokasikan kepadadaerahuntukmembiayaikebutuhan daerah

dalamrangkapelaksanaan desentralisasi.”

Perimbangankeuanganantarapusatdandaerahmerupakansuatusystem

hubungankeuanganyang bersifatvertikalantarapemerintahpusatdandaerah

(intergovernmental fiscalrelations systems), sebagai konsekuensi dari pelaksanaan

otonomidaerah dalambentuk penyerahan sebagaian wewenang pemerintahan. Oleh

kaernaitu,dikatakan bahwahubungankeuanganmerupakan sebuah

sistempembiayaan penyelenggaraan pemerintahan pusatdan daerah.(Juli

PanglimaSaragih, 2003:85)

Danaperimbanganberkaitanlangsung denganpenyelenggaraan

pemerintahandaerahdalamonteks otonomidaerahataudesentralisasi.Dalamarti

sederhana, danaperimbangan adalah pembagian penerimaan antar tingkatan

pemerintahan guna menjalankan fungsipemerintahan dalamkerangka

desentralisasi.SesuaidenganketentuandalamPasal6Undang-UndangNomor25

Tahun 1999, danaperimbangan terdiri atas sebagaiberikut:

1. Danabagihasil:pajakbumidanbangunan(PBB),beaperolehanhakatas tanah

danbangunan(BPHT),PPhperorangan,danpenerimaandarisumber

dayaalam,yakniminyakbumi,gas alam,pertambanganumum,kehutanan

danperikanan.Penetapanbesarnyadanabagihasilpajakdan nonpajak didasarkan

ataspersentasedengan tariff dan basispajaknya.

2. DanaAlokasiUmum(DAU)atauseringdisebutjugadenganblockgrant

(9)

3.DanaAlokasiKhusus (DAK).DAK identikdenganspecialgrantyang ditentukan

berdasarkan pendekatan kebutuhanyang sifatnyaincidentaldan

mempunyaifungsiyang sangatkhusus,namun prosenya tetap daribawah

(bottom-up).

Dalamhubungan keuangan antarapemerintah pusatdengan daerah, ada

beberapahalyang harusdiperhatikan,baikolehpemerintahpusatmaupundaerah,

yaknisebagaiberikut.

1. Pembagiankekuasaanyangrasionaldiantaratingkat-tingkatpemerintahan

dalammemungutdan membelanjakan sumber dana.

2. Pembagianseluruhsumberdanayangadildanmemadaiuntukmembiayai

pelaksanaan fungsi-fungsi, penyediaan pelayanan, dan pembangunan yang

dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

3. Upayafiskaloleh pemerintah daerahuntuk memungutpajak daerah dan

retribusidaerahsesuaidenganpembagianyang adilatasseluruhbeban

pengeluaranpemerintahdaerahdalammasyarakat.(JuliPanglimaSaragih,

2003)

Di dalam perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah

diatur tentangsumber-sumber penerimaan daerah yangterdiri dari (Haryanto,

2008):

1. Pendapatan AsliDaerah (PAD)yangterdiridaripajak daerah, retribusi

daerah, hasilBUMDdan pengelolaan kekayaan daerahlainnyayang

(10)

2. DanaperimbanganyangterdiridariBagihasilSDAdan NonSDA,Dana

AlokasiUmum(DAU),DanaAlokasiKhusus(DAK).

3. Pinjaman daerah

4. Lain-lain penerimaan yang sah.

Pelaksanaan perimbangan keuangan antarapemerintah pusatdan daerah

bertujuanuntukmengatasi masalahkesenjanganantarapemerintahpusatdengan

daerah (vertical imbalances) sertakesenjangan antar daerah (horizontal

imbalances).Sesuaibunyipasal5UUNo33Tahun 2004disebutkanbahwasanya

Pendapatan DaerahbersumberdariPAD,DanaPerimbangandanLain-lain

Pendapatan.Sementaraitupasal10UU No33Tahun2004jugamenyebutkan

bahwaDanaPerimbanganterdiridariDanaBagiHasil,DAUdanDAK.Dana BagiHasil

itu sendiridapatbersumber daripajak dan SDA.DanaBagiHasilyang bersumber

daripajak terdiri atas Pajak Bumidan Bangunan (PBB),BeaPerolehan Hak atas

TanahdanBangunan(BPHTB),PajakPenghasilan(PPh)Pasal25dan

Pasal29WajibPajakOrangPribadiDalamNegeridanPPhPasal21.49Dana

BagiHasildaripenerimaanPBB danBPHTBsebagaimanadimaksuddalamPasal

11UUNo33Tahun2004dibagidiantaradaerahprovinsi,kabupaten/kotadan

Pemerintah.DanaBagiHasildaripenerimaanPBB sebesar90%untukdaerah dengan

rincian sebagaiberikut:

1. 16,2%(enambelasduapersepuluhpersen)untukdaerahprovinsiyang

(11)

2.64,8%(enampuluh empatdelapanpersepuluhpersen)untukdaerah

kabupaten/kota yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas

UmumDaerah Kabupaten/Kotadan

3. 9% (sembilan persen) untuk biayapemungutan

Sementaraitu10%bagianPemerintah daripenerimaanPBBdibagikan

kepadaseluruhDaerahKabupaten/Kotayang didasarkan atasrealisasipenerimaan

PBBtahun anggaran berjalan, dengan imbangan sebagaiberikut;

1. 65%(enampuluhlimapersen)dibagikansecarameratakepadaseluruh

Daerah Kabupaten/Kotadan

2. 35% (tigapuluh limapesen) dibagikan sebagai insentif kepadaDearah

Kabupaten/Kotayang realisasitahunsebelumnyamencapai/melampaui

rencanapenerimaan sektor tertentu

DanaBagiHasildaripenerimaanBPHTB adalahsebesar80%(delapan puluh

limapersen) dengan rincian sebagaiberikut:

1. 16%(enambelaspersen)untukdaerahprovinsiyang bersangkutandan

disalurkan keRekeningKas UmumDaerah provinsidan

2. 64%(enampuluhempatpersen)untukdaerahkabupaten/kotapenghasil dan

disalurkan keRekeningKasUmumDaerah kabupaten/kota

Sementaraitu20%(duapuluhpersen)bagianPemerintahdari penerimaan

BPHTB dibagikandenganporsiyangsamabesaruntukseluruhkabupaten/kota

(12)

2.4 Pendapatan AsliDaerah(PAD)

MenurutMardiasmo (2002), Pendapatan AsliDaerah adalah penerimaan

darisektor pajakdaerah, retribusidaerah,hasilperusahaan milikdaerah,hasil

pengelolaan kekayaan daerah yangdipisahkan, lain-lain Pendapatan AsliDaerah.

MenurutHalim(2001),PADadalahpenerimaandaerahyangdiperoleh

darisumber-sumberdalamwilayahnyasendiriyang dipungutberdasarkan peraturan

daerah sesuaidengan peraturanperundang-undanganyangberlaku.

Menurut Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

PerimbanganKeuanganPemerintahPusatdanPemerintahDaerah,

PendapatanAsliDaerah,selanjutnyadisebutPAD adalahpendapatanyang

diperolehdaerahyang dipungutberdasarkanperaturandaerahsesuaidengan peraturan

perundang-undangan.

PADbersumber dari:

a. Pajak Daerah

b. RetribusiDaerah

c. Hasilpengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan;dan d.

Lain-lain PADyangsah.

2.5 Dana Bagi Hasil

Menurut Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

PerimbanganKeuanganPemerintahPusatdanPemerintahDaerah,Dana Bagi Hasil

adalah dana yang bersumbaer dari pendapatan APBN yang dialokasikan

(13)

kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana BagiHasil

bersumber daripajak dan sumber daya alam.

DanaBagiHasilyangbersumber daripajak terdiriatas:

a. Pajak Bumidan Bangunan (PBB);

b. BeaPerolehan Hak atasTanah dan Bangunan (BPHTB);dan

c.PajakPenghasilan(PPh)Pasal25danPasal29WajibPajakOrang

pribadidan PPh pasal21.

Danayangbersumber darisumber daya alamberasaldari:

a. Kehutanan

b. Pertambangan Umum

c. Perikanan

d. Pertambangan minyak bumi

e. Pertambangan gasbumi;dan f.

Pertambangan panasbumi.

2.6 Dana AlokasiUmum(DAU)

Menurut Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

PerimbanganKeuanganPemerintahPusatdanPemerintahDaerah,Dana

AlokasiUmum,selanjutnyadisebutDAUadalahdanayang bersumberdari

pendapatanAPBNyang dialokasikandengantujuanpemerataankemampuan

keuanganantar Daerah untukmendanaikebutuhanDaerahdalamrangka pelaksanaan

Desentralisasi.

DAU dialokasikandengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan

(14)

desentralisasipenggunaanDAU ditetapkandaerah.DAU bertujuanuntuk pemerataan

kemampuan keuangan daerah, termasuk didalampengertian tersebut adalah

jaminan kesinambungan penyelenggaraan pemerintah daerah diseluruh daerah

dalamrangkapenyediaan pelayanan dasar kepadamasyarakatdan merupakan

kesatuan dengan penerimaan umumAPBD.

DAU terdiridariuntukdaerahprovinsidanuntukdaerahprovinsi

kabupaten/kota.DAU ditetapkansekurang-kurangnya 25% dari penerimaan dalam

negeri yangditetapkan APBN. DAUuntuk daerah provinsi dan untuk

daerahprovinsikabupaten/kotatersebutdiatasditetapkanmasing-masing10% dan 90%

dariDAU.

JumlahDAUbagisemuadaerahprovinsidanjumlahdaerahbagisemua daerah

kabupaten/kota masing-masing ditetapkan setiap tahun dalam APBN. DAUyang

dimaksudinimerupakanjumlahseluruhDAUuntukdaerahprovinsi dan untuk daerah

kabupaten/kota(Widjaja, 2004:137).

DAUbagimasing-masing daerahprovinsidandaerah kabupaten/kotadi

atasdihitung berdasarkanperkalian darijumlah DAUbagiseluruhdaerah dengan

bobotdaerahyang bersangkutandibagidenganjumlahmasing-masingbobot

seluruhdaerahIndonesia.Bobotdaerahdiatasditetapkanberdasarkan:kebutuhan

wilayah dan potensi ekonomidaerah.

2.7 Dana AlokasiKhusus(DAK)

Menurut Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

PerimbanganKeuanganPemerintahPusatdanPemerintahDaerah,Dana Alokasi

(15)

pendapatanAPBNyang dialokasikankepadaDaerah tertentudengantujuanuntuk

mendanaikegiatankhususyang merupakanurusanDaerahdan sesuaidengan

prioritasnasional.

Kebutuhan khususyangdimaksud di atasadalah:

1. Kebutuhan yangtidak dapat diperkirakan secara umum dengan

dengan menggunakan rumusalokasiumumdan atau

2. Kebutuhanyangmerupakan komitmenatau prioritasnasional.

Kebutuhanyangtidakdapatdiperkirakansecaraumumdengandengan

menggunakanrumusalokasiumum adalahkebutuhanyangbersifatkhususyang tidak

samadengankebutuhan daerah lain,misalnyakebutuhankawasan transmigrasi,dan

kebutuhan beberapa jenisinvestasi/prasaranabaru, pembangunan jalan d kawasan

terpencil, saluran irigasiprimer dan saluran drainaseprimer.

Kebutuhanyang merupakankomitmen atauprioritasnasional termasuk

antaralain,proyekyang dibiayaidonorpembiayaanreboisasiolehdaerahdan

proyek-proyekkemanusiaanuntukmemenuhikebutuhandasarmanusia(Widjaja,

2004:140).

DaerahpenerimaDAKwajibmenyediakanDanaPendampingsekurang-

kurangnya10% dari alokasiDAK(Pasal41 ayat1) UU No. 33 Tahun 2004.

2.8 Belanja Modal

MenurutBPS,BelanjaModaladalahpengeluaranyangdigunakanuntuk

pembelian/pengadaanataupembangunanassettetap berwujudyang nilai

manfaatnyalebihdarisetahun,dan ataupemakaian jasadalam melaksanakan program

(16)

anggaranuntukperolehanaset tetapdan asetlainnyayang membermanfaat lebih

darisatuperiodeakuntansi.Belanjamodalmeliputiantaralainbelanjamodal untuk

perolehan tanah, gedungdan bangunan, peralatan dan asettak terwujud. (PP Nomor

24 Tahun 2005).

2.9 IndeksPembangunanManusia (IPM)

MenurutBPS(2009),Indeks PembangunanManusia(IPM) merupakan

ukurancapaian pembangunanberbasissejumlah komponendasarkualitashidup.

IndeksPembangunanManusiadihitung berdasarkandatayang dapat menggambarkan

keempatkomponen,yaitu angkaharapan hidupyang mengukur

keberhasilandalambidang kesehatan,angkamelekhurufdanrata–ratalamanya

bersekolahyang mengukurkeberhasilandalambidang pendidikan,dan kemampuan

daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihatdarirata–

ratabesarnyapengeluaran perkapitasebagaipendekatan pendapatanyang

mengukurkeberhasilan dalambidang pembangunanuntukhidup layak.

Menurut United Nation DevelopmentProgramme (UNDP) dalam

publikasiHuman Development Report1991, pembangunan manusiaadalah suatu

“prosesmeningkatkanpilihanyang lebihbanyakbagimanusiauntukhidup(a

processofincreasingpeopleoptions) atauprosespeningkatankemampuan manusia”.

Prosestersebutdikonsentrasikansecara meratapadapeningkatanformasi

kemampuan manusia melalui investasipadadirimanusiadan pemanfaatan dari

(17)

pendapatandanpeningkatankesempatan kerja.Sedangkanpeningkatanpilihan

bagimanusiamencakuptigahalyaitumenikmatikehidupanyang sehatdalam

jangkawaktuyang relatiflama, mempunyaipengetahuan, pekerjaan dan pendapatan

untukmendukung kebutuhan hidup sesuai dengan standar yang

memadai.

DIMENSI UMUR SEHAT DANPANJANG

PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK

INDIKATOR AngkaHarapan Hidup padasaat lahir (AHH)

AngkaMelek Huruf (AMH) dan

Rata-rataLama Sekolah (RLS)

Pengluaran per KapitaRiil

yang Disesuaikan(P

PPRupiah)

INDEKS IndeksHarapan Hidup

Indeks Pendidikan Indeks Pendapatan

Sumber:BadanPusatStatistik

INDEKS PEMBANGUNANMANUSIA (IPM)

Gambar2.1

DiagramPerhitungan IPMdiIndonesia

SecaraumummetodepenghitunganIPMyangdigunakandi Indonesia sama

dengan metode penghitungan yang digunakan oleh UNDP. IPM

(18)

1. Indeksangkaharapan hidup ketika lahir

2. Indekspendidikan,yangdiukurberdasarkanrata-ratalamasekolah(rata-

ratajumlahtahunyangtelahdihabiskanolehpendudukusia15tahun keatas di

seluruh jenjang pendidikan formal yang dijalani) dan angka

melekhurufLatinataulainnyaterhadapjumlahpendudukusia15tahun atau

lebih)

3. Indeksstandarhiduplayak,yangdiukurdenganpengeluaranperkapita

(PPP-Purchasing PowerParity/paritasdayabelidalamrupiah).

IPMmerupakan rata-ratadariketigakomponen tersebut, dengan rumus:

IPM=(X1+X2+X3)/3

Dimana:

X1= Indeks HarapanHidup X2= Indeks Pengetahuan X3= Indeks DayaBeli `

2.10 PenelitianTerdahulu

Dalam melakukan penelitian ini, terdapatbeberapapenelitian terdahulu yang

sesuaidenganpenelitianini mengenaikemandirianfiskaldandampaknya terhadap

IndeksPembangunanManusia.Tujuandaripenelitianterdahuluadalah

sebagaireferensidanpendukung dalampenelitian, sekaligusmemperkuathasil

analisis.Adanyaperbedaandalampenelitianiniyangterdiridarilokasi,waktu, dan

tingkatIPMdaerah.Penelitiantedahulu, antaralain :

1. DectaPitron Lugastoro (2013)

Dengan judul “Analisis Pengaruh PADdan DanaPerimbangan terhadap Indeks

(19)

a. RasioPADdanDAKterhadapbelanjamodalmempunyaipengaruhpositif

signifikanterhadapindekspembangunan manusiakabupaten/kotadiJawa

Timur.Halinidapatdiasumsikanbahwa semakinbesarkemampuanPAD dan

DAK dalam membiayai belanja modal akan dapat meningkatkan

indekspembangunan manusia.

b. RasioDAU terhadap belanja modal mempunyai pengaruh negatif

signifikanterhadapindekspembangunan manusiakabupaten/kotadiJawa

Timur.Dengankatalainsemakinbesarkemampuan DAUdalam

membiayaibelanjamodalakandapatmenurunkan indeks pembangunan

manusia.

c. RasioDBHterhadapbelanja modal mempunyaipengaruhpositifterhadap

indeks pembangunan manusianamuntidaksignifikan.Halinidapat

diasumsikanbahwasemakinbesarkemampuanDBH dalammembiayai belanja

modalakanmeningkatkan indekspembangunanmanusianamun tidak

signifikan.

d. Pertumbuhanekonomimempunyaipengaruh positif signifikan terhadap

indekspembangunanmanusiakabupaten/kotadi Jawa Timur.Dengankata

lainsemakin tinggipertumbuhanekonomiakandapat meningktkanindeks

pembangunan manusia.

e. VariabelPE mempunyai pengaruh paling dominan terhadap IPM,

kemudian berturut-turutvariabelDAU,variabelDAK,variabelPAD, dan

variabelDBH.VariabelDAU menjadisatu-satunyavariabelyang berpengaruh

(20)

2. Pujiati(2008)

Dengan judul “Pengaruh PAD, DAU, DBH dan tenaga kerja terhadap

pertumbuhanekonomikabupaten/kotadiwilayah karesidenan semarang” Dengan

kesimpulan :

Hasilpenelitianini menunjukanbahwaPADdanDBHberpengaruhpositifdan

signifikan terhadappertumbuhan ekonomi,DAU berpengaruhnegatifdan

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomisertatenagakerjasebagaifaktor utama

dalammempercepatpertumbuhanekonomimempunyaipengaruhpositif dan

signifikan terhadap pertumbuhanekonomi.

3. Septian Bagus Pambudi(2008)

Dengan judul “Analisis Pengaruh TingkatKemandirianFiskal Terhadap Indeks

Pembangunan ManusiaKabupaten/KotadiProvinsiJawaBarat”

Dengan kesimpulan :

Bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian komponen IPM, antara

lainAngkaHarapanHidup(AHH),AngkaMelekHuruf(AMH),Rata-

rataLamaSekolah(RLS),danPurchasingPowerParity(PPP)kabupaten/kota

diJawaBaratuntukdaerahperkotaanlebihbaik jikadibandingkandengan daerah

kabupaten.

4. ArbieGugusWandira(2013)

Denganjudul“PengaruhPAD,DAU,DAK,DBHTerhadapPengalokasian

(21)

Dengan kesimpulan :

a. TidakterdapatpengaruhyangsignifikanantaravariabelPADterhadap

BelanjaModal.

b. TerdapatpengaruhyangsignifikannegatifantaravariabelDAUterhadap

BelanjaModal.

c. TerdapatpengaruhyangsignifikanantaravariabelDAKterhadapBelanja

Modal.

d. TerdapatpengaruhyangsignifikanantaravariabelDBHterhadapBelanja

Modal.

5. NoorAndiFakhruddin Yusuf (2014)

Dengan judul“Analisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Indeks

Pembangunan ManusiaDiKabupaten/Kota EksKaresidenan Surakarta”

Dengan kesimpulan :

Hasilpenelitian ini menunjukanbahwadarilimavariabelyang telahdiujidana

alokasiumum(DAU) dan danabagihasil(DBH) mempunyaipengaruhyang

signifikan terhadap belanjamodal(BM), sedangkan pendapatan aslidaerah

(PAD)dandanaalokasikhusus (DAK)tidakberpengaruhsignifikanterhadap

belanjamodal(BM),selainitubelanja modal(BM)mempunyaipengaruhyang

signifikanterhadap indekspembangunanmanusiadikabupaten/kotaeks

(22)

6. RivaUbarHarahap (2010)

Dengan judul “Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana

Bagi Hasil Terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada

Kabupaten/KotaProvinsiSumateraUtara”

Dengan kesimpulan :

Hasilpenelitian menemukan bahwasecarasimultan terdapatpengaruh Dana

AlokasiUmum(DAU),DanaAlokasiKhusus (DAK),danDanaBagiHasil

(DBH)terhadapIndeks PembangunanManusia(IPM)padaKabupaten/Kotadi

SumateraUtara. SecaraparsialDanaAlokasiUmum(DAU),DanaAlokasi Khusus

(DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH) tidak berpengaruh terhadap Indeks

Pembangunan Manusia(IPM) diKabupaten/Kotase-SumateraUtara.

2.11 Kerangka Konseptual

Berdasarkanlatarbelakangpenelitian,rumusanmasalahpenelitiandan

landasan teori, makakerangkakonseptualdigambarkan sebagaiberikut:

PAD (X1)

DAU

(X2) IPM

(Y)

DAK (X3)

DBH (X4)

(23)

Dimana:

PAD = RasioPendapatanAsliDaerahterhadapBelanjaModal

DAU = RasioDanaAlokasiUmumterhadapBelanjaModal DAK

= RasioDanaAlokasiKhusus terhadapBelanjaModal DBH = RasioDanaBagiHasilterhadapBelanjaModal

IPM = IndeksPembangunan Manusia

2.12 Hipotesis

Sesuai dengantujuan, kerangka pemikiran, dan hasil-hasil penelitian

terdahulu,makahipotesisyangdisusun adalah sebagaiberikut:

1. Didugarasiopendapatanaslidaerahterhadapbelanjamodalberpengaruh

positifterhadap indekspembangunanmanusiadikabupaten/kotaProvinsi

SumateraUtara.

2. Diduga rasio dana alokasi umum terhadap belanja modal berpengaruh

positifterhadap indekspembangunanmanusiadikabupaten/kotaProvinsi

SumateraUtara.

3. Didugarasiodanaalokasikhususterhadapbelanjamodalberpengaruh

positifterhadap indekspembangunanmanusiadikabupaten/kotaProvinsi

SumateraUtara.

4. Didugarasiodanabagihasilterhadapbelanjamodalberpengaruhpositif

terhadap indekspembangunanmanusiadikabupaten/kotaProvinsi

Gambar

Gambar 2.2 KerangkaKonseptual

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Peserta Ujian Sertifikasi KKPI, untuk mengikuti ujian berdasarkan kelompok Ujian. Cirebon, 23 Februari 2017 STMIK

[r]

tempat kerja ( work station ) proses produksi untuk meningkatkan kinerja karyawan perusahaan dengan memberikan kenyamanan dalam bekerja.. Model

Spare part yang tergolong pada kategori ini memiliki consumption value yang rendah, lead time yang singkat dan berpengaruh besar/penting terhadap operasional

Jumlah dokumen laporan hasil pelaksanaan rencana program dan anggaran yang tersusun. 5 dokumen Jawa

Di sepanjang Jalan pada daerah perumahan ini memiliki beberapa bangunan yang dengan atau tidaknya memiliki fungsi yang sama. Di dominasi oleh Ruko, di sertai beberapa bangunan

Maka dari itu seharusnya jika penggunaan kaca tidak bisa dihindarkan, dapat di gunakan kaca yang hemat energi dan panel surya untuk menyimpan energ listrik

Dalam rangka pelaksanaan keputusan Menteri Pertanian No.404/kpts/OT.210/6/2002 tentang Pedoman Perizinan dan Pendaftaran Usaha Peternakan, bersama ini kami mengajukan permohonan